5 Bab III.Motode dan Perancangan...
Transcript of 5 Bab III.Motode dan Perancangan...
24
Bab 3
Metode Dan Perancangan Sistem
Dalam bab 3 akan dibahas tentang metode dan perancangan
sistem potensi sumberdaya lahan pesisir dalam pengembangan
usaha perikanan di Kepulauan Padaido (GPP Padaido Bawah dan
GPP Padaido Atas). Metode perancangan sistem ini akan
menggunakan metode ESDA (Exploratory Spatial Data
Analysis). Untuk itu akan dibahas setiap tahapan yang ada dalam
metode tersebut antara lain: elemen spasial analisis yang terdiri
dari generalisasi, distribusi data, inferensi spasial serta kerangka
analisis dan proses penyusunan kesesuaian lahan, juga parameter
dan bobot beserta skor kesesuaian lahan. Hasil dan perancangan
sistem ini nantinya akan diimplementasikan dan akan dibahas
pada bagian selanjutnya.
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Auki dan Pulau
Wundi, yang termasuk dalam kawasan Gugusan Pulau-Pulau
Padaido Bawah dan Pulau Pai dan Pulau Nusi di kawasan
Gugusan Pulau-Pulau Padaido Atas (Gambar 3.1).
25
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (COREMAP, 2010).
Penelitian ini berlangsung sejak September�November
2011 yang dilakukan dalam tiga tahap. Pertama studi pustaka,
bertujuan untuk memperoleh data dan informasi sekunder.
Kegiatan ini berlangsung selama 1 bulan. Kedua survei, bertujuan
untuk memperoleh data primer, berlangsung selama 3 minggu.
Kegiatan ini mencakup pengamatan dan pengumpulan data
BioGeoFisik, dan ketiga adalah analisis data dan penulisan tesis.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari survei lapangan dan wawancara
berkuisioner dengan responden (masyarakat). Data sekunder
adalah data yang belum atau telah diolah oleh suatu instansi dan
hasil pengolahannya didokumentasikan dalam bentuk laporan.
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
26
Tabel 3.1. Jenis Data Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian.
No. Jenis Data Metode Keterangan
1. Data Primer
(Luas pulau, topografi,
Survei Lapangan
Instansi terkait dan
kemiringan pantai, tipe pantai, survei insitu:
lebar pantai, panjang pantai, pulau-pulau
material pantai, penutup lahan, berpenduk dan
ketersediaan air tawar, pasang surut, tidak berpenduduk
kedalaman perairan, kecepatan dan
arah arus, kecerahan, kualitas air,
jenis tutupan).
2. Data Sekunder
(Batas wilayah, monografi kampung, Penelusuran dokumen Kampung dan Kantor
batas kelola kampung adat, hasil-hasil hasil penelitian dan Distrik Padaido,
penelitian di lokasi, (terumbu karang, dokumentasi pada Pesisir Biak Timur,
lamun dan mangrove), aktivitas perpustakaan kantor Biak Kota,
masyarakat, kegiatan pemerintah dan daerah dan instansi COREMAP serta
non-pemerintah yang pernah dan lain terkait. instansi terkait lain
Sedang dilakukan di lokasi penelitian).
di luar Kabupaten
Biak Numfor.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data profil sumberdaya pesisir serta sosial
ekonomi dan budaya dengan melibatkan partisipasi masyarakat
digunakan metode pengkajian sumberdaya pesisir secara
partisipasi Participatory Coastal Resources Assesment (PCRA)
(Walters, et al., 2010).
Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan gugusan
pulau, yaitu GPP Padaido Bawah dan GPP Padaido Atas.
Pengambilan data dilakukan pada stasiun penelitian yang
ditetapkan, sedangkan data kondisi terumbu karang diperoleh dari
hasil survei COREMAP (2009 & 2010). Penentuan stasiun
penelitian dilakukan secara purpossive mencakup seluruh lokasi
penelitian.
27
Pengumpulan data primer (BioFisik dan SosEkBud)
menerapkan pencatatan langsung dan wawancara, sedangkan
pengumpulan data sekunder menerapkan metode penelusuran
informasi yang terdokumentasi di berbagai lembaga, pemerintah
dan masyarakat (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Metode Pengumpulan Data Penelitian.
No. Jenis Data Metode Keterangan
I. Data Primer Pengamatan/Pengukuran
-Insitu Langsung di Lapangan
1. Profil SDA Pesisir Dan Laut:
Terumbu Karang -Transek Intersep Linear (LIT) -COREMAP, 2010
-Trnsek Kuadrat Linear
Rumput Laut -Sensus -COREMAP, 2010
Ikan Karang -Transek Kuadrat Linear -COREMAP, 2010
Lamun -Pengamatan Langsung -Insitu
Mangrove -Pengamatan Langsung -Insitu
2. Profil Pantai Dan Perairan -Analisis Citra + SIG -Insitu
-Lab. SIG
Wawancara:
3. SosEkBud -PCRA
-Distrik Padaido -Individu
-Kelompok
II. Data Sekunder Penelusuran dokumen -Distrik Padaido
dan laporan hasil -Biak Kota
kajian instansi terkait -Wilayah Lain
3.3. Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan
dikelompokkan berdasarkan lokasi dan kepentingan analisis
untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Kerangka
analisis data potensi dan kesesuaian lahan GPP Padaido disajikan
pada Gambar 3.2.
