4Senyawa Berikatan Ion

download 4Senyawa Berikatan Ion

of 21

description

ion

Transcript of 4Senyawa Berikatan Ion

  • BAB V

    SENYAWA BERIKATAN ION

    Gambar memotivasi dan paparan konteks

    Struktur Isi dan Indikator

    Tujuan Pembelajaran

    Setelah pembelajaran pada pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan:

    1. Menjelaskan konfigurasi elektron akibat kestabilan orbital penuh dan setengah penuh

    2. Menuliskan konfigurasi ion 3. Menjelaskan hukum Fajans tentang kemudahan pembentukan ion 4. Menjelaskan pengertian energi ionisasi, afinitas electron, dan kelektronegatifan 5. Menjelaskan cara menentukan skala elektronegatifan menurut Pauling 6. Menentukan energi pembentukan gas diatomik dari data beda kelektronegatifan 7. Menjelaskan siklus Born-Haber pada pembentukan kristal ion 8. Menghitung energi kisi Kristal menggunakan siklus Born-Haber 9. Menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap energi kisi 10. Dapat memperkirakan besarnya tetapan Madelung suatu Kristal sederhana 11. Menentukan jari-jari ion menggunakan cara Pauling 12. Menjelaskan hubungan perbandingan jari-jari kation dan anion dengan struktur

    (bilangan koordinasi) kristal ion

    13. Menyebutkan struktur kristal ion dan masing-masing bilangan koordinasinya 14. Menjelaskan sifat-sifat senyawa ion

    5.1 Pendahuluan

    Teori tentang atom sudah cukup banyak dibahas. Sekarang kita masuk pada

    pembahasan ikatan kimia, yaitu bagaimana atom-atom dapat berikatan satu dengan

    yang lain. Ada beberapa jenis ikatan, seperti ikatan kovalen, ion, ikatan logam dan

    ikatan Van der waals. Ikatan kovalen terjadi dengan cara pemilikan bersama pasangan

    elektron (electron sharing), ikatan ion terjadi dengan cara transfer elektron, ikatan

    logam terjadi dengan cara atom masing-masing menyumbangkan elektron untuk

    membentuk awan elektron yang menggikat atom-atom, sedangkan ikatan van der

    waaals adalah ikatan yang terjadi karena interaksi antar molekul dengan gaya-gaya

    ikat seperti, gaya orientasi, gaya induksi, dan gaya london.

    Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dengan ion negatif dengan gaya ikat

    elektrostatis (gaya Coulomb). Ion positif dan negatif terbentuk melalui transfer

    elektron antara atom. Atom yang melepaskan elektron menjadi ion positif sedangkan

  • yang menerima elektron menjadi ion negatif. Terbentuknya sepasang ion

    diilustrasikan sebagai berikut.

    Gaya elektrostatis 2

    2

    r

    eFC

    r = Jarak dua inti ion dalam kesetimbangan.

    Pada kenyataannya, padatan kristal senyawa ion tidak berupa pasangan-pasangan ion

    yang bisa terbedakan atau terpisah satu dengan yang lain, melainkan berupa suatu

    ikatan elektrostatik antara keseluruhan ion, baik antara muatan yang berlawanan

    maupun antara muatan yang sama, antara ion tetangga maupun yang bukan tetangga.

    Gaya elektrostatik antara ion yang bukan tetangga lebih lemah dari yang bertetangga.

    5.2 Kecenderungan Atom Membentuk Ion

    Pembahasan berikut diarahkan pada pertanyaan mengapa atom-atom dapat

    menjadi ion positif atau negatif ?

    Kecenderungan atom berubah menjadi ion berhubungan dengan konfigurasi

    elektron. Konfigurasi elektron yang tingkat energi utamanya atau kulitnya penuh

    (konfigurasi elektron gas mulia) adalah konfigurasi elektron yang stabil. Atom-atom

    yang mempunyai konfigurasi elektron yang dekat dengan gas mulia dapat melepaskan

    atau menerima elektron agar tercapai konfigurasi gas mulia. Berdasarkan teori ini,

    kita temui ion-ion stabil dengan konfigurasi gas mulia, utamanya dari golongan IA,

    IIA, VIA, dan VIIA dan juga dari beberapa unsur-unsur yang lain.

    H- : 1s

    2

    F- : 1s

    2 2s

    2 2p

    6

    Cl- :1s

    2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6

    Br-

    : (..) 4s2 3d10 4p6

    N3-

    1s

    2 2s

    2 2p

    6

    A + B.A+.B- AB

    Ion Na+ berwarna abu-abu dan ion Cl

    -

    berwarna merah

  • P3-

    : 1s2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6

    O2-

    : 1s2 2s

    2 2p

    6

    S2-

    : 1s2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6

    Li+, Be

    2+ : 1s

    2

    Na+,Mg

    2+,Al

    3+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6

    K+,Ca

    2+ Sc

    3+, 6a

    3+ : 1s

    2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6

    Rb+, Sr

    2, Y

    3+,Zr

    4+ : 1s

    2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6

    Cs+, Ba

    2+, La

    3+, Ce

    4+ : 1s

    2 2s

    2 2p 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6 5s

    2+ 4d

    10 5p

    6

    Di samping konfigurasi elektron gas mulia, ditemukan pula beberapa ion

    cukup stabil dengan konfigurasi elektron subkulit terluar yang penuh (kestabilan

    subkulit penuh).

