6. Akuntansi Manajemen Lingkungan Asli

45
AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN OLEH ENDANG TRI PRATIWI (NIM: 2014240925) SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926) MATERI KELOMPOK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

Akuntansi Manajemen Lingkungan

Transcript of 6. Akuntansi Manajemen Lingkungan Asli

AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGANOLEHENDANG TRI PRATIWI

(NIM: 2014240925)

SRI APRIYANTI HUSAIN

(NIM: 2014240926)

MATERI KELOMPOKDisusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

Akuntansi Manajemen Lanjutan

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGANPENDAHULUANSaat populasi dunia berkembang, memperluas kegiatan usaha, dan dunia yang tampaknya menyusut, jutaan orang di seluruh dunia lebih sadar akan sangat pentingnya melestarikan lingkungan kita untuk diri kita dan keturunan kita. Masalah-masalah seperti kualitas udara dan air, karsinogen tersembunyi, pemanasan global, dan konsumsi berlebihan sumber energi tak terbarukan merupakan berita utama setiap hari. Para pemimpin bisnis telah berbicara tentang keinginan pembangunan berkelanjutan, yang berarti kegiatan usaha yang menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan di masa kini tanpa membatasi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Banyak perusahaan yang berjuang untuk ecoefficiency lebih besar, yang berarti meningkatkan produksi barang dan jasa, sementara pada saat yang sama mengurangi efek merusak pada lingkungan produksi yang sayangnya, tidak semua perusahaan sama-sama berusaha keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Untuk memaksa perusahaan memperhatikan isu-isu lingkungan, di Amerika Serikat memiliki undang-undang lingkungan, seperti US Clean Air Act dan AS U.S. Superfund Act, serta badan pengawas federal, inisiatif lingkungan juga, seperti Protokol Kyoto, yang berusaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dipercaya banyak ilmuwan berkontribusi pada pemanasan global. Sedangkan di Indonesia, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Lingkungan Hidup yang mewajibkan industri-industri untuk melakukan pengelolaan lingkungan sehubungan dengan aktivitas usahanya.Suatu industri perlu mengukur dampak lingkungan dari aktivitas produksi baik dampak lingkungan secara fisik dan juga dampak lingkungan secara finansial bagi perusahaan. Pendekatan Environmental Management Accounting (EMA) tepat untuk dipakai dalam masalah ini, karena melalui EMA didapatkan informasi mengenai aliran material atau energi, dan dampak ke lingkungan berdasarkan biaya lingkungan yang dikeluarkan.Biaya lingkungan ini mengambil banyak bentuk, seperti menginstal scrubber pada cerobong asap untuk mematuhi peraturan EPA, meningkatkan proses produksi untuk mengurangi atau menghilangkan polutan tertentu, atau membersihkan sungai yang terkontaminasi. Pada bagian berikutnya, kita secara sistematis akan mengeksplorasi biaya ini dengan tujuan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mengelolanya.A. ENVIRONMENTAL COST OF QUALITY.1) Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting/EA)Praktek-praktek akuntansi tradisional seringkali melihat biaya lingkungan sebagai biaya mengoperasikan bisnis, meskipun biaya-biaya tersebut signifikan, meliputi: biaya sumberdaya, yaitu mereka yang secara langsung berhubungan dengan produksi dan mereka yang terlibat dalam operasi bisnis umum, pengolahan limbah, dan biaya pembuangan. Biaya reputasi lingkungan, dan biaya membayar premi asuransi resiko lingkungan.Dalam banyak kasus, biaya-biaya lingkungan seperti yang berkaitan dengan sumberdaya alam (energi, udara, air) dimasukkan ke dalam satu jalur biaya operasi atau biaya administrasi yang diperlakukan independen dengan proses produksi. Juga biaya lingkungan sering didefinisikan secara sempit sebagai biaya yang terjadi dalam upaya pemenuhan dengan atau kaitan dengan hukum atau peraturan lingkungan. Hal ini karena sistem akuntansi cenderung berfokus pada biaya bisnis yang teridentifikasi secara jelas, bukan pada biaya dan manfaat pilihan alternatif.Akuntansi Lingkungan (Environment Accounting) adalah biaya-biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalam praktik akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (US EPA), akuntansi lingkungan merupakan fungsi yang menggambarkan biaya-biaya lingkungan yang harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan perusahaan di dalam pengidentifikasian cara-cara yang dapat mengurangi atau menghindari biaya-biaya pada waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki kualitas lingkungan. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan mempunyai pengertian yang sama dengan akuntansi biaya lingkungan yaitu sebagai penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan kedalam praktik akuntansi perusahaan atau pemerintah dengan mengidentifikasikan cara-cara yang dapat mengurangi atau menghindari biaya perbaikanAkuntansi Lingkungan secara spesifik mendefinisikan dan menggabungkan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridentifikasi, perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan dari peluang-peluang untuk mengurangi dampak lingkungan. Manfaat-manfaat dari mengadopsi akuntansi lingkungan dapat meliputi:a) Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk memproduksi produk atau jasa. Ini bermuara memperbaiki harga dan profitabilitasb) Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk, proses, sistem, atau fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya tersebut pada tanggungjawab manajerc) Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitasd) Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran perbaikan kualitase) Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi biaya-biaya lingkungan.f) Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumberdaya dan mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbahg) Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu -isu lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerjah) Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan sekaligus meningkatkan daya kompetitif.2) Konsep EkoefisensiKonsep ini mengandung tiga hal penting. Pertama, perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi. Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan (competitiveness). Ketiga, ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan yang berkesinambungan (sustainable development). Pengembangan yang berkesinambungan didefinisikan sebagai pengembangan yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.Ekoefisiensi mengimplikasikan peningkatan efisiensi yang berasal dari perbaikan kinerja lingkungan. Ada sejumlah sumber dari insentif dan penyebab peningkatan efisiensi.a) Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk yang diproduksi tanpa merusak lingkungan serta penggunaan dan pembuangannya ramah lingkungan.

b) Para pegawai lebih suka bekerja di perusahaan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan dan akan menghasilkan produktivitas yang lebih besar. c) Perusahaan yang bertanggungjawab terhadap lingkungan cenderung memperoleh keuntungan eksternal, seperti biaya modal yang lebih rendah dan tingkat asuransi yang lebih rendah. d) Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan keuntungan sosial yang signifikan, seperti keuntungan bagi kesehatan manusia. e) Fokus pada perbaikan kinerja lingkungan membangkitkan keinginan para manajer untuk melakukan inovasi dan mencari peluang baru. f) Pengurangan biaya lingkungan dapat mempertahankan atau menciptakan keunggulan bersaing.

