44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

28
LAPORAN KASUS UNIT GAWAT DARURAT DENGAN TRAUMA ABDOMEN A. TEORI 1. DEFINISI · Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional ( Dorland, 2002 : 2111 ) · Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001 : 2476 ) 2. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu : a) Trauma tumpul Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian pintu mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun peritornitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lap belt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada suatu

description

science

Transcript of 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Page 1: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

LAPORAN KASUS UNIT GAWAT DARURAT DENGAN

TRAUMA ABDOMEN

A. TEORI

1. DEFINISI

· Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (

Dorland, 2002 : 2111 )

· Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus

serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja  (Smeltzer, 2001 : 2476 )

2. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB

Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :

a)    Trauma tumpul

Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun bagian pintu mobil yang melesak ke

dalam karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ

viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan

ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu hamil), dan mengakibatkan

perdarahan maupun peritornitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera

sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis

lap belt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera

pada suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma decelerasi dimana terjadi pergerakan yang

tidak sama antara suatu bagian yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti rupture lien

ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian ligamentnya (organ yang terfiksir).

Pemakaian air-bag tidak mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien-pasien yang

mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering kena adalah lien (40-

55%), hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai tambahan, 15% nya mengalami hematoma

retroperitoneal.

Page 2: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

b)    Trauma tajam

Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan

karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan

transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan

berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan

lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan

colon (15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan oleh

jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar energy kinetiknya maupun kemungkinan pantulan

peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai

usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%).

(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 145)

3. TANDA DAN GEJALA

-   Laserasi, memar,ekimosis

-   Hipotensi

-   Tidak adanya bising usus

-  Hemoperitoneum

-   Mual dan muntah

-   Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri

karotis),

-   Nyeri

-   Pendarahan

-   Penurunan kesadaran

Page 3: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

-   Sesak

-   Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limfa.Tanda ini ada

saat pasien dalam posisi recumbent.

-  Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan peritoneal

-  Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan

retroperitoneal .

-   Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur pelvis

-   Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika

dilakukan perkusi pada hematoma limfe

(Scheets, 2002 :  277-278)

4. PATOFISIOLOGI  DAN POHON MASALAH

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas,

penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma

merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan

tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)

untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari

jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari

permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas

dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada

keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya

walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan

tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan

dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya

trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera

organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

Page 4: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari

luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat

mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau

struktur tulang dinding thoraks.

3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada

organ dan pedikel vaskuler.

5. KLASIFIKASI

Berdasarkan mekanismenya, yaitu :

a) Trauma tumpul

-   Biasanya disebabkan karena kecelakaan kendaraan bermotor.

-   Faktor lainnya seperti jatuh dan trauma secara mendadak

-   Hasil dari crush injury dan trauma deselerasi mengenai organ padat (karena perdarahan) atau

usus (karena perforasi dan peritonitis)

-   Limfe dan hati adalah organ yang paling sering dilibatkan

b) Trauma tajam

-   Biasanya disebabkan karena tusukan, tikaman atau tembakan senapan.

-   Mungkin dihubungkan dengan dada, diafragma dan cedera pada system retroperitoneal.

-   Hati dan usus kecil adalah organ yang paling tersering mengalami kerusakan.

-   Luka tusukan mungkin akan menenbus dinding peritoneum dan seringkali merusak secara

konservatif, bagaimanapun luka akibat tembakan senapan selalu membutuhkan pembedahan dan

penyelidikan lebih awal untuk mengendalikan cedera intraperitoneal.

