5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha-Internasional-Tbk-Cabang-Samarinda-PANJI-YUDA-PAMUNGKAS.pdf...

download 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha-Internasional-Tbk-Cabang-Samarinda-PANJI-YUDA-PAMUNGKAS.pdf

of 6

Transcript of 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha-Internasional-Tbk-Cabang-Samarinda-PANJI-YUDA-PAMUNGKAS.pdf...

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 1/13

    Risalah  HUKUM Fakultas Hukum Unmul, Juni 2012, Hal. 49 - 61 Vol. 8, No. 1

    ISSN 021-969X

    Perlindungan Hukum Bagi Penjamin Dalam Perjanjian Jaminan

    Perorangan (Borgtocht) Pada PT.Bank Artha Graha InternasionalTbk Cabang Samarinda

    (Legal Protection With Respect to Guarantor in IndividualGuarantee Agreement (Borgtocht)  Within PT Bank Artha Graha

    Internasional Tbk Samarinda Branch)

    Panji Yuda Pamungkas

    Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Kalimantan TimurJl.Letjend MT Haryono Nomor 18 Samarinda 75126

    Email:  [email protected]

     ABSTRAKSI 

    Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Perlindungan Hukum Bagi PemberiJaminan Perorangan (Personal Guarantee ) pada PT Bank Artha Graha InternasionalCabang Samarinda dan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak pengambilkebijakan agar pemberian kredit dengan jaminan perorangan dapat memberikanperlindungan hukum yang tepat bagi pemberi jaminan perorangan dan menjaminpenyelesaian kredit bermasalah. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan klausulaperjanjian jaminan perorangan yang diterapkan oleh PT.Bank Artha Graha Internasional,Tbk tidak selalu mengutamakan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh seorang penjaminsehingga terdapat kemungkinan pihak penjamin tidak memiliki suatu perlindunganhukum yang layak pada saat kredit macet. Hal ini dikarenakan dengan tidak dimilkinya

    hak-hak istimewa tersebut, harta penjamin bisa langsung dieksekusi terlepas dari apakahpihak debitur bisa membayar kreditnya atau tidak. Oleh karena itu, perlu penataan draftperjanjian jaminan perorangan yang dimiliki oleh PT.Bank Artha Graha Internasional,Tbk. Poin penting yang menegaskan bahwa pihak Ppnjamin adalah jaminan cadangansetelah eksekusi asset yang dimiliki oleh pihak debitur harus menjadi landasannya.

    Kata Kunci: penjamin dan jaminan perorangan.

     ABSTRACT

    This research is to analyze how legal protection with respect to Personal Guarantee in PTBank Artha Graha Internasional Branch Samarinda and hopefully, this could give positive

    suggestion to legislative party so the credit which is given to personal guarantee couldhave precise legal protection and guarantee the problem solving of credit. Based onanalyzing, it could be concluded that clausal of individual guarantee agreement which isimplemented by PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk not always priories the privilegeright that is owned by a guarantor and this will cause the probability that the guarantorparty has no legal protection available when the credit is having problem. This conditionis caused by the un-belonging of privilege right, the treasury of guarantor could beexecute even when from debtor party could pay the credit bills. Thus, it is essential tohave agreement draft of personal Guarantee in PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk.The essential point which stated that the guarantor side is warranty reserve afterexecuting the asset which is owned by debtor must be the foundation.  

    Key Words: guarantor and personal guarantee.

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 2/13

    50 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    PENDAHULUAN

    Bank adalah badan usaha yangmenghimpun dana dari masyarakat dalam

    bentuk simpanan dan menyalurkannya kepadamasyarakat dalam rangka meningkatkan tarafhidup rakyat banyak. Bank sebagai unitpenggerak perbankan memiliki peran yangvital untuk menggerakan ekonomi melaluipemberian dana berupa kredit tersebut.Sebagaimana diketahui bahwa usaha pokokbank adalah memberikan kredit dan jasa-jasa,dalam lalu lintas pembayaran dan peredaranuang, Sedangkan sumber utama pendapatan,bank adalah berasal dari bunga kredit.1 

    Menurut Iswantoro, Bank mempunyaifungsi sebagai berikut:2 1. Mengumpulkan dana yang sementara

    menganggur untuk dipinjamkan kepadapihak lain atau membeli surat-suratberharga (Financial Investment );

    2. Mempermudah di dalam lalu lintaspembayaran uang;

    3. Menjamin keuangan masyarakat yangsementara tidak digunakan;

    4. Menciptakan kredit (Credit Money deposit )yaitu dengan cara menciptakan DemandDeposit (Deposit yang dapat diuangkansewaktu-waktu dari kelebihan cadangan)

    Kredit adalah penyediaan uang atautagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,berdasarkan persetujuan pinjam meminjamantara bank dengan pihak lain yangmewajibkan pihak peminjam untuk melunasihutangnya setelah jangka waktu tertentudengan jumlah bunga, imbalan ataupembagian hasil keuntungan.3  Pemberianfasilitas kredit tersebut dilandasi kehati-hatian

    dari pihak lembaga keuangan. Hal inidikarenakan dari pembiayaan tersebut akantimbul resiko yang cukup besar, mengenaiapakah dana dan bunga dari kredit yangdipinjamkan dapat diterima kembali atau tidak.

    Jenis kredit dari segi tujuanpenggunaannya dapat berupa:4 

    1  Edy Putra, 1989, Kredit Perbankan suatu TinjauanYuridis , Liberty, Yogyakarta, hlm. 88.

    2  Iswardono, Uang dan bank , edisi ke-4 cetakanpertama, BPFE, Yogyakarta, hlm. 62.

    3  Widjanarto, 1993,Hukum dan Ketentuan Perbankandi Indonesia , PT Balai Pustaka, Jakarta, hlm.119.

    4  H.R.Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan BankGaransi , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.125.

    1. Kredit ProduktifKredit produktif yaitu kredit yang diberikankepada usaha-usaha yang menghasilkanbarang dan jasa sebagai konstribusi dari

    usahanya. Untuk kredit jenis ini terdapat2(dua) kemungkinan yaitu:a.  Kredit modal kerja, yaitu kredit yang

    diberikan untuk membiayai kegiatanusaha-usaha, termasuk guna menutupibiaya produksi dalam rangkapeningkatan produksi atau penjualan.

    b.  Kredit investasi, yaitu kredit yangdiberikan untuk pengadaan barangmodal maupun jasa yang dimaksudkanuntuk menghasilkan suatu barang dan

    ataupun jasa bagi usaha yangbersangkutan.2. Kredit Konsumtif

    Kredit konsumtif yaitu kredit yangdiberikan kepada orang perorangan untukmemenuhi kebutuhan konsumtifmasyarakat

    Di Indonesia, program pemberiankredit tersebut sangat terbantu denganberkembangnya begitu banyak bank yangberoperasi, berdasarkan rilis Bank Indonesia5 hingga mencapai 120 Bank pada akhir 2012.Salah satu bank yang beroperasi di Indonesiaberdasarkan rilis dari Bank Indonesia adalahPT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

    PT. Bank Artha Graha Internasional,Tbk. atau yang biasa disebut Bank ArthaGraha berkedudukan di Jakarta Selatan,semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan AktaNomor 12 tanggal 7 September 1973,berkomitmen untuk menjadi lembagakeuangan yang terkemuka dan selalu

    menghasilkan yang terbaik denganmemberikan layanan prima untuk mewujudkankepedulian terhadap kemanusiaan, sosial danbudaya.

