45861878 Refrat Keratitis

27
www.teammedical.co.cc www.calvariatmc.blogspot.com 1 BAB I PENDAHULUAN Mata kadang-kadang dipandang sebagai sasaran khusus untuk proses imunologi. Dalam kenyataannya kelainan imunologik lebih banyak tampak pada mata dibanding dengan organ lain di badan, sebab organ lain pada saat terjadi serangan tetap dalam keadaan "tenang". Kelainan mata yang dijumpai akibat proses imunologik dapat berupa konjungtiva yang hiperemi, khemosis, dan disertai rasa sakit. Jika proses imunologik menyangkut kornea, dapat ditandai oleh hiperemi konjungtiva, epifora, fotofobia, dan kabur, kadang-kadang timbul rasa sakit. Kekaburan yang berat akibat proses imunologik pada kornea dapat menyebabkan kebutaan. Beberapa peneliti telah melaporkan tentang ketidakberhasilan menangani berbagai keratitis. Suwono (1988) menerangkan, bahwa dari 8 kasus ulkus kornea dengan hipopion pada tahun 1987 terdapat 6 kasus sembuh, sedangkan 2 kasus mengalami eviserasi karena endoftalmitis. Syawal (1988) meneliti 25 penderita ulkus kornea antara tahun 1984-1987 dan 4 penderita di antaranya mengalami eviserasi. Panda dan Gupta (1991) meneliti 91 mata dengan ulkus kornea karena bakteri stafilokokus yang menunjukkan, bahwa lebih dari 60% specimen resisten terhadap pemberian kloramfenikol dan kloksasilin dan 2 mata terjadi endoftalmitis. Selanjutnya Rahman dan Dhaka (1991) melaporkan, bahwa keratitis jamur hanya 35% yang responsif terhadap pengobatan anti-jamur baik sistemik maupun lokal. Hoetaryo (1988) meneliti 183 penderita keratitis herpes simpleks menyatakan, bahwa peradangan kornea di sini akibat reaksi hipersensitivitas yang timbul karena adanya sel yang rusak. Ishikawa (1991) memeriksa 50 kasus keratitis diskiformis dengan angka kekambuhan 30% dalam periode 2 tahun setelah pengobatan antiviral dan kortikosteroid. Tokushima (1991) menyatakan, bahwa keratitis virus merupakan penyakit yang banyak terjadi, dan merupakan penyakit yang sukar diobati. Karena berbagai permasalahan mengenai keratitis yang tidak memuaskan, maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya proses imunologik yang ikut berperan. Tulisan ini bertujuan

Transcript of 45861878 Refrat Keratitis

Page 1: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

1

BAB I

PENDAHULUAN

Mata kadang-kadang dipandang sebagai sasaran khusus untuk proses imunologi.

Dalam kenyataannya kelainan imunologik lebih banyak tampak pada mata dibanding

dengan organ lain di badan, sebab organ lain pada saat terjadi serangan tetap dalam

keadaan "tenang". Kelainan mata yang dijumpai akibat proses imunologik dapat berupa

konjungtiva yang hiperemi, khemosis, dan disertai rasa sakit. Jika proses imunologik

menyangkut kornea, dapat ditandai oleh hiperemi konjungtiva, epifora, fotofobia, dan

kabur, kadang-kadang timbul rasa sakit. Kekaburan yang berat akibat proses imunologik

pada kornea dapat menyebabkan kebutaan.

Beberapa peneliti telah melaporkan tentang ketidakberhasilan menangani berbagai

keratitis. Suwono (1988) menerangkan, bahwa dari 8 kasus ulkus kornea dengan hipopion

pada tahun 1987 terdapat 6 kasus sembuh, sedangkan 2 kasus mengalami eviserasi karena

endoftalmitis. Syawal (1988) meneliti 25 penderita ulkus kornea antara tahun 1984-1987

dan 4 penderita di antaranya mengalami eviserasi. Panda dan Gupta (1991) meneliti 91

mata dengan ulkus kornea karena bakteri stafilokokus yang menunjukkan, bahwa lebih

dari 60% specimen resisten terhadap pemberian kloramfenikol dan kloksasilin dan 2 mata

terjadi endoftalmitis. Selanjutnya Rahman dan Dhaka (1991) melaporkan, bahwa keratitis

jamur hanya 35% yang responsif terhadap pengobatan anti-jamur baik sistemik maupun

lokal. Hoetaryo (1988) meneliti 183 penderita keratitis herpes simpleks menyatakan,

bahwa peradangan kornea di sini akibat reaksi hipersensitivitas yang timbul karena adanya

sel yang rusak. Ishikawa (1991) memeriksa 50 kasus keratitis diskiformis dengan angka

kekambuhan 30% dalam periode 2 tahun setelah pengobatan antiviral dan kortikosteroid.

Tokushima (1991) menyatakan, bahwa keratitis virus merupakan penyakit yang banyak

terjadi, dan merupakan penyakit yang sukar diobati.

