5
Transcript of 5
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 1/7
3
BAB IPENDAHULUANLatar Belakang
Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang sesama jenis maupun
berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruhnegatif bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan
sumber daya yang adadalam keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yag terjadi di alam
meliputikomoetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisiinterspesifik
yatu interaksi negatif yang terjadi pada rumbuhan berbeda jenis.Tanaman budidaya mempunyai kemampuan
untuk bersaing dengan gulmasampai batas populasi gulma tertentu. Setelah batas populasi tersebut,
tanamanbudidayaakan kalah dalam berseing sehingga pertumbuhan dan produksi tanamanbudidaya
akan menurun. Kompetisi gulma dapat menyebabkan penurunankuantitas dan kualitas hasil panen.
Penurunan kuantitas hasil panen terjadi melaluidua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang dapt
dipanen dan penurunan jumlahindididu tanaman yang dipanen. Penurunan kualitas hasi akibat
kompetisi gulmadisebabkan diantaranya oleh tercampurnya hasil penen dengan biji gulma.Akibatnya,hasil panen menurun.Kompetisi antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor umbuh yangterbatas.
Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya danruang tumbuh. Besarnya daya
kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktorantara lain jumlah individu gulma dan berat gulma,
siklus hidup gulma, periodeada gulma pada tanaman, dan jenis gulma. Dalam kenyataannya sangat
sulit bagikita untuk menjelaskan faktor mana yang terlibat atau berperan dalam peristiwakompetisi
tersebut. De Wit (1960)
menyebutkan istilah “sarana pertumbuhan”
yang mencakup semua faktor yang telibat dalam kompetisi. Ada beberapaperubahan kompetisi yang
dapat digunakan untuk mengukur daya kompetisi,diantaranya total hasil relatif (THR), penguasaan
sarana tumbuh (PST), danagresivitas.
Pada praktikum ini mahasiswa akan diperkenalkan salah satu peubah untuk mengukur kompetisi,
yaitu penguasaan sarana tumbuh. Prinsipnya adalah bahwatanaman yang menguasai persaingan atu kompetisi
akan menguasai saranatumbuh lebih besar dibandingkan terhadap pesaingnya.
Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mempelajari penguasaan saranatumbuh dalam suatu percobaan
kompetisi antara tanaman dan gulma danc caraperhitungannya
Tinjauan pustaka Gulma
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 2/7
Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-
polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan
tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak
maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang
penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan
masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulmasebagai tumbuhan yang
peranan, pitensi, dan hakikat kehadirannya belumsepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing
alami yang kuat bagi tanamanbudidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang
banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepatdan daur
hidup lama (Ashton dan Monaco, 1991). Sifat gulma umumnya mudahberadaptasi dengan lingkungan yang
berubah dibandingkan dengan tanamanbudidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma
BAB IIIBAHAN DAN METODEBahan dan Alat
Peralatan yang digunakan antara lain cngkul kored, neraca analitik, danoven.Bahan yang sigunakan
dalam praktikum ini adalah benih tanaman jagung,pupuk urea, SP-18, KCl, dan insektisida furadan
3G.
Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2009 di Lapangan PraktikumCikabayan, Kampus IPB
Dramaga Bogor.
Metodologi
Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Perlakuan yang dicobakansebagai berikut:1.
(P1) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 1 benih per lubang2.
(P2) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 2 benih per lubang3.
(P3) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 3 benih per lubang4.
(P4) jarak tanam 100 x 20 cm dengan 2 benih per lubang5.
(P5) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 5 benih per lubang6.