    Cu+, Zn

    2+, Ga

    3+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 3d

    10

    Ag+, Cd

    2+, In

    3+, Sn

    4+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6 4d

    10

    Au+, Hg

    2+,Tl

    3+,Pb

    4+: : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6 5s

    2 4d

    10 5p

    6 4f

    14 5d

    10

    In+, Sn

    2+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6 4d

    10 5s

    2

    Tl+, Pb

    2+ : 1s

    2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    10 4p

    6 5s

    2 4d

    10 5p

    6 4f

    14 5d

    10

    6s2

    Hasil pengukuran sifat paramagnetik menunjukkan bahwa konfigurasi

    subkulit penuh dan setengah penuh lebih stabil. Dari diagram orbital terlihat jelas

    bahwa terisinya subkulit setengah penuh dan penuh memberikan kebolehjadian

    menemukan electron yang simetris di sekitar inti. Sebagai contoh, subkulit 2p terdiri

    dari 3 orbital, yaitu 2px, 2py, dan 2pz yang masing-masing orientasinya di sumbu x, y,

    dan z. Apabila seluruh orbital di subkulit tersebut terisi elektron yang seimbang, maka

    peluang menemukan elektron akan simetris di sekitar inti.

    Atom yang tidak mempunyai kedekatan konfigurasi elektron dengan gas

    mulia, ataupun tidak mempunyai kedekatan dengan konfigurasi stabil subkulit penuh,

    dapat membentuk ion stabil dengan konfigurasi yang tidak sesuai dengan

    kecenderungan yang telah diuraikan di atas. Beberapa contoh ion dari logam transisi

    yang termasuk kelompok ini adalah:

    Fe2+

    Co3+

    : [Ne] 3s2, 3d

    6

    Ni2+

    : [Ne] 3s2, 3d

    7

    Cr3+

    : [Ne] 3s2, 3d

    2

  • Setelah pembahasan seluruh bab ini, akan dipahami bahwa kestabilan ion

    tidak semata-mata disebabkan oleh konfigurasi elektron dari ion tersebut. Energi kisi

    yang berkaitan dengan struktur kristal ion juga berpengaruh.

    Hukum Fajans

    Secara kualitatif, Fajans membuat aturan tentang kemudahan membentuk ion,

    yang sering disebut dengan hukum Fajans, yaitu ion akan terbentuk dengan mudah

    apabila:

    struktur ion (konfigurasi elektronnya) stabil

    untuk struktur ion yang sama (isoelektronik), ion semakin mudah terbentuk

    apabila muatanya kecil

    atom yang membentuk anion kecil atau atom yang membentuk kation besar,

    maka ion mudah terbentuk

    Contoh berikut adalah penjelasan kemudahan membentuk ion menurut Fajans.

    Ion Li+ dan Be

    2+ adalah isoelektronik. Di antara kedua jenis ion tersebut, ion Li

    + lebih

    mudah terbentuk daripada ion Be2+

    . Ion N3-

    , O2-

    , dan F- adalah isoelektronik. Di

    antara anion tersebut, urutan kemudahan membentuk ion dari yang paling mudah

    adalah F-,

    O

    2-, dan

    N

    3-. Di antara ion Na

    + dan K

    +, kation K

    + lebih mudah terbentuk

    dari pada Na+. Di antara anion S

    2- dan O

    2-, anion O

    2- lebih mudah terbentuk.

    Secara kuantitatif kemudahan membentuk ion ditentukan oleh potensial

    ionisasi dan afinitas elektron. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk

    melepaskan elektron dari atom dalam wujud gas.

    Mg(g) Mg+

    (g) + e .I1.

    Mg+

    (g) Mg2+

    (g) + e ..I2.

    Untuk melepaskan satu elektron yang pertama disebut potensial ionisasi

    pertama (I1), untuk melepaskan elektron kedua disebut potensial ionisasi kedua (I2),

    dst., dimana I1< I2. Potensial ionisasi dihitung dalam satuan elektron volt/atom atau

    kkal/mol. Besarnya potensial ionisasi dapat ditentukan secara spektroskopi.

    Semakin kecil potensial ionisasi suatu atom, semakin mudah terbentuk ion

    positif. Seperti sudah diuraikan sebelumnya, besarnya potensial ionisasi ditentukan

    oleh konfigurasi elektron. Di samping konfigurasi elektron, potensial ionisasi juga

    ditentukan oleh ukuran atom dan muatan. Semakin besar ukuran atom maka potensial

  • ionisasi semakin kecil. Membentuk ion dengan muatan lebih kecil lebih mudah

    karena melepaskan satu elektron memerlukan energi lebih kecil dibandingkan dengan

    melepaskan elektron lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan hukum Fajans dalam

    menjelaskan kemudahan membentuk kation yang isoelektronik, yaitu semakin besar

    muatan kation, maka semakin sulit kation tersebut terbentuk.

    Afinitas elektron (A) adalah besarnya energi yang terlibat (umumnya energi

    yang dilepaskan) apabila atom dalam wujud gas menangkap elektron.

