5. DISTRIBUSI DAN KEMAMPUAN PULIH STOK … simping yang dominan di zona 2 baik spat, muda maupun...
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of 5. DISTRIBUSI DAN KEMAMPUAN PULIH STOK … simping yang dominan di zona 2 baik spat, muda maupun...
5. DISTRIBUSI DAN KEMAMPUAN PULIH STOK SIMPING
5.1. Struktur Ukuran Stok Simping
Panjang mencerminkan kondisi pertumbuhan dan sebaran ukuran dari
sedian stok. Panjang akan bertambah seiring dengan peningkatan pertumbuhan
populasi. Pengklasifikasi simping menurut stadia adalah pengelompokkan
berdasarkan ukuran. Stadia simping spat adalah simping yang lebar cangkang
berukuran < 4 cm, stadia muda dengan lebar cangkang antara 4-6 cm dan dewasa
> 6 cm (Darmaraj et al, 2004) Hasil analisa terhadap rataan panjang tiap stadia
simping yang di peroleh dari perairan Kronjo ditampilkan pada Lampiran 3.
Hasil analisa rataan panjang tiap stadia spat, dan muda yang tertangkap
antara zone dan antar waktu tidak berbeda nyata . Sedangkan panjang rata-rata
stadia dewasa antara zone berbeda. Panjang stadia stadia spat rata-rata 2,7 cm,
rataan panjang stadia muda 4,9 cm. Panjang rata-rata stadia dewasa berbeda nyata
antar zona, maka ukuran dari yang tinggi-rendah panjang yaitu 7,9 cm di zona 2,
7,2 cm di zona 1 dan 7,0 cm di zona 3.
Pada penelitian pendahuluan dievaluasi bahwa laju pertumbuhan populasi
Placuna placenta termasuk cepat. Hasil analisis data dengan menggunakan
pertumbuhan dengan model von Bartalanfy didapatkan bahwa laju pertumbuhan
populasi rata-rata sebesar 1.9 cm/bulan dan panjang asimtotik (L∞) mencapai
12,74 cm. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa kerang simping akan
mencapai dewasa setelah lebih dari 4 bulan yang merupakan ukuran rata-rata
tangkapan atau mencapai L∞ setelah 5 bulan.
Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa rataan panjang spat, maupun
stadia muda tidak berbeda nyata antar waktu. Sedangkan rataan panjang stadia
dewasa berbeda nyata yang berkenaan dengan selain proses somatik juga karena
proses pertumbuhan reproduktive. Reproduktive simping tertinggi pada zona 2
dibandingkan zona lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa ukuran spat dan muda
lebih seragam pada selang kelompok ukuran, dan dewasa memiliki ukuran
panjang yang lebih bervariasi. Selanjutnya fase dewasa akan yang merupakan
ukuran tangkap akan dicapai setelah 4 bulan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
58
Penangkapan dengan menggunakan alat tangkap garok dan serta dengan
alat tanbahan pada zona 1, 2 dan 3 seperti disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pola hasil tangkapan dengan garok dan alat tambahanKeterangan: Z1,2,3 Garok = Simping di zona ke 1,2,3 yang tertangkap garok
Z1,2,3 Garok + = Simping di zona 1,2,3 tertangkap garok dan jaring spat
Dari Gambar 8 terlihat bahwa penambahan alat tangkap jaring spat
meningkatan penambahan hasil tangkapan stadia spat. Hasil analisis data nilai
tengah dua data tidak saling bebas (uji t) di tiap zona tidak ada perbedaan antara
hasil tangkapan spat pada zona 1, 2 dan zona 3 sebelum dan setelah penambahan
alat tangkap.
Pola hasil tangkapan dengan garok yang ditambah alat jaring spat dengan
garok tanpa penambahan alat jaring spat di zona 1 zona 2 dan zona 3 tidak
berbeda nyata dengan thit zona 1=1,5, thit zona 2 sebesar 1,9 dan thit zona 3 sebesar
1,7 (ttab=2,1). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan alat tangkap tidak efektif
meningkatkan hasil tangkapan stadia spat. Selain itu karena sifat pengoperasian
alat yang menempelkan alat tambahan ini pada garok memberikan peluang hasil
tangkapan terbesar pada alat garok. Pola hasil tangkapan alat garok dan jaring
spat menurut ukuran disajikan pada Lampiran 4.
5.2. Struktur Kelimpahan Stok Simping
Struktur kelimpahan stok simping merupakan pencerminan komposisi
dominansi keberadaan seluruh stok yang tercermin dari tingkat kepadatan tiap
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
59
stadia simping di tiap habitat (zona). Perubahan kepadatan stadia di tiap zona
dapat menggambarkan.
1. Kemantapan tren dan frekuensi kepadatan stadia setiap zona dari waktu
tertentu
2. Kemantapan dan tren kemantapan stadia di setiap zona antar waktu
pengamatan dengan kesesuaian habitat
Kepadatan stadia merupakan tingkat kelimpahan stadia pada waktu
tertentu (tiap waktu survei). Kelimpahan dikatakan merata apabila tingkat
kelimpahan di tiap zona/habitat dalam keadaan seimbang. Hasil analisa anova
kelimpahan menurut area di tiap waktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Artinya
stadia spat, muda dan dewasa pada tiap area di setiap waktu dalam keadaan
merata di setiap lokasi. Hasil pantauan struktur kelimpahan masing-masing stadia
dan analisa anova disajikan pada Lampiran 5.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa indikasi bahwa pada awalnya simping
stadia spat dan dewasa tidak tersebar merata, tetapi muda lebih merata antar zona
di setiap waktu pengamatan. Menurut Cohen and Weinsten (1998) distribusi
kelimpahan moluska lebih tinggi pada area yang ada aliran air seperti di muara
sungai. Menurut Mullen and Moring (1986) stadia larva banyak mengalami
perubahan karena belum menetapan (attach) di sedimen dan dewasa karena
penangkapan.
5.2.1. Stadia Spat
Kelimpahan pada stadia spat antar zona di setiap waktu (T1, T2, T3) tidak
berbeda nyata pada T2 dan T3 dan berbeda nyata pada T1. Pada bulan Maret (T1)
kelimpahan spat tertinggi sampai terendah ditemukan yaitu pada zona 2 (87,1±67)
ind.m-2), kemudian zona 1 (27,3±23) ind.m-2) dan terendah zona 3 (9,8±8,6)
ind.m-2). Pada bulan April dan Mei kelimpahan spat yang tidak berbeda nyata,
sehingga rataan dapat dinyatakan berturut-turut yaitu (32±11) ind.m-2 dan bulan
Mei sebesar (24±7) ind.m-2.
Kelimpahan rata-rata stadia spat antar zona di waktu T1, T2 dan T3 seperti
ditampilkan pada Gambar 9.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
60
Gambar 9. Kelimpahan stadia spat di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Pada bulan Maret (T1) kelimpahan spat berbeda nyata memberikan
indikasi keberadaaan yang bersifat sementara. Sedangkan pada waktu T2 (April)
dan T3 (Mei) tidak berbeda nyata, hal ini terindikasi tingkat kelimpahan yang
hampir sama pada bulan April dan Mei. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kelimpahan stadia spat pada bulan April dan bulan Mei lebih merata dari bulan
Maret. Dengan demikian habitat simping pada bulan April dan Mei lebih
mendukung keberadaan spat
5.2.2. Stadia Muda
Simping muda merupakan simping yang tumbuh setelah fase spat menuju
dewasa. Pengamatan tingkat kelimpahan simping muda antar zona pada waktu
(T1, T2, T3) juga tidak berbeda nyata. Hal ini menujukkan indikasi stadia muda
dalam kondisi merata. Dapat disimpulkan bahwa simping muda dalam kondisi
merata dan stabil antara area pengamatan. Pola kelimpahan rata-rata simping
stadia muda di tiap zona pada waktu pengamatan T1 (Maret), T2 (April) dan T3
(Mei) seperti ditampilkan pada Gambar 10.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
61
Gambar 10. Kelimpahan stadia muda di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3 Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Hasil analisa anova kelimpahan stadia muda antar zona pada waktu T1, T2 dan
T3 tidak berbeda nyata. Keberadaan kelimpahan stadia muda yang tidak berbeda
nyata tersebut memberikan indikasi bahwa tingkat kelimpahan muda dalam
keadaan merata pada berbagai zona. Dari uraian dan Gambar 9 memberikan
indikasi bahwa keberadaan kelimpahan stadia muda sudah mulai beradaptasi
dengan kondisi habitat (zona yang berbeda) dengan baik. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada setiap zona sintasan stadia muda sudah cukup
merata dan sesuai dengan kondisi habitat, kecuali pertumbuhan dan daya pulih
yang mungkin berbeda.
