5.3 Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan
Click here to load reader
-
Upload
heepy-hariyadi -
Category
Documents
-
view
547 -
download
32
description
Transcript of 5.3 Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRIPETERNAKAN
DIREKTORAT PENGOLAHAN HASIL PERTANIANDITJEN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN2012
Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
KATA PENGANTAR
Agroindustri pedesaan berbasis peternakan, pada hakekatnya memba
ngun
ekonomi kerakyatan di tingkat desa dalam rangka menciptakan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga peternak dan pelaku usaha
pengolahan hasil peternakan melalui peningkatan produksi dan produktifitas serta
nilai tambah dan daya saing Pengolahan Hasil Peternakan.
Kelembagaan kelompok peternak/Gapoknak yang telah mendapat fasilitasiperalatan pengolahan susu, daging, pakan ternak dan pengelolaan limbah agar
terus dikembangkan menjadi Gapoknak profesional serta mampu memberikan
andil dalam mengembangkan lembaga ekonomi di perdesaan sebagai upaya untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak serta pelaku usaha
pengolahan hasil peternakan.
Pada tahun anggaran 2012 melalui Dana Tugas Pembantuan Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dialokasikan kegiatan
pengembangan agroindustri susu, pengembangan agroindustri
daging,
pengembangan pengolahan pakan ternak dan pengelolaan limbah
hasil
peternakan. Untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut maka
dipandang perlu adanya pedoman teknis sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan agar mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Keberhasilan program/kegiatan tersebut sangat tergantungkepada
komitmen semua pihak (stake holder) yang terkait baik di tingkat pusat maupun
daerah. Sebagai tindak lanjut dan penjabaran pedoman teknis ini serta untuk
meningkatkan efektivitas pengadaan alat dan mesin pengolahan hasil peternakan
perlu disusun Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat propinsi dan Petunjuk
Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Kabupaten/Kota.
Semoga Pedoman Teknis ini bermanfaat dan menjadi sumber rujukan dalam
implementasi program/kegiatan Pengembangan Agroindustri Peternakan di daerah.
Jakarta, Januari 2012
Direktur Pengolahan Hasil
Pertanian
Ir. Nazaruddin, MM
NIP. 19590504.198503.1.001
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- iPedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
DAFTAR ISI
Hala
man
Kata Pengantar iDaftar Isi iiLampiran-lampiran iii
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 11.1 Latar Belakang................................................................................. 11.2 Definisi ........................................................................................ 91.3 Tujuan.............................................................................................. 10
1.4 Sasaran............................................................................................ 101.5 Ruang Lingkup................................................................................. 101.6 Indikator Keberhasilan...................................................................... 11
II. PENGUATAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN/KOPERASI .................. 122.1 Pengorganisasian Gapoktan/Koperasi............................................. 122.2 Pemilihan dan Penetapan Gapoktan/Koperasi................................ 122.3 Kriteria Gapotan/Koperasi Penerima Fasilitasi Sarana Pengolahan 132.4 Mekanisme Seleksi Penerima Fasilitasi Sarana Pengolahan .......... 14
III. PELAKSANAAN KEGIATAN.......................................…..…………...... 193.1 Pengembangan Agroindustri Susu................................................... 193.2 Pengembangan Agroindustri Daging............................................... 213.3 Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak................................ 223.4 Pengembangan Pengolahan Kompos dan Biogas………………….. 25
IV. PEMBINAAN DAN PENGAWALAN....................................................... 284.1 Tingkat Pusat................................................................................... 284.2 Tingkat Provinsi ................................................................................ 284.3 Tingkat Kabupaten/Kota................................................................... 294.4 Pengorganisasian Alat dan Mesin Pengolahan Secara Bisnis........ 29
V. KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI…….............................. 305.1 Koordinasi………………………………………………………….…….. 305.2 Monitoring………………………………………………………………… 305.3 Evaluasi…………………………………………………………………... 30
VI. PELAPORAN……………………………………………………..………….. 32VII. PENUTUP............................................................................................... 32
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- iiPedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
LAMPIRAN
Hala
man
Lampiran 1 : Surat Perjanjian Pendayagunaan Alat dan Mesin
Pengolahan Hasil Peternakan.......................................... 35
Lampiran 2 : Persyaratan Alat dan Mesin Pengolahan Hasil
Peternakan....................................................................... 38
Lampiran 3 : Panduan Pengoperasian Unit Pengolah Susu
Pasteurisasi………………………………………………….. 42
Lampiran 4 : Panduan Pengoperasian Auto, Cup Filling – Sealing
(GD Series)..................................................................... 54
Lampiran 5 : Panduan Pengoperasian Unit Susu Fermentasi…........
5
8
Lampiran 6 : Panduan Operasionalisasi Cold Milk Filer/Dispenser....
6
6
Lampiran 7 : Panduan Operasionalisasi Semi – Automatic Cup
Sealer……………………………………………………....... 69
Lampiran 8 : Beberapa Informasi yang Terkait dengan Proses
Pengolahan Limbah menjadi Biogas dan Kompos.......... 71
Lampiran 9 : Form Pelaporan................................................................ 74
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- iiiPedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan hasil
peternakan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan
di
pedesaan. Produk pengolahan hasil peternakan yang telah berkemba
ng
cukup baik di masyarakat adalah produk olahan susu dan olahan dagin
g.
Sedangkan pengolahan pakan ternak dibutuhkan oleh peternak/
kelompok
ternak di pedesaan, diharapkan agar biaya kebutuhan pakan ternak
dapat
lebih efisien dengan memanfaatkan bahan baku pakan ternak lokal.
Dalam pembinaan kegiatan pengolahan hasil peternakan pada
hakekatnya terdapat 4 (empat) unsur yang saling berinteraksi yakni :
Sumber Daya Manusia (Peternak/Pelaku usaha)
dan
kelembagaannya, sebagai subyek pembangunan yang
harus
ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya teknis dan menejeri
al
dalam menjalankan usahanya.
Bahan baku, sebagai obyek pembangunan pengolahan yang haru
s
ditingkatkan ketersediaanya baik kualitas maupun kuantitasnya.
Teknologi (proses/alat), difokuskan pada pelayanan
informasi
penerapan teknologi penanganan dan pengolahan untuk mendapatk
an
nilai tambah dengan efisiensi dan produktifitas serta mutu ya
ng
memenuhi standar nasional maupun internasional.
Pemasaran sebagai basis usaha, harus diintegrasikan
dalam
perencanaan produk usaha pengolahan itu sendiri, sehingga prod
uk
yang dihasilkan terintegrasi dengan pasar. Paradigma agribisnis
adalah,
“menghasilkan apa yang dituntut pasar (konsumen)”. Upaya terseb
ut,
merupakan salah satu komponen dalam perbaikan posisi taw
ar
peternak sebagai produsen susu segar dan daging serta olahann
ya
terhadap pedagang, pedagang terhadap konsumen dan sebalikny
a,
melalui perbaikan daya saing produk sehingga semua
pihak
1Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
memperoleh keuntungan sesuai dengan kepentingannya masing-
masing.
a. Agroindustri Pengolahan Susu
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penti
ng
dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga sangat mendes
ak
untuk dikembangkan mengingat banyaknya kasus gizi buruk dikalang
an
masyarakat. Konsumsi susu di Indonesia masih rendah dibandingkan
di
negara Asia lainnya yaitu hanya mencapai 11,9 liter per kapita per tahu
n,
sedangkan India mencapai 42,8 liter per kapita per tahun, Malaysia d
an
Filipina mencapai 22,1 liter per kapita per tahun.
Terdapat kekeliruan dari cara masyarakat Indonesia
dalam
mengkonsumsi susu. Masyarakat Indonesia lebih mengenal susu bub
uk
ketimbang susu segar atau susu cair. Lebih dari 90% warga negeri i
ni
terbiasa mengkonsumsi susu berupa bubuk atau kental manis, dan t
ak
lebih dari 10% yang kesehariannya minum dalam bentuk cair. Padah
al
jamaknya, masyarakat dunia mengkonsumsi susu dalam bentuk segar
atau
susu cair. Ditinjau dari tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesi
a,
ternyata konsumsi susu cair dalam bentuk UHT 4,6 % (118,5 ribu Ton
),
Susu Steril 2,7 % (69 ribu Ton) dan susu Pasteurisasi 1,2 % (30 ribu
Ton)
dan paling banyak dikonsusmsi dalam bentuk bubuk (43,3 %).
Berdasarkan
data tersebut tergambar bahwa jenis susu yang dikonsumsi masyarak
at
sebagian besar berupa susu bubuk yang harganya jauh lebih mah
al
dibandingkan harga susu segar/pasteurisasi. Sehingga akses masyarak
at
untuk mengkonsumsi susu hanya dimiliki oleh masyarakat dari kalang
an
menengah keatas.
Indonesia memiliki prospek pengembangan industri sapi perah yang
relatif besar untuk menciptakan Indonesia sebagai negara produsen sus
u.
Pertama dilihat dari permintaan potensial susu oleh 250 juta pendudu
k,
permintaan efektif yang terus berkembang sesuai dengan pertumbuh
an
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 2Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
perekonomian. Saat ini, produksi sangat rendah baru mencapai 30 % dari
kebutuhan permintaan efektif.
Produksi susu segar dari tahun ketahun mengalami kenaikan.
Walaupun begitu, kenaikan ini masih jauh untuk memenuhi tercukupin
ya
kebutuhan susu dalam negeri. Pada tahun 2008 produksi susu Nusanta
ra
sebesar 647.000 ton ternyata tidak dapat mencukupi kebutuhan konsum
si
susu Nusantara. Produksi susu Nusantara hanya dapat memenu
hi
kebutuhan konsumsi susu Nusantara sebesar 23,45 % atau sebanyak
2,19
kg per kapita tiap tahun atau 6,01 gram per kapita tiap hari. Kebutuh
an
sisanya dipenuhi dari impor sebanyak 76,55 % dari total konsumsi sus
u.
Pasar susu diperkirakan akan tumbuh sekitar 7,3% setiap tahun.
Peningkatan konsumsi susu tidak terlepas dari
kesadaran
masyarakat akan pentingnya susu bagi kesehatan dan dapat
meningkatkan
kualitas hidup manusia. Untuk itu, maka perlu dilakukan upaya terobos
an
guna menyadarkan masyarakat melalui gerakan-gerakan
untuk
membiasakan masyarakat meminum susu. Bagi pelaku peternakan sa
pi
perah apabila terdapat peningkatan konsumsi masyarakat terhadap sus
u,
maka permintaan akan susu meningkat dan hal ini dapat menggairahk
an
budidaya sapi perah.
Kondisi tersebut tidak bisa dielakkan, manakala harga beli susu dari
peternak sebagai wujud penghargaan atas kerjanya tidaklah sepada
n.
Peningkatan kualitas akan sulit dilakukan bila pendapatan yang diperol
eh
dari penjualan susu dari hari ke hari semakin menurun.
Peningkatan
kualitas susu melalui peningkatan pakan dan teknologi dapat terjadi bi
la
upah dari menjual susu lebih dari mencukupi untuk kebutuhan sehari-
hari.
Tak heran bila produksi dan produktivitas peternakan sapi perah
di
Indonesia sungguh memprihatinkan. Sementara negara lain yang tel
ah
peduli mengembangkan agribisnis ini sebagai salah satu
pilar
pembangunan ekonominya kini tengah menikmati dampak tingginya har
ga
susu dunia. Maka tak ada jalan lain kecuali segera berpacu menetapk
an
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 3Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
kerangka percepatan agribisnis persusuan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya secara lebih mandiri.
Keterkaitan dengan hal tersebut, maka Direktorat
Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian - Kementerian Pertania
n,
melakukan kegiatan berupa pengembangan agroindustri pengolahan
susu.
b. Agroindustri Pengolahan Daging
Untuk menghasilkan produk olahan daging yang baik diperluk
an
kualitas bahan baku daging yang baik pula, sehingga diperlukan
perlakuan
dan teknologi yang tepat terhadap bahan baku daging guna menghind
ari
terjadinya kerusakan dan pembusukan sebelum diolah.
Selanjutnya, untuk menghasilkan produk olahan daging
siap
dikonsumsi oleh masyarakat dengan aman, sehat, utuh dan halal (ASU
H)
diperlukan penanganan yang cermat mulai dari pemilihan bahan bak
u,
pemilihan peralatan (teknologi) yang sesuai, proses produksi yang bai
k,
pengemasan sampai distribusi dan pemasaran.
Dengan demikian untuk menghasilkan produk olahan daging ya
ng
ASUH, maka prosesing pengolahan daging harus dilakukan deng
an
menerapkan cara berproduksi pangan yang baik (CBPB) atau Go
od
Manufacturing Practice (GMP), sehingga produk yang
dihasilkan
berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi serta memberikan nil
ai
tambah tinggi bagi pelaku usaha. Kemampuan menerapan
Good
Manufacturing Practice (GMP) inilah yang sering menjadi permasalah
an
umum pada usaha pengolahan skala kecil dan rumah tangga, sehing
ga
produk yang dihasilkan kurang mampu bersaing dengan produk ya
ng
dihasilkan dari industri besar dipasaran.
Menurut NAMPA (National Meat Processor
Association)
pertumbuhan produksi pengolahan daging di dalam negeri rata-
rata
mencapai sekitar 10 – 15 % per tahun, seiring dengan peningkat
an
permintaan dan perubahan gaya hidup masyarakat. Omzet indus
tri
pengolahan daging anggota NAMPA saat ini diperkirakan mencapai 1
triliun
rupiah dengan kebutuhan daging sapi dan ayam sebesar 75 ton per ha
ri,
belum termasuk sebagai bahan baku bakso yang sebagian bes
ar
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 4Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
diproduksi oleh industri skala rumah tangga. Produk olahan yang menjadi
potensi pasar daging olahan antara lain seperti burger, sosis, bakso d
an
nugget.
Konsumsi daging masyarakat Indonesia relatif masih rendah bi
la
dibandingkan konsumsi daging negara-negara berkembang lainnya. Pa
da
tahun 2008 konsumsi daging ayam per kapita sebesar 4,8 kg dan dagi
ng
sapi sebesar 1,7 kg, padahal konsumsi rata-rata per kapita di nega
ra
berkembang berkisar 23 kg sedangkan di negara maju sudah mencap
ai
sekitar 75 kg (data simposium “Feed the World).
Berdasarkan standar Gizi Nasional konsumsi protein hewani pali
ng
tidak harus mencapai sebesar 10,5 gram/kapita/hari, namun dala
m
kenyataannya konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah yai
tu
sebesar 5,15 gram/perkapita/hari; jauh dibawah konsumsi masyarakat
di
Philipina sebesar 14 gram, Thailand 23 gram, Singapore 46 gram d
an
Malaysia 63 gram. Dalam peningkatan konsumsi daging ini Indus
tri
pengolahan daging mempunyai peranan penting sebagai penyedia
an
protein hewani serta merupakan unsur penghela bagi kemajuan agribisn
is
peternakan.
Berdasarkan uraian diatas, ke depan industri pengolahan daging
mempunyai prospek yang sangat baik. Hal ini menjadi tantangan ki
ta
bersama untuk mengupayakan agar mampu memanfaatkan peluang
pasar
tersebut dalam rangka peningkatan kesejahteraan pelaku usaha kecil d
an
peternak serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian di pedesaan.
Umumnya usaha pengolahan daging yang dilakukan
oleh
masyarakat dalam skala rumah tangga (home industry),
masih
menggunakan teknologi yang relatif sangat sederhana dengan pang
sa
pasar dari produk olahannya masih terbatas pada pasar lokal. Hal ini
dapat
dimaklumi karena penampilan dan kemasan produk olahan tersebut rela
tif
kalah bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh industri bes
ar
(modern).
