5Samak Tuna

17
Kegiatan 3. Teknik Penyamakan Kulit Ikan Tuna. PENDAHULUAN Di Indonesia, industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit yang berasal dari hewan darat seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan reptil sudah berkembang pesat dan menghasilkan produk jadi seperti sepatu, tas dan jaket yang mutunya tidak kalah dengan produk buatan luar negeri. Sedangkan industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit ikan masih sedikit jumlahnya. Pada saat ini kulit ikan yang digunakan dalam penyamakan masih terbatas kepada jenis ikan hiu, pari dan kakap. Ikan hiu termasuk jenis ikan besar, ulitnya cukup tebal dan luas. Ikan pari diambil kulitnya karena corak dari permukaan kulitnya mempunyai ciri tersendiri yang tidak terdapat pada kulit jenis ikan lainnya, begitu juga kulit ikan kakap. Keuntungan komparatif penggunaan kulit ikan untuk penyamakan seperti halnya kulit hewan reptil adalah mempunyai ciri yang spesifik yang tidak dijumpai pada hewan darat. Ciri-ciri tersebut memberikan nilai tambah tersendiri dan menjadikan barang yang terbuat dari kulit ikan yang disamak sebagai produk eksklusif dan berharga tinggi. Dalam pemanfaatan hasil perikanan sebagai salah satu sumber pemasok industri penyamakan kulit masih menghadapi beberapa kendala dan masalah, terutama karena hasil perikanan merupakan komoditas yang cepat membusuk termasuk kulit ikan. Komposisi kimia maupun struktur fisik kulit ikan berbeda dari kulit hewan darat. Kulit ikan lebih rentan terhadap kerusakan. Konsekuensinya untuk mendapatkan kulit ikan yang dapat disamak harus diperoleh dari ikan yang kesegarannya prima. Untuk im penanganan ikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Demikian juga kulit ikan yang telah dilepas dari tubuh ikan memerlukan penanganan yang baik dan diolah secepat mungkin. Kelangkaan pemasokan kulit ikan ke industri penyamakan kulit terutama terletak pada sulitnya mendapatkan kulit ikan yang bermutu untuk penyamakan.

Transcript of 5Samak Tuna

Page 1: 5Samak Tuna

Kegiatan 3. Teknik Penyamakan Kulit Ikan Tuna.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit yang berasal dari hewan darat seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan reptil sudah berkembang pesat dan menghasilkan produk jadi seperti sepatu, tas dan jaket yang mutunya tidak kalah dengan produk buatan luar negeri. Sedangkan industri penyamakan kulit yang menggunakan bahan mentah kulit ikan masih sedikit jumlahnya.

Pada saat ini kulit ikan yang digunakan dalam penyamakan masih terbatas kepada jenis ikan hiu, pari dan kakap. Ikan hiu termasuk jenis ikan besar, ulitnya cukup tebal dan luas. Ikan pari diambil kulitnya karena corak dari permukaan kulitnya mempunyai ciri tersendiri yang tidak terdapat pada kulit jenis ikan lainnya, begitu juga kulit ikan kakap.

Keuntungan komparatif penggunaan kulit ikan untuk penyamakan seperti halnya kulit hewan reptil adalah mempunyai ciri yang spesifik yang tidak dijumpai pada hewan darat. Ciri-ciri tersebut memberikan nilai tambah tersendiri dan menjadikan barang yang terbuat dari kulit ikan yang disamak sebagai produk eksklusif dan berharga tinggi.

Dalam pemanfaatan hasil perikanan sebagai salah satu sumber pemasok industri penyamakan kulit masih menghadapi beberapa kendala dan masalah, terutama karena hasil perikanan merupakan komoditas yang cepat membusuk termasuk kulit ikan. Komposisi kimia maupun struktur fisik kulit ikan berbeda dari kulit hewan darat. Kulit ikan lebih rentan terhadap kerusakan. Konsekuensinya untuk mendapatkan kulit ikan yang dapat disamak harus diperoleh dari ikan yang kesegarannya prima. Untuk im penanganan ikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Demikian juga kulit ikan yang telah dilepas dari tubuh ikan memerlukan penanganan yang baik dan diolah secepat mungkin. Kelangkaan pemasokan kulit ikan ke industri penyamakan kulit terutama terletak pada sulitnya mendapatkan kulit ikan yang bermutu untuk penyamakan.

