5. ISNA dr. Frida

35
Terdapat pada sebagian besar kasus JC™ - 1 – Infeksi Saluran Napas [email protected] dr. Frida, SpA By: dr. Frida, SpA Infeksi ISNA (Infeksi Saluran Napas Akut) Terbagi menjadi : Bagian atas (hidung s / d pharyng) Bagian bawah (di bawah pharyng dari trachea s / d paru-paru) Merupakan penyebab utama (terpenting) morbiditas & mortalitas pada anak Infeksi saluran napas bagian atas t.d. : Rhinitis Pharyngitis Tonsilitis Sinusitis Otitis Sinusitis & otitis merupakan bagian dari ISNA juga karena pada anak-anak, saluran tuba esutachius masih datar. Sekret lendir (mukus) bisa dengan mudah berkumpul di Sinus Maxillaris. Anak suka nyedot lendir/ ingus Infeksi saluran napas bagian bawah t.d.: Laryngitis Epiglottis Laryngotracheobronchitis Bronchitis (mengenai saluran napas yang paling besar) Bronchiolitis (mengenai saluran napas yang lebih kecil bronkiolus) Pneumonia (mengenai jaringan paru) o Pneumonia lobaris o Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) o Pneumonia interstitiel ISNA bawah hanya terjadi ± 5% kasus Penyebab/ etiologi paling banyak untuk ISNA adalah virus jadi untuk terapi tidak perlu antibiotika Bakteri yang dapat menyerang ISNA bawah contohnya Staphylococcus, Streptococcus. Misalnya epiglotis perlu antibiotika

description

tugas

Transcript of 5. ISNA dr. Frida

JC - 27 Infeksi Saluran [email protected]

dr. Frida, SpA

By: dr. Frida, SpA

Infeksi ISNA (Infeksi Saluran Napas Akut)

Terbagi menjadi :

Bagian atas (hidung s/d pharyng) Bagian bawah (di bawah pharyng dari trachea s/d paru-paru)

Merupakan penyebab utama (terpenting) morbiditas & mortalitas pada anak Infeksi saluran napas bagian atas t.d. : Rhinitis

Pharyngitis

Tonsilitis

Sinusitis

Otitis

Sinusitis & otitis merupakan bagian dari ISNA juga karena pada anak-anak, saluran tuba esutachius masih datar. Sekret lendir (mukus) bisa dengan mudah berkumpul di Sinus Maxillaris. Anak suka nyedot lendir/ ingus Infeksi saluran napas bagian bawah t.d.: Laryngitis

Epiglottis

Laryngotracheobronchitis

Bronchitis (mengenai saluran napas yang paling besar)

Bronchiolitis (mengenai saluran napas yang lebih kecil bronkiolus)

Pneumonia (mengenai jaringan paru)

Pneumonia lobaris

Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) Pneumonia interstitiel

ISNA bawah hanya terjadi 5% kasus Penyebab/ etiologi paling banyak untuk ISNA adalah virus jadi untuk terapi tidak perlu antibiotika Bakteri yang dapat menyerang ISNA bawah contohnya Staphylococcus, Streptococcus. Misalnya epiglotis ( perlu antibiotikapeRadangan pada

SALURAN NAPAS

- Menyerang SALURAN NAPAS ATAS -

rhinitis Disebut juga COMMON COLD (Flu)

Sering pada anak di bawah 2 tahun

Etiologi :

Virus saluran napas yaitu : Rhinovirus

Parainfluenza virus

Respiratory Syncytial Virus (RSV) Influenza virus

Adenovirus

Gejala : Rhinorrhea (pilek), hidung tersumbat ; mengganggu pernapasan

Pada bayi umur 1 atau 2 bulan belum dpt bernapas lewat mulut jadi kalau hidung tersumbat hanya bisa nangis ( Bersin-bersin

Demam subfebril (kadang-kadang)

