5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

54
MAKALAH AJARAN ISLAM DALAM UPAYA KURATIF Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam II Semester 5 DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 IKMB 2010 Achmad Sulthon 101011159 Ambarwati 101011180 Anisatun Azizah 101011160 Chayang Yanisa Yunika 101011005 Dea Nurma Ruditya 101011020 Ishmatul Fajriyah 101011201 Suci Cahyaning Tyas 101011143

description

kuratif

Transcript of 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Page 1: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

MAKALAHAJARAN ISLAM DALAM UPAYA KURATIFMakalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Agama Islam II Semester 5

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 5

IKMB 2010

Achmad Sulthon 101011159Ambarwati 101011180Anisatun Azizah 101011160Chayang Yanisa Yunika 101011005Dea Nurma Ruditya 101011020Ishmatul Fajriyah 101011201Suci Cahyaning Tyas 101011143

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2010

Page 2: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak 15 abad yang lalu, Nabi Muhammad SAW berdasarkan

reformasi yang dibawa melalui Risalah Islamiyyahnya, berkaitan dengan

hidup dan kehidupan manusia adalah terwujudnya suatu eksistensi

kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan dan kenyamanan hidup di dunia dan di

akhirat. Sehat jiwa (sehat rohaniyah) yang terdapat pada hati dan sanubari dari

setiap umat manusia akan tetap terjaga untuk selalu tunduk di hadapan Allah

SWT, melalui sholat lima waktu. Selain itu, sikap yang selalu dilandasi bahwa

“La ilaha illallah” (Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah) akan

mengusir dan mengantisipasi setiap penyakit ruhaniyyah, seperti sombong,

dengki, dendam, memikirkan diri sendiri, dan beberapa penyakit yang

tergolong berbahaya, yaitu munafik, kafir, dan musyrik.

Selain itu, sehat jasmaniah juga sangat penting untuk dijaga. Dengan

memiliki sehat jasmani, seorang hamba Allah mampu melakukan aktivitas dan

perbuatannya sesuai dengan aturan-aturan dan norma hukum islam secara

ikhlas, tanggung jawab dan penuh dengan kesadaran. Oleh karena itu, apabila

seseorang mengalami sakit pada jasmaninya, mereka dihimbau untuk

melakukan suatu perbuatan (mengobatinya) namun sesuai dengan ajaran atau

syariat Islam yang berlaku.

Sehat jasmani dan rohani merupakan nikmat Allah yang sangat luar

biasa yang dikaruniakan kepada setiap hamba-Nya secara cuma-cuma.

Namun, nikmat inilah yang sering kali dilupakan dan diabaikan oleh manusia

karena kesombongan dari manusia itu sendiri. Baru ketika seseorang tersebut

jatuh sakit, rasa ingat kepada Allah pun mulai muncul, berharap untuk segera

diberikan kesembuhan seperti sedia kala. Sakit pada dasarnya dapat dimaknai

sebagai suatu hikmah dan bahan untuk evaluasi diri bahwa siapapun dapat

mengalami kondisi yang tidak berdaya. Sehingga, sakit ini merupakan ujian

sekaligus hikmah bahwa Allah menunjukkan kuasa-Nya, Allah-lah tempat

manusia meminta dan memohon pertolongan.

Page 3: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Dalam keadaan sakit, Allah SWT tidak menghendaki umat-Nya pasif,

hanya bertawakal saja tanpa melakukan upaya memberbaiki kondisi

kesehatannya (berikhtiar). Secara khusus, Rasulullah SAW meminta kepada

para sahabat dan umatnya untuk berobat ketika sakit, karena setiap penyakit

akan ditemukan obatnya. Salain itu, sakit dan penyakit serta obat untuk

menanggulanginya merupakan tantangan tersendiri di bidang ilmu

pengetahuan dan kedokteran. Semakin berkembangnya suatu jaman, kegiatan

medis dan kefarmasian ini juga semakin bertambah dan berkembang pula.

Adapun pengobatan kuratif yang sekarang ini ada khususnya di Indonesia,

yaitu pengobatan tradisional dan modern.

Di Indonesia, pengobatan tradisional ada berbagai macam, yaitu

pengobatan tradisional China, Arab dan lokal (asli dari Indonesia).

Pengobatan ini memiliki kriteria dan caranya tersendiri, sebagai contoh

pengobatan tradisional dari Indonesia yang notabene merupakan pengobatan

turun temurun dari nenek moyang. Terkadang pengobatan ini memasukkan

unsur mistis di dalamnya yang sering kali masyarakat tidak mengetahui

apakah pengobatan tersebut sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Sedangkan

untuk pengobatan modern terdapat berbagai cara yang dilakukan. Seperti yang

diketahui, rumah sakit telah menyediakan berbagai fasilitas pengobatan yang

canggih, seperti CT Scan, X-Ray, operasi plastik, sinar laser dan sebagainya.

Namun, berdasarkan pengobatan-pengobatan kuratif tersebut belum diketahui

apakah hal tersebut sesuai dengan pengobatan yang bersyariah Islam. Oleh

karena itu, dengan makalah ini akan dikaji lebih lanjut mengenai pengobatan

berdasarkan ajaran agama Islam.

Page 4: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal

sebagai berikut:

a. Apa saja pengertian dalam pengobatan islam?

b. Bagaimana hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam?

c. Apa prinsip pengobatan dalam islam?

d. Sebutkan petunjuk Alquran dan Alhadist tentang pengobatan?

e. Bagaimana metode pengobatan para nabi dan rasul sebelumnya?

f. Bagaimana metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)?

g. Bagaimana pengobatan tradisional dalam pandangan islam?

h. Bagaimana pengobatan modern dalam pandangan islam?

i. Bagaimana bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam?

j. Bagaimana cara membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak?

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-

hal sebagai berikut:

a. Mengetahui beberapa pengertian dalam pengobatan islam

b. Memahami hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam

c. Mengetahui prinsip pengobatan dalam islam

d. Mengetahui petunjuk Alquran dan Alhadist tentang pengobatan

e. Mengetahui metode pengobatan para nabi dan rasul sebelumnya

f. Mengetahui metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

g. Memahami pengobatan tradisional dalam pandangan islam

h. Memahami pengobatan modern dalam pandangan islam

i. Mengetahui bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam

j. Memahami cara untuk membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak

Page 5: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

BAB II

ISI

2.1 Pengertian dalam Pengobatan Islam

Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap

aspek kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan

pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu

pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir

ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara

alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang

muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah

SWT, disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari

segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan,

minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan

mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang

membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta

mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih

baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan

hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan

instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal

lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai

aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.

Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari

dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi

oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia

telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat

dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat

ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama

yang dianut manusia.

Page 6: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan

non medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah

medis dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :

a. Pendapat pertama

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi

tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya.