Dengan dikembangkannya industri pengolahan kulit ikan diharapkan mempunyai dampak positif yang luas bagi kegiatan ekonomi di wilayah produsen bahan mentah tersebut maupun dilingkungan industri penyamakan. Penyamakan kulit ikan berarti menciptakan komoditas baru dari bahan limbah yang selama ini dan kadang-kadang dapat mencemari lingkungan. Kegiatan industri ini dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan dan produknya salah satu komoditas ekspor non migas yang prospek pemasarannya sangat cerah.

3.1. Sifat-sifat Fisik Kulit IkanKulit ikan, seperti halnya kulit vertebrata yang lain, terdiri dari 3 lapisan, yaitu

epidermis, corium (derma) dan hypodermis (subcutis), yang dikenal sebagai daging atau tenunan lemak. Lapisan epidermis adalah lapisan tanduk sebagai pelindung pada kulit hewan hidup. Lapisan epedermis pada penyamakan kulit harus dibuang sampai bersih untuk mendapatkan hasil penyamakan kulit yang baik. Corium (derma) adalah sebagian tenunan kulit yang akan diubah menjadi kulit tersamak. Corium sebagian besar terdiri dari jaringan serat kolagen yang dibangun oleh tenunan pengikat. Jaringan serat kolagen tersusun secara tidak beraturan, seratnya menuju kesegala arah dan tidak terdapat ujung pangkalnya serta bercabang-cabang. Dalam corium terdapat 3 macam tenunan pengikat, yaitu tenunan kolagen, elastin dan reticular. Tenunan kolagen merupakan penyusun

Page 2: 5Samak Tuna

utama dan konstituen pokok pembentuk kulit tersamak. Corium dapat dibagi lagi dalam 2 lapisan, yaitu lapisan thermostata atau disebut juga rajah (lapisan batas antara epidermis dan corium) dan lapisan reticula atau disebut juga corium asli. Lapisan hypodermis fungsi pokoknya adalah sebagai batas antara tenunan kulit dan tenunan daging, pada umumnya bersifat longgar dan pada penyamakan kulit lapisan ini harus dipisahkan dari corium sehingga melonggarkan tenunan dengan tujuan memudahkan proses-proses lebih lanjut.

Sesuai dengan bentuk badannya, kulit terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor. Diantara daerah tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda, diantaranya ketebalan kulitnya. Kulit yang paling tebal terdapat pada bagian leher dan berangsur menipis ke arah ekor. Secara lateral kulit yang terdapat pada daerah punggung paling tebal dan berangsur-angsur menipis ke arah perut. Kepadatan dari jaringan serat kolagen yang terpadat adalah daerah punggung dan berangsur-angsur semakin longgar ke daerah yang jauh dari daerah punggung tersebut.

Konstituen kulit hewan pada umumnya secara kimiawi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu konstituen protein dan konstituen non protein. Konstituen protein meliputi lemak, karbohidrat, mineral, enzim dan vitamin. Konstituen protein kira-kira 80% dari bahan kering kulit.

3.2. PenyamakanPenyamakan adalah suatu teknik untuk mengubah kulit mentah menjadi kulit

tersamak melalui suatu tahapan proses menggunakan bahan-bahan penyamak sehingga kulit yang semula labil terhadap pengaruh kimiawi, fisis dan biologis menjadi stabil pada tingkat tertentu. Proses penyamakan kulit adalah suatu proses yang mengubah kulit mentah (hide/skins) menjadi kulit tersamak (leather). Penyamakan didefinisikan juga sebagai perlakuan pada kulit dan menutup kulit untuk melindungi dan menjaga kulit sehingga menjadi bentuk yang berguna untuk perdagangan (komersial).

Proses penyamakan kulit dibagi menjadi 3 tahapan proses. Tahapan proses pertama adalah menghilangkan komponen yang tidak diinginkan seperti rambut dan lemak, sehingga hanya tinggal jaringan dari serat-serat protein kulit. Tahapan proses kedua adalah mereaksikan jaringan ini dengan bahan penyamak untuk menghasilkan struktur serat yang stabil. Tahapan ketiga adalah untuk membentuk permukaan serat-serat yang tersamak sehingga menghasilkan produk olahan yang berguna.