Gejala Rhinitis ini mirip dg Rhinitis allergica. Dapat dibedakan dengan Rhinitis Allergica yaitu: Pada Rhinitis Allergica, bersin lebih menonjol dan lebih hebat, tidak ada demam subfebril. Disertai dengan rasa gatal di mata dan hidung, mata berair dan disertai tanda-tanda alergi lainnya), mukosa hidung pucat Therapy dg anti histamin akan sembuh (CTM, Clarifin, Loratadin, Golongan KS kuat)

Komplikasi : Bila tidak sembuh-sembuh akan menjalar ke saluran napas yang lebih bawah

Pharyngitis, BronchitisTherapy :

Simtomatik (dekongestan, antipiretik)

Istirahat cukup, gizi baik PHArYnGitis Jarang terjadi pada anak umur di bawah 1 tahun Sering pada anak usia 4 7 tahun

Etiologi :

Virus (t.u)

Bakterial Streptococcus haemolyticus grup A Streptococcus pyogenes Corynebacterium diphtheriaeGejala Klinik : Aspesifik ; mula-mula gejala infeksi biasa (batuk pilek, demam, suara serak, rhinitis)

Sakit menelan

Pharyng hiperemis

Ada selaput/ eksudat pada palatum/ tonsil (bila etiologinya bakterial) Gejala pada bakteri lebih berat. Klo pd virus akan lebih ringan dan aspesifik Bila etiologi bakteri, gejalanya sbb :

Demam lebih tinggi

Muntah-muntah

Eksudat ( Uvula bengkak

Nyeri telan Petechiae di palatum mole

Ruam/ Rash (bila etiologi Streptococcus)

Komplikasi : Bisa menyerang infeksi saluran napas bawah Bila etiologinya bakteri terjadi gangguan atau sumbatan jalan napas, gangguan irama jantung (( pada diphtheriae) Bila etiologinya Streptococcus gejala tadi ditambah dengan GN akut, demam rematik

Therapy : Antibiotika (untuk bakteri) ; virus tidak perlu antibiotika

Golongan Eritromisin atau Penicillin Ampicillin hingga Cephalosporin

- Menyerang SALURAN NAPAS BAWAH -

LARYNGitis Disebut juga CROUPGejala :

Batuk hebat (Barking Cough) ( batuk kering dan keras

Serak

Stridor inspiratoir (waktu tidur)

Laryngitis terbagi menjadi beberapa terminologi yaitu :1. Laryngitis akut

2. Laryngotracheitis

3. Laryngotracheobronchitis

4. Spasmodik Croup

Gejalanya mirip-mirip. Mula-mula selalu diikuti dengan gejala infeksi ISNA bagian atas lalu gejala ISNA bagian bawah Gejalanya : Aspesifik ISNA

Batuk Barking Cough

Stridor inspiratoir ( sesak napas

Sputum purulen ( (pada yang bakterial)

Panas tinggi, anaknya terlihat sakit berat

Sering komplikasi ke arah pneumonia

Therapy : Simtomatik dengan :

Humidifikasi

Pasien ditempatkan di ruang lembab, mandi air panas (uap)

Corticosteroid masih kontroversi (kalo penyakitnya berat, boleh pake !!) Inhalasi epinefrin racemis (menurunkan gejala stridor dan bengkak)

Bila et/ bakteri ( antibiotika (penicilin cephalosporin)

BRONCHitis AKUT Meliputi inflamasi saluran napas bag atas (trachea + bronchus) ( di saluran napas yg besar Tdk langsung meradang di daerah tersebut tetapi didahului oleh infeksi sal napas bag atas

Etiologi :

Virus (adenovirus, dll)

Bakteri H.influenzae gram (-) Sekarang ada imunisasi HIB (H.influenzae) ( Act-HiB, Hiberix

Komplikasi : Pneumonia berat

Radang otak dan selaput otak (meningitis)

Epiglositis

Tujuan vaksin adalah mencegah infeksi H.influenzae

Bordetella pertusis (vaksin DPT) Mycoplasma pneumoniae

Gejala : Batuk, lama kelamaan menjadi produktif (sering dan banyak sekret)

Ronchi (suara napas kasar)