Pengurangan biaya dan insentif kompetitif merupakan hal yang penting. Biaya lingkungan dapat merupakan persentase yang signifikan dari biaya operasional total. Pengetahuan mengenai biaya lingkungan dan penyebab-penyebabnya dapat mengarah pada desain ulang proses yang dapat mengurangi bahan baku yang digunakan. Jadi, biaya lingkungan saat ini dan di masa depan dikurangi sehingga perusahaan menjadi lebih kompetitif.3) Biaya Lingkungan Perusahaan

Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan juga diartikan sebagai dampak, baik moneter atau non-moneter yang terjadi oleh hasil aktifitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan. Biaya lingkungan juga merupakan pengorbanan untuk menjaga kelestarian perusahaan. Yang dimaksud lingkungan perusahaan adalah objek di luar perusahaan yang terdiri dari:a) Lingkungan alam : Polusi udara dan air, kerusakan alam, biaya kerusakan alam,b) Lingkungan Ekonomi : Agraris subsistens, agraris komersial, perdagangan dan industry, biaya krisis ekonomi (buruh mogok, dsb),c) Lingkungan Sosial : Pranata sosial, lembaga sosial, biaya krisis sosial (protes masyarakat),d) Lingkungan politik : Pajak dan pungutan lainnya, kebijakan fiskal dan moneter, ideology, biaya kebijakan politik (BBM, Pajak, dan sebagainya),e) Lingkungan budaya : Adat-istiadat, kepercayaan, biaya kerusakan budaya (dekadensi moral).Kelima lingkungan itu harus dikelola oleh perusahaan agar dampaknya tidak menimbulkan kerugian. Kerusakan lingkungan akan berdampak terhadap biaya perusahaan, dan akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan. Misalnya, lingkungan alam yang rusak (polusi udara, air, kerusakan tanah), mengakibatkan naiknya biaya, lingkungan ekonomi yang rusak (kenaikan valuta asing) akan menaikkan biaya, lingkungan social yang rusak (huru-hara) mengakibatkan biaya produksi naik, lingkungan politik yang rusak karena adanya pungutan liar, mengakibatkan naiknya biaya overhead perusahaan, dan lingkungan budaya yang rusak karena pengaruh narkoba, mengakibatkan produktivitas kerja rendah. Semuanya itu berdampak pada naiknya biaya dan penurunan pendapatan perusahaan, yang berakibat kerugian.Bagaimana perusahaan menjelaskan biaya lingkungan tergantung pada bagaimana perusahaan menggunakan informasi biaya tersebut (alokasi biaya, penganggaran modal, desain proses/produk, keputusan manajemen lain), dan skala atau cakupan aplikasinya. Tidak selalu jelas apakah biaya itu masuk lingkungan atau tidak, beberapa masuk zona abu-abu atau mungkin diklasifikasikan sebagian lingkungan sebagian lagi tidak.Terminologi akuntansi lingkungan menggunakan ungkapan seperti full, total, true, dan life cycle untuk menegaskan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak lengkap cakupannya karena mereka mengabaikan biaya lingkungan penting (serta pendapatan dan penghematan biaya).4) Model Biaya Kualitas LingkunganDalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada kerusakan lingkungan. Kerusakan didefenisikan sebagai degradasi langsung dari lingkungan, seperti emisi residu benda padat, cair, atau gas ke dalam lingkungan (misalnya: pencemaran air dan polusi udara), atau degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu.Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan dalam empat kategori:

a) Biaya Pencegahan Lingkungan (environmental prevention costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan. Contoh: Evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi, desain proses dan produk untuk mengurangi dan menghapus limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit risiko lingkungan, daur ulang produk, pemerolehan sertifikasi ISO 14001.3b) Biaya Deteksi Lingkungan (environmental detection costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh: Audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses, pengembangan ukuran kinerja lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari pemasok, serta pengukuran tingkat pencemaran.c) Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (environmental internal failure costs), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh: Pengoperasian peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan dan pembuangan limbah beracun, pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, serta daur ulang sisa bahan.d) Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (environmental external failure), adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan serta melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi (realized external failure costs) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasikan (unrealized external failure costs) atau biaya sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Contoh biaya kegagalan eksernal yang direalisasi adalah: pembersihan danau yang tercemar, pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan tanah yang tercemar, penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien, penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak ramah lingkungan, dll. Contoh biaya sosial adalah: mencakup perawatan medis karena udara yang terpolusi (kesejahteraan individu), hilangnya kegunaan danau sebagai tempat rekreasi karena pencemaran (degradasi), hilangnya lapangan pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual), dan rusaknya ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi).

5) Klasifikasi Biaya LingkunganRonald Hilton membagi jenis biaya lingkungan sebagai berikut:a) Biaya lingkungan Private vs Sosial. Satu perbedaan penting antara biaya privat dan sosial (atau biaya publik). Biaya lingkungan private yang ditanggung oleh perusahaan atau individu. Contohnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mematuhi peraturan EPA atau untuk membersihkan danau yang tercemar. Biaya lingkungan sosial yang ditanggung oleh masyarakat luas. Contoh ini meliputi biaya-biaya yang ditanggung oleh pembayar pajak kepada staf EPA, biaya ditanggung oleh pembayar pajak untuk membersihkan sebuah danau atau sungai tercemar, biaya ditanggung oleh individu, perusahaan asuransi dan Medicare karena masalah kesehatan yang disebabkan oleh polutan, dan kualitas hidup unquantifiable, kita menanggung semua biaya dari lingkungan yang rusak. Sementara biaya-biaya lingkungan sosial penting bagi kita semua, kita akan memusatkan perhatian pada manajemen biaya lingkungan (environmental cost management), yang merupakan upaya sistematis untuk mengukur dan mengendalikan atau mengurangi biaya lingkungan private yang ditanggung oleh perusahaan atau organisasi lainnya.b) Biaya Lingkungan Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi (Hidden). Biaya lingkungan sosial dan private dapat terlihat atau tersembunyi. Biaya lingkungan sosial terlihat (Visible) adalah yang dikenal dan diidentifikasi dengan jelas terkait dengan isu-isu lingkungan, seperti biaya pembayar pajak dari staf EPA atau membersihkan danau yang tercemar. Biaya lingkungan sosial tersembunyi (hidden) termasuk yang disebabkan oleh isu-isu lingkungan tetapi belum begitu diidentifikasi, seperti biaya yang ditanggung oleh individu, perusahaan asuransi, atau Medicare karena kanker yang disebabkan oleh polusi, tetapi tidak diidentifikasi dengan jelas seperti itu. Sebagai contoh, adalah melanoma (jenis kanker kulit serius) yang disebabkan oleh kecenderungan keturunan, kegagalan dalam menggunakan sun block, atau penipisan lapisan ozon yang dihasilkan dari emisi industri chlorofluorocarbons? Tidak ada yang tahu pasti.6) Mengelola Biaya Lingkungan

