50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

download 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

of 38

Transcript of 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    1/38

    KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUMMATA PELAJARAN MATEMATIKA

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANPUSAT KURIKULUM2007

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    2/38

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ...

    2

    BAB I PENDAHULUAN 4

    A. Latar Belakang ..................................................... 4

    B. Landasan Yuridis ...................................................... 5

    C. Tujuan ................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN TEORETIS 6

    A. Kecenderungan Pembelajaran Matematik ................... 6

    B. Pandangan Tentang Kurikulum ................................... 7

    C. Prinsip Pembelajaran Matematika ............................... 10

    BAB III TEMUAN KAJIAN DAN PEMBAHASAN 13

    A. Deskripsi Data Hasil Kajian Dokumen Standar Isi ...... 13

    B. Deskripsi Data Hasil Kajian Pelaksanaan Standar Isi .. 14

    C. Pembahasan Temuan Dokumen dan TemuanLapangan ................................................................... 18

    BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 22

    A. Kesimpulan ................................................................ 22

    B. Rekomendasi ............................................................. 22

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 24

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    3/38

    Abstrak

    Setelah diberlakukannya Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,pelaksanaan di lapangan masih mengalami masalah atau kendala, baik dari aspekpemahaman guru tentang dokumen maupun dalam aspek implementasi Standar Isidanproses penyusunan program dan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Beberapa StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar berpotensi menimbulkan multi-interpretasi karenasifatnya yang terlalu umum bagi guru. Untuk meningkatkan kemampuan matematikasiswa tidak hanya tertuju kepada kurikulum berbasis kompetensi seperti yangdigalakkan di sekolah sekarang ini, tetapi tengah diuji-cobakan pembelajaranmatematika secara kontekstual dan humanistik seperti yang telah dikembangkan dinegara-negara maju.

    Kajian Standar Isi Mata Pelajaran Matematika bertujuan untukmengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah berjalan iniserta implikasinya terhadap pembelajaran di sekolah, kemudian memberikan solusipemecahan dan rekomendasinya demi perbaikan pada pihak yang terkait, sertadigunakan sebagai landasan untuk mengembangkan kurikulum matematika masadepan.

    Dalam kegiatan ini dilakukan pengkajian Standar Isi Mata PelajaranMatematika jenjang SD, SMP dan SMA, dengan cara mengidentifikasi dokumen,diskusi antar peserta, serta menjaring informasi berdasarkan pengalaman gurumengajar, dari sekolah yang menggunakan Standar Isi. Dalam setiap tahap kegiatanini terlibat para peserta yang berasal dari unsur guru, universitas dan Pusat KurikulumDepdiknas. Kegiatan dilakukan dalam beberapa tahap yang mana antara tahapkegiatan satu dengan tahap yang sebelumnya merupakan kesinambungan. Dalamsetiap tahapan pembahasan meliputi aspek antara dokumen standar isi, penyusunansilabus, dan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

    Temuan yang diperoleh dalam kajian dokumen dapat dikelompokkan antara

    lain: kesalahan redaksional, kesinambungan Standar Kompetensi dan KompetensiDasar, batas kedalaman pembahasan materi, dan penyebaran beban Kompetensi yangtidak seimbang. Sebagai akibatnya hal ini berpengaruh pada implementasi sepertipenyusunan silabus, utamanya penentuan indikator, pengalaman pembelajaran danpenilaian.

    Rekomendasi yang dapat diberikan untuk dokumen Standar isi, perlu adanyapeninjauan untuk perbaikan SK dan KD yang bermasalah, pelatihan yang intensif padaguru, serta penggunaan alat serta teknologi dalam implementasi pembelajaran disekolah.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    4/38

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangMenatap masa depan, matematika harus dipelajari siswa-siswa kita karenakegunaannya yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Penerapan matematikaakhir-akhir ini telah berubah banyak dan cepat karena kehadiran dan perkembanganteknologi elektronik dalam dunia kerja. Pembelajaran matematika di tingkat satuanpendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi yang sedang berlangsung. Kurikulum mata pelajaran matematika harusdirancang tidak hanya untuk siswa melanjutkan ke pendidikan tinggi tetapi juga untukmemasuki dunia pasar kerja. Pengembangan kurikulum matematika yang sedangberlangsung sekarang ini harus dipersiapkan dengan matang, dan dihasilkan dari kerjasama dan pertimbangan stakeholders.

    Upaya pemerintah, untuk memajukan pendidikan terlihat melalui Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang ini

    mengamanatkan pembaharuan yang besar dalam system pendidikan kita. Sebagaikelanjutan dari Undang-undang tersebut, untuk pertama kalinya dalam pendidikan kitadiharuskan ada standard nasional untuk isi atau disingkat Standar Isi (SI) melaluiPermen No. 22 Tahun 2006. Karena standard ini bersifat Nasional maka haruslahsetelah beberapa waktu SI tersebut dipenuhi oleh semua system pendidikan diNusantara. Mengacu kepada SI ini juga standard yang lain seperti standard kompetensiguru dan standard buku/bahan ajar matematika dapat disusun rambu-rambu untukmenyusun kurikulum matematika.

    Namun demikian setelah kurang lebih satu tahun dikeluarkannya Permen No. 22

    Tahun 2006 tentang SI, ternyata masih mengalami masalah atau hambatan khususnyapada pelajaran matematika baik dari aspek pemahaman guru tentang dokumen SImaupun dalam aspek implementasi SI (proses penyusunan program dan kegiatanbelajar-mengajar di kelas). Permasalahan tersebut antara lain kepadatan materi,SKdan KD dalam standar isi mata pelajaran matematika walaupun sudah merupakanperampingan dari kurikulum terdahulu. Namun dalam pelaksanaannya masih dirasakanpadat oleh sebagian guru. Hal ini disebabkan SK dan KD berpotensi menimbulkanmulti-interpretasi karena sifatnya yang terlalu umum bagi guru. Disamping itu masihditemukan adanya tumpang tindih KD, beberapa kompetensi yang ada sebenarnyaindikator, tujuan sama (over lapping) tetapi dituliskan dalam KD yang berbeda.

    Dari aspek penjabaran SK dan KD untuk implementasi standar isi ditemukanbeberapa kesulitan dalam penjabaran dokumennya, mulai dari menetapkan indikatorpencapaian hasil belajar dari SK dan KD, sampai pada pembatasan dan penyusunanmateri pembelajaran. Juga dalam hal, penyusunan Silabus dan RPP, kenyataan dilapangan guru hanya menggandakan silabus dan RPP yang sudah diterbitkan dariberbagai sumber. Hal ini dilakukan karena keterbatasan kemampuan guru untukmenyusun secara mandiri (sendiri-sendiri atau berkelompok) masih kurang.