Pendapat ini di nisbat kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-

hafidz.

b. Pendapat kedua

Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh

manusia untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya

dari kondisi sakit.

c. Pendapat ketiga

Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi

sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang

telah ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya

tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.

Beberapa definisi tersebut walaupun kata dan ungkapannya berbeda

tetapi memiliki arti dan kandungan yang berdekatan. Namun, definisi ketiga

lah yang memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup

makna yang ditujukan oleh definisi pertama dan kedua. Istilah pengobatan

medis dapat disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk menyelamatkan

diri dari penyakit yang menggaggu hidup manusia di dasar kan kepada ilmu

yang di ketahui dengan kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan

kondisi menurunnya kesehatan, untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan

mengembalikannya ketika kondisi tidak sehat. Pengobatan medis sendiri

dalam sejarah manusia merupakan hasil proses panjang yang di awali secara

tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.

Selain pengobatan medis ada istilah ilmu kedokteran islam yang erat

kaitannya dengan pengobatan dalam pandangan islam. Ilmu kedokteran Islam

didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan

prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Alquran dan

Page 7: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Assunnah. Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak

spesifik pada tempat atau waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal,

mencakup semua aspek, fleksibel, dan mengijinkan pertumbuhan serta

perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit.

Definisi tersebut memerlukan perubahan dasar dari sistem

pengobatan. Dengan demikian, ilmu kedokteran Islam merupakan hasil

sebuah kritik Islami dan reformulasi paradigma dasar, metodologi penelitian,

pembelajaran, dan pelatihan ilmu kedokteran. Proses perubahan konseptual

ini juga memerlukan Islamisasi ilmu kedokteran. Hasil akhir dari proses

Islamisasi tidak akan menjadi system pengobatan, perawatan, atau prosedur

bagi umat Muslim saja tetapi juga bagi seluruh umat manusia karena Islam

merupakan sebuah tata nilai yang universal dan objektif. Islamisasi bukan

berarti ilmu pengobatan keagamaan, kedaerahan, atau yang lebih sempit

tetapi membuatnya luar biasa bagi seluruh umat manusia.

Proses Islamisasi meliputi semua sistem ilmu kedokteran, tetapi lebih

diprioritaskan pada ilmu kedokteran barat karena sudah mendominasi. Oleh

karena itu harus dimulai dengan pemeriksaan kritis dan menyusun ulang

metodologi penelitian. Ilmu pengetahuan dihasilkan oleh penelitian dan

manusia harusnya berada dalam posisi menghasilkan, bukan menggunakan

hasil proses ilmu pengetahuan. Sebuah metodologi penelitian yang baru

disusun ulang akan dibangun menggunakan pedoman Alquran berdasarkan:

a. Objektivitas (Istiqamah)

b. Ketidak berpihakkan (no hawa & dzann)

c. Kebenaran (haqq)

d. Memandang alam semesta dari sudut pandang holistik, harmoni dan

koordinasi (tauhid)

e. Pencarian hubungan sebab akibat (sunnah Allah fi al kaun al insan)

f. Kemanfaatan (‘ilm nafi)

g. Mengejar Keunggulan (ihsan).

Tugas berikutnya adalah penyusunan kembali nilai-nilai, etika serta

tingkah laku pelatihan dan praktek kesehatan. Hal ini akan membantu

perbaikan taraf hidup manusiaa dari segi kesehatan.

Page 8: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

2.2 Hubungan antara Sakit, Obat, dan Pengobatan dalam Islam

Sehat jasmani dan rohani merupakan nikmat Allah yang sangat mahal

yang dikaruniakan kepada setiap hamba-Nya secara gratis dan sulit untuk

menghitung dan apalagi mau membayarnya. Sedangkan, sakit (al-maridh/as-

saqam) , dalam perspektif agama Islam, dimaknai sebagai sebuah hikmah dan

bahan muhasabah (evaluasi diri) bahwa siapapun hamba Allah dalam posisi

tidak berdaya ketika dalam keadaan sakit, baik sakit ringan, sakit sedang,

apalagi sakit yang kronis yang sudah mengancam eksistensi jiwanya yang

sudah terbaring, dan bahkan terkapar di pembaringan, yang hanya dapat

ditangisi oleh istreri/suami dan sanak saudara.

Sakit/penyakit itu bisa menjadi sebuah hikmah, sebuah ujian/test dan

cobaan (imtihan wa ibtilaan) bagi siapapun hamba-Nya, apakah dia seorang

yang kaya raya, pejabat, ulama, intelektual, pengusaha,rakyat biasa atau

dhu`afa, untuk menjadikan sakit itu sebagai sebuah hikmah untuk lebih

diposisikan Allah SWT sebagai tempat meminta, bermunajat, dan tempat

mengajukan berbagai keluhan dan problem, sehingga melalui sakit, Allah

SWT akan mendengar rintihan dan manja sosok seorang hamba-Nya. Seorang

hamba yang belum pernah mengalami sakit sepanjang hidupnya maka boleh

jadi dia tidak dapat bersyukur. Sehingga dia bertepuk dada, sombong bahkan

menganggap dirinya sakti sebagai Tuhan, seperti yang telah dilakukan oleh

Fir`aun.

Orang yang sakit diharapkan dapat mengevaluasi adanya sesuatu yang

salah dan tidak pas karena mengabaikan pola makan dan minum yang tidak

benar, bahkan apa saja masuk yang halal dan yang haram, atau melakukan

hubungan biologis di luar akad nikah sehingga terancam penyakit kelamin,

HIV dan Aids. Pada akhirnya, orang yang sakit itu memilih dua pilihan

sesuai dengan izin dan kehendak Allah SWT, apakah dia akan sembuh dan

pulih kembali dari sakitnya, atau sebaliknya sebagai faktor penyebab

kematiannya, wafat kembali kepada Al-Khaliq Rabbul `alamin. Inna Lillahi

wa Inna Lillahi Raji`un.

Rasulullah Muhammad SAW yang sangat disayangi oleh Allah SWT

sebagai uswah dan qudwah bagi umatnya, hanya diberikan amanah jatah

Page 9: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

hidup kurang lebih 63 tahun, tidak seperti nabi dan rasul sebelumnya hidup

dalam rentangan ratusan tahun. Kehiduapan Rasulullah yang berlangsung

singkat namun sangat berkualiatas dalam berbagai aspek kehidupan beliau

yang sulit dilukiskan ini memberikan pembelajaran kepada umatnya untuk

selalu jadikan waktu-waktu hidup yang masih tersisa ini menjadi manfaat

dan maslahat untu diri pribadi, keluarga, masyarakat bangsa dan negara,

sehingga pada klimaksnya tinggalkan dunia ini dalam keadaan husnul

khatimah yang diridhai oleh Allah SWT dan didoakan oleh semua keluarga,

saudara yang masih hidup.