Foto thorax normal (karena yang terkena hanya bronchus dan trachea)Komplikasi :

Pneumonia

Otitis

Sinusitis

Meningitis

Therapy :

Simtomatik (bila karena virus), sembuh dalam 7 hari (1 minggu)

Bila karena bakterial, beri antibiotika

BATUK KRONIK BERULANG (BKB) Bila pada dewasa disebut Bronchitis KronikDefinisi :

Suatu keadaan klinis yg disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk minimum 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa gejala respiratorik lainnya

2 mgg sakit 2 mgg sembuh 2 mgg sakit

2 mgg sakit Batuk Kronik Berulang Bila sudah BKB harus Waspada ( menjadi tanda-tanda dari adanya penyakit paru atau penyakit sistemik lainnya yang mendasari batuk-batuk tadi Penyakit yang bisa menimbulkan BKB adalah sebagai berikut : TBC (KP) kuman

Asthma alergi

Kistik fibrosis herediter

Kelainan bawaan: Primary Cilliary Diskinesia

Lesi anatomik tertentu

Benda asing iritan (rokok, susu (keselek), lingkungan pabrik garmen, benang) Penyakit imunodefisiensi infeksi (mis: HIV)

Gejala : Batuk kering (produktif)

Nyeri dada

Kadang-kadang bising

Gejala bisa meningkat pada malam hari

Therapy : tergantung etiologi awal

Pneumonia Radang paru Pembagian berdasarkan:

Distribusi anatomi

Pneumonia lobaris: hanya mengenai lobus

Pneumonia interstitialis: mengenai jaringan paru

Bronchopneumonia (Pneumonia lobularis)

Pleuropneumonia (mengenai pinggir paru dan pleura)

Etiologi

Pneumonia pneumococcus Pneumonia streptococcus Pneumonia staphylococcus Pneumonia virus Pneumonia aspirasi Klasifikasi pneumonia menurut etiologi adalah :1. Bakteri: Pneumococcus, Staphylococcus, H.influenzae, M.tbc, Streptococcus, Klebsiella, P. Aeruginosa

2. Virus: RSV, adenovirus, CMV, Giant Cell Pneumoniae, influenza virus

(RSV = Respiratory Syncytial Virus)

3. Infeksi lain: Pneumocystic carini

Q-fever

Mycoplasma pneumoniae

Nocardiosis

Chlamydia

Omitmosis

Psittacosis

Ureaplasma

4. Jamur5. Aspirasi (minyak tanah, cairan, benda asing, debu)

6. Loeffler Syndrome

7. Hypostatic pneumonia: krn sakit, berbaring lama di ranjang

8. Obat/ radiasi

9. Hypersensitivitas pneumonitis

PatogenesisInfeksi oleh kuman-kuman yang masuk dari saluran napas atas. Selanjutnya proses radang ini terjadi dalam 4 stadium:

1. Stadium kongestiTimbul udema yang mengakibatkan terjadinya proliferasi/ penyebaran kuman ke jaringan sekitar. 2. Stadium hepatisasi merahKonsolidasi/ pemadatan (sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan udem, kuman di alveoli)3. Stadium hepatisasi kelabuDeposit fibrin di pleura; PMN ( di alveoli

4. Stadium resolusi Makrofag meningkat di alveoli

Degenerasi sel

Fibrin menipis

Akhirnya kuman hilang

Manifestasi klinis Sebagian besar ringan/ sedang ( jadi hanya berobat jalan

Sebagian kecil dirawat di RS

Berdasarkan etiologinya, gambaran klinis tidak berbeda jelas

Jadi dari gejala yang tampak, sukar dibedakan untuk mengetahui etiologinya. Gejala dibagi menjadi :1. Manifestasi non spesifik infeksi & toksisitas Demam, sakit kepala, iritabel, malaise, nafsu makan menurun

2. Gejala infeksi saluran napas bawah

Batuk, takipnoe, sputum, napas cuping hidung, sesak napas, meringis, sianosis Anak besar: berbaring pada sisi yang sakit, lutut ditekuk akan terasa nyeri dada