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 3/7
(P6) jarak tanam 100 x 20 cm sengan 3 benih per lubangSatuan perobaan berpa petakan dengan
ukuran 10m x 4 m. Percobaandilakukan denan empat ulangan, sehingga terdapat 20 satuan
percobaan.Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pembajakan dan penghalusanpada saat satu
bulan sebelum tanam. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanamsesuai perlakuan.Pemupukandilakukan dengan ara split, yaitu pada saat tanam dan pada saan4 MST. Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan dosis 300 kg Urea/ha, 300kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea dan KCl
diberikan dua kali yaitu ½
8dosis pada saat tanam dan ½ dosis pada saat 4 MST. Pemupukan SP-18 dilakukanseluruhnya pada
saat tanam. Furadan diberikan dalam lubang tanam pada saattanam dengan dosis 12 kg/ha.Pengamatan
dilakukan pada peubah tinggi dan jumlah daun 10 tanamansampel, yang diamati pada 2, 4, 6, 8 MST;
Biomassa tajuk jagung, diamati dengancara memotong 3 tanaman sampel, dioven dan ditimbang
bobot keringnya pada 2,4, 6, 8 MST; bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot saat panen; danbobottotal dan biomassa tiap jenis gulma dari pengambilan sampel kuadran.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan peubah-peubah yang telahdiamati terhadap bobot biomassa
tanaman jagung dan biomassa gulma. Peubahyang diamati antara lain tinggi jarak tanam dan
perlakuan benih, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot biomassa jagung berkelobot dan tanpa kelobot,
dan biomassagulma. Peubah tersebut kemudian diamati untuk mengetahui pengaruh peubahbobot
terhadap tingkat persaingan antara gulma dan tanaman jagung.Pada perlakuan pengaruh jarak tanaman dan perlakuan benih terhadap tinggitanaman dan jumlah daun jagung saat 2, 4, 6, 8, dan 10
MST menghasilkan databahwa tidak terdapat pengaruh keterkaitan antara jarak tanam dan jumlah
benihterhadap tinggi tanaman maupun jumlah daun (Tabel.3). Dari hasil F hitungdengan taraf nyata
95%, korelasi antara jarak tanam dan perlakuan benihmenghasilkan angka nol dan kurang dari satu
yang membuktikan bahwa tidak adaatau hanya kecil sekali terdapat keterkaitan (Tabel. 1 dan
Tabel.2). Terhadapfaktor persaingan dengan gulma, terdapat pengeruh yang nyata pada 10
MSTdimana dari uji F dengan taraf nyata 95% F, sehingga dapat dibuktikan adanyapersaingan dengan
gulma dalam memperoleh nutrisi dari lahan yang sama pada jarak tanam berbeda (Tabel.
4).Pengamatan hubungan antara jarak tanam dan perlakuan benih tidak mempengaruhi tinggi dan
jumlah daun tanaman. Adengan kata lain, peubahtersebut tidak mempengaruhi fase vegetatif tanaman.Jagung merupakan tanamanC-4 yang dapat beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas dan hasil.
Ditinjaudari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4 beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti
intensitas radiasi surya yang tinggi dan suhu siang malam yangtinggi serta kesuburan tanah yang
relatif rendah. Sifat yang menguntungkan daritanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain
aktifitas fotosintesis padatanaman normal tinggi, fotorespirasi sangan rendah, transpirasi rendahh
sertaefisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dananatomi yang
sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Muhadjir,1988).
10Peubah lain yang digunakan dalam percobaan yaitu komponen hasil yangmeliputi bobot tongkol berkelobotdan tanpa kelobot. Pengamatan tongkoldilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Dari data
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 4/7
perhitungan dengan uji F,taraf nyata 95%, pada 2-8 MST tidak terdapat pengaruh jarak tanam
danperlakuan benih pada bobot kering jagung berkelobot. Hal ini dapat dipastikankarena pada masa
awal tanam tidak memungkinkan dalam pertumbuhan vegetatif sehingga tongkol tidak terbentuk. Dari
data (Tabel.5 dan Tabel.6) jugamenunjukkan tidak adanya korelasi antara bobot basah jagung berkelobot dantanpa
kelobot dengan jarak tanam ataupun perlakuan benih. Namun, terhadappersaingan dengan gulma,
pada 10 MST menunjukkan perbedaan yang nyata,sehingga terdapat pengaruh jarak tanam dan
perlakuan benih terhadap bobot basah jagung berkelobot. Bobot yang dihasilkan pada jarak tanam
rapat lebih kecildibandingkan dengan bobot pada jarak tanam lebar (Tabel.7).Pengamatan terhadap
tongkol menunjukkan hasil yang nyata pada 10 MST.Hal ini disebabkan pada 10 MST sudah masuk
pada fase generatif yang diawalidengan proses pembungaan jagung hingga pembentukkan tongkol.
Pengaruh yangterlihat juga dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan gulma dimana jarak makin
besarnya populasi gulma, maka makin besar pula kehilangan hasil yangakan dialami tanaman. Populasi
yang besar akan meningkatkan persaingantanaman dalam mempeoleh nutrisi yang sangat diperlukan pada
fasepertumbuhan. Bila telah mengalami banyak kehilangan, maka pada saatpembentukkan hasil (biji)
akan mengurangi bobot basahnya. Smith (1981)menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada
tanaman budidayaadalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hamadanpenyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi energi dalampengendaliannya,
menghalangi sistem irigasi, menyebabkan keracunan dan lukapada manusia dan hewan serta
mengurangi nilai dan produktivitas dan estetikalahan.Pengamatanbeberapa peubah di atas menjelaskan
bahwa persaingan tanamanterhadap gulmalah yang menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman
jagung.Grafik.1 menyatakan hubungan antara hasil nyata dengan densitas gulma persatuan luas.
