6. LAP UPD JIWA

36
BAB I LATAR BELAKANG Setiap manusia mestilah menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang, tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut tercapai. Sebab sudah menjadi bagian bahwa berbagai masalah, kekalutan, kegelisahan dan berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian yang akan selalu menyertai kehidupan manusia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit atau mengalami gangguan jiwa karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang kompleks dan banyak aspek tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat dipahami sepenuhnya. Sebagai suatu sindrom, pendekatan 1

description

upd

Transcript of 6. LAP UPD JIWA

Page 1: 6. LAP UPD JIWA

BAB I

LATAR BELAKANG

Setiap manusia mestilah menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang,

tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut

tercapai. Sebab sudah menjadi bagian bahwa berbagai masalah, kekalutan,

kegelisahan dan berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian

yang akan selalu menyertai kehidupan manusia. Para pakar kesehatan jiwa

menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin

besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh

sakit atau mengalami gangguan jiwa karena tidak mampu mengatasinya. Salah

satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia.

Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-

1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emosi dan

perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi

symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi,

Afek, Autisme dan Ambivalensi. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang

kompleks dan banyak aspek tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat

dipahami sepenuhnya. Sebagai suatu sindrom, pendekatan skizofrenia harus

dilakukan secara holistik dengan melibatkan aspek psikososial, psikodinamik,

genetik, farmakologi, dan lain-lain.

Ekspresi dari manifestasi penyakit ini bervariasi diantara pasien tetapi

efeknya selalu berat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa pola

interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu faktor

penyebab terjadinya skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya

pada usia 16-25 tahun dan kebanyakan menetap sepanjang hidupnya. Usia remaja

dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh

stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya

karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Skizofrenia maupun gangguan jiwa lainnya ditemukan pada semua lapisan

masyarakat dan area geografis, prevalensi maupun insidensinya secara kasar sama

1

Page 2: 6. LAP UPD JIWA

di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri diketahui bahwa jumlah penderita gangguan

kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk

Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan

obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Di era globalisasi gangguan kejiwaan

meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan kelasa bawah,

sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga terkena

gangguan jiwa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDa) disebutkan, rata-

rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada

penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%, sedangkan yang mengalami

gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat,

sebesar 0,46%. (Anonim, Depkes RI).

Dari beberapa studi didapatkan bahwa apabila penderita gangguan jiwa

tersebut, khususnya penderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia apabila

tidak terdeteksi dan tertatalaksana dengan baik, dapat menyebabkan timbulnya

disabilitas bagi penderitanya, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial

okupasional, yang tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan khususnya

dalam hal kesehatan jiwa maupun raga, tidak hanya dirinya sendiri, melainkan

keluarga dan masyarakat yang tinggal disekitar penderita gangguan jiwa tersebut.

Pelayanan primer seperti Puskesmas merupakan lini terdepan petugas kesehatan

yang akan menangani gangguan-gangguan jiwa pertama kali dan menatalaksana

selanjutnya penderita gangguan jiwa saat dikembalikan ke wilayah kerjanya.

Dengan demikian, peran puskesmas sangat besar dalam melakukan penapisan dan

deteksi dini gangguan jiwa serta menatalaksana pasien tersebut dan menggugah

kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa.

2

Page 3: 6. LAP UPD JIWA

BAB II

PERMASALAHAN

Permasalahan yang penulis jumpai adalah penderita gangguan jiwa skizofrenia

I. DATA PRIBADI

IDENTITAS

A. Identitas Penderita

Nama : Tn. SM

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLBG

Suku/Warga Negara : Jawa/Indonesia

Alamat : Lingkungan Projo Madureso Temanggung

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Alloanamnesis diperoleh dari ayah kandung penderita

Nama Tn.