Bila paru mengembang akan lebih sakit lagi

3. Tanda pneumoniae Perkusi pekak, fremitus ( (getaran yg terasa pd palpasi), suara napas (, ronki ( Tanda signifikan: retraksi sternal/ intercostal ( dan frekuensi napas ( Pneumonia lobus kanan bawah ( nyeri abdomen karena banyak saraf di sana

4. Tanda efusi pleura

Gerak dada tertinggal

Perkusi pekak

Suara napas ( Fremitus ( Bila efusi >> ( nyeri ( ( sesak (5. Gejala ekstra pulmoner Abses kulit/ jaringan lunak, otitis media akut, sinusitis, meningitis (bila berat)

Bila kuman H.influenzae bisa timbul komplikasi lain: epiglotis, pericarditis

Pada bayi neonatus, tanda pneumonia tidak jelas. Pemeriksaan perkusi dan auskultasi sering normal

Laboratorium Leukositosis (PMN () shift to the left (15.000 40.000/ mm3)

Leukopeni

Titer ASTO ( Pemeriksaan mikrobiologis (utk menentukan etiologi) dg usap tenggorok, sekresi nasofaring

Bilasan bronkitis, aspirasi trachea, pungsi pleura ( invasif

Sputum ( lebih muda diperiksa

Rontgen Pneumonia pneumococcus = Bronchopneumonia atau pneumonia lobarisPerubahan radiologis tidak selalu berhubungan dengan gejala klinik

Pneumonia Streptococcus ( Bronchopneumonia (efusi pleura)

Pneumonia Staphylococcus :

Infiltrat berupa bercak memadat mengenai seluruh lobus

Abses-abses kecil

Efusi pleura

Empiema

Staphylococcus aureus sering menimbulkan abses-abses kecil (pneumatokel) pada bayi( Karena toksin

Karena enzim hemolisin

Leukositosis

Streptokinase

Koagulase

(Nekrosis

Perdarahan

Kauter

M.pneumoniae ( gambaran paru beragam, sering pada remaja/ anak besarDiagnosis berdasarkan

1. Riwayat penyakit

Mula-mula gejalanya batuk, pilek, sesak

2. Pemeriksaan fisik ( ada/ tidak tanda-tanda pneumonia

Contohnya: takipne, retraksi, ronki

3. Pemeriksaan penunjang: Ro

4. Diagnosis etiologi: pemeriksaan mikroskopis, serologi test (sulit)

Komplikasi Empyema

Pericarditis purulenta

Pneumothorax

Meningitis

Dari WHO dikeluarkan: Pedoman klinis diagnosis

Tatalaksana pneumoniaMeliputi penilaian:1. Demam

2. Status nutrisi

3. Letargi

4. Frekuensi napas

5. Observasi dinding dada/ retraksi

6. Auskultasi (wheezing, stridor)

Pneumonia dibagi atas:

1. Pneumonia sangat berat (Rawat) Sianosis sentral ( Minum (-)

2. Pneumonia berat (Rawat) Retraksi ( Sianosis (-)/ sedikit

Minum (3. Pneumonia ringan sedang

Retraksi (-)

Napas cepat (> 60/ menit = bayi < 2 bulan

> 50/ menit = 2 bulan 1 tahun

> 40/ menit = anak 1 5 tahun

Napas cuping hidung (4. Bukan pneumonia Pneumonia PneumococcusTherapy Antibiotika

Penisillin

Ampisillin 100 mg/ kgBB/ hari

Cephalosporin 100 mg/ kgBB/ hari

Chloramphenicol 100 mg/ kgBB/ hari

H. influenza

Klebsiella

P. aeruginosa

Eritromisin ( pneumonia

Bila etiologi belum diketahui, digunakan kombinasi obat untuk gram ( dan (-) BRONCHIOLITIS AKUT Akut Obstruksi inflamasi bronchiolus

Prevalensi

Pada umumnya < 2 tahun

Terbanyak usia 6 bulan

Patogenesis

Gejala ISPA ringan

Demam subfebril/ demam (-)

