54846466 Lap PPL Pengolah Rumput Laut

download 54846466 Lap PPL Pengolah Rumput Laut

of 45

Transcript of 54846466 Lap PPL Pengolah Rumput Laut

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

PENGOLAHAN RUMPUT LAUTEucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH

KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

BIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

SMK NEGERI 5 TAKALAR

2010PENGOLAHAN RUMPUT LAUTEucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH

KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)OLEH :

N A M A NISKetua:ABDULLAH08044Anggota:HASANUDDIN08046IRWAN08049I W A N08051MARSITO08053ROSMIA08061

BIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

SMK NEGERI 5 TAKALAR

2010

PENGOLAHAN RUMPUT LAUTEucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH

KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)Oleh : N A M A NISKetua:ABDULLAH08044Anggota:HASANUDDIN08046IRWAN08049I W A N08051MARSITO08053ROSMIA08061Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan

Praktek Kerja Lapang Pada Ilmu Perikanan dan KelautanBIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

SMK NEGERI 5 TAKALAR

2009HALAMAN PENGESAHAN

Judul:Pengolahan Rumput Laut Eucheuma Cottonii di PT. Bantimurung Indah Kabupaten Maros.

N A M A NIS

Ketua:ABDULLAH08044

Anggota:HASANUDDIN08046

IRWAN08049

I W A N08051

MARSITO08053

ROSMIA08061

Laporan ini diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Sekolah

PURY WAHYUNINGTIAS, STNip. 580 060 736Pembimbing Lapangan

Ir. MUSMULYADI

Mengetahui :

Kepala Sekolah / Dinas

Nip.

Tanggal Pengesahan : April 2010KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Dialah pemilik segala kesempurnaan yang tak pernah terbatas telah memberi kepada kita disamping itu Dia juga memberikan kita ilmu dan kekuatan tanpa dia kita tidak bisa berbuat apa-apa sehingga terciptalah penulis dapat menyelesaikan laporan yang telah diberikan ketentuan oleh SMK Negeri 5 Takalar untuk menyelesaikan praktek kerja lapangan (PKL) dengan sebaik mungkin selama tiga (3) bulan. Tak lupa kami menghantarkan salam dan shalawat beserta do'a kepada Rasulullah Saw yang telah menjadi suri teladan bagi umat Islam, kita semua berdoa semoga beliau senantiasa berada dalam lingdingan-Nya. Amin.Sebagaimana telah kita ketahui menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sangat mengalami kesulitan yang amat luar biasa. Namun, berkat arahan, dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, maka laporan ini dapat selesai dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan rasa terima kasih karena selama ini teman-teman beserta penulis dapat dibimbing dan diberikan arahan kepada kami dengan sebaik mungkin sekali lagi terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Muh. Akrim., selaku Pimpinan PT. Bantimurung Indah yang telah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL). 2. Bapak Ir. Musmulyadi., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan dan ilmu pengetahuan demi terselesaikannya laporan ini.3. Kepada seluruh staf dan karyawan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya : Ibu Lili, Ka Udin, Ka Citos.4. Terima kasih kepada Ka Imud atas bantuannya selama ini kepada kami dan ucapan terima kasih kepada teman-teman PKL lainnya dari berbagai daerah.

5. Kepada guru-guru di sekolah kami yang telah menyemangati kami selama PKL.

Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini oleh karena itu dalam menyusun laporan ini banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan kami. Laporan ini belum sempurna dengan baik sehingga dengan rasa atau segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan laporan ini agar menjadi sempurna.Akhir kata, penulis serta teman-teman kelompok berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, semoga Allah SWT, senantiasa memberikan perlindungan, kekuatan, kesehatan, rezki kepada kita semua. Amin. Maros, April 2010

PenyusunDAFTAR ISI

Halaman Judul

iHalaman Pengesahan

ii

Kata Pengantar

iii

Daftar Isi

vDaftar Gambar

viDaftar Lampiran

viiBAB IPENDAHULUAN

1A. Latar Belakang

1B. Tujuan dan Kegunaan

1C. Metode yang Digunakan

2

BAB IIMETODE PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

4

A. Waktu dan Tempat

4

B. Metode Kerja

4

C. Kegiatan Kerja

4

BAB IIIGAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH

6A. Sejarah Singkat

6

B. Struktur Organisasi

8

C. Sarana dan Peralatan

11

D. Tenaga Kerja

13

BAB IVPELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

16A. Pengenalan Perusahaan

16

B. Perencanaan Bahan Baku

16C. Asal Bahan Baku

18

D. Parameter Uji Quality di Laboratorium PT. Bantimurung Indah

19E. Proses Pengolahan

20F. Pengawasan Operasional

28BAB VRANGKUMAN DAN SARAN

31A. Rangkuman

31B. Saran

31DAFTAR GAMBARGambar 1Skema Alur Proses Industri Semi Refined Cottonii PT. Bantimurung Indah Maros

15Gambar 2Rantai Distribusi Rumput Laut

19

Gambar 3Viscometer Brookfield

20

Gambar 4.Proses Pencucian Rumput Laut

21

Gambar 5Proses Pemasakan rumput laut

22Gambar 6Proses Pemotongan dengan menggunakan mesin chopper

23

Gambar 7Proses Penjemuran dan Pengeringan Bahan Baku

24

Gambar 8Bahan Baku yang siap untuk di Sortir

26

Gambar 9Proses Penyortiran Rumput Laut

27

Gambar 10Proses Penggilingan SRC (Semi Refine Cottonii)

27

Gambar 11Rumput Laut yang telah Dikemas

28

Gambar 12Rumput Laut yang telah Disimpan

30

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan yang sangat baik dan juga memiliki posisi strategis serta berluang sebagai pusat perdagangan komoditi perikanan.Melihat peluang tersebut, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan sumber daya hayati perairan yang masih rendah produktifitasnya.

Salah satu komoditi perikanan di laut yang akhir-akhir ini sangat potensial untuk dikembangkan adalah rumput laut.