28
Gambar 3.2. Kerangka Analisis Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido.
Analisis keruangan dalam penelitian ini menggunakan SIG
dengan metode ArcView, yaitu sistem informasi spasial
menggunakan komputer yang melibatkan perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), pemakaian data-data
yang mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan,
memperbaharui, menganalisis dan menyajikan kembali semua
bentuk informasi spasial. Proses penyusunan zonasi GPP Padaido
dengan menggunakan SIG disajikan pada Gambar 3.3.
29
Gambar 3.3. Proses Penyusun Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido.
3.4. Analisis Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido
Analisis kesesuaian lahan pesisir Gugusan Pulau-Pulau
Padaido untuk berbagai peruntukan, pariwisata pesisir, budidaya
rumput laut, budidaya teripang, daerah penangkapan ikan karang
dan daerah penangkapan ikan pelagis dilakukan dengan teknik
yang sama.
30
Pertama, penetapan persyaratan (parameter dan kriteria),
pembobotan dan skoring. Untuk masing-masing peruntukan,
penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang menentukan
diberikan skor tertinggi. Kedua, penghitungan nilai peruntukan
lahan. Nilai suatu lahan ditentukan berdasarkan total hasil
perkalian Bobot (B) dan Skor (S) dibagi dengan total Nilai Bobot
dikurang Skor dikalikan 100. Ketiga, pembagian kelas lahan dan
nilainya. Dalam penelitian ini kelas lahan dibagi dalam 4 kelas
yang didefinisikan sebagai berikut:
Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Pada kelas ini lahan tidak mempunyai pembatas yang besar
untuk mengelola yang diberikan atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap kegiatan
atau produksi hasil.
Kelas S2: Sesuai (Moderately Suitable)
Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas-pembatas yang
agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi aktivitas atau
produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang
diperlukan.
Kelas S3: Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)
Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas yang lebih besar
untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
diterapkan. Pembatas akan mengurangi aktivitas atau produksi
dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang
diperlukan.
31
Kelas N:
Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas permanen yang
mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari
dalam jangka panjang. Sesuai dengan faktor pembatas dan tingkat
keberhasilan yang dimiliki oleh masing-masing lahan, lahan kelas
S1 dinilai sebesar 80�100%; S2 dinilai sebesar 70�79%; S3
dinilai sebesar 60�69% dan N dinilai sebesar <60%. Semakin
kecil faktor pembatas dan peluang keberhasilan atau produksi
suatu lahan, semakin besar pula nilainya.
Keempat, membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-
masing kelas lahan. Dengan cara ini, kelas kesesuaian lahan
untuk penggunaan tertentu diperoleh. Kelima, pemetaan kelas
kesesuaian lahan. Pemetaan kelas lahan dilakukan dengan
program pemetaan spasial ArcView 3.3.
3.5. Pariwisata Pesisir
Kesesuaian lahan untuk pariwisata pesisir dianalisis dengan
menggunakan parameter dan kriteria lahan dari Suharsono dan
Leatemia (2011). Parameter, pemboboton dan skoring kriteria
kesesuaian lahan untuk pariwisata pesisir disajikan pada Tabel
3.3.
32
Tabel 3.3. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Pariwisata Pesisir.
No. Parameter Sat. Bobot Skor (S)
(B) 1 3 5
I. Kondisi Alam:
1. Jenis Pantai 3 pasir lumpur pantai karang pasir putih & karang
2. Tutupan Lahan Pantai 1 hutan, semak semak, kelapa kelapa, semak, hutan
3. Kejernian Air m 2 <5 5 - 10 >10
4. Temperatur Air ⁰C 1 <24 24 - 28 >28
5. Bentuk Tubir 2 landai <45⁰C >45⁰C
6. "Rugousity" 1 rata lorong-lorong goa-goa
7. Tutupan Karang 3 rendah sedang tinggi
8. Jenis Live Form Jenis 3 <6 6 - 9 >10
9. Jenis Ikan Karang Jenis 3 <60 61 - 119 >120
10. Jenis Lamun Jenis 3 <3 4 - 5 >6
11. Jenis Mangrove Jenis 3 <3 4 - 5 >6
12. Estetika 3 rendah sedang tinggi
13. Kemudahan 2 rendah sedang tinggi
14. Keselamatan 2 rendah sedang tinggi
15. Cuaca Tenang Bin 2 1 - 2 3 - 5 >5
II. Fasilitas:
1. Transportasi 1 kurang cukup baik
2. Air Tawar 3 kurang cukup baik
3. Pondok Wisata 2 kurang cukup baik
4. Listrik 1 kurang cukup baik
5. Telekomunikasi 1 kurang cukup baik
(COREMAP, 2010)
3.6. Budidaya Rumput Laut
Kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut dianalisis
menggunakan persyaratan (parameter dan kriteria) yang
dikemukakan dalam DKP, 2010. Matriks parameter, bobot dan
skor sistem penilaian kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 3.4.