Prosedur penyamakan kulit mentah menjadi kulit tersamak untuk semua jenis kulit adalah sama yaitu :a. Pembuangan bagian-bagian yang tidak dikehendaki, umpamanya epidermis dan

hypodermis dengan perendaman dan pengapuran, kemudian pembuangan sisik, lendir dan daging.

b. Persiapan tenunan corium untuk disamak, yaitu dengan perendaman, pengapuran, pembuangan kapur, pelumatan dan pemikelen (pengasaman). Proses-proses tersebut membebaskan kulit epidermis serta mempersiapkan corium secara kimia dan mekanis. Pengapuran dapat memperlunak epidermis dan membuka tenunan kulit dengan proses kimiawi, sedangkan pembuangan rambut dan subcurtis dengan menggunakan pisau, adalah proses mekanis.

c. Penyamakan adalah absorbsi dari zat penyamak dalam larutan oleh substansi kulit yang akan mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak.

d. Proses penyelesaian seperti pelemakan, pengeringan, pengecatan, dan peregangan yang semuanya bertujuan memperbaiki kualitas dan rupa kulit tersamak.

Page 3: 5Samak Tuna

3.3. Tahapan Proses Penyamakan

1. Pengapuran (Liming)Tujuan dari proses pengapuran adalah untuk melepaskan epidermis dari kulit

dan membuka tenunan kulit dengan cara hidrolisa sehingga serat-serat kolagen dan elastin menjadi serat-serat yang lebih kecil, terjadi penyabunan lemak sehingga mudah dihilangkan dari permukaan kulit. Pembukaan tenunan kulit akan menentukan derajat kelemasan kulit dan untuk mempermudah meresapnya zat/bahan penyamak ke dalam kulit. Bahan yang biasanya digunakan adalah Na, Ca, NH2 atau Asam sulfida yang dapat memutuskan jembatan S-S dari cistin menjadi cistein R-S-S-R ===> R-SH). Sulfida-sulfida tersebut tidak mempunyai daya membuka tenunan kulit, sehingga ditambahkan hidroksida dari Ca, Na, K, NH3, dan Ba yang bersifat sebagai penghidrolisis. Hidroksida ini bersifat membengkakkan kulit dan daya melepas epidermis. Dalam praktek hidroksida yang banyak digunakan adalah Ca(OH)2 karena mempunyai daya melepas epidermis yang besar dan daya memuaikan kulitnya terkecil. Tujuan dari pengapuran adalah sebagai berikut:

a). Untuk menghilangkan atau melepaskan epidermis.b). Untuk menghilangkan kelenjar keringat, urat syaraf, vena dan pembuluh darah

yang terdapat dalam substansi kulit.c). Untuk memperlunak dan menghilangkan tenunan reticular yang menggabungkan

fibril serta membuka tenunan serat sehingga terjadi penetrasi zat penyamak ke dalam kulit.

d). Untuk membengkakkan sisa-sisa daging serta tenunan pengikat yang terdapat pada permukaan daging sehingga memudahkan pembuangan dalam pengerjaan lebih lanjut.

Dalam pengapuran kulit dapat digunakan 3 macam larutan kapur, yaitu:a). Kapur segar, yaitu larutan yang dibuat dari kapur tohor yang dimatikan lalu

ditambah air secukupnya.b). Kapur lemah, yaitu larutan kapur yang reaksinya agak lemah dibandingkan

dengan reaksi kapur segar, sehingga tidak menyebabkan pembengkakan pada kulit tetapi dapat merusak epidermis lebih cepat dibandingkan dengan kapur segar.

c). Kapur tua, yaitu larutan kapur yang telah beberapa kali digunakan dan derajat alkalinya sudah berkurang. Larutan ini mempunyai daya pembengkakkan kulit yang sangat lemah, terapi mempunyai daya melepaskan sisik atau rambut yang lebih kuat dari pada kapur lemah. Untuk kulit yang lebih kecil ukurannya dan tipis harus menggunakan kapur yang lemah.

2. Pembuangan Daging Dan SisikSetelah kulit dipisahkan dari daging, sisa-sisa daging yang melekat dihilangkan

agar tidak mengganggu proses penyamakan, sisik yang menempel pada kulit dihilangkan dengan cara pengerokan sisik sesuai dengan arah tumbuh sisik.

3. Pembuangan KapurSetelah pengapuran, pada kulit terdapat sisa kapur yang perlu dibuang. Selain

kapur yang bebas, terdapat pula kapur yang terikat dalam kulit. Cara pembuangan kapur bebas dapat dilakukan dengan mencuci kulit menggunakan air bersih. Sedangkan kapur

Page 4: 5Samak Tuna

yang terikat dihilangkan dengan menggunakan garam. Garam yang terbaik adalah amonium sulfat. Dengan garam ini pembuangan kapur dapat lebih mudah karena tidak ada pengendapan dan tidak terjadi pembengkakkan pada kulit.

