5.BAB 2 CATUR
-
Author
nurfansyah -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of 5.BAB 2 CATUR
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Perkembangan Roda Gigi
Roda gigi berkembang dari suatu gagasan bahwa jika dua buah roda yang
berbentuk silinder atau kerucut saling bersinggungan pada kelilingnya, jika roda yang
satu diputar maka roda yang lain akan ikut terputar. Prinsip seperti ini
mengembangkan suatu alat penerus daya yang disebut dengan roda gesek. Tetapi
kemudian diketahui bahwa roda gesek ini hanya baik untuk meneruskan daya yang
kecil dan putaran yang rendah (tidak terlalu tinggi), dan juga tidak dapat meneruskan
putaran dengan ketelitian yang baik. Hal ini disebabkan karena adanya sliding (slip)
diantara kedua permukaan roda gesek. Untuk mengatasi hal diatas, maka dilakukan
pengembangan sehingga akhirnya tercipta sistem roda gigi seperti yang kita kenal
sekarang ini.
Roda gigi sekarang ini banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, mulai
dari roda gigi kecil dan halus seperti pada jam tangan sampai roda gigi untuk
menggerakkan turbin berdaya puluhan mega watt pada pembangkit tenaga listrik.
Pada sepasang roda gigi (transmisi roda gigi), putaran yang dipindahkan dapat
berlainan arah, atau searah (dengan tambahan roda gigi perantara atau idler) dan
jumlah putaran yang ditransmisikan dapat dipercepat (increasing) atau diperlambat.
Selain putaran maka terjadi pula transmisi gaya dan daya yang secara
langsung terjadi pada profil gigi yang saling kontak, sehingga dalam perencanaan
roda gigi pemilihan ukuran profil gigi harus sesuai untuk menerima gaya-gaya yang
terjadi, sehingga sistem transmisi tersebut dapat berfungsi.
Cara lain untuk meneruskan daya yaitu dengan sabuk dan rantai. Namun roda
gigi mempunyai keunggulan dibanding dengan sabuk dan rantai, karena lebih
ringkas, putaran lebih tinggi dan tepat,serta dayanya lebih besar. Pemakaian roda gigi
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-2
sebagai transmisi telah menduduki tempat terpenting disegala bidang selama 200
tahun terakhir ini.
2.2 Klasifikasi Roda Gigi
Klasifikasi roda gigi didasarkan atas letak poros, arah putaran dan bentuk jalur
gigi. Roda gigi poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya berjajar pada dua
bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada poros yang
lain dengan sumbu tetap sejajar. Klasifikasi roda gigi seperti dalam tabel 2.1.
Roda gigi lurus merupakan roda gigi yang paling banyak dipergunakan dan
merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan poros. Pada
roda gigi lurus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara kedua poros.
Selain itu ada pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudut bervariasi, misalnya
roda gigi eksentrik, roda gigi bukan lingkaran, roda gigi lonjong dan lainnya. Roda
gigi-roda gigi terpenting diperlihatkan pada gambar 2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi roda gigi
Letak Poros Roda Gigi Keterangan
Roda gigi
dengan
poros sejajar
Roda gigi lurus
Roda gigi miring
Roda gigi miring ganda
Klasifikasi atas dasar bentuk
alur gigi
Roda gigi luar
Roda gigi dalam dan pinion
Batang gigi dan pinion
Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi
dengan
Poros
berpotongan
Roda gigi kerucut lurus
Roda gigi kerucut spiral
Roda gigi kerucut zero
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Klasifikasi atas dasar bentuk
jalur gigi
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-3
Roda gigi dengan permukaan
berpotongan
Roda gigi dengan poros
berpotongan berbentuk
istimewa
Roda gigi
dengan
poros silang
Roda gigi miring silang
Batang gigi miring silang
Kontak titik
Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris
Roda gigi cacing selubung ganda
Roda gigi cacing samping
Roda gigi hyperboloid
Roda gigi hipoid
Roda gigi permukaan silang
Dalam teori roda gigi umumnya dianut anggapan bahwa roda gigi merupakan
benda kaku yang tidak mengalami perubahan bentuk untuk jangka waktu yang lama.