Karena berbagai permasalahan mengenai keratitis yang tidak memuaskan, maka

perlu dipikirkan kemungkinan adanya proses imunologik yang ikut berperan. Tulisan ini

bertujuan

Page 2: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

2

untuk menelaah beberapa kelainan kornea yang melibatkan proses imunologik. Dengan

demikian diharapkan dalam penanganan keratitis memiliki dimensi yang lebih luas namun

lebih terarah.

Permukaan mata secara regular terpajan ligkungan luar dan mudah mengalami

trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit ada jaringan

ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata. Keratitis

merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrate sel radang pada kornea yang akan

mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang

terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.

Page 3: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

3

BAB II

PEMBAHASAN

I. Keratitis

1.1 Definisi

Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti

bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun

dewasa. Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun

beberapa kondisi dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma

pada mata dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat

menurunkan mekanisme pertahanan kornea.

Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain:

• Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan

• Herpes genital atau infeksi virus lain

• Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain

• Higienis yang tidak baik

• Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)

1.2 Penyebab

Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat

menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe 1. Selain

itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat

terang, benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif

Page 4: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

4

terhadap kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan

penggunaan lensa kontak yang kurang baik.

1.3 Gejala Umum

Gejala keratitis antara lain:

• Keluar air mata yang berlebihan

• Nyeri

• Penurunan tajam penglihatan

• Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)

• Mata merah

• Sensitif terhadap cahaya

1.4 Pengobatan

Antibiotik, anti jamur dan anti virus dapat digunakan tergantung organisme

penyebab. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secepatnya, tapi bila hasil

laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan dapat diganti.

Terkadang, diperlukan lebih dari satu macam pengobatan. Terapi bedah laser terkadang

dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan

transplantasi kornea.

Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya

diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan

Page 5: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

5

resep dokter. Pengobatan yang tidak baik atau salah dapat menyebabkan perburukan

gejala. Obat kortikosteroid topikal dapat menyebabkan perburukan kornea pada pasien

dengan keratitis akibat virus herpes simplex.

Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk melindungi mata dari cahaya

terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya. Kontrol yang baik ke dokter mata dapat

membantu mengetahui perbaikan dari mata.

1.5 Pencegahan

Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril

untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk

membersihkan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena

kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering

memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti

lensa kontak bila sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air

panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di

tempat kontak lensa itu.

Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau

bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya

keratitis. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan

mata dari sinar ultraviolet.

II. Keratitis Bakteri

2.1 Definisi

Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. Ciri-ciri khusus

keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat. Destruksi corneal lengkap bisa terjadi

dalam 24 – 48 jam oleh beberapa agen bakteri yang virulen. Ulkus kornea, pembentukan

abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen anterior adalah karakteristik dari

penyakit ini.

2.2 PATOFISIOLOGI

Page 6: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

6

Awal dari keratitis bakteri adalah adanya gangguan dari epitel kornea yang intak

dan atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana akan terjadi

proliferasi dan menyebabkan ulkus. Factor virulensi dapat menyebabkan invasi mikroba

atau molekul efektor sekunder yang membantu proses infeksi. Beberapa bakteri

memperlihatkan sifat adhesi pada struktur fimbriasi dan struktur non fimbriasi yang

membantu penempelan ke sel kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma pada area

yang terluka dan infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil)

mengelilingi ulkus awal dan menyebabkan nekrosis lamella stroma.

Difusi produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di bilik posterior, menyalurkan sel-

sel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya hypopyon. Toksin bakteri yang

lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin protease) dapat diproduksi selama infeksi

kornea yang nantinya dapat menyebabkan destruksi substansi kornea.

Grup bakteri yang paling banyak menyebabkan keratitis bakteri adalah Streptococcus,

Pseudomonas, Enterobacteriaceae (meliputi Klebsiella, Enterobacter, Serratia, and

Proteus) dan golongan Staphylococcus. Lebih dari 20 kasus keratitis jamur (terutama

candidiasis) terjadi komplikasi koinfeksi bakteri.

2.3 ANGKA KEJADIAN

Di Amerika Serikat kira-kira 25.000 penduduk Amerika setiap tahun menderita

penyakit ini. Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, dimana negara

dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakai soft lens yang rendah

sehingga bila dihubungkan dengan pemakai soft lens dan terjadinya infeksi menunjukkan

hasil penderita yang rendah juga.