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 5Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Kurang berkembangnya industri pengolahan hasil daging skala kecil
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor teknis, sosial d
an
ekonomi di masyarakat. Sampai saat ini penerapan teknologi pengolah
an
daging yang tepat baru diterapkan oleh sebagian kecil masyarakat, hal i
ni
disebabkan oleh kurangnya informasi teknologi pengolahan sampai
ke
masyarakat dan keterbatasan akses terhadap sumber permodalan ol
eh
Gapoktan/pelaku usaha kecil.
Beberapa permasalahan yang harus mendapat perhatian kita dalam
pengembangan UPH Daging di pedesaan pada masa yang akan datan
g,
antara lain: (1) tingkat pengetahuan dan kesadaran penerapan teknolo
gi
pengolahan yang baik masih sangat terbatas, (2) kurangnya tena
ga
terampil dalam mengoperasikan alsin pengolahan, (3) introduksi bebera
pa
teknologi belum sesuai dengan kebutuhan peternak/pelaku usaha d
an
belum bersifat lokal spesifik, (4) Keterbatasan permodalan usaha d
an
akses terhadap sumber permodalan, dan (5) kurangnya tenaga pembi
na
terampil di bidang pengolahan
Seiring berbagai permasalahan dalam pengembangan UPH Daging
ke depan diharapkan industri pengolahan daging harus mendap
at
perhatian yang lebih optimal dari semua pihak terutama dalam
peningkatan
kualitas SDM pengelola UPH, permodalan dan pemasaran prod
uk
olahannya. Upaya pembinaan, pelatihan dan fasilitasi usaha harus ter
us
ditingkatkan agar usaha pengolahan daging dapat tumbuh
dan
berkembang di pedesaan .
Dukungan dan fasilitasi pemerintah dalam pengembangan industri
pengolahan daging yang terencana, terintegrasi dan berkesinambung
an
berbasis pada pengembangan kelompok peternak atau Gapoktan per
lu
terus ditingkatkan dalam rangka meningkatkan nilai tambah
dan
pendapatan peternak/pelaku usaha pengolahan daging.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 6Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
c. Pengolahan Pakan Ternak
Kebutuhan bahan baku produk olahan hasil peternakan yang
berupa
ternak masih memerlukan dukungan, terutama dalam penyediaan pak
an
ternaknya dimana hal ini memiliki porsi terbesar (60% – 70%) dalam
biaya
produksi peternakan. Untuk dapat membantu peternak dalam penyedia
an
pakan ternak yang murah dan berkualitas. Kementerian Pertanian melal
ui
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tel
ah
melaksanakan tugas pembantuan yang direalisasikan melalui kegiat
an
Pengembangan Pengolah Pakan Ternak.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, masih ditemui
berbagai kendala dalam operasionalisasinya dan dirasakan
sangat
menghambat kinerja operasionalnya, sehingga pemanfaatannya mas
ih
belum optimal. Salah satu kendala tersebut adalah bahwa pihak
pengelola
masih banyak yang belum memahami secara mendalam
tentang
penggunaan peralatan pakan ternak beserta perbaikan dan
perawatannya.
Kondisi seperti di atas jelas akan berdampak pada upaya peningkat
an
kinerja operasional alat pengolahan pakan ternak. Sehingga upaya-
upaya
yang dilakukan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat
Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian memberi stimulan d
an
pembinaan, pedoman dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
melalui
bimbingan teknis/pembinaan yang tersistematis serta berkesinambungan.
Dalam rangka pengembangan agroindustri pedesaan
dengan
berbagai permasalahannya, diperlukan motivasi yang kuat
dengan
pembinaan yang intensif berupa bantuan fasilitasi sarana yang terk
ait
dengan kegiatan pengolahan hasil peternakan disetiap kelompok samp
ai
pada bantuan peralatan pengolahan skala pedesaan. Bantuan semacam
ini
juga ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan dan pengawalan
usaha
bagi peternak sapi.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 7Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
d. Pengolahan Kompos dan Biogas
Sebagaimana telah diketahui bahwa secara umum produk uta
ma
yang dhasilkan dari kegiatan peternakan berupa daging, telur dan su
su
yang dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan berbagai jen
is
produk olahan hasil peternakan. Kita sadari pula bahwa proses kegiat
an
peternakan akan mengeluarkan limbah yang mempunyai potensi damp
ak
negatif jika tidak dikelola dengan baik dan terencana.
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya peternakan seca
ra
umum dapat berupa :
- Limbah padat, yang berasal dari kotoran ternaknya
- Limbah cair, yang berasal dari urin ternak serta bekas air pembersih
an
ternak dan kandang
- Limbah gas, yang berasal dari bau kotoran ternak
Selain itu kegiatan pemotongan ternak juga menghasilkan limbah
yang sama jenisnya. Limbah peternakan tersebut selain berpoten
si
menimbulkan pencemaran, juga mempunyai potensi memberikan nil
ai
tambah melalui pengelolaan yang tepat guna. Untuk itu diperlukan upa
ya
pengelolaan lingkungan yang terintregasi dengan kegiatan produksi.
Terkait dengan sifat dan karakteristik limbah peternakan di atas,
maka Ditjen PPHP berupaya memberikan stimulan dan pembinaan
melalui
kebijakan fasilitasi bantuan sarana penegelolaan limbah peternak
an
dengan dukungan dana APBN – TP TA. 2012. Melalui fasilitasi bantu
an
peralatan pengelolaan limbah tersebut, diharapkan dapat dimanfaatk
an
oleh kelompok/Gapoktan untuk menghasilkan biogas dan kompos gu
na
memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan peternak.
Dengan memahami hal di atas, maka dalam rangka pengembangan
agroindustri pedesaan dengan berbagai permasalahannya, diperluk
an
motivasi yang kuat dengan pembinaan yang intensif berupa fasilita
si
bantuan peralatan yang terkait dengan kegiatan pengolahan kompos d
an
biogas di tingkat kelompok/Gapoktan yang berlokasi di pedesaan. Bantu
an
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 8Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
peralatan semacam ini perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pendampingan
dan pengawalan usaha bagi peternak yang tergabung dalam kelomp
ok
maupun Gapoktan. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan sua
tu
“Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan” dalam
pengembangan usaha pengolahan baik berupa aplikasi
manual
pengolahan hasil peternakan dan aplikasi SOP untuk quality contr
ol
maupun daftar jenis peralatan pengolahan susu, daging dan pakan
ternak
yang dapat dimanfaatkan dalam pembinaannya sesuai dengan poten
si
yang dimiliki serta dalam upaya mengantisipasi kemungkinan timbuln
ya
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah hasil peternakan, sekalig
us
sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan nilai tambah yang
diperoleh
dari upaya pemanfaatan limbahnya.
1.2 Definisi
Dalam rangka menyamakan pengertian dan persepsi, dalam pedoman
teknis ini, digunakan beberapa istilah antara lain :
1. Sentra produksi adalah suatu kawasan yang mencapai skala ekonomi
tertentu sehingga layak dikembangkan sebagai satuan
kegiatan
pengembangan agroindustri pedesaan.
2. Kelompok peternak adalah kumpulan peternak yang dibentuk atas das
ar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekono
mi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangk
an
usahanya.
3. Gabungan Kelompok Peternak (Gapoktan) adalah organisasi gabung
an
kelompok peternak di suatu wilayah/daerah sentra produksi yang
bergerak
di bidang usahatani, pengolahan dan pemasaran yang anggotanya terd
iri
dari kelompok peternak.
4. Pengolahan Hasil Peternakan adalah suatu kegiatan mengubah bah
an
hasil peternakan menjadi beraneka ragam bentuk/diversifikasi olahan d
an
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 9Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
macamnya dengan tujuan untuk memperpanjang daya simpan, dan
meningkatkan nilai tambah.
5. Alat dan mesin pengolahan hasil peternakan adalah peralatan dan mes
in
yang dioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa mot
or
penggerak untuk kegiatan pemeliharaan, pengolahan hasil peternakan.
1.3 Tujuan
Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan Tahun 2012
disusun dengan tujuan untuk digunakan sebagai landasan teknis dala
m
implementasi pelaksanaan anggaran pembangunan pengolahan
hasil
peternakan tahun 2012 baik di Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
1.4 Sasaran
Sasaran yang diharapkan dari terbitnya Pedoman Teknis ini adalah :
a. Meningkatnya efesiensi, efektifitas dan akuntabilitas pelaksana
an
program, kegiatan dan anggaran pembangunan pengolahan ha
sil
peternakan;
b. Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan progra
m,
kegiatan dan anggaran antara pusat dan daerah;
c. Terukurnya kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan.
1.5 Ruang Lingkup
Pedoman Teknis Kegiatan Pengembangan Agroindustri Peternakan
di
pedesaan ini dibatasi pada kegiatan pengolahan susu, daging, pak
an
ternak, dan pengolahan kompos dan biogas tahun anggaran 2012.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
10Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
1.6 Indikator Keberhasilan
1. OUTPUT
Beroperasinya UPH susu, daging, pakan ternak dan pengolah
an
kompos dan biogas di Propinsi/Kabupaten/Kota penerima da
na
tugas pembantuan.
2. OUTCOME
Berkembangnya UPH pengolahan susu, daging, pakan ternak d
an
pengolahan kompos dan biogas secara optimal dan berkelanjut
an
serta meningkatnya kegiatan pengolahan hasil peternakan.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
11Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
II. PENGUATAN KELEMBAGAAN POKTAN/GAPOKTAN
1.1. Pengorganisasian Gapoktan
Pada dasarnya organisasi Gapoktan adalah organisasi
yang
berorientasi bisnis, bukan organisasi yang bersifat sosial.
Dalam
pengembangan Gapoktan diarahkan untuk memenuhi prinsip-
prinsip
sebagai berikut :
1. Gapoktan harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi deng
an
uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati semua anggota.
2. Pengurus dipilih secara demokratis oleh anggota, bertanggung jaw
ab
kepada anggota, dan pertanggungjawabannya disampaikan dalam rap
at
anggota gapoktan yang dilakukan secara periodik.
3. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota gapoktan disus
un
secara partisipatif.
4. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah d
an
dituangkan dalam berita acara atau risalah rapat yang ditandatanga
ni
oleh pengurus dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait.
5. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan
usaha
Gapoktan.
6. Gapoktan membangun kerjasama kemitraan dengan pihak terkait.
7. Pengembangan Gapoktan diarahkan menuju terbangunnya lemba
ga
ekonomi seperti koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya.
8. Kepemilikan alat dan sarana pengolahan adalah milik gapoktan (buk
an
milik perorangan) dan dioperasionalkan oleh gapoktan.
2.2 . Pemilihan dan Penetapan Gapoktan
Penerima bantuan sosial adalah masyarakat dan atau kelomp
ok
masyarakat/petani (poktan/gapoktan) yang ditetapkan melalui Keputus
an
Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam pemilihan penerima bantu
an
sosial perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bila di lokasi terpilih belum ada Gapoktan perlu dibentuk Gapoktan ba
ru
sesuai kebutuhan.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
12Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. Sedangkan bila lokasi terpilih terdapat beberapa Gapoktan, maka dipilih
satu atau dua Gapoktan yang terbaik.
3. Bantuan sosial dalam bentuk transfer dana langsung ke rekeni
ng
Gapoktan/Poktan. Rekening ditanda tangani oleh Ketua bersama 1
orang
Gapoktan/Poktan.
4. Bantuan sosial dalam bentuk transfer barang ke Gapoktan/
Poktan,
pengadaanya dilaksanakan oleh Dinas terkait dengan berpedoman pa
da
Perpres No 54 tahun 2010.
5. Barang yang diadakan baik oleh Dinas maupun
Gapoktan
memperhatikan skala ekonomis UPH, peralatan yang diberikan bi
sa
merupakan tambahan/pelengkap/penyempurnaan terhadap UPH ya
ng
sudah ada.
2.3. Kriteria Gapoktan Penerima Sarana Pengolahan
Kriteria penerima sarana agroindustri tanaman pangan adalah:
1. Telah atau akan berusaha di bidang agroindustri tanaman pangan.
2. Mempunyai aturan organisasi yang disepakati oleh seluruh anggota.
3. Mempunyai dana operasional dan manajemen usaha yang baik.
4. Mempunyai sumberdaya manusia yang memadai dan terampil.
5. Mempunyai pengurus aktif minimal Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
6. Mempunyai potensi dan prospek pasar yang jelas.
7. Mempunyai proposal kegiatan dan rencana
penggunaan
anggaran/rencana usaha kelompok (RUK) yang disyahkan oleh petug
as
pendamping dan diketahui oleh Kepala dinas lingkup
pertanian
kabupaten/kota untuk mengembangkan agroindustri Tepung
8. Lolos seleksi CPCL dan disetujui oleh tim teknis Dinas Pertani
an
Kabupaten/Kota.
9. Bersedia mengikuti Pedoman/pembinaan dari Dinas Pertanian.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
13Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Poktan/Gapoktan terpilih, wajib:
a. Mempunyai rekening tersendiri atas nama lembaga untuk pengel
olaan
dana bantuan sosial dan ditanda tangani oleh Ketua dan 1 o
rang
pengurus lainnya.
b. Melakukan kontrak perjanjian kerja sama pemanfaatan dana
dan
pelaksanaan kegiatan antara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
atau
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang bersangkutan dengan
Ketua
Kelompok Penerima Bantuan Sosial.
2.4. Mekanisme Seleksi Penerima Fasilitasi Sarana Pengolahan
1. Pembentukan Tim Teknis (Februari)
Tim teknis adalah petugas/staf teknis yang ditunjuk oleh Kepala
Dinas
Propinsi yang melibatkan petugas propinsi dan kabupaten kota dengan
tugas
melakukan pengawalan dan memberikan arahan baik teknis ma
upun
adminstrasi kepada kelompok sasaran bantuan dana Tugas Pembantuan
dan
berkompetensi di bidang pengolahan
Tugas Tim Teknis : melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan
teknis,
memberikan petunjuk dan arahan terhadap permasalahan, melak
ukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, bertanggung j
awab
sepebuhnya terhadap pelaksanaan kegiatan, melakukan koordinasi se
cara
terpadu dengan SKPD terkait dalam rangka kelancaran teknis pelaya
nan,
melakukan pemeriksaan lapangan terhadap lokasi, membuat berita
acara
pemeriksaan lokasi, memberikan pertimbangan teknis.
Masa tugas Tim Teknis adalah sejak ditanda tangani SK s/
d 31
Desember 2012. Setelah pengesahan SK maka Tim Teknis dapat mene
rima
honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Persyaratan Anggota yang dapat direkrut menjadi tim teknis:
3 5
a. Pejabat Pembina Pengolahan Hasil di tingkat Propinsi dan
Kabupaten
b. Perekayasa Alat dan Mesin Pengolahan
c. Dapat melibatkan Lembaga Penelitian
d. Dapat bekerja secara optimal
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 74Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. Penentuan Calon Penerima/Calon Lokasi (CP/Cl) (Maret)
Penentuan CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota de
ngan
menilai potensi dan usulan/proposal rencana usahanya. Proposal ren
cana
usaha minimal memuat diskripsi usaha saat ini, sumberdaya sarana
yang
dimiliki, potensi yang dapat dikembangkan, rencana usaha yang
akan
dilakukan dan kelayakan usahanya. Agar usulan ini dapat diterima,
maka
pendampingan perlu dilakukan oleh LSM, PT dan lainnya. Hasil seleksi
dari
Tim Teknis dituangkan dalam berita acara. Mekanisme pelaksanaan
dana
bantuan sosial tugas pembantuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Dinas Propinsi dan atauDinas Kabupaten/Kota
1
TIM TEKNIS
1. Petugas Teknis2
ropinsi
2. Petugas Teknis
Kabupaten 4
GAPOKTAN
Gambar 1. Mekanisme pelaksanaan dana bantuan sosial tugas
pembantuan
Keterangan :
1. Dinas Provinsi membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur Provinsi
dan
atau kabupaten/kota.2. Tim Teknis melakukan pendampingan gapoktan dalam pelaksanaan
danabansos Tugas Pembantuan TA 2012
3. Tim teknis melakukan verifikasi (CP/CL) dan menetapkan gapoktan yang
akan diusulkan sebagai calon penerima dana bansos TP TA 20124. Gapoktan mengusulkan RUKK (Rencana Usulan Kegiatan Kelompok)
keTim Teknis untuk dinilai kelayakannya.