2.2.1 Roda Gigi dengan Poros Sejajar.
1. Roda Gigi Lurus.
Merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar dengan
poros.
Gambar 2.1 Roda gigi lurus
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-4
2. Roda Gigi Miring
Gambar 2.2 Roda gigi miring
3. Roda Gigi Miring Ganda
Gambar 2.3 Roda gigi miring ganda
4. Pinion dan Batang Gigi
Digunakan untuk merubah gerakan translasi menjadi gerak rotasi atau dari
gerak rotasi menjadi gerak translasi.
Gambar 2.4 Roda gigi dan pinionnya
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-5
5. Roda Gigi Dalam
Digunakan bila diinginkan alat transmisi berukuran kecil dengan
perbandingan reduksi yang besar.
Gambar 2.5 Roda gigi dalam
2.2.2 Roda Gigi dengan Poros Berpotongan
a) Roda Gigi Kerucut Spiral
Biasanya digunakan untuk putaran tinggi, daya besar.
Gambar 2.6 Roda gigi kerucut spiral
b) Roda Gigi Kerucut Lurus
Banyak digunakan untuk diferensial gear.
Gambar 2.7 Roda gigi kerucut lurus
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-6
c) Roda Gigi Permukaan
Gambar 2.8 Roda gigi permukaan
2.2.3 Roda Gigi Dengan Poros Menyilang
1. Roda Gigi Hipoid
Gambar 2.9 Roda gigi hipoid
2. Roda Gigi Cacing Silindris
Gambar 2.10 Roda gigi cacing
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-7
3. Roda Gigi Miring Silang
Digunakan untuk daya besar dan poros yang tidak sejajar.
Gambar 2.11 Roda gigi silang
2.3 Bagian bagian Roda Gigi.
Roda gigi lurus dipakai untuk memindahkan gerakan putar antara poros poros
yang sejajar, yang biasanya berbentuk silindris, dan gigi-giginya adalah lurus dan
sejajar dengan sumbu putaran.
Lingkaran puncak (pitch circle) adalah suatu lingkaran teoritis terhadap mana
semua perhitungan biasanya didasarkan. Lingkaran puncak dari sepasang roda gigi
berpasangan adalah saling bersinggungan satu satu terhadap yang lain. Pinion adalah
roda gigi yang terkecil di antara dua roda gigi yang berpasangan. Yang lebih besar
sering disebut roda gigi (Gear).
Jarak lengkung puncak ( circular pitch ) p adalah jarak, diukur pada lingkaran
puncak, dari satu titik pada sebuah gigi ke suatu titik yang berkaitan pada gigi
disebelahnya. Jadi jarak lengkung puncak adalah sama dengan jumlah tebal gigi (
tooth thickness ) dan lebar antara ( width of space ).
Modul (module) m adalah perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah
gigi. Satuan panjang yang vbiasa dipakai adalah milimeter. Modul adalah indeks dari
ukuran gigi pada satuan SI.
Puncak diameteral ( diamettral pitch ) P adalah perbandingan antara jumlah gigi
pada roda gigi dengan diameter puncak. Jadi ini, adalah kebalikan dari modul. Karena
puncak diametral hanya dipakai dalam satuan inggris, ini dinyatakan dalam jumlah
gigi per inchi.
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-8
Addendum a adalah jarak radial antara bidang atas (top land ) dengan lingkaran
puncak. Dedendum b adalah jarak radial dari bidang bawah ( bottom land ) ke
lingkaran puncak. Tinggi keseluruhan ( whole depth ) ht adalah jumlah addendum dan
dedendum.
Lingkaran kebebasan (Clearence cicle) adalah lingkaran yang bersinggungan
dengan lingkaran addendum dari pasangan roda gigi tersebut. Kebebasan (clearance )
c adalah besaran yang di sediakan dedendum bagi addendum dari roda gigi
pasangannya. Kibasan punggung (bock lash) adalah besaran yang diberikan oleh
lebar antara lebar satu roda gigi kepada tebal gigi dari roda gigi pasangannya diukur
pada lingkaran puncak.