    Bank Artha Graha Internasional melaluicabang Samarinda juga berperan aktifmelakukan pemberian kredit bagi para pelakuekonomi dalam rangka berperan serta dalampeningkatan ekonomi dan menggerakkansektor riil. Aspek ekonomi kota Samarindayang ditopang oleh sektor pertambangan

    memicu Bank Artha Graha cabang Samarinda

    5  www.bi.go.id, diakses pada 10 Oktober 2012.

    http://www.bi.go.id/http://www.bi.go.id/http://www.bi.go.id/

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 3/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 51

    memberikan kredit dalam nominal yang besarhingga milyaran rupiah dengan harapan dapatberperan untuk memenuhi tuntutanpersaingan ekonomi global.

    Bank Artha Graha sebagai penanggungresiko mengelola pemberian kreditberdasarkan prinsip-prinsip manajemen yangberlaku. Pemberian kredit secara ketattersebut berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentangPerbankan sebagaimana telah diubah denganUndang-undang Nomor 10 Tahun 1998tentang Perubahan Atas Undang-undangNomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,dikemukakan bahwa dalam memberikan

    kredit, bank wajib mempunyai keyakinanberdasarkan analisis yang mendalam atasitikad dan kemampuan serta kesanggupannasabah debitur untuk melunasi utangnya ataumengembalikan pembiayaan dimaksud sesuaidengan yang diperjanjikan.

    Pemberian kredit tersebut semakindiperketat dengan Peraturan Bank IndonesiaBank Nomor: 11/ 25 /PBI/2009 tentangPerubahan Atas Peraturan Bank IndonesiaNomor 5/8/PBI/2003 tentang PenerapanManajemen Risiko Bagi Bank Umum yangmewajibkan menerapkan Manajemen Risikosecara efektif, baik untuk bank secaraindividual maupun untuk bank secarakonsolidasi. Meskipun tidak disebutkan secarategas bahwa setiap pemberian kredit debiturwajib memberikan jaminan (collateral ) kepadakreditur tetapi dalam Penjelasan Pasal 8 ayat(1) ditegaskan bahwa untuk memperolehkeyakinan sebagaimana disebutkan di atas,maka bank harus melakukan penilaian yangseksama terhadap watak, kemampuan, modal,

    agunan dan prospek usaha dari debitur.Kondisi ini merupakan suatu implementasi dariasas prudential banking  yang selama ini telahmenjadi pedoman bank-bank dalammelakukan pemberian kredit, tercermin dariprosedur pemberian kredit yang harusdilakukan secara hati-hati dan selektif. Sebagaiupaya untuk mengeliminasi risiko kredit, banksenantiasa memperhatikan aspek jaminan(collateral ) sebagai dasar dalam pemberiankredit, disamping juga melalui penilaian watak,

    kemampuan, modal, dan prospek usahadebitur. 

    Standar yang diterapkan pihak Bank Artha Graha cabang Samarinda ini dikenaldengan istilah Five C’s yaitu:6  Character(watak), Capacity (kemampuan), Capital

    (modal), Collateral (agunan) dan Condition  ofEconomic (kondisi atau prospek usaha). Untukitu perlu dibahas satu persatu kelima faktor diatas, sehingga menjadi jelas apa yangdimaksudkan:1. Character , sifat-sifat calon debitur seperti

    kejujuran, perilaku dan ketaatannya gunamendapat data-data mengenai debiturtersebut maka bank dapat rnelakukannyadengan mengumpulkan informasi darireferensi bank yang lain.

    2. 

    Capital (pemodalan), hal yang menjadiperhatian dari segi pemodalan ini yaitutentang besar dan struktur modal termasukkinerja hasil dari modal itu sendiri dariperusahaan apabila debiturnya adalahperusahaan, dan segi pendapatannya biladebiturnya merupakan perorangan.

    3. Capacity (kemampuan), perhatian yangdiberikan terhadap kemampuan debituryaitu menyangkut kepemimpinan dankinerjanya di perusahaan.

    4. Collateral (agunan), kemampuan si calondebitur memberikan agunan yang baik sertamemiliki nilai baik secara hukum rnaupunsecara ekonomi.

    5. Condition of economi (kondisiperekonomian), yaitu segi yang cepatberubah, yang menjadi perhatian meliputikebijakan pemerintah, politik sosial budaya,dan segi lainnya yang dapat mempengaruhikondisi ekonomi itu sendiri.7 

    Kemitraan antara bank dan nasabahperlu dilandasi beberapa asas hukum supaya

    tercipta suatu kemitraan yang baik. Beberapaasas hukum tersebut antara lain:1.   Asas Demokrasi Ekonomi

     Asas ini secara tegas ada dalam Pasal 2Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992tentang Perbankan yang diubah denganUndang-Undang Nomor 10 tahun 1998tentang Perbankan yang menyatakan:”Perbankan Indonesia dalam  melakukan

    6  Hasibuan, H.Malayu S.P., 2009, Dasar-Dasar HukumPerbankan , PT.Bumi Aksara, Jakarta, hlm.91.

    7  Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan diIndonesia , Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.236.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 4/13

    52 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    usahanya berdasarkan demokrasi ekonomiyang menggunakan prinsip kehati-hatian”. 

    2.   Asas KepercayaanPenjelasan Pasal 29 Undang-Undang

    Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankanyang diubah dengan Undang-UndangNomor 10 tahun 1998 tentang Perbankanmenyatakan bahwa bank terutama bekerjadengan dana dari masyarakat yangdisimpan pada bank atas dasarkepercayaaan. Menurut Sutan RemySyahdeni8, bunyi pasal itu mengandungmakna bahwa nasabah menyimpan danadalam hubungan dengan bank dilandasioleh kepercayaan bahwa bank akan

    berkemauan membayar kembali simpanannasabah penyimpan dana itu pada waktuditagih sehingga hubungan antara krediturdan debitur bukan hanya secarakontekstual semata melainkan hubunganberdasarkan kepercayaan.

