51 - untb.ac.iduntb.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/11ANGKA-KEMATIAN-IBU-NOL... · tingginya angka...

5
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 51 http://www.untb.ac.id/maret-2018/ Volume 4, No. 1, Maret 2018 ANGKA KEMATIAN IBU NOL JANGAN MENJADI ALAMAT PALSU Oleh: M. Karjono Dosen Tetap pada Prodi Kesehatan Masyarakat FKM-UNTB Abstrak: Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, pertama kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik, yang kedua timbulnya penyakit degeneratif yaitu monopause dan kanker. Pembangunan milenium mempunyai tujuan (Milenium Development Goals, (MDGs) yaitu pengurangan angka kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar yang universal, keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, peningkatan kesehatan ibu, penurunan angka kematian anak, pemebrantasan penyakit TB, malaria dan HIV/AIDS, keselarasan lingkungan yang berkelanjutan, kemitraan gelobal dalam pembangunan (Adik Wibowo. 2014). Kata kunci: Angka Kematian Ibu PENDAHULUAN Rencana Strategis Daerah Nusa Tenggara Barat tahun 2004-2008 dan tahun 2009-2013 berfokus pada upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang diuraikan dalam pokok-pokok program. Fokus kebijakan program diarahkan pada upaya-upaya: (1) menurunkan kasus kematian ibu dan kasus kematian bayi (2) peningkatan status gizi masyarakat (3) menurunkan kasus penyakit menular. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per/100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas pemerintah. Provinsi NTB menjadi salah satu provinsi penyumbang AKI dan AKB di Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi NTB sejak tahun 2011 sampai tahun 2013 telah terjadi penurunan yaitu dari 130/100.000 kelahiran hidup turun menjadi 100/100.000 kelahiran hidup tahun 2013. Proyeksi kematian ibu paling banyak pada waktu ibu nifas sekitar 56%, kematian ibu bersalin sekitar 23%, kematian pada waktu hamil sekitar 21%. Berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian ibu pada usia 20-34 tahun sebanyak 54%, usia ≥35 tahun sebanyak 39% dan usia <20 tahun sebanyak 7%. Dibandingkan dengan tahun 2012, pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus kematian ibu pada usia ≥35 tahun dan usia <20 tahun (Anonim, 2013a). Selain masalah AKI, berdasarkan laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat bahwa kasus kematian balita pada tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 sebanyak 1.502 kasus kematian balita (terdiri dari 1.432 kasus kematian bayi dan 82 kasus kematian anak balita) dari 103.524 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 sebanyak 1.306 kasus kematian balita (terdiri dari 1.297 kasus kematian bayi dan 76 kasus kematian anak balita) dari 103.495 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi (Anonim, 2013b). Selaras dengan risiko kematian ibu dan kematian bayi akibat pernikahan dini pada remaja maka pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menargetkan Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228/1.000 kelahiran hidup ditargetkan turun menjadi 118/1.000 kelahiran hidup sedangkan untuk Angka Kematian Balita (AKB) saat ini 34/1000 kelahiran hidup dan ditargetkan turun menjadi 24/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Anonim, 2013). Provinsi NTB sebagai provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terendah. Menurut Badan Pusat Statistik NTB, masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan penyumbang

Transcript of 51 - untb.ac.iduntb.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/11ANGKA-KEMATIAN-IBU-NOL... · tingginya angka...

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 51

http://www.untb.ac.id/maret-2018/ Volume 4, No. 1, Maret 2018

ANGKA KEMATIAN IBU NOL JANGAN MENJADI ALAMAT PALSU

Oleh:

M. KarjonoDosen Tetap pada Prodi Kesehatan Masyarakat FKM-UNTB

Abstrak: Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran kemauan, dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonomi.Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yangmenyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia mempunyai duadimensi, pertama kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasukpelayanan kesehatan yang relatif kurang baik, yang kedua timbulnya penyakit degeneratif yaitumonopause dan kanker. Pembangunan milenium mempunyai tujuan (Milenium Development Goals,(MDGs) yaitu pengurangan angka kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar yang universal, keadilangender dan pemberdayaan perempuan, peningkatan kesehatan ibu, penurunan angka kematian anak,pemebrantasan penyakit TB, malaria dan HIV/AIDS, keselarasan lingkungan yang berkelanjutan,kemitraan gelobal dalam pembangunan (Adik Wibowo. 2014).Kata kunci: Angka Kematian Ibu