2.4 Pembentukan Gigi Roda Gigi
Terdapat banyak cara pembentukan gigi dari roda gigi, seperti penuangan pasir (
sand casting ), percetakan dalam rumah tipis (szhell molding), penuangan tanam
(investment casting), penuangan pada cetakan tetap (permanent mold casting),
penuangnan cetakan (die casting), dan penuangan centrifugal (centrifugal casting).
Gigi dapat dibentuk dengan menggunakan proses metalurgi tepung (poweder
metallurgy process), atau dengan menggunakan ekstrusi (extrusion), sebuah batang
alumunium dibentuk dan kemudian dipotongkan ke roda gigi. Roda gigi yang
menerima beban yang besar bila dibandingkan terhadap ukurannya biasanya terbuat
dari baja dan dipotong dengan alat pemotong berbentuk (form cutter) atau alat
pemotong pembentukan bertahap (generating cutter O). Pada pemotong berbentuk,
bentuk ruang antara gigi persis sama dengan alat potong tersebut. Pada pembentukan
bertahap, suatu alat potong yang bentuknya berbeda dengan profil gigi digerakkan
secara relatif terhadap benda kerja roda gigi yang masih kosong untuk mendapatkan
bentuk gigi yang sesuai. Salah satu metoda pembentukan gigi yang terbaru dan yang
paling memberi harapan adalah yang disebut pembentukan dingin (cold forming),
atau pengerolan dingin (cold rolling), dimana pencetak dirolkan terhadap benda kerja
baja yang kosong untuk membentuk gigi. Sifat mekanis dari tersebut meningkat
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-9
secara luar biasa oleh proses pengerolan tersebut, dan suatu profil yang bermutu
tinggi sekaligus didapat.Gigi gigi roda gigi bisa dibentuk dengan milling, shaping,
atau hobbing. Pengerjaan akhirnya bisa dengan shaving, burnishing, grinding atau
lapping.
2.5 Definisi Roda Gigi Lurus
Roda gigi gunanya untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat
tidak dapat dilakukan dengan roda gesek.. untuk itu ini, kedua roda gigi tersebut
harus dibuat bergigi pada kelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh kedua
roda saling berkaitan. Orang pada umumnya tidak menyadari, banyak pelajaran yang
harus dipelajari tentang roda gigi lurus, alasan lainya untuk pelajaran perencanan dan
analisa roda gigi lurus. Langkah untuk mendesain roda kita harus memahami yang
terdiri diri dari empat bagian utama dibawah sebagai berikut :
kinematik gigi roda gigi dan rangkaian roda gigi (gear). Kita akan mempelajari
tentang perbandingan kecepatan dari berbagai jenis rangkaian roda gigi lurus.
Analisa gaya pada roda gigi dan rangkaian roda gigi.
Perencanaan, yaitu, pencarian ukuran, dari roda gigi didasarkan pada kekuatan
bahan.
Perencanaan roda gigi didasarkan atas adanya perbandingan keausan
2.6 Analisa Gaya Pada Roda Gigi Lurus
Analisa gaya pada rangkaian roda gigi dengan menggunakan notasi misalnya : a
untuk roda gigi pinion dan b untuk roda gigi gear.
Dengan notasi ini maka kita dapat mengatakan bahwa gaya gaya yang
dilakukan roda gigi 2 ( pinion ) terhadap roda gigi 3 ( Gear ) adalah F23 . dimana
gaya roda gigi 2 ( pinion ) terhadap poros F2a.
Dengan menggunakan arah koordinat x - y dan z maka arah dari radial dan
tangensial dapat di nyatakan sebagai r dan t. Dengan notasi ini F23t adalah
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-10
merupakan suatu komponen tangensial dari gaya roda gigi 3 yang bekerja terhadap
roda gigi 2.