Rumput laut merupakan salah atau produk unggulan ke lautan yang mempunyai nilai ekonomis yang dapat menggerakkan sektor ekonomi di Indonesia tanaman rumput laut di temukan sebanyak 5.550 spesies rumput laut ada di beberapa diantaranya telah dimanfaatkan diantaranya bracilaria sp, euchema sp.Usaha pembudidayaan rumput mempunyai beberapa kelebihan antara lain permintaan pasar yang masih sangat besar, teknologi budidayanya yang mudah kebutuhan biaya operasional budi daya relatif kecil dengan siklus produksi yang relatif singkat ( 1 bulan) serta di dukung oleh areal yang budidaya rumput laut yang cukup luas.Dalam upaya mewujudkan sistem usaha budidaya rumput laut yang berdaya saing maka perlu dilakukan mutu rumput laut hasil budidaya.

B. Tujuan dan KegunaanTujuan dilaksanakan Pendidikan Kerja Lapang (PKL) untuk melihat dan mengetahui secara langsung proses pasca panen rumput laut Eucheuma Cottonii terhadap jell (hasil) dan juga untuk menambah pengetahuan pengolahan rumput laut Eucheuma Cottonii.

Kegunaan dari Pendidikan Kerja Lapang (PKL) adalah untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam proses pengolahan rumput laut Eucheuma Cottonii.C. Metode Yang DigunakanBerdasarkan posisi tanaman rumput laut metode budidaya bisa dibedakan dengan tiga cara, yaitu metode didasar (bottom method) metode lepas dasar (of bottom method) dan metode terapung (floating method) setiap metode mempunyai keuntungan dan kerugian di pilih berdasarkan keadaan perairan bibit rumput laut. Tujuan budidaya dan jenis rumput laut yang dibudidayakan. 1. Metode di Dasar (Bottom Method)

Penanaman dengan metode ini rumput laut diikatkan pada batu-batu karang dan disusun berbaris di dasar perairan bibit rumput laut 100 gram (lampiran 1).

2. Metode Lepas Dasar (Of Bottom Method)Jenis cohema dan blacitaria dapat ditahan dengan metode ini mula-mula bibit diikat plastik masing-masing dengan jarak 20 cm dan sepanjang 20-30 cm di atas dasar perairan dengan menggunakan kayu pancung beberapa kayu diikatkan langsung di bibit jarak 5 cm setiap monoling jaraknya (Lampiran 2).

3. Metode Terapung (Floating Method)

Metode terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bambu dan kayu ukurannya 2-5 m. Metode ini memiliki 2 modifikasi yaitu monoling dan net seperti yang dilakukan metode lepas dasar (Lampiran 3). Yang paling banyak dilakukan oleh budidaya rumput laut bagi masyarakat adalah cohema dan blacilaria, karena bernilai ekonomi sebagai salah satu komoditi ekspor karena jenis ini sangat dibutuhkan oleh beberapa negara. Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir. PT. Bantimurung Indah Maros Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu perusahaan yang cukup baik dari PT. Bosowa yang membudidayakan rumput laut secara kreatif dan menjadikan rumput laut bermutu sangat tinggi sehingga di sambut pada saat dipasarkan ke luar negeri.BAB II

METODE PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dimulai pada tanggal 14 Januari 2010 15 April 2010 di PT. Bantimurung Indah, Jl. DR. Sam Ratulangi No. 31, Kelurahan Pammelakkang Jene, Maros Baru, Kab. Maros, Sulawesi Selatan.

B. Metode Kerja

Metode yang dilakukan dalam Pendidikan Sistem Ganda ini adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan data primer yaitu : dengan melibatkan dan ikut secara langsung melakukan analisis beberapa parameter dalam pengukuran rumput laut di laboratorium.

2. Pengambilan data sekunder yaitu : data yang diperoleh dari kegiatan kerja dan wawancara dengan pihak laboratorium dan data yang dapat diperoleh dari telaah literatur termasuk arsip yang didapat di PT. Bantimurung Indah Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan.

C. Kegiatan Kerja

Kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai berikut :

1. Pengenalan perusahaan

2. Pengenalan alat dan metode yang digunakan

3. Perencanaan bahan baku

a. Seleksi bahan baku secara organoleptik dan laboratorium

b. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum diproses

4. Asal bahan baku

5. Proses pengolahan ATC Chips (Alkali Treatment Cottoni)

a. Sortir bahan baku

b. Perendaman dan pencucian pertama

c. Pemasakan

d. Pencucian kedua

e. Copper (pemotongan / cutter bahan baku)

f. Pencucuian ketiga

g. Penjemuran

h. Sortir ATC

i. Packing

6. Proses analisis sampel

7. Pengawasan operasi proses produksi

a. Uji mutu secara laboratorium

b. Pengepakan dan penyimpanan

BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS PROPINSI SULAWESI SELATAN

A. Sejarah Singkat

PT. Bantimurung Indah terletak di Desa Allepolea, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros yang jaraknya 31 Km dari ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Bosowa Group yang berstatus sebagai Perseroan Terbatas (PT) dalam bentuk perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak dalam bidang pengelolaan rumput laut.

Perusahaan ini didirikan secara resmi pada tanggal 20 Agustus 1976 di Kabupaten Maros oleh H. Muaidi. Pendirian perusahaan ini didasarkan dengan akte notaris No. 40 Tahun 1976 oleh Prof. Teng Tjin Lein, SH dan telah terdaftar pada Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPRI).

PT. Bantimurung Indah didirikan dengan modal perseroan sebesar 250 juta rupiah dan didirikan untuk 75 Tahun. Modal perseroan di atas terdiri dari 1000 lembar saham dimana tiap saham bernilai Rp. 250.000,-

Perusahaan ini semula bernama PT. Bantimurung, akan tetapi pada tanggal 19 Desember 1976 atas kehendak pemegang saham H. Muaidi selaku Direktur Utama dan Andrew Purwanto selaku Komisaris Utama maka perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT. Bantimurung Indah yang disahkan dengan Akte Notaris Prof. Teng Tjin Lein, SH No. 17 Tahun 1976 dan disaksikan oleh Engelhart Wiliar sebagai Notaris.

