5-6-7-EKONOMI ISLAM

26
EKONOMI ISLAM EKONOMI ISLAM SEBUAH HARAPAN BARU

description

ekonomi islam

Transcript of 5-6-7-EKONOMI ISLAM

  • EKONOMI ISLAMSEBUAH HARAPAN BARU

  • I- Hakikat Ekonomi:Istilah Ekonomi:Eko (mengatur) dan Nomos (rumah tangga) = Greek (Yunani Kuno); Maka, ekonomi berarti kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik yang berkaitan dengan: (1) memperbanyak jumlah, dan (2) menjaga pengadaannya, maupun (3) tatacara pendistribusiannya kepada masyarakat.Bidang EkonomiIlmu EKonomiSistem EkonomiMemperbanyak jumlah, dan menjaga pengadaannya(Faktor Produksi)Tatacara distribusi kekayaan di tengah masyarakat(Pemikiran dan Konsep Ekonomi)

  • Masalah Ekonomi

  • Kebijakan Ekonomi Islam:

  • PILAR2 PEMBENAHANSolusi yang ditawarkan ekonomi Islam tidaklah se ekstrim sosialisme, yang menghendaki dihapuskannya kepemilikan individu, khususnya kepemilikan asset-asset produksi.Pembenahan ekonomi Islam diawali dengan menata aspek kepemilikan (al-milkiyah).Aspek ke dua yang harus ditata adalah menyangkut pemanfaatan kepemilikan (at-tashorruf fil milkiyah).Aspek ke tiga adalah penataan di bidang distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauziu tsarwah baynannas).

  • PILAR EKONOMI ISLAMKonsepsi Kepemilikan, dibagi 3:Kepemilikan individu (milkiyah fardiyah)Kepemilikan umum (milkiyah ammah)Kepemilikan negara (milkiyah daulah)Pemanfaatan kepemilikan, dibagi 2:Konsumtif (infaqul mal)Produktif (tanmiyatul mal)Distribusi kekayaan, dibagi 2:Distribusi antar individu.Distribusi oleh negara.

  • PENJABARAN SINGKAT I. KEPEMILIKANKepemilikan individuIjin Asy-Syari bagi seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan barang bergerak maupun tidak bergerak.Ekonomi Islam mengatur kualitas kepemilikan tetapi tidak membatasi kuantitas kepemilikan individu.Ekonomi kapitalisme tidak mengatur kualitas dan kuantitas kepemilikan individu.Ekonomi sosialisme tidak mengatur kualitas tetapi mengatur kuantitas kepemilikan individu.Kualitas yang dimaksud adalah mengatur cara-cara perolehan kepemilikan, apakah sesuai dengan ketentuan syariat atau tidak.Kuantitas menyangkut seberapa banyak barang yang diperbolehkan untuk dimilikinya.

  • Sebab Kepemilikan Islam:Cara memperoleh harta yang sebelumnya belum menjadi hak milik, atau memperoleh harta yang belum dimiliki sebelumnya.

  • BEKERJAMenghidupkan tanah mati (tanah yg semula belum ada pemiliknya dan tidak ada seorang pun yang mengolahnya, kemudian diolah, ditanami atau didirikan bangunan) berlaku bagi WN Muslim maupun non-muslim Menggali kandungan bumi (menggali yang terkandung di perut bumi, yang jumlahnya terbatas (rikaz), 1/5 nya wajib dikeluarkan sebagai khumus)Berburu binatang baik di darat, laut maupun udaraSamsarah (Makelar/Broker)Mudharabah (kerja sama usaha yg gabungkan harta/modal dan tenaga/pengelola) bekerja sbg sebab kepemilikan berlaku bagi pengelola, sementara bekerja sbg jenis pengembangan harta bagi pihak pemodal, Musaqot (mengairi lahan pertanian, dengan mendapatkan kompensasi bagian dari hasil panennya) Ijarah (kontrak kerja) harus ditentukan jenis pekerjaannya, waktu kerja, upah diukur berdasar manfaat jasanya

  • 2. Kepemilikan UmumKepemilikan umum adalah ijin Asy-Syari kepada suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan suatu benda.Kepemilikan umum meliputi:Tambang yang tidak terbatasContoh: Tambang emas, perak, besi, tembaga, timah, alumunium dsb.Harta benda yang merupakan kebutuhan umum (Fasilitas Umum)Contoh: Air, padang gembalaan (hutan), Api (BBM) dsb.Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu Contoh: Laut, sungai, danau, teluk, selat, jalan, jembatan, lapangan dsb.