33
Tabel 3.4. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut.
No. Parameter Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Keterlindungan Kurang Sedang Baik 2
2. Gelombang (cm) >30 10 - 30 <10 1
3. Arus (cm/det) <10 & >40 10 - 20 &
20 - 30 2 30 - 40
4. Kedalaman Air (m) <0,5 & >5 1 - 2,5 2,5 - 5 2
5. Dasar Perairan Pasir/Lumpur Pasir karang mt,
1 makro alga, pasir
6. Salinitas (ppm) <30 & >34 30 -32 32 - 34 2
7. Suhu (⁰C) <20 & >30 20 - 24 24 - 30 2
8. pH <7,3 & >8,2 7,3 - 7,8 7,8 - 8,2 2
9. Kecerahan (cm) <30 30 - 60 60 - 110 1
10. Kesuburan Perairan Kurang Cukup Baik 3
11. Ketersediaan Benih Kurang Sedang Banyak 1
12. Sarana Penunjang Kurang Cukup Baik 1
13. Pencemaran Tercemar Sedang Tidak Ada 2
14. Keamanan Kurang Cukup Aman 1
(COREMAP, 2010)
3.7. Budidaya Teripang
Kesesuaian lahan untuk budidaya teripang dianalisis
menggunakan persyaratan yang dikemukakan oleh Sutaman
(2009). Parameter, bobot, skor sistem penilaian lahan untuk
budidaya teripang disajikan pada Tabel 3.5.
34
Tabel 3.5. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Budidaya Teripang.
No. Parameter Yang Diukur Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Faktor Penunjang
a. Keterlindungan Kurang Cukup Baik 3
b. Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada 1
c. Keamanan Kurang Sedang Baik 1
d. Sarana Penunjang Kurang Cukup Baik 1
2. Faktor Utama
a. Dasar Perairan Pasir / Pasir & Pasir &
2 Lumpur Lumpur Patahan Karang
b. Kedalaman Air (m) >1 <0,5 0,5 - 1 2
Saat Surut
c. Ketersediaan Tidak Ada Jarang Padat 2
Tanaman Air
d. Ketersediaan Dekat Jauh Sangat Jauh 2
Sumber Benih
e. Kecerahan Air (cm) <50 50 - 100 100 - 150 1
f. Salinitas (ppm) <26 27 - 30 31 - 34 1
g. Suhu Air Laut (⁰C) 22 – 25 26 - 29 1
h. Oksigen Terlarut <4 4 - 6 6 - 9 1
(mh/l)
i. pH <7,5 7,5 - 8,0 8,1 - 8,6 1
(COREMAP, 2010)
3.8. Daerah Tangkapan Ikan Karang
Kesesuaian lahan untuk daerah tangkapan ikan karang
dianalisis menggunakan persyaratan, pembobotan dan skoring
yang disajikan pada Tabel 3.6. Parameter kedalaman perairan,
topografi dasar, perubahan cuaca, kondisi terumbu karang dan
kelimpahan ikan target diboboti terbesar karena menentukan
lokasi atau lahan sebagai daerah tangkapan ikan karang.
35
Tabel 3.6. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Daerah Tangkapan Ikan Karang.
No. Parameter Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Kedalaman Perairan (m) <3 3 - 5 >5 2
2. Topografi Dasar Perairan Landai Landai - Curam Curam 2
3. Kecerahan Perairan (m) <5 5 - 10 >10 2
4. Perubahan Cuaca Sering Sedang Jarang 2
5. Kondisi Terumbu Karang Buruk Sedang Baik 2
6. Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada 1
7. Kelimpahan Ikan Target
<100 100 - 200 >200 2 (ind/350 m2)
(COREMAP, 2010)
3.9. Daerah Tangkapan Ikan Pelagis
Kesesuaian lahan untuk daerah tangkapan ikan pelagis
dianalisis menggunakan persyaratan, pembobotan dan skoring
yang disajikan pada Tabel 3.7. Parameter dipilih berdasarkan
tingkah laku distribusi dan kondisi oseanografi dari jenis-jenis
ikan pelagis. Suhu dan perubahan cuaca memiliki bobot terbesar
karena menentukan lahan atau lokasi sebagai daerah tangkapan
ikan pelagis.
Tabel 3.7. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Daerah Tangkapan Ikan Pelagis.