    Pengembangan KTSP, seharusnya disusun bersama-sama oleh guru, komite

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    5/38

    sekolah, konselor (guru BP/BK), dan nara sumber, dengan Kepala Sekolah sebagaiketua merangkap anggota, dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.Fakta di lapangan banyak ditemukan KTSP hanya mengadopsi dari contoh model yangada, sehingga dokumen tersebut tidak dapat dikembangkan secara efektif walaupun

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    6/38

    sekolah memiliki potensi. Bahkan dalam aspek penilaian penilaian, pelaksanaanpenilaian yang selama ini diterapkan hanya mengacu pada materi tanpa melihatindikator, sehingga tidak mengukur kompetensi yang hendak dicapai. Pemahamanguru mengenai aspek penilaian seperti pemahaman konsep, penerapan dankomunikasi, dan pemecahan masalah, serta kognitif, afektif, dan psikomotor sangatkurang.

    Berdasarkan masalah dan pemetaan masalah masa depan serta pentingnya SIsebagai dokumen kurikulum bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaranmatematika di tingkat satuan pendidikan, dilakukan kajian Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan sebagai upaya untuk menyempurnakan SI yang ada.

    B. Landasan Yuridis1.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.2.PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasionsl Pendidikan3.UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen4.Permen Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

    5.Permen Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan6.Permen Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian7.Permen Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Buku8.Permen Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana9.Permen Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan10. Permen Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan11. Permen Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah12. Permen Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan

    C. TujuanTujuan atau output yang ingin dicapai dalam melakukan kajian Standar Isi MataPelajaran Matematika adalah:

    1.Tersusunnya hasil kajian tentang Standar Isi (SI) yang telah berjalan.2.Tersusunnya rekomendasi untuk BSNP untuk melakukan penyempurnaan SI.3.Tersedianya hasil analisis terhadap kajian SI untuk mendesain kurikulummatematika masa depanKajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    7/38

    BAB II

    TINJAUAN TEORETIS

    Tinjauan teoretis mengenai Kurikulum Mata Pelajaran Matematika dapat dibahas

    pada tiga hal berikut, yaitu: kecenderungan pembelajaran matematika saat ini,

    pandangan tentang kurikulum, dan prinsip pembelajaran Matematika di sekolah.

    A. Kecenderungan Pembelajaran MatematikaPerhatian pemerintah dan pakar pendidikan matematika diberbagai Negara untukmeningkatkan kemampuan matematika siswa tidak hanya tertuju kepada kurikulumberbasis kompetensi seperti yang digalakkan di sekolah sekarang ini, bahkan dalamrangka mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika, sekarang initengah diuji-cobakan penggunaan pembelajaran matematika secara kontekstual danhumanistik seperti yang telah dikembangkan di negara-negara maju.

    Misalnya di Belanda sekarang telah dikembangkan pendekatan pembelajarandengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Terdapat lima karakteristikutama dari pendekatan RME, yaitu: (1) menggunakan pengalaman siswa di dalamkehidupan sehari-hari, (2) mengubah realita ke dalam model, kemudian mengubah

    model melalui matematisasi vertikal sebelum sampai kepada bentuk formal, (3)menggunakan keaktifan siswa, (4) dalam mewujudkan matematika pada diri siswadiperlukan adanya diskusi, tanya-jawab, dan (5) adanya keterjalinan konsep dengankonsep, topik dengan topik sehingga pembelajaran matematika lebih holistik daripadaparsial (Ruseffendi, 2003). Dengan pendekatan ini diduga peningkatan hasil belajardan aktivitas siswa dapat dilakukan dengan menyajikan materi yang dekat dengankehidupan sehari-hari.

    Menurut Howey (2001: 105), di Amerika Serikat juga tengah dikembangkan suatupendekatan pembelajaran yang disebut contextual teaching and learning.

    Pendekatan ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalammenyelesaikan tugas matematika melalui pembelajaran yang dimulai dengan masalahmasalahcontextual. Pendekatan seperti ini diduga mampu mengantarkan siswa dalammerespons setiap masalah dengan baik, karena dalam kehidupan sehari-hari, siswatelah mengenal masalah tersebut.

    Menurut Becker dan Shimada (1997: 2), di negara Sakura Jepang saat ini sedangdipopulerkan pendekatan yang dikenal the open-ended approach. Denganpendekatan ini, diduga peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dapat dilakukandengan memberi soal-soal terbuka yang memiliki banyak jawab benar. Soal-soalterbuka penekanannya bukan pada perolehan jawaban akhir tetapi lebih kepada upay

    amendapatkan beragam cara memperoleh jawaban dari soal yang diberikan.

    Di negara tetangga Singapura, pendekatan pembelajaran di sekolah dikenal dengannama concrete-victorial-abstract approach . Peningkatan aktivitas dan hasil belajarmatematika siswa diduga dapat dilakukan melalui perantaraan benda-benda konkrikdan gambar-gambar yang menarik perhatian siswa. Leader, et al. (1995: 78), bahwadi negara Kangguru Australia sedang dipopulerkan pembelajaran matematika melalui

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    8/38

    pemahaman konteks yang disebut mathematics in context. Sedangkan di Indonesiasendiri di tingkat Sekolah Dasar tengah dipopulerkan Pembelajaran MatematikaReliastik Indonesia atau disingkat PMRI.

    Pendidikan nasional antara lain bertujun mewujudkan learning society dimana

    setiap anggota masyarakat berhak mendapatkan pendidikan (education for all) dan

    menjadi pembelajar seumur hidup (longlife education). Empat pilar pendidikan dari

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    9/38

    UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, danlearning to be. Impelementasi dalam pembelajaran matematika terlihat dalampembelajaran dan penilaian yang sifatnya learning to know (fakta, skills, konsep, danprinsip), learning to do (doing mathematics), learning to be (enjoy mathematics), danlearning to live together (cooperative learning in mathematics).

    Otonomi daerah akan menuntut agar kurikulum matematika dan pelaksanaannya disatu daerah menyerap ciri-ciri dan praktek budaya dan kehidupan masyrakatnya (BanaKartasasmita, 2: 2007). Khususnya pilar learning to live together sangat relevandanmenyerap ciri-ciri budaya tersebut. Pilar ini menekankan pentingnya belajarmemahami bahwa setiap orang hidup dalam suatu masyarakat dimana terjadi interaksidan komunikasi dengan orang lain. Implikasi penciptaan suasana pilar ini terhadappembelajaran matematika, adalah memberi kesempatan kepada siswa agar bersediabekerja/belajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapatberbeda, belajar mengemukakan dan atau bersedia sharing ideas dengan teman dalam

    melaksanakan tugas-tugas matematika. Dengan kata lain belajar matematika yangberorientasi pada pilar ini, diharapkan siswa mampu bersosialisasi dan berkomunikasidalam konteks matematika dengan teman lainnya.

    Mempelajari kecenderungan pembelajaran matematika saat ini, penerapan keempatpilar UNESCO, serta pentingnya penguasaan kompetensi matematika untuk kehidupanpeserta didik, juga telah dikeluarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) olehPemerintah melalui Permen 23 Tahun 2006. Adapun SKL untuk mata pelajaranmatematika adalah.

    1.Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

    mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.2.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskangagasan dan pernyataan matematika.3.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusiyang diperoleh.4.Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainuntuk memperjelas keadaan atau masalah.

    5.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.Dengan demikian pengembangan kurikulum matematika di tingkat satuan

    pendidikan haruslah relevan kecenderungan pembelajaran matematika saat ini dan

    mengakomodir standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan pemerintah.