2.4 ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN

Untuk kasus inflamasi yang berat, ulkus yang dalam dan abses stromal dapat

bergabung sehingga menyebabkan tipisnya kornea dan pengelupasan stroma yang

terinfeksi. Proses-proses ini menyebabkan komplikasi berikut ini:

1. LEUKOMA KORNEA: jaringan parut dengan munculnya vaskularisasi

kornea, timbul sebagai akhir dari keratitis bakteri. Tergantung dari lokasi dan

dalamnya perkembangan stroma, menyebabkan timbulnya leukoma kornea

yang secara jelas terlihat signifikan memerlukan bedah korna untuk rehabilitasi

Page 7: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

7

visual (meliputi phototherapeutic keratectomy (PTK) atau penetrating

keratoplasty [PK])

2. ASTIGMATISME IREGULER: komplikasi lain yang mungkin terjadi karena

infeksi ini tidak rata penyembuhan stromanya sehingga menyebabkan

astigmatisme ireguler (membutuhkan lensa kontak gas-permeable atau PTK

untuk meningkatkan penglihatan)

3. PERFORASI KORNEA: ini merupakan komplikasi yang paling banyak dari

keratitis bakteri yang secara sekunder menyebabkan endophthalmitis dan

hilangnya penglihatan.

2.5 PEMERIKSAAN KLINIS

Pasien dengan keratitis bakteri biasanya mengeluh nyeri dengan oncet cepat,

fotophobia dan menurunnya visus. Penting untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik

lengkap dan riwayat penyakit mata pada pasien tersebut untuk mengidentifikasi factor

resiko potensial yang mungkin mengakibatkan perkembangan infeksi seperti:

• Pemakaian lensa kontak (catat tipe lensa, waktu penggunaan dan cara disinfeksi)

• Trauma (meliputi bedah kornea sebelumnya)

• Penggunaan obat-obatan mata

• Penurunan imunitas tubuh

• Kekurangan cairan air mata

• Penyakit kornea sebelumnya (keratitis herpetic, keratopathy neurotrophik)

• Perubahan structural dan malposisi kelopak mata

Pemeriksaan luar dan biomikroskopik pasien menampakkan hal-hal berikut ini:

• Ulserasi epitel ; infiltrate kornea dengan hilangnya jaringan yang tidak signifikan ;

tebal, inflamasi stroma supuratif dengan tepi tidak jelas ; hilangnya jaringan

stromal dan edema sekeliling stroma.

• Meningkatnya reaksi bilik anterior dengan atau tanpa hypopyon

• Lipatan di membran descemen

• Edema kelopak mata atas

• Sinekhia posterior

Page 8: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

8

• Inflamasi sekeliling kornea fokal atau difus

• Hiperemi konjungtiva

• Eksudat mukopurulen

• Plak inflamasi endothelial

2.6 ETIOLOGI

Agen-agen yang menyebabkan kerusakan epitel kornea adalah penyebab potensial

atau factor resiko untuk keratitis bakteri. Lebih jauh lagi, pajanan penetrasi beberapa

bakteri virulen ke epitel intak (contoh: Neisseria gonorrhoeae) dapat menyebabkan

keratitis bakteri.

Penyebab utama trauma epitel kornea dan sebagai factor resiko utama keratitis

bakteri adalah penggunaan lensa kontak, terutama sekali penggunaan lensa kontak lama.

Dari semua penderita keratitis bakteri, 19 – 42% adalah pengguna lensa kontak. Insidensi

keratitis bakteri sekunder akibat penggunaan lensa kontak lama adalah sekitar 8.000 kasus

per tahun. Insidensi keratitis bakteri untuk pengguna lensa kontak harian adalah 3 kasus

per 10.000 penduduk per tahun.

• Penggunaan obat-obatan mata yang terkontaminasi dan cairan lensa kontak.

Menurunnya system pertahanan tubuh sekunder akibat malnutrisi, alcoholism dan

diabetes (Moraxella).

• Kekurangan cairan air mata.

• Penyakit kornea sebelumnya (meliputi keratitis herpetic,♥ keratopathy

neurotrophik).

• Perubahan structural dan malposisi♥ kelopak mata (meliputi entropion dengan

trichiasis dan lagophthalmus) .

• Dakrosistitis kronis

• Penggunaan kortikosteroid topical

2.7 DIAGNOSIS BANDING

• Blepharitis

• Conjunctivitis Viral

• Endophthalmitis Bacterial

Page 9: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

9

• Entropion

• Gonococcus

• Herpes Simplex

• Herpes Zoster

• Keratitis Fungal

• Keratitis Herpes Simplex

• Keratitis Interstitial

• Keratoconjunctivitis, Atopic

• Keratoconjunctivitis, Epidemic

• Keratopathy, Band

• Keratopathy, Neurotrophic

• Keratopathy, Pseudophakic Bullous

• Obstruksi duktus Nasolacrimal

• Ocular Rosacea

• Scleritis

• Ulkus kornea

2.8 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan dilakukan dengan menggores ulkus kornea juga bagian tepinya

dengan menggunakan spatula steril kemudian ditanam di media cokelat, darah dan agar

Sabouraud.

• Kaca mikroskop digunakan untuk pengecatan dengan Gram, Giemsa dan

pengecatan tahan asam atau acridine oranye/ calcofluor putih (jika curiga jamur

atau Acanthamoeba).