No. Parameter Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Suhu (⁰C) <20 20 - 29 >29 2
2. Salinitas (ppt) <25 25 - 29 >30 1
3. Kedalaman (m) <50 50 - 100 >100 1
4. Oksigen Terlarut (mg/l) <3 03-Mei >5 1
5. Kecerahan Perairan (m) <20 20 - 30 >30 1
6. Perubahan Cuaca Sering Sedang Jarang 2
7. Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada 1
(COREMAP, 2010)
36
3.10. Lingkungan BioGeoFisik Teresterial
3.10.1. Topografi Dan Relief Pantai
Gugusan Pulau-Pulau Padaido memiliki konfigurasi
permukaan tanah relatif datar dan bergelombang dengan
kemiringan antara 0–5%. Topografi datar dijumpai pada daerah
pesisir pantai, sedangkan konfigurasi sedikit bergelombang
dijumpai pada bagian Tengah�Utara pulau, kira 200–300 m dari
pantai. Pulau-pulau yang memiliki konfigurasi tanah datar antara
lain Pulau Wundi, P. Nusi, P. Urev, P. Mansurbabo, P. Rarsbar,
P. Warek, P. Kebori, P. Rasi, P. Workbondi, P. Nukori, P. Dauwi,
P. Wamsoi, P. Runi dan P. Samakur. Pulau-pulau yang memiliki
konfigurasi tanah datar dan sedikit bergelombang adalah Pulau
Auki, P. Pai, P. Pakreki, P. Padaidori, P. Mbromsi, P. Pasi dan P.
Mangguandi (COREMAP, 2009).
3.10.2. Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca yang berlangsung di suatu
tempat pada periode waktu yang panjang. Berdasarkan
pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca di Kabupaten Biak
Numfor yang tercatat pada Stasion Meteorologi Klas I Frans
Kaisepo Biak, iklim di Kepulauan Padaido termasuk iklim tropis
basah dengan jumlah curah hujan antara 2000 mm/thn sampai
3000 mm/thn, jumlah curah hujan rata-rata di atas 150 mm/bulan
dan jumlah hari hujan sebanyak lebih dari 200 hari setiap
tahunnya (COREMAP, 2010).
37
3.10.3. Tipe Dan Asal Pembentukan Pulau
Gugusan Pulau-Pulau Padaido terdiri dari dua tipe pulau.
Tipe pertama adalah pulau-pulau karang timbul (raised coral
island), yaitu pulau-pulau yang terbentuk oleh terumbu karang
yang terangkat ke atas permukaan laut kira-kira 70 m dpl dengan
tebing karang setinggi 5�10 m, karena adanya gerakan ke atas
(uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena
proses geologi. Pulau-pulau tipe ini terdapat di kawasan GPP
Padaido Atas. Tipe kedua adalah pulau-pulau Atol, yaitu pulau-
pulau karang yang berbentuk cincin dimana pada bagian
tengahnya terdapat Lagoon. Pulau-pulau tipe ini terdapat di
kawasan GPP Padaido Bawah (COREMAP, 2010).
Gugusan Pulau-Pulau Padaido terbentuk dari batuan
induk kapur (karst) dan batu gamping koral (formasi mokmer).
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, pulau-pulau
ini mengalami perubahan bentuk, bertambah tinggi pada salah
satu bagian pulau atau seluruhnya, sebagai akibat dari aktivitas
tektonik.
Aktivitas tektonik berupa gempa terjadi dan tercatat di
sekitar kawasan Kepulauan Padaido dan Pulau Biak telah
berlangsung dalam 3 periode waktu, yaitu periode tahun
1965�1970, 1970�1980 dan 1980�1996. Pada periode
1965�1970 tercatat satu gempa dengan kekuatan 6 Skala
Reichter yang berpusat di dekat Pulau Padaidori pada kedalaman
<120 km (Koswara, 2008).
38
3.11. Perancangan ESDA Pada Sistem Lingkungan BioFisik
Perairan.
3.11.1. Batimetri
Gugusan Pulau-Pulau Padaido merupakan pulau-pulau
kecil yang terletak di sebelah Timur-Tenggara Pulau Biak. GPP
ini dikelilingi oleh laut yang relatif dalam, berkisar antara
100�1200 m. Kedalaman di atas 500 m berada di bagian Utara,
Selatan dan Timur. Namun demikian, 90% kedalaman perairan
berada dibawah 500 m (Gambar 3.4). Jarak ke arah laut dalam
sangat pendek dari batas luar rataan terumbu dan pada beberapa
pulau tertentu topografi pantainya langsung curam mencapai
kedalaman >200 m. Perairan dangkal, umumnya, terdapat di
sekitar rataan terumbu, pesisir pulau dan perairan Lagoon dengan
kedalaman perairan berkisar antara 1�25 m.
Gambar 3.4. Profil Batimetri GPP Padaido (COREMAP, 2010).
39
3.11.2. Suhu, Salinitas Dan Kecerahan Perairan
Suhu permukaan di perairan GPP Padaido berkisar antara
28�30ºC. Pada kedalaman 50 m suhu berkisar antara 26�28ºC
(Hutahaean, et al., 2005). Salinitas permukaan perairan GPP
Padaido berkisar pada nilai 27�34.5 ppm, sedangkan kecerahan
perairan berkisar pada nilai >15 m (Hutahaean, et al., 2005).
