5 bab iv karim

54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1. Pertumbuhan Mutlak Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak Perlak uan Kelompok (Gram) Jumlah (Gram) Rerata (Gram) I II III A 505,00 517,00 498,00 1.520,0 0 506,67ab c B 481,00 486,00 477,00 1.444,0 0 481,33ab c C 383,00 477,00 395,00 1.255,0 0 418,33ab c Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan B berbeda nyata terhadap perlakuan C. 4.1.2. Pertumbuhan Spesifik 20

Transcript of 5 bab iv karim

Page 1: 5 bab iv karim

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Pertumbuhan Mutlak

Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak

Perlakuan

Kelompok (Gram) Jumlah (Gram)

Rerata (Gram)I II III

A 505,00 517,00 498,00 1.520,00 506,67abcB 481,00 486,00 477,00 1.444,00 481,33abcC 383,00 477,00 395,00 1.255,00 418,33abc

Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap

pertumbuhan mutlak Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf

kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap

perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan

B berbeda nyata terhadap perlakuan C.

4.1.2. Pertumbuhan Spesifik

Perlakuan

Kelompok (%) Jumlah (%)

Rerata (%)I II III

A 5,52 5,32 5,48 16,33 5,44abcB 5,17 5,33 5,19 15,69 5,23abcC 4,69 4,73 4,92 14,34 4,78abc

Perlakuan dalam penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap laju

pertumbuhan spesifik Kappaphycus alvarezii (F hitung > F tabel) pada taraf

kepercayaan 95%, dimana berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf

20

Page 2: 5 bab iv karim

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata terhadap

perlakuan B, tetapi perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C serta perlakuan

B berbeda nyata terhadap perlakuan C.

4.1.3.Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air selama masa penelitian disajikan

tabel 4 berikut.

Tabel 4. hasil pengukuran nilai parameter kualitas air masa penelitian

Parameter Satuan Kisaran

SuhuSalinitas Kecerahan Kecepatan aruspH

oC ppt m cm/detik -

26 – 3030 - 337 – 8

23 – 387 - 8

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas air pada masing-masing

perlakuan menunjukkan bahwa suhu perairan pada lokasi pemeliharaan rumput laut

berkisar 25 – 30 oC, sedangkan salinitas perairan berkisar 29 – 32 ppt. nilai

kecerahan perairan perairan yang diukur pada lokasi penelitian adalah 4-6 meter

dengan kecepatan arus 23-38 cm/detik. Kisaran nilai pH yang di ukur pada lokasi

penelitian adalah 7- 8

20

Page 3: 5 bab iv karim

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pertumbuhan Mutlak

Gambar 3. Histogram Pertumbuhan Mutlak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Penelitian

A B C0

100

200

300

400

500

600506.67

481.33

418.33

Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi

ditemukan pada perlakuan A (tali rentang sejajar arus dan tegak lurus dengan arah

ombak) sebesar 506,67 gram, disusul perlakuan B (tali rentang tegak lurus arus dan

sejajar dengan arah ombak) yaitu sebesar 481,33 gram, dan kemudian perlakuan C

(tali rentang dengan arah diagonal) yaitu sebesar 418,33 gram.

Hasil Uji Beda Nyata Terkecil pertumbuhan mutlak rumput laut

memperlihatkan bahwa perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Diduga

hal ini terjadi karena aliran perpindahan massa air yang melewati bentangan rumput

laut berlangsung dengan baik (tidak mengalami hambatan). Pada perlakuan A, aliran

perpindahan massa air yang terbilang lancar (tanpa hambatan) adalah dari pergerakan

20

Page 4: 5 bab iv karim

pasang surut. Sementara pada perlakuan B, aliran massa air yang bergerak lancar

dalam bentangan budidaya adalah ditimbulkan oleh pergerakan ombak dan

gelombang. Indriani dan Sumiarsih (2001) menyatakan bahwa pergerakan air

berfungsi untuk mensuplai zat hara dan juga membantu rumput laut dalam

penyerapan zat hara serta membersihkan kotoran yang menempel sehingga

pertukaran O2 dengan CO2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen.

Sementara itu pertumbuhan mutlak rumput laut pada perlakuan C berbeda

nyata dengan pertumbuhan rumput laut pada perlakuan A danB. Hal ini diduga

karena pada perlakuan C aliran massa air yang melewati bentangan rumput laut

mengalami hambatan pada saat melewati bentangan-bentangan rumput laut tersebut

sehingga aliran pergerakan massa airnya relatif tidak lebih lancar dibandingkan

dengan pada perlakuan A dan perlakuan B.

4.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik Rumput Laut Kappaphycus alvarezii selama Masa Penelitian

9 18 27 36 450

1

2

3

4

5

6

7

8

6.876.02

5.54.74

4.09

6.455.74

5.364.61

3.99

5.835.33 5.01

4.143.59 A

BC

20

Page 5: 5 bab iv karim

Grafik di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan spesifik rumput laut

rata-rata tertinggi pada semua perlakuan ditemukan pada masa awal penelitian hingga

hari ke-9. Diduga hal ini terjadi karena bibit rumput laut pada setiap perlakuan

memiliki thallus yang masih muda sehingga sel-sel bibit rumput laut tersebut lebih

mudah untuk membelah diri dan membentuk percabangan baru. Disamping itu, bibit

rumput laut tersebut masih dapat dengan mudah memanfaatkan ketersediaan unsur

hara yang ada dalam perairan untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Bobot

pertumbuhan spesifik rumput laut hingga hari ke-9 pada perlakuan A mencapai

6,87%, perlakuan B mencapai 6,45%, dan pada perlakuan C mencapai 5,83%.