5.2.3. Stadia Dewasa
Hasil analisa anova kelimpahan stadia dewasa antara zona berbeda nyata
pada bulan Maret (T1), dan April (T2), dan tidak berbeda nyata pada bulan Mei
(T3). Kelimpahan stadia dewasa pada bulan Maret dan April tertinggi pada zona
2 sebesar (4,7±4) ind.m-2, kemudian zona 3 sebesar (1,1±2) ind.m-2 dan terendah
pada zona 1 sebesar (0,2±1) ind.m-2. Pola kelimpahan rata-rata simping stadia
dewasa di tiap zona pada waktu T1 (Maret), T2 (April) dan T3 (Mei) ditampilkan
pada Gambar 11.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
62
Gambar 11. Kelimpahan stadia dewasa di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3 Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Dari uraian dan gambar di atas, keberadaan kelimpahan stadia dewasa
yang berbeda tersebut memberikan indikasi bahwa pada zona 2 adalah area yang
lebih baik untuk simping dewasa, sedangkan pada zona 1 dan zona 3 tidak begitu
baik. Kondisi kelimpahan yang berbeda menunjukkan bahwa kondisi perairan
yang kurang stabil, sehingga kelimpahan kurang. Menurut Wenzhofer adn Glud
(2004) bahwa benthic distribution selalu di pengaruh oleh oksigen terlarut,
salinitas dan sedimen.
Selanjutnya pada bulan Mei (T3) keberadaan kelimpahan stadia dewasa
kembali merata dan tidak berbeda nyata antara zona dan waktu pengamatan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa stadia dewasa yang ada di perairan hampir sama
kondisinya.
5.2.4. Kelimpahan Total
Analisa kelimpahan total antara zona pada waktu T1 berbeda nyata dan
pada T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Kelimpahan pada T1 berbeda nyata dengan
kelimpahan tertinggi pada zona 2 yaitu (92,4±71) ind.m-2 kemudian zona 1
sebesar (27,6±24) ind.m-2 terendah pada zona 3 yaitu (11,1±10) ind.m-2.
Perbedaan kelimpahan total pada bulan Maret merupakan akibat perbedaan nyata
dari kelimpahan spat, dan stadia dewasa. Pada bulan April dan Mei kelimpahan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
63
total tidak berbeda nyata antar zona yang mengindikasikan perubahan kelimpahan
stadia dewasa tidak berpengaruh terhadap kelimpahan total pada waktu T2.
Kelimpahan rata-rata total di tiap zona pada waktu T1 (Maret), T2 (April) dan T3
(Mei) ditampilkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Kelimpahan total di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Dari uraian dan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
kelimpahan stadia spat dan stadia muda tidak berbeda nyata, kecuali kelimpahan
pada bulan Maret yang berdampak terhadap kelimpahan total. Kelimpahan
dewasa pada Maret dan April berbeda nyata dimana kelimpahan tertinggi pada
zona 2 dan terendah pada zona 3. Perubahaan kelimpahan stadia dewasa tersebut
tidak mempengaruhi keberadaan total stok di perairan.
Dari uraian di atas, maka disimpulkan bahwa kelimpahan stadia spat pada
waktu T1 dalam kondisi tidak merata dan waktu T2 dan T3 dalam keadaan merata.
Kelimpahan muda baik pada T1 (Maret) T2 (April) T3 (Mei) dalam kondisi
merata. Kelimpahan stadia dewasa pada T1 (Maret) dan T2 (April) dalam kondisi
tidak merata dan pada T3 (Mei) dalam kondisi merata. Kelimpahan total pada
waktu T1 (Maret) dalam kondisi tidak merata dan pada waktu T2 (April) dan T3
(Mei) dalam kondisi merata. Dari uraian tersebut di ketahui bahwa pada T1
pengaruh stadia spat dan dewasa yang dominan, pada T2 pengaruh stadia spat dan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
64
muda serta pada T3 semua stadia. Semakin banyak stadia yang dalam kondisi
mantap, maka akan membuat menyebabkan kelimpahan total menjadi merata.
Populasi yang merata adalah populasi yang tidak mengalami gangguan dan sesuai
dengan habitat hidupnya.
Sebaran simping yang dominan di zona 2 baik spat, muda maupun dewasa
mengindikasikan tidak adanya migrasi larva. Pola ini menunjukkan bahwa pola
penempelan (settlement) mengikuti pola hidrodinamika perairan. Kondisi ini
sesuai dengan yang disampaikan Brenko (2006) bahwa umumnya kelimpahan
tertinggi pada daerah pasang surut, substrat berlumpur atau kedalaman kurang dari
9 meter (William and Babcock, 2004).
5.3. Pengelompokkan Perpaduan Antara Zona dan Area
Pengelompokan antara zona dan area atas dasar kategori tingkat
kelimpahan stadia tinggi, sedang dan rendah untuk mengetahui potensi dan pola
sebaran stok simping. Tingkat kategori kelimpahan ditentukan oleh nilai rataan
dan rentang kepercayaan (confidenc limit/cl) dari keseluruhan populasi dikawasan
pantauan. Setiap stadia akan mempunyai kategori tingkat kelimpahan tinggi,
sedang dan reñdah. Pola pengelompokkan dilakukan atas kelimpahan pada waktu
pengamatan T3 pada semua stadia.
5.3.1. Stadia Spat
Analisa pengelompokkan stadia spat kategori tinggi yaitu tingkat
kelimpahan 31,66 ind/m2, kelimpahan sedang antara 16,88-31,66 ind.m-2 dan
tingkat kelimpahan rendah yaitu kurang dari 16,88 ind.m-2. Kelimpahan rata-rata
menurut zona dan area tertinggi 62,2 ind.m-2, kelimpahan sedang 21,4 ind.m-2 dan
kelimpahan terendah sebanyak 6,0 ind.m-2. Pola sebaran kelimpahan simping
spat menurut perpaduan antara area dan zona disajikan pada Tabel 5 dan Gambar
13 sebagai berikut.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
65
Tabel 5. Kelimpahan simping stadia spat (ind.m-2)
Zona Area
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 0 R 13,40 R 5,36 R 75,06 T 5,36 R 8,04 R 17.87 28.35
Zona 2 69,70 T 88,46 T 21,45 S 2,68 R 5,36 R 5,36 R 32.17 37.42
Zona 3 18,77 S 40,21 T 24,13 S 8,04 R 37,53 T 8,04 R 22.79 13.96
Rataan 29.49 47.36 16.98 28.59 16.08 7.15 24.28
Deviasi 36.07 38.04 10.15 40.33 18.57 1.55
Keterangan:T = Kelimpahan tinggi S = Kelimpahan sedang R = Kelimpahan rendah
Dari Tabel 5 terlihat bahwa pada setiap zona dapat saja ditemukan area
dengan kelimpahan tinggi, sedang, maupun rendah. Distribusi jumlah area dan
zona menurut tingkat kategori kelimpahan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengelompokan kelimpahan stadia spat
Kriteria Jumlah Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (32 ind.m-2)
Area 1 16,6 % 2 33,3% 2 33,3%N (ind.m-2) 76 80 39
Sedang(17-32 ind.m-2)
Area 0 0,0% 1 16,6% 2 33,3%N (ind.m-2) 0,0 22 22
Rendah(17 ind.m-2)
Area 5 83,3% 3 50,0% 2 33,3%N (ind.m-2) 7 5 8
Keterangan:N (ind.m-2) = Rata-rata individu setiap kriteria tingkat kelimpahan
Pada zona 1 dari 6 area, spat memiliki kelimpahan yang rendah pada 5
area (83%), dan hanya satu area yang memiliki kelimpahan tinggi (16,66% ).