5. Tim Teknis menyetujui RUKK yang diusulkan gapoktan untuk diproses
pencairan dana TP setelah disetujui oleh KPA.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 15Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) (Maret)
Rencana usaha kelompok (RUK) merupakan daftar kebutuhan sa
rana
pengolahan hasil yang disesuaikan dengan kebutuhan gapoktan atas d
asar
persetujuan anggota yang didasarkan pada proposal yang telah diajuka
n ke
Kabupaten/ Kota. RUK perlu disusun secara bersama-sama
melalui
musyawarah anggota kelompok dengan bimbingan Dinas Kabupaten
/kota
atau Tim Teknis. RUK disusun oleh Gapoktan dan ditanda tangani oleh
Ketua
Gapoktan dan Pembina Teknis bidang pengolahan hasil di Kabupaten/
Kota.
Secara garis besar RUK berisi :
- Rincian jenis alat /bahan/material atau jenis pekerjaan yang akan
diadakan/dibutuhkan dalam rangka bantuan sosial.
- Satuan dan volume alat/bahan/material atau jenis pekerjaan bantuan
sosial.
- Harga satuan dan jumlah harga alat/bahan/material atau pekerjaan
komponen bantuan sosial.
4. Pembelian Alat Bansos (April-Juni)
Merujuk kepada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial T
ahun
2012 Ditjen PPHP
5. Bimbingan/Pelatihan (Juli-September)
Bimbingan Teknis adalah kegiatan di tingkat Gapoktan yang dilak
ukan
oleh Tim Teknis untuk meningkatkan pemahaman terhadap
teknis
pengelolaan pengolahan hasil di tingkat Gapoktan. Materi Pelatihan
dan
Bimbingan Teknis Pemanfaatan Alat dan Mesin Pengolahan meliputi :
1. Kelompok Teknis :
a. Standar operasional prosedur (SOP) pengoperasiann alat dan
mesin
pengolahan
b. Cara-cara perawatan dan perbaikan alat dan mesin pengolahan
c. Manajemen perbengkelan
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 16Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. Kelompok Usaha
a. Analisis kebutuhan alat dan mesin pengolahan di
suatu
wilayah/daerah
b. Perhitungan/analisis kelayakan ekonomi (financial penggunaan
alat
dan mesin pengolahan)
c. Pembukuan dan pencatatan usaha jasa, alat dan mesin
pengolahan
d. Akses sumber-sumber permodalan seperti skim,
pelayanan,
pembiayaan pertanian (SP3), kredit perbankan, dll yang
dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan alat dan mesin pengolahan
serta
prosedur pemanfaatannya
e. Manajemen pemasaran
Demonstrasi dan promosi penggunaan jasa alat dan
mesin
pengolahan serta praktek lapangan
3. Kelompok Manajemen Usaha
a. Perencanaan usaha jasa alat dan mesin pengolahan
b. Pengorganisasi usaha alat dan mesin pengolahan
c. Manajemen pemasaran
d. Kerjasama/kemitraan usaha
e. Peningkatan kemampuan manajerial kelompok usaha
f. Kewirausahaan
4. Pengorganisasi alat dan mesin pengolahan secara bisnis
Dalam pelaksanaan usaha jasa alat dan mesin pengolahan ke
pada
petani/kelompok tani dan gapoktan di suatu wilayah/daerah
perlu
dilakukan penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang baik
dan
benar. Setiap gapoktan berupaya untuk mencapai kapasitas kerja
alat
dan mesin pengolahan yang optimal dengan cara bekerja sama/
bermitra
dengan petani/kelompok tani/dealer/perusahaan alat dan
mesin
pengolahan, dan lembaga keuangan/perbankan, industri dan pas
ar di
daerah.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 17Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
6. Operasional Alat (September-Oktober)
a. Operasional Alat sepenuhnya merupakan tanggung
jawab
Gapoktan. Sebagai penerima alat dan mesin Gapoktan
perlu
diberikan pendampingan/ pengawalan. Penyuluhan,
peltihan
bimbingan teknis agar dapat melakukan usahanya secar op
timal
mandiri dan profesional.
b. Perjanjian pendayagunaan alat
Perjanjian pendayagunaan alsin pengolahan dilakukan lang
sung
antara Kepala Dinas pertanian propinsi dengan Gapoktan.
Perjanjian pendayagunaan alsin tersebut dilaksanakan s
egera
setelah penyerahan alat dan mesin pengolahan dilakukan
dan
diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten. (Contoh
surat
perjanjian terlampir).
7. Evaluasi Dan Pelaporan (Desember)
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan
pasti apakah pencapaian hasil kemajuan dan kendala yang dijumpai d
alam
pelaksanaan rencana kegiatan dapat dinilai dan diplajari untuk perb
aikan
pelaksanaan dimasa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output),
hasil
(outcome), dampak (impact) pelaksanaan kegiatan. Untuk
kegiatan
pengolahan hasil pertanaian maka evaluasi dan pelaporan dilakukan d
alam
kurun waktu triwulanan ditujukan kepada Direktorat Pengolahan
Hasil
Pertanian Ditjen Pengolahan dan Pemasaraan Hasil Pertanian Keme
ntrian
Pertanian.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 18Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Pengembangan Agroindustri Susu
1) Penerima bantuan
Penerima bantuan pengadaan alat pengolahan susu diidentifikasi oleh
Dinas
Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal se
bagai
berikut :
a. Kelompok Peternak/Gabungan Kelompok Peternak yang direkome
ndasi
olah dinas yang berwenang setempat dan belum memiliki alat
pengolahan
hasil peternakan, atau untuk melengkapi/mendukung alat pengol
ahan
hasil peternakan yang ada;
b. Kelompok benar – benar berminat terhadap pengolahan hasil
peternakan
dan bertanggung jawab terhadap alat bantuan yang diberikan;
c. Kelompok yang memiliki kelembagaan/organisasi dibidang pengol
ahan
dan pemasaran dan lebih diutamakan kepada yang telah
ada
pengawalan.
d. Bersedia dan menjamin bahwa peralatan tersebut akan
dioperasionalkan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai Rp. 6000,00 (
enam
ribu rupiah).
2) Persyaratan Teknis
a. Peralatan pengolahan susu seharusnya terbuat dari bahan yang
kuat,
tidak berkarat (stainlesstel) dan mudah dibersihkan;
b. Permukaan yang kontak langsung dengan susu dan
olahannya
seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak meny
erap
air;
c. Permukaan yang kontak langsung dengan produk susu dan olaha
nnya
harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digunakan atau s
esuai
dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai
untuk
peralatan yang bersangkutan;
d. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prose
snya
sehingga memudahkan bekerja dan pembersihannya;
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 19
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
e. Semua peralatan harus berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan
bersih;
f. Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawa keluar dari
ruang
“prosessing”. Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama pro
duksi
berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus diambil untuk
mencegah
kontaminasi produk olahan susu yang dihasilkan;
g. Perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera seb
elum
penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
3) Lokasi Pengembangan Agroindustri Susu
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA KEGIATAN
1 SUMBAR 1 Kota Padang Panjang Pengembangan agroindustri susu
2 Kota Padang Pengembangan agroindustri susu
3 Kota Sawahlunto Pengembangan agroindustri susu
2 RIAU 4 Kota Pekanbaru Pengembangan agroindustri susu
3 SUMSEL 5 Kab. Musi Rawas Pengembangan agroindustri susu
4 JABAR 6 Kab. Ciamis Pengembangan agroindustri susu
7 Kab. Cianjur Pengembangan agroindustri susu
8 Kab. Sukabumi Pengembangan agroindustri susu
9 Kota Bogor Pengembangan agroindustri susu
10 Kab. Bandung Barat Pengembangan agroindustri susu
11 Kab. Klaten Pengembangan agroindustri susu
5 JATENG 12 Kab. Wonosobo Pengembangan agroindustri susu
6 DIY 13 Kab. Sleman Agroindustri susu (two in one)
7 JATIM 14 Kab. Mojokerto Pengembangan agroindustri susu
8 SULSEL 15 Kab. Enrekang Pengembangan agroindustri susu
16 Kab. Gowa Pengembangan agroindustri susu
17 Kab. Sinjai Pengembangan agroindustri susu
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 20Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3.2 Pengembangan Agroindustri Daging
1) Penerima bantuan
Penerima bantuan pengadaan alat pengolahan daging diidentifikasi
oleh
Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan memperhatikan h
al-hal
sebagai berikut :
a. Kelompok Peternak/Gabungan Kelompok Peternak yang direkome
ndasi
oleh dinas yang berwenang setempat dan belum memiliki
alat
pengolahan daging, atau untuk melengkapi/mendukung alat pengol
ahan
daging yang ada;
b. Kelompok yang benar – benar berminat terhadap pengolahan daging
dan
bertanggung jawab terhadap alat bantuan yang diberikan;
c. Kelompok yang memiliki kelembagaan/organisasi dibidang pengol
ahan
dan pemasaran dan lebih diutamakan kepada yang telah
ada
pengawalan.
d. Bersedia dan menjamin bahwa peralatan tersebut akan
dioperasionalkan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai Rp. 6000,00
(enam
ribu rupiah).
2) Persyaratan Teknis
a. Peralatan pengolahan daging terbuat dari bahan yang kuat,
tidak
berkarat, dan mudah dibersihkan;
b. Permukaan yang kontak langsung dengan daging dan olaha
nnya
seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak
menyerap
air;
c. Permukaan yang kontak langsung dengan produk daging dan
olahannya
harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digunakan atau
sesuai
dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai
untuk
peralatan yang bersangkutan;
d. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prose
snya
sehingga memudahkan bekerja dan pembersihannya;
e. Semua peralatan harus berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan
bersih;
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 21
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
f. Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawa keluar dari r
uang
prossesing. Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama pro
duksi
berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus diambil
untuk
mencegah kontaminasi produk daging dan olahannya;
g. Perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera seb
elum
penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
3) Lokasi Pengembangan Agroindustri Daging
3.3 Pengolahan Pakan Ternak
1) Penerima bantuan
Penerima bantuan peralatan pakan ternak diidentifikasi oleh
Dinas
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA KEGIATAN
1 SUMUT 1 Kab. Tapanuli Tengah Pengembangan agroindustri daging2 SUMSEL 2 Kota Lubuk Linggau Pengembangan agroindustri daging3 BENGKULU 3 Kab. Rejang Lebong Pengembangan agroindustri daging4 D.I.Y 4 Kab. Sleman Pengembangan agroindustri daging5 SULTENG 5 Kab. Banggai Pengembangan agroindustri daging6 Kab. Toli-Toli Pengembangan agroindustri daging7 Kab. Sigi Pengembangan agroindustri daging6 SULSEL 8 Kab. Sidenreng Rappang Pengembangan agroindustri daging7 NTB 9 Kab. Bima Pengembangan agroindustri daging10 Kab. Sumbawa Pengembangan agroindustri daging11 Kab. Sumbawa Barat Pengembangan agroindustri daging8 PAPUA 12 Kab. Jayapura Pengembangan agroindustri daging9 MALUT 13 Kota Ternate Pengembangan agroindustri daging
Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai
berikut :
a. Kelompok Peternak/Gabungan Kelompok Peternak yang direkome
ndasi
oleh dinas yang berwenang setempat dan belum memiliki pera
latan
pakan ternak , atau untuk melengkapi/mendukung peralatan p
akan
ternak yang ada;
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 22Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
b. Kelompok yang benar – benar berminat terhadap kegiatan pakan
ternak
dan bertanggung jawab terhadap alat bantuan yang diberikan;
c. Kelompok yang memiliki kelembagaan/organisasi dibidang pengol
ahan
dan pemasaran dan lebih diutamakan kepada yang telah
ada
pengawalan.
d. Bersedia dan menjamin bahwa peralatan tersebut akan
dioperasionalkan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai Rp. 6000,00
(enam
ribu rupiah).
2) Persyaratan Teknis
a. Peralatan pengolahan pakan ternak terbuat dari bahan yang kuat,
tidak
berkarat, dan mudah dibersihkan;
b. Permukaan yang kontak langsung dengan produk pakan ternak
dan
olahannya harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digun
akan
atau sesuai dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang s
esuai
untuk peralatan yang bersangkutan;
c. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prose
snya
sehingga memudahkan bekerja dan pembersihannya;
d. Semua peralatan harus berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan
bersih;
e. Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawa keluar dari r
uang
prossesing. Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama pro
duksi
berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus diambil
untuk
mencegah kontaminasi produk pakan ternak.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 23
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA KEGIATAN
1 NAD 1. Kab. Aceh Besar Pengolahan pakan ternak
2. Kab. Aceh Timur Pengolahan pakan ternak
3. Kab. Pidie Pengolahan pakan ternak
4. Pidie Jaya Pengolahan pakan ternak
2 SUMUT 5. Kota Binjai Pengolahan pakan ternak
6. Kota Medan Pengolahan pakan ternak
7. Kab. Humbang Hasundutan
Pengolahan pakan ternak
8. Kab. Samosir Pengolahan pakan ternak
3 RIAU 9. Kab. Pelalawan Pengolahan pakan ternak
10. Kota Dumai Pengolahan pakan ternak
4 JAMBI 11. Kota Jambi Pengolahan pakan ternak
5 SUMSEL 12. Kota Prabumulih Pengolahan pakan ternak
13. Kab. Banyuasin Pengolahan pakan ternak
14. Kab. OKU Selatan Pengolahan pakan ternak
6 JABAR 15.Kab. Garut Pengolahan pakan ternak (two
in one)
7 JATENG 16. Kab. Klaten Pengolahan pakan ternak
17. Kab. Kudus Pengolahan pakan ternak
18. Kab. Rembang Pengolahan pakan ternak
19. Kab. Temanggung Pengolahan pakan ternak
8 JATIM 20. Kab. Bojonegoro Pengolahan pakan ternak
21.Kab. Jember Pengolahan Pakan Ternak (two
in one)
22. Kab. Tuban Pengolahan pakan ternak
9 KALSEL 23. Kab. Hulu Sungai Selatan Pengolahan pakan ternak
24. Kab. Kota Baru Pengolahan pakan ternak
10 SULTENG 25. Kab. Banggai Kepulauan Pengolahan pakan ternak
26. Kab. Buol Pengolahan pakan ternak
27. Kab. Tojo Una-Una Pengolahan pakan ternak
11 SULSEL 28. Kab. Bantaeng Pengolahan pakan ternak
29. Kab. Pinrang Pengolahan pakan ternak
12 SULTRA 30. Kab. Muna Pengolahan pakan ternak
31. Kab. Konawe Selatan Pengolahan pakan ternak
13 NTT 32. Kab. Sumba Barat Daya Pengolahan pakan ternak
33. Kab. Timor Tengah Utara Pengolahan pakan ternak
34. Kab. Rote-Ndao Pengolahan pakan ternak
14 MALUT 35. Kab. Halmahera Timur Pengolahan pakan ternak
36. Kab. Kepulauan Sula Pengolahan pakan ternak
15 GORONTALO 37. Kab. Pohuwato Pengolahan pakan ternak
16 SULBAR 38. Kab. Mamuju Pengolahan pakan ternak
3) Lokasi Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 24Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3.4 Pengolahan kompos dan biogas
1) Penerima bantuan
Penerima bantuan peralatan pengolahan kompos dan biogas diidenti
fikasi
oleh Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan dengan memperhatikan
hal-
hal sebagai berikut :
a. Kelompok Peternak/Gabungan Kelompok Peternak yang direkome
ndasi
oleh dinas yang berwenang setempat dan belum memiliki pera
latan
pengolahan kompos dan biogas , atau untuk melengkapi/
mendukung
peralatan pengolahan kompos dan biogas yang ada;
b. Kelompok yang benar – benar berminat terhadap kegiatan pengol
ahan
kompos dan biogas dan bertanggung jawab terhadap alat bantuan
yang
diberikan;
c. Kelompok yang memiliki kelembagaan/organisasi dibidang pengol
ahan
dan pemasaran dan lebih diutamakan kepada yang telah
ada
pengawalan.
d. Bersedia dan menjamin bahwa peralatan tersebut akan
dioperasionalkan
yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermaterai Rp. 6000,00
(enam
ribu rupiah).