Selanjutnya pada hari ke-18 hingga berakhirnya masa penelitian (hari ke-45)

laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada setiap perlakuan terus mengalami

penurunan. Hal ini dapat terjadi karena adanya penambahan bobot thallus rumput laut

sehingga memungkinkan terjadinya persaingan pemanfaatan ruang dalam proses

penyerapan sinar matahari dan juga persaingan pemanfaatan unsur hara untuk proses

fotosintesis. Darmayasa (1988) dalam Nupu (2004) mengemukakan bahwa adanya

perbedan pertambahan bobot karena penambahan biomassa rumput laut

menyebabkan terjadinya persaingan dalam proses pemenuhan kebutuhan zat

makanan, ruang gerak dan cahaya matahari. Selain itu penambahan bobot rumput laut

akan mempengaruhi pergerakan arus yang melewati tali bentangan pemeliharaan

rumput laut.

Laju pertumbuhan spesifik rata-rata rumput laut tertinggi selama penelitian

diperoleh pada perlakuan A dengan nilai 5,44%, diikuti perlakuan B dengan nilai

5,23% dan terendah pada perlakuan C dengan nilai 4,78%.

20

Page 6: 5 bab iv karim

4.2.3. Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung, salinitas berkisar antara 30-33 ppt. Salinitas

dapat mempengaruhi kesuburan rumput laut dalam lingkungan budidaya.

Anggadiredja, dkk (2006) menyatakan bahwa Eucheuma akan tumbuh pada kisaran

salinitas antara 28-34 ppt dengan nilai optimum 33 ppt.

Kisaran suhu selama penelitian antara 26 – 30 oC. kisaran suhu tersebut cukup

mendukung pertumbuhan rumput laut. Aslan (1991) mengemukakan kisaran suhu

dalam budidaya rumput laut yang dipelihara di pantai adalah 27- 30oC. Selanjutnya

Sadhori (1989) menyatakan kisaran suhu optimal bahwa dalam budi daya rumput laut

yaitu berkisar 25-27 oC.

Kecepatan arus yang diperoleh di lokasi selama penelitian berkisar antara 20-

25 cm/detik. Anggadiredja, dkk, (2006) mengemukakan bahwa pergerakan air yang

baik berkisar antara 20-40 cm/detik, dengan kondisi seperti ini akan mempermudah

pergantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak sampai

merusak tanaman.

Kecerahan selama penelitian mencapai kedalaman 7 m – 8 m. Hal ini berarti

cahaya matahari dapat masuk hingga pada kedalaman tersebut. Nilai kisaran tersebut

sangat mendukung proses fotosintesis pertumbuhan rumput laut. Rumput laut

memerlukan cahaya sebagai sumber energi guna pembentukan bahan organik yang

diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Puja, Y, dkk, 2001).

Kisaran derajat keasaman (pH) diperairan selama penelitian pada semua

perlakuan berkisar antara 7-8, hal ini cukup mendukung dalam usaha budidaya.

Sejalan dengan Zatnika, A. dan I.A. Wisman (1994), mengemukakan bahwa

20

Page 7: 5 bab iv karim

budidaya rumput laut untuk pemelihan lokasi Kappaphycus alvarezii sebaiknya ber-

pH antara 7,3-8,2.

20

Page 8: 5 bab iv karim

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Pertumbuhan mutlak rumput laut yang tertinggi di peroleh pada perlakuan A

yaitu sebesar 506,67 gram, kemudian diikuti perlakuan B yaitu sebesar 481,33

gram dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 418,33 g.

Pertumbuhan spesifik rata-rata bibit rumput laut yang tetinggi adalah diperoleh

pada perlakuan A yaitu sebesar 5,44 %, kemudian perlakuan B yaitu sebesar

5,23% dan terendah pada perlakuan C yaitu sebesar 4,78 %.

Aliran perpindahan massa air sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

rumput laut Kappaphycus alvarezii selama masa penelitian

5.2. Saran

Perlu diadakan penelitian lain terkait budidaya rumput laut Eucheuma

spinosum, mengingat jenis rumput laut ini cukup banyak pula dibudidayakan di

Kabupaten Muna.

20

Page 9: 5 bab iv karim

Lampiran 1. Pertumbuhan Mutlak

Perlakuan

Kelompok

Bobot Rata-rata Pada Hari Ke-0 9 18 27 36 45

AI 100 186 291 431 527 605II 100 171 286 425 536 617III 100 189 279 417 524 598

Total 300 546 8561.27

31.58

71.82

0

Rerata100,00

182,00

285,33

424,33

529,00

606,67

BI 100 169 279 413 507 581II 100 183 273 406 513 586III 100 175 268 410 498 577

Total 300 527 8201.22

91.51

81.74

4

Rerata100,00

175,67

273,33

409,67

506,00

581,33

CI 100 163 251 365 429 483II 100 159 267 378 426 487III 100 178 246 381 437 495

Total 300 500 7641.12

41.29

21.46

5

Rerata100,00

166,67

254,67

374,67

430,67

488,33

Lampiran 2. Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak

SR DB JK KT F hitung F tabel 5%Kelompok 2 2.713,56 1.356,78Perlakuan 2 12.413,56 6.206,78 9,04* 6,94