    O(g)+e O-(g) ..............................A1.

    O-(g)+e O

    2-(g) ............................A2.

    Semakin kecil ukuran atom, semakin besar afinitas elektron (afinitas elektron

    berharga lebih negatif), semakin besar muatan negatifnya semakin kecil afinitas

    elektronnya. Afinitas elektron bisa berharga negatif artinya diperlukan energi bila

    atom menerima elektron. Hal ini terjadi pada atom yang menerima lebih dari satu

    elektron karena ada tolakan elektron yang kedua oleh elektron yang pertama. Seperti

    potensial ionisasi, afinitas elektron ditentukan secara spektroskopi dan dinyatakan

    dalam satuan elektron volt/atom atau kkal/mol.

    5.3 Keelektronegatifan

    Selain dengan afinitas elektron, kemudahan membentuk ion negatif (anion)

    juga dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih praktis, yaitu dalam bentuk skala

    keelektronegatifan yang menyatakan ukuran kemudahan atom menerima elektron

    membentuk anion.

    Fakta bahwa energi ikatan kovalen ataupun jari-jari kovalen kurang sempurna

    memenuhi sifat aditif (sifat yang bisa dijumlahkan) menunjukkan bahwa atom-atom

    mempunyai beda keelektronegatifan. Apabila ikatan kovalen terbentuk dari dua atom

    yang berbeda, ada perbedaan antara energi ikatan yang dihitung dengan cara aditif

    dengan yang ditentukan secara eksperimen. Energi ikatan yang dihitung secara

    eksperimen umumnya lebih besar dari energi ikatan yang dihitung berdasarkan cara

    aditif. Dari selisih energi antara eksperimen dengan yang dihitung ini, Pauling

    membuat skala keelektronegatifan unsur, sebagai berikut.

    = D(A-B) {D(A-A)+ D(B-B)}

  • 23

    BA XX

    = 0,208

    D = Energi dissosiasi ikatan, XA dan XB=keelektronegatifan A dan B, serta dalam

    kkal/mol. Angka 23 adalah faktor konversi agar selisih energi dalam satuan

    elektron volt/molekul. Hubungan satuan energi elektron volt dan kkal adalah sebagai

    berikut.

    1.ev/molekul = 23 kkal/mol

    Persaman XA-XB= /23 mengisyaratkan bahwa tidak boleh berharga negatip

    karena akan menghasilkan bilangan yang imaginer. Perhitungan selisih energi ()

    menggunakan persaman di atas,

    =D(A-B)-{D(A-A)+D(B-B)}

    tidak menjamin > 0 ( positip). Apabila dilakukan pencermatan tentang proses yang

    terjadi yang berhubungan dengan harga (sesuai dengan persamaan di atas), ternyata

    berkaitan dengan kalor yang dibebaskan untuk reaksi :

    A2(g)+B2(g) AB(g) + , (H=-)

    Dengan demikian, berharga positif bila reaksi eksoterm (H=-), dan berharga

    negatif bila reaksi adalah endoterm ((H= +). Untuk lebih mengurangi resiko harga

    negatif dari , maka tidak dihitung menggunakan rata-rata hitung, melainkan

    menggunakan rata-rata geometri (kuadrat rata-rata).

    )()()( . BBAABA DDD

    Berdasarkan persamaan ini, Pauling menyusun tabel skala keelektronegatifan unsur-

    unsur, dimana unsur yang paling elektronegatif, F, diberi skala terbesar yaitu 4. Skala

    keelektronegatifan dari Pauling dapat dilihat dibuku-buku kimia.

    Selain skala keelektronegatifan dari Pauling, dikenal pula skala

    keelektronigatifan dari Mulliken. Mulliken menyatakan skala keelektronigatifan (M)

    berdasarkan nilai rata-rata potensial ionisasi (I) dan afinitas elektron (E), sebagai

    berikut.

    MA= (IA+EA), MA=Skala keelektronegatifan Mulliken atom A

    Hubugan antara skala Pauling (X) dengan skala Mulliken (M) adalah :

    XA = MA/3,15

  • Skala keelektronegatifan yang banyak digunakan dalam kajian kimia adalah skala

    dari Pauling.

    Di atas sudah dijelaskan bahwa adalah sama dengan kalor yang dilepaskan

    untuk reaksi pembentukan molekul diatomik dari unsur-unsurnya. Dengan demikian,

    data keelektronegatifan dapat digunakan untuk meramalkan energi pembentukan

    senyawa diatomik

    A2(g)+B2(g) AB(g), Kuantitas Hf sama dengan

    XA-XB=/23

    = 23 (XA-XB)2

    Hf = 23(XA-XB)2, Hf dalam satuan kkal/mol

    5.4 Energi Kisi Kristal, Ukuran Kekuatan Ikatan Ion

    Energi kisi adalah energi yang dilepaskan bila ion positip dan ion negatip

    dalam keadaan gas membentuk padatan kristal ion.

