58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

5
METODE ANALISIS JUMLAH DAN MORFOLOGI SEL DARAH Eritrosit 1. Menghitung jumlah eritrosit (Gandasoebrata, 1992 dan Tjokronegoro, 2000) Larutan Hayem digunakan sebagai pengencer dengan perbandingan 1:200 Darah diisap(yang sudah dicampuri NaEDTA) dengan pipet eritrosit sampai tanda garis 1,0 dan larutan pengencer sampai tanda garis 101. Dicampur selama satu menit kemudian dibiarkan selama 3 menit agar eritrosit mengendap. Penghitungan jumlah eritrosit menggunakan kamar hitung Double Improve Neubauer pada kelima bidang sedang yang masing-masing dibagi menjadi 16 bidang kecil sehingga faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5000E dengan E adalah jumlah eritrosit Eritrosit diamati dengan perbesaran mikroskop sebesar 400X 2. Uji kadar hemoglobin (Gandasoebrata, 1992 dan Waid, 1990 ) Kadar Hb ditentukan dengan kit Hb Merck 3317. Darah diambil sebanyak 20 ul dan dimasukkan dalam larutan kaliumferrisianida dan kalium sianida sebanyak 5 ml (Larutan Drabkin). Absorbansi larutan darah diukur dalam gelombang 540 nm. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standar sianmethemoglobin yaitu kadar hemoglobin = absorbansi yang teramati x 36.8 g Hb/dl 3. Mengamati morfologi eritrosit (Tjokronegoro, 2000) Pembuatan sediaan apusan darah dilakukan diatas kaca objek yang bebas lemak maupun kotoran dengan dibersihkan dengan sedikit metil alkohol. Kemudian diteteskan darah pada jarak kurang lebih 2-3 mm dari ujung kaca objek dan dengan bantuan kaca penghapus yang sebelumnya diletakkan didepan tetesan darah dengan sudut 30-45 derajat (agar darah tersebar merata) dibuat film hapusan darah dengan menggeser kaca penghapus secepat mungkin dengan sudut antara kaca objek dengan kaca penghapus sebesar mungkin sehingga diperoleh film sediaan hapusan darah yang tipis dan merata. Pewarnaan menggunakan zat warna Giemsa (1 g dalam 10 ml metil alkohol) dan Wright ( 1 g dalam 10 ml metil alkohol). Pewarnaan dengan zat warna Giemsa dan Wright tidak memerlukan fiksatif karena zat warna sudah mengandung metil alkohol. Zat warna diteteskan pada sediaan sebanyak 20 tetes dan dibiarkan selama 5 sampai 12 menit. Dilanjutkan dengan membersihkan zat warna yang berlebihan dengan air suling secara perlahan-lahan dan setelah bersih dikeringkan dalam posisi vertikal. Pengamatan meliputi kelainan morfologi yang didasarkan pada ukuran, bentuk dan warna pada bagian apusan darah eritrosit yang tidak bersentuhan atau pada sediaan tipis. b). Leukosit 1. Menghitung leukosit (Arifin, 1983 dan Gandasoebrata, 1992) Larutan Turk digunakan sebagai pengencer dengan perbandingan 1:20. Darah diisap dengan pipet leukosit sampai pada tanda garis 1,0 kemudian dilanjutkan menghisap larutan pengencer sampai tanda 11 dan dikocok selama 15-30 detik serta dibiarkan selama 3 menit. Penghitungan menggunakan kamar hitung Double Improve Neubauer pada ke 4 bidang besar yang masing-masing terdiri 16 kotak kecil sehingga jumlah

Transcript of 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

Page 1: 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

METODE ANALISIS JUMLAH DAN MORFOLOGI SEL DARAH

Eritrosit

1. Menghitung jumlah eritrosit (Gandasoebrata, 1992 dan Tjokronegoro, 2000)

Larutan Hayem digunakan sebagai pengencer dengan perbandingan 1:200 Darah diisap(yang

sudah dicampuri NaEDTA) dengan pipet eritrosit sampai tanda garis 1,0 dan larutan pengencer

sampai tanda garis 101. Dicampur selama satu menit kemudian dibiarkan selama 3 menit agar

eritrosit mengendap. Penghitungan jumlah eritrosit menggunakan kamar hitung Double Improve