Karena semua proses penyamakan tersebut dalam suasana asam, maka kapur di dalam kulit harus dibersihkan. Kapur yang masih tertinggal akan mengganggu dalam proses penyamakan selanjutnya. Untuk kulit yang disamak dengan khrom, kapur akan meningkatkan basisitas (OR) khrom, bahkan mungkin menimbulkan pengendapan khrom menjadi khrom hidroksida yang sangat merugikan.

Pembuangan kapur yang terlalu banyak dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu lunak dan tipis sehingga mudah robek atau renggang.

4. PelumatanPelumatan merupakan istilah khusus yang tujuannya untuk membuka tenunan

kulit lebih sempurna dengan enzim. Fungsi enzim melanjutkan hidrolisa dari serat kolagen dan elastin. Proses ini bertujuan pula untuk pembuatan kulit halus dan lemas. Enzim yang sering digunakan adalah protease dan lipase. Kulit yang telah dibuang kapurnya menjadi lemas. Bahan-bahan yang digunakan dalam pelumatan dapat berupa bahan sintentik, misalnya Pancreol, Peroly, Curtrilin, Enzylon, dan Oropon.

Selain dari pada itu, tujuan dari pelumatan adalah membuat kulit menjadi lemas, halus dan elastis agar siap untuk disamak. Kulit yang berasal dari pengapuran biasanya membengkak dan jika disamak dalam keadaan demikian kulit samaknya akan menjadi keras dan kaku. Bila pelumatan dilakukan dengan baik maka kulit akan menumpuk bila dijatuhkan di atas meja dan akan sangat licin bila dipegang serta lipatannya akan berdekatan satu sama lain.

Pelumatan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terlalu lemas dan menipis. Maksud dari proses pelumatan ini juga untuk melanjutkan pembuangan semua zat-zat yang bukan kolagen yang belum hilang dalam proses pengapuran secara enzimatis, antara lain:

a). Menghilangkan pigmen.b). Menghilangkan sisa lemak yang tidak tersabunkan.c). Menghilangkan daya perasa kulit agar kulit tidak mudah berkonstruksi terhadap apa saja.d). Menghilangan sedikit atau banyak zat-zat kulit yang tidak diperlukan. e). Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.

Oropon atau Enzylon mengandung enzim-enzim yang melarutkan lemak, protein dan lain-lainnya. Juga mengandung amonium sulfat yang akan bereaksi dengan kapur dan mengatur pH. Enzim-enzim yang terdapat dalam Oropon atau Enzylon bekerja baik dalam lingkungan pH 8 dan suhu 36 °C. Pada umumnya garam amonium dapat bekerja sebagai aktivator tetapi semakin besar daya aktivatornya akan semakin besar pula memuaikan/membengkakkan kulit. Daya membengkakkan kulit dari SO4

adalah yang terkecil sehingga dapat dianggap yang terbaik.

5. Pengasaman atau PemikelanTujuan dan pada pengasaman adalah:

a). Melanjutkan dan menyempurnakan proses pembuangan kapur sejak pencucian dan pelumatan.

Page 5: 5Samak Tuna

b). Membantu membuang sisa-sisa lendir dan mocoid yang masih tertinggal dan membuat kulit lebih putih dan bersih.

c). Memberi muatan pada kulit dari bersifat agak alkalis menjadi sedikit keasaman. d). Membersihkan rajah kulit secara mekanis.

Proses ini dikerjakan untuk kulit yang disamak dengan khrom dan sintetis. Maksud dari proses pengasaman tersebut adalah:

a). Untuk mengasamkan kulit pada pH 3 - 3,5, tetapi kulit tidak bengkak.b). Agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai. c). Menghilangkan sisa kapur yang mungkin masih ketinggalan.d). Menghilangkan noda-noda besi yang disebabkan oleh Na2S dalam pengapuran,

agar kulit menjadi putih bersih.