Distress pernapasan : Batuk

Mengi

Dyspnoe

Takipnoe

Napas cuping hidung

Retraksi

Iritabel

Pemeriksaan fisik ada: Ronki

Mengi

Foto Ro Thorax: bisa hiperinflasi atau NLab: leukosit/ hitung jenis ( N

Follow Up Gejala respiratorik menetap: batuk, mengi, hiperreaktivitas bronkus Etiologi: Hipotesa1. Virus merusak saluran napas/ sistem imun

2. Ada faktor genetik (atopi), hipereaktifitas

Therapy Bronchodilator Anti virus

Antibiotik

Kortikosteroid

ASTHMA Sering pada anak-anak dan prevalensinya tinggi karena tingkat polusi yang tinggiDefinisi (menurut Konsensus Nasional Asma Anak tahun 2001), adalah : Mengi atau bising berulang dan atau batuk persisten dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Timbul episodik kadang ada kadang juga tidak ada

b. Cenderung terjadi pada malam hari atau dini hari

c. Musiman lebih sering pada musim hujan/ dingin

d. Timbul setelah aktivitas fisik

e. Ada riwayat alergi/ atopi/ asma pada pasien/ keluarga

Untuk anak usia di bawah 2 tahun, diagnosanya sulit karena etiologi mengi banyak.1. Penyakit saluran napas reaktif

Asthma

Exercise asthma

Reaksi hipersensitifitas

Pneumonitis hipersensitifitas

Eosinofil tropis

Migran larva visceral

Aspergillosis alergika

2. Aspirasi

Benda asing

Makanan, air liur, isi lambung

Cegah laringotrakeoesofagal

Fistel tracheo-esofagus

Inkoordinasi/ kelumpuhan neuromuscular faring

3. Fibrosis

4. Sindroma silia imotil

5. Gagal jantung

6. Bronchiolitis obliterans

7. Tekanan intrinsik saluran napas

Cairan vaskuler

Pembesaran kelenjar limfe

Tumor mediastinum

Kista paru

8. Tracheo-broncho malaise

9. Masa endobronkial10. Refluks gastroesofagus

11. Hemosiderosis paru

12. Sisa aktivitas displasia bronchopulmoner

Diagnosis untuk anak usia lebih dari 6 tahun dilakukan dengan Tes Faal Paru dengan

Peak Flow Meter

Spirometer

Diagnosis asma menurut pemeriksaan ini yaitu ada :1. Variabilitas pada Peak Flow Meter/ FEV1 < 15%2. Kenaikan lebih dari 15% pada PEFR atau FEV1 setelah pemberian bronkodilator (lebih bagus)

3. Penurunan yang lebih besar dari 15% pada Peak Flow Meter atau FEV1 setelah provokasi bronkus dengan menghirup sesuatu sehingga bronkus menjadi bronkokonstriksi

Contoh: menghirup udara kering/ dingin, pemberian histamin

Diagnosis untuk anak usia < 6 thn ( lihat BAGAN 1. ALUR DIAGNOSTIK ASMA ANAK DD/: TBC ( gejala batuk persisten. Jadi saat diagnosis harus diperiksa apakah pasien itu TBC atau asma. Kemungkinan hasil diagnosis bisa:

Asma

Asma + penyakit lain (TBC) Bukan asma

Bagan diagnosis penting untuk melihat apakah si anak (pasien) mengalami asma atau bukan. Karena dengan diagnosis dini, penanganan akan lebih optimal karena dilakukan penanganan secara dini. Optimal yang dimaksud adalah dalam hal kualitas hidup dan kualitas parunya sendiri

Patologi Asma (dapat menyebabkan bising) Dasarnya adalah Bronkospasme (penyempitan) sehingga menimbulkan obstruksi Obstruksinya satu arah (ini yang menimbulkan bising).

