6-Judul BAB I

2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi perkembangan pembangunan menuju industrialisasi, persaingan pasar semakin ketat, sehingga sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan taraf kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja. 1 Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) menuntut ketersediaan Sumber Daya Manusia (S.D.M.) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. 1 Undang-undang R.I. No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 23 menyebutkan bahwa Upaya Kesehatan Kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal. 2 Lebih dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hak bagi setiap pekerja/buruh, sebagaimana yang 1

description

tes

Transcript of 6-Judul BAB I

Page 1: 6-Judul BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi perkembangan pembangunan menuju industrialisasi, persaingan pasar

semakin ketat, sehingga sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan

untuk mewujudkan taraf kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk

masyarakat pekerja.1

Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting

sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (Iptek) menuntut ketersediaan Sumber Daya Manusia (S.D.M.) yang

berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi, sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.1

Undang-undang R.I. No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 23 menyebutkan

bahwa Upaya Kesehatan Kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja

secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya untuk

memperoleh produktivitas kerja yang optimal.2 Lebih dari itu, keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan hak bagi setiap pekerja/buruh, sebagaimana yang diatur

dalam Undang-undang R.I. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.3

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun

2009 jumlahnya mencapai 113,74 juta jiwa.4 Peningkatan jumlah angkatan kerja ini

juga berdampak pada meningkatnya masalah kesehatan kerja. Gizi kerja sebagai

salah satu aspek dari kesehatan kerja memiliki peran penting dalam meningkatkan

kesejahteraan, disiplin, dan produktivitas; mengingat tenaga kerja menghabiskan

waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja.5

Kenyataan menunjukkan bahwa status kesehatan dan gizi pekerja umumnya

belum mendapat perhatian yang cukup, sehingga dapat menurunkan produktivitas

kerja yang berujung pada inefisiensi biaya produksi perusahaan. Pelayanan kesehatan

dan gizi yang belum memadai antara lain dapat dilihat pada pekerja kelas menengah

ke bawah. Kelompok ini umumnya menderita kelainan akibat gizi kurang, seperti

1