Pengasaman dapat mengawet kulit dan memberikan kondisi pada kulit sehingga dapat disamak dengan bahan penyamak mineral secara lambat (bahan penyamak khrom), karena pada pH tinggi bahan penyamak khrom bereaksi terlalu cepat dengan protein kulit. Bahan atau zat-zat pengasaman terdiri dari asam-asam anorganis, organis dan garam. Fungsi garam adalah untuk mencegah pembengkakan kulit oleh asam. Asam yang biasa dipakai dalam cairan pengasaman adalah H2S04, HCl, HCOOH, garam NaCl dan Na2S04.

Yang dimaksud dengan pemikelan adalah perendaman kulit dalam larutan garam dan asam setelah kulit dikapur, dilumatkan dan dikerok. Pemikelan dapat memperbaiki penetrasi zat penyamak. Pemanasan pada pemikelan yang berlebihan dapat menyebabkan rajah terkelupas.

6. Penyamakan (tanning)Bahan penyamak dalam industri perkulitan terbagi atas 4 golongan besar, yaitu :a. Bahan penyamak nabati.b. Bahan penyamak sintetis.c. Bahan penyamak mineral (khrom, aluminium, dll).d. Bahan penyamak minyak.

Proses penyamakan khrom dapat dilakukan dengan menggunakan drum atau haspel. Alat penyamakan cepat akan membuat hasil penyamakan kulit tidak merata, bahkan bagian tengah kulit yang ditengah tidak dicapai oleh bahan penyamak.

Penyamakan kulit yang banyak digunakan adalah penyamakan khrom karena proses penyamakannya sederhana, mudah diawasi, cepat dan murah, serta dapat dilakukan dalam pabrik yang berskala besar dan menggunakan mesin dan peralatan yang modern. Disamping itu dapat juga diproses menjadi kulit yang lembut dan lemas, dalam semua warna dan dengan efek cahaya yang permanen, karena itu dapat dipakai sebagai bahan baku untuk produk jadi seperti sepatu, pakaian, tas dan lain-lain. Salah satu contoh dari bahan penyamak khrom adalah Chromosal B yang mempunyai spesifikasi 26% Cr203 dengan basisitas 33%.

Dengan adanya sisa asam dalam kulit akan terjadi proses penghambatan (masking) sehingga aktifitas garam khrom komplek akan berkurang. Proses penghambatan khrom ini diperlukan pada permulaan penyamakan. Jika penghambatan aktifltas khrom ini terlalu besar, tidak baik untuk tujuan penyamakan, karena sebelum zat penyamak meresap ke dalam jaringan kulit telah bereaksi dipermukaan kulit dan

Page 6: 5Samak Tuna

akan menghalangi masuknya bahan penyamak kedalam kulit yang lebih dalam dan akhirnya kulit bagian dalam tidak dapat tersamak dengan baik.

Kematangan penyamakan dapat diperiksa dengan melakukan uji didih dengan cara mengambil sepotong kulit, diukur panjang maksimum kulit (kulit ditarik), kemudian dimasukkan kedalam air mendidih dan didihkan selama 10 menit. Ukur kembali panjang kulit, apabila terjadi pengkerutan berarti proses penyamakan belum sempurna. Dalam keadaan ini proses penyamakan kulit dapat dilanjutkan selama 30 – 60 menit.

Pengertian dari basisitas adalah perbandingan antara valensi OH dan valensi Cr yang terdapat dalam komplek khrom dikalikan dengan 100%. Penyamakan biasanya dimulai dari basisitas 33% dan berakhir pacla basisitas 50 – 60%.

Bahan penyamak khrom mempunyai basisitas rendah, molekul kecil, daya ikat kecil, penetrasi cepat dan sebaliknya dalam larutan yang encer molekul akan membesar.

Penyamakan khrom adalah berdasarkan ikatan silang yang stabil antara grup karboksil–asetat dari kolagen dengan bahan penyamak khrom yang bertanggungjawab pada stabilitas dari bentuk ini. Kulit khrom bersifat melawan pada air mendidih selama periode tcrtentu. Bila akhir penyamkan khrom terlalu rendah maka terdapat kecenderungan timbulnya minyak ke permukaan kulit tersamak. Apabila dalam penyamakan bahan khrom dipakai berlebihan berakibat kulit tersamak bersifat spons atau tidak padat.

7. Pengetaman (shaving)Kulit setelah ditumpuk selama 1 – 2 hari diperas untuk menghilangkan airnya.

Kulit diketam dengan mesin ketam untuk mengatur tebal kulit hingga merata seluruh kulit. Kulit ditimbang untuk menentukan jumlah obat yang akan diperlukan dalam proses selanjutya, kemudian kulit dicuci dengan air mengalir.