Berkait dengan soal sakit dan penyakit ini, Allah SWT tidak

menghendaki hamba-Nya membiarkan dirinya ketika sakit, hanya penuh

bertawakkal, berserah diri kepada-Nya, akan tetapi diminta, dan bahkan

diwajibkan untuk berikhtiar, berusaha maksimal untuk dapat menyembuhkan

penyakitnya. Secara khusus Rasulullah SAW meminta kepada sahabatnya dan

umatnya untuk berobat ketika sakit, karena setiap penyakit itu pasti

ditemukan obatnya. Ketika tidak berikhtiar, maka hamba Allah tersebut

dianggap telah menghancurkan dirinya, dan bahkan membunuh dirinya

disebabkan oleh sebab sakit dan penyakitnya itu menjadi yang bersangkutan

meninggal dunia. Di pihak lain, sakit dan penyakit serta resep obatnya ini

menjadi tantangan tersendiri bagi para intelektual dalam bidang ketabiban dan

kedokteran untuk menemukan faktor penyebab sakitnya (disebabkan oleh

virus, bakteri), atau disebabkan oleh pola makan dan minum yang terlarang,

atau ada faktor tekanan psikologis, arau ada intervensi jin/syaitan baik passif

maupun aktif.

Penyakit menjadi hikmah tersendiri, bagi dunia ketabiban dan

kedokteran dengan hadirnya rumah sakit dan juga farmasi yang berkait

dengan obat-obatan. Para ulama Islam, semisal Ibnu Sina (Avicena), dan Ibn

Rusyd (Averoes) dengan menulis kitab Al-kulliyyatnya yang mengurai

tentang obat dan pengobatan berdasarkan pesan teks ayat Alquran dan

Hadist Nabi, serta praktek Rasulullah dalam bentuk Thibbun-nabawi.

Sehingga konsep dan penemuan para ulama Islam, khususnya Ibn Rusyd ini

Page 10: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

menjadi bahan dan cikal bakal pengembangan dunia kedokteran di Eropa dan

dunia modern kini.

Thibbun Nabawi mengacu pada kata dan tindakan Rasul yang terkait

dengan usaha menanggulangi wabah penyakit, penyembuhan penyakit, dan

perawatan pasien. Termasuk ucapan Rasul mengenai masalah kesehatan,

tindakan medis yang dipraktekkan orang lain pada masa Rasulullah, tindakan

medis yang dipraktekkan oleh Nabi pada diri beliau sendiri dan orang lain,

tindakan medis yang diamati oleh Rasul, prosedur kedokteran yang Rasul

dengar dan ketahui tentangnya dan tidak melarang, atau praktek-praktek

kedokteran umum yang harus diketahui Rasulullah.

Pengajaran Pengobatan Ala Nabi khusus untuk tempat, populasi, dan

waktu tertentu. Termasuk juga pedoman umum kesehatan fisik dan mental

yang bisa digunakan pada semua tempat, waktu dan segala kondisi. Thibbun

nabawi bukan satu-satunya sistem kesehatan sistematis monolitik

sebagaimana beberapa orang ingin kita mempercayainya. Hal ini bervariasi

sesuai kondisi, meliputi pengobatan pencegahan, pengobatan kuratif, keadaan

mental yang baik, spiritual yang terjaga, ruqyah, perawatan kesehatan dan

praktik bedah. Thibbun nabawi menyatu dengan pikiran dan badan, ruh dan

jasad.

Rasul mengatakan sebuah prinsip dasar dalam pengobatan untuk

setiap penyakit adalah perawatan (ma anzala allahu daa; illa anzala lahu

shifa'a- Kitaab al Tibb, al Bukhari). Hal ini mendorong kita untuk mencari

cara pengobatan. Dengan demikian, tradisi pengobatan ala Nabi tidak hanya

berhenti pada pengajaran pengobatan oleh Rasulullah ,melainkan untuk

mendorong manusia agar terus mencari dan bereksperimen dengan ilmu

pengobatan baru. Hal tersebut merupakan implikasi bahwa pengobatan ala

Nabi tidaklah statis. Ada ruang untuk berkembang , bahkan memunculkan

dasar ilmu yang baru. Implikasi-implikasi lainnya dari hadist ini adalah

pengobatan tidak bertentangan dengan qadar (ketentuan awal). Keduanya

baik penyakit maupun penyembuhannya adalah bagian dari qadar.

Adapun solusi untuk mengantisipasi secara preventif dan mengatasi

secara kuratif terhadap penyakit, adalah:

Page 11: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

a. Orang yang sakit itu mesti jadikan penyakit ini sebagai sebuah hikmah

dan muhasabah, untuk terus berhusnuzzan bahwa yang bersangkutan

yakin kepada Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk sembuh

kembali. Pada hakikatnya yang menyembuhkan derita penyakitnya itu

adalah Allah SWT.

b. Dengan memperbanyak istigfar atas berbagai kealpaan, maksiat dan dosa

yang dilakukan, membaca zikir dan doa yang ma`tsur sesuai dengan

petunjuk Rasulullah SAW, dengan mengkonsumsi minuman air putih,

ikhlas dengan membaca sebelumknya surat al-fatihah, yang dikenal

dengan surat asy-Syifa (penyembuhan) sebelum meminumnya.

c. Jika masih belum sembuh, konsultasi kepada ahlinya yang berkompetensi

dalam bidang ketabiban dan kedokteran untuk berikhtiar baik rawat biasa,

maupun rawat inap. Dengan tetap mantapkan semangat husnuzzan Allah

SWT akan masih memberi kesempatan swembuh, untuk didayagunakan

kesempatan ribadah, dan hal-hal yang positif lainnya.

d. Memilah dan memilih sistem pengobatan yang tidak membawa kepada

kemusyrikan dengan mempersyaratkan sesuatu yang tidak rasional dan

mengada-ngada (tetapi di balik itu ada penipuan), demikian juga obat

yang digunakan adalah obat yang halal, baik yang nabati, maupun yang

hewani, yang diproduk dari bahan-bahan yang halal. Diharapkan obat

yang dapat menyembuhkan terhadap obyek sebuah penyakit, tidak

mempunyai side effect kepada penyakit lainnya.

e. Jika ikhtiar melalui pengobatan dan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT

sembuh, Insya Allah kesembuhan tersebuhan tersebut akan disyukuri

untuk lebih meningkatkan lagi amal salih, dan ibadah kepada-Nya. Jika

tidak sembuh, maka diakhiri kehidupan ini dengan penuh tawakkal

dengan disefrtai dengan ikhtiar, dan kembali ke hadirat Allah SWT dalam

penuh kepuasan, penuh dengan nilai-nilai kesalehan, dengan membawa

predikat husnul-Khatimah.