PT. Bantimurung Indah dalam pendiriannya memiliki maksud dan tujuan sebagai yang tercatat pada akte pendirian pasal 2, yaitu :

1. Berusaha dalam berbagai industri, termasuk mendirikan pabrik untuk membuat bahan makanan dan minuman.

2. Berdagang dan menyalurkan barang tersebut dalam pemasaran

3. Berusaha dalam perdagangan ekspor dan perdagangan lokal (interlokal dan dari barang tersebut).

4. Berusaha dalam bidang pertanian termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, dan cold storage.

5. Berusaha dalam bidang transportasi umum, pemborongan, leveransir.

6. segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Pendirian perusahaan ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI No. Y.A. 5 / 582 / 12 tanggal 28 November 1976, dimana kegiatan usahanya adalah industri pembuat krupuk udang, petis udang, dan paste udang.

Melalui surat persetujuan kedua adanya koordinasi Penanaman Modal Dalam Negeri No. 83/A/SP. 01/BKPM/VIII/77 tertanggal 23 Agustus 1977 akhirnya PT. Bantimurung Indah menjadi PMDN yang akan melaksanakan rencana komersil pada bulan Maret 1978.

Sepuluh tahun kemudian berdasarkan akte notaris Abdullah Ashar, SH NO. 75 Tahun 1986 tepatnya pada tanggal 28 Februari 1986 PT. Bantimurung Indah mengalami pengalihan saham dari H. Muaidi kepada H. M. Aksa Mahmud sebagai Direktur Utama dan Ny. Hj. Ramlah Aksa sebagai Komisaris Utama dari PT. Bosowa Group. Penanaman modal awal senilai Rp. 100.000.000,-.

Berdasarkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 35/II/PMDN/1986 tanggal 13 Juni 1986, PT. Bantimurung Indah bergerak dalam dua bidang, yaitu industri krupuk udang dan industri rumput laut. Sejalan dengan itu dilihat dari prospek pengembangan rumput laut lebih menguntungkan, maka sejak tahun 1993 sampai sekarang PT. Bantimurung Indah tidak lagi memproduksi krupuk udang dan lebih menfokuskan kegiatannya dalam usaha pengelolaan rumput laut Semi Refined Carrageenan. Adapun hasil olahan yang sering diproduksi dalam bentuk ATC (Alkali Treated Cottonii) chip, ATS (Alkali Treated Spinosum), CMPC (Course Mesh Powder Cottonii), CMPS (Course Mesh Powder Spinosum), SRC (Semi Refine Cottonii), dan SRS (Semi Refine Spinosum) serta bergabung dengan Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) atau ISA (Indonesian Seaweed Assiciation)..

B. Struktur Organisasi

PT. Bantimurung Indah dipimpin oleh seorang CEO (Chief Executive Owners) sekaligus sebagai pemilik perusahaan BOSOWA GROUP CEO (Chief Executive Owners) menunjuk CE (Chief Executive) yang dibantu oleh internal audit untuk mewakilinya dalam mengawasi dan mengkoordinir perusahaan. CE (Chief Executive) menunjuk Head pada masing-masing anak perusahaan untuk mewakilinya mengawasi perusahaan. Head membawahi 5 departemen, yaitu Departemen Keuangan, Departemen Produksi, Departemen Pemasaran, Departemen Quality Assurance (QA) dan Departemen Pengadaan.

Departemen Keuangan dipimpin oleh Chief Keuangan, Chief Administrasi Umum dan Personalia, dan Chief Pengadaan/logistik. Departemen Produksi ditangani oleh Chief Produksi dan Chief QA, sedangkan Departemen Pemasaran dibawahi langsung oleh Head.

Chief Keuangan membawahi bagian accounting, pembukuan, bendahara/kasir, dan administrasi pajak. Chief Administrasi umum dan Personalia membawahi bagian administrasi, operator komputer dan Satpam, sedangkan Chief Logistik/Pengadaan membawahi bagian pembelian bahan baku dan timbang/gudang.

Chief Produksi membawahi bagian Koordinasi Produksi dan Koordinasi Mesin. Chief Quality Assurance (QA) membawahi bagian Quality Control, obat/bahan kimia, dan administrasi laboratorium.

Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing departemen di atas, yaitu :

1. CEO (Chief Executive Owners)

Bertugas untuk mengontrol perusahaan dengan diwakili oleh CE (Chief Executive Owners). Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. CE (Chief Executive) bertanggungjawab kepada CEO (Chief Executive Owners).

2. CE (Chief Executive)

Bertugas mengawasi dan mengkoordinir Head yang bertugas atas kelancaran kegiatan perusahaan. Mewakili CEO (Chief Executive Owners) untuk mengontrol perusahaan. CE (Chief Executive) membuat dan melaporkan hasil kegiatan Head kepada CEO (Chief Executive Owners).

3. Internal Audit

Bertugas untuk mempersiapkan dan menyusun agenda acara CE (Chief Executive) serta mengurus surat-surat yang perlu ditandatangani oleh CE (Chief Executive).

4. Head

Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan operasional departemen-departemen yang berada dalam pengawasannya. Sebagai penanggung jawab atas kelancaran kegiatan perusahaan. Hasil kerja departemen yang berada dalam pengawasannya dilaporkan kepada CE (Chief Executive) selaku atasan untuk dilaporkan lebih lanjut kepada CEO (Chief Executive Owners).

5. Sekretaris

Mewakili tugas yang sama dengan Internal Audit yaitu membantu Head dalam penyusunan agenda acara serta menyusun surat-surat penting yang perlu ditandatangani oleh Head.