    M(g)z+

    +X(g)z-

    M+X-(s)

    Energi kisi dapat dianggap sebagai ukuran kekuatan ikatan ion. Energi kisi (U) dapat

    ditentukan secara eksperimen tidak langsung menggunakan siklus Born-Haber. Siklus

    Born-Haber pada pembentukan senyawa NaCl(s) adalah :

    Berdasarkan hukum Hess :

    Hf = H1+H2+H3+H4+H5

    Hf = Energi pembentukan standar Nacl

    Na(s) + Cl2 (g) NaCl(s)

    Cl (g) + e Cl- (g)

    Na (g) Na+ (g)

    e +

    Hf

    H2

    H1

    H3

    H4

    H5

  • H1 = Energi sublimasi Na

    H2 = D(Cl-Cl) : Energi Dissosiasi Cl2(g)

    H3 = Energi ionisasi (I) Na

    H4 = Energi afinitas elektron Cl

    H5= U =Energi kisi

    U = Hf-(H1+H2+H3+H4)

    Secara teoritis, energi kisi (U) dapat diturunkan dari interaksi gaya coulomb

    antara ion positip dengan negatip dalam kristal. Di dalam kristal ion terjadi gaya tarik

    antara ion positip dengan ion negatip dan gaya tolak dari muatan yang sama. Ion-ion

    berada pada jarak tertentu dimana terjadi keseimbangan gaya tarik dan gaya tolakan

    coulomb. Pengaruh jarak antara ion terhadap energi potensial tarikan dan tolakan

    adalah sebagai berikut :

    r

    ANezzUc

    2

    21 Uc=Energi potensial tarikan

    UR=Energi potensial tolakan

    nR r

    NBU A=Tetapan modelung

    n=Tetapan Born

    N=Bilangan Avogandro

    B=Tetapan

    z = muatan ion

    Energi potensial total (energi kisi kristal) adalah jumlah Uc dengan UR

    U=Uc+UR

    nr

    NB

    r

    ANezz

    2

    21

    Aluran energi potensial terhadap jarak antara ion di gambar seperti di bawah ini

    Energi

    potensial

    Jarak dua ion ro

  • Tetapan B dapat ditentukan dari titik balik kurva. Pada r = r0 yaitu titik balik kurva,

    harga dU/dr = 0

    0)1(

    0

    2

    0

    2

    21 n

    r

    nNB

    r

    Anezz

    dr

    dU

    )1(

    0

    2

    0

    2

    21

    nr

    NnB

    r

    ANezz

    )1(

    01

    2

    21 n

    rn

    AezzB

    Sehingga;

    )1

    1(0

    2

    21

    nr

    ANezzU

    0

    22

    4,

    ee

    )1

    1(.4 0

    2

    21

    nrD

    ANezzU

    Harga n (tetapan Born) untuk alkali halida adalah 9, sedangkan tetapan Madelung, A,

    tergantung pada struktur kristal dan tidak tergantung pada muatan ion.

    Struktur kristal Tetapan madelung

    NaCl 1,748

    CsCl 1,763

    Zink blende 1,638

    Wurtzite 1,641

    Rutil 2,408

    Fluorit 2,4519

    Tetapan Madelung dapat diturunkan dengan memperhitungkan seluruh interaksi

    coulomb dalam kristal. Sebagai contoh: Struktur kristal NaCl (Face centered cubic).

    Muatan elektron dalam Coulomb

    Muatan elektron dalam ESU

  • ion Na+

    ion Cl-

    Energi kisi kristal ion adalah total dari keseluruhan interaksi coulomb ion-ion yang

    menyusun kristal.

    )1

    1(.4 0

    2

    21

    nrD

    ANezzU

    Untuk menentukan tetapan Madelung, A, maka besarnya energi kisi, U, bisa

    dinyatakan sebagai jumlah dari energi kisi setiap lapisan ion. Lapisan ion ditentukan

    dengan menetapkan satu ion sebagai acuan. Misalnya, ion di tengah-tengah unit sel

    kristal ion di atas (ion Cl-) sebagai ion acuan, maka ion-ion terdekat pertama dengan

    ion acuan tersebut adalah lapisan pertama. Ada N ion sebagai acuan. Untuk ion acuan

    yang pertama, misalnya ion Cl- ditengah-tengah struktur fcc, maka

    U = U1+U2+U3++Un

    U1 : energi kisi lapisan pertama, Un : energi kisi lapisan ke-n

  • )1

    1(.4 1

    2

    1211

    nrD

    eNzzU

    . )

    11(

    .4

    2

    21

    nrD

    eNzzU

    n

    nn

    Persamaan energi kisi pada lapisan ion pertama dan lapisan ion yang lain adalah

    relatif sama, kecuali harga Nn dan rn. Dengan demikian, persamaan energi kisi untuk

    setiap lapisan ion pada kristal NaCl bisa ditulis

    1

    11

    r

    NU x tetapan

    Yang berbeda dari energi kisi setiap lapisan adalah harga Nn/rn yang mengkontribusi

    pada tetapan Madelung (A).

    Dari persamaan energi kisi total seluruh lapisan, dan menjadikan rn ke dalam satuan ro

    (jarak kesetimbangan pasangan ion yang terdekat), maka akan diperoleh tetapan

    Madelung (A) sbb.

    A=A1+A2+A3++An

    An = Nn/rn

    rn adalah jarak ion di lapisan ke-n dengan atom acuan dalam variabel r0.