Pada zona 2 tingkat kelimpahan lebih tersebar, kelimpahan tinggi pada 2 area
(33,3%), kelimpahan sedang pada 1 area (16,6%) dan kelimpahan rendah
mencapai 50% nya. Pada zona 3 area dengan kelimpahan tinggi, sedang dan
rendah sama yaitu 2 area (33,33%) yang terlihat makin merata.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
66
Gambar 13. Kategori tingkat kelimpahan simping stadia spat
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
67
5.3.2. Stadia Muda
Analisa pengelompokkan stadia muda kategori tinggi yaitu tingkat
kelimpahan yaitu 0,21 ind.m-2, kelimpahan sedang antara 0,08-0,21 ind.m-2 dan
tingkat kelimpahan rendah kurang dari 0,08 ind.m-2. Kelimpahan rata-rata
menurut zona dan area tertinggi 1,8 ind.m-2, kelimpahan sedang 0,16 ind.m-2 dan
kelimpahan terendah sebanyak 0,04 ind.m-2. Pola sebaran simping menurut
perpaduan antara area dan zona disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 14.
Tabel 7. Kelimpahan simping stadia muda (ind.m-2)
ZonaArea
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 0,07R 0,07R 0,00R 0,60T 0,07R 0,07R 0,14 0,22
Zona 2 0,07R 0,73T 0,07R 0,00R 0,07R 0,00R 0,16 0,28
Zona 3 0,07R 0,20S 0,07R 0,13S 0,47T 0,00R 0,16 0,17
Rataan 0,07 0,33 0,04 0,24 0,20 0,02 0,15
Deviasi 0,00 0,35 0,04 0,32 0,23 0,04Keterangan:T = Kelimpahan Tinggi S = Kelimpahan Sedang R = Kelimpahan Rendah
Dari Tabel 7 terlihat bahwa pada setiap zona dapat saja ditemukan area
dengan kelimpahan tinggi, sedang, maupun rendah. Distribusi jumlah area dan
zona menurut tingkat kategori kelimpahan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengelompokan kelimpahan stadia muda
Kriteria Jumlah Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (0,21 ind.m-2)
Area 1 16,6 % 1 16,6 % 1 16,6%N (ind.m-2) 0,6 0,73 0,47
Sedang(0,08-0,21 ind.m-2)
Area 0 0,0% 0 0,0% 2 33,3%N (ind.m-2) 0,0 0,0 0,17
Rendah(0,08 ind.m-2)
Area 5 83,3% 5 83,3% 3 50%N (ind.m-2) 0,05 0,04 0,04
Keterangan:N (ind.m-2) = Rata-rata individu setiap kriteria tingkat kelimpahan
Pada zona 1 dan 2 dari 6 area, muda memiliki kelimpahan yang rendah
pada 5 area (83%) dari seluruh area, dan satu area yang memiliki kelimpahan
tinggi (16,66% ). Pada zona 3 tingkat kelimpahan lebih tersebar, kelimpahan
tinggi pada 1 area (16,6%), kelimpahan sedang pada 2 area (33,3%) dan
kelimpahan rendah pada 3 area atau mencapai 50% nya. Pada zona 3 kelimpahan
simping muda lebih merata dari tinggi sampai rendah.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
68
Gambar 14. Kategori tingkat kelimpahan simping stadia muda
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
69
5.3.3. Stadia Dewasa
Analisa pengelompokkan stadia dewasa kategori tinggi yaitu tingkat
kelimpahan 1,49 ind.m-2, kelimpahan sedang antara 0,74-1,49 ind.m-2 dan tingkat
kelimpahan rendah kurang dari 0,74 ind.m-2. Kelimpahan rata-rata menurut zona
dan area tertinggi 2,7 ind.m-2, kelimpahan sedang 1,12 ind.m-2 dan kelimpahan
terendah sebanyak 0,23 ind.m-2. Pola kelimpahan simping stadia dewasa menurut
perpaduan antara area dan zona disajikan pada Tabel 9 dan Gambar 15.
Tabel 9. Kelimpahan simping stadia dewasa (ind.m-2)
ZonaArea
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 0,07R 0,07R 0,00R 0,60R 0,07R 0,07R 0,14 0,22
Zona 2 3,27T 4,53T 1,07S 0,67R 0,33R 0,13R 1,67 1,80
Zona 3 1,13S 2,40T 1,40S 0,87S 2,87T 0,67R 1,56 0,88
Rataan 1,49 2,33 0,82 0,71 1,09 0,29 1,12
Deviasi 1,63 2,23 0,73 0,14 1,55 0,33Keterangan:T = Kelimpahan Tinggi S = Kelimpahan Sedang R = Kelimpahan Rendah
Dari Tabel 9 terlihat bahwa pada setiap zona dapat saja ditemukan area
dengan kelimpahan tinggi, sedang, maupun rendah. Distribusi jumlah area dan
zona menurut tingkat kategori kelimpahan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengelompokan kelimpahan stadia dewasa
Kriteria Jumlah Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (2 ind.m2)
Area 0 0,0 2 33,3 % 2 33,3%N (ind.m-2) 76 4 3
Sedang(1-2 ind.m2)
Area 0 0,0% 1 16,6% 3 50%N (ind.m-2) 0,0 2 2
Rendah(1 ind.m2)
Area 6 100% 3 50% 1 16,6%N (ind.m-2) 1 1 1
Keterangan:N (ind.m-2) = Rata-rata individu setiap kriteria tingkat kelimpahan
Pada zona 1 dari 6 area seluruhnya memiliki tingkat kelimpahan yang
rendah (100%). Pada zona 2 simping dewasa memiliki kelimpahan yang rendah
pada 2 area (83%), kelimpahan sedang di satu area (16,6) dan kelimpahan tinggi
pada 3 area (50%). Pada zona 3 tingkat kelimpahan tinggi pada 2 area (33,3%),
kelimpahan sedang pada 3 area (50%) dan kelimpahan rendah di satu area
16,6%).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
70
Gambar 15. Kategori tingkat kelimpahan simping stadia dewasa
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
71
5.3.4 Total populasi
Analisa pengelompokkan total kelimpahan kategori tinggi yaitu tingkat
kelimpahan 33,32 ind.m-2, kelimpahan sedang antara 17,77-33,32 ind.m-2 dan
tingkat kelimpahan rendah kurang dari 17,77 ind.m-2. Kelimpahan rata-rata
menurut zona dan area tertinggi 65,34 ind.m-2, kelimpahan sedang 22,7 ind.m-2
dan kelimpahan terendah sebanyak 6,51 ind.m-2. Pola kelimpahan simping
menurut perpaduan antara area dan zona disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 16.
Tabel 11. Kelimpahan total simping (ind.m-2)
ZonaArea
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 0,13R 13,45 R 5,36 R 76,26 T 5,49 R 8,18 R 18,16 28,80
Zona 2 73,03 T 93,73 T 22,58 S 3,35 R 5,76 R 5,49 R 33,99 39,42
Zona 3 19,97 S 42,81 T 25,59 S 9,04 R 40,86 T 8,71 R 24,50 14,92
Rataan 31,04 50,03 17,84 29,55 17,37 7,46 25,55
Deviasi 37,69 40,58 10,92 40,55 20,34 1,72Keterangan:T = Kelimpahan Tinggi S = Kelimpahan Sedang R = Kelimpahan Rendah
Dari Tabel 11 terlihat bahwa kelimpahan tinggi dan rendah disemua zona
dan kelimpahan sedang di zona 2 dan 3. Distribusi jumlah area berdasarkan
tingkat kategori kelimpahan menurut zona disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengelompokan kelimpahan total
Kriteria Jumlah Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (34 ind.m-2)
Area 1 16,6% 2 33,3 % 2 33,3%N (ind.m-2) 76,26 83,0 41,8
Sedang(18 -34 ind.m-2)
Area 0 0,0% 1 16,6% 2 33,3%N (ind.m-2) 0,0 22m
5822,8
Rendah(18 ind.m-2)
Area 5 83,3% 3 50% 2 33,3%N (ind.m-2) 6,5 4,9 8,9
Keterangan:N (ind.m-2) = Rata-rata individu setiap kriteria tingkat kelimpahan
Pada zona 1 dari 6 area, kelimpahan yang rendah pada 5 area (83,3%) dari
seluruh area, dan area yang memiliki kelimpahan tinggi hanya satu (16,66%).