Roda gigi gunanya untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat
tidak dapat dilakukan dengan roda gesek.. untuk itu ini, kedua roda gigi tersebut
harus dibuat bergigi pada kelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh kedua
roda saling berkaitan. Orang pada umumnya tidak menyadari, banyak pelajaran yang
harus dipelajari tentang roda gigi lurus, alasan lainya untuk pelajaran perencanan dan
analisa roda gigi lurus. Langkah untuk mendesain roda kita harus memahami yang
terdiri diri dari empat bagian utama dibawah sebagai berikut :
kinematik gigi roda gigi dan rangkaian roda gigi (gear). Kita akan mempelajari
tentang perbandingan kecepatan dari berbagai jenis rangkaian roda gigi lurus.
Analisa gaya pada roda gigi dan rangkaian roda gigi.
Perencanaan, yaitu, pencarian ukuran, dari roda gigi didasarkan pada kekuatan
bahan.
Roda gigi gunanya untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat
tidak dapat dilakukan dengan roda gesek.. untuk itu ini, kedua roda gigi tersebut
harus dibuat bergigi pada kelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh
kedua roda saling berkaitan. Orang pada umumnya tidak menyadari, banyak
pelajaran yang harus dipelajari tentang roda gigi lurus, alasan lainya untuk
pelajaran perencanan dan analisa roda gigi lurus. Langkah untuk mendesain roda
kita harus memahami yang terdiri diri dari empat bagian utama dibawah sebagai
berikut :
kinematik gigi roda gigi dan rangkaian roda gigi (gear). Kita akan mempelajari
tentang perbandingan kecepatan dari berbagai jenis rangkaian roda gigi lurus.
Analisa gaya pada roda gigi dan rangkaian roda gigi.
Perencanaan, yaitu, pencarian ukuran, dari roda gigi didasarkan pada kekuatan
bahan.
Perencanaan roda gigi didasarkan atas adanya perbandingan keausan.
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-11
F32
Ta2
2
d2
Fa2
n2
3
2
a
b
n
n a
b
T
T
F23
Fb3
Fa2
F32
2
3
Perencanaan roda gigi didasarkan atas adanya perbandingan keausan.
Gambar 2.12
Gambar 2.12 menunjukkan bahwa sebuah pinion di pasangkan ke poros dan
berputar searah jarum jam pada n2 (rpm). dan menggerakkan sebuah roda gigi pada
poros b dengan putaran n3 (rpm) dimana reaksi yang terjadi berada di sepanjang garis
tekan.
Gambar 2.13
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-12
Gambar 2.13 menunjukkan antara pinion dan gear di pisahkan dan di gantikan
dengan gaya Fa2 dan Ta2 adalah gaya dan daya putar (Torsi) yang terjadi pada poros a
dan pinion.
F32r = arah cosinus.
F32t = arah tangensial .
F32 = arah sinus .
Wt = F32t
2.7 Konstruksi Roda Gigi Transmisi Gearbox Tamiya Type 70097
Pada transmisi gearbox tamiya type 70097 terdapat dua jenis gigi yaiu gigi
penggerak ( Pinion Gear ) dan gigi yang digerakan ( Gear ).
Gambar 2.14
Transmisi Gearbox Tamiya Type 70097
Poros transmisi pada umumnya dirancang untuk meneruskan torsi dan putaran
yang berbeda-beda, maka sering kali poros transmisi dibuat bertingkat untuk
menyesuaikan torsi dan putarannya.
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-13
2.8 Fungsi Transmisi
Transmisi dan komponen pengoperasiannya merupakan bagian dari sistem
pemindah tenaga dari sebuah mainan, yaitu sistem yang berfungsi memindahkan
tenaga dari sumber tenaga (motor penggerak) ke roda mainan (pemakai/penggunaan
tenaga). Pemindahan tenaga dari motor penggerak ke sistem penggerak pada mainan,
tentunya diperlukan suatu proses yang halus tanpa adanya kejutan, yang
menyebabkan ketidak nyamanan bagi pengendara dan penumpang. Di samping itu,
kejutan juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian motor penggerak.