Page 5: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

(Catherino, 2003 : 251)

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik

a) Trauma Tumpul

1. Diagnostik Peritoneal Lavage

DPL adalah prosedur invasive yang bisa cepat dikerjakan yang bermakna merubah rencana untuk

pasien berikutnya ,dan dianggap 98 % sensitive untuk perdarahan intraretroperitoneal. Harus

dilaksanakan oleh  team bedah untuk pasien dengan trauma tumpul multiple dengan

hemodinamik yang abnormal, terutama bila dijumpai :

1. Perubahan sensorium-trauma capitis, intoksikasi alcohol, kecanduan obat-obatan.

2. Perubahan sensasi trauma spinal

3. Cedera organ berdekatan-iga bawah, pelvis, vertebra lumbalis

4. Pemeriksaan diagnostik tidak jelas

5. Diperkirakan aka nada kehilangan kontak dengan pasien dalam waktu yang agak lama,

pembiusan untuk cedera extraabdominal, pemeriksaan X-Ray yang lama misalnya

Angiografi

6. Adanya lap-belt sign (kontusio dinding  perut) dengan kecurigaan trauma usus

DPL juga diindikasikan pada pasien dengan hemodinamik normal nilai dijumpai hal seperti di

atas dan disini tidak memiliiki fasilitas USG ataupun CT Scan. Salah satu kontraindikasi untuk

DPL adalah adanya indikasi yang jelas untuk laparatomi. Kontraindikasi relative antara lain

adanya operasi abdomen sebelumnya, morbid obesity, shirrosis yang lanjut, dan adanya

koagulopati sebelumnya. Bisa dipakai tekhnik terbuka atau tertutup  (Seldinger ) di

infraumbilikal oleh dokter yang terlatih. Pada pasien dengan fraktur pelvis atau ibu hamil, lebih

baik dilakukan supraumbilikal untuk mencegah kita mengenai hematoma pelvisnya ataupun

membahayakan uterus yang membesar. Adanya aspirasi darah segar, isi gastrointestinal, serat

sayuran ataupun empedu yang keluar, melalui tube DPL pada pasien dengan henodinamik yang

Page 6: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

abnormal menunjukkan indikasi kuat untuk laparatomi. Bila tidak ada darah segar (>10 cc)

ataupun cairan feses ,dilakukan lavase dengan 1000cc Ringer Laktat (pada anak-anak  10cc/kg).

Sesudah cairan tercampur dengan cara menekan maupun melakukan rogg-oll, cairan ditampung

kembali dan diperiksa di laboratorium untuk melihat isi gastrointestinal ,serat maupun empedu.

(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 149-150)

Test (+)  pada trauma tumpul bila 10 ml atau lebih darah makroskopis (gross) pada aspirasi awal,

eritrosit > 100.000 mm3, leukosit > 500/mm3 atau pengecatan gram (+) untuk bakteri, bakteri

atau serat. Sedangkan bila DPL (+) pada trauma tajam bila 10 ml atau lebih darah makroskopis

(gross) pada aspirasi awal,sel darah merah 5000/mm3 atau lebih. (Scheets, 2002 :  279-280)

2. FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)

Individu yang terlatih dengan baik dapat menggunakan USG untuk mendeteksi adanya

hemoperitoneum. Dengan adanya peralatan khusus di tangan mereka yang berpengalaman,

ultrasound memliki sensifitas, specifitas dan ketajaman untuk meneteksi adanya cairan

intraabdominal yang sebanding dengan DPL dan CT abdomen Ultrasound memberikan cara

yang tepat, noninvansive, akurat dan murah untuk mendeteksi hemoperitorium, dan dapat

diulang kapanpun. Ultrasound dapat digunakan sebagai alat diagnostik bedside dikamar

resusitasi, yang secara bersamaan dengan pelaksanaan beberapa prosedur diagnostik maupun

terapeutik lainnya. Indikasi pemakaiannya sama dengan indikasi DPL. (American College of

Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 150)

3. Computed Tomography (CT)

Digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai organ yang mengalami kerusakan dan

tingkat kerusakannya, dan juga bisa untuk mendiagnosa trauma retroperineal maupun pelvis

yang sulit di diagnosa dengan pemeriksaan fisik, FAST, maupun DPL. (American College of

Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151)

Page 7: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

b) Trauma Tajam

1. Cedera thorax bagian bawah

Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan pada diafragma dan struktur abdomen

bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang, thoracoskopi, 

laparoskopi maupun pemeriksaan CT scan.