Umur 54 th

Alamat Lingkungan Projo

Madureso Temanggung

Pekerjaan Petani

Pendidikan Tamat SD

Hubungan Ayah Kandung

Kandung

Lama Kenal ± 32 th

3

Page 4: 6. LAP UPD JIWA

Sifat Perkenalan Sangat dekat

A. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit

Keluhan keluarga : Penderita suka marah tanpa alasan

Keluhan penderita : Kepala pusing

B. Riwayat Penyakit Sekarang

± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit (Tahun 2004), Penderita

menjadi sering ngalamun setelah lulus SLBG. Makan, minum dan mandi

dilakukan atas inisiatif sendiri, waktu luang digunakan untuk membantu

ayahnya mencari rumput. Penderita tidak mengalami gangguan tidur.

Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik. (GAF 70)

± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit ( Tahun 2004), Penderita

terlihat mudah marah tanpa sebab yang jelas dan berdiam diri di dalam

kamar dalam waktu lama. Makan, minum dilakukan atas inisiatif sendiri,

penderita masih mau mandi. Penderita sering membanting pintu jika akan

keluar dan terlihat mulai sering keluyuran, namun penderita masih dapat

pulang kembali. Hubungan dengan keluarga dan tetangga merenggang.

(GAF 50)

Penderita masuk RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang untuk pertama

kali ( Tahun 2004) dengan gejala sering marah tanpa sebab, sebelumnya

penderita membanting kaca meja ruang tamu tanpa alasan yang jelas.

Makan, minum dan mandi bisa sendiri, waktu luang digunakan untuk

keluyuran keluar rumah tanpa arah tujuan. Hubungan dengan keluarga dan

tetangga renggang. (GAF 30).

Penderita menjalani rawat jalan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

dan diberikan terapi obat yang diminum adalah Chlorpromazine,

haloperidol dan Trihexylphenydil. Selama minum obat pasien tidak ada

keluhan seperti berdebar-debar, gelisah, mual. Penderita selalu tidur

4

Page 5: 6. LAP UPD JIWA

setelah minum obat. Penderita terlihat jarang jengkel ataupun marah-

marah. Penderita dapat menggunakan waktu luang untuk membantu

ayahnya mencari rumput, makan dan minum inisiatif sendiri serta

hubungan dengan keluarga dan tetangga membaik. Penderita dapat

beraktivitas membantu tetangga untuk mengerjakan pekerjaan seperti

membawa pasir, memotong ayam, namun penderita dapat marah/jengkel

kembali ketika pulang kerja akibat diberikan upah berbeda dengan pekerja

lainnya dan akan melampiaskan di rumah dengan memarahi orang yang

ada di rumah. (GAF 60)

Pada tahun 2008 penderita sempat berhenti mengkonsumsi obat

selama 2 tahun karena orang tua merasa penderita sudah sembuh. Namun,

sekitar 1 bulan setelah berhenti minum obat, penderita mulai kembali

mudah jengkel, memutar radio tape keras-keras. Orang tua penderita

kemudian membawa berobat kembali ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

dan PKM Dharmarini untuk kembali menjalani pengobatan. Setelah

kembali mengkonsumsi obat, penderita mulai jarang jengkel, mulai dapat

kembali bersosialisasi dengan keluarga.

Dari tahun 2008-2014 pasien rutin meminum obat dari RSJ Prof.

Dr. Soerojo Magelang dan PKM Dharmarini. Selama minum obat pasien

tidak ada keluhan seperti berdebar-debar, gelisah, mual. Penderita

menggunakan waktu luang untuk tidur sambil menunggu kambing milik

keluarga, membantu ayah mencari rumput, mandi, makan dan minum atas

inisiatif sendiri serta hubungan dengan keluarga cukup baik. (GAF 60)

C. Riwayat Sebelumnya

1. Riwayat Psikiatrik

Penderita pernah dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada

tahun 2004 didiagnosis F.20.0 Skizofrenia Paranoid

5

Page 6: 6. LAP UPD JIWA

2. Riwayat penyakit medis umum

Riwayat kejang demam : disangkal

Riwayat epilepsi : disangkal

Riwayat trauma kepala : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat nyeri ulu hati / sakit maag : disangkal

Riwayat nyeri dada/sakit jantung : disangkal

Riwayat pingsan/kehilangan kesadaran : disangkal

3. Penggunaan Obat-obatan dan NAPZA

Penderita tidak pernah minum alkohol dan menggunakan NAPZA.