Fungsi transmisi adalah untuk mereduksi putaran motor penggerak yang terjadi
sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan mainan dengan sebaik-baiknya.
Transmisi dapat mengatur penggunaan kemampuan tenaga motor penggerak
yang terbatas. Tenaga motor penggerak tersebut dapat digunakan sesuai dengan
keperluan agar motor penggerak tetap dalam keadaan stabil, tidak sempat mengalami
kerusakan atau perubahan pada alatnya. Bila diperlukan tenaga angkut yang besar
misalnya ditanjakan atau mengangkut beban yang besar, maka harus digunakan
transmisi yang rendah karena tersedia tenaga angkut yang besar tetapi mainan tidak
dapat berjalan cepat. Sebaliknya bila diperlukan kecepatan tinggi digunakan transmisi
tinggi sesuai dengan jalan yang ditempuh. Pada transmisi tinggi tersedia tenaga
angkut yang kecil. Tenaga yang lain dipergunakan untuk mempertahankan kecepatan
mainan.
Konsep dasar kerja transmisi adalah menggunakan konsep perbandingan momen.
Sehingga alternatif yang dipergunakan adalah dengan menggunakan roda gigi,
karena roda gigi merupakan benda yang paling mudah dan praktis untuk melakukan
proses transfer tenaga pada putaran tertentu sehingga memberikan bermacam-macam
perbandingan kecepatan yang di kehendaki, serta untuk melakukan proses
perbandingan momen yang di butuhkan motor penggerak. Fungsi transmisi roda gigi
adalah untuk memperbesar momen saat momen besar diperlukan dan memperkecil
momen saat momen kecil dibutuhkan. Untuk menyesuaikan kebutuhan tinggal
mendesain berapa jumlah giginya yang akan dipergunakan.
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-14
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh transmisi adalah:
1. Tidak terjadi suara berisik dari dalam crankcase saat di operasikan.
2. Tidak terjadi lost contact atau missed saat di masukan transmisi.
3. Tidak terjadi loncat transmisi atau tidak terjadi perubahan kecepatan sendiri
saat di operasikan.
4. Tidak terjadi sendatan atau laju kendaraan tersendat-sendat saat kendaran di
pergunakan untuk berjalanan.
5. Mempunyai daya tahan yang cukup terhadap kerusakan.
2.9 Prinsip Kerja Gearbox Tamiya Type 70097
Prinsip kerja dari gearbox tamiya ini hampir sama dengan gearbox gearbox
lainnya yaitu putaran dari motor diteruskan pada shaft yang berhubungan dengan roda
gigi yang saling berpasangan pada shaft lainnya. Karena adanya perbedaan rasio dan
bentuk roda gigi tersebut sehingga akan menghasilkan rpm atau putaran yang
dikeluarkan berbeda dari putaran yang diberikan sebelumnya.