  • 3. Kepemilikan NegaraKepemilikan negara adalah harta yang tidak termasuk kategori milik umum melainkan milik pribadi, namun barang-barang tersebut terkait dengan hak kaum muslimin secara umum Yang masuk kategori kepemilikan negara adalah:Ghanimah (harta perolehan kaum muslimin hasil perang / QS Al Anfal : 1) & Fai (harta perolehan kaum muslimin tanpa perang / QS Al Hasyr : 6) Jizyah (orangnya) & Kharaj (tanahnya) /Usyur (hasil buminya)Rikaz (barang temuan)Harta ghulul (suap, dll) & Hasil denda, Harta orang meninggal tanpa ahli warisHarta orang murtadBerbagai macam tanah, bangunan, perkantoran, sekolah, rumah sakit milik negara Dan sebagainya.

  • II. PEMANFAATAN KEPEMILIKANA. Konsumsi (infaqul mal)Ekonomi Islam mengatur konsumsi manusia terbagi dalam beberapa kategori:Mubah, contohnya: membeli makanan, pakaian, rumah, kendaraan dsb.Sunnah, contohnya: shodaqoh untuk faqir, miskin, masjid, rumah sakit dsb.Wajib, contohnya: nafkah untuk istri dan anak-anaknya, zakat dsb.Makruh: pengeluaran untuk kebutuhan yang berlebihan atau boros (idhaatul mal)Haram, contohnya: israf, tadzbir, taqtir, riswah, pengeluaran untuk kemaksiatan dsb.

  • B. Produksi (tanmiyatul mal)Pertanian Ekonomi Islam memberi aturan agar feodalisme dalam bidang pertanian tidak terjadi.Aturan yang diberikan yaitu dengan asas: penyatuan kepemilikan lahan pertanian dengan produksi.Aturan itu tersimpul dari adanya 3 ketentuan:Adanya hukum menghidupkan tanah yang mati (ihyaul mawat).Adanya hukum larangan menerlantarkan lahan pertanian selama 3 tahun berturut-turut.Adanya hukum larangan menyewakan lahan pertanian.

  • 2. IndustriEkonomi Islam memberi keleluasaan bagi individu-individu untuk mengembangkan industrinya, selama jenis industrinya tidak dilarang.Industri dalam ekonomi Islam mengikuti asas: Status hukum industri menurut apa yang diproduksinya.Industri yang dilarang untuk dimiliki individu menurut ketentuan ekonomi Islam ada 2 jenis:Industri yang memproduksi barang yang haram, seperti: industri minuman keras, industri pengalengan babi dsb.Idustri yang menghasilkan barang kepemilikan umum, seperti: industri tambang emas, perak, tembaga, BBM dsb.

  • 3. Ketenagakerjaan Asas dari ketenagakerjaan menurut ekonomi Islam adalah mengikuti manfaat yang diberikan pekerja.Ketenagakerjaan didefinisikan sebagai: Aqad atas suatu manfaat dengan imbalan atau upah Transaksi ketenagakerjaan tidak boleh dikaitkan secara langsung dengan transaksi jual beli.Upah bagi seorang pekerja tidak boleh ditentukan berdasarkan harga barang yang dihasilkan.Upah yang diberikan tidak boleh didasarkan pada kebutuhan fisik minimum agar seorang pekerja masih dapat bekerja.Negara juga tidak boleh mematok ketentuan upah pekerja dengan standar Upah Minimum Regional (UMR).