Pada zona 2 tingkat kelimpahan lebih tersebar, kelimpahan tinggi pada 2 area
(33,3%), kelimpahan sedang pada 1 area (16,6%) dan kelimpahan rendah
mencapai pada 3 area (50%). Pada zona 3 area dengan kelimpahan total yang
tinggi, sedang dan rendah lebih merata yaitu 33,3%.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
72
Secara keseluruhan pola pengelompokan kelimpahan spat, muda dan
dewasa serta total pada zona 1 cenderung rendah. Sekitar 83,3-100% dari area
setiap stadia di zona 1 tergolong memiliki kelimpahan yang rendah, sisanya
adalah kelimpahan tinggi. Pada zona 2, tingkat kelimpahan cenderung tersebar,
kelimpahan rendah antara 50%-66,7%. Pada zona 3 tingkat kelimpahan yang
rendah antara 16,6%-50%. Kategori kelimpahan tinggi, sedang dan rendah
terlihat terlihat makin menyebar merata. Jumlah lokasi dan area menurut tingkat
kelimpahannya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Kategori kelimpahan total menurut zona di tiap stadia
Zona Kategori Spat % Muda % Dewasa % Total %
Zona 1Tinggi 1 16,6 1 16,6 0 0,00 1 16,6Sedang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00Rendah 5 83,3 5 83,3 6 100 5 83,3
Zona 2Tinggi 2 33,3 1 16,6 2 33,3 2 33,3Sedang 1 16,6 0 0,00 1 16,6 1 16,6Rendah 3 50,0 5 83,3 3 50,0 3 50,0
Zona 3Tinggi 2 33,3 1 16,6 2 33,3 2 33,3Sedang 2 33,3 2 33,3 3 50,0 2 33,3Rendah 2 33,3 3 50,0 1 16,6 2 33,3
Keterangan: Simbol % menunjukkan jumlah area (dalam %) tiap stadia di tiap zona
Stadia spat pada zona 1 sebagian besar memiliki kategori rendah
(mencapai 83%), kemudian makin menurun ke zona 3 menjadi (33,3%). Begitu
juga stadia muda, dimana jumlah area dengan kelimpahan rendah pada zona 1
sebesar 83,3% turun sampai 50% pada zona 3. Sedangkan stadian dewasa makin
besar jumlah area dengan kategori kelimpahan sedang pada zona 3 yang mencapai
50% dari sebelumnya 0,00%.
Perubahan sebaran dari ketegori kelimpahan tersebut erat kaitannya
dengan sebaran kualitas air diantaranya parameter seperti oksigen, bahan organik,
serta kecerahan perairan. Sebaran kategori kelimpahan simping makin ke tengah
menunjukan sebaran yang makin seragam. Perubahan ini terlihat pada semua
stadia baik spat, muda dan dewasa. Makin ke tengah, stadia simping terlihat
makin mampu beradaptasi dengan baik terhadap habitat dan lingkungan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
73
Gambar 16. Kategori tingkat kelimpahan simping total semua stadia
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
74
5.4. Struktur Biomas Stok Simping
Selain kelimpahan simping, juga dilakukan pengamatan terhadap distribusi
biomas simping. Biomas menunjukkan tingkat hasil tangkapan dari jumlah dan
berat rata-rata simping di tiap area dan tiap zona. Struktur biomas simping tiap
stadia disajikan pada Lampiran 6.
5.4.1 Stadia Spat
Penelitian biomas juga dilakukan pada 3 zona dan 3 waktu penelitian
(T1,T2 dan T3). Hasil analisa anova biomas stadia spat antara zona berbeda pada
waktu T1 (Maret), dan tidak berbeda nyata pada waktu T2 (April) dan T3 (Mei).
Biomas stadia spat pada bulan Maret (T1) tertinggi pada zona 2 (69,09±52,71
gr.m-2), kemudian zona 1 (21,62±18,50 gr.m-2) dan terendah pada zona 3
(7,79±6,81 gr.m-2). Sedangkan biomas rata-rata pada T2 yaitu (25,98±8,54 gr.m-2)
dan pada T3 sebesar (19,25±5,76 gr.m-2). Biomas spat antar zona di waktu T1, T2
dan T3 seperti ditampilkan pada Gambar 17.
Gambar 17. Biomas stadia spat di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Dari analisis anova 2 arah antar zona di setiap waktu di ketahui bahwa
pada T1 sintasan pertumbuhan biomas masih beragam, dan pada T2 dan T3
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
75
sintasan pertumbuhan biomas spat sudah merata. Perbedaan sintasan pada waktu
T1 hanya bersifat sementara dan kembali merata pada T2 dan T3.
5.4.2 Stadia Muda
Penelitian biomas simping muda antar zona 1, 2 dan 3 pada waktu T1, T2
dan T3 biomas simping muda lebih seragam. Hasil analisa anova dari biomas
stadia muda antara zona 1, 2 dan 3 dan pada waktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda
nyata. Rata-rata biomas pada T1 yaitu (15,06±1,67 gr.m-2), pada T2 sebesar
(28,72±16,64 gr.m-2) dan pada zona III sebesar (17,20±11,76 gr.m-2). Biomas
simping stadia muda antar zona di waktu T1, T2 dan T3 seperti ditampilkan pada
Gambar 18.
Gambar 18. Biomas stadia muda di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Dari analisis anova 2 arah diatas di ketahui bahwa pada T1, T2 dan T3
sintasan pertumbuhan biomas muda dalam kondisi sudah sesuai dan merata.
Artinya tidak terlihat adanya perubahan pola biomas selama waktu pengamatan.
Walaupun terlihat biomas stadia muda per meter persegi cenderung rendah,
namun tergolong cenderung seragam disetiap waktu dan area pengamatan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
76
5.4.3 Stadia Dewasa
Penelitian biomas simping dewasa pada zona 1, 2 dan 3 serta waktu T1, T2
dan T3. Hasil analisa anova dari biomas stadia dewasa antara zona 1, 2 dan 3 dan
pada waktu T1, T2 dan T3 tidak berbeda nyata. Biomas rata-rata pada waktu T1
sebesar (25,89±3,05 gr.m-2), pada T2 sebesar (24,17±8,71 gr.m-2) dan pada T3
sebesar (16,82±10,92 gr.m-2). Biomas stadia dewasa antar zona di waktu T1, T2
dan T3 seperti ditampilkan pada Gambar 19.
Gambar 19. Biomas stadia dewasa di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Dari analisis anova 2 arah diatas di ketahui bahwa pada T1, T2 dan T3
sintasan pertumbuhan biomasa simping dewasa dalam kondisi merata dan sesuai
dengan habitat. Artinya stadia dewasa walaupun kelimpahannya berbeda antar
zona pada T3 namun tetap memberikan biomas yang lebih seragam. Keadaan ini
mengindikasikan bahwa stok simping dewasa dapat tumbuh dengan baik pada
zona pada setiap zona selama waktu pengamatan.
5.4.4 Biomas Total
Biomas total merupakan penjumlahan biomas dari stadia spat, muda dan
dewasa. Pola kemantapan biomas stok total sangat ditentukan oleh peran biomas
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
77
tiap stadia. Pengamatan pada zona 1, 2 dan 3 menurut waktu pengamatan T1,T2
dan T3.
Hasil analisa anova biomas total antar zona pada T1 T2 dan T3 tidak
berbeda nyata. Kelimpahan rata-rata pada waktu T1 (Maret) ditemukan sebesar
(73,78±36,11 gr.m-2) kemudian pada waktu T2 (74,46±35,88 gr.m-2) dan pada
waktu T3 (52,09±26,44 gr.m-2). Biomas spat antar zona di waktu T1, T2 dan T3
seperti ditampilkan pada Gambar 20.
Gambar 20. Biomas total semua stadia di tiap zona pada waktu T1, T2, dan T3
Keterangan: Waktu Penelitian T1 = Maret, T2 = April dan T3 = Mei 2008
Biomas total stok dengan biomas stok spat, muda dan dewasa ditiap zona
1, 2 dan 3 di waktu T1, T2 dan T3 polanya hampir sama. Analisa anova yang tidak
berbeda nyata menunjukkan bahwa tingkat kemerataan biomas total populasi pada
T1, T2, dan T3 mulai terbentuk. Keberadaan biomas stok mulai sergama di setiap
area.
Dari hasil diatas, maka disimpulkan bahwa biomas stok total yang dalam
kondisi merata. Keadaan ini merupakan bentuk dari kesesuaian perkembangan
biomas simping pada habitat di setiap zona.
5.5 Pengelompokkan perpaduan biomas antar zona dan area
Pengelompokkan perpaduan area dan zona pengamatan diperlukan untuk
mengetahui pola sebaran biomas stok.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
78
5.5.1 Stadia Spat
Analisa terhadap pengelompokkan biomas stok spat yang terkategori
tinggi yaitu dengan biomas diatas 25,11 gr.m-2, kategori sedang dengan biomas
13,38-25,11 gr.m-2 dan kategori rendah dengan biomas rendah dari 13,38 gr.m-2.