2) Persyaratan Teknis
a. Peralatan pengolahan kompos dan biogas terbuat dari bahan yang
kuat,
tidak berkarat, dan mudah dibersihkan;
b. Permukaan yang kontak langsung dengan pengolahan kompos
dan
biogas harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digunakan
atau
sesuai dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai
untuk
peralatan yang bersangkutan;
c. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prose
snya
sehingga memudahkan bekerja dan pembersihannya;
d. Semua peralatan harus berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan
bersih.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 25
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3) Lokasi Pengembangan Pengolahan Kompos dan Biogas
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA KEGIATAN
1 NAD 1 Kab. Aceh Jaya Pengembangan pengolahan komposdan biogas
2 RIAU 2 Kab. Pelalawan Pengembangan pengolahan komposdan biogas
3 Kab. Siak Pengembangan pengolahan komposdan biogas
4 Kota Pekanbaru Pengembangan pengolahan komposdan biogas
3 JAMBI 5 Kab. Batanghari Pengembangan pengolahan komposdan biogas
6 Kab. Merangin Pengembangan pengolahan komposdan biogas
7 Kab. Sarolangun Pengembangan pengolahan komposdan biogas
8 Kab. Tanjung JabungBarat
Pengembangan pengolahan komposdan biogas
9 Kab. Tebo Pengembangan pengolahan komposdan biogas
4 SUMSEL 10 Kab. Lahat Pengembangan pengolahan komposdan biogas
5 BENGKULU 11 Kota Bengkulu Pengembangan pengolahan komposdan biogas
12 Kab. Muko-muko Pengembangan pengolahan komposdan biogas
6 JATENG 13 Kab. Rembang Pengembangan pengolahan komposdan biogas
14 Kab. Sragen Pengembangan pengolahan komposdan biogas
15 Kab. Wonosobo Pengembangan pengolahan komposdan biogas
7 JATIM 16 Kab. Sampang Pengembangan pengolahan komposdan biogas
8 KALBAR 17 Kab. Melawi Pengembangan pengolahan komposdan biogas
9 KALTENG 18 Kota Palangka Raya Pengembangan pengolahan komposdan biogas
10 KALSEL 19 Kab. Barito Kuala Pengembangan pengolahan komposdan biogas
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 26
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
11 KALTIM 20 Kab. Bulungan Pengembangan pengolahan komposdan biogas
21 Kab. Kutai Timur Pengembangan pengolahan komposdan biogas
22 Kab. Kutai Kertanegera Pengembangan pengolahan komposdan biogas
23 Kab. Tana Tidung Pengembangan pengolahan komposdan biogas
12 SULUT 24 Kab. Minahasa Pengembangan pengolahan komposdan biogas
25 Kab. Minahasa Utara Pengembangan pengolahan komposdan biogas
13 SULTENG 26 Kab. Donggala Pengembangan pengolahan komposdan biogas
27 Kab. Parigi Moutong Pengembangan pengolahan komposdan biogas
14 SULSEL 28 Kab. Bulukumba Pengembangan pengolahan komposdan biogas
29 Kab. Maros Pengembangan pengolahan komposdan biogas
30 Kab. Pangkep Pengembangan pengolahan komposdan biogas
31 Kab. Selayar Pengembangan pengolahan komposdan biogas
32 Kab. Tana Toraja Pengembangan pengolahan komposdan biogas
33 Kota Palopo Pengembangan pengolahan komposdan biogas
15 BALI 34 Kab. Tabanan Pengembangan pengolahan komposdan biogas
16 NTB 35 Kab. Lombok Barat Pengembangan pengolahan komposdan biogas
17 BANTEN 36 Kab. Pandeglang Pengembangan pengolahan komposdan biogas
18 BABEL 37 Kab. Belitung Timur Pengembangan pengolahan komposdan biogas
19 KEPRI 38 Kab. Bintan Pengembangan pengolahan komposdan biogas
39 Kota Tanjung Pinang Pengembangan pengolahan komposdan biogas
20 PAPUA BARAT 40 Kab. Manokwari Pengembangan pengolahan komposdan biogas
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 27Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
IV. PEMBINAAN DAN PENGAWALAN
Pengawalan dan pembinaan pemanfaatan alat dan mesin pengolahan hasil
peternakan, pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas dilakukan s
ecara
berkelanjutan sehingga Poktan/Gapoktan/koperasi mampu menggunakan alat
dan
mesin pengolahan hasil peternakan tersebut dengan baik. Pengawalan
dan
pembinaan pemanfaatan alat dan mesin pengolahan hasil peternakan, p
akan
ternak dan pengolahan kompos dan biogas tersebut perlu didukung
dana
pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBN dan APBD. Pengawalan
dan
pembinaan pemanfaatan alat dan mesin pengolahan hasil peternakan, p
akan
ternak dan pengolahan kompos dan biogas perlu dilakukan, baik oleh
Pusat
maupun Dinas Propinsi dan Kabupaten. Peran Dinas yang menangani petern
akan
di Propinsi dan Kabupaten/Kota sangat menentukan keberhasilan kegiatan
yang
bersangkutan. Apabila diperlukan, maka pengawalan dan pembinaan dima
ksud
dapat melibatkan perguruan tinggi atau lembaga terkait lainnya.
Dalam kegiatan pengawalan dan pembinaan pemanfaatan alat dan
mesin
pengolahan hasil peternakan, pakan ternak serta pengolahan kompos dan
biogas,
masing-masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut :
4.1 Tingkat Pusat
a. Menyusun pedoman teknis untuk mengarahkan kegiatan-
kegiatan
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan
b. Menggalang kerjasama kemitraan dengan propinsi
dan
kabupaten/kota dalam melaksanakan advokasi,
pengendalian,
pemantauan dan evaluasi.
c. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pembinaan pemanf
aatan
alat dan mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak
dan
pengolahan kompos dan biogas .
4.2 Tingkat Propinsi
a. Menyusun Juklak Pengadaan Alat dan mesin pengolahan
susu,
daging, pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas di l
okasi
yang mengacu pada Pedoman Teknis Pusat.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 28Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
b. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi lintas sektoral di ti
ngkat
propinsi dalam rangka pengadaan alat mesin pengolahan susu,
daging, pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas di lokasi.
c. Membantu melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis
dan
manajemen alat dan mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak
dan pengolahan kompos dan biogas .d. Melakukan pemantauan dan pengendalian serta menyamp
aikan
laporan kemajuan (progress report) secara berkala ke Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian.
4.3 Tingkat Kabupaten/Kotaa. Menyusun Petunjuk Teknis (JUKNIS) dengan mengacu ke
pada
Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) disesuaikan
dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial budaya setempat (spesifik
lokasi).
b. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon Poktan/Gapoktan/koperasi
penerima alat dan mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak dan
pengolahan kompos dan biogas .c. Melakukan pembinaan, pelatihan, bimbingan teknis dan manaje
men
penggunaan alat dan mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak
dan pengolahan kompos dan biogas di daerahnya.d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasie. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan, pengendalian
dan
evaluasi kepada Dinas Peternakan Propinsi dan
Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian.
4.4 Pengorganisasian Alat dan Mesin Pengolahan Secara Bisnis
Dalam pelaksanaan usaha jasa alat dan mesin pengolahan kepada
kelompok peternak dan Gapoktan/koperasi di suatu wilayah/daerah perlu
dilakukan penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang baik dan
benar. Setiap Poktan/Gapoktan berupaya untuk mencapai kapasitas kerja
alat dan mesin yang optimal dengan cara bekerjasama/bermitra dengan
kelompok peternak, dealer/perusahaan alat dan mesin pengolahan susu,
daging, pakan ternak , pengolahan kompos dan biogas dan lembaga
keuangan/perbankan, industri dan pasar di daerah.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 29Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
V. KOORDINASI, MONITORING, DAN EVALUASI
5.1 Koordinasi
Koordinasi dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi, membangun
komitmen, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan
kegiatan
pengembangan agroindustri peternakan. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
memantapkan kesiapan Dinas yang menangani peternakan
di
Kabupaten/Kota penerima bantuan alat mesin pengolahan susu, daging,
pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas , sehingga distribusi alat
mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak dan pengolahan kompos dan
biogas ke Poktan/Gapoktan/koperasi di Kabupaten dapat berjalan lancar
dan berdaya guna.
5.2 Monitoring
Pengadaan alat mesin pengolahan hasil peternakan, pakan ternakdan
pengolahan kompos dan biogas serta sarana pendukungnya yang
telah
terdistribusi di Kabupaten perlu dimonitor. Monitoring ini dilakukan se
bagai
berikut :
1. Sejauhmana proses pengadaan dan serah terima barang dari
Dinas
Peternakan Kabupaten ke Poktan/Gapoktan/koperasi telah berjalan
dengan baik dan sesuai ketentuan yang berlaku.2. Pemanfaatan alat mesin pengolahan susu, daging, pakan ternak
dan
pengolahan kompos dan biogas oleh Poktan/Gapoktan/koperasi.3. Kendala yang dihadapi Poktan/Gapoktan/koperasi dalam pemanf
aatan
alat mesin dan dalam menjalani usahanya.
5.3 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan kegiatan
usaha pengolahan yang dilakukan oleh Poktan/Gapoktan/koperasi. Kegiatan
evaluasi ini juga sekaligus untuk mengetahui kendala yang dihadapi
Poktan/Gapoktan penerima bantuan alat mesin pengolahan susu, daging,
pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas sehingga pemanfaatan
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 30Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
dapat lebih terarah dan bermanfaat bagi peternak di daerah. Evaluasi
yang
dilakukan mencakup :1. Perkembangan usaha dan pemanfaatan alat dan mesin pengolahan
susu, daging, pakan ternak dan pengolahan kompos dan biogas , serta
permasalahan yang dihadapi.2. Perkembangan kelembagaan dan manajemen usaha Poktan/Gapoktan
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 31Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
VI. PELAPORAN
Pelaporan hasil kegiatan kegiatan pengembangan
agroindustri
perkebunan merupakan salah satu bentuk media penyampaian informasi terh
adap
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan sampai
akhir
pelaksanaan. Melalui laporan yang baik akan dilihat perkembangan pelaksa
naan,
hasil pelaksanaan dan tingkat keberhasilannya.
Secara umum monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu
pada
Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil
Pertanian tahun 2012. Namun untuk kegiatan Pengembangan Agroindustri s
ecara
teknis harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemas
aran
Hasil Pertanian c.q Direktur Pengolahan Hasil Pertanian.
Perkembangan
pelaksanaan kegiatan APBN-TP T.A 2012 yang perlu dilaporkan secara ber
kala
mencakup :
1. Perkembangan kemajuan pelaksanaan kegiatan dana TP di tingkat Gapo
ktan,
meliputi aktivitas kegiatan (pembentukan tim teknis, penentuan C
P/CL,
penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK), penyediaan sarana
dan
peralatan, bimbingan pelatihan dan pengawalan, serta operasional
isasi
bantuan sarana)
2. Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Perkembangan kelembagaan Gapoktan
4. Laporan tahunan.
Laporan perkembangan kegiatan tugas pembantuan (TP) dan
dana
dekonsentrasi tahun anggaran 2012 wajib dilakukan secara berkala per tri
wulan
selama tahun anggaran 2012 dan dilaporkan pada bulan MARET, J
UNI,
SEPTEMBER dan NOVEMBER dan dikonfirmasikan melalui
email :
[email protected] atau via fax (021) 78842569.
Keterangan :
1. Untuk tahapan kegiatan yang telah dilakukan contohnya Penetapan
CP/CL,
Penetapan SK Tim Teknis, Proses Lelang, dsb
2. Mohon di dalam laporan turut serta dilampirkan copy RUK yang telah
disetujui.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 32Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
VII. PENUTUP
Kelembagaan kelompok peternak/Gapoktan/koperasi penerima bantuan alat
mesin pengolahan hasil peternakan, pakan ternak dan pengolahan kompos
dan
biogas yang telah ada agar terus dikembangkan menjadi Gapoktan/
koperasi
profesional serta mampu memberikan andil dalam mengembangkan lem
baga
ekonomi dipedesaan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan
serta
kesejahteraan peternak.
Pedoman teknis ini merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan
APBN-
TP 2012 di Propinsi, Kabupaten/Kota. Keberhasilan kegiatan ini sangat
tergantung
kepada komitmen semua pihak (stake holder) yang terkait baik di tingkat
pusat
maupun daerah. Untuk meningkatkan efektivitas pengadaan alat dan
mesin
pengolahan hasil peternakan, pakan ternak dan pengolahan kompos dan bi
ogas
perlu dibuat JUKLAK di tingkat propinsi dan JUKNIS di tingkat kabupaten
yang
mengacu pada pedoman teknis ini.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 33Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran :
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 34Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 1: Surat Perjanjian Pendayagunaan Alat dan Mesin Pengolaha
n
Hasil Peternakan
SURAT PERJANJIAN
PENDAYAGUNAAN ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN
Pada hari ini ……………., tanggal ………, bulan ........
…………
tahun………….., yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nama : …………………………………….….
Jabatan : Kepala Dinas Peternakan Propinsi atau Kabupaten/ Kota
Alamat : …………………………………….….
…………………………………….….
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama : …………………………………….….
Jabatan : Ketua GAPOKTAN
....................................... ……….….
Alamat : …………………………………….….
…………………………………….….
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian pendayagunaan
alat dan mesin pengolahan hasil peternakan melalui dana tugas pembantuan
Dinas
Peternakan kabupaten/kota dari APBN-TP Direktorat Jenderal Pengolahan
dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian dengan ketentuan se
bagai
berikut :
I. Alat dan mesin pengolahan hasil peternakan yang didayagunakan
adalah :
1. a. Nama alat dan mesin : …………………………….….
b. Merk : ...………………………….….
c. Spesifikasi teknis : (Terlampir)
d. Jumlah : ………………unit
e. Kondisi alat dan mesin : Baik dan siap operasional
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 35Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. a. Nama alat dan mesin : ………………………….….
b. Merk : ...………………………….….
c. Spesifikasi teknis : (Terlampir)d. Jumlah : ………………unit
e. Kondisi alat dan mesin : Baik dan siap operasional3. a. Nama alat dan mesin : ……………………………
b. Merk : ...………………………….….
c. Spesifikasi teknis : (Terlampir)d. Jumlah : ………………unit
e. Kondisi alat dan mesin : Baik dan siap operasional(Jenisnya disesuaikan dengan alat mesin yang diberikan pada
Gapoktan).
II. Pihak Pertama berkewajiban :a. Melakukan pendampingan, bimbingan teknis dan
manajemen,
pembinaan, monitoring dan supervisi kepada Pihak Kedua.b. Memfasilitasi Pihak Kedua berhubungan dengan
lembaga
keuangan/bank, bengkel/ pengrajin, dealer atau penyedia alat dan
mesin pengolahan (pabrikan).
III. Pihak Kedua akan mendayagunakan dan mengembangkan alat dan mesin
pengolahan hasil peternakan tersebut dengan cara :a. Mengelola alat dan mesin pengolahan hasil peternakan ter
sebut
secara bisnis yang menguntungkan, mandiri dan professional.b. Mengadministrasikan/mencatat semua kegiatan usaha alat dan
mesin
pengolahan hasil peternakan tersebut termasuk
administrasi
keuangannya.
c. Menyiapkan dan menyampaikan laporan setiap 3 (tiga) bulan sekali
mengenai pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada
Pihak Pertama (Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota).c. Menyiapkan modal kerja (biaya operasional) untuk kegiatan u
saha
alat dan mesin pengolahan hasil peternakan tersebut.