Page 12: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

2.3 Prinsip Pengobatan dalam Islam

Ada beberapa prinsip pengobatan menurut standar Islam. Prinsip ini

secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Tidak berobat dengan zat yang diharamkan

Nabi Muhammad bersabda, ”Innallaha lam yaj’al sifaa’akum

fiimaa hurrima’alaykum (Allah tidak menjadikan penyembuhanmu

dengan apa yang diharamkan atas kamu).” (H.R.Al-Baihaqi). Prinsip ini

menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang

diharamkan sementara kondisinya tidak benar-benar darurat3 maka

penggunaan zat tersebut diharamkan. Misal pengobatan (terapi) dengan

meminum air seninya sendiri, terapi hormon dengan menggunakan lemak

babi. Atau mengobati gatal ditubuh dengan memakan kadal, mengobati

mata rabun dengan memakan kelelawar dan seterusnya.

Adapun yang paling populer pada saat ini, dan sering tampil dalam

acara kuliner ekstrim adalah memakan daging ular kobra untuk mengobati

penyakit asma. Di dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jamaah

haji wajib diberi vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan

unsur enzim babi (porcein). Ketika belum ditemukan alternatif vaksin

lainnya, maka klasifikasi penggunaan vaksin ini bersifat darurat karena

implikasi penyakit ini yang sangat berbahaya. Namun ketika sudah ada

alternatif penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut

menjadi diharamkan.

Demikian juga bagi orang yang akan berhaji untuk ke-sekian

kalinya, baik sebagai jama’ah biasa, tim kesehatan ataupun pemandu haji

maka penggunaan vaksin ini sudah diharamkan karena berhaji untuk yang

ke sekian kali menunjukkan kondisi yang sudah tidak darurat lagi

berdasarkan kaidah: keadaan darurat menyebabkan perkara yang dilarang

menjadi boleh (ad-Dharurat tabihu al-mahzhurat). Tanpa kondisi yang

darurat, maka yang haram atau tidak diperbolehkan tetap menjadi sesuatu

yang diharamkan. Berhaji wajib bagi setiap muslim satu kali seumur

hidupnya.

Page 13: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

b. Berobat kepada ahlinya (ilmiah)

Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus

ilmiah. Yang dimaksudkan ilmiah dalam hal ini dapat diukur. Seorang

dokter dalam mengembangkan pengobatannya , dapat diukur kebenaran

metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara seorang dukun dalam

mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode yang digunakannya oleh

dukun yang lain. Sistem yang tidak dapat diukur disebut tidak ilmiah dan

tidak metodologist. Dalilnya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Imam

Ibnu Majah di atas.

c. Tidak menggunakan mantra (sihir)

Bagian ini yang harus dihindari dalam mendatangi para

penghusada alternatif tersebut. Butuh memperhatikan dengan seksama,

apakah pengobatan yang dilakukan itu menggunakan sihir atau tidak.

Nabi Muhammad bersabda: “Innarruka wattamaa’ima wattuwalata

syirkun (sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra, kalung-gelang

penangkal sihir dan guna-guna adalah syirik),”(H.R.Ibnu Majah). Jika

pengobatan itu kemudian melibatkan unsur-unsur seperti yang

dimaksudkan dalam hadist di atas maka pengobatan tersebut masuk ke

dalam kelompok perbuatan syirik.

Tiga prinsip inilah yang harus ditransformasikan kepada masyarakat

secara umum. Untuk kaum terpelajar dan berkelas ekonomi tinggi, mereka

bisa memilih model pengobatan yang dia kehendaki. Mungkin tidak terlalu

sulit untuk mengharapkan mereka dapat menerima konsep ini mengingat

mayoritas mereka mengenal konsep di atas yang sudah mereka dapatkan saat

kuliah dulu. Hanya saja paradigma tradisional yang sudah mereka warisi dari

nenek moyang mereka, mempersulit proses penerimaan konsep di atas.

Ada juga sebagian masyarakat yang mendatangi model-model

pengobatan seperti itu karena disebabkan tidak memiliki cukup biaya untuk

menjalani pengobatan secara medis. Maka konsep ini butuh ditanamkan erat-

erat ke dalam diri mereka, agar jangan sampai ketidak berdayaan itu membuat

mereka mengorbankan aqidah mereka. Semoga dengan keteguhan

Page 14: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

memegang prinsip-prinsip pengobatan yang Islami ini dapat menjadi entry-

point bagi seluruh muslim untuk ber-Islam secara kaffah.

� �ع�وا �ب ت ت آف�ة� وال � ك �م ل � ف�ي الس� �وا � اد�خ�ل �وا �ذ�ين آمن #ها ال ي ا أ ي

- �ين)- ٢٠٨ �م� عد�و* م#ب ك �ه� ل �ن �طان� إ ي خ�ط�وات� الش�

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S.Al-Baqarah:208).

Masyarakat harus disadarkan terus dari bahaya bid‟ah ini. Termasuk

juga bid’ah di dalam bidang kesehatan. Bukankah setiap bid‟ah itu sesat dan

setiap yang sesat itu pasti merugikan sehingga tempatnya adalah di

neraka.Seseorang yang mengaku penghusada alternatif, menyalah gunakan

ayat-ayat Alquran untuk mendukung upayanya menyesatkan ummat adalah

seorang penipu yang harus diwaspadai. Namun, industri media justru

memberi ruang untuk hal bid’ah seperti ini, “Barangsiapa menipu umatku

maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia,” Ditanyakan,

“Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan ummatmu itu?” Beliau menjawab,

“mengada-adakan amalan bid’ah, lalu melibatkan orang-orang

kepadanya,”(HR. Daruquthni dari Anas).

2.4 Petunjuk Alquran dan Alhadist tentang Pengobatan

Bukti bahwa Alquran sebagai salah satu sumber Thibbun nabawi,

yakni banyak ayat dalam Alquran yang berhubungan dengan penyakit dalam

tubuh dan pikiran serta cara penyembuhannya. Alquran berbicara tentang

kesehatan fisik dan mental yang buruk/ penyakit hati. Alquran memuat

tentang do’a untuk kesehatan yang baik sebagaimana panduan terapi khusus

seperti madu, hanya memakan makanan yang sehat dan halal, menghindari

makanan yang haram dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang

berlebihan.

Alquran bukanlah buku teks kesehatan tetapi sebuah kitab bimbingan

moral. Berisikan informasi dan pedoman dasar mengenai masalah kesehatan

yang memberikan kesempatan manusia untuk melakukan penelitian dan

Page 15: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

menambah keterangan lebih detail. Menyempitkan jenis obat hanya sesuai

dengan ayat-ayat Alquran akan membuatnya sangat terbatas karena Alquran

sangat selektif dalam pengawasan secara khusus terhadap hal-hal mendetail

yang memungkinkan lahan terbuka bagi manusia untuk berobservasi, mencari

tanda-tanda kebesaran Allah di muka bumi, aayaat al llaah fi al ardh.

Banyak ayat Alquran yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena

Alquran itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang

mukmin.