1. Eksplorasi local luka dan pemeriksaan serial dibandingkan dengan DPL pada luka tusuk

abdomen depan. Untuk pasien yang relatif asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat

tusukan), opsi pemeriksaan diagnostik yang tidak invasive adalah pemeriksaan diagnostik

serial dalam 24 jam, DPL maupun laroskopi diagnostik.

2. Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan dengan double atau triple contrast pada

cedera flank maupun punggung

Untuk pasien yang asimptomatik ada opsi diagnostik antara lain pemeriksaan fisik serial, CT

dengan double atau triple contrast, maupun DPL. Dengan pemeriksaan diagnostic serial untuk

pasien yang mula-mula asimptomatik kemudian menjadi simtomatik, kita peroleh ketajaman

terutama dalam mendeteksi cedera retroperinel maupun intraperineal untuk luka dibelakang linea

axillaries anterior. (American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151)

Pemeriksaan Radiologi

1. Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tumpul

Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, Thorax AP dan pelvis AP dilakukan

pada pasien trauma tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen tiga posisi (telentang,

setengah tegak dan lateral decubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas dibawah

diafragma ataupun udara di luar lumen diretroperitoneum, yang kalau ada pada keduanya

menjadi petunjuk untuk dilakukan laparatomi. Hilangnya bayangan psoas menunjukkan

kemungkinan cedera retroperitoneal

2. Pemerikasaan X-Ray untuk screening trauma tajam

Page 8: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Pasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal tidak memerlukan pemeriksaan X-Ray

pada pasien luka tusuk diatas umbilicus atau dicurigai dengan cedera thoracoabdominal dengan

hemodinamik yang abnormal, rontgen foto thorax tegak bermanfaat untuk menyingkirkan

kemungkinan hemo atau pneumothorax, ataupun untuk dokumentasi adanya udara bebas

intraperitoneal. Pada pasien yang hemodinamiknya normal, pemasangan klip pada luka masuk

maupun keluar dari suatu luka tembak dapat memperlihatkan jalannya peluru maupun adanya

udara retroperitoneal pada rontgen foto abdomen tidur.

3. Pemeriksaan dengan kontras yang khusus

1. Urethrografi

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, harus dilakukan urethrografi sebelum

pemasangan kateter urine bila kita curigai adanya ruptur urethra. Pemeriksaan urethrografi

digunakan dengan memakai kateter no.# 8-F dengan balon dipompa 1,5-2cc di fossa naviculare.

Dimasukkan 15-20 cc kontras yang diencerkan. Dilakukan pengambilan foto dengan projeksi

oblik dengan sedikit tarikan pada pelvis.

2. Sistografi

Rupture buli-buli intra- ataupun ekstraperitoneal terbaik ditentukan dengan pemeriksaan

sistografi ataupun CT-Scan sistografi. Dipasang kateter urethra dan kemudian dipasang 300 cc

kontras yang larut dalam air pada kolf setinggi 40 cm diatas pasien dan dibiarkan kontras

mengalir ke dalam bulu-bulu atau sampai (1) aliran terhenti (2) pasien secara spontan mengedan,

atau (3) pasien merasa sakit. Diambil foto rontgen AP, oblik dan foto post-voiding. Cara lain

adalah dengan pemeriksaan CT Scan (CT cystogram) yang terutama bermanfaat untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang ginjal maupun tulang pelvisnya. (American College of

Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 148)

3. CT Scan/IVP

Bilamana ada fasilitas CT Scan, maka semua pasien dengan hematuria dan hemodinamik stabil

yang dicurigai mengalami sistem urinaria bisa diperiksa dengan CT Scan dengan kontras dan

Page 9: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

bisa ditentukan derajat cedera ginjalnya. Bilamana tidak ada fasilitas CT Scan, alternatifnya

adalah pemeriksaan Ivp.

Disini dipakai dosis 200mg J/kg bb kontras ginjal. Dilakukan injeksi bolus 100 cc larutan Jodine

60% (standard 1,5 cc/kg, kalau dipakai 30% 3,0 cc/kg) dengan 2 buah spuit 50 cc yang

disuntikkan dalam 30-60 detik. 20 menit sesudah injeksi bila akan memperoleh visualisasi calyx

pada X-Ray. Bilamana satu sisi non-visualisasi, kemungkinan adalah agenesis ginjal, thrombosis

maupun tertarik putusnya a.renalis, ataupun parenchyma yang mengalami kerusakan massif.