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    10/38

    B. Pandangan Tentang KurikulumKurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

    pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

    belajar mengajar. Bahwa kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    11/38

    nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya denganlingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan Iptek serta jenjangmasing-masing satuan pendidikan (UU No. 2 Tahun 2000 Tentang Sistem PendidikanNasional).

    Pembahasan mengenai kurikulum dapat ditelaah dari tiga sudut pandang.Pandangan pertama, berhubungan dengan aspek teori dan terlukis dalam kurikulumberdasarkan apa, yang tercantum dalam dokumen tertulis. Kurikulum sekolah dalamdokumen tertulis atau dikenal dengan istilah intended curriculum memuat tiga hal,yaitu (1) dokumen yang memuat garis-garis besar pokok bahasan (SI), (2) dokumenyang memuat panduan pelaksanaan pembelajaran, dan (3) dokumen buku yangmemuat panduan penilaian hasil belajar siswa.

    Kurikulum dalam pandangan kedua tercermin dalam proses pembelajaran yangdilaksanakan oleh guru di kelas atau dikenal dengan istilah implemented curriculum.Kurikulum dalam pandangan kedua ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan kegiatanbelajar mengajar termasuk pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa oleh guru.Sedangkan pandangan ketiga yang dikenal performanced curriculum adalah kurikulumyang tercermin dalam belajar yang dicapai siswa pada akhir satuan waktupembelajaran, mulai dari satuan terkecil yaitu Rencana Pelakasanaan Pembelajaran

    (RPP) sampai dengan satuan terbesar yaitu satu jenjang pendidikan. Sejalan denganketiga pandangan tersebut maka kualitas pendidikan matematika pada tiap jenjangpendidikan dapat ditinjau dari kualitas kurikulum tertulis dan relevansinnya denganpelaksanaan kurikulum oleh guru, dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

    Kurikulum dalam dokumen tertulis pada umumnya disusun oleh para pakar bidangstudi, guru bidang studi yang sejenis yang telah berpengalaman serta pihak lainyangberwenang. Betapapun tingginya kualitas kurikulum dalam dokumen tertulis tanpaimplementasi kurikulum yang ditampilkan oleh guru dengan baik, maka kualitas

    pendidikan yang tinggi sulit terwujud. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikanmemerlukan pembahasan yang saling terkait mengenai ketiga pandangan kurikulum diatas. Pada saat ini titik tolak pandangan pada pengkajian kurikulum tertulis yangtertuang dalam dokumen Standar Isi (SI), dengan asumsi bahwa jika SI sudahmemadai dan relevan dari aspek pedagogik, sequensinya sesuai perkembangan mentalanak, serta mampu mengakomodir perkembangan iptek menjadi dasar yang tepatuntuk melakukan implementasi kurikulum di tingkat satuan pendidikan terutama padaupaya penyiapan pembekalan penguasaan proses pembelajaran matematika oleh guru.

    Mengacu pada pembahasan di atas, fokus pembahasan kurikulum dapat ditelaahdari tiga aspek, yaitu Intended Curriculum, Implemented Curriculum, dan AttainedCurriculum. Secara garis besar kaitan antara ketiga aspek kurikulum tersebuttergambar dalam Diagram 1 (Utari, 1999)..

    Aspek pertama, Intended Curriculum merupakan muatan dalam dokumen tertulisyang tercermin dalam pedoman kurikulum atau SI, Silabus, RPP, dan buku teks untuk

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    12/38

    tiap jenjang satuan pendidikan. Di negara kita, Intendid Curriculum mengandung duamacam muatan yang bersifat nasional (Kurikulum Nasional) dan ditetapkan olehMendiknas dan yang bersifat lokal yang ditetapkan oleh daerah berdasarkan kondisidan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Evaluasi mutu pendidikan pada satu jenjangpendidikan tertentu dapat dilaksanakan melalui analisis terhadap Intended Curriculumatau dokumen tertulis kurikulum pada jenjang yang bersangkutan.

    Aspek kedua, Implemented Curriculum merupakan kurikulum yang berlangsung dikelas atau tergambar dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh guru.Dengan kata lain, Implemented Curriculum berhubungan dengan kenyataan apa yang

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    13/38

    terjadi di kelas atau apa yang diajarkan guru dan bagaimana cara gurumengerjakannya.

    Aspek ketiga, Attained Curriculum merupakan kurikulum yang tercermin dalamhasil belajar siswa baik bersifat kognitif, afeksi, maupun psikomotor. Penilaianhasilbelajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengankarakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Perancangan strategipenilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannyamerupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Konstelasi ketigaaspek tersebut, disajikan sebagai berikut.

    Komponen Aspek Kurikulum Fokus PembahasanPembahasan

    Analisis Kurikulum Intended Curriculum Sistem Pendidikan

    (Dokumen tertulis)

    ProsesPembelajaran di kelas

    Impelemented CurriculumSatuan Pendidikan danKelas

    Hasil Belajar Siswa Attained Curriculum Siswa

    Diagram 1: Tiga Aspek Kurikulum

    Perlu diketahui bahwa pada prinsipnya kurikulum sebagaimana yang dituangkandalam SI terbuka peluang untuk mengalami perubahan. Sejarah perubahan dalamperkembangan kurikulum kita terlihat pada perubahan dan penyempurnaan GBPP1994 yang melahirkan suplemen GBPP tahun 1999. Penyesuaian dan penyempurnaantersebut didasarkan pada hasil kajian, penelitian, dan masukan dari lapangan sertamasukan instansi terkait.

    Secara umum perubahan dokumen kurikulum dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut (Suherman, 2003: 69):

    1. Membuang pokok bahasan yang kurang esensial atau kurang relevan,2. Menunda pembahasan pada kelas yang lebih tinggi dan sebaliknya,

    3. Menjadikan materi wajib menjadi pengayaan dan sebaliknya,4. Menambah materi esensial yang diperlukan,5. Menata urutan dan distribusi pokok bahasan, dan6. Menyempurnakan redaksi kalimat yang dianggap kurang jelas.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    14/38

    C.Prinsip Pembelajaran MatematikaSecara singkat dapat diuraikan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasaryang tertuang dalam SI merupakan kompetensi minimal yang harus dikembangkanlebih lanjut. Oleh karena sangat diharapkan agar guru menggunakan metode ataustrategi yang melibatkan siswa secara aktif, pengajaran disesuaikan dengan tahapperkembangan berfikir siswa, menggunakan buku yang sesuai dengan SI,menggunakan sarana yang tepat, menggunakan alat penilaian yang sesuai, sertapembuatan Silabus dan RPP yang dituangkan dalam persiapan mengajar. Disampingitu untuk siswa yang mempunyai kemampuan lebih dapat diberikan materi pengayaan,sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapatdiberi pengajaran remedial.

    Pada dasarnya objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Walaupun menurutteori Piaget bahwa anak sampai umur SMP dan SMA sudah berada pada tahap operasiformal, namun pembelajaran matematika masih perlu diberikan dengan menggunakanalat peraga karena sebaran umur untuk setiap tahap perkembangan mental dari Piagetmasih sangat bervariasi.