Mari kita memfokuskan perhatian kita sekarang pada manajemen biaya lingkungan, atau pengukuran dan pengendalian atau pengurangan biaya lingkungan private.Biaya Lingkungan Private Terlihat (Visible ) vs Tersembunyi (Hidden). Sekali lagi, kita perlu membedakan antara biaya terlihat (visible) dan tersembunyi (hidden). Biaya lingkungan private terlihat (visible) adalah yang terukur dan telah diidentifikasi dengan jelas isu-isu lingkungan terkait. Biaya lingkungan private tersembunyi (hidden) adalah yang disebabkan oleh isu-isu lingkungan tetapi belum begitu diidentifikasi oleh sistem akuntansi. diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut:a) Memonitor biaya (Monitoring costs). Memonitor biaya proses produksi untuk menentukan polusi yang dihasilkan (misalnya, biaya pengujian untuk kontaminan air limbah).b) Pengurangan biaya (Abatement costs). Biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi (misalnya, mengubah desain produk untuk menggunakan bahan yang lebih mahal yang tidak menghasilkan pencemaran lingkungan).c) Perbaikan biaya (Remediation costs) (yaitu, pembersihan biaya). Pemulihan di lokasi (On-site remediation). Biaya untuk mengurangi atau mencegah keluarnya polutan yang telah dihasilkan dalam proses produksi ke lingkungan (misalnya, biaya pemasangan scrubber pada cerobong asap untuk menghilangkan polutan udara tertentu dalam asap). Pemulihan di luar lokasi (Off-site remediation). Biaya untuk mengurangi atau menghilangkan polutan dari lingkungan setelah mereka habis (misalnya, biaya pembersihan sungai yang tercemar oleh operasi perusahaan).

Perbedaan antara biaya yang terlihat (visible) dan tersembunyi (hidden) yang tercantum dalam Tabel 1 adalah salah satu yang penting tapi samar. Perhatikan, misalnya biaya tambahan (Incremental cost) menggunakan bahan lebih mahal karena itu menyebabkan kurangnya (atau tidak) ada dampak negatif terhadap lingkungan. Apakah ini biaya yang terlihat atau tersembunyi? Jawabannya adalah tergantung pada apakah sistem akuntansi biaya ini telah diukur dan diidentifikasi sebagai biaya lingkungan. Studi menunjukkan bahwa biaya lingkungan banyak yang tersembunyi, karena sistem akuntansi tidak mengukur dan mengidentifikasi mereka sebagai biaya lingkungan. "Kebanyakan sistem akuntansi biaya yang terlihat menumpuk ke dalam kolam biaya lingkungan, terpisah dari kolam biaya overhead yang lain. Misalnya, banyak pabrik baja kolam kompilasi biaya terpisah untuk pengolahan air limbah, pemulihan, pembuangan limbah berbahaya, pengeluaran pengurangan polusi modal, dan penyusutan pada peralatan pengurangan polusi". Namun, biaya tambahan pabrik bahan baja disebabkan oleh perubahan dari Sinter untuk mengurangi polusi, dalam menanggapi peraturan lingkungan yang lebih ketat, biasanya tidak dilaporkan tersendiri oleh sistem akuntansi sebagai biaya lingkungan. Oleh karena itu, tetap merupakan biaya lingkungan tersembunyi (hidden).Mengapa pada titik ini mengenai biaya yang terlihat (visible) dibandingkan tersembunyi (hidden) begitu penting? Karena banyak pengamat percaya bahwa biaya yang terlihat dilaporkan oleh sistem akuntansi yang paling mungkin hanya sebagian kecil dari biaya tersembunyi. Sebuah studi pada industri baja, menyimpulkan bahwa biaya tersembunyi hampir 10 kali biaya terlihat.

Tabel 1.2 Private Environment CostsVisible costsHidden Costs

Monitoring1. Memeriksa produk terkontaminasi

2. Mengukur kontaminasi terhadap proses atau mesin

3. Memverifikasi kepatuhan vendor dengan standar lingkungan.

1. Inspeksi produk

2. Tambahan biaya staf pengadaan untuk memastikan kepatuhan vendor dengan standar lingkungan.

Pengurangan4. Kualifikasi vendor untuk kepatuhan lingkungan.

5. Daur ulang bahan, wadah, atau air.

6. Merancang produk dan proses untuk mengurangi atau menghilangkan dampak lingkungan yang negatif.

7. Melakukan analisis dampak lingkungan.3. Incremental material costs yang dikeluarkan untuk menggunakan bahan polusi yang kurang.

4. Incremental direct-labor costs yang dikeluarkan untuk melakukan tugas yang terkait untuk mengurangi polusi.

5. Incremental costs yang lebih mahal yang dipasang semua atau sebagian untuk mengurangi polusi.

6. Incremental costs untuk membeli hybrid kendaraan (bertenaga listrik dan bensin) untuk mengurangi polusi udara.

PerbaikanDi lokasi (On-site)

Di luar lokasi (Off-site)8. Instalasi pengurangan polusi atau perangkat eliminasi

9. Membuang limbah beracun dengan cara yang ramah lingkungan

10. Pengobatan limbah beracun

11. Membersihkan lokasi yang tercemar (misalnya, air, tanah, atau bangunan)

12. Mempertahankan atau menata tuntutan hukum lingkungan

13. Membayar denda EPA7. Incremental direct-labor costs yang dikeluarkan untuk mempertahankan pemulihan peralatan.

8. Incremental energy atau biaya overhead lainnya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pemulihan peralatan.

9. Incremental direct-labor costs bagi para pekerja yang digunakan untuk melakukan pembersihan lingkungan tugas.

10. Margin kontribusi yang hilang pada penjualan yang hilang akibat catatan lingkungan yang kurang menguntungkan atau reputasinya.