Pola biomas simping stadia spat selama waktu pengamatan disajikan pada Tabel
14 dan Gambar 21.
Tabel 14. Biomas simping stadia spat (gr.m-2)
ZonaArea
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 0,00R 10,63 R 4,25 R 59,52T 4,25 R 6,38 R 14,17 22,48
Zona 2 55,27T 70,15T 17,01S 2,13 R 4,25 R 4,25 R 25,51 29,67
Zona 3 14,88S 31,89T 19,13S 6,38 R 29,76T 6,38 R 18,07 11,07
Rataan 23,38 37,56 13,46 22,68 12,75 5,67 19,25
Deviasi 28,60 30,16 8,05 31,98 14,73 1,23Keterangan:T = Biomas Tinggi S = Biomas Sedang R = Biomas Rendah
Dari Tabel 14 terlihat bahwa biomas tinggi dan rendah disemua zona dan
kelimpahan sedang di zona 2 dan 3. Distribusi jumlah area dan zona menurut
tingkat kategori biomas disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Pola pengelompokan biomas spat
Kriteria Biomas Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (25,11 gr.m-2)
Area 1 16,6% 2 33,3 % 2 33,3%B (gr.m-2) 59,52 62,71 30,82
Sedang(13,38-25,11 gr.m-2)
Area 0 0,0% 1 16,6% 2 33,3%B (gr.m-2) 0,0 17,01 17,01
Rendah(13,38 gr.m-2)
Area 5 83,3% 3 50% 2 33,3%B (gr.m-2) 5,10 3,54 6,38
Keterangan:B (ind.m-2) = Rata-rata biomas setiap kriteria tingkat biomas
Pada zona 1 dari 6 area, biomas yang rendah pada 5 area (83,3%) dari
seluruh area, dan yang memiliki area dengan biomas tinggi hanya satu (16,66% ).
Pada zona 2 tingkat biomas tersebar, biomas tinggi pada 2 area (33,3%), biomas
sedang pada 1 area (16,6%) dan biomas rendah mencapai 3 area (50%). Pada
zona 3 area dengan biomas yang tinggi, sedang dan rendah lebih merata yaitu
pada dua area (33,3%).
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
79
Gambar 21. Kategori tingkat biomas simping spat
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
80
5.5.2 Stadia Muda
Analisa terhadap pengelompokkan biomas stok stadia muda yang
terkategori tinggi yaitu dengan biomas diatas 25,93 gr.m-2, kategori sedang
dengan biomas 8,47-25,93 gr.m-2 dan kategori rendah dengan biomas rendah dari
8,47 gr.m-2. Pola pengelompokkan biomas spat selama waktu pengamatan
disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 22.
Tabel 16. Biomas simping stadia muda (gr.m-2)
ZonaArea
Jumlah Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 6,95R 4,53R 0,00R 0,67R 0,60R 1,40R 14,15 2,81
Zona 2 94,31T 10,11S 33,17T 0,00R 7,69R 0,00R 145,28 40,33
Zona 3 25,28S 55,31T 23,50S 7,78R 3,02R 0,00R 114,89 20,50
Rataan 42,18 23,32 28,34 4,23 3,77 1,40 17,20
Deviasi 46,07 27,85 6,84 5,03 3,60Keterangan:T = Biomas Tinggi S = Biomas Sedang R = Biomas Rendah
Dari Tabel 16 terlihat bahwa biomas tinggi dan sedang ditemukan pada zona
2 dan 3. Biomas rendah juag ditemukan pada semua zona. Distribusi jumlah area
dan zona menurut tingkat kategori biomas disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Pola pengelompokan biomas muda
Kriteria Biomas Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (25,93 gr.m-2)
Area 0,0 0,0% 2 33,3 % 1 16,6%B (gr.m-2) 0,0 63,74 55,32
Sedang(8,47-25,93 gr.m-2)
Area 0,0 0,0% 1 16,6% 2 33,3%B (gr.m-2) 0,0 10,11 24,39
Rendah(8,47 gr.m-2)
Area 6 100% 3 50% 3 50,0%B (gr.m-2) 2,83 7,69 5,40
Keterangan:B (ind.m-2) = Rata-rata biomas setiap kriteria tingkat biomas
Pada zona 1 dari 6 area, biomas yang rendah pada 6 area (100%) atau
seluruh area. Pada zona 2 tingkat biomas tersebar, biomas tinggi pada 2 area
(33,3%), biomas sedang pada 1 area (16,6%) dan biomas rendah mencapai pada 3
area (50%). Pada zona 3 area dengan biomas yang tinggi satu area (16,6%),
biomas sedang 2 area (33,3) dan dengan biomas rendah 3 area (50,0%). Biomas
simping muda relatif tersebar walaupun masih dominan dengan kategori biomas
rendah.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
81
Gambar 22. Kategori tingkat biomas simping muda
Sumber: Peta rupa bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
82
5.5.3 Stadia Dewasa
Analisa terhadap pengelompokkan biomas stok stadia dewasa yang
terkategori tinggi yaitu dengan biomas diatas 27,00 gr.m-2, kategori sedang
dengan biomas 8,31-27,00 gr.m-2 dan kategori rendah dengan biomas rendah dari
8,31 gr.m-2. Perpaduan area dan zona dengan kategori biomas tinggi ditemukan
pada 3 lokasi, biomas sedang pada 6 lokasi dan biomas tinggi pada 9 lokasi. Pola
pengelompokkan biomas dewasa disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 23.
Tabel 18. Biomas simping stadia dewasa (gr.m-2)
Zona
AreaRataan Deviasi
1 2 3 4 5 6
Zona 1 12,73S 4,48R 0,00R 6,30R 5,00R 2,60R 6,22 3,87
Zona 2 1,92R 110,42T 8,37S 11,50S 28,05T 0,80R 26,84 42,10
Zona 3 23,88S 42,60T 21,82S 3,94R 14,32S 4,00R 18,43 14,56
Rataan 12,84 52,50 15,10 7,25 15,79 2,47
Deviasi 10,98 53,66 9,51 3,87 11,60 1,60Keterangan:T = Biomas Tinggi S = Biomas Sedang R = Biomas Rendah
Dari Tabel 18 terlihat bahwa biomas sedang dan rendah ditemukan pada
zona 2 dan 3. Biomas tinggi dominan di zona 1. Distribusi jumlah area dan zona
menurut tingkat kategori biomas disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Pola pengelompokan biomas dewasa
Kriteria Biomas Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (27,00 gr.m-2)
Area 0 0,0% 2 33,3 % 1 16,6%B (gr.m-2) 0,0 69,24 42,6
Sedang(8,31-27,00 gr.m-2)
Area 1 16,6% 2 33,3% 3 50,0%B (gr.m-2) 12,73 9,94 20,01
Rendah(8,31 gr.m-2)
Area 5 83,3% 2 33,3% 2 33,3%B (gr.m-2) 3,68 1,36 3,97
Keterangan:B (ind.m-2) = Rata-rata biomas setiap kriteria tingkat biomas
Pada zona 1 dari 6 area, biomas yang rendah pada 5 area (83,3%) dan
sedang pada 1 area (16,6%). Pada zona 2 tingkat biomas tersebar merata dari
tinggi sampai rendah yaitu pada 2 area (33,3%). Pada zona 3 area dengan biomas
yang tinggi (16,6%), biomas sedang 3 area (50%) dan dengan biomas rendah dua
area (33,3%). Biomas simping dewasa makin tersebarn ke arah perairan yang
lebih dalam.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
83
Gambar 23. Kategori tingkat biomas simping dewasa
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
84
5.5.4 Biomas Total
Analisa terhadap pengelompokkan biomas stok stadia dewasa yang
terkategori tinggi yaitu dengan biomas diatas 71,21 gr.m-2, kategori sedang
dengan biomas 31,40-71,21 gr.m-2 dan kategori rendah dengan biomas rendah
dari 31,40 gr.m-2. Perpaduan area dan zona dengan kategori biomas tinggi
ditemukan pada 3 lokasi, biomas sedang pada 6 lokasi dan biomas tinggi pada 9
lokasi. Pola pengelompokkan biomas dewasa selama waktu pengamatan disajikan
pada Tabel 20 dan Gambar 24.
Tabel 20. Biomas simping stadia total (gr.m-2).