Gambar 2.15
Transmisi pada Gearbox Tamiya Type 70097
Masukan
Keluaran
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-15
Aliran Tenaga :
Gambar 2.16
Aliran Tenaga Pada Gearbox Tamiya Type 70097
2.10 Menghitung Gear Ratio Transmisi pada Gearbox Tamiya Type 70097
Hubungan gear yang berada dalam kotak transmisi (gear box), antara gear input
shaft untuk output shaft dapat diperoleh berbagai kondisi seperti berikut ini:
a. Perbandingan kecepatan putar yang sama ataupun berbeda input
terhadap outputnya
b. Perbandingan momen yang dapat sama atau berbeda input terhadap
outputnya
c. Arah putaran yang sama atau berbeda input terhadap outputnya
Gear kecil (A) bila langsung memutarkan gear (B) yang lebih besar akan
menghasilkan:
a. Putaran shaft gear (B) lebih lambat
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-16
b. Momen shaft gear (B) lebih besar
c. Arah putaran gear (B) berlawanan dengan shaft gear (A)
Begitu pula apabila sebaliknya, jika pemutar (drive) adalah gear yang lebih
besar maka akan diperoleh:
a. Putaran shaft gear yang digerakkan (driven) lebih besar
b. Momen shaft gear yang digerakkan (driven) lebih lambat
c. Arah putaran driven berlawanan dengan arah driven
Tetapi juga gear kecil (A) memutar gear besar (B) melalui perantara satu gear
maka diperoleh :
a. Putaran shaft gear (B) lebih lambat
b. Momen shaft driven lebih besar
c. Arah putaran shaft gear (B) searah dengan shaft gear (A)
Begitu pula sebaliknya jika gear besar sebagai drive dan gear yang lebih kecil
sebagai driven maka akan diperoleh :
a. Putaran shaft driven lebih cepat
b. Momen shaft driven lebih kecil
c. Arah putaran driven searah dengan driven
Putaran driven shaft yang menjadi lebih lambat atau lebih cepat dan momen
yang menjadi lebih kecil atau lebih besar, tergantung dari jumlah gear pada pemutar
(drive) dan diputar (driven), perbandingan ini disebut gear ratio.
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-17
Perbandingan roda gigi (gear ratio) pada Gearbox Tamiya Type 70097 :
Pasangan 1 : 38/8 = 4.75
Pasangan 2 : 42/12 = 3.5
Pasangan 3 : 42/12 = 3.5
Pasangan 4 : 42/12 = 3.5
2.11 Jarak Bagi Normal
Jika diameter lingkaran dasar dinyatakan dengan dg (mm) dan jumlah gigi Z,
maka jarak bagi normal (ta) dapat ditulis :
.......................................................... (2.1)
2.12 Diameter Lingkaran Dasar
Hubungan antara lingkaran dasar dg (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d
(mm) adalah :
....................................................... (2.2)
dimana : = sudut tekanan (sudut PO, I)
2.13 Jarak Bagi Lingkar
Jika diameter jarak bagi dinyatakan d (mm) dan jumlah gigi dengan Z, maka
jarak bagi lingkar t (mm) dapat di tulis sebagai berikut :
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-18
Gbr 2.26 Bagian Roda Gigi
.......................................................... (2.3)
Jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dengan jumlah gigi.
Namun karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor , Pemakaiannya sebagai
ukuran gigi sangat kurang praktis. Untuk mengatasi hal itu diambil suatu ukuran yang
disebut modul dengan lambang " m " dimana :
...........................................................(2.4)
2.14 Lingkaran Jarak Bagi
Lingkaran Jarak Bagi adalah suatu lingkaran teoritis terhadap semua
perhitungan biasanya didasarkan. Dimana hubungannya dengan modul dan jarak bagi
lingkar seperti persamaan 2.5 adalah :
............................................................. (2.5)
Untuk roda gigi berpasangan lingkaran jarak bagi adalah saling bersinggungan
satusama lain. Disini didapat hubungan bahwa:
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-19
........................................................ (2.6)
dimana : a = jarak antara poros (mm)
d = diameter jarak bagi (mm)
Jika di hubungkan dengan " I " (perbandingan transmisi), lingkaran jarak bagi
adalah :
............................................(2.7)
...........................................(2.8)
2.15 Diameter Kepala (dk)
Diameter Kepala (dk) adalah jarak radial puncak gigi, dimana diameter kepala
yaitu lingkaran bagi ditambah dengan tinggi kepala (lihat gambar 2.4). Hubungan
dengan jumlah gigi dan modul adalah :
............................................(2.9)
2.16 Diameter Kaki (Df)
Adalah jarak radial bidang bawah gigi, atau lingkaran jarak bagi dikurangi
dengan tinggi kaki adalah :
............ (2.10)
dimana : Z = jumlah gigi
m = modul
Ck= kelonggaran puncak
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-20
2.17 Tinggi Kepala Gigi (hk)
Tinggi Kepala Gigi adalah jarak antara lingkaran jarak bagi dengan diameter
kepala. Tinggi kepala gigi (hk) jika dihubungkan dengan modul adalah :
...................................................(2.11)
dimana : k = faktor tinggi kepala (0,8 ; 1 ; 1,2, dsb)
m = modul
2.18 Tinggi Kaki (hf)
Tinggi Kaki Gigi adalah jarak antara lingkaran jarak bagi dengan diameter
dasar. Tinggi gigi (hf) adalah:
...................................................(2.12)
2.19 Tinggi Gigi (H)
Tinggi Gigi adalah jarak antara diameter kepala dan diameter dasar atau tinggi
kepala ditambahkan dengan tinggi kaki.