  • 4. Perdagangan Hukum asal dari perdagangan adalah mubah (jaiz) bagi setiap individuKebolehan itu dengan ketentuan harus mengikuti rukun dan syarat jual beliNegara tidak melakukan supervisi secara langsung tetapi hanya secara umumNegara hanya menjaga agar pelaku perdagangan tidak menyimpang ketentuan syara dan memberi sanksi pada pelanggarnya.Penentuan harga dikembalikan sepenuhnya pada keduabelah pihak, sesuai asas saling ridho (antaradhin).Negara tidak boleh melakukan intervensi dalam proses trasaksi jual-beli, khususnya dalam penentuan harga, seperti: mematok harga untuk komoditi tertentu.

  • 5. Perdagangan Luar NegeriAsas perdagangan luar negeri adalah pedagangnya, bukan komoditinya.Warga negara bebas melakukan ekspor-impor komoditi apapun juga tanpa harus ada ijin dari negara.Negara hanya membuka perjanjian perdagangan, tidak boleh menetapkan komoditi tertentu saja dan tidak boleh membatasi dengan kuota.Bea cukai tidak boleh diambil untuk warga negara terhadap komoditi apapun juga. Dalilnya: Tidak akan masuk surga orang yang memungut cukaiUntuk warga asing diperlakukan sesuai dengan yang dikenakan terhadap warga negara ketika memasuki negara tersebut.

  • 6. Perdagangan Valuta AsingIslam memberi kebebasan untuk melakukan transaksi jual beli valuta asing, asal memenuhi ketentuan syaratnya.Ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:Berat timbangannya atau nilai uangnya sama dan setimbang (untuk yang sejenis).Jual-beli yang tidak sejenis boleh suka sama suka, asalkan dilakukan secara kontan.Serah terima antara kedua belah pihak harus dalam satu tempat.Negara tidak boleh mematok kurs mata uangnya terhadap mata uang asing.

  • 7. Persyarikatan Syirkah adalah aqad antara dua orang atau lebih untuk melakukan usaha dengan tujuan mencari keuntungan.Aqad tersebut dapat berupa penggabungan tenaga dengan tenaga, tenaga dengan modal atau campuran dari keduanya.Syirkah dikatakan sah apabila telah terjadi ijab dan qabul antar semua pihak yang terlibat dalam kerjasama untuk melakukan sebuah usaha.Syirkah yang hanya penggabungan modal sebagaimana dalam PT tidak sah hukumnya.Syirkah dalam Islam ada 5 bentuk: Abdan, mudharabah, inan, wujuh dan mufawadhah.

  • 8. Investasi Penambahan modal untuk mengembangkan suatu perusahaan dibolehkan dalam Islam.Penambahan modal dapat dilakukan dengan prinsip syirkah untuk berbagi untung dan berbagi rugi.Penambahan modal tidak boleh dengan prinsip utang-piutang yang disertai ketentuan adanya bunga.Penambahan modal tidak boleh dengan penjualan kertas saham yang tidak mengikuti ketentuan ijab-qobul sebagaimana dalam aqad syirkah.Penambahan modal dengan prinsip syirkah dapat dilakukan secara langsung maupun melalui perantara (perbankan).

  • III. DISTRIBUSI KEKAYAAN1. Distribusi antar individuDistribusi antar individu dapat melalui 3 kemungkinan:Melalui sebab-sebab kepemilikan, seperti bekerja, waris, hibah dsb.Melalui pola konsumsi yang telah ditentukan, seperti membeli kebutuhan hidup, nafkah, shodaqoh, zakat dsb.Melalui pola produksi yang telah ada, seperti perdagangan, industri, pertanian dsb.Dorongan Islam untuk melangsungkan proses ditribusi tidak hanya bertumpu pada motif ekonomi, tetapi juga karena adanya motif meraih pahala yang sebanyak-banyaknya.