D. Riwayat Pramorbid

1.Masa Prenatal dan Perinatal

Penderita dilahirkan pada tahun 1979 secara spontan dengan bantuan

dukun, cukup bulan, tidak langsung menangis selama beberapa menit,

tampak kebiruan, baru setelah beberapa menit kemudian bayi mulai

menangis. Riwayat selama kehamilan, ibu penderita lupa. Penderita

merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penderita merupakan anak

yang diharapkan.

2. Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 Tahun)

Penderita diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan

perkembangan sesuai dengan usianya. Riwayat kejang saat panas tinggi

disangkal. Riwayat trauma kepala tidak ada.

6

Page 7: 6. LAP UPD JIWA

3. Masa anak-anak pertengahan (3 – 7 Tahun)

Penderita sering bermain dengan teman-teman sebayanya didekat

rumah. Penderita mempunyai banyak teman dan sering bermain di

dalam rumah bersama saudara-saudaranya. Penderita disekolahkan oleh

orang tua di sekolah biasa, namun penderita terlihat mengalami kesulitan

dalam mengikuti pelajaran dibanding teman – temannya, dan sering

tinggal kelas. Penderita tidak memiliki masalah dengan tidurnya.

4. Masa anak akhir dan remaja (7 – 11 tahun)

Semasa usia penderita 7-11 tahun, penderita bersekolah khusus SD.

Penderita memiliki banyak teman bermain, baik di sekolah maupun di

lingkungan rumahnya. Penderita merupakan anak yang baik dan

penurut.

5. Masa remaja (12 – 18 tahun )

Pada usia 12-18 tahun, penderita ikut melanjutkan sekolah di sekolah

anak – anak berkebutuhan khusus sampai penderita lulus. Riwayat

minum alkohol dan konsumsi obat-obatan terlarang saat remaja

disangkal.

6. Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Penderita sekolah di sekolah anak – anak berkebutuhan khusus.

Penderita tidak memiliki prestasi khusus yang pernah dicapai.

b. Riwayat Pekerjaan

Penderita pernah bekerja sebagai buruh kerja serabutan mulai dari

kerja bangunan, kerja di tempat pemotongan ayam, dan sekarang

penderita tidak bekerja, hanya tinggal di rumah untuk menjaga

kambing. Terkadang penderita diminta oleh ayah penderita untuk

mencari rumput, ataupun ikut membersihkan rumput di ladang.

7

Page 8: 6. LAP UPD JIWA

c. Riwayat Keagamaan

Penderita beragama Islam. Penderita termasuk taat beribadah.

Namun terkadang harus diingatkan oleh orang tua agar

menjalankan sholat.

d. Riwayat Perkawinan

Penderita belum menikah

e. Riwayat Kemiliteran :

Penderita belum pernah melihat atau terlibat dalam suatu

peperangan maupun mengikuti kegiatan militer.

f. Riwayat Pelanggaran Hukum

Penderita tidak pernah terlibat masalah pelanggaran hukum.

g. Riwayat Sosial

Sebelum sakit, penderita memiliki hubungan sosial yang kurang

baik dengan tetangga karena tetangga sering mengejek penderita.

Penderita lebih suka tinggal di kamar mendengarkan radiotape.

h. Riwayat Hidup Sekarang

Penderita tinggal serumah dengan ibu, bapak dan adiknya

Pembiayaan hidup keluarga di tanggung oleh ayah dan ibu

penderita. Biaya pengobatan dengan BPJS. Penderita saat ini tidak

bekerja. Kesan : sosial ekonomi cukup.

6. Riwayat Psikoseksual

Penderita tidak pernah mengalami kekerasan seksual dan tidak pernah

mengalami penyimpangan seksual. Berpakaian laki-laki sejak kecil.