Nonvisualisasi keduanya memerlukan pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan + kontras, ataupun

arteriografi renal atau eksplorasi ginjal; yang mana yang diambil tergantung fasilitas yang

dimiliki.

1. Gastrointestinal

Cedera pada struktur gastrointestinal yang letaknya retroperitoneal (duodenum, colon ascendens,

colon descendens) tidak akan menyebabkan peritonitis dan bisa tidak terdeteksi dengan DPL.

Bilamana ada kecurigaan, pemeriksaan dengan CT Scan dengan kontras ataupun pemeriksaan

RO-foto untuk upper GI Track ataupun GI tract bagian bawah dengan kontras harus dilakukan.

(American College of Surgeon Committee of Trauma,2004:149)

Pemeriksaan Laboratorium

o Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri

o Penurunan hematokrit/hemoglobin

o Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,

o Koagulasi : PT,PTT

o MRI

o Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik

o CT Scan

o Radiograf dada  mengindikasikan peningkatan diafragma,kemungkinan

pneumothorax atau fraktur  tulang rusuk VIII-X.

o Scan limfa

Page 10: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

o Ultrasonogram

o Peningkatan serum atau amylase urine

o Peningkatan glucose serum

o Peningkatan lipase serum

o DPL (+) untuk amylase

o Penigkatan WBC

o Peningkatan amylase serum

o Elektrolit serum

o AGD

(ENA,2000:49-55)

7. KOMPLIKASI

Trombosis Vena

Emboli Pulmonar

Stress Ulserasi dan perdarahan

Pneumonia

Tekanan ulserasi

Atelektasis

Sepsis

(Paul, direvisi tanggal 28 Juli 2008)

Pankreas: Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula pancreas-duodenal, dan perdarahan.

Limfa: perubahan status mental, takikardia, hipotensi, akral dingin, diaphoresis, dan syok.

Usus: obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik usus, dan syok.

Ginjal: Gagal ginjal akut (GGA)

(Catherino, 2003 : 251-253)

Page 11: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

8. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DAN TERAPI PENGOBATAN

-   Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intra-

abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air, evisceration) harus

segera dilakukan pembedahan

-  Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan status

klinik dan derajat luka yang terlihat di CT

-   Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

-   Pemberian O2 sesuai indikasi

-   Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan

-  Trauma penetrasi :

Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi tersebut di atas

Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan

keterlibatan intraperitoneaL

Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk

menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan

dikeluarkan

Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan

Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan

(Catherino, 2003 : 251)

Page 12: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1) Data subyektif

1. Riwayat penyakit sekarang :

a)   Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik ( cedera  pada hati)

b)   Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ), tanda Kehr (nyeri pada kuadran kiri  atas yang menjalar

ke bahu kiri) pada cedera limfa

c)   Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin asimptomatik kecuali terdapat

peritonitis, tanda mungkin tidak ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera pancreas

d)   Nyeri pada abdomen ,mual dan muntah pada cedera usus

e)   Mekanisme cedera trauma  tumpul atau tajam

1. Riwayat medis :

-   Kecenderungan terjadi pendarahan

-   Alergi

-   Penyakit liver / hepatomegali pada cedera hati

2) Data objektif

Data Primer

A : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas

Page 13: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

B : Breathing (pernapasan) :  Ada dispneu, penggunaan otot bantu napas dan napas cuping

hidung.

C : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd

auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), tanda Cullen, tanda Grey-Turner, tanda

Coopernail, tanda balance.,takikardi,diaforesis

D : Disability (ketidakmampuan ) : Nyeri, penurunan kesadaran, tanda Kehr

Data sekunder

E : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah abdomen

tergantung dari tempat  trauma

F : Five intervension / vital sign : Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung,

pulse oksimetri, catat hasil lab abnormal

Hasil lab :

Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri

Penurunan hematokrit/hemoglobin

Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,

Koagulasi : PT,PTT

MRI

Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik

CT Scan

Radiograf dada  mengindikasikan peningkatan diafragma,kemungkinan pneumothorax

atau fraktur  tulang rusuk VIII-X.