IV. Apabila Pihak Kedua tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan, maka Alat dan Mesin Pengolahan
Hasil
Peternakan tersebut akan ditarik oleh Pihak Pertama dan akan
diberikan ke
Gapoktan lain tetapi Pihak Kedua tidak akan menuntut ganti rugi dan
tetap
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang belum dilaksanakan
sebelumnya.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 36Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 5 (lima) tahun atau selama
umur
ekonomis alat dan mesin pengolahan hasil peternakan sejak ditandatangani,
dan
dibuat rangkap 5 (lima) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum
yang
sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup.
Demikian Perjanjian pendayagunaan alat dan mesin pengolahan hasil
peternakan ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
PIHAK KEDUA
Ketua GAPOKTAN
…………………………………..
( ……………………………)
PIHAK PERTAMA
Kepala Dinas Peternakan
Kabupaten/Kota
( …………………………… )
Mengetahui
Kepala Dinas Peternakan Propinsi
( ……………………………….. )
NIP. ………………………
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 37NO NAMA ALAT FUNGSI GAMBAR1. Penggiling Daging Menggiling,
menghaluskan danmencampur bahanpembuatan baksohingga alkalis
2. Pembuat BaksoLokal
Menggiling,menghaluskan danmencampur bahanpembuatan baksohingga alkalis secaraterbuka
3. Mesin PembuatBakso
Menggiling,menghaluskan danmencampur bahanpembuatan baksohingga alkalis secaratertutup
4. Vacum Packing Mengemas danmengkondisikanhampa udara padakemasan plastik
5. Pencetak bakso Mencetak bakso
6. Filling Sosis Mencetak sosiskedalam casing
7. Pencetak Nugget atauHumberger
Mencetak nugget danburger
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 2: Persyaratan Alat dan Mesin Pengolahan Hasil Peternakan
PERALATAN PENGOLAHAN DAGING
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 387. Oven Pengasap
DagingMengasapkan dagingayam atau daging sapidan lainnya
8. a. Pisau serbaguna Memotong ,membelah,mencincang, mengiris,mengupas, meraut,memotong unggas
b. Pisau penyayatdaging
Menyat daging
c. Pisau koki Mengukir bagian yangpaling sulit
d. Pisau Pembelah Membelah karkas dantulang belakang
e. Pisau pengiris ham Mengiris tipis ham
f. Pisau pengeluartulang
Mengeluarkan tulang
g. Gergaji Mmotong daging beku
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 39
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN PAKAN TERNAK SKALA KECIL
No Jenis Peralatan Spesifikasi Keterangan1.
2.
3.
4.
5.
Hammer mill
Disk mill
Mixer
Dryer/Oven
Ayakan Bahan
- Bahan : Mild Steel- Kapasitas : 300 kg/jam- Motor penggerak : diesel 15PK- Kelengkapan : hopperpemasukan bahan baku
- Bahan : Mild Steel- Kapasitas : 300 kg/jam- Motor penggerak : diesel 15 PK- Kelengkapan : hopperpemasukan bahan baku
- Bahan : Plat Mild Steel- Kapasitas : 300 kg/1x adukan- Motor penggerak : diesel 10 PK- Tipe double helix ribbon (tipehorizontal mixer)- Kelengkapan :bagging outletuntuk pengeluaran bahan jadi kedalam kantong/ karung
- Bahan : Mild Steel- Kapasitas : 300 – 500 kg- Motor penggerak : diesel 8 PK- Tipe : box dryer- Kelengkapan : heater burner,heater exchanger, blower
- Bahan : Mild Steel- Kapasitas : 2 – 3 ton/hari- Motor penggerak : diesel 8 PK- Tipe : ayakan goyang
untuk menghancurkan/menggiling bahan pakan biji –bijian.
untuk mengecilkan ukuranbahan sehalus mungkin.
untuk mencampur pakanruminansia maupun nonruminansia.
Untuk mengeringkan pakanjadi yang telah diproduksidalam bentuk pellet ataulainnya.
untuk memisahkan bahanbaku pakan yang masih kasarsekaligus menyaring jikaterdapat benda asing yangtercampur dengan bahanpakan.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 40Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
6. Peletizer - Bahan : Mild Steel- Kapasitas : 200 – 400 kg/jam
untuk membuat/ mencetakpakan dalam bentuk pillet.
- Motor penggerak : diesel 15 PK- Tipe : screw press- Kelengkapan : hopperpemasukan bahan baku danpengukus pellet
7 Steam Pellet Diameter tabung 64 x 120 cm Bahan Stainless steal tebal 3mm
untuk memunculkan aromatepung ikan yang terkandungdalam ransum
Pipa api Ø 1” Pemanas bahan padat dan gasassesoris Thermometer Pressure gauge Savety valve
8 Chopper Kapasitas 200-500 kg/jam Diameter tabung 46x70 cm Dimensi mesin 170x56x110 cm Rangka besi UNP Bahan plat Mild steal
untuk memotong/merajanghijauan pakan yangdikonsumsi oleh ternakruminansia
Pisau menggunakan baja sepuh Penggerak diesel 7 HP
9 Crumble Kapasitas 200-500 kg/jam Diameter tabung46x70 cm
berfungsi memecah pelletmenjadi 3 bagian
Dimensi mesin 170x56x110 cm Rangka besi UNP Bahan plat Mild steal Pisau menggunakan baja sepuh Penggerak diesel 7 HP
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 41Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 3: Panduan Pengoperasian Unit Pengolah Susu Pasteurisasi
A. UNIT PENGOLAH SUSU PASTEURISASI SKALA MENENGAH
Dalam upaya meningkatkan daya simpan dan mencegah perubahan cita rasa dannilai nutrisi susu, maka dilakukan proses pasteurisasi, yaitu perlakuan panas pada suhudibawah 100
0C agar semua bakteri pembawa penyakit/pathogene terbunuh. Oleh
karenasebagian mikroba non pathogen masih ada dalam susu dan enzyme hanya dalam kondisiinactive, maka daya simpan susu pasteurisasi juga sangat terbatas. Dalam kondisi prosespasteurisasi yang baik dan kondisi penyimpanan dibawah 5
0C, daya simpan
susupasteurisasi dapat bertahan antara 5 – 20 hari.
Dikenal beberapa metoda pasteurisasi yaitu Low Temperature Long Time (LTLT)yaitu proses pasteurisasi pada suhu sekitar 62 - 65
0C selama 30 menit dan type
HighTemperature Short Time (HTST) dimana perlakuan panasnya pada suhu 71
0C atau
lebihselama 15 detik.
Perlu diperhatikan disini adalah waktu yang dipakai pasteurisasi adalah waktuyang dihitung sejak suhu yang ditetapkan (misalnya 65
0C ) telah tercapai.
Dengan metoda LTLT/Batch ini susu dimasukan kedalam tangki yang mempunyaifasilitas pemanasan dan pendinginan tidak langsung (Batch Pasteurizer), kemudiandipanaskan sampai suhu mencapai 62 - 65
0C dan dipertahankan (holding) pada
suhupasteurisasi ini selama 30 menit. (atau dipanaskan sampai suhu 68
0C selama 20
menit).Selanjutnya secepatnya dilakukan pendinginan hingga suhu susu sekitar 4 - 7
0C,
yaituuntuk mencegah pertumbuhan bakteri yang tahan suhu pasteurisasi (Proses pasteurisasimasih menyisakan sekitar 10
4 – 10
5 mikrooragisme non pathogen / ml).
Dengan demikian pada metode Batch-Holding Proses ini seluruh o
perasipemanasan, holding dan pendinginan dilakukan pada unit yang sama yaitu dalam BatchPasteurizer.
1. VISUALISASI ALSIN PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
Salah satu bentuk alsin unit pengolahan susu pasteurisasi kapasitas 300 liter/cycleyang telah terpasang di berbagai Gapoktan/KUD di Jawa dan Sumatera, dapatdigambarkan sebagai foto sbb:
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 42Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Unit pengolahan susu pasteurisasi yang tergambar pada visualisasi tersebutdiatas pada dasarnya mencakup pengadaan mesin dan peralatan pengolahan susupasteurisasi lengkap yang terdiri atas :
Tangki Penuang; Batch Pasteurizer 300 Lt ; Homogenizer; Tubular Cooler/
Chiller ;Storage Jacket Tank300 Lt; Automatic Cup Filler & Sealer , Cold Room/Show
casedan Milk Box Plastik, beserta utilitas pendukungnya berupa Hot water system;
UnitAir Es/Ice bank dan interkoneksi pipa sanitary-nya
2. URAIAN RINGKAS FUNGSI MESIN PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
Selanjutnya akan diuraikan terlebih dahulu mengenai pemahaman
mesin danperalatan pengolahan susu pasteurisasi, terutama uraian kegunaan atau fungsi masing-masing mesin dan dilanjutkan uraian mengenai proses pengolahan susu pasteurisasilengkap dengan bagan alir/Flowchart pengolahannya.
BATCH PASTEURIZERDikenal dua metoda/Alsin yang lazim digunakan pada proses pasteurisasi
susuyaitu LTLT (Low Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature Short
Time).Metode LTLT pada dasarnya dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu
63-65º C dan dipertahankan pada suhu tersebut selama 30 menit. Alat yang
digunakanuntuk LTLT berupa tangki terbuka (open vat) dengan pemanas tidak langsung
ataulebih dikenal dengan Batch Pasteurizer.
HOMOGENIZERLemak susu (dengan kadar sekitar 3%) di dalam air susu berbentuk butiran-
butiran(globula lemak) yang lebih ringan daripada air susu, sehingga bila bergabung
akannaik ke atas, sehingga terjadi pemisahan lemak (karena BJ< dari 1). Agar
tidakterjadi/mengurangi pemisahan tersebut perlu dilakukan pemecahan globula
lemaksehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan tersebar merata/ homogen.
Prosesnyadisebut homogenisasi dan alatnya disebut ”Homogenizer”
TUBULAR COOLER/CHILLERSusu segar yang telah dipasteurisasi dalam Batch Pasteurizer pada s
uhupasteurisasi (diatas 65 - 80
0 C) dan telah dihomogenisasi, harus segera
didinginkan.Proses pendinginan biasanya dilakukan secara bertahap yaitu pendinginan
dengan
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 43Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
air biasa (cooling) dan dilanjutkan pendinginan dengan air es (Chilling) sehi
nggasuhu aikhir susu, 4-8 ºC . Alat untuk mendinginkan susu ini disebut
”UnitCooler/Chiller”
STORAGE JACKET TANKSuhu Susu pasteurisasi harus selalu dalam kondisi dingin, oleh karena itu p
erludisimpan dalam tangki yang mampu menjaga suhu susu tetap dingin , unt
uk itudiperlukan tangki penyimpan susu pasteurisasi khusus berdinding rangkap
yangdapat dialiri sirkulasi air es diantara dindingnya (Jacket) dan diberi lapisan ins
ulasiuntuk mencegah kehilangan energi air es , yaitu berupa ” Storage Jacket Tank”
AUTOMATIC CUP FILLER & SEALERSusu yang telah dipasteurisasi perlu dikemas dalam kondisi yang higienis a
gartidak terjadi kontaminasi bakteri ke dalam susu. Salah satu alat pengemas
susupasteurisasi ke dalam gelas plastik adalah ”Automatic cup filler & Sealer”
SHOW CASE/ COLD ROOMSusu yang telah dipasteurisasi dan dikemas dalam gelas plastik, harus disi
mpanpada suhu yang rendah (Cold chain/rantai dingin) sekitar 4 – 8o C, agar b
akteriyang masih ada (non pathogen) tidak berkembang. Untuk itu susu pasteu
risasiyang telah dikemas disimpan dalam almari pendingin yaitu ”Show case/
ColdRoom”
MILK BOX PLASTIKUntuk menjaga susu pasteurisasi tetap dingin selama distribusi/
pengiriman kekonsumen, maka wadah yang dipakai harus tertutup rapat dan berdinding
daribahan yang bukan penghantar panas serta mempunyai insulasi, agar suhu
dalambox tidak mudah meningkat. Untuk peralatan distribusi ini digunakan ”Milk
BoxPlastik”
TANGKI PENUANG
Fungsi dan kegunaan ”Tangki Penuang” pada dasarnya mempermudah
pemindahan susu dari milk can/ember susu ke Tangki Batch Pasteurisasi di Ruang
Proses. Semua bagian dari sistem pemindahan susu (tangki, pompa susu dan pipa
sanitary) harus bisa dilepas dan dicuci serta disanitasi UNIT AIR PANAS/ HOT WATER SYSTEM
Proses sanitasi/sterilisai peralatan pengolahan susu diperlukan energi panas, untuk
itu diperlukan unit penyedia air panas, yaitu ” HOT WATER SYSTEM”. Dimana air
dipanaskan dengan element pemanas listrik (heater) atau menggunakan kompor
gas. UNIT ICE BANK
Untuk mendinginkan susu hasil pasteurisasi dilakukan proses pendinginan dua
tahap yaitu pendinginan dengan air biasa/air sumur dan pendinginan dengan air
es. Unit untuk membuat air es ini disebut Ice bank yang terdiri dari bak air yang
didalamnya ada coil evaporator yang dihubungkan dengan condensing unit,
sehingga suhu air akan turun samapi sekitar 0 – 2 0 C. Dengan bantuan p
ompasirkluasi air es ini dialirkan ke unit Tubular cooler/chiller untuk mendinginkan
susu. SANITARY PRODUCT PIPING
Untuk menghubungkan antar unit prosesing susu mulai dari Batch Pasteurisasi ,
Homogenizer, Tubular Cooler/Chiller, Storage Tank dan Automatic Cup Filler,
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 44Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
digunakan pipa stainless steel, belokan dan sambunga pipa, valve stainless
khususuntuk makanan/Food grade yaitu disebut sanitary type pipe & fitting
3. PETUNJUK PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
Pasteurisasi susu adalah suatu proses pemanasan pada suhu di bawah 100 C dandalam jangka waktu tertentu yang dapat mematikan sebagian mikroba yang ada
dalamsusu, terutama untuk membunuh mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteriTB; Coli, dll.
a) PERSIAPAN PROSES1. Nyalakan Heater Air Panas 12 jam sebelum operasi (misalnya malam hari).