• Sample dari kelopak mata atau konjungtiva, obat-obatan topical mata, lensa kontak

dan cairan-cairan untuk mata sebaiknya dikultur

• Jika pasien sudah diterapi maka penggunaan terapinya ditunda 12 jam sebelum

dilakukan kultur kornea atau konjungtiva untuk meningkatkan sensitifitas kultur

yang positif

Page 10: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

10

• Swab yang mengandung asam lemak dapat menghambat efek pertumbuhan

bakteri. Kalsium alginate dengan trypticase soy broth dapat digunakan untuk

menginokulasi bahan secara langsung ke media kultur

• Anestesi topical (proparacaine hydrochloride 0.5%) sebaiknya digunakan untuk

menganestesi pasien sebelum dilakukan kultur karena tidak ada efek

penghambatan terhadap bakteri, namun penggunaan tetrakain dan kokain

mempunyai efek bakterostatik.

• Kultur ulangan dapat dilakukan jika hasilnya negatif dan ulkus tidak membaik.

• Biopsy kornea dilakukan jika kultur negative dan tidak ada perbaikan secara klinis

dengan menggunakan trephine kecil atau blade kornea bila ditemukan infiltrate

dalam di stroma.

2.9 PEMERIKSAAN FOTOGRAFI

Pemeriksaan fotografi dengan slit lamp dapat membantu dalam melihat

perkembangan keratitis dan pada beberapa kasus dimana penyebabnya apa diragukan,

pemeriksaan ini dilakukan sebagai pilihan lain, terutama pada kasus yang tidak merespon

terapi antimikroba.

Pemeriksaan ultrasound A B-scan dapat dilakukan pada ulkus kornea yang berat

dan dicurigai adanya endophthalmitis.

Cara pemeriksaan biopsy kornea dengan eksisi lamella dalam dapat digunakan

dengan trephine kornea Elliot. Bagian superficial kornea diinsisi dan diperdalam dengan

blade bedah sampai kira-kira 200 mikron. Kemudian dilakukan diseksi lamella dan bahan

yang dikultur dimasukkan langsung ke kultur media. Bahan juga bisa dikirim untuk

pemeriksaan histology.

2.10 PEMERIKSAAN HISTOLOGI

Selama stadium awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena trauma

akan membengkak dan nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama neutrofil) akan mengelilingi

ulkus awal ini dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Pada beberapa inflamasi yang

lebih berat, ulkus yang dalam dan abses stroma yang lebih dalam dapat bergabung

sehingga menyebabkan kornea menipis dan mengelupaskan stroma yang terinfeksi.

Page 11: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

11

Sejalan dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon imun seluler

dan humoral digabung dengan terapi antibacterial maka akan terjadi hambatan replikasi

bakteri. Mengikuti proses ini akan terjadi fagositosis organism dan penyerapan debris

tanpa destruksi selanjutnya dari kolagen stroma. Selama stase ini, garis batas terlihat pada

epitel ulkus dan infiltrate stroma berkonsolidasi dan tepinya tumpul

Vaskularisasi kornea bisa terjadi jika keratitis menjadi kronis. Pada stase

penyembuhan, epithelium berganti mulai dari area tengah ulserasi dan stroma yang

nekrosis diganti dengan jaringan parut yang diproduksi fibroblast. Fibroblast adalah

bentuk lain dari histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang menipis diganti dengan

jaringan fibrous. Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area ulserasi akan

mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan lebih lanjut.

Lapisan Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan jaringan fibrous.

Epitel baru akan mengganti dasar yang ireguler dan vaskularisasi sedikit demi

sedikit menghilang. Pada keratitis bakteri yang berat, stadium lanjut dimana terjadi

stadium regresi merupakan proses penyembuhan. Pada beberapa ulkus yang berat,

keratolisis stroma dapat berkembang menjadi perforasi kornea. Pembuluh darah uvea

dapat berperan pada perforasi yang nantinya akan menyebabkan leukoma yang

tervaskularisasi.

2.11 PERAWATAN BEDAH

� Penyebab tersering perforasi kornea adalah infeksi bakteri, virus atau jamur yang

diperkirakan 24 – 55% dari semua kasus perforasi, dimana infeksi bakteri adalah

yang tersering. Potongan sklerokornea atau aplikasi jaringan cyanoacrylat yang

adhesive merupakan penyebab perforasi pada kornea.