Scan limfa

Ultrasonogram

Peningkatan serum atau amylase urine

Peningkatan glucose serum

Peningkatan lipase serum

Page 14: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

DPL (+) untuk amylase

Penigkatan WBC

Peningkatan amylase serum

Elektrolit serum

AGD

G : Give comfort (PQRST) :

a)   Nyeri di RUQ ,hipokondria atau region epigastrik( cedera  pada hati),

b)   Nyeri pada kuadran kiri atas (LUQ ) ,Tanda Kehr (nyeri pada kuadran kiri  atas yang

menjalar ke bahu kiri) pada cedera limfa

c)   Nyeri pada area epigastrik atau bagian belakang, mungkin asimptomatik kecuali terdapat

peritonitis,tanda mungkin tidak ditemukan sampai 12 jam setelah cedera pada cedera pancreas

d)   Nyeri pada abdomen

Nyeri yang dirasakan sifatnya akut dan terjadi secara mendadak bisa diakibatkan oleh trauma

tumpul atau trauma tajam.

H : Head to toe :

Inspeksi :

-    Adanya ekimosis

-    Adanya hematom

Auskultasi :

-    Menurun/tidak adanya suara bising usus

Palpasi :

-    Pembengkakan  pada abdomen

Page 15: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

-    Adanya spasme pada abdomen

-    Adanya masa pada abdomen

-    Nyeri tekan

Perkusi :

-    Suara dullness

I : Inspeksi posterior surface : Dikaji jika ada yang mengalami cedera pada bagian punggung

(spinal)

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perdarahan (emergency)

2. Syok  Hipovolemik (emergency )

3. Nyeri  akut b/d agen cedera fisik( Trauma tumpul / tajam) ditandai dengan keluhan nyeri,

diaphoresis, dispnea, takikardia

4. Cemas b/d prosedur pembedahan ditandai dengan pasien gelisah, takut, gugup, gemetar,

wajah tegang

5. Pola napas tidak efektif b/d hiperventilasi ditandai dengan sesak, dispnea, penggunaan

otot bantu napas, napas cupung hidung

6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma tajam/tumpul ditandai dengan adanya hematoma,

ekimosis, luka terbuka, jejas pada daerah abdomen

7. Risiko infeksi b/d invasi bakteri

RENCANA KEPERAWATAN /EMERGENCY INTERVENSION

Dx 1 :   Perdarahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 4 jam diharapkan perdarahan dapat

dihentikan/teratasi

Page 16: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Kriteria hasil :

Tanda-tanda perdarahan (-)

TTV normal ( Nadi = 60-100 x/menit ; TD = 110-140/70-90 mmHg ; Suhu  = 36, 5 – 37,

50 C ; dan RR = 16-24 x/menit)

CRT < 2 detik

Akral hangat

Intervensi :

Mandiri :

1)   Pantau TTV

Mengidentifikasi kondisi pasien.

2)   Pantau tanda-tanda perdarahan.

Mengidentifikasi adanya perdarahan, membantu dalam pemberian intervensi yang tepat.

3)   Pantau tanda-tanda perubahan sirkulasi ke jaringan perifer (CRT dan sianosis).

Mengetahui keadekuatan aliran darah.

Kolaborasi :

1)   Pantau hasil laboratorium (trombosit).

Trombosit sebagai indicator pembekuan darah.

2)   Kolaborasi pemberian cairan IV (cairan kristaloid NS/RL) sesuai indikasi.

Membantu pemenuhan cairan dalam tubuh.

Page 17: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

3)   Berikan obat antikoagulan, ex : LMWH ( Low Molecul With Heparin).

Mencegah perdarahan lebih lanjut.

4)   Berikan transfusi darah.

Membantu memenuhi kebutuhan darah dalam tubuh.