7) Strategi Biaya Lingkungan

Ada tiga strategi untuk mengelola biaya lingkungan.

a) Strategi Akhir dari pipa (End of pipe strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan menghasilkan limbah atau polutan, dan kemudian membersihkannya sebelum dibuang ke lingkungan. Scrubber cerobong asap, pengolahan air limbah, dan filter karbon udara adalah contoh-contoh strategi akhir pipa.b) Strategi Proses perbaikan (Process improvement strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan memodifikasi produk dan proses produksi untuk menghasilkan polutan sedikit atau tidak ada, atau mencari cara untuk mendaur ulang limbah internal.c) Strategi pencegahan (Prevention strategy). "Strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan pencemaran yang berhubungan dengan melibatkan ... tidak menghasilkan polutan apapun di tempat pertama. Dengan strategi ini, perusahaan menghindari semua masalah dengan pihak berwenang dan dalam banyak kasus, menghasilkan perbaikan laba yang signifikan.8) Environmental Management Accounting(EMA)Guna menanggulangi masalah pengelolaan lingkungan, kini telah mulai dikembangkan Environmental Management Accounting(EMA) sebagai perangkat untuk membantu usaha para manajer dalam meningkatkan performa finansial sekaligus kinerja lingkungannya. Secara sistematis,EMA mengintegrasikan aspek lingkungan dari perusahaan ke dalam akuntasi manajemen dan proses pengambilan keputusan. SelanjutnyaEMAmembantu pelaku bisnis/manager untuk mengumpulkan, menganalisa dan menghubungkan antara aspek lingkungan dengan informasi moneter maupun fisik.Definisi Environmental Management Accounting (EMA) menurut The International Federation of Accountants adalah manajemen lingkungan dan performansi ekonomi melalui pengembangan dan implementasi sistem akuntansi yang berhubungan dengan lingkungan dan prakteknya secara tepat. Hal ini dapat mencakup pelaporan dan audit pada beberapa perusahaan, secara umum EMA meliputi LCC, full cost accounting, benefit assessment, dan perencanaan strategis untuk manajemen lingkungan.Fokus Environmental Management Accounting untuk suatu perusahaan berbeda-beda, tergantung pada tujuannya, informasi apa yang hendak dicapai dalam penerapan EMA, misalnya untuk manajer suatu departemen akan berfokus terhadap informasi mengenai EMA yang diterapkan untuk departemennya saja, atau misalnya perusahaan ingin mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan EMA dalam satu siklus hidup sebuah produk (Life Cycle Analysis).EMA yang dikembangkan oleh Burrit et.al mengintergrasikan dua komponen lingkungan yaitu monetary environmental management accounting (MEMA) dan physical environmental management accounting (PEMA), lihat Tabel 1.3. Pada Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa EMA terbagi dalam dua dimensi waktu yaitu waktu lampau dan waktu yang akan datang. Tiap dimensi waktu, terbagi lagi dalam informasi yang reguler dan ad hoc.EMA adalah kerangka yang komprehensif dalam membahas akuntansi lingkungan. Dalam hubungan dengan akuntansi lingkungan, ada konsensus utama:a) Dampak lingkungan terhadap finansial perusahaan (MEMA) danb) Dampak lingkungan terhadap sistem lingkungan (PEMA).

Dampak lingkungan pada sistem ekonomi dinyatakan dalam bentuk monetary environmental information yaitu semua dampak masa lalu, sekarang dan pada waktu yang akan datang dari aliran uang, misalnya: pengeluaran dan pendapatan karena produksi bersih, denda karena melanggar aturan lingkungan.Dampak lingkungan terhadap sistem lingkungan dinyatakan dalam physical environmental information. Pada tingkat perusahaan, physical environmental information termasuk semua material dan energi yang dikeluarkan pada masa lalu, sekarang dan pada waktu yang akan datang yang mempengaruhi sistem ekologi. Physical environmental information selalu dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya: kilogram atau JulesMonetary Environmental Management Accounting (MEMA) berkenaan dengan aspek lingkungan dari aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk uang dan digunakan untuk manajemen internal, misalnya: untuk biaya membayar denda karena melanggar aturan lingkungan. Dalam bentuk metode, MEMA didasarkan atas akuntansi manajemen konvensional yang diperluas untuk masalah lingkungan. Hal ini merupakan alat utama untuk keputusan manajemen internal, juga untuk menelusuri dan memperlakukan biaya dan pengeluaran yang terjadi karena tindakan perusahaan yang mempengaruhi lingkungan. MEMA berkontribusi terhadap perencanaan strategis dan operasional, menyediakan dasar untuk pengambilan keputusan tentang bagaimana mencapai target yang diinginkan dan mengendalikan secara bertanggung-jawab.Physical Environmental Management Accounting (PEMA) menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan alam yang dinyatakan dalam satuan fisik seperti kilogram.Ada tiga dimensi dari EMA yaitu:1) Time frame yaitu waktu lampau, sekarang dan waktu yang akan datang. EMA berorientasi pada waktu lampau dan waktu yang akan datang untuk PEMA dan MEMA. Tabel 1.3 membedakan antara MEMA dan PEMA yang tersedia bagi manajemen untuk membahas isu lingkungan dengan fokus pada pengukuran transaksi masa lampau, transformasi atau bahkan prediksi hasil transaksi yang akan dilakukan. Misalnya, akuntansi biaya lingkungan pada kiri atas secara rutin menyediakan informasi jangka pendek tentang aktivitas yang telah terjadi terhadap produk atau divisi di perusahaan.2) Panjang dari time frame yaitu jangka pendek dan jangka panjang dan EMA juga membahas isu jangka pendek dan jangka panjang. Panjangnya waktu berkaitan dengan panjangnya horison perencanaan. Jika horison perencanaan panjang, digunakan PEMA atau MEMA jangka panjang yang biasanya melibatkan investasi.3) Rutinitas dari informasi yaitu informasi rutin dan ad hoc. Dari pandangan pengambilan keputusan manajemen secara internal, waktu lampau dan waktu yang akan datang dapat dibedakan menjadi informasi yang didapatkan secara rutin maupun secara ad hoc.Beberapa keuntungan yang dapat dicapai oleh usaha/kegiatan yang menerapkan EMA antara lain :

