4_jemmy_s

18
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143 126 PENGARUH PENERAPAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME (MRP) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN BERDIRI PADA PASIEN STROKE HEMIPLEGI Jemmi Susanti dan Irfan Fisioterapi – Universitas Indonusa Esa Unggul, Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta [email protected] ABSTRAK P enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan motor relearning programme terhadap keseimbangan berdiri pasien stroke hemiplegi. Penelitia ini menggunakan desain pengukuran repeat measure dengan withdrawl design (A-B –A de- sign). Dilakukan pengukuran kemampuan keseimbangan berdiri sebelum dan sesudah intervensi. Pengujian hipotesis digunakan merupakan uji beda rata-rata yaitu t-test of re- lated. Dari hasil pengukuran didapatkan distribusi berat beban antara kaki kiri dan kanan dengan nilai rata-rata sisi kanan sebelum intervensi adalah 29,33 dengan SD 7,68 dan sisi kiri sebelum intervensi 39,89 dengan SD 12,63. Sedangkan nilai mean sisi kanan sesudah intervensi menjadi 29,89 dengan SD 8,12 dan nilai mean sisi kiri sesudah intervensi adalah 37,11 dengan SD 10,28. Pengujian hipotesis dengan t-test of related maka didapatkan hasil P=0,018 dengan taraf nyata 0,05. Dengan demikian didapatkan hasil peningkatan keseimbangan secara signifikan dari hasil intervensi MRP pada pasien stroke hemiplegi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pemberian Motor Re- learning Programme. Kata Kunci: hemiplegi, keseimbangan berdiri, Stroke P urpose of the research is to know effect of application of motor relearning program on balance standing of hemiplegic stroke patient. The research uses measurement design of repeat measure with withdrawal design (A-B – A design). Measurements of standing bal- ance ability are conducted before and after intervention. Hypothesis testing uses mean differ- ential test namely t-test of related. Results of measurement obtained weight distribution be- tween right and left legs before intervention were 29.33 with SD=7.89 and 39.89 with SD=12.63, respectively. While mean value of right leg after intervention was 29.89 with SD=8.12 and the left leg was 37.11 with SD=10.28. Hypothesis testing with t-test of related acquired P=0.018 with significant degree of 0.05. Therefore, postural control was improved significantly with intervention of MRP on hemiplegic stroke patients. The research concluded that there is a significant effect of application of motor relearning program. Keywords: hemiplegic, balance, stroke

description

joosssss

Transcript of 4_jemmy_s

Page 1: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143126

PENGARUH PENERAPAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME (MRP)TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN BERDIRI

PADA PASIEN STROKE HEMIPLEGI

Jemmi Susanti dan Irfan

Fisioterapi – Universitas Indonusa Esa Unggul,Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan motor relearningprogramme terhadap keseimbangan berdiri pasien stroke hemiplegi. Penelitia ini

menggunakan desain pengukuran repeat measure dengan withdrawl design (A-B –A de-sign). Dilakukan pengukuran kemampuan keseimbangan berdiri sebelum dan sesudahintervensi. Pengujian hipotesis digunakan merupakan uji beda rata-rata yaitu t-test of re-lated. Dari hasil pengukuran didapatkan distribusi berat beban antara kaki kiri dan kanandengan nilai rata-rata sisi kanan sebelum intervensi adalah 29,33 dengan SD 7,68 dan sisikiri sebelum intervensi 39,89 dengan SD 12,63. Sedangkan nilai mean sisi kanan sesudahintervensi menjadi 29,89 dengan SD 8,12 dan nilai mean sisi kiri sesudah intervensi adalah37,11 dengan SD 10,28. Pengujian hipotesis dengan t-test of related maka didapatkan hasilP=0,018 dengan taraf nyata 0,05. Dengan demikian didapatkan hasil peningkatankeseimbangan secara signifikan dari hasil intervensi MRP pada pasien stroke hemiplegi.Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pemberian Motor Re-learning Programme.

Kata Kunci: hemiplegi, keseimbangan berdiri, Stroke

Purpose of the research is to know effect of application of motor relearning program onbalance standing of hemiplegic stroke patient. The research uses measurement design of

repeat measure with withdrawal design (A-B – A design). Measurements of standing bal-ance ability are conducted before and after intervention. Hypothesis testing uses mean differ-ential test namely t-test of related. Results of measurement obtained weight distribution be-tween right and left legs before intervention were 29.33 with SD=7.89 and 39.89 withSD=12.63, respectively. While mean value of right leg after intervention was 29.89 withSD=8.12 and the left leg was 37.11 with SD=10.28. Hypothesis testing with t-test ofrelated acquired P=0.018 with significant degree of 0.05. Therefore, postural control wasimproved significantly with intervention of MRP on hemiplegic stroke patients. The researchconcluded that there is a significant effect of application of motor relearning program.

Keywords: hemiplegic, balance, stroke

Page 2: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 127

PENDAHULUAN

Cara manusia bertindak dan bereaksibergantung pada pengolahan impuls neu-ron yang terorganisasi dan kompleks.Banyak pola jaringan neuron penunjangkehidupan, seperti pola yang mengontrolpernafasan dan sirkulasi yang serupa padasemua individu. Namun, pasti terdapatperbedaan samar dalam inte-raksi neuronantara seorang pencipta lagu berbakatdengan orang yang sama sekali tidakmengerti nada, atau seorang ahli mate-matika dangan orang yang mengalamikesulitan melakukan pembagian. Sebagianperbedaan pada sistem saraf antar individuditentukan secara genetis, namun sisanyadisebabkan oleh pengalaman dan hal-halyang dijumpai dalam lingkungannya. Padasaat sistem saraf sedang berkembang danimatur, neuron dan sinaps dibentuk dalamjumlah yang berlebihan. Bergantung padalingkungan eksternal dan seberapa besarjalur-jalur tersebut digunakan, sebagianbertahan, berkembang sempurna bahkanmeningkat, sedangkan yang lain lenyap.Setelah matang, modifikasi sistem sarafmasih tetap berlangsung sewaktu kita terusbelajar dari rangkaian pengalaman yangkita jalani.

Stroke atau cerebrovascular accident,merupakan gangguan neurologis yang pal-ing banyak terjadi dan menjadi masalahpaling utama penyebab gangguan gerakdan fungsi tubuh pada orang dewasa. Selainitu stroke merupakan penyebab kematiannomor dua di dunia. Dua per tiga stroketerjadi di negara-negara yang sedangberkembang. Selama perjalanan hidupmanusia, sekitar empat dari lima keluargaakan memiliki seorang anggota merekayang terkena stroke.

Stroke adalah gangguan otak palingdestruktif dengan konsekuensi berat,

termasuk beban psikologis, fisik, dankeuangan yang besar pada pasien, keluargapasien, dan masya-rakat. Rata-rata tingkatkejadian dari stroke adalah 114 per 100.000orang, dengan sekitar 75 % adalah orangyang pertama laki terkena serangan strokedan 25 % adalah orang dengan stroke ber-ulang. Pria berkulit hitam mempunyai 50% lebih tinggi untuk kemungkinan ter-kena stroke dari pada pria ber-kulit putih.Sedangkan wanita berkulit hitam mem-punyai kemungkinan terkena stroke sebesar130 % dari pada wanita berkulit putih.Tetapi pria memiliki kemungkinan 30 %hingga 80 % lebih tinggi dibanding wanitauntuk ter-jadi stroke berulang (Agency forHealth Care Policy and Reaserch, 1995).