....................................................(2.13)
dimana : m = modul
Ck = Kelonggaran Puncak
2.20 Kelonggaran Puncak (Ck)
Agar profil pahat dapat Kelonggaran Puncak (Ck) Adalah celah antara lingkaran
jarak kepala dan lingkaran kaki dari gigi pasangannya. Berguna untuk menghindari
terjadinya titik kontak yang lain (supaya tidak slip) dan juga untuk tempat masuknya
pelumas agar pendinginan berlangsung. Harga dari kelonggaran puncak adalah :
.....................................................(2.14)
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-21
2.21 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Transmisi
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 (Rpm) pada
poros penggerak dan n2 (Rpm) pada poros yang digerakkan. Sedangkan lingkaran
jarak bagi masing-masing gigi adalah d1 dan d2 dan jumlah giginya Z1 dan Z2, maka
perbandingan putaran " u " adalah :
..................(2.15)
Harga " i " yaitu perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi atau disebut
juga perbandingan transmisi. Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal
roda gigi lurus standar dan dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala.
Roda gigi biasanya untuk mereduksi (u < i) atau (1/i), tetapi kadang-kadang
juga dipakai untuk menaikkan putaran (u> i atau i< 1).
2.22 Kapasitas beban Roda Gigi
Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa patah gigi, aus atau berlubang-
lubang (bopeng) dan tergores permukaannya karena pecahnya selaput minyak
pelumas.
Biasanya kekuatan gigi terhadp lenturan dan tekanan permukaan merupakan
hal yang terpenting untuk diperhatikan. Kemudian, akhir-akhir ini juga dianggap
penting untuk memperhatikan kekuatan terhadap goresan, yaitu gejala dimana luka-
luka goresan pada permukaan gigi roda gigi berbeban besar dan putaran tinggi terjadi
karena penguapan selaput minyak.
2.23 Perhitungan Lenturan
Karena besarnya perbandingan kontak adalah satu atau lebih, maka beban
penuh tidak selalu dikenakan pada satu gigi. Tetapi untuk keamanan perhitungan
dilakukan atas dasar anggapan bahwa beban penuh dikenakan pada titik perpotongan
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-22
" A " antar garis tekanan dan garis hubung pusat roda pada puncak gigi, seperti dalam
gambar 2.27
Gambar 2.27 Gaya pada gigi
Jika tekanan normal (Fn), maka gaya (Fkt) tegak lurus OA dalam arah keliling
atau tangensial pada titik A adalah :
..............(2.16)
Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik jarak adalah :
..............(2.17)
Di mana b adalah sudut tekanan kerja yang biasanya digunakan sebesar 20.
Untuk pendekatan dapat dianggap bahwa b w maka Ft Fkt. Gaya Ft disebut juga
gaya tangensial.
Jika diameter jarak bagi adalah " d " (mm), maka kecepatan keliling " V "
(m/s), pada lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran " n " (Rpm)
adalah :
. .......... (2.18)
Hubungan antara daya yang ditransmisikan " P " (Kw), gaya tangensial " F t "
(Kg) dan kecepatan keliling " V " adalah :
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-23
.......... (2.19)
Dan demi keamanan digunakan pemakaian faktor koreksi (fc), sehingga daya
rencana " P " (Kw) adalah :
.................(2.20)
maka persamaan 2.17 menjadi :
....................................................(2.21)
Bentuk penumpang gigi yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan
lentur didekati dengan bentuk parabola dengan puncak di titik A dan dasar di B dan C
yang merupakan titik singgung antara parabola dengan profil kaki gigi. Dengan
demikian, maka gigi tersebut dapat dipandang sebagai balok kantilever yang
mempunyai kekuatan seragam.