Atursuhu pada panel misalnya 85
0 C (Bila telah tercapai heater akan mati s
ecaraotomatis)
2. Hidupkan Unit Air Es (Ice Bank) 12 jam sebelum operasi3. Isi Tangki Pasteuriser dengan air panas dengan slang air panas dari unit Air
Panas.Tinggi air sekitar baling-baling/agitator
4. Lakukan sanitasi pasteuriser dengan menghidupkan agitator pasteuriser dan
sirkulasikan dengan pompa homogenizer selama +/- 10 menit5. Pindahkan pipa sirkulasi dari batch pasteuriser ke Heat Exchanger dan Ta
ngkiPenyimpan
6. Alirkan air panas dari tangki pasteurisasi ke tangki penyimpan, selanjutnya
pompakan ke Mesin Pengisi lalu buang ke lantai
b) PROSES PASTEURISASI1. Isi dinding rangkap tangki pasteurisasi dengan air panas dari unit Air panas2. Nyalakan heater listrik pada panel3. Masukan susu kedalam tangki pasteurisasi4. Atur suhu pasteurisasi yang dikehendaki pada control panel (misalnya 65
0 C)
5. Bila suhu pasteurisasi yang dikehendaki telah tercapai , maka heater akan mati
secara otomatis6. Biarkan suhu pasteurisasi selama 30 menit
c) PROSES PENDINGINAN AIR SUMUR (COOLING)1. Matikan heater air panas pada control panel dan buang air panas pada di
ndingrangkap
2. Buka Kran air sumur BAWAH dan biarkan kran air panas ATAS tetap terbuka (kran
air sumur atas tertutup)3. Nyalakan pompa air sumur dengan menghidupkan tombol panel4. Sisa Air panas pada jaket pasteuriser akan terdorong masuk ke tangki air5. Bila pipa keluar air atas sudah terasa hangat, Buang air ke lantai atau
sirkulasikanke Bak/Tower air sumur
6. Proses Cooling dengan air sumur dapat dilakukan dengan unit THE (Tubular
HeatExchanger),
7. Matikan pompa air sumur bila Pipa keluar air atas sudah terasa dingin
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 45Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
d) PROSES PENDINGINAN AIR ES (CHILLING)1. Pindahkan pipa sirkulasi susu ke unit Tubular Heat Exchanger (THE) de
nganmembuka butterfly valve ke THE dan menutup butterfly valve ke Batch
pasteuriser2. Nyalakan pompa sirkulasi air es dan amati pipa THE sudah mulai mengembun.3. Amati suhu susu hingga sekitar < 8 - 10
0 C
4. Alirkan susu ke Tangki Penyimpan (Storage Jacket Tank)5. Susu siap diisikan kedalam wadah gelas plastik (cup)
e) PROSES PENGISIAN DAN PENYIMPANAN1. Hidupkan Tombol Switch POWER2. Pasang gulungan lembaran plastic ditempatnya3. Atur Volume pengisian dan Pompa susu otomatis4. Atur tanggal produksi5. Atur suhu sealing misalnya antara 150 – 250
0 C
6. Biarkan pemanas heater selama bebrapa menit7. Lakukan sanitasi wadah susu (bowl) dengan air panas8. Lakukan uji pengisian dengan air9. Jalankan proses pengisian susu kedalam cup10. Masukan susu kemasan kedalam Cold Room/Show case untuk disimpan11. Susu siap didistribusikan dengan box plastik
f) PROSES PENCUCIAN dan SANITASI1. Setelah proses produksi selesai, cuci tangki penuang dan Batch pasteurizer
denganair dingin lalu cuci dengan air sabun hangat, selanjutnya bilas dengan air dingin
2. Isi tangki pasteuriser dengan air panas dari slang air panas. Tinggi air sekitar baling-
baling/agitator3. Lakukan sanitasi pasteuriser dengan menghidupkan agitator pasteuriser
dansirkulasikan dengan pompa homogeniser selama +/- 10 menit
4. Pindahkan Pipa sirkulasi produk ke Heat Exchanger (THE) dan Tangki Penyimpan.
5. Alirkan air panas dari Tangki Pasteurisasi ke Tangki Penyimpan . Selanjutnya
dialirkan ke Mesin Pengisi lalu buang ke lantai.6. Bersihkan mesin filler dengan lap7. JANGAN MENYIRAM MESIN FILLER hingga mengenai PANEL dan tutup M
OTORLISTRIK didalam kabinet bawah dengan plastik bila akan mencuci bagian dalam
filler
g) SANITASI RUANGAN/LINGKUNGAN KERJASanitasi ruangan dan lingkungan kerja sama pentingnya dengan sanitasi peral
atanproses. Tida ada gunanya apabila semua peralatan dalam kondisi bersih tetapi
ruangandan lingkungan kerja (termasuk petugas/karyawan) dalam kondisi kurang bersih.Secara garis besar kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan yang diinginkan, antara
lain:1. Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam kedaaan bersih baik bagian luar maupun
bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu, yaitu dicirikan
dengan:a) Tidak ada bau dari produk yang membusukb) Permukaan halus dan bersih, tidak belang-belang karena lidah air
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 46Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. Kebersihan karyawan/Personil yang tinggiSemua karyawan yang ikut menangani produk dari tahap awal produksi sa
mpaiakhir harus selalu bersih dan rapiha) Baju kerja diganti dengan yang bersih setiap harib) Rambut pendek, badan bersih dan sehatc) Selalu memakai perlengkapan kerja (sepatu boot karet, topi pet, dll)d) Mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya kebersihan
termasukmemelihara kebersihan tempat kerja
3. Lingkungan kerja yang bersiha) Tembok, lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbaub) Ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu masuk, di
manasepatu/boot karyawan harus nyebur (foot-bath)
c) Bila ruang proses kosong, lampu Ultra Violet (UV) harus dinyalakan terutama
malam harid) Harus dijaga tidak ada genangan air, baik di dalam maupun diluar ruang
proses,termasuk saluran pembuangan limbah.
e) Ruang penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih/di pel
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 47Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 48Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
B. UNIT PENGOLAH SUSU PASTEURISASI SKALA MICRO/KECIL
1. VISUALISASI ALSIN
Mesin dan peralatan pasteurisasi susu yang digunakan terdiri atas :a). Batch Pasteurizer
Sebagai alat untuk melakukan proses pasteurisasi susu, terdiri dari tangki
stainless steel rangkap tiga, dimana dinding/ruangan tengah dipakai untuk
pemanasan dan pendinginan susu. Sebagai media pemanas digunakan air
panas dan media pendingin susu pasteurisasi digunakan sirkulasi air sumur
dan air es. Kapasitas pasteurisasi sekitar 60 liter/cycleb). Homogenizer
Sebagai alat untuk melakukan pemecahan globula lemak susu menjadi
butiran yang lebih kecil dan merata.c).Cold Milk Filler/Dispenser
Unit ini digunakan untuk mengisi susu pasteurisasi kedalam gelas plastic.
Filler/Dispenser ini mempunyai compressor pendingin, sehingga menjaga suhu
susu tetap dingin < 10 0 C. Wadah susu/bowl terbuat dari bahan
transparent dannon toxic material
d). Semi Automatic Cup Sealer Unit ini digunakan untuk menutup kemasan gelas cup dengan
plastic seal, dengankecepatan penutupan sekitar 400 cup/jam
e).Show case / Display CoolerSusu pasteurisasi dalam kemasan harus selalu disimpan pada
suhu dingin. Untukitu digunakan Show case dengan kapasitas sekitar 200 liter dengan
sushu ruangan< 10
0 C.
f). Milk Box Plastik Agar suhu susu pasteurisasi dalam kemasan tetap dingin dala
m distribusi kekonsumen, digunakan box susu plastic dengan kapasitas sekitar 25
liter/box
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
g). Unit Air Es/Ice bank Sebagai alat untuk menghasilkan air es guna mendinginkan susu
setelah prosespasteurisasi susu dapat digunakan Unit ice bank kecil atau Chest
freezer untukmenghasilkan air/es balok
Disamping mesin-mesin tersebut diatas diperlukan pula peralatan-peralatan pembantu
sbb.:1. Submersible pump yang digunakan sebagai pompa sirkulasi air p
endingin2. Kompor gas, sebagai sumber pemanas untuk membuat air
panas di BatchPasteuriser dan mediua untuk sanitasi dan sterilisasi alsin proses
2. PETUNJUK PENGOLAHAN SUSU BATCH PASTEURIZER MICRO
1. Tahap Persiapana. Pastikan semua peralatan proses (batch Pasteurizer) tela
h tersambungsempurna, perhatikan semua sambungan pompa, valve telah
dikencangkanserta agitator telah terpasang
b. Operasikan unit air es (atau Chest freezer yang diisi air dalam kantong plastic) 12
jam sebelum produksic. Rebus air panas dalam panci sekitar 30 menit sebelum dipakai,
sehingga padatahap sanitasi telah tersedia air panas minimal shu 90
0 C
d. Isi dinding tengah batch pasteurizer dengan air sebanyak 10 – 20 liter dengan
menggunakan pompa sirkulasi submersible. Rebus air tersebut sekitar 30 – 45
menit sebelum dipakai, sehingga akan tersedia air panas sebagai media
pemanas susu.e. Operasikan Show case/Display cooler sekitar 12 jam sebelum
dipakai , sehinggasuhu rauangan show case telah dingin dan siap dipakai m
enyimpan susukemasan
2. Sanitasi PeralatanUntuk memproduksi bahan makanan yang memenuhi persyarat
an kesehatan,
diperlukan tahapan sanitasi peralatan yang digunakan untuk proses produksi.
Tujuan sanitasi pertalatan adalah untuk menghilNGKn mikrob (terutama bakteri)
yang berada di peralatan yang akan digunakan untuk proses, sehingga peralatan
yang telah disanitasi tidak akan menambah jumlah mikroba yang telah ada dalam
bahan makanan (susu segar)Kegiatan Sanitasi peralatan dilakukan sbb.:a. Isi tangki batch pasteurizer dengan air panas yang telah
disiapkan sebelumnya.Air dalam dinding tengah tangki juga telah terisi dan dipanask
an sebelumnyadengan kompor gas/element heater
b. Nyalakan motor agitator dengan kecepatan rendah , selama 10 – 20 menit. Suhu
air panas dalam tangki minimal 2 – 4 0 C diatas suhu pasteuri
sasi yang akandipakai
c. Sirkulasikan air panas melalui pompa homogenizer kembali ke batch pasteurizer
selama minimal 10 menit. Buang air panas kelantai dengan memutar pipa
sirkulasi kerah lantai.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3. Proses Produksi Susu Pasteurisasia. Tuangkan susu kedalam Batch Pasteurizer setelah lolos uji kualitas
(misalnya pH;Acidity; Alkohol test, dll), maksimum sebanyak 50 liter susu
(jangan terlalupenuh)
b. Jalankan motor agitator dan nayalakan kompos gas/element heater, amati suhu
susuc. Sirkulasikan susu melalui pompa homogenizer balik ke batch p
asteurizer, bilasuhu susu telah mencapai 55 – 60
0 C atur tekanan balik susu
dengan mengaturvalve homogenizer
d. Apabila akan memproduksi susu cita rasa (strawberry, coklat, dll) masukan
larutan gula (yang telah direbus sebelumnya, juga flavor dan pewarna makanan.
e. Selanjutnya perhatikan suhu susu, bila suhu pasteurisasi telah tercapai (misalnya
70 – 78 0 C), hitung waktu pasteurisasi (misalnya 30 menit).
Nyala api kompordikecilkan dan dijaga suhu pasteurisasi constant. Bila suhu terlalu
tinggi komporbisa dimatikan.
f. Selanjutnya apabila suhu dan waktu pasteurisasi susu telah tercapai, matikan
kompopr gas dan buang dalam dinding tengah dengan membuka kran air. Buang
air panas kelantai.g. Sambung pipa/slang air sumur dengan kran air dan hid
upkan pompasubmersible, sehingga terjadi sirkulasi air pendingin. Amati suhu
susu sehinggamencapai sekitar 30
0 C
h. Selang sirkulasi air sumur dilepas dan diganti dengan selang balik air es ke unit
air es/bak air es balok. Hidupkan pompa submersible dan sirkulasikan air es
sehingga suhu susu sekitar 10 0 C..
i. Kendorkan sambungan pipa susu Stainless steel diatas homogenizer dan putar
pipa susu kea rah unit milk Filler/Dispenser, kemudian kencangkan kembali
sambungan pipa susu.j. Pindahkan susu pasteurisasi dingin dari batch pasteurizer
ke cold milkdispenser/filler dan nyalakan compressor pendinginnya.
k. Proses pengisian susu kedalam gelas cup plastic dan penutupan gelas dengan
plastic seal dapat dimulail. Simpan susu pasteurisasi kemasan kedalam Show case/Display co
olerm. Susu pasteurisasi siap didistribusikan ke pasar/konsumen (bias
anya keesokanharinya.)
4. Pencucian Peralatana. Batch Pasteurizer dan peralatan terkait
o Bilas sisa susu terakhir dalam tangki pasteurizer dengan air buang ke lantai.
Lepaskan agitator dengan kunci (L)o Cuci tangki pasteurizer dengan larutan sabun hangat. Sirkul
asikan denganpompa homogenizer
o Setelah selesai masukkan sisa sabun ke wadah penyimpan.
o Bilas dengan air sampai bersih dari sisa larutan sabuno Bilas dengan air panaso Buka/kendorkan sambungan dan valve pada posisi terbuka,
sehingga tidakada genangan/sisa air dalam tanki dan pipa
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
b. Tangki Filler/Dispenser o Kosongkan tangki mesin filler. Tampung susu sisa untuk
keperluan re-proseshari berikutnya (simpan di cooler)
o Bilas dengan air sampai bersiho Cuci dengan larutan sabun dari sisa sabun pencucian
pasteurizero Bilas sampai tidak ada sisa larutan sabuno Mesi pengisi di lap dengan lap bersiho Buka/kendorkan valve pada posisi terbuka sehingga tidak
ada sisa air dalamtangki
5. Sanitasi Ruangan dan Lingkungan KerjaSanitasi ruangan dan lingkungan kerja sama pentingnya dengan
sanitasi peralatanproses. Tida ada gunanya apabila semua peralatan dalam kondis
i bersih tetapiruangan dan lingkungan kerja (termasuk petugas/karyawan) dalam
kondisi kurangbersih. Secara garis besar kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan
yang diinginkan ,antara lain :1. Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam kedaaan bersih baik bagian luar
maupun bagian dalam yang bersinggungan/kontak dengan susu, yaitu dicirikan
dengan :a) Tidak ada bau dari produk yang membusukb) Permukaan halus dan bersih, tidak belang-belang karena
lidah air2. Kebersihan karyawan/Personil yang tinggi
Semua karyawan yang ikut menangani produk dari tahap awal produksi sampai
akhir harus selalu bersih dan rapiha) Baju kerja diganti dengan yang bersih setiap harib) Rambut pendek, badan bersih dan sehat
c) Selalu memakai perlengkapan kerja (sepatu boot karet, topi pet, dll)
d) Mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya kebersihan termasuk
memelihara kebersihan tempat kerja3. Lingkungan kerja yang bersih
a) Tembok, lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbaub) Ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu
masuk, dimanasepatu/boot karyawan harus nyebur (foot-bath)
c) Bila ruang proses kosong, lampu Ultra Violet (UV) harus dinyalakan terutama
malam harid) Harus dijaga tidak ada genangan air, baik di dalam maupu
n diluar ruangproses, termasuk saluran pembuangan limbah.
e) Ruang penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih/di pel
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 53Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 4: Panduan Pengoperasian Auto, Cup Filling – Sealing
(GD Series)
1. Informasi TeknisMesin pengisi seri GD bekerja secara otomatis dalam mengerjak
an pengisian –penutupan – pemotongan dan mkencakup berbagai langkah proses
pengisian yaitumulai dari pemasukan cup kosong (dropping), pengsisan kedala
m cup (filling),sterilisasi plastik seal , penutupan (sealing), penanggalan (coding)
dan pemotongantutup.Mesin di desain sangat kompak dan memberikan kinerja penutupan
(sealing) yangsangat baik dengan tingkat otomatis yang tinggi serta pengatur
an suhu yangkonstan secara otomatis. Mesin ini juga mudah dioperasikan dan
mampu menjagaefisiensi produksi yang tinggi.Selain itu mesin ini mampu dijalankan dengan berbagai bahan
(material) filmkemasan , seperti Al/PE; PP; PE dan CPP.Mesin pengisi ini banyak digunakan untuk pengisian berbagai pr
oduk seperti :produk minuman ringan (beverage); susu olahan dan jelly yang
dikemas dalam gelasplastik. Gelas plastik yang ditutup dengan film plastik tidak
mengalami kebocorandann kemasukan udara.