� Penggunaan antibiotic intravena (biasanya digunakan ciprofloxacin 500 mg per

oral 2x sehari) sebaiknya dimulai sejak ulkus kornea mengalami perforasi dan 3

hari setelah pemberian PK

� Pelindung mata plastic sebaiknya dipasang pada mata

� Penggunaan anestesi umum biasanya dipilih pada operasi keratoplasti. Anestesi

topical dapat digunakan untuk aplikasi jaringan adhesive

� Ukuran transplant sebaiknya ukuran terkecil yang sesuai dengan tempat perforasi

dan ulkus yang terinfeksi. Donor sebaiknya berukuran lebih dari 0.5 mm

Page 12: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

12

� Penghilangan katarak sebaiknya ditinggalkan karena resiko perdarahan tiba-tiba

dan endophthalmitis

� Sinekhia anterior dan posterior sebaiknya diperlakukan hati-hati

� Bilik anterior diirigasi untuk menghilangkan debris nekrotik dan inflamasi

� Donor kornea sebaiknya terkunci dengan jahitan putus putus 16 menggunakan

nilon 10-0

� Injeksi subkonjungtiva dengan antibiotic dapat diberikan tanpa injeksi steroid

� Tindakan postoperative digunakan antibiotic fortified topical. Penggunaan

kortikosteroid 4x sehari dapat digunakan segera setelah bedah jika eksisi infeksi

sudah lengkap. Steroid bisa tidak diberi untuk beberapa hari untuk memonitor

infeksi. Jika periode postoperative akut berakhir, perawatan lanjutan sama seperti

pada keratitis yang tidak berkomplikasi

� Konsultasi dengan ahli vitreoretinal membantu dalam diagnosis endophthalmitis

2.12 PENGOBATAN

Antibiotic topical merupakan terapi utama pada kasus keratitis bakteri dan terapi

antibiotic sistemik digunakan hanya pada kasus perforasi atau organism spesifik (N.

gonorrhoeae). Penggunaan kortikosteroid topical terdapat beberapa kontroversi: tetapi bila

digunakan sesuai guideline memberikan hasil yang baik pada pasien.

Aminoglikosid mempunyai aktivitas bakteri spectrum luas, terutama kuman

batang gram negatif. Antibiotik ini mempunyai afinitas pada ribosom 30S dan 50S bakteri

untuk memproduksi komplek 70S nonfungsional yang dapat menginhibisi sintesis sel

bakteri. Tidak seperti bakteri lain yang mengganggu sintesis protein, antibiotic ini lebih

mempunyai sifat bakterisid. Aktivitas klinis mereka terbatas pada kondisi anaerob dan

mempunyai ratio toksisitas rendah.

Cephalosporin mempunyai aktivitas spectrum luas meliputi aksi melawan

Haemophillus yang efektif. Antibiotic ini mempunyai cincin beta laktam seperti penisilin

dan cincin dihydrothiazin yang membuat resisten terhadap penisilinase yang dihasilkan

staphlyocococcus. Antibiotic ini menginhibisi pembentukan sel dinding pada stadium ke 3

dan terakhir dengan berikatan pada protein yang terikat penisilin di membrane sitoplasmik

dibawah sel dinding. Antibiotic ini ditoleransi baik secara topical.

Page 13: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

13

Chloramphenicol biasanya digunakan pada infeksi yang spesifik disebabkan oleh

H influenzae. Penggunaannya dibatasi karena sifat toksiknya dan juga dapat mendepresi

sumsum tulang.

Makrolid adalah agen bakteriostatik (erythromycin, tetracycline) yang dapat

menekan pertumbuhan gram positif kokus. Kelompok ini bekerja dengan menginhibisi

sintesis protein.

Glikopeptid mempunyai aktivitas melawan bakteri gram positif dan kuman

resistant penicillin dan methicillin. Antibiotic ini menghambat biosintesis polimer selama

stadium kedua pembentukan sel dinding, yang berbeda dari antibiotic beta laktam.

Antibiotic ini juga mempunyai aktivitas yang baik melawan kuman basilus gram positif.

Sulfonamide mempunyai struktur sama dengan PABA (para -aminobenzoic acid

(PABA), yaitu precursor yang dibutuhkan bakteri untuk sintesis asam folat. Sehingga

mereka menghambat secara kompetitif pembentukan asam dihidropteroik, yaitu precursor

asam dihiropteroik dari pteridin PABA. Inhibisi ini tidak berefek pada sel mamalia karena

kurangnya mensintesis asam folat dan membutuhkan asam folat bentuk akhir. Antibiotic

ini aktif melawan gram positif dan gram negative juga merupakan obat pilihan untuk

melawan keratitis Nocardia

Fluoroquinolones secara bervariasi melawan aksi DNA gyrase bakteri yaitu enzim

esensial untuk sintesis DNA. Obat ini mempunyai aktivitas melawan kebanyakan bakteri

gram negative dan beberapa gram positif. Penelitian ditujukan pada resistensi

Fluoroquinolones pada staphylococcus. Resistensi ini dilaporkan pada kasus infeksi mata

dan selain mata pada isolasi. Obat ini juga terbatas melawan streptococci, enterococci,

non-aeruginosa Pseudomonas, and anaerobes. 2 penelitian yang membandingkan efikasi

solusio ciprofloxacin 0.3% dan ofloxacin 0.3% dengan kombinasi cefazolin dan

tobramycin memperlihatkan efikasi yang lebih baik dengan monoterapi menggunakan

Fluoroquinolones. Obat ini juga mempunyai toksisitas lebih rendah, penetrasi yang baik di

permukaan mata dan penetrasi lebih lama pada air mata. Monoterapi keratitis bakteri

dengan obat ini terbukti efektif pada percobaan yang lebih luas meski sudah ada laporan

resistensi Fluoroquinolones.