Udara masuk lebih banyak dari yang keluar ; terjadi Air Trapping Pada alveolus, terjadi hiperinflasi yang mengakibatkan tekanan udara dalam paru ( Bila asma berat dapat terjadi Pneumothorax, Pneumomediastinum Akibat hiperinflasi terjadi gangguan pertukaran oksigen (oksigenasi) dan hambatan pertukaran CO2 sehingga terjadi : Gangguan asam basa

Gangguan kesadaran karena hipoxia

Bila asma tidak terlalu berat, awalnya O2 masih bagus, lama-lama O2 tidak bisa masuk pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 ( OS jatuh dalam keadaan sianosis.

Gejala awal Pencetus gejala (Contoh: alergen - hirup udara dingin, debu, serbuk bunga

Aktivitas fisik (olahraga berat, lari-lari)

Gangguan ISNA ringan mulai dari batuk, pilek, rhinitis, bersin-bersin Mengi pada ekspirasi

Gejala Klinis Asma1. Gejala respiratorik: sesak napas (ringan/ sedang/ berat)

2. Gejala kardiovaskuler:

Nadi (/ ( Tensi ( Akral dingin

Tekanan nadi lemah

3. Gejala klinis saraf & otak: hipoksia (ggn emosi, ggn motorik/ sensorik, ggn kesadaran, kejang)4. Gejala lain: gangguan asam basa & metabolik cairanBerdasarkan berat ringan gejala, asma dibagi menjadi : Asma berat Asma ringan

Asma sedang

Ancaman henti napas

Asma dibagi menurut Frekuensi Serangan Asma : Asma episodik jarang 75% kasus (1 x dalam 3 sampai 4 bulan) Asma episodik sering 20%

Asma persistent 5%

Derajat beratnya serangan tidak ada hubungannya dengan frekuensi. Bisa saja si anak mengalami serangan asma tiap 6 bulan tapi sekali terserang serangannya berat. Penatalaksanaan1. Untuk penyakitnya sendiri ( maintenance 2. Untuk gejala saat serangan ( pengobatan untuk akutTujuan utama penatalaksanaan adalah :

Serangan ditekan sehingga tidak timbul

Untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang yang optimal* sebaik mungkin

Karena bila si anak sakit, jadi tidak dapat sekolah. Batuk di malam hari jadi tidak bisa bobo besoknya jadi tidak bisa sekolah sehingga waktu belajar terganggu. Begitu juga bila gangguan terjadi di siang hari, jadi tidak bisa belajar. Jadi tumbuh kembang jadi tidak optimal.Pertumbuhan juga terganggu ( waktu serangan biasanya tidak nafsu makan ( gizi 3 dosis/ minggu

Tambah Na-kromoglikat

Kurang respon dalam 6 minggu

Ganti atau tambah steroid inhalasi dosis rendah.

Lanjutkan 2 agonis inhalasi intermiten

Respon kurang baik

Pertimbangkan xantin long acting

Pertimbangkan ipatropium bromid

Pertimbangkan 2 agonis long acting

Respon tidak baik

Dosis steroid inhalasi dinaikkan

Tambah steroid oral

SANGATBERAT

BERAT

SEDANG

RINGAN

Pemberian steroid dini pada asma prognosis lebih baik

Beri O2 (pertama kali)

Terantisipasi (membaik)

Pengobatan yang biasa + 2 agonis inhalasi

Tambah steroid oral jangka pendek

Tidak ada respon

Di luar dugaan

Nebulizer 2 agonis subkutan

Dosis awal steroid oral atau i.v

Tidak ada respon

Rujuk IGD

Nebulizer dosis tinggi atau 2 agonis i.v

Respon (-)

Rawat

Steroid oral/ i.v + aminofilin i.v

Respon (-)

Rawat ICU (alat bantu napas)

Maksimalkan terapi:

O2 humidifikasi

Teofilin

2 agonis max (inhalasi/ i.v)

Steroid

Gagal

Intubasi + ventilasi

Spirometri

Tes

Fungsi Paru

Pencetus

Asthma

Serbuk Sari

Tungau Debu

Jamur (Spora)

Bulu binatang peliharaan

Nebulizer

Its

Done

JC