Peubah lain yang digunakan dalam percobaan yaitu komponen hasil yangmeliputi bobot tongkol berkelobot dan
tanpa kelobot. Pengamatan tongkoldilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Dari data perhitungan
dengan uji F,taraf nyata 95%, pada 2-8 MST tidak terdapat pengaruh jarak tanam danperlakuan benih
pada bobot kering jagung berkelobot. Hal ini dapat dipastikankarena pada masa awal tanam tidak
memungkinkan dalam pertumbuhan vegetatif sehingga tongkol tidak terbentuk. Dari data (Tabel.5dan Tabel.6) jugamenunjukkan tidak adanya korelasi antara bobot basah jagung berkelobot dantanpa kelobot
dengan jarak tanam ataupun perlakuan benih. Namun, terhadappersaingan dengan gulma, pada 10
MST menunjukkan perbedaan yang nyata,sehingga terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan
benih terhadap bobot basah jagung berkelobot. Bobot yang dihasilkan pada jarak tanam rapat lebih
kecildibandingkan dengan bobot pada jarak tanam lebar (Tabel.7).Pengamatan terhadap tongkol
menunjukkan hasil yang nyata pada 10 MST.Hal ini disebabkan pada 10 MST sudah masuk pada fase
generatif yang diawalidengan proses pembungaan jagung hingga pembentukkan tongkol. Pengaruh
yangterlihat juga dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan gulma dimana jarak makin besarnya
populasi gulma, maka makin besar pula kehilangan hasil yangakan dialami tanaman. Populasi yang besar
akan meningkatkan persaingantanaman dalam mempeoleh nutrisi yang sangat diperlukan pada
fasepertumbuhan. Bila telah mengalami banyak kehilangan, maka pada saatpembentukkan hasil (biji)
akan mengurangi bobot basahnya. Smith (1981)menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma padatanaman budidayaadalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama
danpenyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi energi dalampengendaliannya,
menghalangi sistem irigasi, menyebabkan keracunan dan lukapada manusia dan hewan serta
mengurangi nilai dan produktivitas dan estetikalahan.Pengamatanbeberapa peubah di atas menjelaskan
bahwa persaingan tanamanterhadap gulmalah yang menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman
jagung.Grafik.1 menyatakan hubungan antara hasil nyata dengan densitas gulma persatuan luas.
11Grafik.1. Hubungan antara hasil nyata dan densitas per satuan luasPada saat kerapatan gula 200,
maka hasil nyata yang diperoleh sebesar171,54. Pada titik kerapatan 300 hasil nyata meningkat
menjadi 214,43. Seangkanketika kerapatan meningkat menjadi 400, maka hasil nyata yang
dihasilkansebesar 65, 584. Secara hiperbolik, grafik menunjukkan peningkatan hasil padaawalpertumbuhan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan gulma. Namun,setelah mencapai titik
maksimum, maka hasil tidak lagi mengalami peningkatan,melainkan penurunan secara drastis
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 5/7
terhadap peningkatan kerapatan gulma. Halini dikarenakan pada awal pertumbuhan, gulma beulum
mampu menyaingipertumbuhan tanaman jagung. Namun, pada vase generatif, tanaman sudah
mulaimengurangi prosuksi biomassa pertumbuhan dan mengalihkannya unuk fasegeneratif,
sedangkan gulma masih terus melakukan pertumbuhan vegetatif,sehingga pada akhirnya gulma mampu
menekan pertumbuhan tanaman jagung(lihat Tabel.8).Penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan
gulma dapat berkisar antara16-62% (Bangun, 1988). Penurunan tersebut dikarenakan adanya
persaingannutrisi dengan tumbuhan gulma yang sangat beragam sesuai dengan jenistanaman, jenis
lahan, populasi tanaman, jenis gulma, dan berbagai faktor bdidayalainnya.
y = -0.0002x
2
+ 0.1142x + 95.973R
2
= 0.3136-
500501001502002500 2 0 0 4
0 0 6 0 0 8
0 0 1 0 0 0
1 2 0 0
Densitas (Z)h a s i l n y a t a ( O
11Grafik.1. Hubungan antara hasil nyata dan densitas per satuan luasPada saat kerapatan gula 200,
maka hasil nyata yang diperoleh sebesar171,54. Pada titik kerapatan 300 hasil nyata meningkatmenjadi 214,43. Seangkanketika kerapatan meningkat menjadi 400, maka hasil nyata yang
dihasilkansebesar 65, 584. Secara hiperbolik, grafik menunjukkan peningkatan hasil padaawal
pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan gulma. Namun,setelah mencapai titik
maksimum, maka hasil tidak lagi mengalami peningkatan,melainkan penurunan secara drastis
terhadap peningkatan kerapatan gulma. Halini dikarenakan pada awal pertumbuhan, gulma beulum
mampu menyaingipertumbuhan tanaman jagung. Namun, pada vase generatif, tanaman sudah
mulaimengurangi prosuksi biomassa pertumbuhan dan mengalihkannya unuk fasegeneratif,
sedangkan gulma masih terus melakukan pertumbuhan vegetatif,sehingga pada akhirnya gulma mampu
menekan pertumbuhan tanaman jagung(lihat Tabel.8).Penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan
gulma dapat berkisar antara16-62% (Bangun, 1988). Penurunan tersebut dikarenakan adanya
persaingannutrisi dengan tumbuhan gulma yang sangat beragam sesuai dengan jenistanaman, jenis
lahan, populasi tanaman, jenis gulma, dan berbagai faktor bdidayalainnya.