  • 2. Distribusi oleh NegaraBidang FiskalSumber-sumber pemasukan negara Sumber pemasukan negara untuk kas Baitul Mal ada 3:Dari sektor kepemilikan individu, seperti: shodaqoh, hibah, zakat dsb. Khusus untuk zakat tidak boleh bercampur dengan harta yang lain.Dari sektor kepemilikan umum, seperti: tambang, bahan bakar minyak, gas, kehutanan dsb.Dari sektor kepemilikan negara, seperti: jizyah, kharaj, ghanimah, fai, usyur dsb.Dalam kondisi normal negara tidak perlu memungut pajak dari rakyatnya.Pajak hanya dipungut bila keadaan kas Baitul Mal mengalami kekurangan.

  • 2. Pengeluaran NegaraNegara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok berupa: sandang, pangan dan papan bagi setiap individu rakyatnya. Tanggung jawab itu berupa pengawasan dari negara agar jalur pemenuhan nafkah dari pihak yang dibebani kewajiban (sesuai jalur ahlinya), benar-benar dilaksanakan. Jika seluruh jalur ahlinya sudah tidak ada (tidak ada yang mampu), maka negara berkewajiban untuk mengeluarkan kas Baitul Mal untuk pemenuhan kebutuhan pokok tersebut.Pengeluaran kas Baitul Mal berikutnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan primer bagi seluruh rakyatnya, yang meliputi: pendidikan, kesehatan dan keamanan secara gratis.Pengeluaran zakat hanya diperuntukkan bagi 8 ashnaf.

  • 2. Pengeluaran Negara, lanjutanPengeluaran yang lain adalah untuk memenuhi kewajiban negara terhadap para pegawai negeri, tentara, pejabat pemerintah, hakim dsb.Pengeluaran Baitul Mal juga diperuntukkan bagi pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh rakyat, seperti: masjid, rumah sakit, jalan, jembatan, terminal, pasar, rel kereta api dsb.Kas Baitul Mal juga harus ada yang dicadangkan untuk pengeluaran pada kondisi-kondisi darurat, seperti: terjadinya paceklik, banjir, gunung meletus, gempa dsb.Penetapan pengeluaran anggaran belanja sepenuhnya mengikuti ketentuan syariat dan hanya di tangan kepala negara saja hak untuk pengeluarannya.Kepala negara tidak perlu menunggu persetujuan DPR untuk mengeluarkan anggaran, sebagaimana yang ada pada sistem demokrasi saat ini.

  • B. Bidang MoneterHukum asal bagi negara untuk mencetak mata uang sendiri adalah mubah.Dalam keadaan tertentu yang mengharuskan, negara wajib mencetak mata uang sendiri.Mata uang yang wajib dicetak adalah emas dan perak.Jika tidak memungkinkan, bisa dalam bentuk mata uang kertas yang dijamin dengan emas dan perak yang disimpan (mata uang kertas substitusi).Perputaran uang di tengah masyarakat dikembalikan pada mekanisme pasar.Nilai mata uang emas dan perak ditentukan berdasarkan beratnya.Transaksi perdagangan tidak harus menggunakan emas dan perak dalam bentuk koin resmi, tetapi boleh dalam bentuk batangan, perhiasan dsb.

  • B. Bidang Moneter, lanjutanKewajiban negara dalam pengendalian moneter:Melarang terjadinya transaksi utang-piutang yang membuahkan riba nashiah.Melarang terjadinya jual beli (sharf) yang sejenis yang membuahkan riba fadl.Melarang terjadinya jual beli mata uang yang tidak sejenis secara tidak kontan.Melarang terjadinya jual beli mata uang yang tidak sejenis yang tidak di tempat.Melarang praktik penimbunan uang (kanzul mal).Menjaga agar transaksi ekspor-impor tetap menggunakan mata uang emas dan perak. Jika perdagangan dengan negara lain menggunakan uang kertas, maka negara harus mengawasi dan memastikan bahwa mata uang negara tersebut kuat dengan jaminan logam mulia dan surat-surat berharga lainnya.

    ****