    Mengingat hal-hal tersebut di atas, pembelajaran matematika di sekolah tidak bis

    aterlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektualsiswa. Karena itu perlu perlu memperhatikan karakteristik pembelajaran matematikadi sekolah (Suherman, 2003) yaitu sebagai berikut:

    1)Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap)Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari halkonkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah kekonsep yang lebih sukar.

    2)Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiralSetiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yangtelah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahanyang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan caramemperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika(Spiral melebar dan menaik).

    3)Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktifMatematik adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik.Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengankondisi siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan

    pendekatan deduktif tapi masih campur dengan deduktif..

    4)Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensiKebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenarankonsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yanglainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataanpernyataanyang terdahulu yang telah diterima kebenarannya.

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    15/38

    Pandangan konstruktivisme (Radikal dan Sosial) beranggapan bahwa pengetahuanadalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena,pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itudapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yangsesuai. Bagi konstruktivisme pengetahuan tidak ditransfer begitu saja dari seseorangkepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh setiap orang. Tiaporangharus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudahjadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    16/38

    keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperanan dalam perkembannganpengetahuannya. Bottencourt (1989) mengemukakan bahwa beberapa hal yangmembatasi konstruksi pengetahuan manusia, al: (1) Konstruksi kita yang lama: hasildan proses konstruksi pengetahuan yang lampau (mis: unsur-unsur, cara, dan aturanmain yang kita gunakan untuk mengerti sesuatu, berpengaruh terhadap pembentukanpengetahuan berikutnya, (2) domain pengalaman kita: pengalaman yang terbatas akansangat membatasi perkembangan pengetahuan kita, dalam Matematika pengalamanmiskonsepsi akan mempengaruhi perkembangan matematika orang tsb, dan (3)jaringan struktur kognitif kita: ekologi konseptual (Toulmin, 1972) meliputi konsep,gagasan, gambaran, teori, dsb. saling berhubungan satu dengan lain dalam membentukpengetahuan kita. Setiap pengetahuan baru harus cocok dengan ekologi konseptualtersebut.

    Pembahasan tentang pelaksanaan kurikulum berkaitan erat dengan pengertianbelajar dan mengajar. Istilah belajar dapat mempunyai beberapa pengertian bergantungpada teori yang mendasarinya. Misalnya istilah belajar menurut behaviouristik di

    artikan sebagai perubahan perilaku. Psikologi kognitif menyatakan bahwa prosesbelajar berlangsung apabila siswa berasimilasi secara aktif terhadap informasi danpengalaman baru dan kemudian mengkonstruksinya ke dalam pemahaman merekasendiri (NCTM, 1994). Berdasarkan pandangan ini, guru yang efektif adalah guruyang dapat menstimulasi siswanya untuk belajar. Dengan demikian siswa dikatakanbelajar matematika dengan baik apabila mereka membangun sendiri pemahamanmatematika. Untuk memahami apa yang mereka pelajari, mereka harus melakukankegiatan matematika (doing math) antara lain: menyatakan, mengubah,menyelesaikan, menerapkan, mengkomunikasikan, mengujidanmembuktikan(Utari, 1999: 6).

    Pandangan dan pemahaman guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi

    cara guru melaksanakan proses pembelajaran dan proses evaluasi hasil belajar siswa.Pada guru yang kurang menekankan belajar pada aspek prosestetapi lebih kepadaproduk, pembelajaran akan lebih berpusat kepada guru melalui pengulangankegiatan rutin seperti penjelasan singkat materi baru, pemberian pekerjaan rumah,pemeriksaan di kelas sambil berkeliling kelas atau menjawab pertanyaan siswa.Namun guru dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi danpengalaman baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan berusahamelakukan kegiatan dengan melibatkan siswa secara aktif.

    Guru dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi danpengalaman baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan berusaha

    melakukan kegiatan sebagai berikut:

    (1) Memilih tugas-tugas matematika sedemikian sehingga memotivasi minat siswadan meningkatkan keterampilan intelektual siswa.(2) Memberi kesempatankepada siswa untuk mendalami pemahaman merekaterhadap produk dan proses matematika serta penerapannya.(3) Menciptakan suasanakelas yang mendorong dicapainya penemuan danpengembangan idea matematika,

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    17/38

    (4) Menggunakan danmembantu pemahaman siswa, alat-alat teknologi, sertasumber-sumber lain untuk menigkatkan penemuan matematika,(5) Mencapai dan membantu siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuansemula dengan pengetahuan baru;(6) Membimbing secara individual, secara kelompok dan secara klasikal.Untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan di atas, selain guru matematikaharus menguasai matematika dengan baik, guru juga harus mempunyaiKajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    18/38

    pandangan terhadap pembelajaran matematika yang lebih menekankan kepada(Utari, 1999):a) Pengertian kelas sebagai komunitas matematika daripada hanya sebagaisekumpulan individu,b) Pengertian logika dan kejadian matematika sebagai verifikasi daripada gurusebagai penguasa tunggal dalam memperoleh jawaban benar,c) Pandangan terhadap penalaran matematika daripada sekadar mengingatprosedur atau algoritma saja,d) Penyusunan konjectur, penemuan dan pemecahan masalah daripadapenemuan jawaban secara mekanik, dane) Mencari hubungan antara ide-ide matematika dan penerapannya daripadamatematika sebagai sekumpulan konsep yang saling terpisah.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    19/38

    BAB III

    TEMUAN KAJIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data Hasil Kajian Dokumen Standar IsiBerdasarkan identifikasi masalah terhadap dokumen Standar Isi (SI) oleh gurupada satuan pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, diperoleh beberapapermasalahan dan pemecahan masalah. Deskripsi data temuan terhadap temuandokumen SI disajikan sebagai berikut.

    Tabel 3.1. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek dokumen SI Jenjang SD/MI

    No. Permasalahan Usulan1. Secara redaksional beberapa SK danKD hampir sama di kelas III, IV, V,VI. Masalah yang muncul adalahmenentukan indikator yangbergradasi.-perlu adanya batasan yang jelas, indikatoryang sesuai untuk tingkatan kelastersebut agar materi tidak berulang-ulang2. Ketidakjelasan SK dan KD di kelas VIsemester I:

    SK : menghitung luas segi banyaksederhana, luas lingkaran, danvolume prisma segitigaKD: menghitung volume prismasegitiga dan tabung lingkaranDiusulkan sebagai berikut:1. SK:menghitung luas segi banyaksederhana, luas lingkaran, volumeprisma segitiga, dan volume tabung2. KD: 3.1 tetap3.2 tetap3.3 menghitung volume prisma segitiga3.4 menghitung volume tabung

    3. perlu adanya kajian SK dan KD untukmatemtika SD.4. SK dan KD yang hampir sama dari kelasyang lebih rendah sampai kelas tinggisehingga perlu adanya kajian, penataan,dan pembenahan kembali secara sistimatisdan berkesinambungan3. Beberapa KD menimbulkan tafsiranyang berbeda:Kelas IV-semester-11.5 Melakukan penaksiran danpembulatanKelas V-semester-2

    6.1 Menjelaskan arti pecahan danurutannyaPerlu adanya batasan yang jelas pada SK danKD yang bermasalah tersebut agar tidakmenimbulkan perbedaan tafsirKompetensi ini diletakkan pada urutanterakhir karena selama ini menghitung hasilyang pas.Arti pecahan sangat relatif untuk setiapindividu guru, supaya tidak keluar dalam

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    20/38

    setiap UN.