y = -0.0002x
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 6/7
2
+ 0.1142x + 95.973R
2
= 0.3136-
500501001502002500 2 0 0 4
0 0 6 0 0 8
0 0 1 0 0 0
1 2 0 0
Densitas (Z)
h a s i l n y a t a ( O
12Grafik.2. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuhGrafik.2 menyatakanhubungan kompetisi antara gulma dan tanaman yangditunjukkan dari tingkat densitas atau kerapatan
gulma dan umur tanaman.Densitas 1 adalah tingkat kerapatan gulma yang ada pada populasi 100 tanaman.Pada
populasi ini memiliki jarak tanam yang lebar, sehingga persaingan terhadapgulmanya pun tinggi.
Berbeda dengan densitas 6 dengan jumlah populasi 1000yang memiliki jarak tanam rapat, sehingga
persaingan terhadap gulma sedikit.Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit, terdapat
sedikit ruangtumbuh bagi gulma, sehingga menjadi salah satu solusi yang digunakan
dalampengendalian gulma secara kultur teknis.Secara umum dapat dijelaskan bahwa semakin
meningkat umur tanaman,maka semakin tinggi pula persaingan antara tanaman dengan gulma,
karenatanaman dan gulma sama-sama melakukan pertumbuhan baik generatif maupunvegetatif
sehingga membutuhkan nutrisi yang berasal dari sumber yang sama.Persaingan akan sangat tampak
terjadi berkaitan dengan jenis tanaman dan jenisgulma. Tingkat persaingan tanaman jagung dengan
gulma berdaun lebarumumnya akan menyebabkan kekalahan pada tanaman jagung. Halinidikarenakan gulma daun lebar adalah tumbuhan C3 yang lebih boros dalammemanfaatkan nutrisi
dibandingkan dengan gulma rumput yang sebagian besar juga merupakan tanaman C4.
0204060801001202 M S T 4
M S T 6 M S T 8
M S T 1 0 M S T 1 2
M S T
P S T
densitas 1densitas 2densitas 3densitas 4densitas 5densitas 6
5/16/2018 5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/55572002849795991699eea16 7/7
13
BAB VKESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapatbeberapa peubah yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan jarak tanam dan perlakuan benih tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadappertambahan komponen tumbuh tanaman jagung (tinggi,
jumlah daun), namunmemberikan hasil nyata pada komponen biomassanya (bobot tanaman).
Namunketiga komponen tersebut berkorelasi dimana semakin lebar jarak tanam atausemakin kecil
populasi maka persaingan tumbuh antara tanaman dan gulmameningkat
14
DAFTAR PUSTAKA
Ashton, F. M. adnd T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principles and Pratice. 3
rd
Ed. John Wiley and Sons, Inc.: New York. 466 p.Bangun, P.1983. Pengendalian gulma pada tanaman
jagung. Hal 83-95.
Dalam
Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswandi (ed.). Hasil PenelitianJagung, Sorgum, dan Terigu
1980-1984. Risalah Rapat Teknis PusatPenelitian Tanaman Pangan. Bogor.Goldsworthy, P. R. dan
N.M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
874 hal.Muhadjir, F. 1988. Karakteristik tanaman jagung. Hal 33-38.Dalam
Subandi, M.Syam dan A. Widjono (
Eds.
). Jagung. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Bogor.Smith, J. R. 1981. Weed of Majpr
Economic Importance in Rice and YieldsLoisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Procidings of
TheConference on Weed Control of Rice. IRRI. Manila. Philippines.Sudjana, A., A. Arifin, dan M.
Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik (3): 1- 27.Suprapto dan J. A. R. Marzuki. 2002. Bertanam
Jagung. Penebar Swadaya:Jakarta. 48 hal.Tjirtosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J Wiroatmojo (Eds.)
1984. PengelolaanGulma di Perkebunan. PT Gramedia: Jakarta. 218 halSukman, Y. Dan Yakup.
1991. Gulma da