Faktor – faktor risiko pada stroke da-pat dibagi menjadi faktor yang dapatdikendalikan dan faktor yang tidak dapatdikendalikan. Hipertensi (tekanan darahdiatas 160/95 mmHg), level kolesterol yangtinggi, dan diabetes merupakan faktor yangdapat dibatasi. Merokok dapat meningkat-kan resiko se-rangan stroke hingga 50 %,dan resiko ini ber-hubunganb denganbanyaknya konsumsi rokok per hari. Or-ang yang mengkonsumsi alkohol secaraberlebihan (alkoholic), pengguna narkoba,dan obesitas juga merupakan faktor pe-nyebab terjadinya stroke. Di antara faktoryang tidak dapat dikendalikan (umur, jeniskelamin, dan ras), umur merupakan faktorresiko terbesar. Tujuh puluh dua persenpasien stroke berumur lebih dari 65 tahun(Agency for Health Care Policy and Re-search). Selain itu faktor resiko lainnyaadalah kondisi yang berhubungan denganpeningkatan penumpukan fibrin ataupeningkatan viskositas darah termasukpada endokarditis, atherosklerosis, polyci-temia, dan thrombocytosis.

Pasien dengan stroke juga akanmengalami berbagai gangguan keseimbang-

Page 3: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143128

an. Gangguan keseimbangan berdiri padapasien stroke berhubungan dengan keti-dakmampuan untuk mengatur perpindah-an berat badan dan kemampuan gerak ototyang menurun sehingga kesetimbangantubuh menurun. Pasien dengan strokeberulang memiliki masalah dengan kontrolpostural, sehingga menghambat gerakanmereka. Keseimbangan juga merupakanparameter bagi pasien stroke terhadapkeberhasilan rehabilitasi mereka. Padapasien stroke,mereka berusaha membentukgerakan kompensasi untuk gangguankontrol postur mereka, kompensasi initidak selalu menjadi hasil yang optimal.Pasien dengan gangguan keseimbanganyang moderat hingga berat menggunakanbanyak gerakan tambahan se-bagaikompensasi dari defisit motorik nya,sedangkan untuk pasien dengan gangguankeseimbangan yang ringan, mereka memi-liki kemampuan melakukan gerakan yanghampir sama dengan pola gerak normal.

Penanganan yang umum diberikandalam meningkatkan kemampuan pasienstroke antara lain adalah pelatihan kembalikontrol motorik berdasarkan pemahamantentang kinematika dan kinetika gerakannormal, kontrol dan latihan motorik (mo-tor learning & motor control). Teknik yangdapat diberikan antara lain metode Bobath,PNF, dan MRP dengan harapan latihantersebut dapat memberikan prosespembelajaran aktivitas fungsional sertamenerapkan premis dasar bahwa kapasitasotak mampu untuk reorganisasi dan ber-adaptasi kemampuan plastisitas otak) dandengan latihan yang terarah dapat sajamenjadi sembuh dan membaik, selain itusebagai relearning kontrol motorik sehinggadapat mengeli-minasi gerakan yang tidakdiperlukan dan meningkatkan kemampu-an pengaturan postural dan gerakan.

Keseimbangan adalah kemampuanuntuk mempertahankan kesetimbangantubuh ketika di tempatkan di berbagai po-sisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseim-bangan adalah kemampuan untuk memper-tahankan pusat gravitasi pada bidangtumpu terutama ketika saat posisi tegak.Selain itu menurut Ann Thomson, keseim-bangan adalah kemampuan untuk mem-pertahankan tubuh dalam posisi kese-timbangan maupun dalam keadaan statikatau dinamik, serta menggunakan aktivitasotot yang minimal.

Keseimbangan melibatkan berbagaigerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskleletal danbidang tumpu. Kemampuan untuk menye-imbangkan massa tubuh dengan bidangtumpu akan membuat manusia mampuuntuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas duakelompok, yaitu keseimbangan statis:kemampuan tubuh untuk menjaga kese-timbangan pada posisi tetap (sewaktuberdiri dengan satu kaki, berdiri diataspapan keseimbangan); keseimbangandinamis adalah kemampuan untuk mem-pertahankan kesetimbangan ketika ber-gerak.

Kualitas dari keseimbangan tubuh itutergantung dari integritas susunan sarafpusat, susunan saraf tepi, serta sistem mus-kuloskeletal.

Kemampuan tubuh untuk memper-tahankan keseimbangan dan kestabilanpostur oleh aktivitas motorik tidak dapatdipisahkan dari faktor lingkungan dansistem regulasi yang berperan dalampembentukan keseimbangan. Tujuan daritubuh mempertahankan keseimba-nganadalah: menyanggah tubuh melawangravitasi dan faktor eksternal lain, untukmempertahankan pusat massa tubuh agar

Page 4: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 129

sejajar dan seimbang dengan bidangtumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak.

Komponen - komponen pengontrolkeseimbangan adalah:

1. Sistem informasi sensorisSistem informasi sensoris meliputi

visual, vestibular, dan somatosensoris.Visual memegang peran penting

dalam sistem sensoris. Penglihatan jugamerupakan sumber utama informasitentang lingkungan dan tempat kitaberada, penglihatan memegang peranpenting untuk mengidentifikasi danmengatur jarak gerak sesuai lingkungantempat kita berada. Penglihatan munculketika mata menerima sinar yang berasaldari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuhdapat menyesuaikan atau bereaksi terhadapperubahan bidang pada lingkungan akti-vitas sehingga memberikan kerja otot yangsinergy untuk mempertahankan keseim-bangan tubuh.

Komponen vestibular merupakansistem sensoris yang berfungsi pentingdalam keseimbangan, kontrol kepala, dangerak bola mata. Reseptor sensoris vestibu-lar berada di dalam telinga. Reseptor padasistem vestibular meliputi kanalis semi-sirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptordari sistem sensoris ini disebut dengansistem labyrinthine. Sistem labyrinthinemendeteksi perubahan posisi kepala danpercepatan perubahan sudut. Melalui re-fleks vestibulooccular, mereka mengontrolgerak mata, terutama ketika melihat obyekyang bergerak. Mereka meneruskan pesanmelalui ke delapan saraf kranialis kenukleus vestibular yang berlokasi di batangotak. Beberapa stimulus tidak menujunukleus vestibular tetapi ke serebelum,retikular formasi, talamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima ma-sukan (input) dari reseptor labyrinth, reti-kular formasi, dan serebelum. Keluaran(output) dari nukleus vestibular menu-juke motor neuron melalui medula spinalis,terutama ke motor neuron yang mengi-nervasi otot-otot proksimal, kumparan ototpada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksisangat cepat sehingga membantu mem-pertahankan keseimbangan tubuh denganmengontrol otot-otot postural.

Sistem somatosensoris terdiri daritaktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkanke otak melalui kolumna dorsalis medulaspinalis. Sebagian besar masukan (input)proprioseptif menuju serebelum, tetapi adapula yang menuju ke korteks serebri melaluilemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagaibagian tubuh dalam ruang sebagian bergan-tung pada impuls yang datang dari alat indradalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebutadalah ujung-ujung saraf yang beradaptasilambat di sinovia dan legamentum. Impulsdari alat indra ini dari reseptor raba di kulitdan jaringan lain, serta otot di proses dikorteks menjadi kesadaran akan posisitubuh dalam ruang.