8. Penetralan Penetralan digunakan karena kulit tersamak dengan khrom lingkungannya

sangat asam, yaitu pH 3 – 4, maka kulit perlu dinetralkan kembali agar tidak mengganggu dalam proses pengecetan dan penggemukan. Biasanya penetralan menggunakan garam alkali misalnya NaHC03, dan Neutrigan.

Tujuan netralisasi adalah agar reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit tidak terlalu cepat, jadi zat warna akan meresap sedikit kedalam subsransi kulit sebelum berikatan. Penetralan juga untuk melindungi substansi kulit tersamak dari asam-asam yang terikat maupun yang bcbas karena dengan adanya asam-asam tersebut maka proses pewarnaan tidak sempurna. Dengan netralisasi diharapkan intensitas muatan positif kulit yang disamak dengan khrom dikurangi sehingga zat warna yang bermuatan negatif tidak terlalu cepat berkaitan dengan substansi kulit. Zat kimia untuk netralisasi yang baik dipakai diantaranya adalah campuran amoniak bikarbonat 2% dan borak 1 – 3%.

9. Pewamaan/PengecatanYang dimaksud dengan pewarnaan adalah pemberian warna yang dapat meresap

ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar.Zat warna untuk kulit tersamak ada 2 tipe, yaitu zat warna alami, berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan hewan dan zat warna buatan yang dibuat secara sintetik. Zat warna alami tidak dapat digunakan tersendiri karena tidak dapat tinggal tetap di dalam

Page 7: 5Samak Tuna

kulit. Jadi harus diadakan pengikatan oleh bahan kimia tertentu yang dinamakan "mordant". Dengan zat warna yang sama akan diperoleh warna yang berlainan bila mordant yang digunakan berlainan.

Komponen cat adalah zat warna atau pigmen, bahan perekat, dan bahan pelunak. Zat warna dibagi dalam 3 golongan, yaitu zat warna asam, zat warna basis dan zat warna langsung. Namun untuk penyamakan khrom hanya digunakan zat warna asam dan zat warna langsung karena untuk zat warna asam mudah larut dalam air dan tidak memerlukan mordant. Sedangkan untuk zat warna langsung dapat dikombinasikan langsung tanpa bantuan mordant dan hanya memberi bayangan samar-samar pada kulit samak khrom yang telah diberi mordant dengan tannin.

10. Pelemakan KulitKulit samak yang tidak diberi lemak akan keras dan kaku (relati£) setelah

dikeringkan. Pelemakan menggunakan emulsi minyak dalam air. Selain itu digunakan juga minyak tersulfon sebagai emulgator, karena hasilnya baik dan murah. Fungsi lemak disini adalah merupakan pelumas dari sistem serat kulit yang bergesekan (bersinggungan). Jadi dengan adanya lapisan lemak pada permukaan serat maka serat akan mudah bergesekan satu terhadap yang lain sehingga kulit akan lebih fleksibel atau lebih mudah dilekuk-lekukkan. Daya tahan sobek dan tarikan akan diperbesar oleh pelemakan.

Lemak yang diambil oleh jaringan kulit sebagian tidak dapat diekstraksi lagi oleh pelarut-pelarut lemak karena adanya ikatan-ikatan dengan serat kolagen yang telah tersamak. Pada kulit samak khrom, pelemakan dilakukan dengan emulsi. Semakin tinggi kadar khrom pengikatan lemak akan semakin tinggi.

Metode pelemakan kulit yaitu meminyaki permukaan kulit dengan cara mengulas, pelemakan dalam tong berputar, dan pencelupan dalam lemak panas. Pelemakan dalam tong berputar adalah untuk mencegah keluarnya zat penyamak, mencegah oksidasi zat penyamak dan membuat rajah lebih elastis.

11. Pengeluaran Air dan Pengeringan Kulit SamakUntuk kulit samak khrom tidak ada persoalan dalam pengeringan biasa, tetapi

lebih baik jika suhu ditinggikan secara berangsur-angsur. Setelah pengeringan biasanya pengerjaan kulit bersifat mekanis. Diantaranya dilakukan pengetunan (staking), pementangan (recking)/pasting), menghempelas (buffing) pada rajah dan juga trimming. Pres panas (seterika) untuk mengkilapkan warna dan untuk memberi tarikan mekanis pada kulit untuk melemaskannya.