Galat 4 2.746,44 686,61Total 8 17.873,56

Keterangan :

* = Berpengaruh Nyata

Lampiran 3. Uji BNT Pertumbuhan Mutlak

Perlakuan A B C BNT 5%A

59,39B 25,33tnC 88,33* 63,00*

Keterangan :

20

Page 10: 5 bab iv karim

* = Berbeda Nyata

tn = Tidak Berbeda Nyata

Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik

Perlakuan

KlpLaju Pertumbuhan Spesifik (%)

9 18 27 36 45

AI 7,14 6,11 5,56 4,72 4,08II 6,14 6,07 5,51 4,77 4,13III 7,33 5,87 5,43 4,71 4,05

Total 20,61 18,05 16,50 14,21 12,26Rerata 6,87 6,02 5,50 4,74 4,09

BI 6,00 5,87 5,39 4,61 3,99II 6,95 5,74 5,33 4,65 4,01III 6,42 5,63 5,36 4,56 3,97

Total 19,36 17,23 16,08 13,82 11,97Rerata 6,45 5,74 5,36 4,61 3,99

CI 5,58 5,25 4,91 4,13 3,56II 5,29 5,61 5,05 4,11 3,58III 6,62 5,13 5,08 4,18 3,62

Total 17,48 15,98 15,04 12,42 10,76Rerata 5,83 5,33 5,01 4,14 3,59

Lampiran 5. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Spesifik

SR DB JK KT Fhitung Ftabel (5%)Kelompok 2 0,010 0,005Perlakuan 2 0,689 0,344 22,761* 6,94

Galat 4 0,061 0,015Total 8 0,759

Keterangan :

* = Berpengaruh Nyata

Lampiran 6. Uji BNT Laju Pertumbuhan Spesifik

Perlakuan A B C BNT (5%)AB 0,21tn 0,28C 0,66* 0,45*

Keterangan :

20

Page 11: 5 bab iv karim

* = Berbeda Nyata

tn = Tidak Berbeda Nyata

Lampiran 7. Dokumentasi selama Penelitian

20

Page 12: 5 bab iv karim

III. METODE PENELITIAN

III.1.......................................................................................................Waktu

dan Tempat..................................................................................... 17

III.2.......................................................................................................Alat dan

Bahan ............................................................................................ 17

III.3.......................................................................................................Prosedur

penelitian ....................................................................................... 17

III.3.1. Penentuan Lokasi Budidaya .............................................. 18

III.3.2. Pemeliharaan Bibit Rumput Laut ...................................... 18

III.3.3. Persiapan Metode Penelitian ............................................. 18

III.3.4. Pemeliharaan Tanaman ..................................................... 20

III.3.5. Prosedur Pengamatan ........................................................ 20

III.4.......................................................................................................Variabel

Yang Diamati ................................................................................ 20

III.4.1. Laju pertumbuhan Spesifik ............................................... 20

III.4.2. Laju Pertumbuhan Mutlak ................................................ 21

III.4.3. Produksi ............................................................................ 21

III.4.4. Parameter Kualitas Air ...................................................... 22

III.5.......................................................................................................Rancang

an Percobaan ................................................................................. 22

III.6.......................................................................................................Analisis

Data ............................................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1......................................................................................................Hasil

Pengamatan ................................................................................... 24

IV.1.1. Pertumbuhan Mutlak ......................................................... 24

IV.1.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................... 24

IV.1.3. Kualitas Air ....................................................................... 25

IV.2......................................................................................................Pembaha

san ................................................................................................. 26

IV.2.1. Pertumbuhan Mutlak ......................................................... 26

20

Page 13: 5 bab iv karim

IV.2.2. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................... 27

IV.2.3. Kualitas ai r........................................................................ 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1........................................................................................................Kesimpu

lan .................................................................................................. 31

V.2........................................................................................................Saran

........................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan ....................................................... 17

Tabel 2. Pertumbuhan Mutlak ......................................................................... 24

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Spesifik ............................................................... 24

Tabel 4. Kualitas Air ........................................................................................ 25

20

Page 14: 5 bab iv karim

3.3.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman

rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan diperhatikan adalah

membersikan tanaman dari benda lain (l;umpur dan kotoran) yang menempel pada

tanaman, mengatasi serangan buluh babi dengan cara mengambil dan membuangnya

dan menghindari ikan dan penyu dengan cara memasang jarring di sekitar lokosi

penanaman (Mubarak dkk, 1990)

3.3.5 Prosedur Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot

rumput laut untuk mengetahui perkambangannya. Penimbangan tersebut dilakukan

dengan metode sampling terhadap setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini

dilakukan setiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air

dilakukan sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan akhir

penelitian.

3.4 Variabel Yang Diamati

3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut dilakukan selama 9

hari selama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik rumput

laut digunakan rumus yang dikemukakan oleh Husman (196) dalam Muzakir (2001).