� ال �م�ين إ ز�يد� الظ�ال ي �ين وال �م�ؤ�م�ن �ل ح�مة) ل فاء ور آن� ما ه�و ش� �ق�ر� ل� م�ن ال ز� �ن ون- ٨٢ -� ارا خس

“Dan kami menurunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82).

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Alquran yaitu Asysyifa yang

artinya secara terminologi adalah obat penyembuh.

�ما ف�ي الص#د�ور� فاء ل �م� وش� �ك ب قد� م�و�ع�ظة) م�ن ر� �م �ك �اس� جاءت #ها الن ي ا أ ي

- ٥٧- �ين �م�ؤ�م�ن �ل ح�مة) ل وه�د�ى ور“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran

dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Di samping mengisyaratkan tentang pengobatan, Alquran juga

menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat dijadikan sumber

dari pembuat obat-obatan.

ات� �مر �ل� الث اب وم�ن ك ع�ن �خ�يل واأل �ون والن �ت ي ع والز� ر� �ه� الز� ك�م ب �ت� ل �نب ي

- ١١ -ون �ر� فك ت R ي �قو�م ة� ل �ك آلي �ن� ف�ي ذل إ

“Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir,” (QS An-Nahl:11).

ج� م�ن خ�ر� � ي �ال �ك� ذ�ل ب �ل ر ب ل�ك�ي س� ات� فاس� �مر �ل� الث �ل�ي م�ن ك �م� ك ث

R �قو�م ة� ل �ك آلي �ن� ف�ي ذل �اس� إ �لن فاء ل �ه� ف�يه� ش� �وان ل ل�ف) أ ت اب) م#خ� ر �ها ش �ط�ون ب

- ٦٩ -ون �ر� فك ت ي

Page 16: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

“Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut

lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh

pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”,(QS An-Nahl:69)

Hadist sebagai sumber thibbun nabawi, bentuk-bentuk dari pengajaran

kesehatan oleh Rasulullah, yakni sabda Rasul tentang masalah pengobatan,

perawatan medis yang dipraktekkan orang lain pada masa Rasulullah,

perawatan medis yang diamati Rasul, prosedur medis yang Rasul

dengar/ketahui tentangnya dan tidak melarang. Jumlah keseluruhan hadist

tentang pengobatan sekitar 300. Banyak yang tidak mencapai tingkatan hasan.

Bukhari dalam Sahihnya menceritakan 299 hadist yang secara langsung

berhubungan dengan pengobatan. Beliau menyumbangkan dua buah buku

kesehatan: kitaab al tibb dan kitaab al mardha. Banyak hadist Bukhari lainnya

yang secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan.

Para akademisi telah mengumpulkan hadist-hadist ini dan beberapa

diantara mereka menghubungkannya dengan ilmu kedokteran yang telah ada .

Hadist mengenai pengobatan fisik berdasarkan pada wahyu maupun

pengalaman empiris. Dalam banyak kasus, kita tidak dapat memisahkan dua

sumber hukum tersebut, kecuali ada indikasi khusus bahwa wahyu

dibutuhkan, misalkan dalam hadist pemakaian madu untuk mengobati

penyakit perut ringan seorang shahabat. Jadi, hadist yang tidak menjelaskan

wahyu bersifat tidak mengikat, ghair mulzimat. Akan tetapi, semua hadist

mengenai penyembuhan jiwa dari penyakit adalah wahyu dan wajib,

mulzimat.

Pengobatan menggunakan madu dapat ditemui pada hadis berikut ini,

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan

Muhammad bin Basysyar; Dan lafazh ini miliknya Ibnu Al Mutsanna dia

berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far; Telah

menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Abu Al Mutawakkil

dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada

Rasulullah SAWlalu dia berkata; “Saudaraku sakit perut sehingga dia buang-

buang air.” Rasulullah SAW bersabda: “Minumkan madu kepadanya!” Lalu

Page 17: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

diminumkan madu kepadanya. Kemudian dia datang lagi kepada Nabi

Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu katanya: 'Telah kuminumkan madu

kepadanya, tetapi sakitnya bertambah.' Nabi SAW bersabda : “minumkan

madu sampai berulang tiga kali”. Dia datang untuk ketiga atau keempat

kalinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tetap menyuruhnya meminumkan

madu. Kata orang itu; “Aku telah meminumkannya, ya Rasulullah, namun

sakitnya bertambah juga.” Rasulullah SAW bersabda: “Allah Maha Benar!

Perut saudaramu itulah yang dusta.” Lalu diminumkannya pula madu dan

sembuhlah dia.” (HR. Muslim no : 5731).

2.5 Metode Pengobatan Para Nabi dan Rasul Sebelumnya

Banyak teladan yang dapat diambil dari para nabi dan rasul, termasuk

dalam hal kesehatan. Berikut ini ada beberapa metode pengobatan yang

dilakukan oleh para nabi dan rasul, yakni oleh Nabi Isa AS., Nabi Musa AS.,

Nabi Muhammad SAW.

2.5.1 Nabi Isa AS

“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia

berkata) “Aku telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat)

dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah

berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi

seekor burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang

buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku

menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan

kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di

rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu

tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang

beriman”.(QS Ali-Imran:49). Menurut para mufassir, Nabi Isa

mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan

nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin

Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Page 18: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

2.5.2 Nabi Musa AS

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang

merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik

sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah

menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada

anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh.

Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun

secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah

Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

2.5.3 Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah

untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah

lakunya dari Alquran karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik

untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul

itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang

yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan

yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali

berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW

adalah Alquran”. Beberapa metode pengobatan yang dilakukan

Rasulullah :

a. Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah

diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika

Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh

beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan

ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya :

”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin

au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara

ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :

1) Nafats

Yaitu membacakan ayat Alquran atau doa kemudian di

tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan

Page 19: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat

bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka

membaca Al-muawwidzat yaitu tiga surat Alquran yang diawali

dengan A’udzu yaitu surat An-Naas, Al-Falaq, dan Al-ikhlas

kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu

diusapkan keseluruh badan.

2) Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, bahwasanya Nabi

Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian

luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya

ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka

orang tersebut. Adapun doa yang dibaca adalah sebagai berikut

“Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-

a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.

3) Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman

bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah

tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah

Basmalah 3x dan A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima

ajidu wa uhajiru 7x”.

4) Doa Mikjizat

Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi

Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya yaitu:

“Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka

ila sholaah”.

5) Dengan Memakai Madu

Sebagaimana menurut QS An-Nahl: 69 bahwa madu

Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu

untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit.

Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah

memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi

menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.

Page 20: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

6) Bekam

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan

Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan

bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah

bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan

untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengabarkan, “Sesungguhnya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam pada bagian

kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang

berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-

Bukhari no. 5701). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga

bersabda: “Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara

pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun

aku melarang umatku dari kay.”11 (HR. Al-Bukhari no. 5680).