PENDAHULUAN

Rencana Strategis Daerah Nusa TenggaraBarat tahun 2004-2008 dan tahun 2009-2013berfokus pada upaya-upaya untuk meningkatkantingkat Indek Pembangunan Manusia (IPM) yangdiuraikan dalam pokok-pokok program. Fokuskebijakan program diarahkan pada upaya-upaya:(1) menurunkan kasus kematian ibu dan kasuskematian bayi (2) peningkatan status gizimasyarakat (3) menurunkan kasus penyakitmenular.

Survey Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka KematianIbu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per/100.000kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi diASEAN. Tingginya angka kematian ibu inidisebabkan oleh berbagai penyebab yangkompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkatpendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dangender, dan penyebab langsung kematian ibu diIndonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi,partus lama dan komplikasi abortus. Hal inimenempatkan upaya penurunan AKI sebagaiprogram prioritas pemerintah.

Provinsi NTB menjadi salah satu provinsipenyumbang AKI dan AKB di Indonesia. AngkaKematian Ibu (AKI) di Provinsi NTB sejak tahun2011 sampai tahun 2013 telah terjadi penurunanyaitu dari 130/100.000 kelahiran hidup turunmenjadi 100/100.000 kelahiran hidup tahun 2013.Proyeksi kematian ibu paling banyak pada waktuibu nifas sekitar 56%, kematian ibu bersalin sekitar23%, kematian pada waktu hamil sekitar 21%.Berdasarkan kelompok umur, kejadian kematianibu pada usia 20-34 tahun sebanyak 54%, usia ≥35tahun sebanyak 39% dan usia <20 tahun sebanyak

7%. Dibandingkan dengan tahun 2012, pada tahun2013 terjadi peningkatan kasus kematian ibu padausia ≥35 tahun dan usia <20 tahun (Anonim,2013a).

Selain masalah AKI, berdasarkan laporan rutin(pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTBmencatat bahwa kasus kematian balita pada tahun2013 menurun dibandingkan tahun 2012. Padatahun 2012 sebanyak 1.502 kasus kematian balita(terdiri dari 1.432 kasus kematian bayi dan 82kasus kematian anak balita) dari 103.524 kelahiranhidup. Pada tahun 2013 sebanyak 1.306 kasuskematian balita (terdiri dari 1.297 kasus kematianbayi dan 76 kasus kematian anak balita) dari103.495 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi(AKB) dapat menggambarkan kondisi sosialekonomi masyarakat setempat karena bayi adalahkelompok usia yang paling rentan terkena dampakdari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi(Anonim, 2013b).

Selaras dengan risiko kematian ibu dankematian bayi akibat pernikahan dini pada remajamaka pemerintah melalui Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional (RPJMN) menargetkanAngka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228/1.000kelahiran hidup ditargetkan turun menjadi118/1.000 kelahiran hidup sedangkan untuk AngkaKematian Balita (AKB) saat ini 34/1000 kelahiranhidup dan ditargetkan turun menjadi 24/1.000kelahiran hidup pada tahun 2015 (Anonim, 2013).

Provinsi NTB sebagai provinsi dengan IndeksPembangunan Manusia (IPM) yang terendah.Menurut Badan Pusat Statistik NTB, masihtingginya angka kematian ibu (AKI) dan angkakematian bayi (AKB) merupakan penyumbang

52 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-929

Volume 4, No.1, Maret 2018 http://www.untb.ac.id/maret-2018/

terbesar terhadap rendahnya IPM di NTB. HasilSurvei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun 2007, AKI Propinsi NTB adalah 390 per100.000 kelahiran hidup, masih di atas angka AKInasional yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup.Hasil SDKI 2005 AKB Propinsi NTB sebesar 61per 1000 kelahiran hidup dan masih tinggi jikadibandingkan AKB nasional yaitu 29 per 1000kelahiran hidup (Bapeda NTB, 2010).