Neubauer pada kelima bidang sedang yang masing-masing dibagi menjadi 16 bidang kecil

sehingga faktor untuk mendapat jumlah eritrosit per ul darah menjadi 5000E dengan E adalah

jumlah eritrosit Eritrosit diamati dengan perbesaran mikroskop sebesar 400X

2. Uji kadar hemoglobin (Gandasoebrata, 1992 dan Waid, 1990 )

Kadar Hb ditentukan dengan kit Hb Merck 3317. Darah diambil sebanyak 20 ul dan dimasukkan

dalam larutan kaliumferrisianida dan kalium sianida sebanyak 5 ml (Larutan Drabkin). Absorbansi

larutan darah diukur dalam gelombang 540 nm. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan

absorbansinya dengan absorbansi standar sianmethemoglobin yaitu kadar hemoglobin =

absorbansi yang teramati x 36.8 g Hb/dl

3. Mengamati morfologi eritrosit (Tjokronegoro, 2000) 

Pembuatan sediaan apusan darah dilakukan diatas kaca objek yang bebas lemak maupun kotoran

dengan dibersihkan dengan sedikit metil alkohol. Kemudian diteteskan darah pada jarak kurang

lebih 2-3 mm dari ujung kaca objek dan dengan bantuan kaca penghapus yang sebelumnya

diletakkan didepan tetesan darah dengan sudut 30-45 derajat (agar darah tersebar merata) dibuat

film hapusan darah dengan menggeser kaca penghapus secepat mungkin dengan sudut antara

kaca objek dengan kaca penghapus sebesar mungkin sehingga diperoleh film sediaan hapusan

darah yang tipis dan merata.

Pewarnaan menggunakan zat warna Giemsa (1 g dalam 10 ml metil alkohol) dan Wright ( 1 g

dalam 10 ml metil alkohol). Pewarnaan dengan zat warna Giemsa dan Wright tidak memerlukan

fiksatif karena zat warna sudah mengandung metil alkohol. Zat warna diteteskan pada sediaan

sebanyak 20 tetes dan dibiarkan selama 5 sampai 12 menit. Dilanjutkan dengan membersihkan zat

warna yang berlebihan dengan air suling secara perlahan-lahan dan setelah bersih dikeringkan

dalam posisi vertikal.

Pengamatan meliputi kelainan morfologi yang didasarkan pada ukuran, bentuk dan warna pada

bagian apusan darah eritrosit yang tidak bersentuhan atau pada sediaan tipis.

b). Leukosit

1. Menghitung leukosit (Arifin, 1983 dan Gandasoebrata, 1992)

Larutan Turk digunakan sebagai pengencer dengan perbandingan 1:20. Darah diisap dengan pipet

leukosit sampai pada tanda garis 1,0 kemudian dilanjutkan menghisap larutan pengencer sampai

tanda 11 dan dikocok selama 15-30 detik serta dibiarkan selama 3 menit. Penghitungan

menggunakan kamar hitung Double Improve Neubauer pada ke 4 bidang besar yang masing-

masing terdiri 16 kotak kecil sehingga jumlah leukosit diperoleh dengan mengkalikan 50. Leukosit

diamati dengan perbesaran mikroskop 100X

2. Menghitung jenis leukosit (Gandasoebrata, 1992)

Page 2: 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

Penghitungan jenis leukosit mengunakan sediaan apusan darah yang hitungannya didasarkan atas

per 100 leukosit kemudian hasilnya disusun. Pengamatan mikroskop menggunakan perbesaran

40X yang dapat dilanjutkan dengan perbesaran 100X.

3. Mengamati morfologi (Tjokronegoro, 2000)

Mengamati morfologi mengunakan sediaan apusan darah yang proses dan pewarnaan sama

dengan pembuatan sediaan apusan darah eritrosit dan meliputi kelainan morfologi dalam bentuk,

ukuran, warna sitoplasma dan granula dengan menggunakan mikroskop perbesaran 100 x.

c). Trombosit

1. Menghitung jumlah trombosit (Marjorie, 1983)

Larutan Ammonium Oksalat digunakan sebagai pengencer dengan perbandingan 1:200. Darah

diisap menggunakan pipet eritrosit sampai tanda garis 1,0 dan dilanjutkan dengan larutan

pengencer sampai 101 dan segera dikocok selama 3 menit. Penghitungan jumlah trombosit

dilakukan dengan kamar hitung Double Improve Neubauer pada ke lima bidang besar yang

masing-masing terdiri dari enam belas bidang kecil sehingga jumlah trombosit diperoleh dengan

mengkalikan 5000 jumlah trombosit yang ditemui dalam penghitungan. Pengamatan mengunakan

mikroskop menggunakan perbesaran 100X.