3.11.3. Gelombang Dan Arus
Tinggi gelombang laut di perairan GPP Padaido berkisar
antara 1.12�1.21 m. Gelombang tinggi biasanya terjadi pada
bulan Mei dan Juli, sedangkan gelombang rendah terjadi pada
bulan September dan Maret (Direktorat Jenderal PHPA, 2009).
Arus di GPP terjadi pada bulan Februari�Juli arus
permukaan bergerak ke Timur dengan kecepatan antara 24�75
cm/det dengan arah ke Barat. Kecepatan arus pada bulan-bulan
tersebut tergolong kuat (Direktorat Jenderal PHPA, 2009).
3.11.4. Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang
khas di daerah tropis. Selain mempunyai produktifitas organik
yang tinggi, ekosistem ini memiliki keanekaragaman biota (flora
dan fauna) yang berasosiasi dengannya.
Penelitian terumbu karang di GPP Padaido telah
dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah, perguruan tinggi
maupun masyarakat (lembaga swadaya masyarakat) selama 6
tahun terakhir dengan skala dan kepentingan yang berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa GPP
40
Padaido memiliki empat jenis terumbu karang, yaitu: 1) terumbu
karang pantai; 2) terumbu karang penghalang; 3) terumbu karang
Atol; dan 4) terumbu karang Gosong. Atol hanya terdapat di GPP
Padaido Bawah, yaitu Atol Wundi. Terumbu karang penghalang
hanya terdapat di GPP Padaido Atas, yaitu dekat P. Runi.
Terumbu karang tepi terdapat di perairan pesisir pulau-pulau,
sedangkan terumbu Gosong terdapat baik di GPP Padaido Bawah
maupun GPP Padaido Atas.
Gambar 3.5. Kondisi Karang Di GPP Padaido (COREMAP, 2010).
3.11.5. Ikan Karang
Ikan karang merupakan salah satu sumberdaya hayati
yang menghuni terumbu karang. Sedangkan ikan target adalah
jenis-jenis ikan karang yang dikelompokan sebagai ikan
konsumsi/pangan karena memiliki nilai ekonomi. Di GPP
Padaido ditemukan kurang lebih 101 jenis ikan karang di GPP
41
Padaido Bawah dan 127 jenis di GPP Padaido Atas. Ikan
indikator adalah jenis-jenis ikan karang yang berasosiasi sangat
erat dengan terumbu karang. Keberadaan jenis-jenis ikan ini
digunakan sebagai indikator untuk mempelajari kondisi terumbu
karang. Di perairan terumbu karang GPP Padaido ditemukan
kurang lebih 34 jenis di GPP Padaido Bawah dan 29 jenis di GPP
Padaido Atas. Ikan mayor adalah jenis-jenis ikan yang tidak
termasuk dalam kedua kelompok di atas dan belum diketahui
peranan utamanya dalam rantai makanan di alam. Ikan-ikan ini
berukuran kecil dan sebagian besar tergolong ikan hias. Di
perairan GPP Padaido terdapat kurang lebih 151 jenis di GPP
Padaido Bawah dan 185 jenis di GPP Padaido Atas (Hukom, et
al., 2009; COREMAP, 2009, COREMAP, 2010).
Gambar 3.6. Kondisi Ikan Karang Di GPP Padaido (COREMAP, 2010).
42
3.11.6. Rumput Laut
Rumput laut merupakan alga berukuran besar (makroalga)
yang hidup menancap atau melekat pada dasar laut yang keras,
seperti karang mati atau fragmen karang yang bercampur dengan
pasir. Rumput laut telah dimanfaatkan dan dikembangkan secara
luas dalam berbagai industri, seperti industri makanan, obat-
obatan, farmasi, kosmetik, bioteknologi dan mikrobiologi
(Chapman, 2008; Okazaki, 2008; Atmadja, et al., 2009).
3.11.7. Ikan Pelagis
Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang mendiami suatu
lapisan pelagis, yaitu lapisan air yang masih dapat dicapai sinar
matahari. Berdasarkan ukuran, ikan pelagis dibedakan atas
ukuran yaitu: ikan pelagis besar adalah ikan pelagis yang
berukuran besar, seperti ikan cakalang, tongkol, tenggiri, layar
dan jenis-jenis ikan tuna. Ikan pelagis kecil adalah ikan pelagis
yang berukuran kecil, seperti ikan kembung, kawalinya, momar,
make dan puri/teri.
Di Gugusan Pulau-Pulau Padaido, ikan pelagis berpotensi
untuk dikembangkan di masa-masa mendatang sebagai salah satu
sumber pendapatan masyarakat selain ikan karang. Di pasar
Bosnik, ikan pelagis yang banyak dipasarkan adalah ikan
cakalang. Perairan yang menjadi daerah penangkapan ikan
pelagis adalah perairan sekitar Pulau Pakreki, P. Dauwi dan
perairan perbatasan (Barat, Timur, Utara dan Selatan).