2. Respon otot-otot postural yang sinergis(Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang siner-gis mengarah pada waktu dan jarak dariaktivitas kelompok otot yang diperlukanuntuk mempertahankan keseimbangandan kontrol postur. Beberapa kelompokotot baik pada ekstremitas atas maupunbawah berfungsi mempertahankan postursaat berdiri tegak serta mengatur keseim-bangan tubuh dalam berbagai gerakan.Keseimbangan pada tubuh dalam berbagaiposisi hanya akan dimungkinkan jika

Page 5: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143130

respon dari otot-otot postural bekerja secarasinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi,titik tumpu, gaya gravitasi, dan alig-menttubuh.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwaadanya respon yang tepat (kecepatan dankekuatan) suatu otot terhadap otot yanglainnya dalam melakukan fungsi geraktertentu, misalnya pada gerakan fleksi el-bow joint, maka otot-otot penggerak elbowjoint akan melaku-kan reaksi kerja yangsinergis antara otot fleksor (penggerakfleksi) dengan otot ekstensor (penggerakekstensi) dalam hal kecepatan dankekuatan yang dibutuhkan dalam mela-kukan gerakan tersebut.

3. Kekuatan otot (Muscle Strength)Kekuatan otot dapat digambarkan

sebagai kemampuan otot menahan bebanbaik berupa beban eksternal (eksternalforce) maupun beban internal (internalforce). Kekuatan otot sangat berhubungandengan sistem neuromuskuler yaituseberapa besar kemampuan sistem sarafmengaktifasi otot untuk melakukankontraksi. Sehingga semakin banyakserabut otot yang teraktifasi, maka semakinbesar pula kekuatan yang dihasilkan otottersebut.

Kekuatan otot dari kaki, lutut sertapinggul harus adekuat untuk memper-tahankan keseimbangan tubuh saat adanyagaya dari luar. Kekuatan otot tersebutberhubungan langsung dengan kemam-puan otot untuk melawan gaya garvitasiserta beban eksternal lainnya yang secaraterus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4. Adaptive systemsKemampuan adaptasi akan memodifi-

kasi input sensoris dan keluaran moto-rik(output) ketika terjadi perubahan tempatsesuai dengan karakteristik lingkungan.

5. Lingkup gerak sendi (Joint range ofmotion)Kemampuan sendi untuk membantugerak tubuh dan mengarahkan gerak-an terutama saat gerakan yang memer-lukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhikeseimbangan: (1) pusat gravitasi (Centerof Gravity-COG). Pusat gravitasi terdapatpada semua obyek, pada benda, pusatgravitasi terletak tepat di tengah bendatersebut. Pada manusia, pusat gravitasi ber-pindah sesuai dengan arah atau perubahanberat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiritegak adalah tepat di atas pinggang diantaradepan dan belakang vertebra sakrum kedua; (2) garis gravitasi (Line of Gravity-LOG). Garis gravitasi merupakan garisimajiner yang berada vertikal melalui pusatgravitasi dengan pusat bumi. Hubunganantara garis gravitasi, pusat gravitasi denganbidang tumpu adalah untuk menentukanderajat stabilitas tubuh; (3) bidang tumpu(Base of Support-BOS). Bidang tumpumerupakan bagian dari tubuh yangberhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidangtumpu, tubuh dalam keadaan seimbang.Semakin besar bidang tumpu, semakintinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengankedua kaki akan lebih stabil dibandingberdiri dengan satu kaki. Semakin dekatbidang tumpu dengan pusat gravitasi, makastabilitas tubuh makin tinggi. Contohorang posisi berdiri tegak akan lebih mudahgoyah di banding dengan posisi berjongkok.

Pada posisi berdiri seimbang, susunansaraf pusat berfungsi untuk menjaga pusatmassa tubuh (center of body mass) dalamkeadaan stabil dengan batas bidang tumputidak berubah kecuali tubuh membentukbatas bidang tumpu lain (misalnya:melangkah). Selain itu masukan (input)

Page 6: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 131

visual berfungsi sebagai kontrol keseim-bangan, pemberi informasi, serta mem-prediksi datangnya gangguan. Masukan (in-put) dari kulit di telapak kaki juga meru-pakan hal penting untuk mengatur keseim-bangan saat berdiri dan saat inginmelangkah. Postur adalah posisi atau sikaptubuh. Tubuh dapat membentuk banyakpostur yang memungkinkan tubuh dalamposisi yang nyaman selama mungkin. Padasaat berdiri tegak, hanya terdapat gerakankecil yang muncul dari tubuh, yang biasadi sebut dengan ayunan tubuh. Luas danarah ayunan diukur dari permukaantumpuan dengan menghitung gera-kanyang menekan di bawah telapak kaki, yangdi sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiritegak di pengaruhi oleh faktor posisi kakidan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapatdilihat kesimetrisannya dengan: kakiselebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh,dan mata menatap ke depan. Walaupunposisi ini dapat dikatakan sebagai posisiyang paling nyaman, tetapi tidak dapatbertahan lama, karena seseorang akansegera berganti posisi untuk mencegahkelelahan.

Gangguan fungsi keseimbangan teru-tama saat berdiri tegak, merupakan akibatstroke yang paling berpengaruh pada faktoraktivitas sejak kemampuan keseimbangantubuh dibidang tumpu mengalami ganggu-an dalam beradaptasi terhadap gerakan dankondisi lingkungan.

Gangguan sensoris dan motorik poststroke mengakibatkan gangguan keseimba-ngan termasuk kelemahan otot, penurunanfleksibilitas jaringan lunak, serta gangguankontrol motorik dan sensorik. Fungsi yanghi-lang akibat gangguan kontrol motorikpada pasien stroke mengakibatkanhilangnya koordinasi, hilangnya kemampu-

an merasakan keseimbangan tubuh danpostur (kemampuan untuk memper-tahankan posisi tertentu). Kesulitanmembentuk dan mempertahankan posturyang tepat dapat diketahui saat pasienmelakukan gerakan ke berdiri maupun keduduk. Pasien-pasien yang mengalamigangguan sensasi posisi tubuh akancenderung ke arah vertikal.

Perubahan adaptasi otot tubuhberupa penurunan kemampuan panjangotot dan kekakuan mempengaruhi kon-traksi otot dan keseimbangan. Penurunanelastisitas jaringan lunak dan pemendekanotot membatasi mobilitas sendi di per-gelangan kaki mempengaruhi pasien strokegeriatri (Vandervoort, 1999). Disfungsisistem sensoris dan persepsi-kognitifberpengaruh negatif pada kemampuankeseimbangan duduk serta berdiri, saat faseakut post stroke juga di ikuti gangguansomatosensoris, labyrinthine, fungsi visual,defisiensi propriosepsi dan kognitif. Salahsatu penyebab gangguan menapak jugakarena hilangnya sensasi kulit pada areaplantar telapak kaki.

Stroke adalah gangguan fungsi sarafyang disebabkan oleh gangguan alirandarah dalam otak yang dapat timbul secaramendadak dalam beberapa detik atau secaracepat dalam beberapa jam dengan gejalaatau tanda-tanda sesuai dengan daerahyang terganggu.

Definisi menurut WHO: strokeadalah terjadinya gangguan fungsionalotak fokal maupun global secara mendadakdan akut yang berlangsung lebih dari 24jam akibat gangguan aliran darah otak.