6. Keuangan

Bertugas mengumpulkan laporan dari accounting, pembukuan, bendahara/kasir, dan administrasi pajak, kemudian memeriksa dan melaporkannya kepada Head.

a. Accounting, bertugas menyusun anggaran kas perusahaan, membuat laporan keuangan perusahaan, membuat laporan kondisi keuangan perusahaan serta mencari pemecahan atas masalah-masalah keuangan perusahaan.

b. Pembukuan, bertugas mencatat pengiriman dan penerimaan surat-surat, transaksi perusahaan, pembayaran hutang perusahaan dan penerimaan tagihan piutang.

c. Kasir bertugas membayar gaji karyawan

d. Administrasi perusahaan bertugas membuat laporan jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.

7. Administrasi Umum dan Personalia

Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan administrasi, operator komputer, dan Satpam, serta mempertanggungjawabkan hasilnya kepada Head.

a. Administrasi, bertugas membuat laporan tentang jumlah pegawai yang ada dan masih dibutuhkan. Mengusulkan penerimaan / pemberhentian karyawan, serta mengusulkan promosi/mutasi karyawan atas dasar penerimaan yang dilakukan.

b. Operator komputer, bertugas merekam laporan-laporan kegiatan perusahaan dalam komputer sebagai dokumen perusahaan.

c. Satpam, bertugas menjaga keamanan perusahaan dan mengawasi setiap tamu perusahaan.

8. Logistik/Pengadaan

Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pembelian bahan baku, gudang/timbang, dan melaporkan hasil kegiatannya kepada Head.

a. Pembelian bahan baku, bertugas mencatat dan membuat laporan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dan memeriksa stok bahan baku.

b. Gudang/timbang, bertugas mencatat barang yang masuk ke gudang dan menimbang barang hasil produksi kemudian disimpan di gudang.

9. Produksi

Chief Produksi bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan produksi dan bagian mesin/peralatan serta melaporkan hasil kegiatannya kepada Head.

a. Koordinator Produksi, bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan produksi, serta membuat laporan dan mencatat hasil kegiatannya untuk dilaporkan kepada Chief Produksi untuk diteruskan kepada Head.

b. Koordinator Mesin/Peralatan, bertugas mengontrol kelayakan mesin-mesin dan peralatan yang digunakan.10. Quality Assurance (QA)

Bertugas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan pendahuluan mutu bahan baku, penggunaan obat/bahan kimia administrasi laboratorium dan budidaya.

a. Quality Control, bertugas menganalisa bahan baku, hasil produksi dan bahan pembantu yang digunakan apakah telah sesuai dengan standar mutu atau perlu perbaikan, kemudian membuat laporan hasil kegiatannya untuk dilaporkan ke Chief Quality Assurance untuk dipertanggung jawabkan selanjutnya kepada Head.

b. Obat/bahan kimia, bertugas mengontrol penggunaan obat/bahan kimia dalam proses produksi dan menetralkan limbah industri.

c. Administrasi laboratorium, bertugas mencatat kebutuhan laboratorium.

11. Ekspor

Bertugas mencari informasi pasar, mengirim barang sesuai dengan pesanan ke konsumen serta mengurus berkas pengiriman.

C. Sarana dan Peralatan

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang kelancaran kegiatan produksi pada perusahaan. Sarana dan prasarana dapat meliputi lahan, bangunan, peralatan, mesin dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang menunjang kegiatan operasional perusahaan. Sarana dan prasarana yang dimiliki PT. Bantimurung Indah berupa peralatan produksi, peralatan transportasi, peralatan komunikasi dan peralatan lainnya yang membantu proses produksi. Dalam pengadaan rumput laut umumnya peralatan yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah di impor dari Jepang dan Prancis. Adapun jenis peralatan yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah dapat dilihat dari tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Jenis Peralatan PT. Bantimurung Indah

NoJenis PeralatanJumlah UnitMerekFungsi

1.Burner4Ray

InternasionalSebagai mesin pembakar / pemanas yang digunakan dalam proses pemasakan rumput laut.

2Mesin packing1SanchoUntuk menjahit karung plastik yang telah diisi dengan rumput laut hasil olahan yang telah dikemas.

3Chemical Mix1MitsubishiSalah satu alat untuk mencampur bahan kimia yang digunakan dalam proses pencucian.

4Pompa sumur bor1KawamontoUntuk mengalirkan air lebih banyak yang digunakan dalam proses pencucian.

5Blower2SanchoUntuk mengisap/mendorong angin dalam pencucian bahan baku yang sudah masak.

6Pompa air hisap1KawamontoUntuk mengisap air lebih banyak dari dalam tanah.

7Metal Detektor1-Sebagai alat mengayak sederhana yang digunakan dalam proses penyortiran.

8Mesin Cutter2SogoUntuk memotong rumput laut menjadi ukuran yang lebih kecil lagi.

9Hoist1KamuchiUntuk mengangkat keranjang besi pada saat proses pencucian, pemasaran, sampai pemotongan rumput laut

10Mesin Powder1SeptuUntuk mengolah ATC/ATS-Chips menjadi SRC powder untuk menghasilkan size yang diinginkan.

11Blender1PhilipsUntuk menghaluskan ATC/ATS Chips yang selanjutnya menjadi SRC.

12Mesin Shifter1SogoUntuk memisahkan beberapa size hasil produksi CMPC / CMPS untuk menghasilkan size yang diinginkan.

13Mesin Souder1SeptuUntuk mengolah ATC/ATS Chips menjadi SRC.

14Mesin Powder2SogoUntuk mengolah ATC/ATS-Chips menjadi CMPC/CMPS untuk menghasilkan size yang diinginkan.

NoJenis PeralatanJumlah UnitMerekFungsi

15Mobil

- Truk

- Dinas-

1

Untuk mengangkut bahan baku dari kolektor ke perusahaan.

Sebagai fasilitas bagi manager-manager dan juga digunakan untuk kepentingan perusahaan.

16Auto clave1Untuk memasak sampel rumput laut yang akan digunakan untuk mengukur kadar syneresis rumput laut.

17Komputer5Untuk keperluan olah data, penyimpanan data serta cyber marketing perusahaan.