43
3.12. Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Budaya
3.12.1. Kependudukan
Berdasarkan sensus pertanian tahun 2011, jumlah
penduduk GPP Padaido sebanyak 3.975 jiwa (laki-laki 2.097 jiwa
dan perempuan 1.978 jiwa) dengan jumlah keluarga sebesar 975
kepala keluarga yang tersebar di 19 kampung dalam 8 pulau.
Distribusi penduduk berdasarkan kampung dan pulau disajikan
pada Tabel 3.8.
Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk GPP Padaido
yang tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) sebesar 9.71%,
yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 20.13%
dan yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 30.79%.
Penduduk yang tidak sekolah sebesar 39.20% (Kabupaten Biak
Numfor, 2011).
Tabel 3.8. Kondisi Penduduk GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Kampung Penduduk
Jumlah Keluarga Laki-Laki Perempuan
1. Auki Auki 130 108 238 59
Sandidori 58 50 108 38
2. Wundi Wundi 154 129 283 70
Sorina 83 80 163 36
3. Nusi Nusi 167 156 323 71
Nusi Babaruk 140 89 229 55
4. Pai Pai 157 122 279 69
Imbeyomi 97 78 175 43
5. Padaidori Sasari 147 170 317 79
Mnupisen 51 56 107 29
Yeri 59 57 116 34
44
Tabel 3.8. Lanjutan
6. Mbromsi Nyansoren 119 130 249 61
Saribra 124 106 230 49
Mbromsi 131 121 252 63
Karabai 18 14 32 16
7. Pasi Pasi 207 178 385 87
Samber Pasi 85 77 162 35
8. Mangguandi Mangguandi 72 75 147 36
Suprima 98 82 180 45
Jumlah 2097 1878 3975 975
Hasil Sensus Pertanian Maret 2011, BPS Biak Numfor.
3.12.2. Sarana Sosial
Sarana sosial yang terdapat di GPP Padaido, Distrik
Padaido, meliputi sarana pendidikan SD sebanyak (12 bangunan)
yang tersebar di pulau-pulau yang berpenduduk, SMP (1
bangunan) di Pulau Mbromsi, sedangkan SMU tidak dijumpai di
Distrik Padaido.
Sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas (2 bangunan) dan
puskesma pembantu juga (2 bangunan), sedangkan posyandu
terdapat di seluruh kampung. Sarana peribadatan ada (12 gereja)
dijumpai di setiap pulau yang berpenduduk, sedangkan sarana
peribadatan lain tidak ada. Sarana perekonomian GPP Padaido
berupa kios-kios penduduk yang melayani kebutuhan sembako
(supermi, rokok, gula, kopi, beras, minyak dan lain-lain). Paling
sedikit terdapat 1 kios di tiap kampung/pulau yang berpenduduk.
45
Tabel 3.9. Pendidikan Penduduk GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Kampung Tidak Tidak Tamat Tamat
Sekolah Tamat SD SMP SMU
1. Auki Auki
112 92 60 37 Sandodori
2. Wundi Wundi
138 106 86 46 Sorina
3. Nusi Nusi 110 82 59 27 Nusi Babaruk 94 71 48 25
4. Pai Pai
145 127 73 36 Imbeyomi
5. Mangguandi Meomangguandi
113 89 58 26 Supraima
6. Pasi Samber Pasi 59 45 22 2 Pasi 129 108 63 31
7. Mbromsi
Nyansoren 85 63 47 21 Mbromsi
101 82 51 15 Karabai Saribra 78 62 40 18
8. Padaidori Mnupisen
79 60 33 14 Yeri Sasari 114 79 57 28
Jumlah 1357 1066 697 336
Prosentase 39.20% 30.79% 20.13% 9.71%
(Kabupaten Biak Numfor, 2011)
Selain sarana sosial tersebut pada Tabel 3.9, terdapat pula
sarana pariwisata dan sarana angkutan nelayan. Sarana pariwisata
berupa pondok wisata sebanyak 3 bangunan terletak di P. Wundi
(1 bangunan) dan P. Dauwi (2 bangunan). Sarana angkutan
umum, seperti kapal atau perahu motor yang melayani GPP
Padaido dengan Pulau Biak pergi-pulang belum tersedia.
Penduduk GPP Padaido yang akan ke Biak menumpang perahu
motor nelayan pada setiap hari pasar (selasa, kamis dan sabtu)
dengan membayar sejumlah uang, rata-rata Rp. 40.000 untuk
pergi-pulang.
46
3.12.3. Perekonomian Dan Industri
Berdasarkan sensus pertanian 2011, perekonomian
penduduk GPP Padaido berasal dari bidang pertanian tanaman
pangan (ketela pohon dan umbi-umbian), perkebunan (kelapa),
peternakan (babi, ayam, itik) dan perikanan (penangkapan ikan
dan budidaya kerang, teripang dan rumput laut) (BPS Kabupaten
Biak Numfor, 2011).