    Tabel 3.2. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek dokumen SI Jenjang SMP/MTs

    No. Permasalahan Usulan1. Beban materi pelajaran tidaktertampung dengan alokasi waktuyang tersedia (kepadatan materi)- Kompetensi/materi yang bersifatpengulangan dikurangi- menekankan materi yang esential

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    21/38

    No. Permasalahan Usulan2. Penyebaran beban SK dan KD tidakmerata pada setiap kelas/ semester dikelas VII-Guru diberi kebebasan untuk menyajikanmateri sesuai kebutuhan dalam rentang satutahun3. Pemahaman standar isi kurang ataubelum memahami menyeluruh(sepotong sepotong). Misal guruhanya memahami struktur matapelajaran saja, tanpa memahamitentang prinsip pengembangan, danpelaksanaan kurikulum .- Perlu sosialisasi secara kontinu melaluiwadah- wadah tertentu- Memotivasi guru untuk memahami setiapkebijakan pendidikan3. Kepadatan materi, masih cukup tinggi,permasalahannya indikator setiap KDterlalu banyak, guru menetapkanindikator berdasarkan dokumen lamayang ada.

    - pilihan indikator yang relevan yangmendukung tercapainya KD.- guru harus selalu mendapat informasiterbaru tentang kutikulum

    Tabel 3.3. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek dokumen SI Jenjang SMA/MA

    No. Permasalahan Usulan1 Sebagian besar guru tidak memahami,karena kurang membaca dokumen, ataubahkan tidak memiliki dokumen tentangstandar isi

    Masih perlu sosialisasi secara khususuntuk tiap kelompok mata pelajarandi tiap satuan pendidikan, dapatmelalui kegiatan MGMP2 Materi pelajaran tidak tertampung olehalokasi waktu pada struktur kurikulum dikelas X, XI IPA, dan XII IPA. (kepadatanmateri masih cukup tinggi)Menambah waktu sejauhdimungkinkan yang tidak melanggarketentuan dalam standar isi

    Memilih materi yang esensial sesuaiindikatorDikurangi materi yang bersifatpengulangan.

    B. Deskripsi Data Hasil Kajian Pelaksanaan Standar IsiBerdasarkan identifikasi masalah terhadap dokumen Pelaksanaan Standar Isi (SI)oleh guru pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, diperoleh beberapapermasalahan dan pemecahan masalah. Deskripsi data temuan terhadap temuan

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    22/38

    dokumen SI disajikan sebagai berikut.

    Tabel 3.4. Data hasil identifikasi berdasar aspek pelaksanaan KTSP SD/MI

    No Permasalahan Pemecahan masalah1. Pada saat ini sekolah belum memilikikesiapan untuk melaksanakan KTSPsecara utuh dan terpadu. Hal inidisebabkan kurangnya pengertian sertapemahaman tentang KTSP yang masihrelatip rendahPerlu dilaksanakan sosialisasi secarakontinue

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    23/38

    No Permasalahan Pemecahan masalah2. DDampak dari permasalahan tersebut:a. Sekolah mengadopsi KTSP dari intansilain atau dengan cara membeli modelKTSP yang siap pakai.b. Silabus yang tercantum di dalamnyahanya sebagai prasyarat administrasibelaka.-Diperlukan model atau contoh silabusdan KTSP sebagai bahan acuan dangambaran- Diperlukan fasilitas yang memadai,sebagai penunjang dalammelaksanakan kinerja3. Guru dan kepala Sekolah sebagaipelaksana di lapangan merasa bingungdan terbebani-Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan(diklat), Raker, job training secara rutindan berkesinambungan-Pelaksanaan monitor dan kontrol daripejabat terkait- Tindakan langsung dari lembaga

    penanggungjawab kurikulum untukmelaksanakan kegiatan seminar, mukermelalui KKG dan KKS- Publikasi melalui media cetakdanelektronik4. Rasio jumlah siswa terlalu padat,jumlahperkelas mencapai lebih dari 40 siswaMemberikan sangsi dan menerapkanhukuman.

    Tabel 3.5. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek pelaksanaan pembelajaran SD/MI

    No. Permasalahan Pemecahan Masalah1. Pembelajaran tidak mengacu padaindikator yang telah dibuat, sehinggatidak terarah, hanya mengikuti alur bukuteks yang ada pada siswa.- pengawasan oleh pimpinan2. Pelaksanaan Pembelajaran di kelas tidakdidukung fasilitas yang memadai,sehingga berpengaruh pada Kreativitasdan aktivitas guru dalam KBM.-Pemerataan sarana prasarana antarsatuan pendidikan- Guru bersama siswa membuat alat

    peraga sendiri untuk peragaan3. Metode pembelajaran di kelas kurangbervariasi, guru cenderung selalumenggunakan metode ceramah dan tanyajawab.- Guru harus menerapkan berbagaimetode pembelajaran dalam pelaksanaanKBM.4. Evaluasi tidak mengacu pada indikatoryang telah diajarkan, guru mengambil

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    24/38

    soal-soal dalam buku teks yang ada.- soal hendaknya dibuat mengacu padaindikator, kriteria, dan bobot soal- soal yang diberikan hendaknya sesuaidengan kompetensi siswa (cepat,sedang, lambat)5. Sarana dan prasarana pembelajaran belumdimanfaatkan dan difungsikan sebagaimana mestinya. Contoh: alat peraga rusakakibat tidak difungsikan, laboratorium anperpustakaan difungsikan untuk kelas.- Kepala Sekolah dan guru harus mampumenggunakan sarana dan prasaranapembelajaran sesuai dengan fungsinya.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    25/38

    Tabel 3.6. Data berdasarkan aspek pelaksanaan Evaluasi pembelajaran SD/MI

    No. Permasalahan Pemecahan Masalah1. Aspek penilaian mata pelajaranmatematika meliputi penguasaankonsep, Pemecahan masalah, dankomunikasi belum jelas batas-batas padamateri pelajaran.- Penentuan dan pembuatan standarpenilaian2. Naskah soal belum mengacu pada ketigaaspek yang dimaksud- Sosialisasi pembuatan naskahsesuaidengan aspek yang ditentukan3. Pemberian angka nilai pada keti aspekmasih disamaratakan- Sosialisasi terhadap standar penilaiankepada guru4. Pelaksanaan Analisis Materi Pelajaran,Remdial dan program penganyaanmasih sangat minimal- Pengawasan dan kontrol dari pimpinan

    Tabel 3.7. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek pelaksanaan KBM SMP/MTs

    No. Permasalahan Pemecahan Masalah1. Pembelajaran tidak mengacu pada RPPyang telah dibuat, sehingga tidakterarah, hanya mengikuti alur buku teks- pengawasan oleh pimpinan2. Pelaksanaan di kelas tidak didukungoleh sarana prasarana. Papan tulis yangbisa dipakai untuk penggunaan jangka,dan alat peraga.- Pemerataan sarana prasaran antar satuanpendidikan