    Nn adalah jumlah ion di lapisan ke-n

    An adalah tetapan madelung terkait dengan struktur ion yang ada pada lapisan ke-n Untuk gaya tarik coulomb antara lapisa dan ion acuan, A berharga +, dan yang tolak menlak,

    harga A adalah -)

    Pada kristal ion NaCl, ada 6 ion Na+ pada lapisan ion pertama yang berada pada jarak

    r1 = r0. Ada 12 ion Cl- pada lapisan kedua dengan jarak 2 .r0 dan seterusnya,

    sehingga tetapan Madelung kristal NaCl adalah sebagai berikut.

    dstA ........3

    8

    2

    126

    Angka 6 (suku pertama) berasal dari interaksi coulomb antara Cl- (ditengah

    pada gambar) dengan 6 Na+ yang jaraknya r0, suku ke dua (-12/2) berasal dari

    interaksi coulomb antara Cl- (di tengah pada gambar) dengan 12 Cl

    - yang jaraknya

    2.r0, suku ke tiga (8/3) berasal dari interaksi coulomb Cl- (di tengah pada gambar)

    dengan 8 ion Na+ yang jaraknya 3.r0, demikian seterusnya.

    Kita telah membahas energi ionisasi dan afinitas elektron. Untuk melepaskan

    elektron yang kedua dan seterusnya diperlukan energi jauh lebih besar, lalu mengapa

  • antara Mg dengan Cl2, membentuk MgCl2 dan tidak MgCl, demikian pula

    banyak senyawa ion yang lain yang muatanya lebih dari 1 (satu)?. Hal ini

    disebabkan oleh Energi kisi MgCl2 jauh lebih besar dari MgCl. Energi kisi ditentukan

    tidak hanya oleh jenis kation, tetapi juga jenis anion. Besarnya energi ionisasi saat

    pembentukan kation dan afinitas elektron saat pembentukan anion adalah dua tahapan

    saja dari sejumlah tahapan yang terjadi pada pembentukan kristal ion. Justru tahapan

    yang paling besar berpengaruh pada kecenderungan terbentuknya suatu kristal ion

    adalah tahapan pembentukan kisi kristal. Dari diagram siklus Born Haber dapat

    disimpulkan bahwa kecenderungan terbentuknya suatu kristal ion dapat dilihat dari

    besarnya perubahan entalphi pembentukan standard, Hf. Besarnya Hf paling

    dominan dikontribusi oleh energi kisi. Semakin negatif harga Hf, maka semakin

    besar kecenderungan terbentuknya kristal ion tersebut. Apabila yang terbentuk adalah

    MgCl2, artinya Hf pembentukan MgCl2 lebih negatif dari MgCl. Dapat disimpulkan

    bahwa kestabilan konfigurasi kation, seperti yang sudah diuraikan pada awal dari bab

    ini, ternyata tidak bersifat intrinsik kation, melainkan dipengaruhi oleh lingungan

    kation yang dalam hal ini adalah jenis anionnya.

    5.5 Jari-Jari Ion

    Pengertian tentang jari-jari sudah diuraikan sebelumnya, dimana jari-jari tidak

    bisa ditentukan dari atom atau ion bebas. Secara eksperimen, yang dapat ditentukan

    adalah jarak dua atom atau ion. Jarak dua ion dalam kristal dapat ditentukan dengan

    defraksi sinar X. Karena senyawa ion terbentuk dari dua spesi (ion) yang berbeda,

    maka jari-jari ion bukanlah setengah dari jarak dua ion, melainkan dihitung dengan

    cara-cara tertentu. Ada beberapa cara perhitungan dalam menentukan jari-jari ion,

    salah satunya yang paling sering digunakan adalah cara Pauling.

    Pauling berasumsi bahwa ion berupa bola pejal, dimana antara ion positip

    dengan negatip saling bersinggungan . Dengan demikian,

    R=rK+rA , R=jarak antara ion

    rK=jari-jari kation

    rA=jari-jari anion

    Pauling menyatakan bahwa jari-jari ion berbanding terbalik dengan muatan efektif.

    Untuk deret isoelektronik (konfigurasi elektron sama) berlaku :

  • r = )( SZ

    Cn

    Cn = Konstanta, tergantung pada bilangan kuantum utama elektron terluar

    Z = nomer atom

    S = konstanta dari efek perisai elektron kulit dalam

    Z-S adalah muatan efektif.

    Harga S untuk elektron tertentu bisa diperoleh menggunakan pendekatan Slater.

    Slater mengelompokkan subkulit untuk menentukan pengaruh penabiran (shielding)

    elektron dalam terhadap elektron lebih luar.

    (1s) (2s, 2p) (3s,3p) (4s,4p) (4d) (4f) (5s,5p) dst.

    Aturan Slater dalam menentukan efek shielding adalah sebagai berikut:

    a. hanya elektron dalam yang menabir elektron luar, tidak sebaliknya

    b. untuk setiap elektron valensi pada subkulit yang sama, yaitu ns dan np

    menabir sebesar 0,35, kecuali pada subkulit 1s hanya menabir 0,3 untuk setiap

    elektron

    c. setiap elektron pada tingkat n-1 (s dan p) menabir 0,85

    d. setiap elektron pada tingkat n-2 dan lebih rendah (s dan p) menabir 1

    e. untuk setiap elektron valensi pada subkulit yang sama, yaitu nd dan nf

    menambir 0,35

    f. elektron pada tingkat n-1 dan lebih rendah (d dan f) menabir 1.