    3.   Asas Kerahasiaan (Confidential Principle ) Asas Kerahasiaan adalah asas yangmengharuskan atau mewajibkan bankmerahasiakan segala sesuatu yangberhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurutkelaziman bank wajib dirahasiakan

    4.   Asas Kehati-hatian (Prudental Principle )Salah satu asas perbankan yang diaturdalam Undang-Undang Perbankan adalahasas kehati-hatian, namun undang-undangtidak memberikan penjelasan tentang asastersebut. Asas kehati-hatian berhubungandengan tugas bank, karena di dalammenjalankan tugasnya bank wajib bekerjadengan penuh ketelitian, melakukanpertimbangan dengan matang,

    menghindari kecurangan dan tidakmengambil langkah yang bertentangandengan kepatutan.9 

    Landasan hukum yang jelas dan kuatsangat penting dalam pemberian kredit yangmemiliki resiko tersebut, maka diperlukansuatu perjanjian kredit dan pengikatan

    8  Sutan Remy Syahdeni, 1996, BeberapaPermasalahan UUHT Bagi Perbankan dalamPersiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan diLingkungan Perbankan , Citra Aditya Bakti, Bandung,hlm.10. 

    9  Gatot Supramono , 2009, Perbankan dan MasalahKredit , Rineka Cipta, Jakarta, hlm.46.

     jaminan untuk menjamin keamanan bagi bankdalam pemberian kredit.

    Pengaturan mengenai jaminan sendirisecara umum diatur di dalam Kitab Undang-

    Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yaitudalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 yang dikenaldengan jaminan umum. Untuk lebih jelasnyasebagai berikut:10

     

    1. Pasal 1131 KUH Perdata “Segala kebendaansi berutang, baik yang bergerak maupunyang tidak bergerak, baik yang sudah adamaupun yang baru akan ada dikemudianhari, menjadi tanggungan untuk segalaperikatannya perseorangan”.

    2. Pasal 1132 KUH Perdata “Kebendaan

    tersebut menjadi jaminan bersama-samabagi semua orang yang mengutangkankepadanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurutkeseimbangan yaitu menurut besar kecilnyapiutang masing-masing, kecuali apabiladiantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.

    Jaminan tersebut dianggap kurangcukup dan belum sepenuhnya aman karenaselain bahwa kekayaan si debitur pada suatuwaktu habis, juga jaminan secara umum ituberlaku untuk semua kreditur atau kedudukankreditur sama (kreditur concurent ), sehinggakalau terdapat banyak kreditur adakemungkinan beberapa orang dari merekatidak dapat bagian lagi.11 

    Debitur yang mempunyai banyakkreditur, ada kemungkinan tidak semuapiutangnya dapat dilunasi kepada parakrediturnya. Oleh karena itu Bank Artha Grahamemiliki ketentuan untuk meminta diberikan jaminan khusus yaitu jaminan yang adanya

    diperjanjikan lebih dahulu oleh para pihak.Jaminan ini lazim dikenal dengan istilah

    Jaminan Perorangan (Personal Guarantee).Bank menginterprestasikan bahwa JaminanPerorangan ini merupakan perangkat yangdapat memberikan perlindungan jaminan yanglebih optimal dan dinilai dapat mendukung

    10  Djojo Muldjadi,  “Pengaruh Penanaman Modal AtasPerkembangan Hukum Persekutuan PerseroanDagang (Venoontschafrecht) Dewasa Ini”  , MajalahHukum dan Keadilan Nomor 5/6, 1997.hlm.5.

    11  R. Subekti, 1996, Jaminan-Jaminan Untuk PemberianKredit Menurut Hukum Indonesia , PT Citra AdityaBakti, Bandung, hlm.15.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 5/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 53

    keyakinan dalam mekanisme pemberian kredityang semakin meningkat.

    Jaminan yang diberikan tersebut dapatmengakibatkan kewajiban secara finansial dari

    pihak penanggung (guarantor ) selaku pihakketiga untuk menanggung terhadappemenuhan prestasi apabila pihak yangdijamin (debitur) melakukan cidera janji(wanprestasi).

    Jaminan yang diberikan tersebut dapatmengakibatkan kewajiban secara finansial daripihak penanggung (guarantor ) untukmenanggung pemenuhan prestasi apabilapihak yang dijamin (debitor) melakukan cidera janji (wanprestasi).

    Mekanisme penggunaan JaminanPerorangan dalam prakteknya dipersyaratkansecara konsisten di Bank Artha Graha antaralain untuk:a. kredit-kredit yang dikucurkan bagi

    perusahaan-perusahaan baik yang sudahberbentuk badan hukum maupun badanusaha dengan alasan bahwa kredit atasnama perusahaan tersebut harus dijaminsecara pribadi oleh orang-orang penting diperusahaan tersebut antara lain pemegangsaham, direksi atau komisaris yangmengelola dan mengawasi jalannyaperusahaan tersebut;

    b. kredit yang dikucurkan bagi peroranganyang dengan alasan-alasan tertentudisyaratkan untuk diberikan jaminantambahan berupa Jaminan Perorangan. Alasan-alasan tersebut antara lain karena: 

    1)  Jaminan fixed assets kurangmencukupi untuk mengcover jumlahkreditnya.

    2)  Kredibilitas Debitor masih diragukan

    dalam mengelola usahanya.3)  Usaha Debitur merupakan usaha

    patungan dengan orang lain.4)  Kredit yang jumlahnya relatif besar. 

    Pada sebagian kalangan masih seringterjadi kesalahpahaman mengenai essensiyuridis dengan apa yang disebut JaminanPerorangan. Hal ini terjadi mungkin karenakurangnya pemahaman terhadap ketentuanterkait yang berlaku, khususnya bab-babmengenai penanggungan utang yang diatur

    dalam KUH Perdata. Pemahaman yang keliruini tercermin dari adanya anggapan bahwadengan adanya Jaminan Perorangan dalam

    perjanjian kredit, maka kewajiban pemenuhanprestasi dari pihak penanggung bersifatseketika tatkala pihak debitur yang dijaminmelakukan wanprestasi.

    Kondisi yang sebenarnya tidaklahbersifat sedemikian sederhana, namun harusmelalui beberapa tahapan sebagaimana diaturdalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1864KUH Perdata, bab ketujuhbelas tentangPenanggungan Utang. Pasal-pasal tersebutmenjadi dasar pengaturan dari mekanismeJaminan Perorangan pada kegiatan pemberiankredit yang dilakukan oleh perbankan. Sepertidikutip dari Sutarno12 ,  “Seorang Penjaminadalah cadangan artinya seorang Penjamin itu

    baru membayar hutang debitur jika tidakmemiliki kemampuan lagi”, atau dalam halnyadebitor itu sama sekali tidak mempunyai hartabenda yang dapat disita. Kalau pendapatanlelang sita atas harta benda di debitor tidakmencukupi untuk melunasi utangnya, barulahtiba gilirannya untuk menyita harta benda sipenjamin. Tegasnya apabila seorang penjamindituntut untuk membayar utang debitor (yangditanggung olehnya), ia berhak untukmenuntut supaya dilakukan lelang sita lebihdahulu terhadap kekayaan debitor.

    Hak istimewa yang dimilki seorangPenjamin tercantum dalam pasal 1831KUHPerdata yaitu  “Penanggung tidak wajibmembayar kepada kreditur kecuali jika debiturlalai membayar utangnya; dalam hal itu punbarang kepunyaan debitur harus disita dandijual terlebih dahulu untuk melunasiutangnya.”  