ZonaArea
Rataan Deviasi1 2 3 4 5 6
Zona 1 19,68R 19,64R 4,25R 66,49S 9,85R 10,38R 21,72 22,75
Zona 2 151,50T 190,68T 58,55S 13,63 39,99S 5,05R 76,57 76,65
Zona 3 64,04S 129,80T 64,45S 18,10R 47,10S 10,38R 55,64 42,85
Rataan 78,41 113,37 42,42 32,74 32,31 8,60
Deviasi 67,07 86,70 33,18 29,32 19,78 3,07Keterangan:T = Biomas Tinggi S = Biomas Sedang R = Biomas Rendah
Dari Tabel 20 terlihat bahwa biomas sedang dan rendah ditemukan pada
zona 2 dan 3. Biomas tinggi dominan di zona 1. Distribusi jumlah area dan zona
menurut tingkat kategori biomas disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Pola pengelompokan biomas total
Kriteria Jumlah Zona 1 Zona 2 Zona 3
Tinggi (71,21 gr.m-2)
Area 0 0,0% 2 33,3 % 1 16,6%B (gr.m-2) 0,0 69,24 42,6
Sedang(31,4-91,21 gr.m-2)
Area 1 16,6% 2 33,3% 3 50,0%B (gr.m-2) 12,73 9,94 20,01
Rendah(31,40 gr.m-2)
Area 5 83,3% 2 33,3% 2 33,3%B (gr.m-2) 3,68 1,36 3,97
Keterangan:B (ind.m-2) = Rata-rata biomas setiap kriteria tingkat biomas
Pada zona 1 dari 6 area, biomas yang rendah pada 5 area (83,3%) dan
sedang pada 1 area (16,6%). Pada zona 2 tingkat biomas tersebar merata dari
tinggi sampai rendah yaitu pada 2 area (33,3%). Pada zona 3 area dengan biomas
yang tinggi satu area (16,6%), biomas sedang 3 area (50%) dan biomas rendah
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
85
pada 3 area (33,3%). Pola sebaran area simping total sama dengan sebaran
kelimpahan dewasa, hanya area yang berbeda.
Secara keseluruhan pola pengelompokan biomas spat, muda dan dewasa
serta total pada zona 1 cenderung rendah. Sekitar 83,3-100% dari setiap stadia di
zona 1 tergolong memiliki biomas yang rendah, sisanya 16,67 % tinggi pada
stadia spat. Pada zona 2, tingkat biomas cenderung tersebar merata, biomas
rendah antara 33,6%-50%, sedang antara 16,7%-33,3% sedangkan biomas tinggi
merata di setiap stadia yaitu 33,6%. Pada zona 3 tingkat biomas yang rendah
antara 33,6%-50%, begitu juga kategori sedang. Kategori biomas tinggi antara
16,67%-33,6% pada semua stadia. Dari zona 1 sampai zona 3, terlihat bahwa
sebaran tingkat biomas makin seragam ke arah tengah atau ke perairan yang
makin dalam. Pola sebaran jumlah lokasi dan area menurut tingkat
kelimpahannya disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Biomas menurut kategori di tiap zona dan stadia
Zona Kategori Spat % Muda % Dewasa % Total
Zona 1Tinggi 1 16,6 0 0,0 0 0,0 0 0,0Sedang 0 0,0 0 0,0 1 16,6 1 16,6Rendah 5 83,3 6 100 5 83,3 5 83,3
Zona 2Tinggi 2 33,3 2 33,3 2 33,3 2 33,3Sedang 1 16,6 1 16,6 2 33,3 2 33,3Rendah 3 50,0 3 50,0 2 33,3 2 33,3
Zona 3Tinggi 2 33,3 1 16,6 1 16,6 1 16,6Sedang 2 33,3 2 33,3 3 50,0 3 50,0Rendah 2 33,3 3 50,0 2 33,3 2 33,3
Keterangan: Angka diatas menunjukkan jumlah area
Perubahan pola sebaran dari ketegori biomas tersebut erat kaitannya
dengan sebaran kualitas air diantaranya parameter seperti oksigen, bahan organik,
serta kecerahan perairan. Sebaran kategori biomas simping makin ke tengah
menunjukan sebaran yang makin seragam sama seperti sebaran kelimpahan.
Perubahan ini terlihat pada semua stadia baik spat, muda dan dewasa.
Makin ke tengah, stadia simping terlihat makin mampu beradaptasi dengan baik
terhadap habitat dan lingkungan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
86
Gambar 24. Kategori tingkat biomas simping total semua stadia
Sumber:Peta Rupa Bumi, 2003
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
87
5.6. Kemampuan pulih stok (KPS)
Kemampuan pulih stok (KPS) merupakan kemampuan pembentukan
biomas stok setelah memperoleh tekanan eksploitasi. KPS ditentukan dari jumlah
produksi (P) dan biomas yang terbentuk (B) (Ricker, 1975) Rasio perbandingan
produksi (P) dan biomas (B) disebut dengan turn over rate (daya pulih). Hasil
analisa produksi (P) dan biomas (B) atau kemampuan pulih (turn over rate) (P/B)
dan waktu pulih (turn over time) (B/P). Hasil analisis dari pengamatan produksi,
daya dukung dan kemampuan pulih populasi simping disajikan pada Lampiran 7.
Produktivitas pembentukan biomas stok (P) yaitu jumlah biomas yang
dapat dibentuk atau tumbuh dalam satuan per m2 per hari. Produktivitas
pembentukan biomas stok (P) yaitu jumlah biomas yang dapat dibentuk dari
populasi pada tingkat kemampuan tumbuh tertentu (G). Produktivitas (P) dapat
ditentukan mengikuti metode Ricker (1975) sebagai berikut (P=BG). Selanjutnya
dari hasil penentuan tingkat produktivitas (P) dapat ditentukan:
1 Laju pembentukan biomas kembali (kemampuan pulih) setelah penangkapan
(P/B) dalam satua area tertentu.
2 Lama waktu pulih kembali (turn over time) (B/P) yang merupakan rasio dari
biomas (B) dan produktivitas (P).
3 Daya dukung pembentukan biomas suatu area operasional atau total produksi
atau total produktivitas (TP).
4 Daya dukung pembentukan biomas setelah waktu monitoring (TPm) dan
biomas setelah eksploitasi dalam skala usaha nelayan (TPe).
5 Daya dukung area operasional selama interval waktu di tinggal (DAO) di tiap
zona pemanfaatan.
Analisis kemampuan pulih dilakukan pada setiap zona dari setiap waktu
pengamatan. Hasil dari tiap zona tersebut kemudian ditabulasi dan direkapitulasi
untuk dapat memperbandingkan hasil yang diperoleh. Dari hasil tersebut
kemudian di buat kesimpulan untuk menyusun arah pengelolaan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
88
5.6.1. Produktivitas
Produktivitas adalah jumlah produksi biomasa yang tumbuh setelah
beberapa waktu tertentu. Dari pemantauan biomas (B), laju pertumbuhan (G) dan
produktivitas di setiap zona dari Lampiran 10 ditampilkan pada Tabel 23.
Tabel 23. Biomas (B), laju pertumbuhan (G), produktivitas (P) di zona 1, 2 dan 3
VariabelKerja
Zona 1 Zona 2 Zona 3
Spat Muda Dewasa Total Spat Muda Dewasa Total Spat Muda Dewasa Total
B
2 98,24 243,26 326,79 668,29 49.31 51.89 35,89 137,09 36,95 21,15 134,06 192,16
3 67,00 28,77 51,87 147,63 34.73 34.69 202,29 271,70 28,84 12,92 141,95 183,71
4 27,82 27,06 43,72 98,60 31.81 75.55 453,72 561,08 26,01 18,01 136,21 180,23
± sd64,35±5,94
99,70±11,15
140,79±12,69
304,84±17,77
38,61±3.06
54,05±4.53
230,63±14,50
323,29±14,72
30,60±2,38
17,36±2,04
137,41±2,02
185,37±2,48
G
2 0,06 0,03 0,07 0,16 0.08 0.04 0,04 0,16 0,07 0,07 0,03 0,17
3 0,10 0,04 0,06 0,21 0.06 0.03 0,05 0,14 0,11 0,07 0,05 0,24
4 0,08 0,08 0,15 0,31 0.17 0.14 0,19 0,50 0,08 0,08 0,05 0,21
± sd0,08
±0,150,05
±0,160,09
±0,220,23
±0,280.11
±0.240.07
±0.250,09
±0,290,26
±0,450,09
±0,140,07
±0,070,05
±0,110,21
±0,18
P
2 5,81 14,90 22,48 43,20 2.53 2.00 2,96 7,48 2,74 1,04 5,06 8,84
3 2,23 0,60 2,68 5,50 1.47 0.94 6,52 8,93 1,11 0,80 5,12 7,03
4 1,40 1,28 3,23 5,91 1.47 4,87 35,34 41,68 1,38 1,47 7,56 10,41
± sd3,15
±1,535,59
±2,849,46
±3,3618,20±4,65
1,82±0,78
2,60±1.42
14.94±4,21
19,37±4,40
1,74±0,94
1,11±0,58
5,91±1,19
8,76±1,30
Dari Tabel diatas maka setiap zona dapat di jelaskan bahwa
1. Pada zona 1, produktivitas memiliki pola yang sama dengan biomas dan
dengan pola pertumbuhan yang berfluktuasi tiap stadianya. Peningkatan
produktivitas pada zona 1 banyak di dorong oleh biomas yang besar. Stadia
dewasa memberikan nilai produktivitas yang besar di bandingkan dengan
stadia muda dan spat.