    - disediakan papan tulis Blackboard- guru bersama siswa membuat alat peragasendiri untuk peragaan3. Metode pembelajaran di kelas kurangbervariasi, guru cenderung selalumenggunakan metode ceramah.- penambahan wawasan guru tentang tentangberbagai metode pembelajaran4. Evaluasi tidak mengacu pada indikatoryang telah diajarkan, guru mengambilsoal-soal dalam buku teks yang ada.-soal hendaknya dibuat mengacu padaindikator dan kriteria soal

    - soal yang diberikan hendaknya sesuaidengan kondisi siswa (cepat, sedang,lambat)5. Siswa kesulitan menggunakan alatpembelajaran matematika, sepertipenggaris , jangka, kalkulator, busur- guru harus mampu menggunakan alat-alatpembelajaran matematika dan sekaligusmenjadi model

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    26/38

    Tabel 3.8. Data hasil identifikasi berdasarkan aspek Silabus Jenjang SMA/MA

    No. Permasalahan Usulan1. Belum mampu menyusun silabus,dengan alasan yang sesuai dengankondisi sekolah, termasuk keseragamandengan sekolah lain, banyak guru yangmendapat silabus dari MGMP,download internet.- Perlu diberikan pelatihan guru matapelajaran- Meningkatkan pemahaman guru tentangpenyusunan silabus berdasarkan kondisisekolah masing- Silabus dari MGMP cukup dijadikan acuandlm membuat silabus untuk satuanpendidikan

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    27/38

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    28/38

    baik oleh Kepala Sekolah, maupunoleh Pengawas untuk klinis dengancatatan Kepala Sekolah danPengawas memahami betul tentangKTSP2 Pelaksanaan pembelajaran di kelasmasih konvensional, standar prosesbelum ada.Perlu peningkatan pembelajaran dikelas, standar proses segeraditerbitkan.3 Metode pembelajaran kurang bervariasi,umumnya masih ceramah dan tanyajawab.Penguasaan metode danpenerapannya sesuai materipembelajaran yang hendakdisampaikan perlu ditingkatkan.4 KBM kurang mengaktifkan siswa,masih mengejar target materiPerlu upaya terus menerus dari guruagar siswa terbiasa aktif.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    29/38

    No. Permasalahan Pemecahan masalahan5 Aspek penilaian dan pelaporan selamaini kognitif, afektif, psikomotorik,kurang cocok untuk pelajaranmatematika. Standar penilaian belumada.Segera diterbitkan standar penilaiandan pedoman penilaian yang lebihsesuai (aspek dan kemampuan yangdinilai) untuk tiap mata pelajaran.6 Penilaian terkadang tidak mencakupseluruh indikator atau KD karena soaldisusun tanpa kisi-kisiSebelum menyusun soal tes terlebihdahulu disusun kisi-kisi agar disamping keseimbangan dan bobotsoal, maka ketercakupan kompetensiyang hendak dicapai juga jelastergambar.7 Sumber belajar umumnya dan bukupegangan, sangat terbatas menggunakanteknologi dan lingkunganDiperkenalkan aneka sumber belajar

    baik kepada guru maupun kepadamurid

    Tabel 3.10. Lain-lain

    No. Permasalahan Pemecahan Masalah1. Tidak ada tenaga yang kompeten yangbisa membantu memecahkanpermasalahan yang muncul dalampelaksanaan KTSP- Pimpinan dan pengawas harus menguasaiperubahan kebijakan pemerintah (adapembinaan yang terkait dengan KTSP)

    -Perlu adanya petugas penyuluh/pendampingan/ monitoring secara umumatau tiap mata pelajaran dalam jangkatertentu2. Kesenjangan sarana pembelajaranpendidikan antara satuan pendidikan-tercapainya standar sarana minimal untukmendukung proses pembelajaran sekolah3. Tuntutan sekolah oleh dan masyaratterhadap tenaga guru orientasinyamasih nilai-perlu sosialisasi ke masyarakat umumtentang kebijakan pemerintah terbaru

    4. Kondisi gedung, ruangan danlingkungan sekolah tidak menunjangproses pembelajaran, sehingga antarkelas saling tergangu- Pembenahan gedung secara bertahap- Pembuatan tata ruang dan tata letak yangmendukung proses pembelajaran

    Tabel 3.11. Tambahan

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    30/38

    No. Permasalahan Pemecahan masalahan1 Penggunaan matematika pada matapelajaran lain, seperti pada fisikamenjadi masalah bagi guru fisika dansiswaGuru fisika dapat langsungmenerapkan rumus tanpa melaluipemahaman konsep dan bagi siswarumus tersebut termasuk dalamkategori ingatan saja.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    31/38

    C. Pembahasan Temuan Dokumen dan Temuan Lapangan1.Pembahasan Diskusi Hasil Kajian Dokumen SIBerdasarkan data hasil kajian dokumen kurikulum dilakukan pembahasan temuansebagai berikut:

    a.Dari aspek dokumen, temuan menunjukkan bahwa sebagian besar guru (SD,SMP dan SMA) kurang atau belum memahami secara baik bahkan sebagianbesar guru tidak memiliki dokumen Standar Isi. Terhadap temuan ini, ada tigahal penting yang potensial menjadi penyebabnya, yaitu: (1) Standar Isi belumtersosialisasikan secara merata dikalangan guru, (2) Dokumen Standar Isibelum terdistribusikan secara baik ke tingkat satuan pendidikan, dan (3) Satuanpendidikan tidak proaktif mengakses dokumen Standar Isi tersebut.b.Temuan yang mengungkapkan bahwa kepadatan materi masih cukup tinggi dankarenanya tidak tertampung oleh alokasi waktu yang ada menunjukkan bahwapembelajaran matematika masih berbasis materi belum sepenuhnya mengarahkepada upaya pencapaian kompetensi. Hal ini disebabkan karena kurangnyapemahaman terhadap penjabaran KD menjadi Satuan Kredit Kompetensi(SKK) yang berfokus kepada pemilihan materi essensial sesuai indikator.Dalam konteks ini pemahaman terhadap penjabaran KD merupakankompetensi yang harus dimiliki guru. Pada hakekatnya pembelajaran

    matematika dilakukan oleh guru untuk mencapai SK dan KD dan bukannyauntuk menghabiskan materi pelajaran. Proses pencapaian SK dan KD tidakditentukan berdasarkan alur materi pelajaran yang ada pada buku tertentu tetapimateri ditentukan berdasarkan SK dan KD. Oleh karena itu satuan pendidikanatau guru dapat menggunakan berbagai buku dan sumber apa saja, dimana saja,kapan saja, oleh siapa saja untuk mencapai SK dan KD yang ada.2.Diskusi Hasil Kajian Pelaksanaan SIa. Aspek Penyusunan Program(i) Masih ada guru kesulitan merumuskan indikator berdasarkan SK danKD.Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesulitan guru merumuskanindikator adalah karena guru sudah terbiasa mengajar berdasarkan buku

    pegangan. Mereka merasa lebih nyaman dan lebih praktis dengan apa yangada dalam buku pegangan. Penyusunan indikator dalam silabus dirasa tidakada manfaatnya karena tidak langsung digunakan dalam pembelajaran.Dalam praktek pembelajaran di sekolah indikator akan signifikankegunaanya bila para guru akan membuat soal berdasarkan kisi-kisi yangtelah disusun. Jadi para guru merasa lebih efisien mengajar dengan hanyaterlebih dahulu menjabarkan KD menjadi materi pokok. Disamping itu KDsecara umum sudah menggambarkan atau merefleksikan indikator.