Kondisi itu cukup memprihatinkan, sehinggaperlu bangkit untuk melakukan langkah-langkahkongkrit percepatan penurunan AKI dan AKB.Penyelenggaraan pembangunan kesehatandifokuskan terutama untuk pelayanan kesehatanbagi ibu dan anak (Suyono dkk., 2010).

Kematian maternal merupakan matinyaseorang ibu yang sedang hamil atau melahirkanatau dalam 42 hari setelah persalinan yangdisebabkan karena penyebab yang ada kaitanyaatau yang diperberat oleh kehamilan ataupengelolaanya, tapi bukan karena kecelakaan ataubencana.

Kematian maternal seperti halnya denganpenomena gunung es. Banyak yang dapatmengatasi kematian, tetapi lebih banyak lagi yangberakhir dengan cacat permanen seperti prolapsusuteri, fistula, ruptura uretri dan lain-lain. Untuksetiap kematian maternal sekurang-kurangnya ada15 ibu yang terkena komplikasi sebagai akibatburuk dari kehamilan dan persalinan.

PEMBAHASAN

Mengacu kepada kondisi diatas maka timbulsebuah pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan danbagimana itu bisa terjadi. Menjawab pertanyaantersebut pembahasannya sebagai berikut :

a. Apa,-Pertanyaan apa di sini lebih difokuskan

kepada apa penyebab utama sehingga angkakematian Ibu dan Anak tinggi dan masih sajaterjadi di Provinsi NTB khususnya yang terjadi dimasing-masing kabupaten yang selama ini masihbelum mendapatkan perhatian yang serius daripemerintah daerah.

Risiko kematian maternal secara global adalahtriad toksemia, perdarahan dan infeksi. Namunfaktor yang menjadi penyebab atau yangmemperburuk keadaan ini tidak semuanya sama.Ciri epidemiologi seperti usia, paritas, jarak antaradua kehamilan, penyakit dan gizi serta biologicmempengaruhi hasil akhir suatu kehamilan danpersalinan. Belum lagi factor seperti pendidikan,sosio-ekonomi, budaya, geografi dan transportasi.Kuantitas dan kualitas cakupan pelayanankesehatan dan peran serta masyarakat juga sangat

mempengaruhi kesejahteraan dan keamanankehamilan dan persalinan.

Melahirkan anak merupakan suatu pristiwayang membahagiakan. Namun banyak ibu bersalin,yang bermukin di daerah perdesaan, yang sulitdijangkau oleh tenaga kesehatan dan beberapa ciriepidimologic seperti usia muda 20 tahun, usia tua35 tahun, paritas lebih dari 4 jarak kehamilankurang dari dua tahun dan anemia, melahirkanmerupakan suatu yang berisiko (Anonim. 2015).

b. Siapa,-Kontek siapa yang yang menjadi korban

kematian tentu jawabanya adalah ibu yangmelakukan persalinan dan pasca persalinan. Fokusmasalah yang akan dikaji disini lebih kepada siapayang akan membantu dan siapa yang berperan aktifdalam menurunkan angka kematian ibu.

Bidan desa merupakan salah satu jawabanyang bisa kita kemukanan sebagai alternatif yangsangat kondusif dan memberikan arah yang jelasdalam rangka penurunan angka kematian ibu danbayi dimasing-masing wilayah. Bidan Desa, bidanPTT merupakan penolong yang seharusnyadimasing-masing wilayah tetapi sampai saat inimasih belum optimal terhadap pekerjaan yangdipikulnya sehingga sangat sulit melakukantindakan yang seharusnya dilakukan.

Pertolongan persalinan oleh tenaga nonkesehatan sampai saat ini masih tinggi, sepertipenomena dukun bayi merupakan salah satu bagianyang cukup besar pengaruhnya dalam menentukanstatus kesehatan ibu dan bayi karena sekitar 40%kelahiran di Indonesia dibantu oleh dukun bayi,keadaan ini umumnya terjadi di daerah perdesaanyang belum mampu dijangkau oleh pelayanankesehatan secara memadai seperti puskesmas,pustu dan polindes.

Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikansebagai salah satu indikator kesehatan terutamadalam kesehatan ibu dan anak serta pelayanankesehatan secara umum. Data penolong kelahiranbayi pertama dimaksudkan untuk mengetahuipengaruh budaya (kepercayaan) dalam perosespenentuan penolong kelahiran. Secara umumsebagian besar penolong kelahiran dilakukan olehbidan yaitu sebesar 61,24% dan dukun sebesar21,29% dan sisanya ditolong oleh dokter, danfamili lainya (Persalinan yang aman memastikanbahwa semua penolong persalinan mempunyaipengetahuan, ketrampilan, dan alat untukmemberikan pertolongan yang aman dan bersih,serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu danbayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolonganpersalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitutenaga profesional dan dukun bayi. Berdasarkanindikator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 53

http://www.untb.ac.id/maret-2018/ Volume 4, No. 1, Maret 2018

anak, pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenagakesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,pembantu bidan, dan perawat bidan) tidak termasukoleh dukun bayi (Kasto, 1998).

Masalah tidak berhenti sampai disitu saja,selain penolong peralinan oleh tenaga kesehatankhusunya bidan perlu sebuah langkah alternatifbaru dalam rangka membentuk prilaku masyarakatyang ada.

Langkah yang perlu dikembangkan adalahmemanfaatkan media pendidikan AkademiKebidanan yang menjamur di kota maupun dikabupaten yang terdapat di NTB. Pemberdayaanmahasiswa Akademi Kebidanan tidak harusdifokuskan kepada penolong persalinan melainkanbagimana berperan dalam membantu masyarakatdalam merubah perilaku (pengetahun, sikap dantindakan) ibu hamil menjelang persalinan danlangkah apa yang harus dilakukan jika terjadigawat darurat.

c. Di mana,-Angka kematian Ibu maupun bayi sebagian

besar terjadi di daerah perdesaan, karena masihkurangnya mobilitas pelayanan serta fasilitas yangbelum tercukupi. Untuk mengatasi hal tersebut jikadipertanyakan masalah letak geografis yang terlalujauh barulah dilakukan mitra antara bidan desadengan dukun yang terlatih.

Mengapa wanita hamil menjadi sakit dankadang-kadang meninggal selagi hamil ataumelahirkan. Secara gelobal kematian maternalakibat dari triad pendarahan, infeksi atau eklamsi.Komplikasi yang menyebabkan keadaan tersebutberaneka ragam, dan tergantung dari satu tempatdengan tempat yang lain. Perbedaan yangmenyolok antara daerah atau lapisan masyarakatyang maju dari daerah atau lapisan yang sosialekonominya kurang, terletak pada kesempatanmendapatkan pelayanan kesehatan.

Keterjangkauan pelayanan disemua lapisanmasyarakat sampai saat ini masih belum dirasakanmenyeluruh, kondisi ini diperparah lagi dengantenaga kesehatan yang terbatas dan fasilitaspelayanan yang sangat minim (Tukiran, dkk, 2007).

Fasilitas pelayanan kesehatan di perdesaansampai saat ini masih tergolong rendah misalnyafasilitas kesehatan yang terdapat diperdesaan,pelayanan kesehatan hanya terpusat di puskesamasyang terletak di kecamatan yang sulit dijangkauoleh masyarakat yang tinggal diperdesaansehinggan sering terjadi kematian ibu akibatsulitanya mendapatkan pertolongan secaralangsung oleh tenaga kesehatan baik oleh bidanbamupun dokter.

Kematian ibu paling banyak terdapat diderahperdesaaan dan penduduk-penduduk terpencil yang

notabene memiliki tingkat sosial ekonomi yangrendah, jangankan untuk mendapatkan pelayanankesehatan yang berkualitas, kebutuhan sehari-haripun sangat sulit untuk dipenuhi seperti makanminum dan sejenisnya sehingga tidak diragukanlagi kalau kematian ibu dan bayi sangat eratkaitanya dengan sosial ekonomi masyarakat(Depkes, RI., 2007)

d. Kapan,-Berbicara masalah kapan sebenarnya tidak

bisa dijawab secara gamblang tetapi disini yangmenjadi perhatian yang akan diulas berupa budayamasyarakat di NTB.