a) EMAdapat menghemat pengeluaran usaha. Dampak dari isu-isu lingkungan dalam biaya produksi seringkali tidak diperkirakan sebelumnya. Hal ini digambarkan sebagai gunung es (ice-berg) yang bisa menenggelamkan laju kapal. EMA dapat membantu untuk mengidentifikasi dan menganalisa biaya tersembunyi (hidden cost), misalnya biaya minimisasi limbah yang hanya memasukkan biaya insenerasi dan pembuangan limbah, namun juga memasukkan biaya material, opearsional, buruh dan administrasi.b) EMAdapat membantu pengambilan keputusan. Keputusan yang menguntungkan harus didasarkan pada berbagai informasi penting. EMA membantu pengambil keputusan dengan informasi penting tentang biaya tambahan yang disebabkan oleh isu-isu lingkungan. EMA membuka kembali biaya produk dan proses spesifik yang seringkali tersembunyi dalam bagian overhead cost usaha/kegiatan.c) EMAmeningkatkan performa ekonomi dan lingkungan usaha. Ada banyak cara positif untuk meningkatkan performa usaha/kegiatan atau organisasi, seperti investasi teknologi bersih, kampanye minimalisasi limbah, pengenalan sistem pengendalian pencemaran udara, dll. Dari sekian banyak cara tersebut, mana yang menguntungkan? Guna mengidentifikasi perangkat-perangkat tersebut dalam meningkatkan pembagian tingkat keuntungan usaha/kegiatan dengan menurunkan dampak lingkungan dari produk dan proses produksi, EMA memberikan solusi saling menguntungkan (win-win situations). Usaha/kegiatan diharapkan akan mempunyai performa lebih baik baik pada sisi ekonomi maupun sisi lingkungan.d) EMAakan mampu memuaskan semua pihak terkait. Penerapan EMA pada usaha/kegiatan secara simultan dapat meningkatkan performa ekonomi dan kinerja lingkungan. Oleh karena itu akan berimplikasi pada kepuasan pelanggan dan investor, hubungan baik antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitar, serta memenuhi ketentuan regulasi. Usaha/kegiatan berpeluang untuk memenuhi keuntungan usaha, mengurangi resiko dari berbagai pelanggaran hukum dan meningkatkan hubungan baik secara menyeluruh dengan stakeholders laiinya.e) EMAmemberikan keunggulan usaha/kegiatan. EMA meningkatkan keseluruhan berbagai metoda dan perangkat yang membantu usaha/kegiatan dalam meningkatkan laba usaha dan pengambilan keputusan. Sangat mudah dalam penerapannya baik pada usaha menengah keatas maupun usaha kecil. EMA membantu salah satu pengambilan keputusan penting seperti investasi baru dalam fungsi pengelolaan usaha seperti akuntasi biaya. Hal ini sangat memungkinkan diaplikasikan pada semua jenis sector industri dan kegiatan.

Para pengambil keputusan di perusahaan dapat menggunakan informasi dan data yang diperoleh dari EMA sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih baik, dengan mempertimbangkan perhitungan fisik (dari material dan energi) dan juga kinerja finansial. Jika perusahaan berupaya untuk meminimalkan biaya berbarengan dengan meningkatkan kinerja lingkungan (misalnya mengurangi limbah), EMA dapat memberikan informasi penting yang berkaitan dengan kedua hal tersebut.Data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan EMA di perusahaan dapat memberikan keuntungan untuk kegiatan-kegiatan pro-lingkungan sebagai berikut:

a) Pencegahan Pencemaranb) Design for Environmentc) Penilaian / Pembiayaan / Desain Daur Hidup Lingkungand) Manajemen Supply Chaine) Pembelian dengan pertimbangan lingkunganf) Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001)g) Evaluasi Kinerja Lingkungan & Benchmarkingh) Reporting (CSR Reporting maupun Environmental Performance Reporting)

PELAPORAN BIAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN1) Pengukuran Biaya LingkunganBiaya lingkungan harus dikelola dengan efektif dan efisien agar: 1) produk harus lebih berdaya guna, dan 2) perusahaan dalam melakukan pengurangan biaya dengan cara: a) mengurangi dampak negatif lingkungan, b) mengkonsumsi sumber daya alam secara efektif. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan. Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius memperbaiki kinerja lingkungannnya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Langkah pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori.Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting:

a) Dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan, danb) Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori.

Dengan mengelola lingkungan perusahaan secara efektif dan efisien, perusahaan dapat membantu pembangunan secara berkesinambungan sehingga pelanggan dapat mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan. Di samping itu karyawan dapat bekerja dalam situasi kondusif, biaya modal perusahaan rendah, biaya asuransi kesehatan rendah, dan masyarakat dapat hidup sehat.Biaya lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam biaya gagal eksternal dalam dimensi biaya mutu yang besarnya dapat dihitung dari total biaya produksi. Makin tinggi biaya lingkungan, makin tinggi beban biaya perusahaan dan menurunkan laba, atau mungkin dapat mengakibatkan kerugian. Perhitungan biaya lingkungan disajikan dalam tabel 1.4, 1.5, dan 1.6.Tabel 1.4Laporan Biaya LingkunganBiaya Produksi Rp. 20.000, diproduksi 1.000 unitJenis BiayaRp%

Biaya Pencegahan :

- Pelatihan

- Desain produk

- Pemilihan peralatan60

180

40

2801,4

Biaya Pemeriksaan :

- Pemeriksaan proses

- Pemeriksaan bahan240

80

3201,6

Biaya gagal internal :

- Biaya produk rusak atau cacat

- Biaya pemeliharaan peralatan400

200

6003

Biaya gagal eksternal :

- Biaya lingkungan alam (polusi udara, air)

- Biaya lingkungan ekonomi ( kerugian valas)

- Biaya lingkungan social (huru-hara, pemogokan)

- Biaya lingkungan politik (pungutan liar)

- Biaya lingkungan budaya (narkoba)

- Biaya kebersihan

- Biaya penataan lahan

- Biaya klaim kerusakan200

200

200

200

200

200

200

400

1.8009

Total3.00015

Tabel 1.5Pembebanan Biaya LingkunganJenis BiayaBiaya Per Unit

Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit)20

Biaya pencegahan (280/1.000 unit)0,028

Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit)0,032

Biaya gagal internal (600/1.000 unit)0,60

Biaya gagal eksternal (1.800/1000 unit )0,180

Total biaya produksi23

Tabel 1.6Perhitungan Laba-Rugi Berbasis Biaya Lingkungan(Harga per unit Rp 25, biaya pemasaran dan administrasi 10% dari penjualan)KeteranganAda Biaya Lingkungan (Rp)Tidak Ada Biaya Lingkungan (Rp)