2. Pada zona 2 produktivitas juga memiliki pola yang sama dengan biomas dan
dan dengan pola pertumbuhan yang berfluktuasi. Peningkatan produktivitas
dewasa lebih tinggi dari spat dan muda.
3. Pada zona 3 produktivitas berbanding lurus dengan biomas dan dengan pola
pertumbuhan berfluktuasi. Artinya biomas yang tinggi menyebabkan
produksi menjadi tinggi namun dengan pola pertumbuhan yang berfluktuasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas akan meningkat
jika biomas stok besar. Artinya kemampuan pembentukan biomas akan lebih
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
89
besar jika biomas stok besar walaupun dengan laju pertumbuhan yang
berfluktuasi.
5.6.2. Daya Dukung (Total Produksi/TP)
Daya dukung pembentukan biomas adalah total produksi biomas yang
dihasilkan simping selama waktu tertentu. Daya dukung menurut Ransom A
Myers (2004) dalam buku “What is carrying capacity for fish in the ocean” A
meta analyisis of population dynamic of North Atlantic cod yang direview Sarah
Young (2008) adalah kapasitas maksimum produksi (individu atau biomas) dari
salah satu variable diantaranya pemijahan (spawner), laju reproduksi
(reproductive rate), rekruitment (recruitment), pertumbuhan (growth) per unit
area. Kemudian daya dukung pembentukan biomas dijadikan konsep kunci dalam
manajemen sumberdaya dengan mengatur tingkat eksploitasi.
Daya dukung monitoring yaitu yaitu jumlah total biomasa yang dihasilkan
dengan tingkat pertumbuhan tertentu dalam interval waktu monitoring (TPm)
maupun dalam interval lama waktu di tinggal (TPe). Daya dukung (total
produksi) dari proses monitoring yaitu biomas yang dihasilkan selama interval
waktu monitoring yaitu 14 hari (TPm). Sedangkan total produksi eksploitasi
(daya dukung) yang dihasilkan selama range waktu eksploitasi yaitu biomas yang
dihasilkan selama interval waktu di tinggal eksploitasi (TPe). Hasil analisis total
produksi ditampilkan pada Lampiran 11 Tabel 24.
Tabel 24. Total produksi di tiap zona.
Zona
Variabel Kerja Zona 1 Zona 2 Zona 3*
B (gr) 304,84 a 323,29 a 185,37 b
P (gr.m-2.hr-1) 18,20 a 19,37 a 8,76 b
TPm (Bm) (gr.m-2) 308,12 a 280,50 a 118,15 b
TPe (Be) (gr.m-2) 55,98 a 55,57 a 26,88b
Keterangan: *) anova satu arah nyata pada SK 95%B = Biomas (gr)P = Produktivitas biomas (gr.m-2.hr-1)TPm (Bm) = Total produksi atau total daya dukung biomas dalam interval waktu monitoring (gr.m-2)TPe (Be) = Total produksi atau total daya dukung biomas dalam interval waktu eksploitasi (gr.m-2)
Total produksi baik dari proses monitoring dan proses eksploitasi
mempunyai pola yang sama. Hasil analisa anova satu arah dari biomasa,
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
90
pertumbuhan (G), produksi (P), total produksi monitoring (TPm), dan total
produksi setelah menerima ekspliotasi (TPe) tidak berbeda nyata. Hal ini
menunjukkan bahwa trend dari tiap variable di tiap zona selama waktu
pengamatan.
Dari hasil pada Tebl 16 terlihat bahwa indikasi produksi yang dihasilkan
per m2 per harinya atau total produksi monitoring dan eksploitasi sama di tiap
zona. Sehingga dapa disimpulkan bahwa produksi pada zona 1, 2 dan 3
dipengaruhi oleh biomasnya. Sedangkan fluktuasi pertumbuhan tidak
berpengaruh besar dari memberikan daya dukung.
5.6.3. Lama waktu pulih
Lama waktu pulih adalah lama waktu yang diperlukan simping untuk
tumbuh hingga menjadi biomas simping seperti sebelum atau saat akan ditangkap.
Hasil analisa waktu pulih biomas (turn over time) yang ditangkap baik dalam
monitoring maupun waktu pulih yang ditangkap dalam interval waktu eksploitasi
ditampilkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Lama waktu pulih biomas simping
Zona B P TPm(Bm) TPe (Be) Bm/P Be/P P/Bm P/Be
Zona 1 304,84 18,20 308,12 55,98 16,9 3,1 0,059 0,325
Zona 2 323,29 19,37 280,50 55,57 14,5 2,9 0,069 0,348
Zona 3 185,37 8,76 118,15 26,88 13,5 3,1 0,074 0,326Keterangan: a) tidak nyata pada SK 95%B = Biomas (gr)P = Produktivitas biomas (gr.m-2.hr-1)Bm/P = lama waktu pulih dari monitoring (hari)Be/P = lama waktu pulih dari eksploitasi (hari)P/Bm = Kemampuan pulih biomas (gr.m-2.hr-1) dari monitoringP/Be = Kemampuan pulih biomas (gr.m-2.hr-1) dari eksploitasi
Hasil analisa anova dari biomasa, pertumbuhan, produksi, total produksi
(daya dukung) berbeda nyata, sedangkan lama waktu pulih biomas per produksi
monitoring (Bm/P) dan lama waktu pulih biomas eskploitasi (Be/P) tidak berbeda
nyata. Beberapa hasil dari analisa anova satua arah terhadap produktivitas (P),
total produksi atau daya dukung (TP), waktu pulih (B/P) sebagai berikut .
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
91
1. Rataan biomas antara zona (B) berbeda nyata dengan (Fhit=34 Pval=0,027),
dengan biomas tertinggi di zona 2, kemudian zona 1 dan terendah biomas
di zona 3.
2. Rataan pertumbuhan (G) antara zona tidak berbeda nyata dengan
(Fhit=0,1683 Pval=0,85), sehingga dapat dinyata pertumbuhan sama antar
zona.
3. Rataan produktivitas antar zona (P) berbeda nyata dengan produktivitas
tertinggi di zona 2, kemudian zona 1 dan terendah di zona 3.
4. Rataan total biomas yang bisa di produksi (produktivitas total) setelah
tumbuh dalam waktu tertentu juga berbeda nyata dengan rataan biomas
tertinggi di zona 2, kemudia di zona 1 dan terendah di zona 3.
5. Rataan dari total produksi exploitasi (setelah ditinggal 6 hari) di tiap zona
juga berbeda nyata dimana yang paling tinggi yaitu di zona 2, kemudian
zona 1 dan terendah di zona 3.
6. Rataan lama waktu pulih biomasa monitoring kembali (Bm/P) antar zona
tidak berbeda nyata (Fhit=0,35 Pval=0,71). Lama waktu pulih secara
keseluruhan mencapai 14,96 hari.
7. Rataan lama waktu pulih biomas eksploitasi (Be/P) tidak berbeda nyata,
dengan rata-rata lama waktu pulih di tiap zona mencapai 3,01 hari.
8. Kemampuan pulih biomas setelah ditinggal eksploitasi juga tidak berbeda
nyata yaitu 0,067 gr.m-2.hr-1 pada area monitoring dan 0,333 gr.m-2.hr-1
dari eksploitasi
Dari hasil analisa tersebut hal yang dapat disimpulkan diantaranya adalah:
1. Daya dukung yang tinggi di zona 1 dan 2 disebabkan oleh tingginya
biomas pada kedua lokasi tersebut dibandingkan di zona 3 walaupun laju
pertumbuhan tidak berbeda nyata.