18Timbangan analitik2Alat pengukur berat sampel rumput laut.

19Waterbath1Alat pemanas larutan

20Batang pengaduk4-8Untuk mengaduk sampel rumput laut yang dipanaskan.

21Entenmeyer4-8Wadah tempat larutan

22Sieve Seken1Untuk meneliti powder dari kotoran

23Visko Meter1Untuk mengukur kekentalan jell

24Fira Tester1Untuk mengetes jell

25Barner1Untuk memanaskan

26Oven2Untuk mengeringkan sampel rumput laut

27Blender1Untuk menghancurkan atau menghaluskan bahan baku.

Sumber : PT. Bantimurung Indah Maros, 2010D. Tenaga Kerja

Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya dukungan dari tenaga kerja/karyawan. Untuk itu tenaga kerja merupakan faktor produksi yang kedua.

Pada PT. Bantimurung Indah, urusan tenaga kerja dibawahi langsung oleh kepala bagian personalia yang diberi wewenang, tanggungjawab, dan pertanggungjawaban. Sesuai fungsinya, tenaga kerja tersebut di bagi menjadi tenaga eksekutif yang mempunyai dua tugas pokok yaitu mengambil berbagai keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen. Tenaga ini harus merupakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya dan menguasai manajemen dengan baik. Selanjutnya, tenaga operatif yang merupakan tenaga terampil yang menguasai bidang pekerjaannya, sehingga setiap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik pula. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai, jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.

Pada bagian penyortiran, biasanya para tenaga kerja dari bagian lain ikut membantu. Kebijakan ini diterapkan untuk menghemat biaya tenaga kerja harian. Tetapi jika target produksi dalam jumlah yang lebih banyak maka biasanya perusahaan memanggil tenaga kerja harian.

SKEMA ALUR PROSES INDUSTRI SEMI REFINED COTTONII

Gambar 1. Skema Alur Proses Industri Semi Refined Cottonii di

PT. Bantimurung Indah, Maros

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)A. Pengenalan Perusahaan

Pengenalan perusahaan dilakukan dengan teknik wawancara dan melihat langsung kondisi instalasi-instalasi yang ada di PT. Bantimurung Indah. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa sebelum melakukan pendidikan sistem ganda dapat mengetahui tugas pokok dan fungsi perusahaan tempat pelaksanaan pendidikan sistem ganda. Selain itu, pengenalan ini juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat menyesuaikan topik Pendidikan Sistem Ganda dengan program kerja yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Pengenalan ini dilakukan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan tugas dan peranan perusahaan tempat pendidikan sistem ganda.

B. Perencanaan Bahan Baku

Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke perusahaan terlebih dahulu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun di laboratorium yang mana dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.

1. Seleksi Bahan baku secara organoleptik dan laboratorium

Suatu perusahaan yang bersifat agroindustri tidak dapat menghasilkan produk tanda adanya bahan baku. Bahan baku merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan produksi yang berkualitas.

PT. Bantimurung Indah dalam melaksanakan proses produksi menggunakan bahan baku rumput laut dari kelas Rhodophyceae jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma Spinosum. Syarat ekologis yang dapat menunjang pertumbuhan rumput laut, yaitu antara lain kondisi dasar perairan berupa pasir kasar yang bercampur pecahan karang, untuk rumput laut Eucheuma sp. keadaan perairan sebaiknya relatif jernih dengan tingkat kecerahan tinggi, salinitas untuk rumput laut Eucheuma sp. yang optimal berkisar 28-33 mil, suhu air yang optimal di sekitar tanaman yaitu berkisar 26-300 C, dan lokasi budidaya rumput laut harus terlindungi dari arus (Anggadireja, et al., 2006).

Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke perusahaan terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah/berat bahan baku, apakah sudah sesuai dengan pesanan atau tidak. Penimbangan dilakukan di gudang penyimpanan dadakan. Setelah itu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun laboratorium yang dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.

Pengujian organoleptik dilakukan dengan melihat penampakan luar dari bahan baku yang meliputi kekeringan dengan kadar 37% dan kadar kotoran (lumut, rumput, pasir, kerikil, dan tali rafiah) diharapkan 3%. Pengujian kadar kekeringan di laboratorium menggunakan alat Infra Red. Setelah disepakati maka pihak perusahaan menerima rumput laut dalam bentuk basah dan selanjutnya dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk mengetahui berat dari bahan baku tersebut.

2. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum di proses

Penyimpanan adalah proses kegiatan menaruh barang/bahan baku pada suatu tempat untuk sementara waktu sebelum digunakan lebih lanjut atau disebut juga proses penggudangan. Menurut Gumbira dkk (2001), bahwa fungsi penyimpanan berupa mengatur dan mengontrol persediaan untuk kebutuhan selama periode tertentu. Fungsi tersebut dapat menangani produk berupa masukan (bahan baku) untuk satu kegiatan produksi, disamping menangani keluaran berupa produk hasil kegiatan produksi.

Bahan baku yang telah diuji di laboratorium selanjutnya disimpan di gudang dadakan dekat tempat pencucian dan pemasakan. Perusahaan memang menyediakan gudang khusus untuk penyimpanan bahan baku mentah tetapi jarak gudang tersebut dengan tempat pencucian dan pemasakan cukup jauh sehingga dirasa kurang efisien dan memakan waktu untuk mengangkat bahan baku tersebut ke tempat pencucian. Bahan baku tersebut tidak bisa disimpan dalam waktu lama disebabkan sifat dari bahan baku yang mudah rusak. Sehingga digunakanlah gudang dadakan untuk penyimpanan bahan baku. Penyimpanan didasarkan pada asal bahan baku agar memudahkan dalam proses produksi dan pengujian laboratorium. Keadaan gudang penyimpanan bahan baku perlu diperhatikan, pengertian udara, dan adanya cahaya yang masuk dapat mencegah kelembaban sehingga kualitas bahan baku tetap terjaga. Jumlah bahan baku yang bisa ditampung dalam ruangan berukuran sekitar 10x15 meter ini bisa mencapai 700 karung rumput laut. Penyimpanan dilakukan dengan menyusun bahan baku yang telah dimasukkan ke dalam karung di atas rak yang terbuat dari kayu untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar terhindar dari kelembaban, kotoran dan debu yang ada di lantai.