Pendapatan atas penjualan25.00025.000

Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) = 2020.00020.000

Biaya pencegahan (280/1.000 unit) = 0,0282800

Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) = 0,0323200

Biaya gagal internal (600/1.000 unit) = 0,066000

Biaya gagal eksternal ( 1800/1000 unit) = 0,181.8000

Laba Kotor2.0005.000

Biaya pemasaran dan administrasi 10 % x 25.0002.5002.500

Laba (rugi) operasi(500)2.500

Keterangan Tabel 1.6: Jika perusahaan tidak membayar biaya lingkungan, maka ia memperoleh laba operasi Rp 2.500, dan jika ia membayar biaya lingkungan ia menderita kerugian Rp 500. Oleh sebab itu perusahaan harus mengelola biaya lingkungan serendah-rendahnya agar tidak menderita kerugian.B. TRIPLE BOTTOM LINE

Dewasa ini konsep CSR semakin berkembang, dan dengan berkembangnya konsep CSR tersebut maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan mengenai CSR ini. Salah satu yang terkenal adalah teori triple bottom line dimana teori ini memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan 3P. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf wibisono, 2007).

1) Profit (Keuntungan) Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin (Yusuf wibisono, 2007).

2) People (Masyarakat Pemangku Kepentingan) People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dan perlu juga disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat. Karena itu perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat (Yusuf wibisono, 2007).

3) Planet (Lingkungan) Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya (Yusuf wibisono, 2007).PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINEDalam era globalisasi peursahaan tidak hanya mementingkan aspek ekonomi saja, tetapi harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kegiatan yang berkaitan dengan memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan. Seperti penelitian Sandra (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkelanjutan bukan hanya mengejar keuntungan financial, bukan hanya peningkatan nilai pemegang saham. Namun yang paling baik adalah dicapai melalui kerangka kerja yang luas di bidang ekonomi, sosial, lingkungan dan nilai-nilai etika serta tujuan bersama yang melibatkan interaksi antara perusahaan dan berbagai pemangku kepentingan.

Selanjutnya, konsep ini dikembangkan seperti penelitian Zu (2009) dalam Sandra (2011) mengungkapkan tentang teori triple bottom line dengan tiga aspek utama yaitu, ekonomis, sosial dan lingkungan. Triple bottom line menangkap spektrum yang lebih luas dari nilai-nilai dan kriteria untuk mengukur kesuksesan organisasi yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Hal ini berarti memperluas kerangka kerja pelaporan sederhana untuk memperhitungkan kinerja sosial dan lingkungan disamping kinerja keuangan. Ini juga menangkap esensi pembangunan berkelanjutan (sustainability development) dengan mengukur dampak ketiga aspek tersebut dari kegiatan operasi perusahaan.Konsep disampaikan oleh Solihin (2008) menyatakan bahwa pengenalan konsep sustainability development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep triple bottom line selanjutnya. Sebagai contoh the organization for economic cooperation and development (OECD merumuskankontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian kepada para pemegang saham, upah bagi karyawan dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan melainkan perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat. Solihin (2008) juga menyatakan paparan tentang triple bottom line. Yaitu menyatakan bahwa semua konsep ini sebagai adopsi dari atas konsep sustainability development, saat ini perusahaan secara sukarela menyusun laporan setiap tahun yang dikenal dengan sustainability report. Laporan tersebut menguraikan dampak organisasi perusahaan terhadap ekonomi, sosial, lingkungan. Salah satu model awal yang digunakan oleh perusahaan dalam menyusun suistanability report mereka adalah dengan mengadopsi metode akuntansi yang dinakaman triple bottom line. Menurut John Elkington (1997) dalam Solihin (2008) konsep triple bottom line merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya membuat single bottom line tunggal yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Secara lebih rinci, Elkington menjelaskan triple bottom line sebagai berikut.