Tabel 3.10. Keadaan Keluarga Pertanian GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Kampung Tanaman Perke- Peter- Penang- Budidaya Pangan bunan nakan kapan Ikan Laut
1. Auki Auki � 23 8 30 � Sandidori � 18 8 32 �
2. Wundi Wundi � 42 7 50 14 Sorina � 23 6 32 �
3. Nusi Nusi � 60 14 70 15 Nusi Babaruk � 41 10 50 17
4. Pai Pai � 51 10 56 � Imbeyomi � 32 11 43 �
5. Padaidori Sasari 26 50 13 65 �
Mnupisen 25 18 11 20 � Yeri 26 12 10 32 �
6. Mbromsi Nyansoren 12 45 12 55 �
Saribra 14 30 12 41 � Mbromsi 21 41 7 76 � Karabai � 10 4 13 �
7. Pasi Pasi 27 62 20 80 � Samber Pasi � 16 7 33 �
8. Mangguandi Mangguandi � 30 8 32 � Suprima � 43 5 34 �
Jumlah 151 647 183 844 46
Porsentase 15.49% 66.36% 18.77% 86.56% 4.72%
Hasil Sensus Pertanian Maret 2011, BPS Kabupaten Biak Numfor, 2011
Sarana perikanan tangkap di GPP Padaido terdiri dari
perahu tak bermotor dan perahu motor tempel. Alat penangkapan
ikan yang umum digunakan adalah jaring insang dan pancing,
panah dan tombak (Kabupaten Biak Numfor, 2010).
47
Tabel 3.11. Sarana Perikanan Tangkap Di GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Perahu Tidak Perahu Motor
Jumlah Bermotor Tempel
1. Auki 67 8 75
2. Wundi 83 7 90
3. Nusi 114 9 123
4. Pai 85 9 94
5. Padaidori 82 11 93
6. Mbromsi 122 18 140
7. Pasi 106 10 116
8. Mangguandi 69 6 75
Jumlah 728 78 806
(Kabupaten Biak Numfor, 2011) 3.12.4. Penggunaan Lahan Saat Ini
Lahan yang digunakan di GPP Padaido adalah lahan
daratan dan perairan. Umumnya di pesisir pantai terdapat
perkampungan, sedangkan agak ke tengah pulau terdapat fasilitas
sosial, seperti gereja, sekolah, puskesmas/posyandu dan sarana
lain. Lahan lain berupa perkebunan kelapa yang tersebar di
sekeliling pulau serta kebun campuran, semak belukar dan hutan
lindung.
Lahan perairan dangkal digunakan untuk menangkap ikan
karang, kerang-kerangan, siput, gurita, teripang, udang karang
dan budidaya rumput laut. Lahan perairan laut dalam digunakan
untuk menangkap ikan pelagis dan transportasi perahu motor.
48
3.12.5. Kondisi Kepariwisataan
Pada tanggal 13 Februari 1997, wilayah Distrik Padaido
ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Kepulauan Padaido
oleh Pemerintah dengan luas 183.000 ha. Wilayah ini mencakup
pulau-pulau dan perairannya (SK Menhut No. 91/Kpts-VI/1997).
Berdasarkan ketetapan ini, wilayah GPP Padaido diperuntukan
sebagai kawasan pariwisata dan rekreasi. Asal dan jumlah
wisatawan yang mengunjungi GPP Padaido disajikan pada Tabel
3.12. Wisatawan manca negara yang mengunjungi GPP Padaido
sebanyak 115 orang yang berasal dari kurang lebih 14 negara
dengan total lama tinggal 82 hari selama periode 2009. Pada
periode Januari�Juni 2010, wisatawan yang mengunjungi GPP
Padaido sebanyak 54 orang yang berasal dari 11 negara dengan
total lama tinggal 26 hari.
Tabel 3.12. Kunjugan Wisatawan Manca Negara Di GPP Padaido, Distrik Padaido, Periode 2009�Juni 2010.
No. N e g a r a
T a h u n
2009 Januari � Juni 2010
Jumlah Tinggal (hr) Jumlah Tinggal (hr)
1 Australia 9 3 � �
2 Belgia 8 6 5 2,5
3 British 14 5 1 1
4 Cekoslowakia 10 5 � �
5 Dutch 23 10 16 2
6 France 5 6 3 4,5
7 Germany 7 12 1 3
8 Indonesia 16 11 15 2,5
49
Tabel 3.12. Lanjutan
9 Italy 2 2 � �
10 Poland 2 2 � �
11 Slovenia 2 4 � �
12 Spain 3 5 � �
13 Sweden 1 3 1 2
14 USA 13 8 4 1,5
15 New Zeland � � 5 3
16 Japan � � 2 2
17 Taiwan � � 1 2
Jumlah 115 82 54 26
(Dive, 2010)
3.13. Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA)
Analisis spasial ini adalah membuat model prosedur
analisis keruangan dengan memanfaatkan fasilitas SIG. Dalam
penentuan kriteria dan parameter/variabel tersebut mengacu pada
model-model sebelumnya telah dibuat oleh Purwadhi (2000),
Widodo, dkk (1996), Bakosurtanal (1996). Kriteria, yang
digunakan dalam analisis alokasi ruang adalah kriteria umum dan
parameter yang masih bersifat sementara. Analisis spasial
menggunakan formula matematis sebagai berikut.