Dalam melakukan manajemen stok, PT. Bantimurung Indah melakukan teknik First in First out (FIFO) artinya bahan yang masuk lebih awal sebaiknya dikeluarkan lebih awal pula. Tujuannya untuk menjaga agar barang yang disimpan tidak rusak. Lamanya penyimpanan bahan baku rumput laut sebelum diolah maksimal 1 minggu. Bahan baku disusun berdiri dan tidak ditumpuk ke atas agar bahan baku tidak cepat membusuk dan mudah diangkat dengan menggunakan hoist jika pencucian akan dilakukan.

C. Asal Bahan Baku

Bahan baku rumput laut Eucheuma cottonii di PT. Bantimurung Indah berasal dari berbagai Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Selayar, selain itu sampel juga berasal dari Sulawesi Tengah, Kendari, Bau-bau dan Kepulauan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.

Pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem kontrak yaitu menjalin kerjasama dengan pihak kolektor yang ada di daerah-daerah penghasil rumput. Selain dengan sistem ini pembelian bahan baku juga diterapkan dengan cara kerjasama antara perusahaan dengan daerah penghasil rumput laut (desa binaan) seperti di Kabupaten Barru dan Takalar. Di sini perusahaan memberikan bantuan berupa bibit yang akan dibudidayakan oleh petani dan hasil panen harus dijual pada perusahaan, untuk menghindari kegagalan panen maka pihak perusahaan menugaskan tenaga lapangan mengawasi dan membimbing proses budidaya tersebut. Bahan baku yang telah mencapai umur 45-60 hari di panen dengan kualitas yang baik misalnya memiliki percabangan yang banyak, warna yang cerah, kurangnya organisme yang menempel, dan waktu panen yang tidak terlalu lama.

KOLEKTOR

Gambar 2. Rantai distribusi rumput laut masuk ke industri

D. Parameter Uji Quality di Laboratorium PT. Bantimurung Indah

1. Viscositas

Viscositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Satuan dari viskositas adalah poise (1 poise = 100 cP0. makin tinggi viskositas menandakan makin besarnya tahanan cairan yang bersangkutan. Viskositas diukur dengan Viscometer Brookfield (Gambar 3). Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan keraginan sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu (FMC Corp dalam Syamsuar, 2007).

Gambar 3. Viscometer Brookfield

2. SyneresisSyneresis adalah proses keluarnya air pada gel (pada keragian)3. Swelling

Swelling yaitu proses yang digunakan untuk mengetahui daya kembang dari rumput laut.

4. Mikrobiologi

Standar kualitas produk pada PT. Bantimurung Indah.E. Proses Pengolahan

1. Bahan baku yang baruBahan baku yang baru masuk ke gudang pengolahan yang ada di dalam karung terlebih dahulu di timbang dan diberi tanda tanggal pemasukan, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang berkapasitas 600 kg / keranjang untuk jenis cottonii, 500 kg / keranjang untuk jenis spinosum kemudian direndam atau pencucian pertama. 2. Perendaman dan pencucian pertama

Bahan baku yang didalam keranjang kemudian diangkat ke dalam bak perendaman dengan menggunakan hoist yang berfungsi memindahkan keranjang dari bak satu ke bak lainnya. Pengangkatan bahan baku ke dalam bak perendaman dengan menggunakan hoist dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Proses pencucian rumput laut.Perendaman ini dilakukan dengan air tawar dengan lama perendaman 10 menit karena waktu perendaman tersebut sudah dirasa cukup apa bila lama perendaman kurang atau lebih dari waktu yang ditentukan hal tersebut bukan hal yang harus dikhawatirkan karena tidak akan menimbulkan dampak yang terlalu besar. 3. Pemasakan

Pemasakan merupakan hal terpenting bagi pengolahan rumput laut karena akan mempermudah kerja mesin, dan pemotongan supaya mudah diekstraksi. Pemasakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi panas tujuannya supaya memecahkan sel-sel atau jaringan rumput laut.

Rumput laut yang dimasak menggunakan waktu untuk jenis cottoni 2 Jam sedangkan untuk jenis spinosum 3 Jam.Bahan baku yang berada dalam keranjang pemasukan dengan berat 600 kg / keranjang untuk jenis cottonii, 500 kg.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pemasakan yang terbuat dari tembok. Bak yang digunakan untuk pemasakan berjumlah 4 buah yang dilengkapi dengan saluran pemasakan dan pengeluaran berbentuk pipa yang berisi.Pemberian larutan KoH / NaOH bertujuan untuk menghancurkan / mengeluarkan selulosa pembungkus carrageebaab yang terdapat pada rumput laut tersebut. Suhu yang digunakan berbeda-beda untuk tiap jenis rumput laut.

Sumber panas yang digunakan berasal dari mesin burner untuk mengontrol suhu selama pemasakan digunakan alat thermometer. Proses pengontrolan menggunakan thermometer dilakukan pada waktu bak pemasakan telah mengeluarkan uap selanjutnya mencelupkan thermometer ke dalam bak pemasakan sambil memegang, goyangkan thermometer tersebut setelah beberapa detik diangkat. Proses pemasakan bahan baku dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Proses pemasakan rumput laut dalam tungku masakan Setelah dimasak selanjutnya rumput laut dalam keranjang diangkat ke atas dengan hoist kemudian diangkat ke bak perendaman / pencucian ke-2.4. Pencucian Kedua

Setelah dimasak / proses pemasakan selanjutnya rumput laut yang terdapat di dalam keranjang diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam bak perendaman/pencucian supaya memudahkan dalam proses pemotongan. 5. Chopper (pemotongan/cutter bahan baku)