Penderita bergaul baik dengan lawan jenis maupun sesama pria.

8

Page 9: 6. LAP UPD JIWA

7. Riwayat keluarga

Penderita adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penderita tinggal

bersama ayah, ibu dan adiknya. Tidak ada keluarga penderita yang

memiliki riwayat gangguan jiwa .

8. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai

Penderita ingin dapat membantu ayahnya dalam menjaga kambing

peliharaan sampai penderita minta dibuatkan kamar tidur yang menjadi satu

dengan kambing pelihataannya, memiliki uang yang cukup, hidup bahagia.

III. STATUS MENTAL

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014 pukul 10.00 di Rumah

Penderita

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan :

Seorang laki-laki, tampak sesuai dengan umurnya. Kulit sawo matang.

Pada saat pemeriksaan kebersihan dan kerapian kurang.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :

Tingkah laku : normoaktif, cenderung hipoaktif Sikap: suspiciousness

Tingkah laku

Hiperaktif (-) Kleptomania (-)

Hipoaktif (-) Streotipi (-)

Normoaktif (+) Maniceren (-)

Stupor (-) Grimaseren (-)

Gelisah (-) Ambivalensi (-)

Agresif (-) Gerakan autochlon (-)

Befehls automatism(-) Gerakan impulsive (-)

Perseverasi (-) Gerakan kompulsif (-)

Verbigerasi (-) Gerakan automatism (-)

Echolalia (-) Pyromania (-)

Echopraxia (-)

9

Page 10: 6. LAP UPD JIWA

Sikap

Indifferent (-) Curiga (-)

Apatis (-) Berubah-ubah (-)

Kooperatif (+) Tegang (-)

Negativisme pasif(-) Pasif (-)

Dependent (-) Aktif (-)

Infantile (-) Katalepsi (-)

Rigid (-) Bermusuhan (-)

3. Sikap tehadap pemeriksa : kooperatif, sedikit curiga

Kontak psikis : ada, dapat dipertahankan

4. Mood dan Afek

a. Mood

Disforik (-) Poikilothymi (-)

Euthymi (+) Parathymi (-)

Hiperthymi (-) Tension (-)

Hipothymi () Cemas (-)

Eksaltase (-) Panik (-)

Irritable (-) Euphoria (-)

Ambivalensi (-) Depresonalisasi (-)

b. Afek

Sesuai (+)

dengan isi pikirannya Datar (-)

Tidak sesuai (-) Tumpul (-)

Terbatas (-) Labil (-)

B. Pembicaraan

Kualitas : Miskin isi pembicaraan, Intonasi cukup, tidak berteriak,

artikulasi jelas

10

Page 11: 6. LAP UPD JIWA

Kuantitas : Cukup, cenderung pendiam.

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Halusinasi visual (-)

Halusinasi taktil (-)

Halusinasi akustik (-)

Halusinasi haptik (-)

Halusinasi olfaktorik (-)

Halusinasi kinestetik (-)

Halusinasi gustatorik (-)

Halusinasi autoskopi (-)

2. Ilusi

Ilusi visual (-) Ilusi gustatorik (-)

Ilusi akustik (-) Ilusi taktil (-)

Ilusi olfaktorik (-)

D. Pikiran

1. Bentuk pikir : realistik

2. Arus pikir

Flight of ideas (-) Retardasi (-)

Asosiasi longgar (-) Asosiasi bunyi (-)

Inkoherensi (-) Asosiasi pengertian (-)

Tangensial (-) Blocking (-)

Sirkumstansiality (-) Preserverasi (-)

Neologisme (-) Verbigerasi (-)

Jawaban irrelevant (-) Lancar (-)

3. Isi pikiran

Waham kebesaran (-)

Waham hipokondri (-)

Waham berdosa (-)

Waham magic mistic (-)

11

Page 12: 6. LAP UPD JIWA

Waham kejar (-)

Waham sistematis (-)

Idea of reference (-)

Waham cemburu (-)

Waham somatic (-)

Waham nihilistic (-)

Waham referensi (-)

Fobia (-)

Preokupasi (-)

Obsesif kompulsif (+)

Gagasan bunuh diri (-)

Miskin bicara (-)

Thought echo (-)

Thought insertion (-)

Thought withdrawal (-)

Thought broadcasting (-)

Delusion of reference (-)

Delusion of control (-)

Delusion of influense (-)

Delusion of passivity (-)

Delusion of perception (-)

Over valued idea (-)

Depersonalisasi (-)

12

Page 13: 6. LAP UPD JIWA

E. Sensorium dan Kognitif

1. Kesadaran : compos mentis

2. Orientasi

Tempat : baik

Waktu : baik

Personal : baik

Situasional : baik

3. Daya ingat

Segera : baik

Jangka pendek : baik

Jangka sedang : baik

Jangka panjang : kurang

4. Konsentrasi : kurang

5. Perhatian : hipovigilitas

6. Kemampuan baca dan tulis : cukup

7. Kemampuan visuospasial : cukup

8. Pikiran abstrak : cukup

F. Pengendalian Impuls : cukup

G. Tilikan

1. Penyangkalan penyakit sama sekali.

2. Agak menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tapi

dalam waktu bersamaan menyangkal penyakitnya.

3. Sadar bahwa merasa sakit tapi melampiaskan pada orang lain, pada

faktor eksternal dan organik.

4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak

diketahui pada diri penderita.

5. Tilikan intelektual : menerima bahwa penderita sakit dan bahwa gejala

atau kegagalan dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan

irrasional atau gangguan tertentu dalam diri penderita sendiri tanpa

menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan.

13

Page 14: 6. LAP UPD JIWA

6. Tilikan emosional sesungguhnya: kesadaran emosional tentang motif

dan perasaan didalam diri penderita dan orang yang dapat

menyebabkan perubahan dalam perilaku.

H. Daya nilai : cukup

I. Taraf Dapat Dipercaya : cukup dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internus

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 100 / 70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : afebris

Status internum :

Kepala : Mesosefal,

Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra pucat (-/-)

Toraks : Cor : konfigurasi jantung dalam batas normal, SI-SII

reguler, suara tambahan (-), bising (-)

Pulmo : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-), ronkhi (-),

wheezing (-)

Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal,

hepar dan lien tak membesar

Ekstremitas : superior inferior

Edema -/- -/-

Capilary refill <2”/<2” <2”/<2”

Nyeri sendi -/- -/-

Pembengkakan sendi -/- -/-

B. Status neurologis

GCS : E4M6V5

14

Page 15: 6. LAP UPD JIWA

Nervus Cranialis I – XII : dalam batas normal

Motorik Extremitas Superior Inferior

Pergerakan : +N / +N +N / +N

Kekuatan : 5-5-5 / 5-5-5 5-5-5 / 5-5-5

Tonus : N / N N / N

Trofi : E / E E / E

Lateralisasi : tidak ada

Refleks Fisiologis : +N / +N +N / +N

Refleks Patologis : - / - - / -

Sensibilitas

Sensibilitas taktil : dalam batas normal

Nyeri : dalam batas normal

Koordinasi, GAIT, dan Keseimbangan

Cara berjalan : simetris

Gerakan-gerakan abnormal : (-)

Alat Vegetatif: dalam batas normal

Kesan : status neurologis dalam batas normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (FORMULASI DIAGNOSTIK)

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental penderita,

ditemukan adanya riwayat pola perilaku psikologis yang secara khas

bermakna dengan gejala yang menimbulkan suatu hendaya fungsi peran ,

fungsi sosial, hendaya penggunaan waktu luang dan perawatan, sehingga

disimpulkan penderita menderita gangguan jiwa

Axis I: (F20.0) Skizofrenia Paranoid

(F.20.5) Skizofrenia Residual

Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan

yang mengindikasikan gangguan medis umum yang secara fisiologis

menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang

diderita saat ini, sehingga gangguan mental organik dapat disingkirkan.

Pada penderita tidak ditemukan adanya ketergantungan penggunaan

15

Page 16: 6. LAP UPD JIWA

NAPZA sehingga gangguan mental akibat penggunaan zat dapat

disingkirkan.

Intisari pemeriksaan status mental

Kesadaran : compos mentis

Penampilan : kebersihan cukup, kerapian kurang

Sikap : kooperatif

Tingkah laku : normoaktif cenderung hipoaktif

Mood: euthym

Afek: serasi dengan isi fikiran

Pembicaraan : kuantitas cukup dan kualitas kurang

Gangguan persepsi : (-)

Gangguan bentuk pikir : realistik

Gangguan arus pikir : (-)

Isi pikir : waham (-)

Konsentrasi dan Perhatian : Penderita tidak dapat memusatkan dan

mempertahankan perhatian

Tilikan : 4

VI. DIAGNOSIS MULTI AXIAL

Menurut PPDGJ III

Aksis I : (F20.5) Skizofrenia Residual

Aksis II : tidak ada diagnosis

Aksis III : tidak ada diagnosis

Aksis IV : Ciri kepribadian introvert

Aksis V : GAF 1 tahun terakhir (paling baik) = 60

GAF saat diperiksa = 60

16

Page 17: 6. LAP UPD JIWA

VII. PROGNOSIS

Prognosis arah baik Prognosis arah buruk

1. late onset

2. onset akut

3. faktor pencetus jelas

4. usia 15 – 25 tahun

5. gejala positif menonjol

6. riwayat seksual, sosial, premorbid baik

7. menikah

8. sistem sosial baik

9. status ekonomi baik

10. tidak ada kekambuhan

11. tidak ada riwayat keluarga yang sakit

seperti ini

1. onset usia muda

2. onset kronik

3. faktor pencetus tidak jelas

4. usia < 15 tahun atau > 25 tahun

5. gejala negatif menonjol

6. riwayat seksual, sosial, premorbid

buruk

7. belum menikah/telah bercerai

8. sistem pendukung sosial buruk

9. status ekonomi buruk

10. kekambuhan

11. ada keluarga yang sakit seperti ini

- Prognosis : Dubia ad malam

17

Page 18: 6. LAP UPD JIWA

BAB III

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Pada kasus ini pasien menderita gangguan jiwa Skizofrenia Residual.

Idealnya penegakan diagnosis Skizofrenia Residual dilakukan oleh dokter

spesialis kejiwaan dan beberapa pemeriksaan lanjut. Namun, pada kasus ini

penegakan diagnosis hanya dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan status

mental serta pemeriksaan fisik dan pengetahuan mengenai ilmu kejiwaan

pemeriksa. Penatalaksanaan yang direncanakan pada kasus ini meliputi kunjungan

rumah, tatalaksana medikamentosa dan nonmedikamentosa. Penatalaksanaan

medikamentosa berupa pemberian obat-obat anti psikotik yang masih harus

diminum untuk jangka lama. Sedangkan penatalaksanaan nonmedikamentosa

berupa edukasi tentang gangguan jiwa tersebut, perlunya pengobatan jangka

panjang dan menjelaskan perlunya kepatuhan dalam meminum obat. Juga

mengkoordinasikan hasil temuan dan anjuran penatalaksanaan lanjut dengan

bidan wilayah tersebut serta pemegang program.

18

Page 19: 6. LAP UPD JIWA

BAB IV

PELAKSANAAN

Kunjungan rumah (Home visit) dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014 di rumah

pasien. Selama home visit dilakukan wawancara, pemeriksaan, dan

penatalaksanaan medikamentosa dan nonmedikamentosa (edukasi) terhadap

penderita dan keluarga penderita.

Medikamentosa yang diberikan:

o Chlorpromazine 1x 100 mg (oral)

o Haloperidol 2 x 2,5 mg (oral)

o Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (oral)

Chlorpromazine dan Haloperidol merupakan anti-psikosis tipikal yang bekerja

memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di

system limbic dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists).

Efektif untuk gejala positif. Pemberian THP ditujukan untuk mengurangi efek

samping penggunaan obat-obat anti psikotik.

Nonmedikamentosa ( edukasi ) yang diberikan :

- Keluarga Penderita:

Menjelaskan tentang gangguan jiwa yang dialami penderita, hal yang

perlu diwaspadai yang mengarah kekambuhan dan perlunya pnderita

meminum obat secara teratur

Memberi tahu keluarga agar tetap memberikan dukungan dan

pendampingan terhadap penderita.

Memberi tahu keluarga agar membawa penderita untuk kontrol di poli

jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo untuk berjaga-jaga apabila terapi harus

diganti dan diperlukan terapi lain seperti psikoterapi, terapi kelompok,

terapi okupasional, dll.

- Penderita :

Memberi edukasi penderita menengenai kondisinya dan memberikan

kesadaran bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan perlu

pengobatan jangka panjang. Namun penderita menyangkal dirinya

19

Page 20: 6. LAP UPD JIWA

mengalami gangguan jiwa maupun stress, akan tetapi mau untuk

meminum obat yang diberikan oleh puskesmas dengan alasan agar tidak

mudah jengkel.

Memberi edukasi penderita untuk rajin kontrol dan rutin minum obat

serta menyarankan agar mau diajak berobat ke poli jiwa bila diperlukan

pemeriksaan lanjut.

- Bidan Wilayah dan Pemegang Program :

Memberi edukasi terhadap masyarakat agar mendukung dan tidak

mengucilkan penderita dan keluarga.

Memberi edukasi masyarakat agar turut menjaga keselamatan diri

penderita.

Monitoring pemberian obat agar tetap rutin dan tidak terputus

Ikut serta memotivasi keluarga dan penderita untuk membawa penderita

kontrol ke poli jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang untuk melihat

apakah diperlukan perubahan terapi maupun terapi tambahan seperti

psikoterapi, dsb yang diperlukan.

20

Page 21: 6. LAP UPD JIWA

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan

balik kepada penderita dan keluarga penderita setelah diberikan edukasi dan

saran yang perlu dilakukan dalam menatalaksana penderita gangguan jiwa.

Pada kasus ini penderita kurang dapat menyerap informasi dikarenakan

penyangkalan akan dirinya mengalami gangguan jiwa, akan tetapi setelah

diberikan masukan penderita mau dan mengerti alasan harus mengkonsumsi

obat, dan bersedia mengkonsumsi obat rutin dengan alasan bagi dirinya agar

tidak mudah jengkel. Keluarga penderita cukup menyerap namun terdapat

kendala faktor usia dan tingkat pendidikan keluarga (ibu) penderita. Namun

secara garis besar keluarga penderita sudah mengerti perlunya penderita

meminum obat jangka lama dan secara rutin. Penyampaian hasil temuan dan

saran kepada bidan wilayah dan pemegang program dalam hal pengawasan

pemberian obat dan tatalaksana lainnya yang mungkin diperlukan untuk kasus

ini.

21

Page 22: 6. LAP UPD JIWA

Komentar/Feedback

Temanggung, Juli 2014

Mengetahui,

Pendamping Dokter Internship Peserta

dr. Novelia Dian T. dr. Misbah Hari Cahyadi

NIP. 19621104 199010 2001

22

Page 23: 6. LAP UPD JIWA

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William &

Walkins. 5th Edition, USA, 1998 : 128

Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari

PPGDJ-III, Jakarta, 2001 : 65

Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat

Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.

Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta, 2001

: 23 – 30.

23

Page 24: 6. LAP UPD JIWA

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

SKIZOFRENIA PARANOID

OLEH:

dr. Misbah Hari Cahyadi

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN XIII

PERIODE 16 APRIL – 15 AGUSTUS 2014

PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG

24