7) Contoh pengobatan Nabi untuk asam urat

Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu

dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia.

Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena

penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi

makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisa

menimpa siapa saja.

Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah

satu unsur protein (zat purin) dan ginjal adalah organ yang

mengatur kestabilan kadarnya dalam tubuh dan akan membawa

sisa asam urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam

urat itu berlebihan, ginjal tidak akan sanggup mengaturnya

sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi.

Otomatis, ginjal juga akan mengalami gangguan. Kandungan

asam urat yang tinggi menyebabkan nyeri dan sakit persendian

yang amat sangat.

Page 21: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan

tiba-tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu

jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan

membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti

batu yang membebani kaki Anda. Seperti itulah gejala asam urat

atau arthritis gout. Gangguan asam urat disebabkan oleh

tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan

terjadinya penumpukan kristal di daerah persendian sehingga

menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam

urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau

endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau

bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

Sistem Pengobatan Nabawi untuk mengatasi asam urat

menggunakan metode Hijamah dan Herbal Islami. Penyebab

utama asam urat adalah kelebihan zat purin dalam darah,

sehingga bila kandungan purinnya sedikit atau normal, tubuh

bisa membuangnya lewat ginjal. Kelebihan purin ini harus

dikeluarkan dengan cara dibekam/hijamah bersama unsur-unsur

kotor lainnya dalam darah.

Selanjutnya disarankan untuk mengkonsumsi herbal-

herbal Islami terutama Habbatussauda dan minyak zaitun. Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya habbah

sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari

penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu ‘anha)

bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab:

“Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727).

Habbatussauda berfungsi untuk menggelontor toksin

dalam darah dan melakukan detoksifikasi intra sel (pengeluaran

racun yang ada dalam sel), yang kemudian bersama unsur darah

kotor lainnya dikeluarkan dari tubuh lewat bekam/hijamah.

Habbatussauda juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri di

Page 22: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

persendian karena mengandung zat yang memiliki efek anti

inflamatori atau anti peradangan.

Sementara minyak zaitun sangat efektif untuk

menghilangkan rasa sakit dipersendian yang amat mengganggu.

Bergabung bersama efek anti peradangan dari habbatussauda

maka rasa sakit ini akan sangat terkurangi.

2.6 Metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat

agama. Ahli Hikmah adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu

dan karomah sehingga dia menjadi orang yang berpengetahuan luas untuk

memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli hikmah umumnya

dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang.

�مة �ح�ك �ؤ�ت ال اء� ومن ي ش �مة من ي �ح�ك �ي ال �ؤت ي

- اب�- ٢٦٩ �ب ل � األ �وا و�ل� � أ �ال �ر� إ ذ�ك � وما ي �يرا ث � ك �را ي �ي خ وت

� فقد� أ

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi

kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269).

Beberapa metode yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah

berbeda jauh dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena

sebagian besar metode yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat

Alquran serta hadist, beberapa metode yang digunakan yaitu :

a. Ruqyah

Ruqyah yang diajarkan kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi,

lain dengan yang dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan

pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati seseorang

dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Alquran atau doa kemudian

ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.

b. Wafaq

Wafaq ialah ayat Alquran, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis

diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan

Page 23: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk

orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu

di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf

‘ain 6 kali).

“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit

akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah

tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan

obatnya,”(HR.Abu Hurairah). Keberadaan berbagai penyakit termasuk

sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu

merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-

hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan

bagi kaum mukminin.

Shuhaib Ar-Rumi RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :

”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh

perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh

seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia

bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa

kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”.

(HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan

kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang

mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana

tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW

bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau

lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya

sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya,”(HR.Bukhari no.5661

dan Muslim no.5678).

Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka

jangan beralih memakai obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa

ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah

mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata:

“Berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya

Page 24: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Alquran, yang merupakan

obat bermanfaat,” (Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan

pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan

alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama,

karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan

dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar

semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa

obatlah yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia

bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang

menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang

dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karena itulah

Nabi Ibrahim memuji Rabbnya :

- ف�ين�- ٨٠ ش� مر�ض�ت� فه�و ي“Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.

( QS Asy-Syu’ara’: 80).

2.7 Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam

Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah

memiliki pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan

pengalaman. Hal ini di namai pengobatan tradisionalyang banyak berdasarkan

pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan

tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia), adalah yang primitif, jadi

tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan.

Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu

membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri

dengan ruh halus sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala /

keluhan penat-penat, lemah badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan

sebagai jamu. Jamu bukan mistik dan bukan pula magic, tetapi tetapi berupa

pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.

Page 25: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah

tulang atau acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan

nama lain akupuntur yang berasal dari cina, dan juga bekam. Pada dasarnya

obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak

diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik.

Garis-garis besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya

melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit,

melarang jampi-jampi atau mantera yang membawa kepada syirik.

2.8 Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam

Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan

merupakan perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi

kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan kehidupan ini.

Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik

pengobatan yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan

pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah

diberikan oleh Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna

manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan

keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat

rohaniah adalah membaca Alquran dan untuk fisik adalah materi contohnya

madu.

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan

secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya

tanpa menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah

ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan

yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.

“Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”. Inilah

dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk

pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang

keluar jazirah arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani

Page 26: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

dan hindia. Mereka menyerap segala macam pengobatan itu serta

menyesuaikannya dengan ajaran islam.

Perkembangan yang pesat terjadi pada daulah abbasiyah, setelah

dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova dan Granada di spanyol

merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu

muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu

Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat

penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan

tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada periode

abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad.

Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia

jahiliyah penyembah berhala menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada

keMahabesaran Allah. Mereka mengubah pengobatan istik dan spekulatif-

magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan islami.

2.9 Bentuk Pengobatan yang Dilarang dalam Pandangan Islam

Di antara pengobatan yang diharamkan adalah pengobatan yang

mengandung unsur kesyirikan seperti berobat dengan menggunakan metode

sihir. Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan

sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Di antaranya ada

yang membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami dan istri.

Namun, pengaruh sihir tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala. Sihir

ini merupakan bentuk kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi

wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat

bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda,

”Yaitu syirik kepada Allah, sihir (HR. Bukhari dan Muslim).