Setelah bersih rumput laut dibawa ke bagian pemotongan. Proses pemotongan rumput laut menjadi bentuk ATC chips (alkali treatment cottonii) untuk jenis cottonii ATS (alkali treatment spinosum).Proses pemotongan rumput laut ini dilakukan secara mekanik dengan menggunakan mesin pemotong (chopper machine). Pemotongan rumput laut ini dimaksudkan untuk memperkecil ukuran rumput laut kira-kira sekitar 3 cm sehingga dapat memudahkan dalam proses pengeringan / penjemuran, pengortiran, pengangkutan dan penggilingan. Proses pemotongan rumput laut dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Proses pemotongan

6. Pencucian Ketiga

Setelah di chopper / proses pemotongan, tahap selanjutnya adalah proses pencucian ke-3 proses pencucian ini dilakukan dengan 3 kali pencucian. Di sinilah rumput laut harus benar-benar bersih dari bakteri dan zat-zat kimia yang ada, makanya dilakukan 3 kali pencucian secara bertahap dengan menggunakan 3 kolam yang sudah diisi dengan air. Dengan cara pencucian mengaduk-aduk rumput laut dengan menggunakan cangkul pengaduk dalam setiap kolam untuk selanjutnya rumput laut diangkat ke papan peluncur untuk dijemur.7. Penjemuran

Rumput laut yang telah dicuci untuk ke-3 kalinya selanjutnya diangkat lagi dengan menggunakan hoist ke papan peluncur kemudian dibuang ke dalam gerobak untuk selanjutnya diangkut ke tempat penjemuran.

Proses pengeringan umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu secara alami dan menggunakan mesin pengering. Khusus PT. Bantimurung Indah dilakukan secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber panas. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang dikandung suatu produk agar dapat bertahan lama dan untuk memperkecil volume dan bobot bahan baku sehingga dapat menghemat tempat untuk proses pengemasan.

Gambar 7. Proses penjemuran dan pengeringan bahan baku

Penjemuran atau pengeringan dilakukan dengan menebar rumput laut pada wadah lantai atau tembok dengan ketebalan kira-kira 1-3 cm. Pengeringan secara alami ini selain memerlukan biaya yang relatif murah, chips yang dihasilkan juga relatif lebih seragam warnanya karena proses pengeringan berlangsung lambat dan panas yang diterima oleh chips merata. Penjemuran dilakukan selama 10 jam apabila kecerahan matahari 100%, tetapi apabila cuaca mendung penjemuran/pengeringan memakan waktu yang cukup lama yaitu dapat berkisar 2-3 hari.

Penjemuran dilakukan dengan sesering mungkin membolak-balikkan rumput laut agar proses pengeringan berlangsung cepat dan merata. Selama proses penjemuran berlangsung rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun karena hal ini akan menyebabkan produktivitas produk menurun.

Produk dikatakan kering apabila rumput laut tersebut mudah dipatahkan dan kadar air produk yang telah kering rata-rata 22%-17% (pengujian kadar air di laboratorium). Produk yang telah dikeringkan selanjutnya diolah dalam bentuk chips. Menurut Assauri (1999) bahwa pengeringan dimaksudkan untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang dikandung.

Tingkatan kekeringan rumput laut dapat diketahui melalui pengujian kadar air dengan alat Infra Red Moisture Balance.8. Sortir ATC / ATSRumput laut yang memenuhi standar kekeringan dengan kadar 11-17% dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibawa ke bagian penyortiran. Penyortiran dilakukan untuk membersihkan kotoran berupa batu-batu kecil, ranting, dan tali raffia selama proses penjemuran. Penyortiran atau pembersihan perlu dilakukan karena persentase kotoran termasuk dalam penilaian atau kriteria mutu yaitu kurang dari 5% (Winarno, 1996). Berdasarkan hasil penyortiran dapat diketahui kadar rendaman yang dikandung bahan baku sehingga akan diketahui kualitas dari bahan baku. Semakin tinggi kadar rendaman maka kadar air yang dikandung semakin rendah. Standar rendaman yang diinginkan oleh pembeli dan telah menjadi standar baku adalah 25%.

Gambar 8. Bahan baku yang siap untuk di sortir

Proses penyortiran ini selain dikerjakan dengan tangan manusia juga dibantu dengan alat pengayak sederhana dan metal detector (filter besi).

Produk yang dihasilkan dari penyortiran disebut ATC-Chips (Alkali Treament Cottonii). Kualitas ATC-Chips dilihat dari bentuk persegi dan warna putih kekuningan. Setelah disortir rumput laut uji kadar airnya pada laboratorium dengan standar produksi 27%, untuk mendapatkan standar produksi ini tergantung dari pasca panen yang dilakukan. Panen yang dilakukan pada umur 45 60 hari akan mencapai standar produk tetapi apabila panen dilakukan belum cukup umur maka standar produksi tidak mungkin didapatkan. Proses penyortiran dapat dilihat pada gambar 9 berikut ini :

Gambar 9. Proses Penyortiran Rumput Laut9. Penggilingan PowderSetelah dibersihkan / disortir maka dilakukan proses pengolahan penggilingan. Sebelum proses penggilingan maka terlebih dahulu produk dalam bentuk ATC / ATS kemudian dimasukkan ke dalam mesin penggiling yang disebut mesin ACM yang berfungsi menghaluskan produk chips yang bersifat penghancur sesuai dengan permintaan mesh. Proses penggilingan dapat dilihat pada gambar 10 berikut :

Gambar 10. Proses Penggilingan SRC (Semi Refine Cottonii)

Proses penggilingan di PT Bantimurung Indah secara semi refine corragenan dengan menggunakan 2 mesin yaitu sebtu menchine ACM fungsinya ATC/ATS chips akan diolah menjadi produk SRC (semi refine cottonii) atau SRS (seni refine spinosum) dengan berbagai ukuran mash umunya produk tersebut mempunyai ukuran 90, 100, 140 dan 150 mash tergantung pesanan semakin tinggi ukuran yang digunakan maka produk yang dihasilkan akan semakin bagus atau halus, tapi semakin halus produk maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk 25 kg SRC / SRS 40 60 menit.F. Pengawasan Operasional

1. Pengujian Di LaboratoriumSalah satu faktor yang terpenting untuk menentukan keberhasilan proses produksi ATC-Chips adalah adanya pengawasan mulai dari awal proses produksi sampai pada pengemasan. Fungsi laboratorium di sini sangat penting. Pengujian laboratorium yang biasa dilakukan pada produk uji Ph, Gell straight, sneresis, swelling dan mikro biologi.