2. Spesifikasi TeknisKapasitas produksi : 1800 cup/jamKapasitas pengisian : 50 - 360 mlSuhu sealing : 180 - 240
0 C
Kebutuhan Daya listrik Total : 2,5 kW ; 220 V 50 HzDimensi : 1900 x 650 x 1450 mmBerat : 350 kg
3. Prinsip KerjaMotor penggerak utama 1,5 kW , kopling; penurun kecepatan (r
etarder), rantaiconveyor (track chain) serta nampan pembawa cup (tray plate) akan
berjalan secarkontinyu setiap langkahnya. Selanjutnya alat penarik cup ( cup f
eeder/dropper)akan memasukan cup dalam nampan, mengisi dan melakukan pe
ncetakan pada
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
plastic film penutup dan alat lain akan melakukan penutupan (h
eat – sealing),pemotongan dan membawa cup dengan produk conveyor
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
4. Pengaturan/Pemasangan Roll filmLihat skema diagram pemasangan film seal sbb :
5. Cara Pengoperasian1. Sebelum menyalakan sumber listrik, buka dulu pintu bawah bo
dy dan periksasemua bagian mesin penggerak, rantai dan lain – lain dalam k
ondisi baik danberpelumas cukup.
2. Sambungkan kabel ground dan kabel power dicolokan ke stop kontak.
3. Putar saklar power/penggerak dan periksa semua bagian penggerak dan blok
pemanas bekerja dengan normal.4. Isi tangki pengisi dengan air panas yang bersih untuk mencuci
dan sterilisasi
tangki pengisi (filler bowl).5. Lakukan uji pengisian dan penutupan cup (sealing) setelah
suhu sealing diaturyang sesuai dengan material seal film yang digunakan.
6. Periksa hasil pengisian dan kerapatan penutupan seal. Bila telah sesuai volume
pengisian dan kualitas sealingnya, maka mesin siap digunakan untuk mengisi
dengan produk jadi.7. Nyalakan mata elektrik ”Automatic” dan pastikan mengenai
eyemark pada film,maka mesin akan mengatur secara otomatis apabila ada
pergeseran seal selamamesin bekerja.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
6. Cara Pengoperasian1. Sebelum menjalankan mesin pengisi, semua bagian yang
bergerak harus diberi
Keadaan/Trouble Cara MengatasiKualitas sealing rendah, bocor, kurangrapat
1. Cek material sealing film yangdigunakan
2. Atur ulang setting suhu sealing3. Bersihkan blok pemanas4. Cek element pemanas
Blok pemanas kurang tepat mengenaitutup dan cup
1. Atur baut blok di kedua sisi2. Cek apakah film terlalu tipis3. Cek apakah orentasi film terbalik apa
tidakRantai penggerak dan tatakan cup tidakberjalan normal
1. Cek aliran listrik normal atau tidak,lihat sekering putus atau tidak
2. Cek bagian penggerak ada yang rusakatau tidak
3. Cek bolt konektor antara tatakan danrentai
Potongan seal kurang baik 1. Cek pisau potong, tumpul atau tidakdang anti bila perlu
2. Cek film seal yang digunakan sudahtepat atau belum
Cup turun/jatuh tidak normal 1. Cek parts tatakan cup sudah tepat ataubelum
2. Cek bahan cup yang digunakan sudahsesuai atau belum
minyak pelumas. Tambahkan sedikit oli pada kopling, retarder, axle tree dan
bearing peluncur.2. Bersihkan tangki pengisi sebelum dioperasikan
untuk menjagakebersihan/sanitasi.
3. Bersihkan bagian – bagian yang dilalui film seal.
7. Cara Pengoperasian
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------
Pedoman TeknisPengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 5: Panduan Pengoperasian Unit Susu Fermentasi
Yoghurt dikenal sebagai susu asam dan sebagai minuman yang menyegarkan dengan rasadan aroma yang khas. Yoghurt ditemukan pertama kali tahun 1430 di Bulgaria. Yoghurt berasal darikata “Yourt “, kemudian menjadi “Yugurt” yang artinya “hidup yang panjang”.
Yoghurt adalah produk makanan yang diperoleh dari hasil fermentasi susu oleh bakteriasam laktat. Nilai gizi yoghurt lebih tinggi dari dari susu karena bakteri asam laktat mengurai gulasusu (laktosa) menjadi monosakarida seperti glukosa dan galaktosa yang mudah diserap oleh ususdan lebih lanjut glukosa akan diurai menjadi asam laktat.
Bakteri asam laktat pada fermentasi yoghurt juga mengurai protein susu menjadi proteinlebih sederhana yang juga mudah diserap usus. Yoghurt juga sangat baik untuk mereka yangmenderita “Lactose Intolerance” , yaitu mereka yang tidak mampu mencerna gula susu (lactose)sehingga penderita akan mengeksresikan asam lemak dan gas yang apabila terakumulasi di ususdapat menyebabkan kram perut dan diare akut.
Yoghurt plain/natural sangat baik untuk balita karena proteinnya yang mudah diserap ususdan fungsi bakteri yoghurt atau bakteri asam laktat sebagai agen probiotik . Probiotik bakteriyoghurt dapat memperkaya mikroba bermanfaat dalam sistem pencernaan baik bagi balitamaupun manula. Kandungan vitamin B yang tinggi juga ditengarai dapat memperhalus kulit wajah.Yoghurt juga sangat cocok sebagai suplemen makanan bagi mereka yang beraktifitas tinggi,mengingat unsur-unsur yoghurt yang tersedia langsung dan mudah diserap usus.
Bakteri asam laktat pada fermentasi yoghurt terutama terdiri dari Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophilus yang hidup bersimbiosis lebih baik pada proses fermentasiyoghurt daripada kultur murninya.
Bakteri dalam yoghurt dapat memproduksi aneka vitamin yang diperlukan tubuh,
yaituantara lain asam folat, asam nikotinat, asam pantotenat, biotin, vitamin B6 dan vitamin B 12.Kandungan mineral pada yoghurt khususnya kalsium, fosfor dan kalium juga meningkat. Sebaliknyakandungan lemak yoghurt menjadi lebih rendah dibandingkan susu segar.
Asam laktat pada yoghurt dapat merangsang gerakan peristaltic, selain dapat mengurangiatau membunuh bakteri pathogen karena bakteri asam laktat mampu memproduksi antibiotic yangdapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Selain itu L. bulgaricus dapat memproduksibulgarikan , suatu anti mikroba yang efektif menghambat organism pathogen pemicu diare.
1. VISUALISASI ALSIN SUSU FERMENTASI
Unit pengolahan susu fermentasi pada dasarnya mencakup pengadaan mesin dan
peralatan pengolahan susu feremntasi lengkap yang terdiri atas : Batch Pasteurizer ; Yoghurt Mixing tank ; Inkubator Yoghurt; Automatic Cup Fill
er &Sealer , Cold Room/Chest Freezer/Display Freezer dan Starter yoghurt. Visualisasi
alsinutamanya adalah sbb.:
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 58Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
Yoghurt adalah produk olahan susu yang berupa minuman yang dibuat dari susu sapi
dengan cara fermentasi oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus .
Bakateri ini adalah bakteri asam laktat yang mengubah laktosa susu menjadi asam laktat.
Keasaman dari susu yang difermentasi pada umumnya cukup untuk mencegah kerusakan susu
oleh bakteri proteolitik yang tidak tahan asam. Setelah mencapai keasaman dalam minuman
tersebut maka dilakukan proses pendinginanPrinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu menggunakan bakateri L
bulgaricusdan S thermophillus yang akan menguraikan laktosa menjadi asam laktat dan ber
bagaikomponen aroma dan citarasa, Yoghurt yang baik mempunyai total asam laktat sekitar
0,85 –1,5 % dan derajat keasaman (pH) sekitar 4,2 – 4,4.
Berdasarkan kadar lemaknya , yoghurt dapat dibedakan atas yoghurt berlemak
tinggi/high fat yoghurt (kadar lemak > 3 %) , berlemak rendah/low fat (1,5 %) dan bebas
lemak/free fat yoghurt (sekitar 0,1 %)Dikenal dua type yoghurt yaitu : Set yoghurt
Yoghurt yang dibuat dengan mengemas yoghurt segera setelah dilakukan inokulasi
starter dan selanjutnya diinkubasi dalam kemasan Stirred yoghurt
Yoghurt yang proses inokulasi dan inkubasinya dilakukan didalam tangki, kemudian
didinginkan dan baru diisikan kedalam kemasan
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 59Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
3. PROSES PRODUKSI YOGHURT
Didalam proses produksi susu fermentasi (termasuk yoghurt), kondisi terbaik untuk
pertumbuhan bakteri starter harus diciptakan . Dalam hal ini pemanasan susu (pasteurisasi)
harus dilakukan agar semua bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri starter
dapat dihilangkan. Selain itu suhu susu selama inkubasi harus dijaga pada suhu yang tepat
untuk pertumbuhan bakteri starter. Demikian pula apabila yoghurt telah mencapai rasa dan
aroma yang terbaik, maka proses inkubasi harus segera dihentikan secepatnya dengan
pendinginan agar proses fermentasinya juga berhenti.Susu segar yang akan digunakan sebagai bahan baku Yoghurt harus mempunyai
kualitasyang tinggi, mengandung jumlah bakteri yang rendah , bebas dari penicillin dan r
esiduantibiotika dan bahan kimia lainnya. Oleh karena itu susu segar yang akan digunakan
harusdiseleksi dengan teliti agar tidak terjadi kegagalan pertumbuhan bakteri yoghurt.
3.1. STARTER YOGHURTUntuk memproduksi yoghurt diperlukan starter yoghurt yang merupakan gabunga
n darikultur murni Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (dan strain
bakteriasam lactate lain). Di pasaran dikenal berbagai starter yoghurt ini baik dalam
bentuk cairmaupun bubuk. Starter ini disebut sebagai Starter Komersial, dimana sebelum
digunakanuntuk produksi dalam jumlah besar perlu dikembangbiakan melalui satu atau lebih
tahap,yaitu : Commercial culture Mother culture (Starter induk) Intermediate culture Bulk starter culturePetunjuk pembuatan Starter Induk Yoghurt dari berbagai macam sumber Starter
Komersialyang ada dipasaran , hingga menjadi starter antara dan starter produksi yoghurt
dapatdiperiksa pada Lampiran
3.2. PROSES PEMBUATAN YOGHURTProses pembuatan Yoghurt secara garis besar dapat digambarkan pada lam
pirandiagram alir terlampir
A. PERSIAPAN1. Isi dinding rangkap unit Batch Pasteurizer ex Lunar dengan air, baru
nyalakan
Electric water heater sekitar 1 - 2 jam sebelum operasi . Masukan air minimal
75 liter kedalam tangki batch pasteuriser. Atur suhu pada panel misalnya 85 -
900 C (Bila telah tercapai heater akan mati secara otomatis).
2. Lakukan sanitasi pasteuriser dengan menghidupkan agitator dan sirkulasikan
air panas.3. Isi jacket air pada unit Yoghurt Mixing Tank , baru nyalakan Electric
waterheater. Atur suhu pada panel sekitar 40 – 45
0 C
4. Alirkan air panas dari batch pasteuriser melalui pipa ke unit Yoghurt mixing
tank . Biarkan beberapa menit sambil nyalakan agitator, baru di buang ke
lantai. Atau dialirkan dulu ke tangki susu (bowl) mesin pengisi baru dibuang
B. PROSES PASTEURISASI1. Masukan susu kedalam tangki Batch pasteurisasi
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 60Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
2. Atur suhu pasteurisasi yang dikehendaki pada control panel (misalnya
80 0 C),
sambil diaduk dengan agitator (untuk pembuatan set yoghurt tambahkan
sekitar 3 % bubuk susu skim )3. Bila suhu pasteurisasi yang dikehendaki telah tercapai , maka heater akan
matisecara otomatis
4. Biarkan suhu pasteurisasi selama 30 menit5. Dinginkan susu dengan cepat dengan memindahkan susu dari
batchpasteurizer ke Yoghurt Mixing Tank dan sirkulasikan air pendingin
padadinding rangkap , hingga suhu susu turun sampai 40 - 45
0 C
C. PROSES INKUBASI1. Tuangkan Starter induk sebanyak 1 – 1,5 % v/v (yang sebelumnya
telahdihangatkan dalam Display Inkubator , kedalam Yoghurt Mixing Tank. S
elesaipenuangan matikan motor agitator dan proses inkubasi stirred yo
ghurtdimulai
2. Untuk pembuatan Set Yoghurt , maka susu fermentasi dapat langsung diisikan
kedalam kemasan dengan menggunakan mesin pengisi dan selanj
utnyadiinkubasikan didalam Lemari Inkubator pada suhu 40 – 45
0 C selama 4 –
6 jam(tergantung starter yoghurt yang digunakan). Atau sampai terbentuk
Yoghurtberupa massa padat lunak dari susu dengan cita rasa asam khas bakteri
asamlaktat.
3. Sedangkan untuk pembuatan Stirred Yoghurt , proses inkubasinya dilakukan
didalam Yoghurt mixing tank (agitator mati) dengan menjaga suhu tetap 40 –
45 0 C selama 4 – 6 jam, sehingga diperoleh yoghurt cair dengan rasa
asam khasasam laktat.
4. Penambahan cita rasa dapat dilakukan setelah proses inkubasi selesai
(misalnya penambahan syrup gula 7 – 10 %; flavor dan pewarna). Dalam proses
ini hidupkan kembali agitator untuk proses pencampuran.5. Yoghurt siap dikemas dalam gelas plastic dengan mesin pengisi auto
matis(Automatic cup filler & Sealer)
D. PROSES PENGISIAN DAN PENYIMPANAN1. Hidupkan Tombol Switch POWER2. Pasang gulungan lembaran plastic ditempatnya3. Atur Volume pengisian dan Pompa susu otomatis4. Atur tanggal produksi5. Atur suhu sealing misalnya antara 150 – 250
0 C
6. Biarkan pemanas heater selama beberapa menit7. Lakukan sanitasi wadah susu (bowl) dengan air panas8. Lakukan uji pengisian dengan air9. Jalankan proses pengisian yoghurt kedalam cup10. Masukan yoghurt kemasan kedalam Cold Room/Freezer untuk disimpan11. Yoghurt siap didistribusikan
E. PROSES PENCUCIAN dan SANITASI1. Setelah proses produksi selesai, cuci Batch pasteurizer dengan air
dingin lalucuci dengan air sabun hangat, selanjutnya bilas dengan air dingin
2. Isi tangki pasteuriser dengan air panas . Tinggi air sekitar baling-baling/agitator
3. Lakukan sanitasi pasteuriser dengan menghidupkan agitator pasteuriser dan
sirkulasikan dengan pompa selama +/- 10 menit
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 61Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
4. Alirkan air panas dari Tangki Pasteurisasi ke Tangki Yoghurt . Selanj
utnyadialirkan ke Mesin Pengisi lalu buang ke lantai.
5. Bersihkan mesin filler dengan lap6. JANGAN MENYIRAM MESIN FILLER hingga mengenai PANEL dan tutup
MOTORLISTRIK didalam kabinet bawah dengan plastik bila akan mencuci bagian
dalamfiller
F. SANITASI RUANGAN/LINGKUNGAN KERJASanitasi ruangan dan lingkungan kerja sama pentingnya dengan sanitasi
peralatanproses. Tidak ada gunanya apabila semua peralatan dalam kondisi bersih t
etapiruangan dan lingkungan kerja (termasuk petugas/karyawan) dalam kondisi
kurangbersih. Secara garis besar kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan yang
diinginkan ,antara lain :1. Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam kedaaan bersih baik bagian luar
maupun bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu, yaitu
dicirikan dengan :a) Tidak ada bau dari produk yang membusukb) Permukaan halus dan bersih, tidak belang-belang karena lidah air
2. Kebersihan karyawan/Personil yang tinggiSemua karyawan yang ikut menangani produk dari tahap awal pro
duksisampai akhir harus selalu bersih dan rapiha) Baju kerja diganti dengan yang bersih setiap harib) Rambut pendek, badan bersih dan sehatc) Selalu memakai perlengkapan kerja (sepatu boot karet, topi pet, dll
)d) Mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya kebersihan ter
masukmemelihara kebersihan tempat kerja
3. Lingkungan kerja yang bersiha) Tembok, lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbaub) Ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu masuk,
dimanasepatu/boot karyawan harus nyebur (foot-bath)
c) Bila ruang proses kosong, lampu Ultra Violet (UV) harus dinyalakan
terutama malam harid) Harus dijaga tidak ada genangan air, baik di dalam maupun diluar
ruangproses, termasuk saluran pembuangan limbah.
e) Ruang penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih/di pel
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 62Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
BAGAN ALIR PROSES PEMBUATAN
YOGHURT
SUSU SEGARTPC rendah, bebas residu
antibiotika
PASTEURISASI80 ⁰ C ; 30 MENIT
PENDINGINAN40⁰ -45⁰ C
INOKULASI40⁰ -45⁰ C
STARTERYOGHURT40⁰ -45⁰ C
PENGEMASAN(Set Yoghurt)40⁰ -45⁰ C
INKUBASI40⁰ -45⁰ C
SYRUP;FLAVOUR
(Syrup 7-10%)40⁰ -45⁰ C
PENGEMA
SAN(Set Yoghurt)40⁰ -45⁰ C
PENGEMASAN(Stirred Yoghurt)
40⁰ -45⁰ C
PENDINGINAN DANPENYIMPANAN
Refrigerator, Freezer
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 63Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
CARA PEMBUATAN BIBIT INDUK STARTER YOGHURT
1. SPESIFIKASI PRODUK Starter Yoghurt “Yogourmet” terbuat dari bahan : Susu bubuk skim; gula
sukrosa,asam askorbat, bakteri asam laktat (Lactobacillus bulgaricus;
Streptococcusthermophilus dan Lactobacillus acidophilus) yang dikeringkan menjadi bubuk
denganproses pengeringan beku (Freeze dried).