The three lines of the triple bottom line represent society , the economy and the environment. Societ depend on the global ecosystem, whose hearh represents ultimate bottom line. The three line are not stable; they are in constant flux, due to social, political, economic and environmental pressures, cycle and conflicts. Dari pengertian dan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan ekonomi, sosial dan lingkungan sangat berkaitan dengan masyarakat. Terutama pada aktivitas sosial dan lingkungan sesuai dengan definisi OCED dan dari John Elkington (1997) dalam Sandra (2011) tersebut bahwa tidak ada pengembalian secara langsung yang dapat dirasakan oleh perusahaan. Oleh karena itu pengungkapan TBL sangat penting diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.TRIPLE BOTTOM LINE: Lebih dari Sekadar ProfitBottom of FormBaru-baru ini, Burger King, Unilever, Nestle dan Kraft Foods memutuskan menghentikan pembelian minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh Grup Sinar Mas. Alasan mereka adalah dugaan adanya perusakan hutan tropis yang membahayakan kehidupan satwa, mengurangi kemampuan penyerapan karbon dioksida yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim global yang lebih dikenal dengan global warming.Di luar negeri, Timberland, salah satu produsen pakaian dan sepatu outdoor juga didera hal yang sama (Harvard Business Review, September 2010). Pagi hari 1 Juni 2009, Jeff Swartz, menerima e-mail dari 65 ribu aktivis dan pelanggan yang marah. Mereka menuduh Timberland membeli materialnya dari hutan yang ditebang secara ilegal di Amazon. Parahnya, awalnya Timberland tidak mengetahui apakah material yang mereka beli benar berasal dari Amazon atau tidak, yang mengimplikasikan mungkin saja tuduhan tersebut benar.Bukan itu saja, di bulan Mei 2010, seluruh dunia gempar dengan kasus bunuh diri di pabrik FoxConn, Cina. Delapan pegawainya mati karena bunuh diri dalam waktu lima bulan.Fenomena nasional dan internasional ini mengimplikasikan dengan jelas bahwa perusahaan masa kini tidak bisa sekadar memperhatikan profit lagi. John Elkington tahun 1988 memperkenalkan konsep Triple Bottom Line (TBL atau 3BL). Atau juga 3P People, Planet and Profit. Singkat kata, ketiganya merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan dengan tiga kriteria: ekonomi, lingkungan, dan sosial.Sebenarnya, pendekatan ini telah banyak digunakan sejak awal tahun 2007 seiring perkembangan pendekatan akuntansi biaya penuh (full cost accounting) yang banyak digunakan oleh perusahaan sektor publik. Pada perusahaan sektor swasta, penerapan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) pun merupakan salah satu bentuk implementasi TBL.Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham). Tidak dapat diingkari, masih banyak perusahaan yang melihat program ini sebagai suatu program yang menghabiskan banyak biaya dan merugikan. Bahkan, beberapa perusahaan menerapkan program ini karena terpaksa untuk mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Selain sisi internal perusahaan, hambatan lainnya dari sisi eksternal karena belum adanya dukungan regulator dan profesi akuntansi tentang penyajian pelaporannonfinansial.Ahli manajemen dari Harvard Business School, Michael Porter, dalam tulisannya yang berjudul Strategy and Society: The Link Between Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility (Harvard Business Review, Desember 2006), telah melakukan riset dan mengemukakan bahwa konsep sosial harus menjadi bagian dari strategi perusahaan. Strategi perusahaan terkait erat dengan program tanggung jawab sosial. Perusahaan tidak akan menghilangkan program tanggung jawab sosial itu meski dilanda krisis, kecuali ingin mengubah strateginya secara mendasar. Sementara pada kasus program tanggung jawab dipotong lebih dulu.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TRIPLE BOTTOM LINEFaktor yang mempengaruhi pengungkapan triple bottom line dalam penelitian dapat dianalisa dari 3 sisi yaitu: karaktristik perusahaan, struktur kepemilikan, dan good corporate governance. Dalam analisa mengenai pengaruh kerakteristik perusahaan terhadap pengungkapan TBL diukur dengan beberapa variabel antara lain, leverage, profitabilitas, likuiditas, dan jenis industri. Dan pada masing-masing variabel jenis pengukurannya juga berbeda-beda. Sehingga masing-masing variabel diharapakan bisa menjelaskan keterkaitan antara karakteristik perusahaan dan pengungkapan TBL. Pengungkapan TBL selanjutnya juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Dan bagaimanapun juga struktur kepemilikan perusahaan berhubungan langsung dengan aktivitas perusahaan, salah satunya adalah dalam pengungkapan TBL dilaporan tahunan perusahaan. Karakteristik kepemilikan perusahaan dapat diukur dengan beberapa variabel yaitu, kepemilikan asing, kepemilikan manajemen, dan kepemilikan institusional.1) Leverage dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Bahwa perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi beresiko memiliki biaya monitoring yang tinggi pula. Sehingga manajemen secara konsisten mengungkapkan untuk tujuan monitoring agar memastikan kepada kreditor kemampuan untuk membayar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya agensi. Jika perusahaan mempunyai tingkat utang yang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan dalam rangka penungkapan triple bottom line menjadi sulit. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung untuk menurunkan pelaporan pengungkapan triple bottom line. Faktor tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial. 2) Profitabilitas dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan selama-lamanya. Sehingga besar kecilnya suatu perusahaan itu dinilai dari profit yang dihasilkan. Sebagai bentuk pertanggung jawaban dari agen yang memegang kendali pada perusahaan maka perusahaan pasti melakukan pengungkapan ekonomi, sosial dan lingkungan serta pelaporannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Belkaoui dan Karpik (1989) yang menyatakan bahwa profitabilitas mendukung keyakinan kepada perusahaan agar melakukan pengungkapan tanggungjawab sosial. Hubungan profitabilitas dalam kinerja keuangan dengan tanggung jawab sosial saling berkaitan. Investor menangkap setiap informasi yang disampaikan dapat membandingkan kegiatan dan pengungkapan triple bottom line yang sudah dilakukan oleh perusahaan dengan profit yang dimilikinya. Konsep legitimasi juga menghubungkan antara laba yang dihasilkan perusahaan dengan pengungkapan triple bottom line. Jika perusahaan memiliki laba yang tinggi, manajemen juga harus memberikan akstifitas sosial dan lingkungannya sebagai perwujudan kontrak sosial yang terjadi dalam interaksi dimasyarakat.

3) Likuiditas`dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Likuiditas perusahaan adalah faktor utama penting bagi pengungkapan yang dilakukan perusahaan, karena investor, kreditor dan pemangku kepentingan lainnya sangat memperhatikan status going concern perusahaan. Sesuai konsep agensi, manajer perusahaan sebagai agen berusaha untuk memenuhi kepentingan para investor (prinsipal) antara lain dengan meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga kelangsungan operasi perusahaan dengan menjaga likuiditasnya agar perusahaan dapat bertahan lama. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi selalu menciptakan nilai berupa image positif terhadap prinsipalnya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk memperluas pegungkapkan seluruh informasi tentang perusahaan, terutama tentang triple bottom line. Perusahaan sangat likuid mungkin memiliki insentif yang kuat untuk memberikan rincian lebih lanjut dalam pengungkapan perusahaan mereka tentang kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban jangka pendek keuangan. Sehingga semakin tinggi tingkat likuiditasnya maka semakin luas pula pengungkapan triple bottom line perusahaan.

4) Jenis Industri dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Perusahaan pada jenis industri yang sejenis mempengaruhi penuh kebijakan pengungkapan informasi dan informasi yang disampaikan cenderung serupa, baik isi dan pengungkapannya. Jenis industri dikategorikan berdasarkan low profile dan high profile. Perusahaan dengan kategori high profile berusaha memberikan pengungkapan informasi yang cenderung lebih luas. Hal ini dilakukan perusahaan untuk melegitimasi kegiatan usahanya agar mengurangi tekanan dari masyarakat. Senada dengan pernyataan tersebut Anggraini (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa jenis industri berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom line. 5) Kepemilikan Asing dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Hubungan pengungkapan triple bottom line di Indonesia dengan kepemilikan asing adalah untuk menjamin bagaimana kepercayaan yang diberikan oleh prinsipal yaitu investor asing dipertanggungjawabkan oleh maanajemen yang bersangkutan. Dalam penelitian indah (2009) menyebutkan bahwa kepemilikan asing tak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial atau triple bottom line, padahal dalam fakta sekarang banyak investor yang mensayaratkan adanya laporan sosial pada perusahaannya. Selanjutnya investor asing sebagai pemegang saham dihadapkan pada besarnya tingkat informasi asimentri, sehingga untuk menghindari potensi kerugian yang ditimbulkan dengan adanya asimetri informasi, berlandaskan teori agensi maka perusahaan juga harus memperhatikan faktor ini.