BAHAN DAN METODA

BAHANKulit ikan tuna didapat dari perusahaan fillet ikan tuna di Muara Baru, Jakarta

dibawa ke Laboratorium Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, didalam box yang berisi es yang selanjutnya dilakukan proses penyamakan.

Page 8: 5Samak Tuna

METODA

Tahapan proses penyamakan kulit ikan tuna sebagai berikut:

1. Preparasi kulit tuna yang dilakukan adalah: - Sortasi kulit tuna berdasarkan kesegaran kulit, kerusakan kulit, jenis ikan, luas dan

ketebalan kulit. - Pencucian kulit, dengan cara membersihkannya dari sisa-sisa daging dan kotoran

yang masih melekat.

2. Pengapuran, yaitu kulit direndam dalam larutan kapur selama 20 – 24 jam. Larutan perendam terdiri dari 500% air, 3% Na2S, dan 3% Ca(OH)2.

3. Pembuangan kapurKulit diputar dalam drum dengan tahapan sebagai berikut:

Kulit diputar dalam drum putar selama 1 jam dengan larutan yang terdiri dari 500% air dan 0,5% (NH4)2SO4.

Kulit diputar dalam drum putar dengan variasi waktu selama 1; 1,5; dan 2 jam dengan larutan yang terdiri dari 1%, 2% dan 3% enzim oropon.

Kulit direndam dalam drum putar selama 10 – 20 jam dengan larutan yang terdiri dari 5% H2O2

Kulit dicuci dengan 500% air dan 75% garam dapur selama 30 menit.

4. PengasamanKulit diputar dalam drum dengan tahapan sebagai berikut:

Kulit diputar dalam drum putar selama 20 menit dengan larutan yang terdiri dari 500% air dan 75% NaCl.

Kulit diputar dalam drum putar dengan selama 1 jam dengan larutan yang terdiri dari 1% HCOOH (asam formiat).

Kulit diputar dalam drum putar dengan selama 1,5 jam dengan larutan yang terdiri dari 2% H2SO4.

Kulit dibiarkan terendam dalam larutan.

5. Penyamakan chromeKulit diputar dalam drum dengan tahapan sebagai berikut:

Kulit diputar dalam drum putar selama 2 x 60 menit dengan larutan yang terdiri dari larutan asam dalam proses pengasaman dan 15% Chromosal B.

Kulit diputar dalam drum putar dengan selama 3 x 60 menit dengan larutan yang terdiri dari 1,5% NaHCO3.

Kulit digantung selama 1 malam.

6. PengetamanKulit diketam dengan mesin ketam, untuk meredakan ketebalan kulit.

7. PenetralanKulit diputar selama 1 – 2 jam dalam drum dengan larutan 500% air hangat (45OC) dan 2% NaHCO3

8. Penyamakan ulang

Page 9: 5Samak Tuna

Kulit diputar selama 1 – 2 jam dalam drum dengan larutan 500% air hangat (45OC) dan zat penyamak sintetis dengan variasi konsentrasi 5, 10, 15 dan 20%. Kemudian diputar kembali selama 30 menit dalam larutan 1% HCOONa.

9. Pewarnaan dan peminyakanKulit diputar dalam drum dengan tahapan sebagai berikut:

Kulit diputar dalam drum putar selama 30 menit dengan larutan yang terdiri dari 500% air hangat (45OC) dan 2 – 3% zat warna (2 warna)

Kulit diputar dalam drum putar dengan selama 2 jam dengan larutan yang mengandung 10% Sulfonated oil.

Kulit diputar dalam drum putar dengan selama 30 menit dengan larutan yang mengandung 1,5% HCOOH dan 0,5% zat warna

10. PenyelesaianKulit dipentang, dilemaskan, diampelas, bagian dagingnya dirapikan dengan menggunting bagian tepinya.

Parameter PengamatanAnalisa kimia yang diukur meliputi analisa proksimat dan pH pada kulit ikan tuna segar. Sedangkan pengujian uji kulit tersamak dan pembuatan produk kerajinan kulit meliputi kekutan tarik dan kemuluran.

HASIL

Bahan penyamak krom mengandalkan sifat kimiawi unsur krom (Cr) dalam system penyamakan kulit. Krom mampu membentuk senyawa kompleks dan bereaksi oksidasi-reduksi dengan pengaruh bahan pelarut dan senyawa organik di dalam sistem tersebut. Hal ini, diperkirakan dapat menjelaskan penurunan nilai kadar air pada analisa kulit segar dan kulit tersamak (Tabel 3.1).