Apabila disimpan dalam refrigerator tahan selama 1 (satu) tahun Yogourmet dibuat oleh perusahaan LYO-SCAN INC, 500 Aeropac. CP 598 . La
chuteQuebec, CANADA
1 pak/Sachet beisi : 5 gram
2. CARA PEMBUATAN YOGHURT Gunakan Susu segar yang tidak mengandung residu antibiotik
A. PEMBUATAN STARTER INDUK (F 1) Pasteurisasi 1 liter susu segar hingga suhu sekitar 82
0 C
Dinginkan suhu susu hingga suhu mencapai 42 – 44 0 C
Ambil 1/2 gelas susu hangat diatas dan Larutkan 5 gram Starter yoghurt
“Yogourmet” serta diaduk hingga merata Tuangkan kembali larutan starter kedalam susu suhu 42 – 44
0 C
Inkubasikan pada suhu 37 – 420 C selama 4 – 4,5 jam atau sampai hasil yo
ghurtyang dikehendaki
Simpan yoghurt di refrigerator untuk menghentikan inkubasi
B. PEMBUATAN YOGHURT F2; F3, Dan YOGHURT KOMERSIAL 1 Liter Starter Induk (F 1) dapat digunakan untuk membuat 100 liter Yoghurt
F2 100 liter Yoghurt F2 dapat digunakan mebuat 10.000 Lt Yoghurt F3 Untuk Yoghurt Komersial bisa dihasilkan dari YOGHURT F 4 atau YOGHURT
F 5 Apabila produksi masih kecil sebaiknya Yoghurt Komersialnya F 3, karena St
arterinduk F 1 maupun F 2 bila dismpan terlalu lama , efektifitasnya menurun
Dari pengalaman 1 sachet Starter Yoghurt “Yogourmet” bisa digunakan untuk
membuat 10.000 liter yoghurt
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 64Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
CARA MEMBUAT BIBIT YOGHURT SERBUK MENJADI BIBIT CAIR“YOGHURT STARTER POWDER “
Alat:1. Botol Air Mineral kecil ukuran 330 ml yang masih baru dan tersegel2. Gelas plastic penakar air3. Toples ukuran 1,5 – 2 liter4. Sendok stainless steel atau boleh sendok plastic
Bahan:1. Bibit yoghurt serbuk 20 gram2. Susu cair UHT steril 1 liter
Cara kerja:1. Buka tutup botol air mineral (ukuran 330 ml), keluarkan 180 ml air terseb
ut ketempat lain, sekarang yang tersisa adalah 150 ml di dalam botol
2. Masukkan bibit serbuk seluruhnya, tutup kembali botolnya3. Kocok dengan hati-hati sampai seluruh bibit larut dalam air4. Biarkan selama 24 jam di suhu ruang, atau 8 jam dalam incubator 40⁰ C5. Setelah 8 atau 24 jam, bibit dalam botol tersebut biasanya masih cair dan
belummengental,. Itu normal. Pindahkan seluruh isi botol ke toples ukuran 1,5 – 2 lit
er.6. Masukkan seluruh isi botol ke dalam toples, tambahkan 1 liter susu UHT dan
adukrata. Tutup kembali toplesnya.
7. Biarkan di suhu ruang selama 12 jam, atau dalam incubator 40⁰ C selama 4-6 jam.
8. Setelah diinkubasi, kini anda telah memiliki 1,1 liter bibit cair yang dapat anda
gunakan untuk membuat 20 liter bibit yoghurt.
Untuk melakukan regenerasi tiap 1-2 hari sekali, cukup ambil 50 ml atau 5-6 sendok makanbibit dan campurkan dalam 1 liter susu UHT, lalu inkubasi selama 12 jam di suhu ruang,atau 4-6 jam dalam incubator 40⁰ C.
Regenerasi dapat berlangsung 15 hingga 20 kali. Anda dapat meregenerasi 50 ml bibitmenjadi 1 liter, atau 100 ml menjadi 2 liter, 300 ml menjadi 3 liter dalam satu kaliregenerasi, semua sesuai kebutuhan anda.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 65Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 6: Panduan Operasionalisasi Cold Milk Filer/Dispenser
1. Data Teknisa) Model : LP – 12 x 1b) Daya Refrigerasi : 220 W; 220 V ; 50 Hzc) Kapasitas Tangki/Container : 12 Lt/buahd) Suhu pendinginan : 7
0 C
2. Spesifikasi Produka) Tangki susu (barerel/bowl) terbuat dari bahan plastic non toxic (polycarbonate)
antipecah dan dengan ukuran yang akurat . Mudah dilepaskan dan mudah di cuci
b) Struktur pencampuran produk menggunakan cara perputran/pengadukan danmenjamin proses pendinginan produk berlangsung secara cepat
c) Penggunaan compressor pendingin dari merk terkenal dan teknik pendinginan yang
merata dan efisien
3. Pemasangan Mesin dan Penggunaana) Keluarkan mesin dari kardus dan letakkan diatas meja yang ratab) Sambungkan kabel tanah (kabel ground)c) Pasang tatakan air (No. 14) dibagian depan,d) Masukan batang pengaduk (No. 4) ketempatnyae) Tuangkan susu pasteuris kedalam tangki/bowlf) Sambungkan kabel power ke stop kontakg) Nyalakan tombol pendingin (No. 15), maka kipas angin (No. 12) dan compressor
pendingin (No. 13) akan bekerja.h) Kemudian pasang tutup tangki (No. 2) dan nyalakan tombol pengaduk (No. 16). M
akakipas pengaduk/agitator akan berputar secara normal.
(CATATAN : Pengisian tangki/bowl jangan melebihi ketinggian yang telah ditetapkandalam tangki, dimana setiap tangki telah diberi garis penanda isi tangki/bowl)
4. Pencucian Mesina) Matikan tombol pengaduk (No. 16) dan tombol Pendingin (No. 15) dan lepaskan
kabelpower serta buka tutup tangki
b) Buang/tamping semua sisa susu dari dalam tangki, simpan di cooler
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 66Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
c) Angkat dan lep[askan pengaduk (No. 4) , putar dan angkat kedepan secara pelan
tangkiplastic (No. 2) dan dijaga agar tangki tidak lepas dari mangkok pendingin SS (No.
5)d) Gunakan air hangat dan sabun lunak untuk mencuci tangki plastic/bowl (No. 2)e) Setelah pencucian, Lepaskan ring kedap air (Np. 10) dari mangkok pendingin SS
(No. 5)dan tempatkan di dasar tangki (No. 2).
f) Basahi permukaan mangkok pendingin (No. 5) dengan air dan pasang kembali tangki
plastic (No. 2) dalam mangkok pendingin SS (No. 5) secara kencang agar tidak terjadi
kebocoran.(CATATAN : Proses pencucian harus dilakukan secara berurutan , bila tidak akanmenyebabkan terjadinya kebocoran)
PERINGATANa) Jangan menghidupkan mesin bila tangki dalam keadaan kosong, karena
dapatberakibat pada kerusakan/fungsi mesin
b) Pada saat mesin berjalan pastikan ketinggian susu selalu diatas mangkok pendingin
(No. 5) . Bila tidak akan terjadi pembekuan, dalam hal ini segera matikan mesin dan
ketuk bunga es dari mangkok atau tunggu beberapa saat hingga bunga es mencairc) Mesin ini kurang baik digunakan di lapangan. Harus digunkan di lingkungan
tertutupdengan kisaran suhu antara 5 -38
0 C.
d) Mesin ini jangan dicuci dengan menyemprotkan air secara langsung.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 67Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 68Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 7: Panduan Operasionalisasi Semi – Automatic Cup Sealer
1. Data Teknisa) Model : FRG 2001 Bb) Daya Listrik : 400 W; 220 V ; 50 Hzc) Kecepatan sealing : 400 – 500 cup/jamd) Berat maximum : 32 kg
2. Spesifikasi Produka) Semi automatic Cup sealer FRG 2001 B tepat digunakan untuk kemasan yang
terbuatdari material nylon; PP; PE; PS; PVC; PSS dan OPS.Dengan mnggunakan s
ensorfotoelectric setiap kemasan dapat ditutup dengan lembaran plastic yang
mempunyaicetakan logo/merk diatasnya dengan tepat
b) Bahan pangan yang dikemas dapat bervariasi mulai dari the panas atau dingin, kopi,
susu, soft drinks, dll. Dan setiap kemasan yang telah di sealed hasilnya akan rapi, bersih
dan tidak bocorc) Semi Automatic Cup sealer FRG 2001 B dibuat dari bahan stainless steel, sehingga
akanawet dalam pemakaian dan mudah dibersihkan.
3. Petunjuk Pemasangan dan Penggantian Roll plastik
a) Lepaskan As tempat roll plastic . Pasang roll plastic baru , masukan flap biru dankencangkan
b) Tarik pelan-pelan film plastic searah jarum jam dan lilitkan melewati 4 batang AS (AS A
dan B diatas dan As C dan D dibawah.)c) Cek switch sensor fotoelektrik apakah dapat bekerja normal, agar posisi gambar/
logotepat di posisinya.
4. Pengaturan Ketepatan Pola Cetaka) Kendorkan As Roll film. Tarik pelan-pelan kertas film sehingga gambar pola cetak
tepatdiatas bukaan tataan cup. Atur gulungan kertas fil di As Roll, sehingga posisinya
tepat.Ganti Flap biru dan kencangkan.
b) Apabila pola cetak pada kemasan melenceng terlalu ke KIRI naikkan sensor fotoelektrik
KE ATAS dan sebaliknya bila terlalu KE KANAN turunkan sensor KE BAWAH.
5. Pengoperasian Mesina) Bersihkan semua material kemasan yang tidak perlu. Tempatkan mesin sealer di
tempat yang rata dan kokohb) Sambungka kabel power dan hidupkan tombol power
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 69Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
c) Tekan tombol pengatur suhu (SET TEMP) untuk memulai pemanasan. Tunggu
sampaisuhu pemanasan yang dikehendaki tercapai (misalnya 160 – 165
0 C) yaitu
ditandaidengan berkedipnya lampu HEAT
d) Tempatkan kemasan cup pada lubang tatakan dan mulai melakukan proses sealing,
yaitu dengan menarik handel/tongkat sealer . KEEP TEMP akan menyala bila proses
sealing telah selesai.
6. Mengatasi Masalah :a) Plastik seal berhenti berputar : - Lembar plastic seal keluar dari jangkauan sensor
fotoelektrik. Tarikm lembar plastic pelan-pelan dan atur cetakan eyemark hitam pada
jangkauan sensor fotoelektrikb) Pemotongan seal kurang baik : - Cek apakah mur pisau pemotong telah kencang
ataupisau potong telah tumpul. Ganti dengan pisau baru bila perlu
c) Penutup seal kurang rapi pemotongannya : - Kemungkinan waktu sealing kurang lama
atau suhu sealing terlalu rendah. Coba lepas handel pengungkit setelah lampu sealing
mati atau re-set pengaturan suhu sealing.
d) Lampu pengontrol suhu pada panel tidak bekerja : - Kemungkinan ada kerusakanpada thermostar. Ganti thermostat dengan yang baru.
e) Ada sengatan listrik ringan : - Pastikan tersambungnya kabel ground
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 70Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Lampiran 8. Beberapa Informasi yang Terkait dengan Proses PengolahanLimbah menjadi Biogas dan Kompos
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 71Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Inlab : Berupa bak/tangki penampungan kotoran ternak
yang dicampur air(perbandingan 1:1), sertadilengkapi dengan alat mixer untuk
mencampurkotoran dengan air secara baik dan merata.
Pipa Inlet : Untuk mengalirkan campuran kotoran ternak
dengan air ke tangki reaktor kedap udara.
Tangki Reaktor : Tempat penguraian kotoran ternak yang telah
dicampur dengan air. Penguraian melalui hampa
udara (anaerob) akan menghasilkan gas dan
tekanan dari gas yang dihasilkanakan
mendorong campuran kotoran ternak keluar
melalui manhole menuju ke outlet.
Pipa Saluran Penguras Air(Water Drain)
: Untuk pembuangan air sekaligus mengalirkan
uap air yang terkandung dalam gas. Saluran ini
ditempatkan pada titik terendah pipa gas.
Tempat Penampung Gas : Untuk menampung gas yang dihasilkan dari
proses anaerob (biasanya berbentuk kubah).
Katub Gas Utama : Untuk mengatur aliran gas utama yang menuju
titik- titik penggunaan (kompor, lampu).
Outlet : Tempat keluarnya kotoran ternak yang telah
melalui proses fermentasi di dalamtangki
reaktor.
Penampung Ampas Biogas : Kotoran ternak yang telah mengalami proses
fermentasi anaerob dikeluarkan melalui outlet
dan ditampung oleh penampung ampas biogas.
Kotoran ternak yang sudah berupa ampas biogas
dimanfaatkan sebagai kompos/pupuk organik
Alat Pengemasan Pupuk : Untuk mengemas kompos/pupuk dalam volume
tertentu untuk selanjutnya didistribusikan dan
dipasarkan
Peralatan Pendukung Lainnya : Diperlukan untuk mendukung proses operasional
dalam pengelolaan biogas dan kompos
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 72Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Keterangan:
- Peralatan yang menggunakan mesin penggerak agar menggunakan standar SNI- Peralatan lain yang belum ada SNI agar diupayakan untuk melampirkan bukti Test Report ada
masing-masing alat yang diadakan sehingga dapat diketahui unjuk kerja bagi kemampuan dan
kinerja alat tersebut- Dalam pengadaan alat agar sekaligus dengan pemasangan alat, uji copba alat, pelatihan,
operasinal alat dan perawatan/perbaikannya.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan --------------------------------------------------------------- 73Pedoman Teknis
Pengembangan Agroindustri Peternakan T. A 2012
Dinas : ............
Propinsi : ..........No
Kabupaten KegiatanNama danAlamat
Gapoktan
JumlahAnggaran
Realisasi % Progres yang di capai
(Rp. 000) Fisik KeuanganTgl &
PersetujuanRUK
No &TanggalKontrak
1 Kabupaten...
a. Kegiatan……...
b. Kegiatan……...
Lampiran 9. Form Pelaporan
Keterangan :1. Untuk tahapan kegiatan yang telah dilakukan contohnya Penetapan CP/CL,
Penetapan SK Tim Teknis, Proses Lelang, dsb2. Mohon di dalam laporan turut serta dilampirkan copy RUK yang telah
disetujui.
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Kemtan ---------------------------------------------------------------