20

Page 15: 5 bab iv karim

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Gambar 1. Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................................ 7

Gambar 2. Morfologi rumput Laut Kappaphycus alvarezii ............................ 8

Gambar 3. Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii ................................... 12

Gambar 4. Metode Tali Rentang ..................................................................... 14

Gambar 5. Posisi Wadah Penelitian ................................................................. 19

Gambar 6. Model Penempatan Perlakuan Secara Acak .................................. 22

Gambar 7. Histogram Pertumbuhan Mutlak .................................................... 26

Gambar 8. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................ 27

20

Page 16: 5 bab iv karim

I. PENDAHULUAN

I.1 latar belakang

rumput laut termaksuk salah satu anggota alga yang merupakann tumbuhan

berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis miskroskopik dan

makroskopik inilah sehari-harin kita kenal sebagai rumput laut (taurino-

pancomulyo,2006)

pertumbuhan rumput laut di pengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun

eksternal. Faktor internalyang berpengaruh terhadappertumbuhaantara lain

spesies, bagian thallus (bibit) dan umur.perbedaan jenis/spesies rumput laut yang

dibudidayakan akan memiliki laju pertumbuhanyang berbeda pulademikian juga

dengan bagian thallus dan umur rumput laut yang di budidayakan.

Faktor eksternal yang berkaitan dengan rumput laut antara lain kecerahan dan

pergerakan arus. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan banyaknya sinar

matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari merupakan faktor utama

yang dibutuhkan oleh rumput laut pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari

sangat rendah, rumput laut tidak akan hidup, karena tidak dapat melakukan

fotosintesis (yusuf, 2004).

Sementara itu arus yang merupakan gerak suatu masa air yang dapat disebabkan oleh

hembusan angin. Pergerakan air berfungsi untuk menyuplai zat hara dan membantu

rumput laut dalm menyerap zat hara dan membersikan kotoranyang menempel

20

Page 17: 5 bab iv karim

sehingga CO2 dan O2 tidak mempengaruhi kebutuhan oksigen. Hal ini dapat terjadi

karena adanya sirkulasi yang baik, run - off dari darat dan gerakan air (arus) yang

baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik (indriani dan

sumiarsi,2001).

tanaman rumput laut akan tumbuh lebih baikpada lokasi pergerakan arus yang

baik, karena pergerakan arus yang berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan

air dekat tanaman, sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi (doty dalam

yusniani dkk,2000). Tanaman yang ditananam pada kedalaman yang lebih dalam akan

lebihbanyak menerima endapan yang menutupi batang,sehingga mengganggu proses

fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.

Dalam budidaya rumput laut dengan metode tali rentang dimana tali bentang

rumput laut berada di permukaan perairanakanmembuart rumput laut tersebut secara

langsung berinteraksi dengan arah arus yang berbeda. Belum adanya

informasitentang pergerakan arus terhadap tali bentang rumput laut maka di perlukan

penelitian (PENGARUH ARAH TALI RENTANG TERHADAP PERTUMBUHAN

RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN SELAT BUTON.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dikemukakan rumus

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh posisi tali rentang

terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii)?

1.3 Tujuan dan Manfaat

20

Page 18: 5 bab iv karim

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh arah tali rentang terhadap

pertumbuhan rumput laut (kappaphycus lvarezii).

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menmbah informasi tentang peharuh arah tali rentang terhadap

pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).

2. Menembah informasi tentangcara budidaya rumput laut bagi pihak-pihak yang

memerlukan sebagaiupaya un tuik mengingatkan produksi rumput laut

kappaphycus alvarezii.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “diduga arah tali rentang budidaya rumput

laut berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut (kappaphycus alvarezii).”

II. TINJAUAN PUSTAKA

20

Page 19: 5 bab iv karim

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Rumput Lau

Klasifikasi rumput laut dari genus kappaphycus alvarezii sebagia berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Eucheuma

Spesies : Kappaphycub alvarezii

Dalam produksi tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk, reproduksinya

seksual dengan karpogania dan spermatia, pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu

sel diujung thallus) dan multiaksial (banyak sel diujung thallus), alat pelekat

(haldfast)I terdiri dari sel tunggal atau sel banyak, memiliki figmen fikobilin yang

terdiri dari fikoeretrin (warna merah), bersifat adaptasi kromatik yaitu memiliki

penyusaian antara propoersi pigmen dengan berbagai kualitas pecahanya dan dapat

menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti: warna mera tua, merah muda,

pirang, abu - abu, kuning dan hijau, dan dalamj dinding selnya tersusun dua lapisan

yaitu lapisan dalam yang keras banyak mengandung selulosa dan lapisan luaryang

terdiri dari susbtansiter yang mengandung agar dan carragenan. (Aslan, 1998).

Soegiarto (1978) mengatakan agar - agar merupakan asam sulfanik yang merupakan

ester dari galakto linier dan diperoleh dengan cara mengekstrasi dan hasil produksi

20

Page 20: 5 bab iv karim

yang biasa yang dikenal oleh masyarakat dalam bentuk tepung dan biasa di gunakan

untuk pembuatan pudding.

Selulosa umumnya terdapat dalm sel tumbuhan, zat ini merupakan susunankristalin

yang hidrofit, tidak larut dalam air atau zat pelarut organik, dan dalam atau basa encer

zat ini juga tidak larut. Selulosa ini sesungguhnya adalah senyawa karbohidrat

debngan rumus molekul (C6 H10 O5)n, merupakan unsur pokok tiap dinding sel

(sutrian, 2004).