6) Kepemilikan manajemen dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi pula untuk melakukan program tanggung jawab sosial perusahaan. Rawi (2010) juga mengatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program tanggungjawab sosial dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Namun pada suatu titik yang mana mengurangi nilai perusahaan dan batasan yang telah dicapai ditemukan hubungan negatif. Hal ini berhubungan dengan kepemilikan saham perusahaan. Akan berbeda jika prinsipalnya adalah orang-orang yang duduk dalam manajemen perusahaan itu sendiri. Bila dihubungkan dengan konsep agensi, jadi prinsipal dan agen menjadi satu pihak yang tidak terpisahkan. Sehingga manajemen cenderung untuk berbuat semaunya sendiri. Oleh karena itu, luas pengungkapan triple bottom line pasti rendah. Informasi pengungkapan yang disampaikan juga berbeda bila penerima informasi bukan orang yang menyampaikan informasi tersebut.

7) Kepemilikan Institusional dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Persentase saham institusional menyebabkan tingkat monitor lebih efektif. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan institusi, maka untuk program tanggungjawab sosial dan lingkungan semakin luas. Monitor yang ketat yang dilakukan oleh prinsipal dalam hal ini dilakukan untuk meminimalkan biaya agensi yang terjadi. Sehingga pengungkapan triple bottom line menjadi lebih luas. Investor konstitusional memiliki kekuatan dan pengalaman serta bertanggungjawab dalam menerapkan konsep good corporate governance untuk mengkomodasi hak dan kepentingan seluruh pemegang saham sehingga mereka menuntut perusahaan melakukan komunikasi secara transparan oleh manajemen. Oleh karena itu, kepemilikan institusional dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pengungkapan triple bottom line. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan triple bottom line.

8) Ukuran dewan komisaris dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Sandra (2011) menyatakan bahwa dari konsep teori legitimasi, adanya direktur independen dalam komposisi dewan perusahaan dapat memperkuat pandangan publik terhadap legitimasi perusahaan. Masyarakat menganggap dan menilai tinggi suatu perusahaan jika memiliki independen direktur yang seimbang atau banyak dalam dewan perusahaan, karena kondisi seperti ini menandakan lebih efektifnya pengawasan dalam aktivitas managemen perusahaan. Sementara itu dalam teori agensi menyatakan bahwa dewan komisaris bertugas melakukan mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan yang muncul dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen selaku agen. Karena mungkin fungsi pengawasan dan pemonitoran dewan komisaris sangat efektif dilakukan.

9) Ukuran komite audit dan Pengungkapan Triple Bottom Line. Dalam pelaksanaan good corporate governance banyak aspek yang dapat dilakukan oleh manajemen sebagai pelaku utama dalam melakukan mekanisme perusahaan. Salah satu aspek dari pelaksanaan good corporate governance adalah pembentukan komite audit. Dasar pembentukan komite audit juga berdasarkan atas keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa komite audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Setelah adanya komite audit dalam struktur organisasi perusahaan, pengawasan manajemen menjadi lebih baik dan terperinci. Komite audit sebagai wakil dari dewan komisaris yang langsung mengawasi operasi perusahaan, sehingga shareholder dalam hal ini diwakili oleh dewan komisaris menjadi lebih mudah dalam mengontrol manajemen. Sehingga biaya agensi yang ditimbulkan oleh adanya moral hazard lebih dapat diminimalkan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan triple bottom line. Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarakat. Istilah triple bottom line pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington (1998) dalam bukunya yang berjudul Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business. Elkington menganjurkan agar dunia usaha perlu mengukur sukses (atau kinerja) tak hanya dengan kinerja keuangan (berapa besar deviden ataubottom lineyang dihasilkan), namun juga dengan pengaruh terhadap perekonomian secara luas, lingkungan dan masyarakat di mana mereka beroperasi. Disebut triple sebab konsep ini memasukkan tiga ukuran kinerja sekaligus:Economic, Environmental, Social(EES) atau istilah umumnya 3P: Profit-Planet-People. Pada tahapan selanjutnya, wujud nyata Triple Bottom Line ini diistilahkan menjadi Corporate Social Responsibility (CSR: tanggung jawab sosial perusahaan). CSR berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan ataudevidenmelainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Secara tegas dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutanadalah proses pembangunan (lahan,kota, dunia usaha,masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.CSR menjadi hal penting penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha saat ini. Adapun manfaat dan motivasi yang didapat perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Ambadar (2008) meliputi: (1) perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan, (2) kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, (3) perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, (4) perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.Berdasarkan pendapat di atas, pelaksanaan CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan dalam mendukung aktivitas dunia usahanya, bukan hanya sekedar pelaksanaan tanggung jawab tetapi menjadi suatu kewajiban bagi dunia usaha. Dalam megimplemetasikan CSR, oreantasi perusahaan bukan hanya pada pencapaian laba maksimal tetapi juga menjadi suatu organisasi pembelajaran, dimana setiap individu yang terlibat di dalamnya memiliki kesadaran sosial dan rasa memiliki tidak hanya pada lingkungan organisasi melainkan juga pada lingkungan sosial dimana perusahaan berada. Meskipun kegiatan tampak sederhana dan cakupan masalah sempit tetapi memiliki dampak positif yang sangat besar bagi masyarakat sekitar perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk meraihsustainability,perusahaan perlu peduli terhadap lingkungan alam sekitar (natural environment), hak-hak pegawai, perlindungan konsumen,corporate governance,dan pengaruh perilaku bisnis terhadap isu-isu sosial pada umumnya seperti kekurangan pangan, kemiskinan, pendidikan, perawatan kesehatan, HAM, yang semuanya dihubungkan dengan profit. Berangkat dari perspektif CSR di atas ada pertanyaan tantangan yang harus dijawab yaitu bagaimana perusahaan meraih profit semakin banyak dengan mengerjakan hal-hal yang benar termasuk memberi perhatian besar terhadap lingkungan (environmental) dan sosial kemasyarakatan dengan lebih baik lagi?DAFTAR REFERENSI

Ambadar, J., 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: Elex Media Computindo.

Elkington, John. 1998. Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, Gabriola Island, BC: New Society PublishersDon R. Hansen, Maryanne M. Mowen, Liming Guan (2009). Cost Management, 6th edition. South-Western Cengage Learning. (Hansen, Mowen & Guan)http://swa.co.id/2010/10/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit/Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Dan Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Triple Bottom Line Di Indonesia Oleh Adhy Karyo Nugroho