Pelaku sihir memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali. Apabila

dijumpai salah satu di antara tanda-tanda tersebut pada seorang ahli

pengobatan, maka dapat diduga bahwa ia melakukan praktek sihir atau

melakukan praktek yang amat dekat dengan sihir. Di antara tanda-tanda

tersebut adalah sebagai berikut:

Page 27: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

a. Mengambil bekas pakaian yang dipakai oleh pasien semisal baju, tutup

kepala, kaos dalam, celana dalam, dan lain-lainnya

b. Meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan tidak

menyebut nama allah ketika menyembelihnya, dan kadang-kadang

melumurkan darah binatang tersebut pada bagian anggota badan yang

sakit

c. Menuliskan jimat atau jampi-jampi yang tidak dapat difahami maksudnya

d. Memerintahkan pasien untuk menyepi beberapa waktu di kamar yang

tidak tembus cahaya matahari

e. Memerintahkan pasien untuk tidak menyentuh air selama jangka waktu

tertentu, dan kebanyakan selama 40 hari

f. Membaca mantra-mantra yang tidak dapat difahami maknanya

g. Kadang ia memberitahukan nama, tempat tinggal, dan semua identitas

pasien serta masalah yang dihadapi pasien tanpa pemberitahuan pasien

kepadanya.

Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada

dukun. Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi

bahwa keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi

mencapai tujuan yang dia inginkan. Sedangkan perbuatan meminta bantuan

kepada jin sendiri termasuk syirik besar. Karena meminta bantuan kepada jin

dalam hal-hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri

kepada jin dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu. Seorang dukun harus

mendekatkan diri kepada jin dengan melaksanakan ibadah tertentu, seperti

menyembelih, istighatsah, kufur kepada Allah dengan menghina mushaf

Alqur’an, mencela Allah Ta’ala, atau amalan kesyirikan dan kekufuran yang

semisal, agar mereka dibantu untuk diberitahu tentang perkara yang ghaib.

(Lihat Fathul Majiid hal. 332, Syaikh Abdurrahman bin Hasan; At-Tamhiid

hal. 317, Syaikh Shalih Alu Syaikh).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa

mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka

sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada

Muhammad” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Al-

Page 28: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

Irwa’ no. 2006). Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, ”Di

dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun dan tukang sihir karena

keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah

kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya,

dan ridha terhadapnya” (Fathul Majiid, hal. 334).

Yang cukup memprihatinkan lagi adalah menyebarnya dukun dan

tukang sihir yang berkedok sebagai tabib dan mengaku mampu mengobati

berbagai penyakit. Di antara mereka banyak juga yang berani memasang

iklan di surat kabar dan mengklaim dirinya mampu mengetahui hal yang

ghaib. Wal ‘iyadhu billah! Di antara contoh praktik-praktik pengobatan yang

mereka lakukan misalnya pengobatan melalui jarak jauh, di mana keluarga

pasien cukup membawa selembar foto pasien. Setelah itu, si tabib akan

mengetahui bahwa ia menderita (misalnya) sakit jantung dan gagal ginjal.

Oleh si tabib, penyakit itu kemudian ditransfer jarak jauh ke binatang tertentu,

misalnya kambing. Hal ini jelas-jelas termasuk berobat kepada dukun, karena

apakah hanya melihat foto seseorang kemudian diketahui bahwa jantungnya

bengkak, ginjalnya tidak berfungsi, dan lain-lain.

Pengobatan metode lainnya, pasien hanya diminta menyebutkan

nama, tanggal lahir, dan kalau perlu weton-nya. Bisa hanya dengan telepon

saja. Setelah itu, si tabib akan mengatakan bahwa pasien tersebut memiliki

masalah dengan paru-paru atau jantungnya, atau masalah-masalah kesehatan

lainnya.

Dukun lainnya hanya meminta pasiennya untuk mengirimkan sehelai

rambutnya lewat pos. Setelah itu dia akan “menerawang ghaib” untuk

mendeteksi, me-rituali, dan memberikan sarana ghaib kepada pasiennya.

Pengobatan dengan “ajian-ajian” yang dapat ditransfer jarak jauh atau dengan

menggunakan “benda-benda ghaib” tertentu seperti “batu ghaib”, “gentong

keramat” (cukup dimasukkan air ke dalam gentong kemudian airnya

diminum), dan lain sebagainya.

Praktik perdukunan dan sihir seolah-olah memang tidak dapat

dipisahkan. Demikian pula pelakunya. Orang yang mengaku sebagai dukun,

paranormal, atau orang pintar juga melakukan sihir. Dan demikian pula

Page 29: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

sebaliknya. Demikianlah salah satu kerusakan yang sudah tersebar luas di

Indonesia ini.

Bentuk pengobatan syirik lainnya adalah berobat dengan

menggunakan jimat. Termasuk kerusakan pada masa sekarang ini adalah

penggunaan jimat untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Tidak

sungkan-sungkan pula pemilik jimat tersebut akan menawarkan jimatnya

tersebut di koran-koran agar menghasilkan uang. Di antaranya jimat dalam

bentuk batu “mustika” atau cincin yang dapat mengeluarkan sinar tertentu

yang dapat menyembuhkan penyakit apa pun bentuknya. Hal ini termasuk

kesyirikan karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat

syirik” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-

Shahihah no. 492).

Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu

yang haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Rasulullah shallallahu

alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan

obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram”

(HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-

Shahihah no. 1633). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam sesuatu

yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari). Hadits-hadits ini beserta dalil yang

lain semuanya tegas melarang berobat dengan sesuatu yang haram.

Misalnya, bentuk pengobatan dengan menggunakan air kencingnya

sendiri. Air seni yang diminum terutama air seni pertama kali yang

dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur. Pengobatan seperti ini

tidak boleh dilakukan. Karena air seni adalah najis dan setiap barang najis

pasti haram, maka air seni termasuk ke dalam larangan ini. Begitu pula

berobat dengan memakan binatang-binatang yang haram dimakan.

Yang perlu diwaspadai pula adalah tidak sedikit pengobatan alternatif

yang melibatkan jin dalam prosesnya. Yaitu sang thabib dalam

menyembuhkan penyakit ia dibantu oleh jin yang menjadi partnernya. Allah

berfirman; “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka

Page 30: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

semuanya, (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya

kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan

mereka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian

daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami

telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.

Allah berfirman:

�م ت ر� �ث ك ت �ج�ن� قد� اس� ر ال ا مع�ش � ي و�م جم�يعا وي ه�م� ر� �ح�ش� ي

Rع�ض �ب ا ب ع�ض�ن ع ب م�ت ت ا اس� �ن ب م�ن ر �نس� آؤ�ه�م اإل �ي و�ل �نس� وقال أ م�ن اإل

� ما �ال �د�ين ف�يها إ ال �م� خ �واك قال مث �ار� ا الن ن ج�ل�ت ل �ذ�ي أ ا ال ن ل ج ا أ غ�ن ل وب

- �ك حك�يم) عليم)- ١٢٨ ب �ن� ر iه� إ اء الل ش

"Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha

Bijaksana lagi Maha Mengetahui” (Al An’am :128)

Al Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah berkata; “Maksud

“menghimpunkan mereka semuanya” adalah jin dan teman-temannya dari

golongan manusia yang beribadah kepada jin meminta perlindungan dan

menaati mereka” Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini, yaitu “tidaklah

bersenang-senang sebagian mereka dengan sebagian yang lain melainkan jin

yang memerintahkan dan manusia yang mengerjakannya. Jin merasa senang

karena manusia mengagungkannya setelah memberi pertolongan kepada

manusia” (Tafsir Ibnu Katsir). Oleh karena itu hendaklah seorang muslim

menjauhi pengobatan alternatif yang melibatkan jin di dalamnya, karena hal

ini terlarang secara syar’i.

2.10 Cara membedakan Pengobatan yang Syar’i dan Tidak

Tidaklah terlalu sulit untuk membedakan pengobatan alternatif yang

dibolehkan syar’i dan yang dilarang. Kendati dalam kondisi tertentu

diperlukan kejelian ekstra untuk membedakannya. Intinya adalah pemahaman

seseorang akan ilmu syar’i. Dengan ilmu syar’i yang memadai seseorang

akan dengan mudah bisa membedakannya. Jika cara pengobatan tersebut

dengan cara indrawi dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka

pengobatan ini diperbolehkan. Seperti pada ramuan tradisional, pijat refleksi

Page 31: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

dan lainnya. Asalkan barang yang digunakan adalah barang yang halal, serta

tidak ada hal-hal aneh yang menjadi persyaratan pengobatan. Seperti adanya

pantangan terhadap sesuatu yang secara ilmiah tidak ada hubunganya dengan

penyakitnya atau mengamalkan amalan tertentu yang tidak ada tuntunannya

secara syar’i, seperti dengan cara semedi (meditasi), memperhitungkan

tanggal lahir, dan lainnya.

Selain cara hendaknya memperhatikan kondisi yang mengobati

(pengobatan menggunakan cara yang menunjukan simbol-simbol Islam).

Selain itu juga harus diperhatikan hal-hal aneh yang dilakukan dalam proses

penyembuhannya, seperti melakukan ritual puasa dengan cara dan batasan

tertentu yang tidak ada contohnya dalam syari’at. Diperintahkannya

mengamalkan dzikir tertentu, dengan bilangan dan waktu tertentu,

diperintahkannya membaca ayat tertentu, yang semuanya itu tidak ada

tuntunannya dari Rasulullah.

Semua amalan agama yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at

maka hal itu terlarang. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membuat

perkara-perkara baru dalam urusan kami (perkara agama)yang tidak ada

contohnya maka ia tertolak’" (Riwayat Bukhari – Muslim). Dalam riwayat

lain dinyatakan, “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan

urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak” (Riwayat

Muslim).

Tercapainya tujuan bukanlah suatu indikator bahwa Allah merestui

cara yang digunakannya, sebagaimana iblis dikabulkan doanya oleh Allah

bukanlah berarti Allah meridhai iblis. Tatkala iblis meminta tangguh kepada

Allah agar dapat hidup hingga hari kiamat, maka Allah mengabulkannya,

sebagaimana firman-Nya: “Allah berfirman:

- ١٥ -�ك م�ن الم�نظر�ين �ن قال إ

"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."(Q.S. Al A’raf :15)

Page 32: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi

tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Ilmu

kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar,

konsep, nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan

Alquran dan Assunnah. Berkaitan dengan sakit dan penyakit ini, Allah SWT

tidak menghendaki hamba-Nya membiarkan dirinya ketika sakit, hanya penuh

bertawakkal, berserah diri kepada-Nya, akan tetapi diminta, dan bahkan

diwajibkan untuk berikhtiar, berusaha maksimal untuk dapat menyembuhkan

penyakitnya. Prinsip pengobatan dalam islam antara lain adalah tidak berobat

dengan yang diharamkan, berobat kepada ahlinya, dan tidak menggunakan

mantra (sihir). Ada banyak petunjuk Alquran dah Alhadist tentang pengobatan

yang diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. ada

beberapa metode pengobatan yang dilakukan oleh para nabi dan rasul, yakni oleh

Nabi Isa AS, Nabi Musa AS, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, para ahli hikmah

umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. Ada banyak cara

membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak antara lain Dengan ilmu syar’i

yang memadai seseorang akan dengan mudah bisa membedakannya. Jika cara

pengobatan tersebut dengan cara indrawi dan dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah maka pengobatan ini diperbolehkan.

Page 33: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sisi Gelap Pengobatan Alternatif. http://masbadar.files.wordpress. com/2009/07/sisi-gelap-pengobatan-alternativ.pdf (Disitasi 13 September 2012)

Arwany. 2012. Bab Kuratif Pengobatan dengan minum madu. http://arwanee. blogspot.com/2012/08/bab-kuratif-pengobatan-dengan-minum-madu.html (Disitasi 12 September 2012)

Hakim, Saifudin. 2012. Bentuk-bentuk Pengobatan Alternatif yang Diharamkan. http://www.suaramedia.com/artikel/kumpulan-artikel/30173-bentuk-bentuk-pengobatan-alternatif-yang-diharamkan.html (Disitasi 13 September 2012)

Kasule, O.H. 2008. Pengobatan Ala Nabi. http://www.google.co.id/url?sa=t &rct=j&q=&source=web&cd=5&cad=rja&sqi=2&ved=0CDoQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.unismuh.ac.id%2Fnew%2Ffiles%2FPemgobatan-ala-Nabi-UNISMUH.pdf&ei=C9BRUJOEEYmXiAfu-oGQAw&usg =AFQjCNFxIEmPIS4l3vZBdSf9ESGFCs-Oaw (Disitasi 13 September 2012)

Kasule, O.H. 2009. Konsep Ilmu Kedokteran Islam. http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=pengobatan%20yang%20tidak%20islami%20pdf&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDUQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.unismuh.ac.id%2Fnew%2Ffiles%2FKonsep%2520ilmu%2520kedoketran%2520Islami.pdf&ei=CdRRUNDZKoXTrQfH8IGYAg&usg=AFQjCNEgX73_Cr9WmvWZupNyx3RCj_9w9A (Disitasi 13 September 2012)

Kuntari, Titik. 2007. Prinsip-prinsip Pengobatan dalam Islam. http://fk.uii.ac.id /upload/klinik/elearning/ikm/Prinsip-Pengobatan-dalam-Islam-fkuii-tk.pdf (Disitasi 13 September 2012)

Muhsin, Bin. 2009. Pengobatan Menurut Pandangan Islam. http://binmuhsinhabbatussauda.blogspot.com/2009/11/pengobatan-menurut-pandangan-islam.html (Disitasi 12 September 2012)

MUI Bogor. 2011. Obat dan Pengobatan dalam Perspektif Hukum Islam. http://www.mui-bogor.org/index.php?option=com_content&view= article&id=75:obat-dan-pengobatan-dalam-perspektif-hukum-islam-&catid=8:artikel-ketua-umum&Itemid=54 (Disitasi 14 September 2012)

Page 34: 5. Ajaran Islam Dalam Upaya Kuratif