Menurut Neil F Gordon: strokeadalah gangguan potensial yang fatal padasuplai darah bagian otak. Tidak ada satu-pun bagian tubuh manusia yang dapatbertahan bila terdapat gangguan suplaidarah dalam waktu relatif lama sebab darah

Page 7: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143132

sangat dibutuhkan dalam kehidupan ter-utama oksigen pengangkut bahan makananyang dibutuhkan pada otak dan otak dalahpusat control system tubuh termasuk perin-tah dari semua gerakan fisik. Dengan katalain stroke merupakan manifestasi keadaanpembuluh darah cerebral yang tidak sehatsehingga bisa disebut juga “cerebral arterialdisease” atau “cerebrovascular disease”.Cedera dapat disebabkan oleh sumbatanbekuan darah, penyempitan pembuluhdarah, sumbatan dan penyempitan ataupecahnya pembuluh darah, semua inimenye-babkan kurangnya pasokan darahyang memadai.

Stroke seringkali terjadi pada orang-orang golongan usia diatas 50 tahun, tetapimungkin saja terjadi juga pada usia mudayang sering kali disebabkan karena adanyakelainan jantung yang mengakibat-kantimbulnya embolisasi.

Stroke diklasifikasikan menjadi dua,yaitu stroke Iskemik dan stroke hemoragik.

Hampir 85 % stroke Iskemik disebab-kan oleh: sumbatan oleh bekuan darah,penyempitan sebuah arteri atau beberapaarteri yang mengarah ke otak, atau embo-lus (kotoran) yang terlepas dari jantungatau arteri ekstrakranial (arteri yang beradadi luar tengkorak) yang menyebabkansumbatan disatu atau beberapa arteriintrakrani. (arteri yang berada di dalamtengkorak). Ini disebut sebagai infark otakatau stroke iskemik. Pada orang berusialanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatanatau penyempitan dapat disebabkan olehaterosklerosis (mengerasnya arteri).

Hal inilah yang terjadi pada hampirdua pertiga pasien stroke iskemik. Embolicenderung terjadi pada orang yang mengi-dap penyakit jantung (misalnya denyutjantung cepat tidak teratur, penyakit katupjantung dan sebagainya) secara rata-rataseperempat dari stroke iskemik disebabkan

oleh emboli, biasanya dari jantung (strokekardioembolik) bekuan darah dari jantungumumnya terbentuk akibat denyut jantungyang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium),kelainan katup jantung (termasuk katupbuatan dan kerusakan katup akibatpenyakit rematik jantung), infeksi di dalamjantung (dikenal sebagai endokarditis) danpembedahan jantung.

Penyebab lain seperti gangguandarah, peradangan dan infeksi merupaknapenyebab sekitar 5-10 % kasus strokeiskemik, dan menjadi penyebab terseringpada orang berusia muda. Namun penyebabpasti dari sebagian stroke iskemik tetaptidak diketahui meskipun telah dilakukanpemeriksaan yang mendalam.

Sebagian stroke iskemik terjadi dihemisfer otak, meskipun sebagian terjadi diserebelum (otak kecil) atau batang otak.Beberapa stroke iskemik di hemisfer tam-paknya bersifat ringan (sekitar 20 % darisemua stroke iskemik); stroke ini asim-ptomatik (tak bergejala; hal ini terjadi padasekitar sepertiga pasien usia lanjut) atauhanya menimbulkan kecanggungan, kele-mahan ringan atau masalah daya ingat.Namun stroke ringan ganda dan berulangdapat menimbulkan cacat berat, penuru-nan kognitif dan demensia.

Stroke hemoragik disebabkan olehperdarahan ke dalam jaringan otak (disebuthemoragia intraserebrum atau hematomintraserebrum) atau kedalam ruang suba-raknoid yaitu ruang sempit antara per-mukaan otak dan lapisan jaringan yangmenutupi otak (disebut hemoragia subarak-noid). Ini adalah jenis stroke yang palingmematikan, tetapi relatif hanya menyusunsebagian kecil dari stroke total: 10-15%untuk perdarahan intraserebrum dan 5%untuk perdarahan subaraknoid.

Perdarahan dari sebuah arteri intrak-ranium biasanya disebabkan oleh aneuris-

Page 8: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 133

ma (arteri yang melebar) yang pecah ataukarena suatu penyakit. Penyakit yangmenyebabkan dinding arteri menipis danrapuh adalah penyebab tersering perdarah-an intraserebrum. Penyakit semacam iniadalah hipertensi atau angiopati amiloid(dimana terjadi pengendapan protein didinding arteri-arteri kecil di otak). Jikasesorang mengalami perdarahan intrasere-brum, darah dipaksa masuk ke dalam jari-ngan otak, merusak neuron sehingga bagi-an otak yang terkena tidak dapat berfungsidengan benar.

Pecahnya sebuah aneurisma merupa-kan penyebab tersering perdarahansubaraknoid. Pada perdarahan subarak-noid, darah didorong keruang subaraknoidyang mengelilingi otak. Jaringan otak padaawalnya tidak terpengaruh, tetapi padatahap selanjutnya dapat teganggu.

Kadang satu-satunya gejala per-darahan subaraknoid adalah nyeri kepala,tetapi jika diabaikan gejala ini dapatberakibat fatal. Nyeri kepala khas padaperdarahan subaraknoid timbul mendadak,parah dan tanpa sebab yang jelas. Pasienmenerangkannya sebagai “ kepala sepertidipukul palu “, “sakit kepala terparahseumur hidupku” atau “ seperti ada orangyang menendang–nendang mau keluar dariatas kepalaku”. Nyeri kepala ini seringdisertai oleh muntah, kaku leher, ataukehilangan kesadaran sementara.

Namun hampir 30 % dari semua per-darahan subaraknoid memperlihatkangejala yang berbeda dengan yang dijelaskandi atas; dan perdarahan subaraknoid yangkecil, terutama pada orang berusia lanjut,mungkin tidak menimbulkan nyeri kepalahebat atau memiliki serangan yang parah.Karena itu, semua nyeri kepala yang timbulmendadak harus segera diperiksakan.

Berat ringannya stroke tergantungdari bagian mana yang mengalami keru-

sakan akibat pengumpulan darah atauperdarahan, besar atau luasnya kerusakandan seberapa banyak yang mampuditanggulangi atau diatasi. Stroke umumnyamengenai extremitas yang berlawanan,biasanya kelumpuhan pada ekstremitaskanan disertai dengan gangguan bicara,kecuali pada orang kidal. Tingkat kerusak-an di daerah korteks serebri selalu diikutidengan perbedaan derajat kelumpuhanantara lengan dan tungkai, hal inidikarenakan area ini dialirkan oleh duaarteri yaitu arteri serebri anterior dan arterimedial. Sedangkan pada tingkat kapsulainterna derajat kelumpuhan relatif samaantara lengan dan tungkai oleh karena areaini hanya dilalui oleh satu arteri yang samayaitu arter lentikulostriana.

Problematik penderita paska strokesangat kompleks dan individual, namunada problem dasar yang sama meskipundalam derajat yang berbeda. Problematiktersebut timbul akibat hilangnya atauterganggunya kontrol (inhibisi) terhadapmekanisme refleks postural normal sertabeberapa refleks primitif yang lain. Meka-nisme refleks yang normal terdiri dari reaksi-reaksi tegak (righting reactions) dan reaksikeseimbangan (equili-brium reactions).