Masyarakat NTB sering dikenal denganbudaya kawin cerai, puncak pernikahan terjadipada bulan-bulan tertentu yaitu pada bulan Junisampai dengan bulan September jadi perlu dibuatsebuah pemetaan kapan menikah dan kapanseharusnya melahirkan.

e. Bagaimana,-Pelayanan antenatal memberikan dampak

yang cukup berarti pada hasil akhir suatukehamilan. Data yang didapatkan dari beberapapemantauan menunjukkan bahwa pemeriksaanantenatal mempunyai keuntungan yang nyata, danbukan ciri dari ibu yang berpendidikan.Pemeriksaan antenatal memberikan kesempatanuntuk dapat mendiagnosa masalah yang dapatmenyulitkan kehamilan maupun persalinan,sehingga dapat dilakukan rujukan dini.

Memperediksikan kelahiran dengan resikoyang diakibatkan penyulit atau sejenisnyaseharusnya dilakukan sebuah manejemen kelahiranyang bagus, seperti memperahtikan 3 konsepterlambat yang mengakibatkan persalinan berisikotinggi di antaranya :

1. Terlambat mengetahui adanya kelainanseperti kelainan yang terjadi saat hamil danpenyakit yang berisiko mempersulit dalamperoses persalinan

2. Terlambat mengambil keputusan yangmengakibatkan terlambat sampai padasarana kesehatan seperti Rumah Sakit,Puskesmas, Polindes dan lain-lain

3. Terlambat mengirim dan menanganiartinya terlambat dalam melakukantindakan perujukan jika terjadi kondisiyang tidak diinginkan seperti kondisi ibuyang lemas dan penyulit yang beresikokematian.

Banyak lagi konsep serta manejemenpelayanan persaliana yang dapat membantumenurunkan angka kematian ibu dan bayi seperti18 langkah penapisan ibu bersalin yang seharusnyadijalakan dengan baik dan benar maka angkakematian ibu dapat ditekan.

54 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-929

Volume 4, No.1, Maret 2018 http://www.untb.ac.id/maret-2018/

Dengan memperhatikan tata lakasanapersalian yang ada ini berarti sudah dilakukandiagnosa dini yang sangat membantu dalammembantu proses persalinan yang diharapkandengan risiko yang dapat diminimalisir.

Berbicara masalah bagaimana carapenanganan juga tidak terlepas dari bagimanasebuah cara itu berproses yang membutuhkanalokasi dana yang banyak dan tepat sasaran.

Anggaran daerah untuk Program KesehatanIbu dan Anak pada tahun 2014 mendapatkanalokasi dana sebesar Rp. 34 juta atau 0,24% daribelanja langsung, tahun 2015 sebesar Rp. 46 jutaatau 0,26% dari belanja langsung dan tahun 2016sebesar Rp.35 juta atau 0,24% dari belanjalangsung.

Pembiayaan kesehatan ditujukan untukpelayanan kesehatan dengan prioritas yaitu masalahyang menimbulkan beban besar (disease burden)dan masalah yang dapat diatasi dengan intervensicost effective sesuai dengan saran WHO sepertiprogram KIA yang merupakan masalah vital dalaminvestasi Sumber Daya Manusia (human capitalinvestment) (Najib,dkk; 2010).

Pengelolaan APBD diperlukan perencanaanyang tepat agar tidak terjadi alokasi anggaran yangsalah sasaran. Penentuan prioritas denganmemahami ketersediaan sumber daya yangbermanfaat dan tingkat kebutuhan disesuaikandengan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai.

Hasil observasi awal, usulan penggunaan danadaerah mengikuti usulan atau perencanaan tahunsebelumnya (historical budget) dan belumdilakukan analisis situasi secara menyeluruh.Disebagian besar organisasi kesehatan, prosespengambilan keputusan didasarkan padapengeluaran tahun sebelumnya dan bergulir ketahun berjalan, dengan beberapa penyesuaian.