Sel Darah (Eritrosit, Leukosit, Trombosit) dan Komponennya

Jumat, 12 November 2010

Di dalam tubuh yang dinamakan darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di

dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah

karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar O2 dan CO2. Bila kadar O2 tinggi

maka warna darahnya menjadi merah muda, tetapi bila kadar CO2 nya tinggi maka

warna darahnya menjadi merah tua.

Pada manusia atau mamalia, volume darahnya adalah 8% berat badannya. Jika

seseorang dewasa yang berat badannya 60 kg, berat 

darahnya lebih kurang 0,08 × 60 kg liter darah. Jadi volume seluruh darah yang beratnya

50 kg adalah 4,8 liter.

Page 3: 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

Plasma darah (cairan darah)

 Plasma darah manusia tersusun atas 90% air dan 10% zat-zat terlarut. 

Zat-zat terlarut tersebut, yaitu:

1) Protein plasma, terdiri atas albumin, globulin, dan fibrinogen. 

Albumin berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah. 

Globulin berfungsi untuk melawan bibit penyakit (sehingga sering 

disebut immunoglobulin). Ketiga protein tersebut dihasilkan oleh hati 

dengan konsentrasi 8%.

2) Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2 

Konsentrasi garam kurang dari 1%. Garam ini diserap dari usus dan 

berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah. Adapun 

gas diserap dari jaringan paru-paru. O2 berfungsi untuk pernapasan 

sel dan CO2 merupakan sisa metabolisme.

3) Zat-zat makanan terdiri atas lemak, glukosa, dan asam amino sebagai makanan sel.

Zat makanan ini diserap dari usus.

4) Sampah nitrogen hasil metabolisme terdiri atas urea dan asam urat. 

Sampah-sampah ini diekskresikan oleh ginjal.

5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk 

membantu metabolisme. Zat-zat ini dihasilkan oleh berbagai macam sel.

Sel-sel darah

Eritrosit (sel darah merah)

Page 4: 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

Ciri-ciri eritrosit: 

a) Tidak berinti. 

b) Mengandung Hb (hemoglobin), yaitu suatu protein yang mengandung senyawa hemin

dan Fe.

Hb mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2. Pada laki-laki 

dewasa, dalam 1 mm3 darahnya terkandung 5 juta eritrosit. Sedangkan 

pada wanita dewasa dalam 1 mm3 darahnya terkandung 4 juta eritrosit. Kekurangan

eritrosit, Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.

Leukosit (sel darah putih)

Ciri-ciri leukosit: 

a) Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan

(fagositosis) penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit 

disebut juga fagosit. 

b) Jumlah leukosit sangat sedikit dibandingkan dengan eritrosit (dalam 

setiap mm3 darah hanya 6000 - 9000).

(1) Jika jumlah < 6000 seseorang akan menderita leukopenia. 

(2) Jika jumlah > 9000 seseorang akan menderita leukositas. 

(3) Jika jumlah berlebih hingga 20.000 orang tersebut akan menderita leukemia (kanker

darah).

c) Bentuknya bervariasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung. 

d) Geraknya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler. 

e) Plasma leukosit mengandung butiranbutiran (granula).

Pembagian Leukosit

Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasma, leukosit di 

kelompokkan menjadi:

Page 5: 58011787 Metode Analisis Jumlah Dan Morfologi Sel Darah

Leukosit Granulosit (leukosit bergranula)

(1) Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan

bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan

mati.

(2) Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna 

merah tua bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan 

meningkat jika tubuh terkena infeksi.

(3) Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru 

jika ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi 

infeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti 

penggumpalan.

Leukosit Agranulosit (leukosit tidak bergranula)

(1) Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang

kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.

(2) Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang 

bulat atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan 

bersifat fagosit.

Trombosit (keping-keping darah)

Ciri-ciri Trombosit: 

a) Sering disebut sel darah pembeku karena fungsinya dalam proses 

pembekuan darah. 

b) Berukuran lebih kecil daripada eritrosit maupun leukosit dan tidak berinti. 

c) Dalam setiap mm3 terdapat 200.000 - 400.000 trombosit. 

d) Dibentuk pada sel megakariosit sumsum tulang. 

e) Mempunyai waktu hidup sekitar 8 hari.