    (ii) Guru belum mampu menyusun silabusPenyusunan silabus dianggap sulit oleh guru karena mereka menganggapbahwa penyusunan silabus merupakan program baru bagi guru. Para gurumenganggap bahwa silabus tidak identik dengan penyusunan SAP/Renpel

    yang biasa mereka biasa lakukan sebelumnya. Sehingga silabus dianggapbarang baru dan menyulitkan mereka. Akibatnya para guru mencari amandengan cara mencopy silabus dari sekolah lain. Disamping itu pemahamantentang silabus yang ada dalam KTSP dianggap sebagai format baku yang

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    32/38

    harus diikuti. Sebagian guru membuat silabus dengan mencontoh modelsilabus KTSP tersebut. Perlu dijelaskan bahwa format model silabus dalamKTSP hanya merupakan sebuah model (bukan juknis). Pada dasarnya gurudapat secara kreatif dapat dikembangkan sendiri oleh guru.

    (iii) Guru masih sulit menjabarkan SK/KD menjadi materi pokok danbahan ajarKebiasaan menggunakan buku pegangan mata pelajaran matematikamengakibatkan guru mengalami kesulitan atau tidak terbiasa menyusunmateri dan bahan ajar sendiri. Padahal tuntutan KTSP menghendakikemampuan guru menjabarkan SK dan KD menjadi materi pokok danbahan ajar. Artinya guru diharapkan untuk secara kreatif memilih danmenyusun materi berdasarkan SK dan KD yang relevan. Dengan demikianmateri pokok dan bahan ajar ditentukan mengacu kepada SK dan KD tidakberdasarkan kepada struktur materi yang ada dalam buku pegangan.

    b. Aspek Pelaksanaan KBM(i)Pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada bukupeganganImplementasi pembelajaran matematika di kelas belum sepenuhnyamengacu kepada SK dan KD yang telah ditetapkan di dalam Standar Isi,walaupun istilah SK dan KD sebenarnya sudah diperkenalkan di dalam

    KBK yang lalu. Pembelajaran matematika di kelas lebih banyak mengacukepada buku pegangan guru. Struktur pembelajaran, skenario, sampaikepada penilaian semua mengacu kepada buku pegangan. Gurukebanyakan mengajar berdasarkan pada halaman-halaman yang adadibuku pegangan, dan sebagai akibatnya mereka merasa materi terlalupadat dan tidak cukup alokasi waktu yang tersedia.

    (ii)Pelaksanaan KBM masih konvensional dengan metode kurangbervariasiProses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum menunjukkanhasil yang memuaskan, upaya guru ke arah peningkatan kualitas prosesbelajar mengajar belum optimal, metode, pendekatan dan evaluasi yang

    dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampaknegatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. KBMyang konvensional dengan metode ceramah merupakan cara yang palingaman untuk mengejar pencapaian target pembelajaran. Padahalpencapaian kompetensi sebagaimana tertuang dalam SK dan KDmemerlukan metode dan pendekatan aktif learning yang bervariasi gunameningkatkan kemampuan siswa menguasai suatu kompetensi.

    (iii)Penilaian dan pelaporan gabungan ranah kognitif, afektif danpsikomotorik kurang cocok dengan mata pelajaran matematikaMata pelajaran matematika termasuk dalam kelompok mata pelajaranIPTEK, yang ranah atau domainnya lebih banyak berfokus pada ranah

    kognitif daripada ranah afektif dan psikomotorik. Di dalam sistem KBKyang lalu penilaian dan pelaporan keberhasilan siswa memuat ketigaranah tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam RAPOR siswa yang memuattiga komponen nilai secara terpisah, yaitu: kognitif, afektif danpsikomotorik. Penilaian yang mengacu kepada SK dan KD seharusnya

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    33/38

    memuat satu dan hanya satu nilai yang mengintegrasikan ketiga domaintersebut.

    (iv)Penilaian tidak sesuai KD atau indikator karena disusun tanpa kisikisi,dan mengambil soal-soal dari bukuBahwa demi kepraktisan guru, sering mengambil soal-soal dari bukutanpa terlebih dahulu menganalisis relevansinya dengan kisi-kisi atau KDdan indikator yang ada dalam kisi-kisi. Penilaian oleh guru yang benaradalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapai kompetensiyang tertuang dalam SK, KD dan indikator. Penilaian adalah bagianintegral dari pembelajaran. Oleh karena itu mengambil soal dari bukusecara serampangan dapat menimbulkan penilaian yang semu tidakmengukur kompetensi yang seharusnya diukur.

    (v) Sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan belummelibatkan penggunaan ICT dan lingkunganSumber belajar pada umumnya masih menggunakan buku pegangan.Upaya untuk menggunakan ICT dalam pembelajaran masih menemuikendala terutama dalam hal pembiayaan. Penggunaan lingkungan sebagaisumber belajar belum banyak dipahami guru. Untuk mencapaikompetensi sebagaimana dituangkan dalam SK dan KD diperlukansumber belajar yang beragam. Pengertian kelas dalam pembelajaran

    matematika tidak hanya berada di sekolah tetapi dapat dilakukan di luarsekolah (out of the class).

    (vi) Pelaksanaan KBM di kelas tidak sesuai dengan silabusPelaksanaan KBM matematika di kelas belum sesuai dengan apa yangtelah direncanakan dalam Silabus. Ketidaksesuaian ini disebabkankarena: (1) Guru belum konsisten melaksanakan skenario pembelajarandalam silabus, (2) Pembelajaran terpaku kepada materi dan pola di bukupegangan, dan (3) Guru ingin mengejar target materi dan lalaimenfokuskan pembelajaran pada SK dan KD.

    (vii) Siswa kesulitan menggunakan alat peraga pembelajaranmatematika, (jangka, kalkulator, busur, dll)

    Kompetensi yang dituangkan dalam SK dan KD pada hakekatnyamencakup ketiga aspek: kognitif, afeksi, dan keterampilan dalam matapelajaran. Kesulitan siswa dalam menggunakan alat peraga untukmenjelaskan konsep-konsep matematika potensial disebabkan: (1) satuanpendidikan tidak memiliki alat peraga untuk pembelajaran matematika,dan (2) guru tidak melatihkan penggunaan alat peraga tersebut.

    (viii)Tidak ada tenaga kompeten yang bisa membantu untuk memecahkanmasalah dalam pelaksanaan KTSPTemuan bahwa para guru merasa tidak menemukan tenaga atau lembagayang dapat membantu memecahkan masalah dalam pelaksanaan KTSP,menunjukan bahwa para guru mengalami ketidakjelasan dalampelaksanaan KTSP tersebut. Ketidakjelasan ini sebenarnya dapat diatasi

    dengan cara mengaktifkan kegiatan MGMP. Sehingga melalui MGMPpermasalahan bersama yang dijumpai dalam mata pelajaran matematikadapat diselesaikan secara bersama-sama.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    34/38

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Berdasarkan temuan dan diskusi hasil kajian dokumen SI dan pelaksanaan SI matapelajaran matematika, diberikan kesimpulan rekomendasi sebagai berikut:

    A. Kesimpulana.Dari aspek dokumen:-Sebagian besar guru kurang memahami bahkan tidak memiliki dokumen StandarIsi.-Pemahaman guru terhadap Standar Isi sangat beragam.-Kepadatan materi dirasakan masih cukup tinggi sehingga tidak tertampung olehalokasi waktu yang ada.b.Dari aspek penyusunan program:-Guru masih sulit menjabarkan SK dan KD menjadi indikator.-Guru belum mampu menyusun silabus pembelajaran

    -Guru masih sulit menjabarkan SK/KD menjadi materi pokok dan bahan ajarc.Dari aspek pelaksanaan KBM:-Pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku pegangan-Pelaksanaan KBM masih konvensional dengan metode kurang bervariasi-Penilaian dan pelaporan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik kurang cocokdengan mata pelajaran matematika-Penilaian tidak sesuai KD atau indikator karena disusun tanpa kisi-kisi, danmengambil soal-soal dari buku-Sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan belum melibatkan

    penggunaan ICT dan lingkungan-Pelaksanaan KBM di kelas tidak sesuai dengan silabus-Siswa kesulitan menggunakan alat peraga pembelajaran matematika, (jangka,kalkulator, busur, dll).-Tidak ada tenaga kompeten yang bisa membantu untuk memecahkan masalahdalam pelaksanaan KTSP.B. RekomendasiBerdasarkan temuan dan kesimpulan diberikan saran-saran sebagai berikut:

    1.Rekomendasi Jangka Pendeka.

    KD yang terdapat dalam naskah dokumen SI perlu diatur kembali sequensinyadan dibuat lebih operasional dengan pembatasan capaian yang jelas agar gurutidak multi interpretasi di dalam memahmi KD tersebut.b.Dokumen SI dan KTSP, perlu disosialisasikan secara baik kepada guru dan dididistribusikan ke seluruh satuan pendidikan.c.Kepadatan materi dalam pembelajaran matematika, dapat diatasi denganpemilihan materi esensial yang relevan dengan SK dan KD. Karena itu perlupelatihan kepada guru-guru di tingkat satuan pendidikan mengenai penjabaran

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    35/38

    SK dan KD menjadi materi pelajaran.d.Kemampuan menyusun silabus merupakan kompetensi yang harus dimilikiguru. Oleh karena itu perlu dimaknai bahwa penyusunan silabus (istilahsilabus) mata pelajaran adalah identik dengan penyusunan RencanaPembelajaran (Renpel) yang telah diketahui secara meluas dikalangan guruKajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    36/38

    dalam KBK. Oleh karena itu mengacu pada panduan KTSP dari BSNPdirekomendasikan agar tidak perlu menyusun RPP dengan pertimbangan untukefisiensi waktu bagi guru. Disamping itu komponen utama dalam RPP sudahtermuat dalam Silabus.

    e.Penilaian dan pelaporan (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik) maupun(aspek pemahaman konsep, kaitan, komunikasi, dan pemecahan masalah)secara terpisah kurang cocok dengan mata pelajaran matematika, karenakemampuan matematika lebih dominan dalam aspek kognitif. Oleh karena ituperlu ada sistem penilaian dan pelaporan dengan satu nilai yangmengintegrasikan ketiga aspek tersebut.f.Upaya pembelajaran matematika untuk penguasaan kompetensi seperti tertuangdalam SK dan KD dilakukan dengan menggunakan sumber belajar yangberagam tidak hanya terfokus pada buku pegangan tetapi juga dapatmenggunakan ICT, alat peraga pembelajaran matematika, (jangka, kalkulator,busur, dll)dan lingkungan. Dalam konteks ini direkomendasikan untukmelakukan pelatihan tentang penggunaan alat peraga dan ICT dalampembelajaran matematika.g.Untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam pelaksanaan KTSP, perludiaktifkan kembali kegiatan MGMP. Melalui pengkaderan instrukturinstruktur,

    perancangan kegiatan yang sistematis dan terencana serta pemberiandana yang memadai kepada MGMP diharapkan guru-guru dapat meningkatkankemampuannya di dalam mengembangkan KTSP.2.2 Rekomendasi Jangka Panjanga. Perkembangan teknologimenuntut guru dan satuan pendidikan untukmenggunakan teknologi dan informasi (ICT) dalam pembelajaran matematika.Oleh karena implementasi kurikulum matematika ke depan perlu didukungoleh penggunaan teknologi, misalnya pembelajaran matematika dengan mediaelektronik/interaktif (CD/DVD), schoolnet, e-learning, radio dan TVPendidikan.b. Penguasaan bahasa terutamabahasa Inggris menjadi salah satu yang perlu

    dipertimbangkan dalam mempersiapkan kemampuan peserta didik untukmampu bersaing dan memasuki dunia kerja. Oleh karena itu perlu di desainsuatu kurikulum matematika dan pelatihan guru agar mengajarkan matematikadengan bahasa pengantar bahasa Inggris.c.Penguasaan matematika yang berhubungan langsung dengan dunia kerja sangatdibutuhkan daerah-daerah dengan potensi yang khas. Oleh karena perludidesain kurikulum matematika sekolah kejuruan (SMK) berbasis keunggulanlokal.d.Pengembangan kurikulum matematika harus tetap mempertimbangkankeragaman, budaya dan menyerap ciri-ciri keunggulan (lokal jenius)masyarakat Indonesia. Oleh karena itu desain kurikulum matematika harus

    tetap mempertimbangkan hal tersebut.e. Perlu dikembangkan integrasi life skill ke kurikulum pembelajaran matematika.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    37/38

    DAFTAR PUSTAKA

    Becker, J.P. & Shimada, S. The Open- Ended Approach: A New Proposal for TeachingMathematics.Reston, Virginia: 1997.

    Howey, K.R. Contextual Teaching and Learning. New York: ERIC, 2001.

    Kartasasmita, Bana G. Kurikulum Masa Depan Mata Pelajaran Matematika. Makalahdisampaikan pada Seminar Kurikulum Matematika Masa Depan. PUSKUR BalitbangDepdiknas, Cisarua: 14 Maret 2007.

    Leader, G. et al. Learning Mathematics in Context, (Ed) In J. Wakefield & L. Velardi. Melbourne:The Mathematical Association of Victoria, 1995.

    Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

    Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

    Russefendi, H.E.T. RME dalam Pembelajaran Matematika,Makalah disampaikan padaPenataran Dosen UIN Syarif Hiadayatullah Mc.Gill Project, 2 Oktober 2003.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

    Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI, 2003.

    Sumarmo, Utari. Implementasi Kurikulum Matematika pada Sekolah Dasar dan Menengah. Bandung:IKIP Bandung, 1999.

    Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika

  • 7/25/2019 50_Kajian Kebijakan Kurikulum Matematika.txt

    38/38