2. Lama waktu pulih biomas simping yang dieksploitasi dalam waktu yang
relative sama memberikan lama waktu pulih yang lebih seragam di tiap
zona dibandingkan yang dieksploitasi dalam interval waktu monitoring
yang lebih lama. Lama waktu pulih yang relative sama ini di pengaruhi
oleh kemampuan tumbuh yang relative sama di tiap zona.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
92
3. Untuk mendukung keseimbangan tersebut, kegiatan eksploitasi sebaiknya
harus mengikuti fase pertumbuhan agar biomas tumbuh dan lama waktu
pulih tidak berbeda antar zona.
5.7. Stok Kritis Tereksploitasi
Stok kritis tereksploitasi (SKT) yaitu ketersediaan suatu stok yang
memperoleh tekanan eksploitasi beberapa kali berturut-turut, sehingga tidak
mampu menghasilkan generasi karena ketersediaan stok dewasa tidak memadai
dan atau kelimpahan stok dewasa tinggal 20% dari kelimpahan stok dewasa.
Kelimpahan simping akan menurun setelah memperoleh tekanan eksploitasi
beberapa kali. Stok simping terdegradasi tercermin dari regresi dan menjadi
indikator efektifitas penggunaan alat tangkap. Struktur kelimpahan biomas stok
kritis tereksploitasi ditampilkan pada Lampiran 8.
Laju penurunan biomas stok tercermin dari nilai b, kemiringan garis
regresi hubungan antara biomas stok dengan lama waktu kritis sebelum operasi
penangkapan kembali. Dari squasi ekperimental dengan beberapa kali
penangkapan didapatkan penurunan kelimpahan yang kemudian di koreksi
menjadi biomas dengan memasukan pertimbangan pertumbuhan dan mortalitas.
Dari pemantauan kelimpahan yang dikoreksi kedalam biomas stok tersebut
didapatkan persamaan regresi perubahan biomas setiap waktu kali pengambilan
sampel. Persamaan regresi kelimpahan spat, stadia muda dan dewasa dengan
lama waktu –frekuensi penangkapan yang kemudian diinterpolasi menjadi
persamaan biomass seperti di pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil analisa regresi stok kritis tereksploitasi
Zona Stadia a b R2 Fhitcov
Zona ISpat 1178 -109,74 0,74
23,92**)Muda 1253 -121,44 0,73Dewasa 626,4 -59,52 0,76
Zona IISpat 859,4 -117,9 0,85
116,64**)Muda 1092,5 -149,9 0,91Dewasa 476,8 -66,67 0,84
Zona IIISpat 263,9 -36,32 0,96
1,46-)Muda 392,6 -50,95 0,94Dewasa 257,36 -38,15 0,96
Keterangan:**) = Uji covarian slope regresi significan pada SK 95%-) = Uji covarian slope regresi tidak signifikan pada SK 95%
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
93
Dari analisa kovarian antar persamaan regresi, spat, muda dan dewasa di
zona 1 terdapat perbedaan yang nyata antar slope dari stadia spat, muda dan
dewasa dengan hasil uji covarian sebagai berikut (Fhit=23,93 Ftab=7,9). Kemudian
di zona 2 juga berbeda nyata slope antar stadia dengan (Fhit=116,64 dan Ftab=3,7).
Sedangkan pada zona 3 tidak berbeda nyata dengan (Fhit=1,46 Fhit=8,4).
Hasil analisis kovarian dari slope dan intersept di tiap zona dari stok kritis
tereksploitasi ditampilkan pada Lampiran 9. Karena slope dan elevasi berbeda
nyata, maka pada zona 1 dan 2 terdapat sebanyak 3 garis regresi. Dengan kata
lain biomas masing-masing stadia memiliki pola mencapai kritis yang berbeda.
Pada zona 3 yang tidak berbeda dapat diwakili oleh satu regresi penurunan biomas
stok. Persamaan regresi untuk stok kritis terekploitasi seperti pada Gambar 25.
Zona 1
Dari hasil analisa covarian, maka kecepatan mencapai kritis di zona 1 dan
2 yang berbeda antara stadia, selanjutnya dinyatakan dalam 3 garis regresi,
sedangkan zona 3 dinyatakan dengan satu garis regresi. Model garis regresi
untuk zona 3 yang menunjukkan regresi hubungan antara biomas stok dengan
lama waktu frekuensi penangkapan sebagai berikut.
Zona 3 Y = Y= -41.812x + 304.63 R² = 0.722
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
94
Zona 2
Zona 3
Gambar 25. Laju degradasi dan lama waktu kritis populasi di tiap zona
Hasil diatas mengindikasikan bahwa pada zona 1 dan 2 stok spat, muda
dan dewasa memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap penangkapan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan yang intensitas tangkap yang sama
memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil tangkapan stadia simping.
Sedangkan pada zona 3 semua stadia cenderung sama tingkat kerentanan tiap
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
95
stadia hingga kritis dari kegiatan penangkapan. Kondisi di zona tiga terjadi
karena keberadaan stok yang rendah juga karena tingkat intensitas yang diberikan
relatif sama.
Dari hasil persamaan regresi dan analisis kovarian terhadap persamaan
regresi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa;
1. Penggunaan alat tangkap garok cukup besar mengakibatkan penurunan
biomas stok pada tiap zona sehingga stok menjadi kritis. Pada zona 3
merupakan zona yang paling rentan dan resiko menjadi kritis pada semua
stadia karena ketersediaan stok yang relatif rendah.
2. Laju penurunan biomas stok spat, muda dan dewasa antar zona pada zona 1
dan 2 yang berbeda. Hal ini memberikan indikasi bahwa penggunaan alat
garok tidak sepenuhnya efektif mempengaruhi ketersediaan spat, muda dan
dewasa, sehingga mengarahkan stok mendekati kritis dalam tahapan operasi
penangkapan yang berbeda.
3. Kelimpahan stok pada zona 3 mencapai kritis setelah memperoleh 5,64 x
penangkapan (6 frekuensi penangkapan) atau berturut-turut tepat pada hari ke
36 setelah operasi penangkapan dilakukan.
Penurunan biomas yang tidak berbeda pada zona 3 mengindikasikan bahwa
alat tangkap garok sangat efektif untuk menangkap simping. Walaupun alat garok
banyak digunakan, tetapi tidak cukup menjamin ketersediaan stok, karena bersifat
menguras atau menghabiskan sediaan yang ada.
5.8. Frekuensi kritis dan lama waktu penangkapan kembali
Lama waktu penangkapan kritis (WFT) adalah lama waktu (hari) yang
menyebabkan stok menjadi kritis setelah beberapa kali eksploitasi. Sedangkan
frekuensi kritis yaitu jumlah frekuensi penangkapan yang menyebabkan stok jadi
kritis. Dari evaluasi elevasi dan slop dapat ditentukan frekuensi kritis
penangkapan dari tiap zona penangkapan ikan. Dari ketiga persamaan regresi
pada zona 1, 2, dan 3 yang terbentuk pada Gambar 25, maka lama waktu
frekuensi penangkapan kritis dari zona disajikan pada Tabel 27.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
96
Tabel 27. Persamaan hubungan antara biomas stok dengan lama waktu frekuensi penangkapan kritis.
Zona Stadia a b R2 Frekuensi (kali)
Lama waktu (hr)
Zona 1 Dewasa 626,4 -59,52 0,76 8,64 56,12Zona 2 Dewasa 476,8 -66,67 0,84 5,58 37,70Zona 3 Dewasa 257,36 -38,15 0,96 5,56 36.69
Dari nilai persamaan regresi diatas, selang lama waktu frekuensi
penangkapan kritis yang berbeda tersebut berarti bahwa 1) frekuensi kedatangan
yang menyebabkan stok dewasa lebih cepat kritis adalah di zona 3, kemudian di
zona 1 dan terakhir di zona 2. 2) Zona dengan tingkat biomas yang tinggi
memiliki waktu yang lebih lama mencapai kritis, walaupun pertumbuhan relatif
sama seperti di zona 1 dan zona 2.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zona 3 lebih cepat mencapai
kritis karena penangkapan dibandingkan zona 1 dan zona 2. Kegiatan
penangkapan di zona 3 beresiko lebih besar jika dilakukan pemanfaatan secara
terus menerus dibandingkan dengan zona 1 dan 2 walaupun berpotensi
berkelanjutan.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/