Pengujian di laboratorium menentukan baik tidaknya produk. Pentingnya pengawasan mutu yang dilakukan oleh bagian laboratorium mengingatkan hasil produk yang dihasilkan seluruhnya untuk diekspor sehingga citra produk harus tetap terjaga, selain itu untuk memenuhi kapasitas produksi yang telah ditetapkan.

2. PengepakanSetelah produk diuji di laboratorium maka selanjutnya produk dikemas dalam kemasan yang telah disiapkan. Pengemasan sangat penting diperhatikan karena dapat dipakai sebagai sarana promosi produk yang dapat menggugah selera pembeli, tanpa mengesampingkan kualitas dari produk.

Produk yang telah dihasilkan dalam bentuk SRC powder selanjutnya dikemas dalam karung plastik. Produk tersebut dikemas dengan menggunakan bahan pengemasan yang terdiri dari dua bagian yaitu kemasan primer (dalam) yang terbuat dari plastik polyethylene dengan ukuran masing-masing 25 kg atau sesuai dengan permintaan yang berfungsi melindungi produk dari pengaruh luar. Kemasan sekunder terbuat dari bahan polypropylene yang berfungsi sebagai pelindung kemasan primer, melindungi produk dari kontak dengan pengaruh luar, bau dan debu serta sebagai tempat melekatnya oleh perusahaan, label type produk, berat bersih, dan nomor kode produk. Pemberian label pada produk yang telah dikemas diantar sesuai tipe berat bersih serta nomor kode. Rumput laut yang telah diolah dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Rumput laut yang telah dikemas3. Penyimpanan

Setelah produk dipecking, jika ada permintaan dapat langsung dijual tetapi jika belum dipasarkan, maka produk tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan dengan kapasitas 100 ton. Selama proses penyimpanan tetap dilakukan kontrol oleh pihak quality control untuk menghindari kerusakan produk. Gudang penyimpanan memiliki fasilitas pengatur kelembaban ruang/udara, agar produk tidak mengalami peningkatan kadar air selama masa penyimpanan. Selama proses penyimpanan, senantiasa rumput laut dijaga agar tidak terkena air tawar. Oleh karena itu, atap gudang tidak boleh bocor dan sirkulasi udara harus cukup baik. Fasilitas lain berupa rak kayu yang digunakan untuk menyusun produk agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai sehingga produk tidak lembab dan tidak mudah rusak. Yang bertanggungjawab selama proses penyimpanan dalam hal ini adalah bagian quality control.

Gambar 12. Rumput laut yang telah disimpan

BAB V RANGKUMAN DAN SARAN

A. Rangkuman

Dari pembahasan di atas maka dapat dirangkumkan bahwa :

1. Produk yang dihasilkan dalam bentuk Semi Refine Cotonii (SRC), Semi Refine Spinosum (SRS).

2. Tahapan pembuatan Semi Refine Cotonii (SRC) menggunakan bahan baku rumput laut dari golongan Rhodophyceae jenis Eucheuma cottonii. Dimulai dari pengadaan bahan baku, pencucian, pemasakan, pembilasan, pemotongan, penjemuran, sortir (produk Semi Refine Cotonii) dan pengemasan Eucheuma sp.

3. Manajemen penyeleksian bahan baku pada industri Seni Refine Cottonii di PT. Bantimurung Indah yaitu secara organoleptik, dan laboratorium serta penetapan dan penyimpanan bahan baku.4. Manajemen industri dan pengawasan operasional proses produksi dimulai dari uji mutu secara laboratorium serta pengepakan dan penyimpanan.

B. Saran

1. Sebaiknya PT. Bantimurung Indah hendaknya selalu melakukan rolling tugas/penempatan peserta PKL (pelajar/mahasiswa) dari bagian satu ke bagian yang lain sehingga pengetahuan dan pengalaman peserta PKL (pelajar/mahasiswa) semakin bertambah.

2. Sebaiknya pada Lab. PT. Bantimurung Indah menggunakan dua atau lebih metode/prosedur kerja dalam pengukuran di lab. Sehingga data yang dihasilkan dapat diperbandingkan.

PETA INDUSTRI PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS

Keterangan :

A. Pos satpamK. Ruang PenyortiranB. Tempat penjemuranL. MushallahC. Gedung & DapurM. KantorD. Tempat pembuangan airN. Ruang Blower

E. Ruang PemasakanO. Ruang Administrasi F. Ruang Olahraga

G. Tempat truk dan bengkelH. Ruang penggilinganI. Ruang Penyimpanan powder

J. Ruangan ACM

Produk RAW Material Produk RAW Material

Jenis Eucema CottoniiJenis Gracillaria Sp.

Produk ATS Chips Produk SRC Powder

Seleksi

Evchema cottonii

Euchema Spinasum

Penimbangan

Penyimpanan di Gedung

Proses Olahan

Sortir Bahan Baku

Perendaman dan Pencucian I

Pemasukan

Pencucian ke-II

Pemotongan / Cutter Bahan Baku

Pencucian ke-III

Pemasukan

Pemasukan

Pemasukan

N

Pengumpul Kecil

Pengumpul Besar

C

Petani

O

A

Industri

M

L

J

I

H

K

G

F

M

E

B

B

D

Jalan Dr. Ratulangi Maros / Poros Maros-Pangkep

PAGE 33