6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

33
1 ENDANG TRI PRATIWI (NIM: 2014240925) SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926) AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN

description

Akuntansi Manajemen Lingkungan

Transcript of 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

Page 1: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

1

ENDANG TRI PRATIWI (NIM: 2014240925)SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926)

AKUNTANSI MANAJEMEN

LINGKUNGAN

Page 2: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

2

Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) adalah biaya-biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA), akuntansi lingkungan merupakan fungsi yang menggambarkan biaya-biaya lingkungan yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan perusahaan di dalam pengidentifikasian cara-cara yang dapat mengurangi atau menghindari biaya-biaya pada waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki kualitas lingkungan.

Page 3: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

3

Page 4: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

4

Konsep ini mengandung tiga hal penting. Pertama, perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi. Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan (competitiveness). Ketiga, ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan yang berkesinambungan (sustainable development).

Page 5: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

5

Page 6: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

6

Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. lingkungan perusahaan adalah objek di luar perusahaan yang terdiri dari:

Page 7: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

7

Page 8: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

8

1) Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan.

2) Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak.

3) Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar.

4) Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan.

Page 9: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

9

Ronald Hilton membagi jenis biaya lingkungan:1)Biaya lingkungan Private vs Sosial.2)Biaya Lingkungan Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi (Hidden)

Biaya lingkungan private terlihat (visible) adalah yang terukur dan telah diidentifikasi dengan jelas isu-isu lingkungan terkait. Biaya lingkungan private tersembunyi (hidden) adalah yang disebabkan oleh isu-isu lingkungan tetapi belum begitu diidentifikasi oleh sistem akuntansi.

a) Strategi Akhir dari pipa (End of pipe strategy).b) Strategi Proses perbaikan (Process improvement strategyc) Strategi pencegahan (Prevention strategy)

Page 10: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

10

Environmental Management Accounting (EMA) menurut The International Federation of Accountants adalah manajemen lingkungan dan performansi ekonomi melalui pengembangan dan implementasi sistem akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan prakteknya secara tepat. Hal ini dapat mencakup pelaporan dan audit pada beberapa perusahaan, secara umum EMA meliputi LCC, full cost accounting, benefit assessment, dan perencanaan strategis untuk manajemen lingkungan.

Fokus Environmental Management Accounting untuk suatu perusahaan berbeda-beda, tergantung pada tujuannya, informasi apa yang hendak dicapai dalam penerapan EMA, misalnya untuk manajer suatu departemen akan berfokus terhadap informasi mengenai EMA yang diterapkan untuk departemennya saja, atau misalnya perusahaan ingin mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan EMA dalam satu siklus hidup sebuah produk (Life Cycle Analysis).

Page 11: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

11

a) Dampak lingkungan terhadap finansial perusahaan (MEMA) dan

b) Dampak lingkungan terhadap sistem lingkungan (PEMA).

EMA adalah kerangka yang komprehensif dalam membahas akuntansi lingkungan. Dalam hubungan dengan akuntansi lingkungan, ada konsensus utama:

Page 12: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

12

Physical Environmental Management Accounting (PEMA) menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan alam yang dinyatakan dalam satuan fisik seperti kilogram.Ada tiga dimensi dari EMA yaitu:

Page 13: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

13

Keuntungan yang dapat dicapai oleh usaha/kegiatan yang menerapkan EMA

Page 14: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

14

Data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan EMA di perusahaan dapat memberikan keuntungan untuk kegiatan-kegiatan pro-lingkungan

Page 15: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

15

Biaya Produksi Rp. 20.000, diproduksi 1.000 unit Jenis Biaya Rp %

Biaya Pencegahan :-          Pelatihan-          Desain produk-          Pemilihan peralatan

 6018040280

   

1,4

Biaya Pemeriksaan :-          Pemeriksaan proses-          Pemeriksaan bahan

 24080320

  

1,6

Biaya gagal internal :-          Biaya produk rusak atau cacat-          Biaya pemeliharaan peralatan

 400200600

  

3

Biaya gagal eksternal :-          Biaya lingkungan alam (polusi udara, air)-          Biaya lingkungan ekonomi ( kerugian valas)-          Biaya lingkungan social (huru-hara, pemogokan)-          Biaya lingkungan politik (pungutan liar)-          Biaya lingkungan budaya (narkoba)-          Biaya kebersihan-          Biaya penataan lahan-          Biaya klaim kerusakan

 200200200200200200200400

1.800

        

9

Total 3.000 15

Page 16: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

16

Jenis Biaya Biaya Per Unit

Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) 20

Biaya pencegahan (280/1.000 unit) 0,028

Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) 0,032

Biaya gagal internal (600/1.000 unit) 0,60

Biaya gagal eksternal (1.800/1000 unit ) 0,180

Total biaya produksi 23

Page 17: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

17

Perhitungan Laba-Rugi Berbasis Biaya Lingkungan(Harga per unit Rp 25, biaya pemasaran dan administrasi 10% dari

penjualan) 

KeteranganAda Biaya

Lingkungan (Rp)

Tidak Ada Biaya

Lingkungan (Rp)

Pendapatan atas penjualan 25.000 25.000Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) = 20

20.000 20.000

Biaya pencegahan (280/1.000 unit) = 0,028 280 0Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) = 0,032

320 0

Biaya gagal internal (600/1.000 unit) = 0,06 600 0Biaya gagal eksternal ( 1800/1000 unit) = 0,18

1.800 0

Laba Kotor 2.000 5.000Biaya pemasaran dan administrasi 10 % x 25.000

2.500 2.500

Laba (rugi) operasi (500) 2.500Jika perusahaan tidak membayar biaya lingkungan, maka ia memperoleh laba operasi Rp 2.500, dan jika ia membayar biaya lingkungan ia menderita kerugian Rp 500. Oleh sebab itu perusahaan harus mengelola biaya lingkungan serendah-rendahnya agar tidak menderita kerugian

Page 18: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

18

Teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf wibisono, 2007).