P (x) = f (Abiotik) + f (Biotik) + f (Sosek) + f (RTRW)
di mana:
P (x) = daerah potensial untuk pengembangan usaha x.
50
3.14. Analisis Potensi Kesesuaian Lahan
Analisis lahan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian
lahan untuk pengunaan lahan tertentu. Dalam menentukan tingkat
kesesuaian lahan ditentukan dengan metode pengharkatan dengan
mengambil beberapa parameter serta pembobotan dalam
menentukan tingkat kesesuaiannya.
Kesesuaian lahan untuk perikanan tambak yang berhasil
dirancang melalui model matematis berikut.
PT = S (E) + LR (< 3) + R (< 2000) + P (< 4000) +
PL (r, b) + MP (n) + J (< 2000) + RTRW (B)
Keterangan:
PT = Wilayah potensial untuk perikanan tambak
S = Jenis tanah Entisol (E)
LR = Kelerengan datar : (0–3%)
R = Jarak dari sungai (0–2000 meter)
P = Jarak dari pantai (0–4000 meter)
PL = Jenis penggunaan lahan : rawa (r) atau belukar (b)
MP = Mata pencaharian penduduk nelayan (n)
J = Jarak dari jalan (0–2000 meter)
RTRW= Rencana penggunaan lahan untuk Budidaya (B)
Kesesuaian lahan pariwisata pesisir yang berhasil
dirancang melalui model matematis berikut.
PP = P (p) + J (c) + B (< 5) + V (k, pp) + PL (It) +
MP (n, d) + J (< 500) + S (at, h) + RTRW (P)
51
Keterangan:
PP = Wilayah potensial untuk pariwisata pesisir
P = Jenis pantai: berpasir (p)
i = Kecerahan perairan: cerah
B = Kedalaman perairan (0–5 meter)
V = Vegetasi: kelapa (k), pines pantai (pp)
PL = Penggunaan lahan: lahan terbuka (lt)
MP = Mata Pencaharian Penduduk: nelayan (n), pedagang (d)
J = Jarak dari jalan (0–500 meter)
S = Sarana: air tawar (at), hotel (h)
RTRW= Rencana penggunaan lahan untuk: Pariwisata (P)
Kesesuaian lahan kawasan konservasi yang berhasil
dirancang melalui model matematis berikut.
PK = S (E) + V (p, m) + PL (h) + RTRW (K)
Keterangan:
P = Wilayah potensial untuk kawasan konservasi
S = Jenis tanah : Entisol (E)
V = Vegetasi : pinus (p), mangrove (m)
PL = Penggunanan Lahan : hutan (h)
RTRW = Rencana penggunaan lahan untuk : Konservasi (K)
52
Analisis kesesuaian lahan pesisir Kepulauan Padaido
untuk berbagai peruntukan, budidaya perikanan tambak,
pariwisata bahari (renang dan rekreasi pantai) dan konservasi
wilayah pesisir dilakukan dengan teknik yang sama. Pertama,
penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan
skoring. Untuk masing-masing peruntukan, penetapan persyaratan
tidak sama. Parameter yang menentukan diberikan bobot terbesar
sedangkan kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberikan skor
tertinggi. Parameter, bobot dan skor sistem penilaian masing-
masing kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk matriks
kesesuaian lahan. Kedua, perhitungan nilai peruntukan lain.
Penghitungan kesesuaian dilakukan dengan mengalikan bobot
dengan skor, untuk sesuai (skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan
tidak sesuai (skor 1).
Ketiga, pembagian kelas lahan. Berdasarkan perkalian
bobot dan skor tersebut pembagian kelas lahan dan nilainya dalam
penelitian ini dibagi dalam 3 kelas: Kelas S1: Sesuai; Kelas S2:
Sesuai Bersyarat dan Kelas N: Tidak Sesuai. Klasifikasi tingkat
kesesuaian lahan berdasarkan jumlah perkalian bobot dan skor,
kesesuaian lahan untuk budidaya, perikanan tambak, pariwisata
dan kawasan konservasi (Tabel 3.13). Keempat, membandingkan
nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan. Kelima,
penyajian grafis (spasial) hasil analisis berupa peta kesesuaian
lahan.
53
Tabel 3.13. Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Lahan Berdasarkan Total Bobot Skor x
Total Skor Pada Tingkat
Budidaya Pariwisata Kawasan Kesesuaian Lahan
Perikanan Tambak Bahari Konservasi
120—180 100—150 68—102 Sesuai
60 —120 50—100 34—68 Sesuai Bersyarat
<60 < 50 <34 Tidak Sesuai
Hasil Analisis