Karagina merupakan senyawa bpolisakadria yang tersusun dari unit D-galaktosa dan

L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri

khas dari karagina adalahsetiap unit dari galaktosanya mengikat gugusan sulfat,

jumlahsulfat kurang lebih 35,1% kegunaan karagina hampirsama dengan agar - agar,

antara lain sebagai pengatur keseimbangan,pengental, pembentuk gel dan

pengemulsi. Karagina banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuat kue,

roti, makroni, jelly, sari buah, bir, es cream, dan gel pelapis praduk daging, dan selain

itu dapat juga di manfaatkan dalam industri farmasi banyak digunakan dalam pasta

gigi dan obat - obatan, dan selain itu dapat juga di manfaatkan dalam industri tekstil,

kosmetik dan cat (soegiarto,1978).

Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan danya perbedaan

antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi

20

Page 21: 5 bab iv karim

yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk - bentuk tersebut sebenarnya

Hanyalah thallus belaka. Morfologi kappaphycus alvarezii adalah, permukaan licin,

cartilogeneus, thalli (kerangka tubu tumbuhan) bulat silindris atau gepeng, warnanya

merah,abu – abu, hijau kuning, dan hijau, bercabang berselangtidak teratur,

dichotomous atau trikhomous, memiliki benjolan – benjolan (blunt nodule) dan duru -

duri atau spnes, dan subtansi thalli “gelatinus” dan “kartilagenus” (lunak seperti

tulang rawan). Keadan warna tidak selalu tetap, kadang - kadang berwarna hijau,

hijau kuning abu - abu atau mera. Perubahan warna selalu terjadi hanya karena faktor

lingkungan. Kejadian ini hanya merupakan suatu prosen faktor adaptasi kromatik

yaitu penyusuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitaspecahanya (Aslan,

1998).

Penampakan thallus berfariasi mulai dari bentuksederhana sapai bentuk kopleks. Duri

- duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang - jarang dan tidak tersusun

melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang - batang utama

keluara saling bedekatanke daerah basal (pangkal). Tumbuhan melekat

kesubtratdengan alat perekat berupa cakram. Cabang - cabang pertama dan

keduaumbuh dengan bentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus yang mengarah

ke arah datangnya sinar matahari (Kimball, 1983)

.

Gambar 2.1 rumput laut (kappaphycus alvarezii). (Kamlasi,2008)

20

Page 22: 5 bab iv karim

Struktur anatomo thalli (rangkah tubuh tumbuhan) untuk tiap jenis rumput laut

berbeda - beda. Pada kappaphycus alvarezii denga eucheuma spinosum bentuk

thallus yang melintang mempunyai susunan selyang berbeda. Perbedaan ini

membantu dalam pengenalan berbagai jenis rumput laut baik dalam mengidentifikasi

jenis, genus ataupun famili (Aslan, 1998).

Kappaphycus alvarezii euceuma spinosu

Keterangan:

1. Ujung thallus

2. Cabang (thallus)

20

Page 23: 5 bab iv karim

Kapapphycus alvarezii Eucheuma spinosum

Keterangan:

1. Dinding sel

2. Plastida

3. Inti sel

4. Nukleolus

5. Gambar 2.2. morfologi rumput laut (kapapphycus alvarezii dan eucheuma

spinosum). (Mubarak, dkk., 1990)

2.2 Ekologi Rumput Laut

Rumput laut (kappaphycus alvarezii) umumnya terdapt di daerah tertentu dengan

persyaratan khusus. Kebanyak tumbuhan di daerah pasang surut (intertidal) atau

daerah yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada subtrat di dasar perairan

yang berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gamping atau cangkang

molusca. Umumnya genus eucheuma tumbuh dengan baik didaerah pantai terumbu

(reef), karena di tempat inilah beberapa persyaratan untuk pertumbuhannya banyak di

penuhi, diantaranya adalah faktor kedalaman perairan, subtrat dengan pergerakaan

air. Habitat khas adalahdaerah yang memperoleh aliran air alaut tetap, mereka lebih

menyukai fariasi suhuharian yang kecil dengan subtrat batu karang yang mati.

Rumput laut ini tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis rumput laut lainnya.

20

Page 24: 5 bab iv karim

Pengelompokan ini tampaknya penting dan salingmenguntungkan di antaranya dalam

hal penyebaran spora (Aslan, 1998).

Berbagai faktorblingkungan seperti cahaya,suhu, kadar garam, pergerakan air, zat

hara dan faktor biologis bintang laut, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan rumput laut. Uraian di bawah ini menjelaskan betapa pentingnyafaktor

lingkungan bagirumput laut yang erat hubungannya dengan pertumbuhan rumput

laut kappaphycus alvarezii.

a. Cahaya

Cahaya merupakan kebutuhan primere bagi pertumbuhan rumput alut, karena

rumput laut memerlukan cahaya untuk fotosintesis, sehingga cahaya sangat di

perlukandalam kelangsungan rumput laut. Suhu perairan sangat penting dalam proses

fotosintesis rumput laut. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut

Kappaphycus Alvarezii adalah berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus

Alvarezii mempunyai toleransi terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C

(Yusuf,2004)

Laju pertumbuhan rumput laut dapat dipengaruhi oleh unsur hara yang

terkandung di dalam air. Fosfat dan nitrat dalam kepekatan bagaimanapun selalu

dalam rasio yang tetap 15 N : 1 P. Rasio ini cenderung tetap dalam fitoplankton dan

zooplankton. Hanya dalam keadaan tertentu rasio dalam air bisa berubah

(Soelistyo,1987).

b. Kecerahan

20

Page 25: 5 bab iv karim

Kecerahan merupakan besar penetrasi cahaya yang menembus kedalam perairan.

Besarnya cahaya yang masuk dalam akan memperlancar proses fotosintesis pada

tanaman. Kejernihan air untuk pertumbuhan rumput laut mencapai 2,5 M

(anggadiredja dkk,2006).

c. Kedalaman

Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Kappaphycus

Alvarezii yaitu 30-60 cm pada waktu surut terendah kondisi ini untuk mengurangi

rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari

(Aditya dkk,2001). Kedalaman perairan dilokasi budidaya meempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap kualitas produk dan kedalaman perairan berkisar pada 5-

30 cm sedangkan dasar perairan adalah pasir berlumpur dan karang berpasir

(Anonim,2008).

d. Suhu

Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii adalah

berkisar antara 25-300C. Akan tetapi,Kappaphycus Alvarezii mempunyai toleran

terhadap suhu 24-360C dengan fluktuasi harian 40C (Yusuf,2004).

e. Arus

Arus merupakan gerak suatu massa air yang dapat disebabkan oleh hembusan

angin, perbedaan desinitas air laut atau disebabkan oleh gelombang panjang

(nontji,1987). Arus adalah gerak mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan

oleh hembusan angin. T anaman rumput laut lebih baik pada lokasi pergerakan arus

yang baik, karena pergerakan air berfungsi memecahkan lapisan atasdan perbatasan

air dekat tanaman sehingga menyebabkan meningkatnya proses difusi(Doty dalam

20

Page 26: 5 bab iv karim

Yusnaini dkk,2000). Tanaman yang ditanam pada kedalaman lebih dalam akan lebih

banyak menerima endapan yang menutupi batang, sehingga mengganggu proses

fotosintesis yang berakibat pada lambatnya pertumbuhan.

f. Salinitas

Kadar garam berpengaruh terhadapb kesuburan rumput laut dapat dipengaruhi

oleh kadar garam atau salinitas, misalnya Glacilaria kebanyakan mandul pada bulan-

bulan bersalinitas tinggi (30-35 permil). Glacilaria yang berasal dari Atlantik dan

Pasifik Timur pertumbuhan maksimum pada saat dibudidayakan adalah dengan

salinitas 25-38 permil dengan kadar optimum 25 permil, yang ditunjang kadar

nitrogen dan fosfat yang rendah dan berhubungan langsung dengan pasang surut dan

curah hujan,(Aslan,1998).

g. pH

Soelistyo (1987) mengatakan air laut mempunyai kemampuan menyangga yang

sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami

akan memberikan petunjuk terganggunya system penyangga. Hal ini dapat

menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat

membahayakan kehidupan biota laut.

Aslan (1998) mengatakan bahwa hampir seluruh alga mempunyai kisaran daya

penyesuaian terhadap pH 6,8-9,6. Kebanyakan spora algae bersifat planktonis

sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi pola dan sifat gerakan air. Selain itu

kekuatan gerakan air mempengaruhi melekatnya spora dan subtratnya. Algae yang

20

Page 27: 5 bab iv karim

tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus deras akan mempunyai sifat dan

karakteristik yang berbeda dengan algae yang berada diperairan tenang. Spora algae

yang tumbuh diperairan yang berarus deras seperti genus Kappaphycus Alvarezii dan

algae yang tumbuh diperairan tenang seperti Glacilaria (Aslan,1998)

Binatang laut seperti muluska, bulu babi, penyu, dan ikan dapat mempengaruhi

persporaan algae. Binatang muluska dapat memakan spora dan menghambat stadia

muda algae, sedangkan ikan herbivore memakan algae sehingga merusak thalii dan

akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan oleh algae (Aslan,1998).

Gambar 2.3. bibit rumput laut (kapapphycus alvarezii), (pancomulyo, 2006)

2.3 Laju Pertumbuhan Rumput Laut

pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa berat

atau panjang dalam waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitufaktor internal faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh

antara lain jenis,thallus (bibit),dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh antara lain lingkungan atau oseanografi, bibit, jarak tanam, berat bibit

awal,dan tehnik penanaman (Kamlasi, 2008).

20

Page 28: 5 bab iv karim

Dalam pertumbuhan rumput laut kita mengetahui bahwa alat - alat tumbuh -

tumbuhan akan menjadi tambah besar, tambah panjang serta bercabang - cabang.

Terjadinya hal demikian dikarenakan terdapat perbanyakan dan pertumbuhan dari sel

- sel yang menyusun rumput laut tersebut. Perbanyak sel - sel dapat terjadi karena

pembelahan pada sel - sel yang menyusun pada rumput laut.

Dalam budidaya rumput laut para petani atau para nelayan kebanyak

menggunakan perkembang biakan dengan cara stek, karena dengan cara ini lebih

muda dan lebih muda dengan cara kawin. Thallus atau cabang yang di ambil adalah

cabang yang masih muda (sutrian, 2004).

Sutrian, (2004) mengatakan jaringan muda atau meristem dapat terjadi dari sel -

sel muda (initiating cell) yang kegiatanya selalu meristematis. Meristematis ujung

adalah jaringan muda yang terbentuk oleh sel - sel initial (muda). Letak jaringan ini

di ujung - ujung dari thallus, meristem samping adalah jaringan muda yang

terbentukoleh sel - sel initial, letak jaringan ini di tepi dari thallus, sedangkan

meristem interkalar adalah jaringan muda yang terletak antara bagian jaringa -

jaringan dewasa.

Pertumbuhan rumput laut di kenal dengan The Apical Cell Theory atau teori sel

ujungyaitu tumbuhan – tumbuhan yang kenyataannya banyak mengandung sel apical

dengan sifatnya yang tersendiri. Pada pucuk thallus terdapat sel initial, sel initial ini

dalam kegiatannya selalu membelah untuk membentuk sel baru (Sutrian,2004).

20

Page 29: 5 bab iv karim

Pertumbuhan rumput laut dikategorikan dalam pertumbuhan somatic dan

pertumbuhan fisiologi. Pertumbuhan somatic merupakan pertumbuhan yang diukur

berdasarkan pertambahan berat atau panjang thallus, sedangkan pertumbuhan

fisiologi dilihat berdasarkan reproduksi dan kandungan koloidnya ( Kamlasi,2008 ).

2.4 Teknik Penanaman Rumput Laut

Nybakken (1988) mengatakan bahwa seiring kebutuhan rumput laut yang

semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri,

sekaligus memperbesar devisa Negara dari sektor nonmigas, maka perlu teknik

penanaman rumput yang sesuai dengan kondisi lingkungan untuk meningkatkan hasil

budidaya rumput laut yang banyak dan berkualitas ekspor.

Gambar: 2.4. metode tali rentan

Keuntungan metode ini antara lain:

a. Tanaman cukup menerima sinar matahari;

b. Tanaman lebih tahan terhadap perubahan kualitas air;

c. Terbebas dari hama yang biasanya menyerang dari dasar perairan;

d. Pertumbuhan lebih cepat;

e. Cara kerjanya lebih mudah;

20

Page 30: 5 bab iv karim

f. Biayanya lebjh murah;

g. Kualitas rumput laut yang dihasilkan baik.

Kamlasi (2008) mengatakan hasil percobaan memperlihatkan bahwa tanaman

yang ditanam dengan menggunakan metode ini memiliki angka pertumbuhan yang

lebih tinggi disbanding dengan metode lepas dasar.

Keuntungan yang diperoleh dengan metode ini adalah, tanaman bebas dari

serangan bulu babi, pertumbuhan tanaman lebih baik, bisa digunakan pada dasar

perairan yang keras, dimana sukar untuk menancapkan pancang, seperti pada metode

lepas dasar. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah perlu lebih banyak waktu

untuk pembuatan konstruksi dan disaat penanaman, biaya konstruksi lebih mahal

(Aslan, 1998).

2.5 Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut

2.5.1 Genetik

(Genetic fingerprinting) pada hakekatnya adalah upaya identifikasi komponen

genetika pada lokus-lokus yang tepat, sehingga karakter atau blue- print kehidupan

dari tiap jenis rumput laut dapat diketahui. Pengetahuan akan informasi tersebut

sangat penting dalam mengidentifikasi pola reproduksi, pola adaptasi dan karakter

spesifik dari tiap sampel yang diamati, sehingga upaya ini mampu mengungkap

berbagai info penting bagi kepentingan strain selection, karakter pertumbuhan yang

unggul, ketahanan terhadap penyakit dan sebagainya.

2.5.2 Lingkungan

20

Page 31: 5 bab iv karim

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi

perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung

terhadap mahluk hidup di perairan, misalnya suhu dan salinitas. Faktor meteorologi

adalah keadaan iklim atau cuaca yang mempengaruhi interaksi terhadap lautan secara

langsung dan akan mempengaruhi kehidupan di laut termasuk rumput laut, misalnya

jumlah curah hujan yang mempengaruhi tinggi rendahnya slinitas di laut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka parameter oseanografi dan meteorology

yang diamati adalah suhu permukaan, salinitas, pH dan kecepatan arus. Bibit yang

berupa stek dipilih dari tanaman yang masih muda, masih segar, tidak cacat dan

terhindar dari penyakit, diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami ataupun dari

tanaman hasil budidaya. Bibit unggul mempunyai ciri cabang banyak. Bibit

sebaiknya di kumpulkan dari perairan pantai sekitar budidaya, bibit harus dalam

keadaan basah dan hindari dari air hujan, minyak dan kondisi kekeringan

(Afrianto,1993).

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan di laksanakan selama 45 hari mulai bulan juli sampai bulan

agustus 2012 diperairan pantai Ghonebalano Kecamatan Duruka Kabupaten Muna

Propinsi Sulawesi Tenggara.

20

Page 32: 5 bab iv karim

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam table berikut :

Table 2.1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Satuan Kegunaan

A Alat

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

B12345

termhometerRefractometerKertas lakmusSecci discTimbanganBola plastikDO Meter PerahuDayung

BahanRumput lautTali nilonTali raffiaPelampung Jangkar

oCPpt-

MeterGram

Cm/detikPpm

--

-----

Mengukur suhuMengukur salinitasMengukur Ph airMengukur kecepatan Mengukur berat rumput lautMengukur kecepatan arusMengukur kandungan O2 terlarutWadah transportasi-

Specimen ujiTali risMengikat bibit rumput lautPengapungPemberat

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian tentang pengaruh arah tali rentang terhadap pertumbuhan rumput

laut (kappaphycus alvarezii) akan dilakukan beberapa tahap.

3.3.1 penentuan lokasi budidaya

Lokasi harus bebas dari pengaruh angintopan dan pencemaran dari industry

atau rumah tangga, tidak mengalami fluktuasisalinitas yang besar, mengandung

nustrisi untuk pertumbuhan rumput laut, memunkinkan untuk menerapkan metode

budidaya, mudah untuk di jangka.

20

Page 33: 5 bab iv karim

3.3.2 pemeliharaan bibit rumput laut

Bibit berupa stek harus berasal dari tanaman yang bersih, segar, tidak terkena

penyakit, masih baru dan masih muda, bibit yang unggul dengan cirri memiliki

banyak cabang.

3.3.3 persiapan media percobaan

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode tali rentang

dengan 3 tali bentangtali budidaya rumput laut masing - masing sepanjang 5 meter

yang dibagi atas tiga perlakuanberdasarkan arah tali rentang budidaya.

Hasil studi pendahuluan kondisi oceonografi di perairan selat buton ditemukan bahwa

arus yang ada umumnya bergerak dengan arus utra - selatan dan selata - utara.

Sementara itu ombak/gelombangsaat ini berasal dari arah timur ke barat kare saat ini

musim timur. Berdasarkan kondisi tersebut pengelompokan perlakuandalam

penelitian ionio adalah sebagai berikut :

Pemasangan tali rentang sejajar dengan arah pergerakan arus (tali rentang di

pasang dengan arah utara - selatan)

Pemasangan tali rentang tegak lurus dngan arah pergerakan arus ( tali rentang

di pasang dengan arah barat - timur)

Pemasangan tali rentang dengan posisi diagonal (tali rentang dipasng dengan

arah tenggara - utara barat laut)

20

Page 34: 5 bab iv karim

Penelitian ini menngunakan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penempatan

posisi wadah percobaan/perlakuan seperti gambar berikut.

Gambar : 2.5 posisi wadah penelitian

3.3.4 pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara mengawasi tiap hari tanaman

rumput laut. Selama periode pemeliharaan yang akan di perhatiakan

adalahmemnbersihkan tanaman dari benda lain (lumpur dan kotoran) yang menempel

pada tanaman, mengatasi serangan bulu babi dengan cara mengambil dan

20

Page 35: 5 bab iv karim

membuangnyadan menghindari ikan dan penyuddengan cara memasang jarring

disekitar lokasi penanaman (Mubarak dkk, 1990)

3.3.5 prosedur pengamatan

Penamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menimbang bobot

rumput laut untuk mengetahui pertumbuhannya. Penimbangan tersebut dilakukan

dengan metode sampling di setiap kelompok perlakuan. Pengamatan ini di lakuakan

tiap 9 hari selama 45 hari dan pengukuran terhadap parameter kualitas air di lakukan

sebanyak 3 kali yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir penelitian.

3.4 Variabel Yang Diamati

3.4.1 Laju Pertumbuhan Spesifik

Pengamatan terhadap pertumbuhan spesifik rumput laut di lakukan selama

waktu 9 hariselama masa penelitian. Untuk menghitung laju pertumbuhan spesifik

rumput laut di gunakan rumus yang dikemukakan oleh : husman, (1976) dalam

muzakir, (2001).

LPS = {(Wt/Wo)1/t - 1}x100%

Dimana :

LPS = Laju Pertumbuhan Spesifik

Wt = Bobot Pada Waktu (gram)

20

Page 36: 5 bab iv karim

Wo = bobit pada awal penelitian (gram)

t = jumlah hari pengamatan (hari)

3.4.2 laju pertumbuhan mutlak

Pertumbuhan mutlak tanaman uji menggunakan rumus yang dikemukakan olenh :

PM = Wt - Wo

Dimana :

PM = Pertumbuhan Mutlak

Wt = Bobot akhir (gram)

Wo = Bobot awal (gram)

3.4.3 parameter kualitas air

Pengukuran parameter kualitas air di lakukan sebanyak 3 kali selama

penelitian, yaitu diawal penelitian, pertengahan penelitian dan diakhir ;penelitian.

3.5 Rancangan percoban

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri

dari 3 perlakuan dan 3 ulangan menggunakan Rumus (Gaspersz, 1994)

Yij = µ + ƴi + βj + ∑ij

20

Page 37: 5 bab iv karim

Dimana :

µ = nilai tengah populasi

ƴi = pengaruh aditif dari perlakuan ke - j

βj = pengaruh aditif dari kelompok ke - j

∑ij = bedah percobaan dari perlakuan ke – I pada perlakuan ke – j

I = jumlah perlakuan

J = jumlah ulangan dalam perlakuan atau jumlah suatupercobaan

Penempatan unit - unit dilakukan berdasarkan pengacakanmenggunakan table

angka acak (lihat pada gambar). Posisi wadah penelitianapat dilihat pada gambar

berkut :

Gambar : 2.6 model pempatan perlakuan secara acak

3.6 Analisa Data

Data yang di peroleh, dianalisa menggunakan ANOVA satu jalur, jika f

hitung f table 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan, dan dilanjutkan dengan

uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk mengetahui beda antar perlakuan.

20

Kelompok 1 Kelompok 3Kelompok 2

A3 B1 C1 B2 A2 C3 B3 C2 A1

Page 38: 5 bab iv karim

Selanjutnya pengolahan data akan dianalisa dengan bantuan software SPSS

Versi 19.

20