Jika b adalah lebar sisi, BC = h (mm) dan AE = 1 (mm), maka tegangan lentur
pada titik B dan C (dimana ukuran penampangnya adalah b.h) dengan beban gaya
tangensial Ft pada puncak balok, dapat dihitung sebagai:
.......................................(2.22)
maka :
............................................. (2.23)
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-24
Gambar 2.28 Gigi dipandang sebagai balok kantilever dengan kekuatan
seragam
Besarnya h2/6.l ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi. Besaran ini
mempunyai dimensi panjang. jika dinyatakan dengan perkalian antara Y dan modul,
maka :
.....................................................(2.24)
maka :
........... ....................................................................... (2.25)
Di mana Y dinamakan faktor bentuk gigi. Harganya diberikan pada tabel 6.5
(hal 239 Sularso) untuk profil roda gigi standar dengan sudut tekan 20. Maka
persamaan (2.20) dapat ditulis sebagai berikut :
.................................(2.26)
Besarnya beban lentur yang diizinkan persatuan persatuan luas sisi dapat
dihitung sebagai berikut :
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-25
................................ .................................................(2.27)
Di mana : a = Tegangan lentur yang diizinkan (kg/mm2)
m = modul
Y = faktor bentuk
fv = faktor dinamis
Maka lebar sisi dapat diperoleh dari hubungan berikut :
...........................................................(2.28)
Pada umumnya harga b ditetapkan antara (6 10). m dan untuk daya besar
antara (10 6).m .
2.24 Perhitungan beban permukaan
Jika tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu besar gigi akan mengalami
keausan atau menjadi bopeng dengan cepat. Selain itu permukaan gigi juga akan
mengalami keausan karena kelelahan oleh beban berulang-ulang. Dengan demikian
,maka tekanan di kenakan pada permukaan gigi atau kapasitas pembebanan
permukaan harus dibatasi.
Seperti pada perhitungan lenturan, maka beban permukaan yang diizinkan
adalah:
2121 .2.. ZZZdKfF HvH ...................(2.29)
dimana : KH = faktor tegangan kontak (kg/mm2) (tabel 6.8 Sularso)
f = faktor dinamis
d1 = diameter jarak bagi pada poros penggerak
Z1 = jumlah gigi pada poros penggerak
Z2 = jumlah gigi roda gigi dapa diperoleh hubungan
Sedangkan beban permukaan yang terjadi adalah :
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-26
................................(2.30)
dimana : K = faktor tegangan kontak yang diizinkan (tabel 6.9 Sularso)
b = lebar sisi gigi
d1= diameter jarak bagi
fv = faktor dinamis
Maka lebar sisi yang diperlukan atas perhitungan kekuatan terhadap tekanan
permukaan :
....................................................................................(2.31)
Lebar sisi yang diperoleh disini harus dibandingkan dengan lebar sisi yang
diperoleh dari perhitungan kekuatan.
2.25 POROS
2.25.1 Gaya Tangensial dan Gaya Radial pada Roda Gigi
Jika sepasang roda gigi berputar yaitu goda gigi penggerak memutar roda gigi
yang digerakkan maka pada permukaan roda gigi akan terjadi gaya yang besarnya F
dengan sudut tekan
-
Laporan Praktikum Desain Elemen Mesin III
2-27
FF
FT
n R
FR
Fn
FT
I
II
Gambar 2.29 Gaya pada roda gigi
Sehingga : tan = T
R
F
F ...................(2.32)
= sudut tekan
FR = gaya radial (kgf)
FT = gaya tangensial (kgf)
Gaya tangensial dapat ditentukan dengan persamaan :
2
DFT t ...............(2.33)
T = torsi pada poros penggerak
D = diameter jarak bagi roda