5)  Lakukan tindakan pembedahan jika diperlukan sesuai indikasi

Membantu untuk menghentikan perdarahan dengan menutup area luka

Dx 2 : Nyeri  akut b/d agen cedera fisik ( Trauma tumpul / tajam) ditandai dengan keluhan nyeri,

diaporesis, dispnea, takikardia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan nyeri yang

dialami pasien terkontrol

Kriteria hasil :

Pasien melaporkan nyeri berkurang

Pasien tampak rileks

TTV dalam batas normal (TD 140-90/90-60 mmHg, nadi 60-100 x/menit, RR : 16-24

x/menit, suhu 36, 5 – 37, 50 C)

Pasien dapat menggunakan teknik non-analgetik untuk menangani nyeri.

Intervensi :

Mandiri :

1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, qualitas,

intensitas nyeri dan faktor presipitasi.

Mempengaruhi pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi.

1. Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, perubahan tanda-tanda vital.

Page 18: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Petunjuk non-verbal dari nyeri atau ketidaknyaman memerlukan intervensi.

1. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi, masase.

Tindakan alternative untuk mengontrol nyeri

1. Ajarkan menggunakan teknik non-analgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam,

imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik, akupresure)

Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kekuatan

otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping.

1. Berikan lingkungan yang nyaman

Menurunkan stimulus nyeri.

Kolaborasi :

1. Berikan obat sesuai indikasi : relaksan otot, misalnya : dantren; analgesik

Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot.

Dx 3 : Cemas b/d prosedur pembedahan ditandai dengan pasien gelisah, takut, gugup, gemetar,

wajah tegang

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 10 menit diharapkan cemas pasien

berkurang

Kriteria hasil :

Gelisah pasien berkurang

Mengatakan takut dan gugup berkurang

Tidak nampak gemetar

Page 19: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Intervensi :

Mandiri :

1. Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa

kekhawatirannya.

2. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan

pembedahan yang akan dilakukan.

3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

4. Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu

mengungkapkan perasaannya.

5. Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.

6. Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.

7. Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.

8. Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan

pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.

Dx 4 : Pola napas tidak efektif b/d hiperventilasi ditandai dengan sesak, dispnea, penggunaan

otot bantu napas, napas cuping hidung

Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1 x 10 menit diharapkan pola nafas pasien kembali

efektif

Kriteria hasil :

Pasien melaporkan sesak berkurang

Dispnea (-)

Penggunaan otot bantu pernapasan (-)

Napas cuping hidung (-)

Page 20: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Intervensi :

Mandiri :

1. Pantau adanya sesak atau dispnea

Untuk mengetahui keadaan breathing pasien

1. Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan, napas cuping

dan penggunaan otot bantu pernapasan

Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan intervensi yang tepat

1. Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi

Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada

1. Ajarkan klien napas dalam

Untuk meningkatkan kenyamanan

Kolaborasi

1. Berikan O2 sesuai indikasi

Untuk memenuhi kebutuhan O2

1. Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan pemasangan ventilator

sesuai indikasi

Untuk membantu pernapasan adekuat

4. EVALUASI

Dx 1 : Perdarahan dapat dihentikan/teratasi

Page 21: 44620358 Laporan Kasusu IGD Trauma Abdomen Late

Dx 2 : Nyeri pasien terkontrol

Dx 3 : Cemas pasien berkurang

Dx 4 : Pola napas pasien kembali efektif

DAFTAR PUSTAKA

Dorland,2002,Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

EGC : Jakarta

American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma Life Support

Seventh Edition.Indonesia: Ikabi

(Scheets,Lynda J.2002.Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta: EGC

(ENA (Emergency Nurse Association )2000.Emergency Nursing Core

Curiculum ,5th,USA:W.B.Saunders Company

Catherino ,Jeffrey M.2003.Emergency Medicine Handbook.USA: Lipipincott Williams

Marilynn E, Doengoes. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan  Edisi 3. EGC : Jakarta

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006.

Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Testa,A.Paul.2008.AbdominalTrauma.(Online)(http://emedicine.medscape.com/article/822099-

overview diakses pada tanggal 28 Juli 2008)