Page 19: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

19

Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin

Page 20: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

20

People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat

Page 21: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

21

Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan.

Page 22: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

22

Dalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi saja, tetapi harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kegiatan yang berkaitan dengan memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan. Seperti penelitian Sandra (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkelanjutan bukan hanya mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan nilai pemegang saham. Namun yang paling baik adalah dicapai melalui kerangka kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, lingkungan dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan.

Page 23: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

23

Konsep disampaikan oleh Solihin (2008) menyatakan bahwa pengenalan konsep sustainability development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep triple bottom line selanjutnya. Sebagai contoh the organization for economic cooperation and development (OECD merumuskan”kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian kepada para pemegang saham, upah bagi karyawan dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan melainkan perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat”.

Page 24: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

24

Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih

mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang

terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan

perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang

saham). Tidak dapat diingkari, masih banyak perusahaan yang

melihat program ini sebagai suatu program yang menghabiskan

banyak biaya dan merugikan. Bahkan, beberapa perusahaan

menerapkan program ini karena “terpaksa” untuk mengantisipasi

penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

Selain sisi internal perusahaan, hambatan lainnya dari sisi

eksternal karena belum adanya dukungan regulator dan profesi

akuntansi tentang penyajian pelaporannonfinansial.

Page 25: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

25

Michael Porter, dalam tulisannya yang berjudul Strategy and

Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate

Social Responsibility (Harvard Business Review, Desember 2006),

telah melakukan riset dan mengemukakan bahwa konsep sosial

harus menjadi bagian dari strategi perusahaan. Strategi

perusahaan terkait erat dengan program tanggung jawab sosial.

Perusahaan tidak akan menghilangkan program tanggung jawab

sosial itu meski dilanda krisis, kecuali ingin mengubah

strateginya secara mendasar. Sementara pada kasus program

tanggung jawab dipotong lebih dulu.

Page 26: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

26

Faktor yang mempengaruhi pengungkapan triple bottom line dalam penelitian dapat dianalisa dari 3 sisi yaitu:1)Karaktristik perusahaan2)Struktur kepemilikan3)Good corporate governance.

Page 27: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

27

Leverage dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi beresiko memiliki biaya monitoring yang tinggi pula. Sehingga manajemen secara konsisten mengungkapkan untuk tujuan monitoring agar memastikan kepada kreditor kemampuan untuk membayar.

Profitabilitas dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan selama-lamanya. Sehingga besar kecilnya suatu perusahaan itu dinilai dari profit yang dihasilkan. Sebagai bentuk pertanggung jawaban dari agen yang memegang kendali pada perusahaan maka perusahaan pasti melakukan pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan serta pelaporannya.

Likuiditas`dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Likuiditas perusahaan adalah faktor utama penting bagi pengungkapan yang dilakukan perusahaan, karena investor, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya sangat memperhatikan status going concern perusahaan.

Page 28: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

28

Jenis Industri dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Perusahaan pada jenis industri yang sejenis mempengaruhi penuh kebijakan pengungkapan informasi dan informasi yang disampaikan cenderung serupa, baik isi dan pengungkapannya. Jenis industri dikategorikan berdasarkan low profile dan high profile.

Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Triple Bottom

Line. Hubungan pengungkapan triple bottom line di Indonesia dengan kepemilikan asing adalah untuk menjamin bagaimana kepercayaan yang diberikan oleh prinsipal yaitu investor asing dipertanggungjawabkan oleh maanajemen yang bersangkutan. Dalam penelitian indah (2009) menyebutkan bahwa kepemilikan asing tak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial atau triple bottom line, padahal dalam fakta sekarang banyak investor yang mensayaratkan adanya laporan sosial pada perusahaannya.

Page 29: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

29

Kepemilikan manajemen dan Pengungkapan Triple

Bottom Line. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi pula untuk melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan. Rawi (2010) juga mengatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program tanggungjawab sosial dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Triple

Bottom Line. Persentase saham institusional menyebabkan tingkat monitor lebih efektif. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan institusi, maka untuk program tanggungjawab sosial dan lingkungan semakin luas. Monitor yang ketat yang dilakukan oleh prinsipal dalam hal ini dilakukan untuk meminimalkan biaya agensi yang terjadi.

Page 30: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

30

Ukuran dewan komisaris dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Sandra (2011) menyatakan bahwa dari konsep teori legitimasi, adanya direktur independen dalam komposisi dewan perusahaan dapat memperkuat pandangan publik terhadap legitimasi perusahaan. Masyarakat menganggap dan menilai tinggi suatu perusahaan jika memiliki independen direktur yang seimbang atau banyak dalam dewan perusahaan, karena kondisi seperti ini menandakan lebih efektifnya pengawasan dalam aktivitas managemen perusahaan. Ukuran komite audit dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Dalam pelaksanaan good corporate governance banyak aspek yang dapat dilakukan oleh manajemen sebagai pelaku utama dalam melakukan mekanisme perusahaan. Salah satu aspek dari pelaksanaan good corporate governance adalah pembentukan komite audit. Dasar pembentukan komite audit juga berdasarkan atas keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.

Page 31: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

31

Wujud nyata Triple Bottom Line ini diistilahkan menjadi Corporate Social Responsibility (CSR: tanggung jawab sosial perusahaan). CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Secara tegas dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, dunia usaha, masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.

Page 32: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

32

1) Perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan

2) Kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja

3) Perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan

4) Perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.

Page 33: 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan

33