Tabel 3.1. Analisa Proksimat Kulit Segar dan Kulit TersamakSampel Kadar Air

(%)Kadar Abu

(%)Kadar Lemak

(%)Kadar Protein

(%)Kulit segarKulit tersamak- Coklat- Hitam- Merah

60.19

13.6413.6614.90

7.49

4.574.114.17

0.33

7.735.783.41

22.15

74.0676.4577.52

Penurunan nilai kadar abu, dalam tabel 3.1, merupakan hal yang diharapkan terjadi, karena penyamakan kulit juga bertujuan menghilangan mineral yang berpotensi mengganggu proses pembentukan kulit tersamak. Pada penelitian senyawa krom yang digunakan berasal dari senyawa Cr2O3. Konsentrasi Cr2O3 yang berlebih berpotensi membentuk minerla oksida baru yang dapat menaikkan kadar abu. Sehingga pemakaian Cr2O3 yang cukup rendah, yaitu 1,5%, diperkirakan dapat menyebabkan rendahnya nilai kadar abu kulit tersamak dibandingkan nilai kadar abu kulit segar.

Page 10: 5Samak Tuna

Gambar 3.1. Kulit Ikan Tuna tersamak

Perbandingan nilai kadar lemak dan protein kulit segar dan kulit tersamak menunjukkan kenaikan. Hal ini diperkirakan terjadi karena pada tahap akhir penyamakan kulit terdapat proses pewarnaan dan peminyakan.

Jika bahan penyamak krom yang digunakan terikat dengan baik pada lapisan kulit tersamak, maka pada proses peminyakan, terjadi reaksi subtitusi ion ligan oleh lemak dan terikat pada krom sebagai atom pusat. Dengan demikian, kadar lemak bertambah.

Peminyakan juga mampu meningkatkan kualitas kulit, karena kulit tersamak akan menjadi elastis, tahan sobek, lembut, dan fleksibel. Sifat fisik tersebut dinyatakan dalam nilai kekuatan tarik. Analisa kekuatan tarik kulit ikan tuna tersamak yang diperoleh berkisar antara 128,15 – 273,60 kg/cm dan nilai kemuluran/kekuatan sebesar 66,89 – 92,28%.

KESIMPULAN1. Hasil analisa terhadap kulit ikan tersamak diperoleh nilai kekuatan tarik kulit ikan

tersamak sebesar 128,15 – 273,60 kg/cm2. Nilai kemuluran/kekuatan sebesar 66,89 – 92,28%. Nilai ini sudah memenuhi standar nilai kulit sapi tersamak yang dapat dijadikan sebagai bahan baku produk kerajinan kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: 5Samak Tuna

Anonymous, 1975. Pedoman Penyamakan Kulit dan Penggunaan Kulit Tersamak, Balai Penelitian Kulit, Yogyakarta.

Anonymous, 1974. Mutu dan Cara Uji Kulit Glace Kambing. Standar Industri Indonesia, SII, 0065-74. Departemen Perindustrian.

Anonymous, 1991. Statistik Perikanan Indonesia, 1989. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Anonymous, 1992. Teknologi Siap Pakai Pascapanen Hasil Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.

Judoamidjojo, R.M., 1974. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit . Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Judoamidjojo, R.M., 1981. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Faku1tas Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

OFlaherty, F., W.T. Roddy dan Robert M. Lollar, 1978. The chemistry and Technology of Leather. Vol 1 – Preparation for Tannage. Robert E. Krieger Publishing Company. Huntington, New York.

Soewandhie dan R. Soenyoto, 1972. Buku Pedoman Praktek Penyamakan Kulit. Balai Penelitian Kulit, Jogjakarta.

Suwandi, R., 1981. Kumpulan Petunjuk Praktis Pengujian Kimia Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Yuni, Nurul Hak dan Sabarudin, 1981. Pengaruh Pengapuran dan Pengasaman Terhadap Mutu Kulit Cucut Yang Disamak Chrome. Buletin Penelitian

Perikanan, Vol. 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.

Yunizal, Nurul Hak dan Memen Suherman, 1994. Pengaruh lama pengapuran dan Banyaknya Bahan Penyamak Khrom Terhadap MutU Kulit Kakap (Lutjanus spp) Tersamak. Jurnal Penelitian Pascapanen Perikanan NO. 81, Balai 'Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.