    Contoh 1

    Oksigen memiliki konfigurasi 1s2, 2s

    2, 2p

    4.

    S = 2 x 0,85 + 5 x 0,35 =1,7 + 1,75 = 3,45

    Sehingga muatan efektif O adalah 4,55

    Artinya elektron terluar hanya memperoleh tarikan inti sebesar 56,9% dari

    total muatan inti (8 proton).

    Contoh 2

    Ni memiliki konfigurasi 1s2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 4s

    2 3d

    8

    Dengan menggunakan pendekatan Slater, konfigurasi elektron ditulis sebagai

    berikut

    1s2 2s

    2 2p

    6 3s

    2 3p

    6 3d

    8 4s

    2

    Harga S untuk elektron di subkulit 3d adalah

  • S = 18 x 1 + 7 x 0,35 = 20,45

    Harga S untuk elektron di subkulit 4s adalah

    S = 18 x 1 + 8 x 0,85 + 1 x 0,35 = 23,95

    Contoh menentukan jari-jari ion menurut Pauling

    Dari defraksi sinar X diperoleh jarak ion Na+F

    - adalah 2,31 A. Na

    + & F

    - adalah

    isoelektronik dengan konfigurasi Ne. Untuk ion dengan konfigurasi Ne, harga S

    menggunakan pendekatan Slater adalah 4,15, namun dari data spektra (eksperimen),

    harga S diperoleh 4,52. Dengan menggunakan harga S dari data eksperimen, maka:

    r Na+ = )52,411(

    Cn

    )52,49(,

    CnrF

    48,6

    48,4

    52,411

    52,49

    F

    Na

    r

    r

    rNa++rF-=2,31 A

    31,248,4

    48,6 NaNa rr A

    Nilai jari jari ion yang diperoleh dengan cara ini hanya berlaku untuk ion-ion

    yang bermuatan tunggal dan struktur ion dengan bilangan koordinasi 6. Untuk ion

    dengan muatan lebih besar dari satu harus dikalikan dengan faktor koreksi. Jari-jari

    ion ini lebih kecil dari yang bermuatan tunggal.

    Sebenarnya ion tidak berupa bola yang pejal, sehingga tidak ada batas yang

    jelas dalam menandakan ukuran atom. Susunan atom diluar inti sebenarnya diffuse,

    sehingga sukar untuk ditentukan batas kelilingnya. Dua ion yang berdekatan

    mengalami overlap sehingga terjadi deformasi. Deformasi ion-ion didalam bentuk

    kristal tidak sama, bilangan koordinasi berbeda memberikan deformasi berbeda,

    sehingga jari-jari ionnya berbeda. Semakin besar bilangan koordinasinya semakin

    kecil deformasinya yang disebabkan oleh tolakan dari ion yang sejenis, sehingga jari-

    jarinya lebih besar. Untuk bilangan koordinasi 8 dan 4, jari-jari ion yang dihitung

    rNa+=0,95 A

    rF-=1,36 A

  • dengan menggunakan bilangan koordinasi 6 masing-masing dikoreksi dengan faktor

    1,03 dan 0,94.

    r (bikoord 8) = 1,03 r (bikoord 6)

    r (bikoord 4) = 0,94 r (bikoord6)

    Kestabilan kristal ion dengan bilangan koordinasi tertentu ditentukan oleh

    perbandingan jari-jari ion positip (kation) dengan ion negatip (anion). Dengan kata

    lain, perbandingan jari-jari kation dengan anion inilah yang menentukan

    kecenderungan bilangan koordinasi kation suatu sistem kristal

    Kation yang besar mempunyai kecenderunggan bilangan koordinasi besar,

    karena apabila bilangan koordinasinya kecil, maka gaya tolak dan gaya tarik dalam

    kristal tidak seimbang. Demikian pula, apabila kation sangat kecil dibandingkan

    dengan anion, maka kation cenderung mempunyai bilangan koordinasi kecil.

    Pembahasan berikut ini akan lebih memperjelas pernyataan di atas.

    ukuran kation terlalu kecil Ukuran kation kebesaran

    (kation mudah bergerak) (anion mudah bergerak)

    Perbandingan jari-jari kation dengan anion terhadap kecenderungan bilangan

    koordinasi terhadap kation, seperti dibawah ini :

    RK/rA Bilangan koordinasi Struktur

    0-0,155 2 Linear

    0,155-0,225 3 Segitiga datar

    0,225-0,414 4 Tetrahendral

    0,414-0,732 4 Segiempat datar

    0,414-0,732 6 Oktahendra

    0,732-1,000 8 Kubus

    1,000 12 Struktur rapat

  • Harga terendah dari perbandingan perbandingan jari-jari kation dengan anion

    untuk bilangan koordinasi tertentu dapat di tentukan secara geometri, sebagai berikut

    :

    Segitiga datar (bilangan koordinasi 3)

    Bilangan koordinasi 6 dan 4

    Segiempat datar atau oktahedral

    Bilangan koordinasi 4

    Tetrahedral

    Bilangan Koordinasi 8

    rA = (rA+rK) cos 300

    = (rA+ rK) 2

    3

    = rA 2

    3 + rK

    2

    3

    (1- 2

    3) rA = rK

    2

    3

    155,0

    2

    3

    )2

    31(

    A

    K

    r

    r

    rA = (rA+rK) cos 450

    = (rA+ rK) 2

    2

    = rA 2

    2 + rK

    2

    2

    (1- 2

    2) rA = rK

    2

    2

    414,0

    2

    2

    )2

    21(

    A

    K

    r

    r

    rA = (rA+rK) cos 35,250

    = (rA+ rK) 0,817

    = rA 0,817 + rK 0,817

    (1-0,817) rA = rK 0,817

    225,0817,0

    )817,01(

    A

    K

    r

    r

    rA = (rA+rK) cos

    = (rA+ rK) 3

    1

    = rA 3

    1 + rK

    3

    1

    (1-3

    1) rA = rK

    3

    1

  • Kubus

    5.6 Struktur dan Bilangan Koordinasi Kristal Ion

    Kristal NaCl (Fcc) Kristal CsCl

    bilangan koordinasi 6:6 Bilangan koordinasi 8:8

    Kristal Zinkblende (ZnS)(ccp) Kristal Wurtzite (ZnS)(hcp)

    ion Na+

    ion Cl-

    ion Cs+

    ion Cl-

    Ion Zn2+

    Ion S2-

    ion Zn2+

    ion S2-

    cos = 3

    1

  • bilangan koordinasi 4:4 bilangan koordinasi 4:4

    Kristal Fluorit (CaF2) Kristal Rutil (TiO2)

    bilangan koordinasi 4:8 bilangan koordinasi 6:3

    Sifat Senyawa Ion

    Sifat senyawa ditentukan oleh struktur di tingkat submikroskopisnya. Seperti

    sudah diuraikan di atas, partikel penyusun senyawa ion adalah ion positif dan negatif

    dengan susunan tertentu. Gaya ikatnya adalah gaya elektrostatik yang kuat. Struktur

    yang seperti di atas menyebabkan senyawa ion memiliki titik leleh dan titik didih

    yang tinggi. Besarnya titik leleh dan titik didih ditentukan oleh energi kisi kristal ion.

    Ingatlah bahwa energi kisi adalah energi yang dilepaskan apabila ion-ion dalam

    keadaan gas membentuk padatan kristal. Kalau kita coba uraikan proses pembentukan

    energi kisi menjadi dua tahapan, yaitu (1) pembentukan cairan ionik dari ion-ion gas

    dan (2) pembentukan padatan kristal dari ion-ion cair, maka pernyataan di atas mudah

    dipahami.

    Contoh berikut menguraikan dua tahapan sebaliknya agar sesuai dengan

    kajian titik leleh dan titik didih kristal ion.

    NaCl(s) Na+

    (g) + Cl-(g) , U (energi kisi)

    Apabila diuraikan menjadi dua tahap meleleh dan mendidih, maka

    NaCl(s) (NaCl(l)) == Na+

    (l) + Cl-(l) , Hpeleburan

    NaCl(l) (NaCl(g)) == Na+

    (g) + Cl-(g), Hpenguapan

    Jadi,

    U = Hpeleburan kristal ion + Hpenguapan ion-ion cair

    Ion F-

    Ion Ca2+

    ion Ti4+

    ion O2-

  • Dalam keadaan padat ion-ion hanya bergetar, tidak dapat bergerak translasi

    (pindah posisi) sehingga dalam keadaan padat senyawa ion tidak menghantarkan

    listrik secara elektrolitik. Dalam kristal ion juga tidak ada elektron-elektron yang

    mudah berpindah (terdelokalisasi) di seluruh bodi kristal ion sehingga senyawa ion

    tidak bisa menghantarkan listrik secara elektronik. Berbeda dengan logam dan kristal

    kovalen seperti grafit (akan diraikan pada bab berikutnya) dapat menghantarkan

    listrik secara elektronik.

    Dalam keadaan cair, senyawa ion dapat menghantarkan listrik. Dalam

    keadaan lebur (cair), ion-ion dapat bergerak translasi. Ion-ion dapat bergerak ke

    kelektroda yang berlawanan dengan muatan ion. Peristiwa hantaran listrik ini disebut

    hantaran secara elektrolitik. Dalam larutan, senyawa ion tentu juga dapat

    menghantarkan listrik secara elektrolitik.

    Padatan ionik mudah larut dalam pelarut polar, seperti air. Dalam larutan, ion-

    ion tidak dalam keadaan bebas, melainkan dalam keadaan tersolvasi, yaitu

    diselubungi oleh pelarut (solven). Dalam air, ion-ion akan dikelilingi oleh molekul air

    dengan orientasi sedemikian rupa, yaitu bagian negatif dari molekul air akan

    berdekatan dengan ion positif yang diselubungi, demikian sebaliknya untuk ion

    negatif. Kelarutan suatu padatan ion salah satunya dipengaruhi oleh energi

    penyelubungan ini yang dalam konteks pelarut air disebut dengan energi hidrasi.

    Selain energi hidrasi, kelarutan senyawa ion tentu dipengaruhi oleh energi kisi.

    Energi hidrasi adalah energi yang dilepaskan, artinya proses hidrasi (penyelubungan

    ion oleh molekul air) adalah eksoterm. Pada proses pelarutan diperlukan sejumlah

    energi untuk memutuskan ikatan ionik yang setara dengan energi kisi dan diimbangi

    dengan pelepasan energi pada tahap hidrasi.

    Perubahan entalphi kelarutan ion = Energi hidrasi-Energi kisi(dalam pelarut air)

    Energi kisi dalam suatu medium pelarut tertentu dipengaruhi oleh tetapan

    dielektrikum pelarut, D.

    )1

    1(.4 0

    2

    21

    nrD

    ANezzU

    , e: muatan elektron dalam Coulomb, bukan ESU

    Setiap pelarut memiliki tetapan dielektrikum tertentu. Semakin besar kepolaran

    pelarut, D semakin besar. Semakin besar D, energi kisi kristal semakin dilemahkan

  • sehingga padatan ion berkecenderungan lebih mudah larut. Tentu, besarnya energi

    hidrasi harus dipertimbangkan.

    Besarnya energi hidrasi ditentukan oleh muatan dan ukuran ion.

    Kecenderungannya adalah sebagai berikut: semakin besar muatan, maka energi

    hidrasi semakin besar; semakin kecil ukuran ion, maka energi hidrasi semakin besar.

    Kombinasi dari muatan dan ukuran ion dinyatakan dengan potensial ionik, yaitu rasio

    muatan dan ukuran ion. Semakin besar potensial ionik, maka energi hidrasi semakin

    besar.

    Tidak seperti pada logam, padatan kristal ion bersifat keras namun rapuh.

    Sifat ini juga berhubungan dengan struktur submikroskopisnya. Adanya susunan yang

    teratur antara ion positif dan negatif dalam kristal ion bisa bergeser karena pengaruh

    tekanan dari luar. Satu lapisan ion dapat bergeser dan menyebabkan ion-ion dengan

    muatan sama menjadi berdekatan (bertemu muka) sehingga tolakan elektrostatik akan

    menyebabkan kristal pecah (rapuh).

    Rangkuman

    Problem

    1. Yang mana lebih besar sifat paramagnetik antara unsur 24Cr dengan 25Mn, jelaskan mengapa demikian

    2. Bila Perubahan entalpi pembentukan standar gas HB adalah 100 kkal/mol, tentukan keelektronegatifan atom B. Diketahui keelektronegatifan H adalah 2,1

    3. Dari defraksi sinar X diketahui jarak antara dua inti ion pada kristal ionik KA adalah 3 A., dimana K

    + dan A

    - adalah isoelektronik dengan konfigurasi elektron

    sama dengan Ar (SE=8,0). (a) Hitunglah jari-jari K+

    dan A- , (b) Ramalkan

    Bilangan koordinasi kation

    4. Jelaskan dengan singkat tentang : (a) Proses pembentukan ikatan ion, (b) potensial ionisasi, afinitas elektron, dan energi kisi, (c) jari-jari ion dan jari-jari

    kovalen

    5. (a) Gambarkan Lingkar Born Haber reaksi pembentukan MgCl2 dan tuliskan persamaan energi kisinya.

    6. Energi pembentukan standar dari AF adalah seperti persamaan termokimia berikut:

    A2(g) + F2(g) 2 AF(g), Hf = -66,47 kkal/mol Bila diketahui keelektronegatifan F adalah 4,0, energi dissosiasi ikatan A-A dan

    F-F adalah masing-masing 81,100 dan 113 kkal/mol, hitunglah keelekronegatifan

    Unsur A dan energi dissosiasi ikatan AF.

    7. a) Apa yang dimaksud dengan energi kisi kristal dan jelaskan bagaimana cara menentukan besarnya energi kisi suatu kristal. (b) Hitunglah harga terendah

  • perbandingan jari-jari kation dengan anion dari kristal Zinkblende, dimana

    bilangan koordinasi kationnya adalah 4.

    8. Energi potensial karena gaya tarik antar ion yang muatannya berbeda (Uc) dalam suatu kristal ion dinyatakan dengan :

    r

    ANeZZUc

    2

    21 dan energi potensial karena gaya tolak dari muatan yang sama

    (Ur) adalah nr

    NBUr , dimana N, n, A, B adalah konstanta. (a) Gambarkan grafik

    hubungan antara U (energi kisi) dengan r, dan (b) Buktikan bahwa

    )1(2

    21 norn

    AeZZB

    9. (a). Perak (Z=47) dalam senyawaannya hanya ditemukan sebagai satu jenis ion stabil, sedangkan Stannum, Sn(Z=50) ditemukan dalam lebih dari satu jenis ion

    stabil. Bagaimana fenomena ini bisa dijelaskan dan berapa muatan-muatan dari

    ion Ag dan ion Sn tersebut. (b) Berdasarkan konfigurasi elektronnya, jelaskan

    apakah mungkin ion In+ (Z=49) sebagai reduktor?

    10. Apabila ada suatu kristal ion berbentuk lembaran (dua dimensi) dengan bilangan koordinasi 4:4, hitunglan tetapan madelung secara teoritik?