Mengacu kepada orientasi tersebut perludilakukan pemetaan yang merata dan tepat sasaransesuai dengan kebutuhan masyarakat yangdiakomodir secara mendasar dan tau konsisi yangsebenarnya terjadi dilapisan masyarakat.

Membicarakan masalah memang tidak akanhabis begitu saja tetapi yang paling penting adalahbagimana masalah tersebut dapat dipecahakan danberubah menjadi sebuah manfaat.

PENUTUP

Berikut ada dua hal yang akan penulisrekomendasikan dalam penanganan masalah yangdihadapi selain memperhatikan manejemen danSetandar Oprasional Prosedur yang ada yaitusebagai berikut :

a. Strategi ATMStrategi ini sangat mudah dilakukan,

pelaksanaan dan aplikasinya juga mudah diterapkan. Teori ATM dengan arti singkatan Amati,Tiru dan Modifikasi.1. Amati,- Mengamati beberapa provinsi yang

sudah berhasil menurunkan angka kematianibu dan anak lebih rendah dari target nationalseperti yang terjadi di provinsi Bali danDaerah Istimewa Yogyakarta.

2. Menejemen penanganan dan penurunanAngka kematian Ibu dan Anak perlu dipelajarisecara mendetail dan seksama kepada ahlinyadan dijadikan sebagai model dalam menyikapimasalah yang ada dengan cara mendatangkanpakar/ahlinya yang terdapat didaerah tersebutmisalnya belajar kepada Dinas KesehatanPovinsi atau Kabupaten yang terdapat didaerah tersebut.

3. Tiru, - Tiru cara penanganan yang dilakukandi provinsi tersebut dan terapkan di NTB

4. Modifikasi,- Modifikasi sangat pentingdilakukan mengingat kondisi ataukarekteristik, sosial budaya, masing-masingdaerah berbeda-beda.

b. Teori Pedang (The Last Samurai)Teori pedang sering dikenal dengan teori The

Last Samurai yang merupakan aplikasi dari teoriATM yaitu dilakukan secara terfokus, terarah, tepatsasaran dan mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013b. Pokok-Pokok Hasil RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) 2013:Pokok-Pokok Penyajian Hasil Riskesdas2013. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan. KementerianKesehatan Ripublik Indonesia: Jakarta.

Anonim. 2015. Survei Sosial Ekonomi Nasional;Rata-rata Usia Kawin PertamaPerempuan. Badan Pusat Statistik (BPS)Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Adik Wibowo. 2014. Kesehatan MasyarakatMasyarakat di Indonesia (Konsep,Aplikasi dan Tantangan) Ed. 1., Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Diakses Dari:http://www.rajagrafindo.co.id.

Bapeda NTB, Rencana Jangka PanjangPemerintahan Provinsi Nusa TenggaraBarat. Mataram: 2010.

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 55

http://www.untb.ac.id/maret-2018/ Volume 4, No. 1, Maret 2018

Depkes RI, Indonesia Health Profil 2005. MinistriOf Health Republic of Indonesia.Jakarta;2007.

Kesehatan, K. & Indonesia, R., Health SectorReview Kumpulan Policy Brief HealthSector Review Kumpulan Policy Brief.

Kasto, 1988. Analisis Kependudukan. Yogyakarta:PAU-Studi Sosial UGM. Mahbub ul Haq,1995. Reflections on HumanDevelopment. New York: OxfordUniversity Press

Najib, Taufiq A, Setyadi G. 2010. Fertilitas danAncaman Ledakan Penduduk dalamPenelitian Survei Demografi danKesehatan Indonesia Policy Brief.Semarang. BKKBN Jawa Tengah.

Suyono, Haryono. 2000. “Latar BelakangKebutuhan Data Basis Untuk ParadigmaBaru Pembangunan BerwawasanKependudukan Dalam Abad Ke XXI”,Paper yang disajikan Dalam LokakaryaNasional IPADI. Jakarta.

Tukiran, et.al. 2007. Sumber Daya Manusia:Tantangan Masa Depan. Yogyakarta:PSKK UGM.