2.13 KOMPLIKASI

Page 14: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

14

Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan kornea, descemetocele

sekunder dan perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya

penglihatan

2.14 PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada beberapa faktor :

� Virulensi organisme

� Lokasi dan perluasan ulkus kornea

� Vaskularisasi dan deposit kolagen

� Diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu mengurangi kejadian hilangnya

penglihatan

III. KERATITIS PUNGTATA

Permukaan mata secara regular terpajan ligkungan luar dan mudah mengalami

trauma, infeksi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit ada jaringan

ini. Kelainan kornea sering menjadi penyebab timbulnya gejala pada mata. Keratitis

merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrate sel radang pada kornea yang akan

mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang

terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.

Keratitis pungtata dapat disebabkan karena sindrom dry eye, blefaritis,

konjungtivitis kronis, keracunan obat, sinar ultraviolet, atau dapat juga karena infeksi

sekunder. Pada keratitis pungtata superficial biasanya penyembuhan berlangsung

sempurna, apabila disebabkan oleh virus tidak perlu diberikan pengobatan karena

penyembuhan dapat terjadi dalam 3 minggu. Gejala klinisnya dapat berupa, mata merah,

rasa silau, dan merasa kelilipan. Gejala lainnnya yang mungkin ditemukan adalah mata

terasa perih, gatal dan mengeluarkan kotoran.

Keratitis pungtata diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Keratitis pungtata superfisial

Keratitis pungtata superfisial adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan kornea

mati. Penyebabnya dapat berupa :

Page 15: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

15

� Infeksi virus, virus yang memberikan gambaran infiltrate halus bertitik-titik

misalnya keratitis pada herpes simplek dan herpes zoster.

� Infeksi bakteri, bakteri yang menyebabkan keratitis yaitu stapilococcus,

pseudomonas, dan enterobacteriacia.

� Mata kering (sindrom dry eye), reflek mengedip yang dapat merangsang reaksi

sekresi mata sering air.

� Sinar ultraviolet ( sinar matahari, sinar lampu, sinar dari las listrik)

� Iritasi akibat pemakaianlensa kontak jangka panjang.

� Iritasi atau alergi terhadapa obat tetes mata.

2. Keratitis Pungtata Sub Epitel

Keratitits yang terkumpul di daerah membrane bowman, pada kerattitits pungtata

subepitel berjalan kronis tanpa meperlihatkan gejala konjungtiva ataupun tanda akut.

3.1 GEJALA

Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan

penglihatan menjadi sedikit kabur. Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet, maka gejala-

gejala biasanya munculnya agak lambat dan berlangsung selama 1-2 hari. Jika

penyebabnya adalah virus, maka kelenjar getah bening di depan telinga akan membengkak

dan nyeri bila ditekan. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih,

gatal dan mengeluarkan kotoran.

3.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah :

• Pemeriksaan tajam penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi penglihatan

setiap mata secara terpisah. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan

kartu snellen maupun secara manual yaitu menggunakan jari tangan.

• Uji dry eye

Pemeriksaan mata kering atau dry eye termasuk penilaian terhadap lapis film air

mata ( tear film ), danau air mata ( teak lake ), dilakukan uji break up time

tujuannya yaitu untuk melihat fungsi fisiologik film air mata yang melindungi

Page 16: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

16

kornea. Penilaiannya dalam keadaan normal film air mata mempunyai waktu

pembasahan kornea lebih dari 25 detik. Pembasahan kornea kurang dari 15 detik

menunjukkan film air mata tidak stabil.

• Ofthalmoskop

Tujuan pemeriksaan untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pucat atropi,

tanda lain juga dapat dilihat seperti perdarahan peripapilar.

• Keratometri ( pegukuran kornea )

Keratometri tujuannya untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga

dapat dilihat dengan cara focus kita alihkan kearah lateral bawah, secara subjektif

dapat dilihat tear lake yang kering atau yang terisi air mata.

• Tonometri digital palpasi

Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau

sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea. Pada

cara ini diperlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat factor subjektif, tekanan

dapat dibandingkan dengan tahahan lentur telapak tangan dengan tahanan bola

mata bagian superior.

3.3 PENGOBATAN

Keratitits pungtata superficial penyembuhannya dapat berakhir dengan sempurna,

apabila virus yang menjadi penyebabnya, keratitis tidak perlu mendapatkan pengobatan

yang khusus karena biasaya dapat sembuh lebih kurang dalam 3 minggu. Pemberian cendo

citrol tetes mata (6 x 1 tetes) yang diindikasikan kortikosteroid dapat menekan infeksi

sekunder. Pada kasus ini pasien juga diberikan kloramphenikol salep mata yang mana

fungsinya juga dapat menekan infeksi mikroba dan mengurangi perluasan peradangan,

akan tetapi masa kerja kloramphenikol salep mata berlangsung lebih lama dibandingkan

cendo xitrol tetes. Kloramphenikol salep mata efektif digunakan pada malam hari pada

saat mau tidur.

Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Jika penyebabnya adalah

mata kering, diberikan salep dan air mata buatan. Jika penyebabnya adalah sinar

ultraviolet atau lensa kontak, diberikan salep antibiotik dan obat untuk melebarkan pupil.

Jika penyebabnya adalah reaksi terhadap obat-obatan, maka sebaiknya pemakaian obat

dihentikan.

Page 17: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

17

3.4 PROGNOSIS

Keratitis pungtata superficial penyembuhan biasanya berlangsung baik meskipun

tanpa pengobatan. Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasusu ini karena

diketahui reaksi imunologik tubuh pasien sendiri yang memberikan respon terhadap virus

ataupun bakteri.

IV. KERATITIS ULSERATIVA PERIFER

4.1 DEFINISI

Keratitis Ulserativa Perifer adalah suatu peradangan dan ulserasi (pembentukan

ulkus) pada kornea yang seringkali terjadi pada penderita penyakit jaringan ikat (misalnya

artritis rematoid).

4.2 PENYEBAB

Keratitis ulserativa perifer bisa disebabkan oleh:

• Penyakit non-infeksi

� Artritis rematoid

� Lupus eritematosus sistemik

� Sarkoidosis

� Rosasea

� Arteritis sel raksasa

� Penyakit peradangan saluran pencernaan

� Kelainan metabolisme

� Blefaritis

� Keratitis marginalis

� Pemakaian lensa kontak

Page 18: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

18

� Cedera mata karena bahan kimia, trauma ataupu pembedahan

• Penyakit infeksi

� Tuberkulosis

� Sifilis

� Hepatitis

� Disentri basiler

� Keratitis (karena virus, bakteri, jamur maupun akantamuba).

Faktor resiko utama terjadinya penyakit ini adalah penyakit jaringan ikat dan

penyakit pembuluh darah.

Keratitis akibat jamur Aspergilus

4.3 GEJALA

Terjadi gangguan penglihatan, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penderita merasa ada

benda asing di matanya.

Gejala lainnya adalah:

- mata berair

- peradangan konjungtiva dan episklera.

4.4 DIAGNOSA

���� Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata serta

pemeriksaan fisik.

4.5 PENGOBATAN

Pengobatan lokal bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kornea,

sedangkan pengobatan sistemik diberikan untuk mengatasi penyebabnya.

Untuk mengatasi penyebabnya, diberikan steroid sistemik dan obat penekan sistem

Page 19: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

19

kekebalan (immunosupresan); obat tersebut juga efektif dalam mengontrol peradangan

mata dan sistemik.

Immunosupresan yang diberikan biasanya adalah cyclophosphamide.

Jika diduga penyebabnya adalah penyakit infeksi, maka diberikan antibiotik.

Beberapa teknik pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi keratitis ulserativa perifer:

• Perekat jaringan (misalnya lem sianoakrilat) digunakan pada ancaman perforasi

dan perforasi yang berukuran kurang dari 1-2 mm.

• Prosedur tektonik, yaitu keratoplasti, keratoplasti penetrasi dan pencangkokan

bercak korneoskleral.

V. KERATITIS HERPES SIMPLEKS

Pada dasarnya ketidakseimbangan imunitas penderita dapat menyebabkan

terjadinya aktivasi virus herpes dan selanjutnya mampu menimbulkan keratitis. Suatu

keratitis dendritika yang akut kadang-kadang disertai dengan riwayat depresi pertahanan

penderita mengenai kesehatannya maupun imunosupresi penderita oleh penyakit yang

mendasari. Kadang-kadang seseorang penderita dapat menerangkan riwayat sires yang

bersifat psikogenik, adanya demam, dan lain-lain. Kondisi imunosupresi dapat juga terjadi

akibat penggunaan kortikosteroid sistemik yang menimbulkan aktivasi keratitis herpes

simpleks.

Pada infeksi virus mula-mula kadar IgM meningkat, kemudian kadar IgG dalam

darah juga meningkat dan akhirnya tampak antibodi IgA dalam sekresi mukosa.

Selanjutnya dikatakan, bahwa antibodi menghancurkan virus ekstraseluler. Virus yang

bergabung dengan antibodi terutama dengan IgA akan dicegah perlekatannya dengan sel

membran dan menginfeksi jaringan. Reaksi hipersensitivitas tipe II (sitotoksik) yang

ditingkatkan oleh IgG antibodi memudahkan fagositosis dan netralisasi virus. Dalam

keratitis virus herpes simpleks yang kambuh, terjadi kelainan kornea yang khas ialah

keratitis dendritik yang kadang- kadang sebagai keratitis marginal. Virus herpes simpleks

yang stromal disertai oleh reaksi tipe IV dapat terjadi pada penderita yang mengalami

depresi sistem imun akibat penggunaan kortikosteroid, karena usia lanjut, atau karena

penyakit sistemik.