    Hak istimewa tersebut dipertegas padaPasal 1834 KUHPerdata yaitu “Pihakpenanggung yang menuntut supaya harta

    benda si berutang lebih dahulu disita dandilelang, diwajibkan menunjukkan kepada siberpiutang benda-benda di berutang danmembayar lebih dahulu biaya yang diperlukanuntuk melaksanakan penyitaan sertapelalangan tersebut”. 

    Di Bank Artha Graha, prosedur yangberjalan adalah pihak penanggung tidak dapatmenuntut harta benda pihak berutang lebihdahulu disita dan dilelang untuk meluansihutangnya seperti dinyatakan di KUH Perdata

    tersebut. Karena pihak pemberi jaminan

    12  Sutarno, 2009,  Aspek-Aspek Hukum PerkreditanPada Bank , Alfabeta, Bandung, hlm.239.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 6/13

    54 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    perorangan tanpa mereka pahami di dalamklausula Perjanjian Pemberian JaminanPerorangan diwajibkan untuk melepaskansemua hak istimewanya termasuk hak

    istimewanya untuk menuntut dilakukannyalelang sita lebih dahulu atas harta benda pihakberutang jika terjadi kredit macet. Hal initerjadi karena secara psikologis apabila debiturmembutuhkan dana atau modal maka akantunduk pada syarat yang telah ditentukankreditur agar bisa mendapatkan uang ataumodal sehingga posisi bank selaku krediturselalu lebih tinggi atau kuat apabiladibandingkan dengan posisi debitur. Dengandasar alasan di atas, maka penulis tertarik

    untuk menganalisa tentang “PerlindunganHukum Bagi Penjamin Dalam PerjanjianJaminan Perorangan (Borgtocht ) Pada PT.Bank Artha Graha Internasional, Tbk CabangSamarinda”. Pembahasannya difokuskan padapermasalahan “Bagaimana PerlindunganHukum Bagi Penjamin Dalam PerjanjianJaminan Perorangan (Borgtocht ) Pada PT.Bank Artha Graha Internasional, Tbk CabangSamarinda?”. 

    Perlindungan Hukum Bagi PenjaminDalam Perjanjian Jaminan Perorangan(Borgtocht) Pada PT. Bank Artha GrahaInternasional, Tbk Cabang Samarinda

    Perbankan Indonesia dalammenjalankan fungsinya berasaskan prinsipkehati-hatian mengingat fungsi utamaperbankan Indonesia adalah sebagaipenghimpun dan penyalur dana masyarakat.Fungsi tersebut bertujuan untuk menunjangpelaksanaan pembangunan nasional dalamrangka meningkatkan pemerataan

    pembangunan dan hasilnya, pertumbuhanekonomi dan stabilitas nasional, ke arahpeningkatan taraf hidup rakyat banyak.

    Bank Artha Graha selaku bagianpenting dalam dunia perbankan di Indonesiamemiliki kebijakan kredit bahwa aspek jaminanmerupakan aspek yang sangat penting dalampemberian kredit karena eksekusi jaminanmerupakan salah satu solusi apabila terjadikredit bermasalah. Sehubungan dengankegiatan pemberian kredit perbankan tersebut,

    mengenai jaminan utang disebut dengansebutan jaminan kredit atau agunan. Jaminankredit umumnya dipersyaratan dalam

    pemberian kredit, mengingat penyaluran kreditmerupakan kegiatan yang beresiko tinggidalam dunia perbankan. Dengan demikian, jaminan kredit mempunyai peranan penting

    bagi pengamanan pengembalian dana bankyang telah disalurkan kepada pihak peminjammelalui pemberian kredit

    Dasar Hukum perjanjian kredit adalahpinjam meminjam yang didasarkan kepadakesepakatan antara bank dengan nasabah(kreditur dengan debitor).13 

    Secara umum jaminan kredit diarahkansebagai penyerahan kekayaan ataupernyataan kesanggupan seseorang untukmenanggung pembayaran kembali suatu

    hutang.

    14

     Resiko gagal bayar dari debiturmerupakan suatu permasalahan resiko kredityang sangat serius dan tidak dapat begitu sajadengan mudah diselesaikan oleh bank selakukreditur. Pada umumnya penyebab timbulnyakredit bermasalah sebagai akibat gagalbayarnya debitur atas kredit yang telahdiberikan diakibatkan oleh beberapa faktorsebagai berikut:1. Debitur yang tidak memiliki itikad baik.

    Tidak semua pemohon kredit mempunyaiitikad baik, karena banyak pemohon kredit justru telah mengelabui bank agarmemberikan kredit dan setelah kreditdicairkan peruntukannya adalah bukanuntuk pengembangan usaha tetapi justruuntuk kepentingan pribadi yang lain (sidestreaming). 

    2. Keterbatasan kualitas debitur dalammengelola kredit.Bank seringkali tidak melakukan penilaianyang layak atas prospek usaha, kondisi

    keuangan ataupun kapasitas debitur.Sebagai akibat keterbatasan debitur dalammengelola kredit yang dikucurkan makaresiko gagal bayar debitur-pun akansemakin meningkat.

    3. Musibah yang terjadi pada debitur ataukegiatan usaha debitur.Musibah merupakan suatu hal yang tidakdapat dihindari dan diluar kekuasaan dankehendak manusia. Debitur sebagai akibat

    13  Sembiring, Sentosa, 2008, Hukum Perbankan ,Mandar Maju, Bandung, hlm.67.

    14  Suyatno dkk, 1993, Kelembagaan Perbankan ,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.70.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 7/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 55

    musibah yang dialaminya sangat mungkinakan mengalami kendala yang serius dalampengembalian kreditnya kepada bank. 

    Berdasarkan kebutuhan akan

    pengamanan pengembalian kredit denganresiko seperti tersebut di atas maka Bank Artha Graha mengatur bentuk-bentukpengikatan jaminan atas benda bergerak danbenda tidak bergerak adalah sebagai berikut:1. Perjanjian Pengikatan Gadai

    Perjanjian kebendaan dimana bank sebagaikreditur memperoleh hak kebendaan atassuatu benda bergerak yang dimiliki olehdebitur/penjamin. Dalam Perjanjian Gadaiini bank sebagai kreditur menguasai secara

    keseluruhan fisik barang yang dijadikan jaminan. Barang bergerak yang diikatsecara gadai contohnya: emas, logammulia, berlian, saham, sertifikat deposito,deposito berjangka, obligasi, dan lain-lain.

    2. Perjanjian Pengikatan Fiducia (FiduciareEigendomsoverdracht )Perjanjian Pengikatan Fiducia yaitupenyerahan hak milik atas suatu bendasecara kepercayaan dari debitur kepadakreditur. Ini berarti atas benda tersebut,kepemilikannya secara hukum sudahberpindah kepada kreditur, namun fisiknyadikuasai oleh debitur/penjamin. Barangbergerak yang diikat secara fiduciacontohnya: kendaraan bermotor/kendaraanberat, persediaan barang (inventory ), kapallaut dibawah 20m3, pesawat terbangberstatus hak sewa guna usaha dan belummemiliki Grosse Akta.

    3. Hak TanggunganHak Tanggungan adalah hak jaminan yangdibebankan pada hak atas tanah

    sebagaimana yang dimaksud dalamperundang-undangan tentang agraria/pertanahan, sedangkan ketentuanmengenai Hak Tanggungan mengacu padaperundang-undangan mengenai HakTanggungan.

    4. Pengikatan Hipotik, yang dulunyadigunakan untuk mengikat jaminan tanahdan bangunan sudah tidak digunakan lagidengan berlakunya perundang-undanganmengenai Hak Tanggungan. Namun

    pengikatan Hipotik masih digunakan untukmelakukan pengikatan atas kapal-kapal laut

    berbendara Indonesia dengan ukuran diatas20m³, pesawat terbang, dan helikopter.

    5. Dalam rangka menambah pengamanandalam pemberian kredit, Komite Kredit

    dapat memintakan pemindahan hak piutangatau tagihan yang dimiliki oleh debitur yangdisebut dengan Cessie. 

    6. Personal Guarantee   dan CorporateGuarantee. Jenis jaminan untuk meningkatkan rasatanggung jawab debitur dalam membayarcicilan pinjaman yang telah diterimanya,maka Komite Kredit wajib mensyaratkanpenanggungan hutang oleh pihak ketigabaik perorangan maupun badan hukum

    (personal guarantee   corporate guarantee ).Penanggungan hutang atau disebut jugaborgtocht adalah suatu persetujuan gunakepentingan kreditur dimana pihak ketigamengikatkan diri untuk memenuhikewajiban debitur kepada kreditur, apabiladebitur yang bersangkutan tidak dapatmemenuhi kewajibannya atau melakukanwanprestasi. 

    Persyaratan kredit dengan jaminanseperti dijelaskan di atas merupakan hal yangumum dalam setiap pemberian kredit, namundi Bank Artha Graha selain jaminan berupaFixed Asset , kebijakan kredit di Bank ArthaGraha juga mewajibkan adanya jaminanlainnya berupa jaminan perorangan dari pihaktertentu. Jaminan Perorangan ini merupakanperangkat yang dapat memberikanperlindungan jaminan yang lebih optimal dandinilai dapat mendukung keyakinan dalammekanisme pemberian kredit. Jaminan yangdiberikan tersebut dapat mengakibatkankewajiban secara finansial dari pihak

    penanggung (guarantor ) untuk menanggungterhadap pemenuhan prestasi apabila pihakyang dijamin (debitur) melakukan cidera janji(wanprestasi).

    Jaminan  personal guarantee mampumenjadi kontrol  kelangsungan usaha debitur.Sekalipun dalam kenyataannya penanggung bersedia menjaminkan harta kekayaannyauntuk kepentingan pihak lain  yang menjadidebitur, namun penanggung tidak mau sia-siaapabila harta kekayaannya hanya untuk usaha

    yang tidak layak/tidak sehat. Untuk itulah dengan masuknya penanggung sebagaiagunan tambahan namun mampu sebagai alat

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 8/13

    56 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    bantu kreditur dalam memonitor kelangsunganusaha debitur.

    Pengikatan Jaminan Perorangantersebut menjadi sebuah pengaman yang

    sangat efektif bagi pihak bank untuk menjagakualitas kredit yang telah diberikan kepadadebitor. Sebuah perjanjian akan menjadi idealpada saat dapat memberikan manfaat bagikedua belah pihak. Dengan adanya seorangpenanggung tersebut maka krediturmemandang kedudukannya menjadi lebih baikatau kuat, dengan demikian pada dasarnyaperjanjian jaminan perorangan diadakanbukan untuk kepentingan debitur tetapi untukkreditur.

    Posisi bank selaku kreditur selalu lebihtinggi atau kuat apabila dibandingkan denganposisi debitur dalam setiap perjanjian kredit,karena debitur yang membutuhkan dana ataumodal sedangkan kreditur yangmenyediakannya. Secara psikologis apabiladebitur membutuhkan dana atau modal makaakan tunduk pada syarat yang telahditentukan kreditur agar bisa mendapatkanuang atau modal.

    Perjanjian Jaminan Perorangan(borgtocht ) selama ini dibuat dalam aktaotentik/notariil. Bentuk Akta Penjaminan atau Akta Borgtocht sebenarnya  dapat dibuatdengan akta di bawah tangan atau denganakta otentik karena undang-undang tidakmensyaratkan atau menentukan secara formalmengenai bentuk akta borgtocht tersebut.Namun di Bank Artha Graha akta borgtochtselalu dibuat dengan akta Notaris karena lebihmenjamin kebenaran dan kelengkapan isi aktaborgtocht tersebut dan dapat menjaminkekuatan pembuktian sebagai akta otentik.

    Rangkaian perbuatan hukum PerjanjianPenjaminan (Borgtocht ) tersebut memerlukanbeberapa tahapan sebagai berikut:1. Tahap Pertama: Penandatangan perjanjian

    KreditTahap pertama didahului dengan dibuatnyaperjanjian pokok yang berupa perjanjiankredit antara pemberi kredit (kreditur) danpeminjam kredit (debitur). Undang-undangperbankan tidak menentukan bentuk darisuatu perjanjian kredit, sehingga perjanjian

    kredit bisa dibuat dengan akta di bawahtangan atau bentuk akta otentik yangdibuat oleh dan dihadapan Notaris.

    Pemberian kredit harus berdasarkanpersetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan calondebitur/debitor yang dituangkan dalam

    dokumen Perjanjian Kredit yang merupakanpengikatan kredit dan pengikatan jaminan(jika ada) sebagai bukti tertulis bagi bank.

    2. Tahap Kedua: Penandatangan AktaBorgtocht  Pembuatan Perjanjian Penjaminan (aktaborgtocht ) antara Kreditur dengan pihakketiga yang mengikatkan diri sebagaiPenjamin hutang dilakukan setelah tahappertama berupa pembuatan perjanjiankredit selesai. Pihak Ketiga di sini adalah

    siapa saja (bukan debitur) yang memenuhisyarat hukum dan bersedia untukmengikatkan diri sebagai Penjamin yangmenjamin pembayaran kembali hutangdebitur manakala debitur cidera janji. PihakKetiga yang bersedia mengikatkan dirisebagai Penjamin biasanya orang-orang yang memiliki hubungan dan kepentinganbisnis dengan debiturnya. 

    Hubungan tersebut bisa terjadi karenaada hubungan keluarga, hubungan teman danhubungan bisnis. Kepentingan bisnis atauekonomi bisa terjadi karena antara debiturdengan pihak ketiga yang sama-samamempunyai kepentingan bisnis/ekonomi untukmemajukan perusahaan. Misalnya suatuperusahaan meminjam kredit ke Bank yangmenjadi Penjamin adalah Komisaris, Direkturatau Pemegang Sahamnya. Hal tersebutdikarenakan akan lebih mudah untukmengetahui lebih dalam tentang karakterpemberi jaminan perorangan dan menghitungasset yang dimiliki oleh pemberi jaminan

    perorangan tersebut, sehingga jaminankepastian hukum dalam pelaksanaanperjanjian pemberian kredit yang dijamindengan jaminan perorangan lebih terjamin.

    Pemberian Penanggungan (Borgt )tersebut diberikan dalam kapasitas sebagaipribadi, oleh Komisaris atau Direktur atauPemegang Sahamnya dan bukan dalamkapasitas selaku organ perseroan. DalamJaminan Perorangan, pemberi jaminan harusmempunyai hubungan dengan debitur yang

    dijaminnya, karena tidak mungkin seseorangmau menjamin orang lain (debitur) tanpamengenalnya.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-ptb… 9/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 57

    Di PT Bank Artha Graha Internasional,Tbk, kewajiban pihak debitur untukmemberikan jaminan berupa PersonalGuarantee   merupakan keputusan yang

    dikeluarkan Komite Kredit Kantor Pusatsebagai salah satu persyaratan utamapemberian kredit yang akan dilakukankemudian. Dalam pemberian jaminanperorangan ini, penjamin tidak secara spesifikmemberikan suatu barang /benda kepadakreditor/bank, sehingga secara teoritispenjamin akan bertanggung jawab untukmembayar hutang tersebut dengan seluruhharta kekayaannya. Keyakinan ini didasarkankepada analisis kelayakan yang telah dilakukan

    oleh Bank Artha Graha cabang Samarindamelalui staf Account Officer  /Marketing .Persyaratan pemberian Personal

    Guarantee   dari pihak ketiga tersebut selaludiwajibkan oleh Komie Kredit karena beberapapertimbangan: 1. Debitur termasuk dalam jenis Debitur

    Komersial atau Debitur Korporasi yangmemiliki plafond kredit dengan nominalyang besar.

    2. Nasabah mempunyai beberapa perusahaanlainnya atau termasuk dalam suatukelompok/group perusahaan.

    3. Pembiayaan yang membutuhkanpenanganan resiko kredit yang khusus. 

    Pemberian Penanggungan (Borgt )tersebut diberikan dalam kapasitas sebagaipribadi, oleh Komisaris atau Direktur atauPemegang Sahamnya dan bukan dalamkapasitas selaku organ perseroan. Unsuresensial dari suatu perjanjian JaminanPerorangan meliputi 3 (tiga) hal sebagaiberikut:

    a. penanggungan utang yang diberikan untukkepentingan kreditur;

    b. utang yang ditanggung tersebut haruslahsuatu kewajiban, prestasi atau perikatanyang sah demi hukum;

    c.  kewajiban penanggung untuk memenuhiatau melaksanakan kewajiban debitur baruada segera setelah debitur wanprestasi.

    Pada isi akta perjanjian JaminanPerorangan ini telah ditetapkan secara rincimengenai kewajiban-kewajiban pihak Personal

    Guarantee :a. Penjamin wajib membayar lunas Hutang

    atas permintaan pertama dari Bank

    terhadap Penjamin tanpa untuk itudiperlukan lagi sesuatu pembuktian tentangkelalaian Debitor.

    b. Kewajiban Pihak Penjamin melepaskan hak-

    hak istimewa yang dimiliki seorangpenjamin untuk menuntut kepada kredituragar melakukan penjualan harta benda atau jaminan milik debitur terlebih dahulu. Jikahasil penjualan harta benda milik debiturbelum mencukupi untuk melunasihutangnya baru kemudian penjaminbertanggung jawab untuk melunasikekurangannya.

    c.  Kewajiban dari penjamin melepaskan hakistimewa yang dimiliki seorang penjamin

    untuk menuntut kepada kreditur agardilakukan pemecahan hutang atau membagihutang.

    d. Penjamin wajib tidak meminta kepadakreditur agar diberhentikan dari kedudukansebagai penjamin, karena perbuatankreditur yang dapat mengakibatkanpenjamin tidak akan dapat menggunakanhak-haknya yang diperoleh dari subrogasiseperti melaksanakan hak hipotik/haktanggungan dan hak-hak lainnya yangsemula dimiliki kreditur.

    Berdasarkan uraian di atas didapatibahwa perjanjian Jaminan Perorangan ini lebihfokus mengatur segala tindakan hukum yangwajib dipatuhi oleh pihak pemberi JaminanPerorangan. Poin-poin yang sangat krusial danpatut menjadi sorotan adalah Pasal 1 tentangJaminan yang menyebutkan:1.1. Jaminan ini diberikan oleh Penjaminkepada Bank untuk menjamin pembayaranseluruh Hutang dan oleh karenanya Penjaminbertanggung jawab serta wajib membayar

    lunas Hutang atas permintaan pertama dariBank terhadap Penjamin tanpa untuk itudiperlukan lagi sesuatu pembuktian tentangkelalaian Debitor.1.2. Jaminan ini adalah jaminan yang terusmenerus, tanpa syarat dan tidak bisadipisahkan dari Perjanjian Kredit karena tanpaJaminan ini Perjanjian Kredit tersebut tidakakan ditandatangani dan karena itu selamaPerjanjian Kredit masih berlaku Jaminan initidak bisa dicabut dan/atau dibatalkan dengan

    alasan apapun juga.Berdasarkan Pasal di atas maka dapat

    dengan jelas dilihat bahwa pihak bank berhak

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-pt… 10/13

    58 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    untuk langsung meminta kepada pihakPenjamin untuk melakukan pelunasan utangdebitur seketika pada saat kredit tersebutmacet. Hal ini bertentangan dengan Pasal

    1820 KUH Perdata yang menyebutkan “Suatuperjanjian, di mana pihak ketiga, demikepentingan kreditur, mengikatkan dirinyauntuk memenuhi perikatan debitur, biladebitur tidak memenuhi perikatannya”. 

    Pemaparan di atas menunjukkanbahwa sebuah perlindungan hukum yangkomprehensif adalah suatu kebutuhan yangmendesak. Negara Indonesa sebagai negarahukum yang berdasarkan Pancasila haruslahmemberikan perlindungan hukum terhadap

    warga masyarakatnya yang sesuai denganPancasila. Oleh karena itu perlindungan hukumberdasarkan Pancasila berarti pengakuan danperlindungan hukum akan harkat danmartabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan,permusyawaratan serta keadilan sosial.

    Perlindungan hukum dapat diartikanperlindungan oleh hukum atau perlindungandengan menggunakan pranata dan saranahukum. Ada beberapa cara perlindungansecara hukum, antara lain sebagai berikut:15 1. Membuat peraturan (by giving regulation ),

    yang bertujuan untuk:a.  Memberikan hak dan kewajiban;b.  Menjamin hak-hak para subyek hukum

    2. Menegakkan peraturan (by the lawenforcement ) melalui:a.  Hukum administrasi Negara yang

    berfungsi untuk mencegah (preventif )terjadinya pelanggaran hak-hakkonsumen, dengan perijinan danpengawasan;

    b.  Hukum pidana yang berfungsi untukmenanggulangi (repressive ) setiappelanggaran terhadap peraturanperundang-undangan, dengan caramengenakan sanksi hukum berupasanksi pidana dan hukuman;

    c.  Hukum perdata yang berfungsi untukmemulihkan hak (curative, recovery ),dengan membayar kompensasi atauganti kerugian.

    15  Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan PokokHukum Perlindungan Konsumen , PenerbitUniversitas Lampung, Bandar Lampung, hlm.31.

    Philipus M. Hadjon membagi bentukperlindungan hukum menjadi 2(dua), yaitu:16 1. Perlindungan hukum yang preventif

    Perlindungan hukum ini memberikan

    kesempatan kepada rakyat untukmengajukan keberatan (inspraak) ataspendapatnya sebelum suatu keputusanpemerintahan mendapat bentuk yangdefinitif. Sehingga, perlindungan hukum inibertujuan untuk mencegah terjadinyasengketa dan sangat besar artinya bagitindak pemerintah yang didasarkan padakebebasan bertindak. Dan dengan adanyaperlindungan hukum yang preventif inimendorong pemerintah untuk berhati-hati

    dalam mengambil keputusan yang berkaitandengan asas freies ermessen , dan rakyatdapat mengajukan keberatan atau dimintaipendapatnya mengenai rencana keputusantersebut.

    2. Perlindungan hukum yang represifPerlindungan hukum ini berfungsi untukmenyelesaikan apabila terjadi sengketa.Indonesia dewasa ini terdapat berbagaibadan yang secara partial menanganiperlindungan hukum bagi rakyat

    Perjanjian Jaminan Peroranganmelibatkan tiga pihak yang terkait, yaitukreditur, debitur dan pihak ketiga. Krediturberkedudukan sebagai pemberi kredit ataupihak yang berpiutang, sedangkan debituradalah orang yang mendapat pinjaman uangatau kredit dari kreditur. Pihak ketiga adalahorang yang akan menjadi penangung utangdebitur kepada kreditur, manakala debiturtidak memenuhi prestasinya.

    Perjanjian Borgtocht   bersifat  Accessoir  tetapi dari sudut pemenuhan kewajiban

    bersifat subsider artinya bahwa kewajibanPenjamin untuk memenuhi hutang debiturterjadi manakala debitur tidak memenuhihutangnya. Bila debitur sendiri telahmemenuhi kewajiban utangnya makaPenjamin tidak perlu memenuhi kewajibansebagai seorang Penjamin.17 

    16  Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum BagiRakyat Indonesia; Sebuah Studi Tentang Prinsip- Prinsipnya, Penanganannya Oleh Pengadilan DalamLingkungan Peradilan Umum , PT Bina Ilmu,Surabaya, hlm.2. 

    17  Sutarno, Op.cit., hlm.240.

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-pt… 11/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 59

    Pada prinsipnya, penanggung utangtidak tidak wajib membayar utang debiturkepada kreditur, kecuali jika debitur lalaimembayar utangnya. Untuk membayar utang

    debitur tersebut, maka barang kepunyaandebitur harus disita dan dijual terlebih dahuluuntuk melunasi utangnya. Bentukperlindungan seperti dijabarkan di atasdiwujudkan dalam beberapa peraturan hukumyang berlaku di Indonesia.

    KUHPerdata Bagian 2 tentang Akibat-akibat Penanggungan Antara Kreditur DanPenanggung Pasal 1831 menyatakan bahwa “Penanggung tidak wajib membayar kepadakreditur kecuali debitur lalai membayar

    utangnya, dalam hal itu pun barangkepunyaan debitur harus di sita dan dijualterlebih dahulu untuk melunasi utangnya”.Pernyataan tersebut diperkuat BerdasarkanPasal 1832 Kitab Undang-Undang HukumPerdata, hak-hak keistimewaan yang dimilikioleh si penjamin adalah sebagai berikut ini:1. Hak si penjamin untuk menuntut agar harta

    kekayaan debitur disita dan dieksekusiterlebih dahulu untuk melunasi utangnya.Dan apabila hasil eksekusi tidak mencukupiuntuk melunasi utangnya, maka harta sipenjamin yang kemudian akan di eksekusihartanya;

    2. Hak si penjamin untuk tidak mengikatkandiri bersama-sama dengan debitur secaratanggung menanggung. Hak ini adakemungkinan penjamin telah mengikatkandiri bersama-sama debitur dalam suatuperjanjian secara jamin menjamin.Penjamin yang telah mengikatkan dirinyabersama-sama debitur dalam suatu aktaperjanjian dapat dituntut oleh si kreditur

    untuk tanggung menanggung bersamadebiturnya masing-masing untukkeseluruhan utang;

    3. Hak si penjamin untuk mengajukantangkisan yang tertuang dalam Pasal 1849dan Pasal 1850 Kitab Undang-UndangHukum Perdata. Hak ini lahir dari perjanjianpenjaminan. Penjamin memiliki hak untukmengajukan tangkisan yang dapat dipakaioleh debitur kepada kreditur terkecualitangkisan yang hanya mengenai pribadinya

    debitur (tertuang dalam Pasal 1847 KitabUndang-Undang Hukum Perdata);

    Penulis memandang ada sebuahprosedur dalam perlindungan hukum bagipihak Penjamin yang tidak berjalan secaraoptimal. Prosedur tersebut terkait erat dengan

    transparansi informasi mengenai produk bank.Bank Indonesia telah Peraturan BankIndonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentangTransparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi Nasabah yangmenekankan tentang pentingnya transparansiyang sangat diperlukan untuk memberikankejelasan pada nasabah mengenai manfaatdan risiko yang melekat pada produk bank.18 

    Kredit yang diberikan oleh Bank ArthaGraha dengan berbagai bentuknya termasuk

    dalam kategori produk bank seperti yangdimaksudkan dalam Peraturan Bank IndonesiaNomor 7/6/PBI/2005 tentang TransparansiInformasi Produk Bank dan Penggunaan DataPribadi Nasabah. Pasal 4 Peraturan BankIndonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentangTransparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi Nasabah:(1). Bank wajib menyediakan informasi tertulis

    dalam bahasa Indonesia secara lengkapdan jelas mengenai karakteristik setiapProduk Bank.

    (2).  Informasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib disampaikan kepadaNasabah secara tertulis dan atau lisan.

    (3). Dalam memberikan informasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2), Bank dilarang memberikaninformasi yang menyesatkan (mislead )dan atau tidak etis (misconduct ).

    Karena itu dalam pemberian produkbank tersebut Bank Artha Graha harusmemenuhi amanat PBI tersebut, yaitu:

    (1). Bank wajib menerapkan transparansiinformasi mengenai Produk Bank danpenggunaan Data Pribadi Nasabah.

    (2). Dalam menerapkan transparansi informasimengenai Produk Bank dan penggunaanData Pribadi Nasabah sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Bank wajibmenetapkan kebijakan dan memilikiprosedur tertulis yang meliputi:a.  transparansi informasi mengenaiProduk Bank; dan

    18  www.bi.go.id  tentang Peraturan Perbankan, diaksespada 1 Maret 2013.

    http://www.bi.go.id/http://www.bi.go.id/http://www.bi.go.id/

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-pt… 12/13

    60 Panji Yuda Pamungkas  Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul

    b. transparansi penggunaan Data PribadiNasabah;

    (3). Kebijakan dan prosedur sebagaimanadimaksud pada ayat (2) wajib

    diberlakukan di seluruh Kantor Bank.Peraturan yang tercantum dalam PBIdan Undang-undang di atas merupakanbentuk perlindungan hukum secara preventifdan represif bagi para nasabah bank. Sepertiyang dinyatakan oleh Philipus M.Hadjon bahwasetiap orang berhak untuk mendapatkanperlindungan hukum sebagaimana mestinyasehingga membagi bentuk perlindunganhukum menjadi 2 (dua) yaitu preventif danrepresif. Karena itu terkait dengan

    penanganan Personal Guarantee   yangdiberikan oleh pihak ketiga dalam sebuahperjanjian kredit dengan pihak bank, sangatmendesak untuk menyusun sebuah skemayang seimbang antara pihak bank denganpihak ketiga selaku Penjamin.

    Di bidang perbankan, belum pernahada suatu ketentuan yang secara khusus dankonkret memberikan bentuk perlindunganhukum bagi pihak Penjamin. PerlindunganHukum semakin krusial diperlukan dalamproses pemberian Jaminan Perorangan jikakita merujuk dari salah satu Asas perjanjianyaitu Asas Itikad Baik. Bahwa orang yang akanmembuat perjanjian harus dilakukan denganitikad baik. Itikad baik dalam pengertian yangsubyektif dapat diartikan sebagai kejujuranseseorang yaitu apa yang terletak padaseorang pada waktu diadakan perbuatanhukum. Sedangkan itikad baik dalampengertian obyektif adalah bahwa pelaksanaansuatu perjanjian hukum harus didasarkan padanorma kepatuhan atau apa yang dirasa sesuai

    dengan yang patut dalam masyarakat.19 Itikad baik dari kedua belah pihak

    Dibutuhkan saat membuat perjanjian jaminanperorangan antara pihak bank dengan pihakpemberi Jaminan Perorangan. Pihak ketigatelah menjaminkan seluruh harta atau assetyang dimilikinya dalam perjanjian jaminantersebut. Karena itu dari pihak bank juga patutmelaksanakan asas itikad baik itusebagaimana mestinya.

    19  Sutarno, Op.cit., hlm.77.

    PENUTUPBerdasarkan hasil analisa mengenai

     “Perlindungan Hukum Bagi Pihak PemberiJaminan Perorangan Pada Pengikatan Kredit di

    PT.Bank Artha Graha Iternasional, Tbk CabangSamarinda” maka dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:1. Pihak pemberi Jaminan Perorangan pada

    PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbkcabang Samarinda belum mendapatkanperlindungan hukum yang komprehensifdan konkret. Hal ini membuat pihakpemberi jaminan perorangan tidak dapatmelaksanakan hak-hak yang dimilikinyaberdasarkan KUH Perdata pada saat

    eksekusi kredit macet.2. Klausula perjanjian jaminan peroranganyang diterapkan oleh PT.Bank Artha GrahaInternasional, Tbk mengesampingkan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh seorangPenjamin sehingga pihak penjamin tidakmemiliki suatu perlindungan hukum yanglayak pada saat kredit macet. Hal inidikarenakan dengan tidak dimilkinya hak-hak istimewa tersebut, harta Penjamin bisalangsung dieksekusi terlepas dari apakahpihak debitur bisa membayar kreditnya atautidak.

    DAFTAR PUSTAKA

    LiteraturEdy Putra, 1989, Kredit Perbankan suatu

    Tinjauan Yuridis , Liberty,Yogyakarta.Gatot Supramono , 2009, Perbankan dan

    Masalah Kredit , Rineka Cipta, Jakarta.H.R.Daeng Naja, 2005 Hukum Kredit dan

    Bank Garansi , PT. Citra Aditya Bakti,

    Bandung.Hasibuan, H.Malayu S.P. 2009, Dasar-Dasar

    Hukum Perbankan , PT.Bumi Aksara,Jakarta.

    Iswardono, 1990, Uang dan bank , edisi ke-4cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta.

    Muhammad Djumhana, 2000, HukumPerbankan di Indonesia , Citra AdityaBakti, Bandung.

    Philipus M.Hadjon, 1986, PerlindunganHukum Bagi Rakyat di Indonesia ,

    PT.Bina Ilmu, Surabaya.R Subekti, 1996, Jaminan-Jaminan Untuk

    Pemberian Kredit Menurut Hukum

  • 8/19/2019 5.-Perlindungan-Hukum-Bagi-Penjamin-Dalam-Perjanjian-Jaminan-Perorangan-Borgtocht-Pada-PT.Bank-Artha-Graha…

    http:///reader/full/5-perlindungan-hukum-bagi-penjamin-dalam-perjanjian-jaminan-perorangan-borgtocht-pada-pt… 13/13

    Risalah  Hukum Fakultas Hukum Unmul   Vol. 8, No. 1 61

    Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.

    Sembiring, Sentosa, 2008, HukumPerbankan , Mandar Maju, Bandung.

    Sutan Remy Syahdeni, 1996, BeberapaPermasalahan UUHT Bagi Perbankandalam Persiapan Pelaksanaan HakTanggungan di LingkunganPerbankan, Citra Aditya Bakti,Bandung.

    Sutarno, 2009,  Aspek-Aspek HukumPerkreditan Pada Bank,  Alfabeta,Bandung.

    Suyatno  dkk , 1993, KelembagaanPerbankan , PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

    Widjanarto, 1993, Hukum   dan KetentuanPerbankan di Indonesia , PT BalaiPustaka, Jakarta.

    Peraturan Perundang-UndanganKitab Undang-Undang Hukum Perdata.Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 

    tentang Perbankan yang telah diubah

    dengan Undang-undang Nomor 10Tahun 1998.

    Peraturan Bank Indonesia Nomor7/6/PBI/2005  tentang

    Transparansi Informasi Produk Bankdan Penggunaan Data PribadiNasabah. 

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 25/PBI/2009 tentang Perubahan AtasPeraturan Bank Indonesia Nomor5/8/PBI/2003 tentang PenerapanManajemen Risiko Bagi Bank.

    JurnalDjojo Muldjadi, 1997,  “Pengaruh

    Penanaman Modal AtasPerkembangan Hukum PersekutuanPerseroan Dagang(Venoontschafrecht) Dewasa Ini”  ,Majalah Hukum dan Keadilan Nomor5/6, Jakarta.

    Sumber Lainnyawww.bi.go.id