Reaksi tegak (righting reactions) inimemungkinkan terjadinya pengaturanposisi kepala terhadap tubuh dan ruang,posisi normal ekstremitas terhadap tubuhdan me-mungkinkan terjadinya gerakanrotasi tubuh pada sumbunya dalam akti-vitas sehari-hari, misalnya; berguling,berdiri, berjalan dan sebagainya, dengandemikian maka dapat dikatakan bahwareaksi tegak merupakan pola dasar gerakan.Sedangkan reaksi keseimbangan (equilib-rium reactions) berfungsi untuk memper-tahankan atau mendapatkan kembalikeseimbangan tubuh. Reaksi ini sangatkompleks dan dapat berupa kontraksi otot

Page 9: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143134

(tanpa adanya gerakan) atau berupagerakan-gerakan reflektoris.

Klasifikasi Stroke Berdasarkan Klinisdikelompokkan menjadi (1) Lacunar Syn-dromes (LACS), (2) Posterior CirculationSyndromes (POCS), (3) Total AnteriorCirculation Syndromes (TACS), dan (4)Partial Circulation Syndromes (PACS)

Lacunar Syndromes (LACS), terjadipenyumbatan tunggal pada lubang arterisehingga menyebabkan area terbatas akibatinfar yang di sebut dengan lacune. Istilahlacune adalah salah satu yang patologis danakan tetapi terdapat beberapa kasus diliteratur yang memiliki korelasi patologidengan klinikoradiologikal. Mayoritaslacune terjadi di area seperti nukleus lenti-form dan gejala klinisnya tidak diketahui.Terkadang terjadi kemunduran kognitifpada pasien. Lacunar yang lain juga dapatmengenai kapsula interna dan pons dimanaakan mempengaruhi traktus asendens dandesendens yang menyebabkan defisit klinisyang luas. Bila diketahui lebih awal tentangdasar pola neurovaskular, lesi tersebut dapatdikurangi sehingga mempunyai tingkatkognitif dan fungsi visual yang lebih tinggi.

Posterior Circulation Syndromes(POCS). Menyebabkan kelumpuhanbagian saraf cranial ipsilateral (tunggalmaupun majemuk) dengan kontralateraldefisit sensorik maupun motorik. Terjadipula defisit motorik-sensorik bilateral.Gangguan gerak bola mata (horizontal atauvertikal), gengguan cerebelar tanpa defisittraktus bagian ipsilateral, terjadi hemiano-pia atau kebutaan kortikal. POCSmerupakan gangguan fungsi pada tingkatankortikal yang lebih tinggi atau sepanjangyang dapat di kategorikan sebagai POCS.

Total Anterior Circulation Syn-dromes (TACS). Meliputi hemipleghia,

hemianopia kontralateral pada lesi serebral,gangguan fungsi serebral pada tingkat yanglebih tinggi (dys-phasia, visuospasial).

Partial Circulation Syndromes(PACS). Semua yang termasuk defisitmotorik dan sensorik dengan hemianopia,gangguan fungsi cerebral, atau gangguanfungsi serebral dengan hemianopia, murnidari gangguam motorik atau sensorik yanglebih sempit dari LACS (monofaresis),disfungsi cerebral murni, bila terjadi gang-guan lebih dari satu tipe, kemungkinanterjadi kerusakan di bagian otak sisi yangsama.

Manifestasi dari stroke pada batangotak terbagi atas : level kesadaran, reaksipupil mata, gerakan eksternal okuler (ex-ternal ocular movement), kelumpuhan ner-vus kranialis yang lain, gangguan pada jalursimpatetik desendens, gangguan fungsiserebelum dan vestibular.a) Gangguan level kesadaran

Kesadaran dapat di definisikan sebagaitingkat kewaspadaan terhadap dirisendiri dan lingkungan sekitar,sedangkan komma adalah hilangnyatingkat kewaspadan ter-sebut (Plum&Posner, 1980). Hampir 20% daripasien stroke mengalami gangguankesadaran (Bogousslavsky et al, 1988).Tingkat kesadaran berperan pentinguntuk prediksi tingkat keselamatandan aktivitas fungsional.Tingkat kesadaran terdiri dari duakomponen, yaitu kewaspadaan (arou-sal), dan kognitif-afektif dari fungsimental. Tingkat kesadaran dipengaru-hi oleh kerja fungsional dari ARAS(Ascending Reticular Acti-vating Sys-tem), merupakan kerja sama yangkompleks dari kelompok struktur sarafdi bagian atas batang otak, regio sub-thalamik, dan talamus (terutama dibagian intralamilar nuklei). Beberapa

Page 10: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 135

gangguan kesadaran akibat dari iskemiadari area suplai darah arteri menujusistem aktivasi retikuler di batang otak.Pendarahan intraserebral yang luas danpendarahan pada serebelar dapatmengakibatkan hilangnya kesadaranbeberapa jam akibat sekunder daripenekanan di batang otak. Oleh kare-na itu, gangguan tingkat kesa-daranmerupakan hal yang paling umumterjadi pada pasien stroke hemoragik.

b) Reaksi pupil mata (pupillary reactions)Batang otak ikut bekerja dalam me-ngontrol pupil mata dalam dua bagian,yaitu: serat simpatetik pupillodilatoryang menuju bagian ipsilateral darihipotalamus ke batang otak, dan seratparasimpatetik pupillokonstriktor padaarea nervus kranialis ke III. Gangguanpada nervus ke III akibat lesi vaskulerdi otak tengah dapat menyebabkandilatasi dari pupil, tetapi terkadang tidak.

c) Gerakan eksternal okuler (external ocu-lar movements)Saat pasien dalam keadaan sadar, kerjasama dan koordinasi dari gerak bolamata dapat terlihat jelas. Pada pasienstroke terdapat pola serta tanda darigangguan gerak bola mata berupa nys-tagmus. Nys-tagmus terjadi akibat suatulesi pada sistem vestibulolabyrinthinekarena iskemik yang mengenai nukleusvestibular pada batang otak. Vertikalnystagmus merupakan akibat dari lesipada tegmentum di batang otak mau-pun serebelum. Konvergen serta retrak-si nystagmus indikasi dari gangguanpada otak tengah. Oleh karena itu,pasien stroke dengan nystagmus, nys-tagmus itu sendiri dapat di jadikan polayang berhubungan dengan tanda danlokasi lesi.

d) Paralisis dari saraf kranialis yang lainKombinasi dari kelumpuhan saraf

kranialis biasa terjadi pada pasiendengan stroke hemoragik. Lesi sarafpada N. Kranialis VII berupa kelum-puhan bagian atas serta bawah wajahsehingga terlihat kelemahan ototwajah hingga wajah yang asimetri. Ter-dapat juga gangguan pada saraf kra-nialis ke IX dan X berupa ganguanmenelan.

e) Gangguan pada jalur simpatetikdesendensGangguan pada jalur simpatetik desen-dens (descending sympathetic pathways)akan mengakibatkan sindromaHorner’s komplit ipsilateral (miosis, pto-sis, dan hilangnya fungsi pengeluar-ankeringat pada salah satu sisi wajah).

f) Gangguan fungsi serebelum dan vesti-bularManifestasi yang paling sering terjadipada pasien stroke dengan gangguanserebelum adalah ataksia. Gangguantersebut tidak akan terlihat bila tubuhberada di tempat tidur, oleh karena itu,pasien di minta untuk berjalan agardapat diperiksa melalui pola jalannya.Bila gangguannya masih dalam tarafsedang, ciri dari pola jalan pasiennyaadalah berganti posisi secara tiba-tiba.Ataksia pasien akan bertambah beratsaat pasien kehilangan fungsi visualnya(misalnya saat tanpa penerangan dimalam hari) dan gangguan proprio-sepsi.Beberapa pasien mengeluhkan timbulpusing saat terjadi stroke maupunsetelahnya, tetapi hal ini terlalu luasuntuk langsung di ketahui letak lokasigangguan (bisa karena gangguan areavertebrobasiler). Vertigo di definisikansebagai perasaan subyekti atau punobyektif suatu gerakan (terutama ber-putar) atau posisi. Penyebab vertigoadalah ketidak seimbangan dari sinyal

Page 11: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143136

dari otolith dan kanalis semisirkularispada nukleus vestibular. Disequilibriumadalah pe-rasaan tidak seimbang ketikaberdiri dan berjalan. Penyebabnya ada-lah gangguan vestibular, sensoris, sere-belar atau fungsi motorik serta lesi dariberbagai bagian dari sistem saraf.

Pemulihan pada pasien stroke telahbertahun-tahun dikembangkan, namuntetap saja terdapat kekurangan dalammencapai tujuan pada tiap pasien strokeuntuk kembali beraktivitas dan sembuhseperti sedia kala. Kualitas dari rehabilitasijuga perlu diperta-nyakan sejak banyakteori dan asumsi bahwa pasien strokemempunyai kemungkinan yang semakinkecil untuk kembali beraktivitas, terapilatihan yang semakin ketinggalan zaman,pemikiran yang negatif terhadap kesem-buhan pasien serta tidak adanya peng-arahan kepada para pasien stroke selamamasa pemulihan.

Untuk alasan tersebutlah kontribusidari fisioterapi sangat berguna. Seorangfisioterapis yang memiliki pengalamanklinis yang cukup, dapat memberikanrehabilitasi yang berbeda kepada pasien-nya, karena semua bergantung padakemampuan fisioterapis untuk mengenalipotensi yang ada pada pasien tersebutberdasarkan ilmu perkembangan gerak,pemahaman tentang metode terapi ber-dasarkan teori motorik terbaru, sertapengembangan efektivitas dan peningkat-an pemulihan pasien stroke.

MRP pertama kali dikembangkanoleh Janet H. Carr dan Roberta Shepherd,yang merupakan dua orang fisioterapisAustralia pada tahun 1980-an. MRPmenjadi suatu teknik pendekatan strokeyang terpopuler di Australia pada saat inidi amping pendekatan Bobath. MRP jugamemberikan alternatif metode pendekatan

atau terapi pada penderita stroke.Potensi serta kontribusi fisioterapi

dalam proses pemulihan stroke menjadikanprinsip-prinsip MRP berupa : pelatihankembali kontrol motorik berdasarkanpemahaman tentang kinematika dankinetika gerakan normal (biomekanik),kontrol dan latihan motorik (motor controland motor learning), yang melibatkan proseskognitif, ilmu perilaku dan psikologi,pelatihan, pemahaman tentang anatomidan fisiologi saraf, serta tidak berdasarkanpada teori perkembangan normal (neuro-developmental).

Asumsi utama tentang kontrolmotorik berdasarkan model ini adalah:peningkatan kemampuan motorik sepertiberjalan, meraih dan berdiri memerlukanproses belajar yang sama dengan orangnormal (pasien memer-lukan pelatihan,umpan balik, tujuan); kontrol motorikyang saling berhubungan dengan anti-sipasi,persiapan dan gerakan yang diben-tuk; kontrol dari gerakan motorik yangspesifik dapat semakin meningkat dengandi dukung oleh lingkungan yang bervariasi;dan input sensoris yang mempengaruhigerakan.

Fisioterapis mempunyai pemahamanbahwa setiap pasien memerlukan pena-nganan yang berbeda sesuai dengan tujuanyang akan dicapai. Walaupun pada tiappenanganan pasien memiliki kebutuhanyang berbeda, semua pasien stroke yangmempunyai gangguan motorik berupakomponen gerakan utama seperti berdiridan berjalan, mereka sama-sama mem-punyai kebutuhan dasar motorik yang samapula. MRP memiliki asumsi bahwa otakmemiliki kapasitas untuk sembuh selama otaktersebut selalu digunakan, otak juga mampuuntuk reorganisasi dan adaptasi. Pelatihanfungsi yang terarah dapat meningkatkankemampuan otak tersebut untuk membaik.

Page 12: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 137

Oleh karena itu MRP membutuhkanpartisipasi aktif dari pasien karena MRPmelibatkan pembelajaran kembali (re-learn-ing) aktivitas fungsional yang sangatbermanfaat bagi pasien. Program iniberdasarkan pada empat faktor pentinguntuk mempelajari keterampilan motorikdan relearning kontrol motorik, yaitueliminasi dari aktivitas otot yang tidakdiperlukan, umpan balik, pelatihan, sertahubungan antara pengaturan posturdengan gerakan. Re-lerning yang ada padaprogram ini merupakan latihan keterampil-an yang sudah dimiliki pasien stroke yangakan dibantu oleh fisioterapis. Para terapisakan mengarahkan dan menjelaskanlatihan-latihan yang akan dilakukan pasienstroke.

Efektivitas dari MRP bergantung darikemampuan fisioterapis untuk: mengetahuiperkembangan ilmu gerak, menganalisake-mampuan motorik pasien, kemampuanuntuk menjelaskan kepada pasien denganjelas dan mudah dimengerti, mengawasikemampuan pasien serta memberikangambaran data yang akurat, melakukan re-evaluasi pada setiap sesi kemampuan pasiendan efektivitas terapi yang telah dilakukan-nya, mengetahui tingkat kemampuanpasien dan terakhir adalah menyediakanlingkungan yang positif bagi pasien.

MRP terdiri dari tujuh sesi yang me-wakili fungsi penting (tugas motorik) darikehidupan sehari-hari yang dikelompok-kan menjadi :1. Fungsi ekstremitas atas2. Fungsi orofasial3. Gerakan motorik saat dari tidur ke

duduk di tepi tempat tidur4. Keseimbangan duduk5. Posisi duduk ke berdiri6. Keseimbangan berdiri7. Berjalan

Setiap sesi terdiri dari berbagai macampola gerak yang mengacu kepada empattahap (tabel) di MRP dan didasari olehaktivitas normal termasuk komponengerakkan yang paling utama. Terdapat tigahal penting yang perlu diperhatikan dalammenggunakan metode MRP ini, yaitu:1. Kemampuan motorik dilatih secara

kom-ponen atau secara keseluruhan.Pada umumnya, pasien-pasien padatahap awal tidak dapat latihan lang-sung secara keseluruhan, sehingga perludilakukan latihan gerakan yang ter-pisah (latihan perkomponen terlebihdahulu).

2. TeknikPenjelasan, demonstrasi dan arahanmanual akan membantu pasien untukmengerti tujuan latihan yang akan dijalaninya.

Tabel 1. Empat tahapandi Motor Relearning Programme

Step 1 Analisa gerakan Pengamatan Perbandingan Analisa

Step 2 Latihan untuk komponen yang hilang Penjelasan-identifikasi dari tujuan Instruksi Pelatihan + umpan balik verbal dan visual+ petunjuk manual

Step 3 Pelatihan gerakan Penjelasan-identifikasi dari tujuan Instruksi Pelatihan + umpan balik verbal dan visual + petunjuk manual Re-evaluasi Melatih fleksibilitas

Step 4 Perpindahan dari latihan Kesempatan untuk berlatih sesuai aktivitas Konsistensi dari latihan Mengorganisasikan untuk memonitor latihannya sendiri Keterlibatan keluarga dan orang terdekat

Page 13: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143138

3. Metode untuk peningkatanKetika pasien sudah menguasai gerak-an-gerakan, pasien dilatih keterampil-an yang sama, tetapi dengan kondisilingkungan yang berbeda sehinggapasien terbiasa dan beradaptasi dengansemua kondisi.

METODE PENELITIAN

Penelitian bersifat quasi eksperimen-tal. Penelitian dengan Repeat Measure danWith-drawal design (A – B – A design)yang mana sampel pada penelitian yangterdiri atas penderita stroke hemiplegiaakan dilakukan pengukuran kemampuankeseimbangan berdiri sebelum intervensiMRP dan dilakukan kembali selamaperiode intervensi.

Pada penelitian ini akan diberikangambaran tentang sampel dalam bentukdeskriptif serta analisis komparatif yaitumembandingkan antara dua kelompok datayaitu data tentang kemampuan keseim-bangan sebelum perlakuan (pasien denganintervensi MRP) serta kelompok datatentang kemampuan keseimbangan selamaperiode intervensi. Sampel penelitianadalah pasien dengan kondisi strokehemiplegia yang secara konsep penelitiandapat digambarkan sebagai berikut :

Keseimbangan berdiri pada pasienstroke hemiplegi diukur dengan instrumenpengukuran berupa Functional Standing

Balan-ce (FSB) Scale. Functional StandingBalance Scale merupakan bagian dari Pos-tural Control and Balance for Stroke (PCBS)Test. Isi dari Functional Standing BalanceScale ini di desain untuk melihat ke-simetrisan postur dan keseimbangan berdiridengan dan tanpa gerakan.

Pengukuran keseimbangan berdiritanpa gerakan bertujuan untuk mengevalu-asi kemampuan subyek untuk memper-tahankan posisi dengan meningkatkantingkat kesulitan dimulai dari mengurangibidang tumpu seperti berdiri dengan posisitelapak kaki berjarak jauh, posisi telapakkaki berjarak berdekatan hingga berdiridengan satu kaki.

Pengukuran keseimbangan berdiridengan gerakan bertujuan untuk meng-evaluasi kemampuan subyek untukmempertahankan posisi selama bergerak.Pengukuran keseimbangan berdiri dengangerakan ini meliputi empat point yangakan menginformasikan kemampuanpasien stroke dalam melakukan gerakankompensasi demi mempertahankan kese-imbangan ketika pusat gravitasi (COG)berubah dari bidang tumpu.

Dalam aplikasinya, pengukurankeseimbangan berdiri dengan FunctionalStanding Balance Scale dengan bentuk form:

Functional Standing Balance ScaleWeight distributionStanding on digital scales for 30 seconds Right leg ... kg Left leg ... kg

Balance without movementStanding with feet apart for 30 seconds1 = cannot stand ... points2 = can stand ... points

Standing with feet together (maximum =15 seconds)

Page 14: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 139

1 = 0-5 seconds ... points2 = 6-10 seconds ... points3 = 11-15 seconds ... points

Standing on one leg (maximum = 15 seconds) 1 = 0-5 seconds ... points Right leg 2 = 6-10 seconds ... points Left leg 3 = 11-15 seconds ... points

Balance with movementBending down to pick up an object fromthe floor With the better hand ... pointsPlacing an object with the right arm ontoa chairOn the right side ... pointsOn the left side ... pointsPlacing an object with the left arm into a chairOn the right side ... pointsOn the left side ... pointsReaching up for an object withthe better arm,feet in walking positionRight foot in front ... pointsLeft foot in front ... pointsTurning 360 degrees on the spotRight side leading ... pointsLeft side leading ... points

4 = good control of balanceControl of balance during performance asdemanded by the task.The performance is fluent and economic.3 = moderate control of balanceCan perform task, but the control of themovement and the fluencyof the performance is insufficient. Compen-satory movement of trunk.2 = difficulties in controlling balanceDifficulties in controlling balance duringthe task (lurches,extra footsteps grips sup-port at some stage during performances),compensatory movement of upper limbsand/or trunk.1 = unable to control balanceDifficulties in settling in the start position

demanded by the task and maintainingbalance during performance without therisk of falling.Total Point Higest: 47 (good control ofbalance)Total point Lowest: 13 (unable to control bal-ance)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi sampel dibuat dalamanalisis univariat yang berbentuk distribusifrekuensi dan juga dengan gambaran berupagrafik.

Tabel 2. Distribusi SampleMenurut Usia (tahun)

Sumber: Hasil Olahan Data

Sumber: Hasil Olahan Data

Tabel 2 menunjukkan bahwa darisample 9 orang didapat nilai meankelompok sampel adalah 55,22 tahundengan standar deviasi 0,1626.

Kelompok Umur f %

35 - 46 1 11,11% 47 - 58 5 55,56% 59 - 70 3 33,33% Jumlah 9 100% Mean 55,22

SD 0,1626

 35 - 4611%

47 - 5856%

59 - 7033%

35 - 46 47 - 58

59 - 70tt

Page 15: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143140

Tabel 3. Distribusi Sampel MenurutJenis Kelamin

Sumber: Hasil Olahan Data

Tabel 3 menunjukkan frekuensisampel berjenis kelamin laki-laki 5 orangdengan persentase 55,56 % dan perempuan4 orang dengan persentase 44,44 %.

Tabel 4. Distribusi SampelMenurut Sisi Parese

Sumber: Hasil Olahan Data

Tabel 3 menunjukkan frekuensisampel dengan sisi parese bagian kananberjumlah 7 orang dengan persentase 77,78% dan sisi parese bagian kiri berjumlah 2orang dengan persentase 22,22 %.

Tabel 5. Distribusi SampelMenurut Penyebab Terjadinya Stroke

Sumber: Hasil Olahan Data

Tabel 5 menunjukkan frekuensisampel dengan penyebab stroke karenahipertensi berjumlah 5 orang denganpersentase 55,56 %, karena kolesterolberjumlah 1 orang dengan per-sentase11,11% dan karena diabetes mellitusberjumlah 3 orang dengan persentase33,33%.

Tabel 6. Distribusi SampelMenurut Kemampuan Komunikasi

Sumber: Hasil Olahan Data

Tabel 5 menunjukkan frekuensisampel dengan gangguan komunikasiberjumlah 2 orang dengan persentase 22,22% dan tanpa gangguan komunikasiberjumlah 7 orang dengan persentase77,78%.

Berdasarkan Weight Distribution

Tabel 7. Distribusi PasienMenurut Weight Distribution (kg)

Sumber: Hasil Olahan Data

Area f %

Kanan 7 77,78%

iri 2 22,22%

Jumlah 9 100%

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 5 55,56%

Perempuan 4 44,44%

Jumlah 9 100%

Penyebab f %

Hipertensi 5 55,56%

Kholesterol 1 11,11%

Diabetes Mellitus 3 33,33%

Jumlah 9 100%

Gangguan komunikasi f %

Ada 2 22,22%

Tidak ada 7 77,78%

Jumlah 9 100%

Sampel Sebelum

Intervensi Sesudah

Intervensi kanan Kiri Kanan Kiri

1 36 66 40 60 2 24 54 29 44 3 20 30 20 30 4 25 35 24 31 5 33 35 34 35 6 42 33 40 30 7 35 45 37 42 8 29 31 25 35 9 20 30 20 27

Mean 29,33 39,89 29,89 37,11 SD 7,68 12,63 8,12 10,28

Page 16: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 141

Tabel 7 menunjukkan frekuensisampel dengan distribusi berat beban antarakaki kiri dan kanan dengan nilai mean sisikanan sebelum intervensi adalah 29,33dengan SD 7,68 dan sisi kiri sebelumintervensi 39,89 dengan SD 12,63.Sedangkan nilai mean sisi kanan sesudahintervensi menjadi 29,89 dengan SD 8,12dan nilai mean sisi kiri sesudah intervensiadalah 37,11 dengan SD 10,28.

Menurut Rata-Rata Weight Distribution(kg)

Sumber: Hasil Olahan Data

Nilai Keseimbangan Berdiri SebelumIntervensi

Sebelum dilakukan intervensi MRP,dila-kukan pengukuran nilai keseimbanganberdiri pasien sebanyak 2 kali.

Dari tabel 8, didapat nilai mean darirata-rata untuk keseimbangan berdirisebelum intervensi adalah 35,67 denganSD 8,81.

Setelah dilakukan intervensi MRP,keseim-bangan pasien kembali diukursebanyak 2 kali. Intervensi diberikanselama 1 bulan dan pengu-kuran keseim-bangan berdiri dihitung setiap 2 minggusekali. Berikut hasil pengukuran yangdidapatkan :

Tabel 9. Nilai Keseimbangan BerdiriSesudah Intervensi

Sumber: Hasil Olahan Data

Dari tabel 9 didapat nilai meankeseimbangan berdiri setelah intervensi =41,44 dengan SD 4,80. Perubahan NilaiKeseimbangan Berdiri Sebelum danSesudah Intervensi.

Dari seluruh data hasil pengukurankeseimbangan berdiri dengan mengguna-kan Functional Standing Balance Scale dapatditampilkan melalui tabel dan grafik berikutini:

0

10

20

30

40

50

sebelumintervensi

sesudahintervensi

Sisi kananSisi kir i

 

Sampel Keseimbangan Berdiri

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Rata-Rata Sebelum

1 17 17 17,00 2 30 31 30,50 3 32 32 32,00 4 39 40 39,50 5 44 44 44,00 6 43 43 43,00 7 38 40 39,00 8 44 44 44,00 9 32 32 32,00

Mean 35,67 SD 8,81

Tabel 8. Nilai Keseimbangan BerdiriSebelum Intervensi

Sumber: Hasil Olahan Data

Sampel Keseimbangan Berdiri

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Rata-Rata Sesudah

1 35 37 36,00 2 42 42 42,00 3 34 36 35,00 4 44 46 45,00 5 45 45 45,00 6 45 45 45,00 7 42 44 43,00 8 47 47 47,00 9 34 36 35,00

Mean 41,44 SD 4,80

Page 17: 4_jemmy_s

Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010: 126 - 143142

Tabel 10. Perubahan NilaiKeseimbangan Berdiri

Dari grafik di atas diperlihatkanbahwa terjadi peningkatan keseimbanganberdiri pada sampel sesudah intervensi, halini dapat terlihat dalam masing-masingsampel.

Normalitas DistribusiDengan menggunakan uji normalitas

Skewness dapat di simpulkan bahwa nilaike-seimbangan berdiri sebelum intervensimemiliki nilai rata-rata 35,667 dengan SD8,8070. Didapatkan pula nilai Skewness(Sk) -1,199 dengan nilai Standar Error ofSkewness 0,717. Sehingga didapatkan nilairasio Sk : SE = -1.672. Dapat disimpulkanbahwa data nilai keseimbangan berdirirsebelum intervensi ini berdistribusi normal

dikarenakan rasio indeks nilai Sk: SEberada diantara rentang -2 dan +2.

Dengan menggunakan uji signifi-kansi t test of related dengan jumlah sampel9 didapatkan nilai mean sebelum intervensi35,667 dengan nilai SD 8,8070 sedangkannilai mean sesudah intervensi 41,44 dengannilai SD 4,798.

Dari data di atas, didapatkan nilai p= 0,018 dengan two tail dimana p < nilaiá (0,05), berarti Ho ditolak dan Haditerima. Sehingga dapat disimpulkanbahwa ada pe-ngaruh yang signifikandalam penerapan Motor Re-LearningProgramme (MRP) terhadap pe-ningkatannilai keseimbangan berdiri pada pasienstroke hemiplegi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan tersebut, maka dapat disimpul-kan sebagai berikut :1. Ada pengaruh penerapan Motor

ReLearning Programme (MRP) ter-hadap pe-ningkatan keseimbanganberdiri pada pasien stroke hemiplegi.

2. Intervensi MRP terbukti bermanfaatsecara signifikan dalam meningkatkankeseimbangan berdiri pada pasienstroke hemiplegi.

Sampel Keseimbangan Berdiri

Sebelum 1

Sebelum 2

Sesudah 1

Sesudah 2

1 17 17 35 37 2 30 31 42 42 3 32 32 34 36 4 39 40 44 46 5 44 44 45 45 6 43 43 45 45 7 38 40 42 44 8 44 44 47 47 9 32 32 34 36

DAFTAR PUSTAKA

Carr JH, Shepherd RB., “A Motor Relearning Programme for Stroke”, 2nd edn, ButterworthHeinemann, Oxford, 1987.

___________________, “Stroke Rehabilitation, guideliness for exercise & training optimize motorskills”, Butterworth Heinemann, UK, 2004.

Feigin, Valery, “Stroke”, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006.

Gallahue, David L., “Understanding Motor Development”, McGraw Hill, USA, 1998.

Ganong W.F., “Fisiologi Kedokteran”, ed.20, EGC, Jakarta, 2003.

Page 18: 4_jemmy_s

Pengaruh Penerapan Motor Relearning Programme (MRP) ... (Jemmi Susanti dan Irfan) 143

Goodman, Catherine Cavallaro, “Pathology : Implication for the physical therapist”, W.B.Sounders Company, Philadelphia. 1998

Kisner, Carolyn and Colby, Lynn Allen, “Therapeutic Exercise Foundations and Techniques”,third edition, FA Davis company, Philladelphia, 1996.

Leonard, Charles T., “The Neuroscience of Human Movement”, Mosby, USA, 1998.

Sherwood, Lauralee, “Fisiologi manusia : dari sel ke sistem”, EGC, Jakarta, 2001.

Sidharta P., Dewanto G., “Anatomi Susunan Saraf Pusat”, Dian Rakyat, Jakarta, 1986.

Smith, Laura K., “Brunnstrom’s Clinical Kinesiology”, fifth edition, F.A Davis Company,Philadelphia, 1996.

Warlow C.P., Dennis M.S., et al, “Stroke : a practical guide to management”, Blackwell Science,UK, 2000.