Page 20: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

20

Keratitis diskiformis dapat merupakan hasil reaksi tipe IV terhadap antigen virus

herpes. Dengan pemberian kortikosteroid sedikit dapat menghasilkan kejemihan kornea

sebagian atau seluruhnya akibat hilangnya udem dan infiltrat. Penanganan dilakukan

dcngan melakukan debridemen atau khemoterapi topikal atau keduanya akan mampu

mencegah sintesa virus, terutama untuk yang akut. Obat-obat antiviral seperti asiklovir dan

kortikosteroid dapat diberikan untuk keratitis stromal. Pemberian vitamin A akan

mcningkatkan sintesis antibodi dan dapat diberikan bersama-sama dengan pemberian

hidrokortison.

Keratitis herpetik

Page 21: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Buku

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. 147-6.

2. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes : Opthalmologi. Edisi 9. Jakarta Penerbit

Erlangga Medikal Series; 2006. 66-0.

3. Webmaster. Keratitis Pungtata Superfisialis. Diunduh dari :

http://www.indonesiaindonesia.com/f/13182-keratitis-pungtata-superfisialis/, pada

tanggal : 25 Maret 2010.

4. Webmaster. Keratitis Pungtata Superfisialis. Diunduh dari :

http://medicastore.com/penyakit/869/Keratitis_Pungtata_Superfisialis.html, pada

tanggal : 25 Maret 2010.

5. BPP ISFI. ISO Indonesia vulome 41. Jakarta : BPP ISFI; 2006. 450-2.

6. Ilyas S. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Jakarta :

Balai Penerbit Buku Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003. 45-7, 73-4,

180-5, 223-4.

Page 22: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

22

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn.D

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pekerjaan : Tukang Bangunan

Alamat : Blower, B. Aceh

Tanggal Pemeriksaan : 7 Mei 2010

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Mata berair dan merah

Keluhan Tambahan : rasa mengganjal di mata, silau

Riwayat Penyakit Sekarang :

Page 23: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

23

Pasien datang berobat ke poli mata RSUDZA dengan keluhan terkena serpihan

keramik ± 3 hari yang lalu. Keluhan ini dialami pasien saat sedang bekerja

memasang keramik pada salah satu rumah di kawasan B. Aceh. Saat itu, pasien

memotong keramik dengan mesin pemotong dan pecahan keramik tersebut masuk ke

mata pasien hingga menimbulkan rasa sakit, berair serta merah. Keluhan ini

dirasakan sangat mengganggu dan menyebabkan pekerjaan pasien terganggu.

Riwayat Penyakit Dahulu : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Pemakaian Obat : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Nadi : 72 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 0C

Status Internus

Kulit : Sawo matang, turgor (dbn), pucat (-)

Mata : Lihat pada status Oftalmikus

Telinga : Auris eksterna (dbn), nyeri (-)

Leher : JVP (dbn), Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Paru-paru

Page 24: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

24

Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-)

Palpasi : Stem fremitus (dbn)

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : cardiac bulging (-)

Palpasi : Ictus cordis (+) di ICS IV Linea Midclavicula Sin.

Perkusi : Batas-batas jantung (dbn)

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, asites (-), distensi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani (+)

Auskultasi : Peristaltik (dbn)

Ekstremitas

Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-)

Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-)

III. STATUS OFTALMIKUS

OD OS

Page 25: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

25

OD

OS

Visus 5/6 5/12

Pergerakan Bebas Bebas

Palpebra Superior Edema (-)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Palpebra Inferior Edema (-)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Konj. Tarsalis Sup. Edema (-)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Konj. Tarsalis Inf. Edema (-)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Konj. Bulbi Kemosis (-)

Hiperemis (+)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjunktiva (+)

Kemosis (-)

Hiperemis (+)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjunktiva (-)

Kornea Bulat, Jernih, Arcus

senilis (-)

Bulat, keruh, Arcus

senilis (-)

COA Kedalaman cukup Kedalaman dangkal

Pupil Bulat (+), RC (+) Sulit dinilai

Injeksi

konj.

Page 26: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

26

Iris Kripta jelas (+) Kripta sulit dinilai

Lensa

Shadow Test

Jernih

(-)

Sulit dinilai

(-)

TIO N Meningkat

IV. DIAGNOSA

OS keratitis

V. PENATALAKSANAAN

- Rawat jalan

- Eye fresh ED tiap jam

- Chloramfenicol ED 4 x 1 tetes

- Ciprofloxacin 2 x 500 mg

- Eye drop 4 x 1 tetes

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN

- Slit Lamp

- Tonometri

- Oftalmoskop

- Pemeriksaan darah

VII. PROGNOSIS

Quo ad visam : Dubia ad malam

Quo ad sanam : Dubia ad bonam

Page 27: 45861878 Refrat Keratitis

www.teammedical.co.cc

www.calvariatmc.blogspot.com

27

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam