44453872 Automatic Roof

78
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam praktikum Mikroprosessor, para praktikan tidak hanya dituntut untuk menguasai segala teori yang berkaitan tentang Mikroprosessor, namun kiranya dalam praktikum dituntut pula kemampuan para praktikan dalam menyusun atau merangkai komponen dalam praktikum ini. Dengan kemampuan menyusun atau merangkai komponen elektronika inilah para praktikan diharapkan akan mampu untuk dapat membuktikan teori yang telah dipelajari dalam modul mata kuliah elektronika ke dalam aplikasi rangkaian elektronika. Selain kemampuan menyusun atau merangkai komponen elektronika, para praktikanpun dituntut untuk dapat membuat ke dalam bentuk alat peraga, sehingga para praktikan memiliki bekal pengalaman dalam membuat suatu rangkaian aplikasi Mikroprosessor. Perubahan teknologi berkembang begitu pesat, sehingga dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang inovatif dengan menggunakan peralatan yang ada untuk sebuah aplikasi tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan Automatic Roof / 2DC01 1

Transcript of 44453872 Automatic Roof

Page 1: 44453872 Automatic Roof

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam praktikum Mikroprosessor, para praktikan tidak hanya dituntut

untuk menguasai segala teori yang berkaitan tentang Mikroprosessor, namun

kiranya dalam praktikum dituntut pula kemampuan para praktikan dalam

menyusun atau merangkai komponen dalam praktikum ini. Dengan kemampuan

menyusun atau merangkai komponen elektronika inilah para praktikan diharapkan

akan mampu untuk dapat membuktikan teori yang telah dipelajari dalam modul

mata kuliah elektronika ke dalam aplikasi rangkaian elektronika. Selain

kemampuan menyusun atau merangkai komponen elektronika, para praktikanpun

dituntut untuk dapat membuat ke dalam bentuk alat peraga, sehingga para

praktikan memiliki bekal pengalaman dalam membuat suatu rangkaian aplikasi

Mikroprosessor.

Perubahan teknologi berkembang begitu pesat, sehingga dibutuhkan

pemikiran-pemikiran yang inovatif dengan menggunakan peralatan yang ada

untuk sebuah aplikasi tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Begitu pula dengan bidang elektronika, perkembangan teknologi pada khususnya

Mikroprosessor menuntut automatisasi dalam segala hal yang dapat meringankan

pekerjaan manusia dan menjadikan segalanya serba instan, praktis dan ekonomis.

Pada saat ini sering terjadi hujan terkadang masyarakat panik pada saat

hujan dan repot pada saat mengambil jemuran.maka dijaman ini dibuat sebuah

atap otomatis/Automatic Roof untuk menghindari terjadinya hujan.Automatic

Roof adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghindari dari hujan. Kami

memilih alat ini dikarenakan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari

seperti halnya pada atap jemuran yang masih terbuka, bila terjadi hujan maka atap

Automatic Roof / 2DC01

1

Page 2: 44453872 Automatic Roof

tersebut otomatis tertutup maka jemuran tidak akan basah. Dan setelah hujan atap

tersebut akan terbuka kembali. Selain itu pemilik rumah tidak panik untuk

mencemaskan jemuran pakaian tersebut.

Alat ini juga dapat diaplikasikan selain atap jemuran seperti contoh lain

atap garasi, atap stadium lapangan bola,dsb. Dengan menggunakan aplikasi ini

masyarakat tidak perlu panik lagi pada saat hujan. Dan alat ini sangat berguna

bagi masyarakat sekitar apabila alat ini berjalan dengan baik dan benar.

Alat ini yang kami pilih masih ada hubungan dengan modul dengan modul

praktikum yang kami pelajari sebelumnya sehingga kami memahami system alat

yang kami buat. Rangkaian Automatic Roof tersebut terdapat beberapa sensor

yang berguna untuk mendeteksi adanya hujan dan cahaya. Kami menggunakan 2

tipe sensor diantaranya sensor cahaya dan air. Dan selain sensor kami

menggunakan motor DC yang berguna untuk menarik atap disaat terbuka dan

tertutup. Namun dibalik semua komponen yang kami gunakan ada satu komponen

elektronika yang sangat dominan dalam pembuatan rangkaian ini adalah IC

AT89S51, IC mikrokontroller yang berfungsi sebagai otak untuk system kerja

Automatic Roof.

1.2 Batasan Makalah

Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis

membatasi masalah yang akan dibahas, pada hal-hal yang menyangkut pada

pembuatan dari alat Automatic Roof saja yang bertujuan untuk mempermudah

dalam pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Automatic

Roof. Dan pada makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang masalah

Automatic Roof secara garis besarnya, yang terbagi menjadi 5 bab yang setiap bab

membahas tentang Automatic Roof yang terdiri dari Pendahuluan, Landasan

Teori, Analisa Rangkaian, Cara Pengoprasian Alat, Kesimpulan dan Penutup.

Yang masing-masing bab akan menguraikan tentang masalah-masalah pada

Automatic Roof ini, dengan harapan agar dapat mudah dimengerti dan dipahami

Automatic Roof / 2DC01

2

Page 3: 44453872 Automatic Roof

dan sebagai acuan bagi penulis dalam pembuatan makalah ini, agar tidak terlalu

jauh menyimpang dari pokok masalah yang dibahas.

1.3 Tujuan Penulisan

Setelah melaksanakan praktikum Mikroprosessor, Universitas Gunadarma,

setiap mahasiswa dituntut untuk membuat sebuah alat elektronika dan laporan

(karya tulis), yang berguna untuk melatih mahasiswa dalam membuat alat dan

karya tulis, dan untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa memahami tentang

ilmu elektronika yang telah diberikan kepada mahasiswa tersebut, adapun tujuan

yang lebih lanjut dari penulisan laporan ini adalah :

1. Memberikan penjelasan dan cara kerja secara garis besar dari proyek

elektronika yang telah dibuat. Sirene.

2. Memberikan pengenalan dasar tentang rangkaian elektronika, serta

komponen-komponen dalam perangkat elektronika.

3. Sebagai syarat kelulusan dan syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester

pada Semester ini tahun ajaran 2009/2010.

4. Untuk menambah pembendaharaan Universitas Gunadarma.

5. Menambah wawasan penulis mengenai perkembangan didalam bidang

elektronika.

6. Melatih penulis dalam karya tulis.

1.4 Metode Penulisan

Alasan kepada penulisan memilih judul ” Automatic Roof” dari proyek

yang ditugaskan dan pula sebagai judul dari makalah yang dibuat adalah karena

Automatic Roof merupakan rangkaian yang memiliki, manfaat cukup luas untuk

orang banyak yang sekarang banyak dipergunakan sebagai untuk menghindari

terjadinya hujan , juga secara lebih khusus untuk dapat dipakai langsung dalam

menunjang kegiatan praktikum elektronika yang diselanggarakan di laboratorium

Mikroprosessos. Dari data-data yang diperoleh, penulis menyajikan dan

menjelaskannya dalam makalah ini.

Automatic Roof / 2DC01

3

Page 4: 44453872 Automatic Roof

1.5 Sistematik Penulisan

Sistematik penulisan dalam makalah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang

bertujuan agar pembaca dapat memahami dan mengerti isi dari laporan ini, yang

terdiri dari :

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini praktikan menjelaskan tentang Penggunaan dan Aplikasi perangkat

elektronika dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya dalam teknologi

sekarang ini. Serta kami juga akan menjelaskan tentang tujuan dalam pembuatan

proyek yang berjudul “ Automatic Roof ”

BAB II Landasan Teori

Berisikan tentang teori dasar yang berhubungan dengan analisa rangkaian proyek,

dan kerangka terbentuknya proyek “ Automatic Roof “ ini.

BAB III Analisa Rangkaian

Dalam analisa rangkaian, kami akan menjelaskan dan menganalisa rangkaian baik

secara blok maupun secara detail, sehingga dalam penggunaannya akan semakin

jelas dan mudah dimengerti.

BAB IV Cara Pengoprasian Alat

Berisi tentang cara dan panduan dalam pengoprasian alat dari proyek yang akan

kami presentasikan.

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan, rangkuman dan saran-saran dari apa yang telah diuraikan pada

bab-bab sebelumnya.

Daftar Pustaka

Berisikan sumber-sumber yang akan kami ambil dalam menyusun makalah ini.

Automatic Roof / 2DC01

4

Page 5: 44453872 Automatic Roof

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Automatic Roof

Sejalan dengan perkembangan zaman, peralatan elektronik semakin hari

semakin berkembang dan canggih, meskipun begitu banyak juga peralatan

elektonik sederhana yang masih digunakan untuk membantu dalam kehidupan

sehari-hari. Contohnya Automatic Roof ini meskipun dari jenis dan kemampuan

yang sederhana, tetapi dalam penggunaannya sangat bermanfaat. Sistem

pengunaannya menggunakan system sensor. Ada 2 jenis sensor di antaranya

sensor cahaya dan sensor air.

Automatic Roof ini merupakan salah satu teknologi yang canggih tetapi

merupakan sebuah alat sederhana. Yaitu suatu alat yang dirangkai dari komponen

– komponen seperti Resistor, Kapasitor, IC, LDR, dan Minsys. Yang semuanya

merupakan dari jenis komponen elektronika yang sangat sederhana, banyak dan

mudah didapat. Rangkaian Automatic Roof merupakan rangkaian elektronik yang

mempunyai kemampuan mendeteksi suatu cahaya dan air hujan, yang fungsinya

untuk alat pemberitahuan sederhana. Dan dalam penyajian bentuk yang cukup

mudah dimengerti oleh semua pengguna, karena untuk mengoperasikan alat ini

juga cukup mudah dioperasikan.

2.2 Teori Dasar Mikroprosessor

Mikroprosesor atau CPU adalah “otak” yang merupakan pengendali utama

semua operasi dalam sistem komputer. Mikroprosesor mengambil instruksi biner

dari memori, menerjemahkannya menjadi serangkaian aksi dan menjalankannya.

Aksi tersebut bisa berupa transfer data dari dan ke memori, operasi aritmatika dan

Automatic Roof / 2DC01

5

Page 6: 44453872 Automatic Roof

logika, atau pembangkitan sinyal kendali. Namun dibawah ini kami menjelaskan

komponen – komponen yang digunakan pada rangkaian Automatic Roof.

2.2.1 Resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk memberikan

hambatan terhadap aliran arus listrik. Dalam rangkaian listrik dibutuhkan resistor

dengan spesifikasi tertentu, seperti besar hambatan, arus maksimum yang boleh

dilewatkan dan karakteristik hambatan terhadap suhu dan panas. Resistor

memberikan hambatan agar komponen yang diberi tegangan tidak dialiri dengan

arus yang besar, serta dapat digunakan sebagai pembagi tegangan. Untuk

mengendalikan arus dalam sebuah rangkaian lisrtik, digunakan komponen yang

mempunyai resistansi. Artinya komponen tersebut mempunyai kemampuan untuk

membatasi arus listrik yang mengalir pada rangkaian. Bentuk dan penggunaan

resistor dapat dibagi atas :

1. Resistor Tetap (fixed resistor)

2. Resistor Variable (potensiometer)

3. Resistor yang dapat diubah secara kontiyu (trimpot)

4. Theristor / NTC

- Suhu tinggi, Resistansi kecil.

- Suhu rendah, Resistansi besar.

5. Resistor peka cahaya (LDR – Light Dependent Resistor)

- Cahaya tinggi, Resistansi kecil.

- Cahaya rendah, Resistansi besar.

Simbol – Simbol Resistor :

Automatic Roof / 2DC01

6

Page 7: 44453872 Automatic Roof

Bahan pembentuk resistor dapat dibagi atas :

1. Resistor kawat

2. Resistor arang/komposisi.

3. Resistor lapisan okisida logam.

4. Resistor dalam IC.

5. Resistor film.

Sifat dan fungsi dari resistor :

1. Untuk membangkitkan panas (filament).

2. Untuk membagi tegangan.

3. Sebagai penghubung rangkaian (kopel).

4. Perubah bentuk arus.

5. Untuk penentuan besaran fisis.

Dari semua kompenen elektronika, resistorlah yang paling banyak

digunakan. Ketelitian resistor digolongkan dalam persentase penyimpanan dari

nilai nominalnya. Misalnya resistor-resistor yang akan digunakan dalam proyek

disini adalah 5 % artinnya bahwa nilai sebenarnya dari resistor yang digunakan

tidak akan menyimpang kurang atau lebih dari 5 % dari nilai nominalnya. Jadi

suatu resistor dari 100 ohm mempunyai tahanan antara 95 ohm sampai 100 ohm.

Automatic Roof / 2DC01

Resistor Tetap Potentiometer Trimpot LDR

7

Page 8: 44453872 Automatic Roof

Resistor pada umumnya mempunyai nilai toleransi 1%, 2%, 3%, 5%, 10%

dan 20%. Resistor yang mempunyai nilai toleransi lebih kecil biasanya lebih

mahal harganya. Resistor juga dapat dispesifikasikan menurut kapasitansinya

untuk mendisipasi (menyerap) daya listrik, dinyatakan dalam Watt.

Karena bentuk fisik dari resistor kecil, maka pada bahannya diberikan nilai

tahanan dalam kode warna menurut standart internasional. Seperti terlihat pada

gambar no. 1 dan no. 2. Dibawah ini :

Keterangan :

Gelang ke-1 dan ke-2 menyatakan angka.

Gelang ke-3 menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).

Gelang ke-4 menyatakan toleransinya.

Automatic Roof / 2DC01

Gambar 2.23 Warna Gelang Resistor

8

Page 9: 44453872 Automatic Roof

Contoh dari kode

warna :

Coklat Hijau

Merah Emas

Nilai R

1 5

x 100 5%

1500 +5%Ohm

Pada resistor tidak dapat dipolaritaskan, artinya jika pemasangannya bolak-balik

tidak akan berpengaruh.

2.2.2 Kapasitor

Automatic Roof / 2DC01

WARNA GELANG KE -1 dan 2 3 4

Hitam 0 X 1 0 %

Coklat 1 X 10 1 %

Merah 2 X 100 2 %

Orange 3 X 1000 3 %

Kuning 4 X 10000 -

Hijau 5 X 100000 -

Biru 6 X 1000000 -

Ungu 7 X 10000000 -

Abu-abu 8 X 100000000 -

Putih 9 X

1000000000

-

Emas - X 0.1 5 %

Perak - X 0.1 10 %

Tidak

Berwarna

- - 20 %

Gambar 2.14 Tabel Kode Warna Resistor

Page 10: 44453872 Automatic Roof

kapasitor adalah komponen elektrik yang berfungsi untuk menyimpan muatan

listrik. Salah satu jenis kapasitor adalah kapasitor keeping sejajar. Kapasitor ini

terdiri dari dua buah keping metal sejajar yang dipisahkan oleh isolator yang

disebut dielektrik. Bila kapasitor dihubungkan ke batere kapasitor terisi hingga

beda potensial antara kedua terminalnya sama dengan tegangan batere. Jika batere

dicabut, muatan-muatan listrik akan habis dalam waktu yang sangat lama,

terkecuali bila sebuah konduktor dihubungkan pada kedua terminal kapasitor.

Sebuah kapasitorterdiri dari dua bahan penghantar yang dipisahkan oleh sebuah

bahan isolasi yang disebut dielektrikum. Kemampuan untuk menyimpan muatan

listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas. Kapasitas

kapasitor merupakan sebuah ukuran dari banyaknya muatan listrik yang dapat

disimpan oleh kapasitor tersebut dibagi (per) satuan beda petensialnya.

Kapasitas terdapat dalam beraneka ragam yang sangat besar, dalam bentuk

ukuran, tipe, pembuatan/bahan baku, nilai voltage kerja dan nilai kapasitansinya.

Nilai kapasitor dinyatakan dalam satuan farad (F) atau pada umumnya satuan

tersebut mempunyai skala mikro Farad (uF) yang tertera pada badan kondesantor,

artinya huruf ini menunjukan nilai sekian per sejuta dari 1 Farad. Satu Farad

adalah nilai kapasitas yang sedemikian besarnya, sehingga tidak akan pernah

dijumpai dalam bidang elektronika khususnya, atau juga pada umumnya

dilengkapi dengan potensial kerja kapasitor tersebut.

Fungsi Kapasitor pada rangkaian listrik :

1. Untuk menyimpan muatan listrik.

2. Untuk menahan arus searah dan melewatkan arus bolak-balik.

3. Sebagai kopel (penghubung) pada rangkaian listrik.

4. Sebagai penentu frekuensi.

Macam-macam kapasitor :

Automatic Roof / 2DC01

9

Page 11: 44453872 Automatic Roof

1. Kapasitor elektrolit,mempunyai kapasitas sebesar 1uF atau lebih dan

mempunyai polaritas kutub (+) dan kutub (-).

2. Kapasitor non elektrolit, mempunyai kapasitas kurang dari 1 uF dan tidak

mempunyai polaritas, umumnya terbuat dari bahan dielektrik keramik, mika

atau poliyester.

3. Kapasitor Variable (varco).

4. Kapasitor Trimmer.

Kebanyakan kapasitor tidak dipolaritaskan, yang artinya dapat dipasang

bolak-balik, akan tetapi beberapa tipe dipolaritaskan, artinya tidak boleh dipasang

bolak-balik. Kapasitor elektrolit selalu dipolaritaskan, kecuali jika ada tanda

keterangan lainnya (beberapa elektrolit non-polarisasi dibuat untuk penggunaan

tertentu). Kapasitor yang dipolaritaskan selalu diberi tanda yang memperhatikan

kutubnya. Cara yang umum ialah tanda negatif (-) dan tanda positif (+) pada

kawat tiap sambungan, atau ada juga yang diberi tanda warna merah pada terminal

positif atau warna hitam pada terminal negatif.

2.2.3 Trimpot

Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara

memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai

hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada

badantrimpot tersebut.

(a) Atau (b)

Gambar 2.13. (a) Trimpot dan (b) symbol trimpot

Automatic Roof / 2DC01

10

Page 12: 44453872 Automatic Roof

2.2.4 LDR

Resistor peka cahaya (Light Dependent Resistor/LDR) memanfaatkan bahan

semikonduktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya

yang diterima. Bahan yang digunakan adalah Kadmium Sulfida (CdS) dan

Kadmium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling sensitif terhadap cahaya

dalam spektrum tampak, dengan puncaknya sekitar 0,6 µm untuk CdS dan 0,75

µm untuk CdSe. Sebuah LDR CdS yang typikal memiliki resistansi sekitar 1 MΩ

dalam kondisi gelap gulita dan kurang dari 1 KΩ ketika ditempatkan dibawah

sumber cahaya terang (Mike Tooley, 2003).

LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang

besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu

Laju Recovery dan Respon Spektral:

1. Laju Recovery

Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya

tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai

resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan

gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di

kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan

suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.

Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari

200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux),

kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari

tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk

mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.

2. Respon Spektral

Automatic Roof / 2DC01

11

Page 13: 44453872 Automatic Roof

LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang

gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan

sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.

Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak

digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik

Salah satu jenis resistor yaitu Light dependent resistor (LDR). Resistansi

LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya

atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ

dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan

semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya

yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik

meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.

Dengan sifat LDR yang demikian, maka LDR (Light Dependent Resistor)

dapat digunakan sebagai sensor cahaya. Contoh penggunaannya adalah pada

lampu taman dan lampu di jalan yang bisa menyala di malam hari dan padam di

siang hari secara otomatis. Atau bisa juga kita gunakan di kamar kita sendiri.

Prinsip Kerja LDR

Light Dependent Resistor (biasa disebut LDR), terdiri dari sebuah cakram

semikonduktor yang mempunyai dua buah elektroda pada permukaannya. Pada

saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut menghasilkan elektron

bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk

mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi

konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar

pada saat gelap atau cahaya redup.

Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom

bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk

mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi

Automatic Roof / 2DC01

12

Page 14: 44453872 Automatic Roof

konduktor yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil

pada saat cahaya terang.

Gambar 2.1 Simbol LDR

Gambar 2.2 Sensor cahaya(LDR)

2.2.5 Sensor

Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan

untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi

tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika,

sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah

yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).

Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik

berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, gaya, kecepatan

putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam teknik

pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan kualitas

yakni :

1. Linieritas

Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus

linier.

Automatic Roof / 2DC01

13

Page 15: 44453872 Automatic Roof

2. Tidak Tergantung Temperatur

Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,

kecuali sensor suhu.

3. Kepekaan

Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan

yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.

4. Waktutanggapan

Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk

mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak.

Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat

sensor tersebut berubah.

5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi

Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan

tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada

kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0Hz.

6. Stabilitas waktu

Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran

(output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.

7. Histerisis

Automatic Roof / 2DC01

14

Page 16: 44453872 Automatic Roof

Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada

sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat

memberikan keluaran yang berlainan.

Gambar 2.3 Simbol Sensor

2.2.6 Motor DC

Motor DC adalah pergerakan Rotor Satu arah Saja. Mesin listrik ini dapat

berfungsi sebagai motor listrik apabila didalam motor listrik tersebut terjadi

proses konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik. Sedangkan untuk

motor dc itu sendiri memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan

jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Pada motor

dc kumparan medan disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan

jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika tejadi putaran pada kumparan

jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tagangan (GGL) yang

berubah-ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan

bolak-balik.

Automatic Roof / 2DC01

15

Page 17: 44453872 Automatic Roof

Prinsip dari arus searah adalah membalik phasa negatif dari gelombang sinusoidal

menjadi gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan

komutator, dengan demikian arus yang bebalik arah dengan kumparan jangkar

yang berputar dalam medan magnet, dihasilkan tegangan (GGL) seperti yang

terlihat pada Gambar dibawah ini sebagai berikut :

Ea

ω t

Gambar 2.4 Gelombang Arus Searah1

a. Prinsip Kerja

Daerah kumparan medan yang yang dialiri arus listrik akan menghasilkan

medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi

dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya

berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain

berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai

tempat berlangsungnya. proses perubahan energi dan daerah tersebut dapat dilihat

pada Gambar dibawah ini :

Automatic Roof / 2DC01

16

Page 18: 44453872 Automatic Roof

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Motor dc

Dengan mengacu pada hukum kekekalan energi :

Proses energi listrik = energi mekanik + energi panas + energi didalam

medan magnet

Maka dalam medan magnet akan dihasilkan kumparan medan dengan kerapatan

fluks sebesar B dengan arus adalah I serta panjang konduktor sama dengan L

maka diperoleh gaya sebesar F, dengan persamaan sebagai berikut :

F = B I L..................................................................................(pers .1)

Arah dari gaya ini ditentukan oleh aturan kaidah tangan kiri, adapun kaidah

tangan kiri tersebut adalah sebagai berikut :

Ibu jari sebagai arah gaya ( F ), telunjuk jari sebagai fluks ( B ), dan jari tengah

sebagai arus ( I ). Bila motor dc mempunyai jari-jari dengan panjang sebesar ( r ),

maka hubungan persamaan dapat diperoleh :

Tr = Fr = B I L r.....................................................................(pers 2.)

Saat gaya ( F ) tersebut dibandingkan, konduktor akan bergerak didalam

kumparan medan magnet dan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan

reaksi lawan terhadap tegangan sumber. Agar proses perubahan energi mekanik

tersebut dapat berlangsung secara sempurna, maka tegangan sumber harus lebih

besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan. Dengan memberi

arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan

perputaran pada motor.

b. Konstruksi Motor DC

Bagian-bagian yang penting dari motor dc dapat ditunjukkan pada Gambar

2.6. Dimana stator mempunyai kutub yang menonjol dan ditelar oleh kumparan

medan. Pembagian dari fluks yang terdapat pada daerah celah udara yang

Automatic Roof / 2DC01

17

Page 19: 44453872 Automatic Roof

dihasilkan oleh lilitan medan secara simetris yang berada disekitar daerah tengah

kutub kumparan medan.

Kumparan penguat dihubungkan secara seri, letak kumparan jangkar berada

pada slot besi yang berada disebelah luar permukaan jangkar. Pada jangkar

terdapat komutator yang berbentuk silinder dan isolasi sisi kumparan yang

dihubungkan dengan komutator pada beberapa bagian yang berbeda sesuai dengan

jenis belitan.

Gambar 2.6 Konstruksi Motor dc5

c. Torsi Motor

Torsi motor didefinisikan sebagai aksi dari suatu gaya pada motor yang dapat

mempengaruhi beban untuk ikut bergerak. Ketika sumber tegangan dihubungkan

pada brush (sikat) motor, maka arus yang mengalir masuk ke kutub positif brush,

melalui komutator dan kumparan armatur, serta keluar melalui daerah kutub

negatif dari brush.

Pada saat yang bersamaan, arus juga mengalir melalui kumparan medan

magnet. Penerapan kaidah tangan kanan pada konduktor armatur yang berada

dibawah kutub utara (D) memperlihatkan kumparan medan magnet yang

memperkuat gaya keatas agar dapat mendorong konduktor.

Automatic Roof / 2DC01

18

Page 20: 44453872 Automatic Roof

Gambar 2.7 Arah arus armatur untuk putaran searah jarum jam

Ketika kumparan medan magnet berada dibawah posisi kutub selatan E,

gaya akan memotong kearah kanan, kemudian menekan kebawah, sedangkan

kutub utara F dan selanjutnya akan bergerak mendorong kearah kiri dibawah

kutub selatan G, sehingga terbentuk suatu arah gaya yang dapat mengakibatkan

konduktor armatur yang bergerak searah dengan arah jarun jam seperti pada

Gambar 2.7.

Dalam kondisi armatur yang berputar, dimana konduktor bergerak

dibawah kutub menuju ke kondisi neutralplane, kondisi arus menjadi reverse

karena komutator.

Dari proses tersebut diperoleh suatu kenyataan yang sama, bila arus yang

mengalir melalui kumparan armatur dalam kondisi reverse dengan proses

membalik posisi armatur. Namun arahnya akan meninggalkan polaritas medan

yang bersangkutan, maka torsi yang dibangkitkan akan bergerak kearah yang

berlawanan dengan arah jarum jarum jam.

Sedangkan torsi yang dibangkitkan pada motor dc merupakan gabungan aksi dari

fluks medan ( Ф ), arus armatur ( Ia ) yang menghasilkan medan magnet didaerah

sekitar konduktor. Oleh karena itu diperoleh persamaan torsi ( T ) sebagai

berikut :

T = k Ф Ia............................................................................(pers 2.3)7

d. Motor DC Penguat Terpisah

Automatic Roof / 2DC01

19

Page 21: 44453872 Automatic Roof

Motor dc penguat terpisah adalah merupakan salah satu dari jenis motor dc

yang dapat menambah kemampuan daya dan kecepatan karena memiliki fluks

medan (Ф) yang dihasilkan oleh kumparan medan, yang terletak secara terpisah

dan mempunyai sumber pembangkit tersendiri berupa tegangan dc.

Sehingga dengan demikian, jenis motor dc penguat terpisah ini sangat

memungkinkan untuk dapat membangkitkan fluks medan (Ф) bila dibandingkan

dengan menggunakan motor dc magnet permanen. Karena motor dc penguat

terpisah mempunyai fleksibilitas dalam pengontrolan. seperti yang terdapat pada

Gambar 2.8.

Pada kenyataannya terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi nilai torsi dan

kecepatan dari motor dc jenis penguat terpisah, yaitu tegangan dan fluks medan.

Hal ini dapat kita amati dari persamaan dasar motor dc, sebagai berikut :

V = Ea + Ia Ra.....................................................................(pers .4)

Jika E = c n Ф

Maka Vt = c n Ф + Ia Ra

n = Vt – Ia Ra

c Ф

Keterangan :

n = Kecepatan

c = Konstanta

Ra = Tahanan Jangkar

Vt = Tegangan jepit motor

Ia = Arus jangkar

Ф = Fluks magnet

Aplikasi secara umum, fluks medan diusahakan tetap dalam kondisi yang konstan,

sedangkan untuk tegangan suplai motor dc ditambah secara linear, hingga

diperoleh kecepatan nominal dari motor. Ketika kecepatan yang diinginkan

tersebut telah diperoleh, langkah kedua adalah menjaga agar kondisi tersebut tetap

stabil tidak melebihi kecepatan nominal, maka tegangan suplai dibiarkan dalam

kondisi konstan dan fluks pada kumparan medan diperkecil dengan mengurangi

arus medan (If) yang diberikan. Pada keadaan ini terjadi pelemahan kerja pada

Automatic Roof / 2DC01

20

Page 22: 44453872 Automatic Roof

sisi kumparan medan ( field Weaking ) dan kecepatan motor dc tersebut dapat

mencapai 50% s/d 100% dari kecepatan nominal motor.

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Motor dc Penguat Terpisah9

e. Karakteristik Motor DC dengan Penguat Terpisah

Jika tegangan suplai yang diberikan pada kumparan medan diatur dalam

kondisi konstan pada suatu harga maksimum dari motor, maka fluks motor (Ф)

yang dibangkitakan menjadi besar, sehingga untuk harga Vt bernilai konstan.

Hubungan antara nilai torsi motor dan kecepatan motor dapat dipresentasikan

dengan hubungan antara dua buah garis lurus dengan kemiringan garis gradien

negatif yang kecil dengan perpotongan yang terletak pada sumbu kecepatan

seperti pada Gambar 2.9.

Apabila proses dari motor tersebut dihubungkan pada suatu sistem mekanik

(dalam hal ini motor diberi beban / terbebani) maka sistem akan bekerja pada poin

(P1), yang mana merupakan titik pertemuan antara dua buah garis.

Sedangkan jika motor tidak dihubungkan pada suatu mekanik (dalam hal ini

motor tidak diberi beban / tidak terbebani ), motor akan beroperasi pada posisi

poin (P0).

Untuk kumparan jangkar yang disuplai oleh sumber yang terkontrol dari

tegangan searah, maka kecepatannya dapat diatur mulai dari nol sampai harga Vt

sama dengan harga tegangan maksimum. Nilai range dari Vt2 akan mengikuti

karakteristik dari tegangan Vt1.

Automatic Roof / 2DC01

21

Page 23: 44453872 Automatic Roof

Gambar 2.9 Karakteristik Torsi dan Kecepatan dengan Pengaturan Tegangan Jangkar

2.2.7 IC AT89S51

IC AT89S51 ini adalah sebagai pusat memproses dari Automatic Roof dan

IC AT89S51 ini juga bagian dari mikrokontroller. Dibawah ini adalah keluarga

Mikrokontroller MCS-51 :

Mikrokontroler 8051 merupakan keluarga mikrokontroler MCS-51. Yang

termasuk dalam keluarga MCS-51 adalah mikrokontroler 8031 (versi 8051 tanpa

EPROM), 8751, dan 8052. Keluarga MCS-51 memiliki tipe CPU, RAM, counter/

timer, port paralel, dan port serial yang sama. Mikrokontroler 8051 diperkenalkan

pertama kali oleh Intel corp. pada akhir 1970. Mikrokontroler 8051 merupakan

kontroller 8-bit yang mampu mengakses 64 Kbyte memory dan 64 Kbyte data

memory (eksternal).

Pada awal perkembangannya, mikroprosesor dibuat berdasarkan

kebutuhan aplikasi yang lebih spesifik, dalam hal ini mikroprosesor dibagii

menjadi beberapa jenis, yaitu :

Mikroprosesor RISC (Reduced Instruction Set of Computing) dan CISC

(Complex Instruction Set of Computing). Jenis ini yang digunakan untuk

Automatic Roof / 2DC01

22

Page 24: 44453872 Automatic Roof

pengolahan informasi dengan perangkat lunak yang rumit dan digunakan

untuk kebanyakan PC saat ini.

Pengolah Sinyal Digital, DSP (Digital Signal Processor). Memiliki

perangkat lunak dan perangkat keras yang ditujukan untuk mempermudah

proses pengolahan sinyal-sinyal digital. DSP digunakan pada perangkat

audio dan video modern seperti VCD, DVD, Home Theatre dan juga pada

kartu-kartu multimedia di computer.

Dalam perkembangan yang begitu cepat, batasan-batasan tersebut menjadi

kabur, seperti definisi mini, mikro dan mainframe computer. Beberapa

mikrokontroller disebut embedded processor, artinya prosesor yang diberikan

program khusus yang selanjutnya diaplikasikan untuk akumulasi data dan kendali

khusus, serta bias diprogram ulang. Beberapa mikrokontroller modern juga

dilengkapi dengan DSP atau terdapat pula mkrokontroler yang tergolong RISC

seperti mkrokontroler AVR (Alf (Egil Bogen) and Vegard (Wollan) 's Risc

processor).

Mikrokontroller adalah suatu chip yang dibuat dengan cirri khasnya, umumnya

adalah :

Memiliki memori yang relatif sedikit. Penggunaan mikrokontroller untuk

keperluan instrumentasi khusus membuatnya tidak efisien jika menggunakan

memori yang besar namun tidak terpakai.

Memiliki unit I/O langsung. Berbeda dengan mkrokomputer yang unit I/O-nya

dapat dikonfigurasi lebih lanjut, mikrokontroller memiliki unit I/O yang

terintregasi dan berhubungan langsung dengan mikroprosesornya.

Sedangkan dalam hal aplikasi, mikrokontroller memiliki karakteristik sebagai

berikut :

Program relatif lebih kecil dari pada program PC.

Konsumsi daya kecil.

Rangkaian sederhana dan kompak.

Automatic Roof / 2DC01

23

Page 25: 44453872 Automatic Roof

Murah, karena komponen yang digunakan sedikit.

Unit I/O yang sederhana, misalnya keypad, LCD, LED, latch.

Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim misalnya temperatur,

tekanan, kelembaban dan sebagainya.

Dan dibawah ini adalah Blok Diagram Dari AT89S51

Automatic Roof / 2DC01

24

Page 26: 44453872 Automatic Roof

Gambar 2.10 Diagram Blok AT89S51

Deskripsi Pin pada MCS-51

Automatic Roof / 2DC01

25

Page 27: 44453872 Automatic Roof

Gambar 2.11 Mikrokontroller AT89C51

a. Konfigurasi dan fungsi pin AT 89S51

Automatic Roof / 2DC0126

Page 28: 44453872 Automatic Roof

Mikrokontroler AT 89S51 mempunyai 40 kaki, 32 kaki diantaranya digunakan

sebagai port pararel. Satu port pararel terdiri dari 8 kaki, dengan demikian 32 kaki

tersebut membentuk 4 buah port pararel, yang masing-masing dikenal sebagai

port 0, port 1, port 2, port 3. nomor dari masing-masing jalur (kaki) dari port

pararel mulai dari 0 sampai 7, jalur (kaki) pertama port disebut sebagai P0.0 dan

jalur terakhir untuk port 3 adalah P3.7. Berikut penjelasan masing-masing pin :

VCC

Berfungsi sebagai sumber tegangan +5V

GND

Berfungsi sebagai pentanahan (ground)

Port 0

Port 0 adalah masukan/keluaran 8 bit dengan nama P0.0 – P0.7 jenisnya cerat

terbuka masukan dua arah (open drain bi directional I/O port). Jika port 0

berlogika 1 maka dapat digunakan sebagai masukan yang mempunyai

impedansitinggi.

Selain berfungsi sebagai masukan/keluaran, port 0 juga berfungsi sebagai :

1. Multipleks antara byte alamat rendah (A0 s/d A7) dan data (D0 s/d D7)

pada saat mengakses memori program eksternal atau memori data

eksternal. Pada fungsi ini, Port 0 mrmbutuhkan resisitor pullup.

2. Masukan byte kode program selama pemrograman flash memori (memori

program internal atau onchip)dan keluaran saat verifikasi. Resistor pullup

dibutuhkan selama verifikasi.

Port 1

Port 1 adalah masukan/keluaran 8 bit dengan nama masing-masing P1.0

s/d P1.7 yang bersifat dua arah. Port 1 sudah di pasang resistor pullup secara

internal. Jika logika satu dituliskan pada port 1 maka keluaran akan berlogika satu

dan dapat digunakan sebagai masukan.

Automatic Roof / 2DC0127

Page 29: 44453872 Automatic Roof

Fungsi lain port 1 adalah sebagai masukan alamat rendah pada saat pemrograman

memori flash internal dan verifikasi.

Port 2

Port 2 sama dengan Port 1 yaitu masukan/keluaran 8 bit dengan nama

masing-masing P1.0 s/d P1.7 yang bersifat dua arah. Port 2 sudah dipasang

resistor pullup secara internal. Jika logika satu dituliskan pada port 2 maka

keluaran akan berlogika satu dan dapat digunakan sebagai masukan.

Fungsi lain Port 2 adalah:

1. Sebagai byte alamat tinggi (A8 s/d A15) pada saat menjalankan program

pada memori program eksternal data pada memori data eksternal dengan

menggunakan pengalamatan 16 bit (intruksi MOVX @ DPTR) sedangkan

jika menggunakan pengalamatan 8 bit (intruksi MOVX @ RI) maka Port 2

berisi SFR P2.

2. Sebagai bit alamat atas (A8 s/d A12 untuk AT8S51 dan kendali saat

pemrograman memori flash internal dan verifikasi.

Port 3

Port 3 sama dengan port 1 dan port 2 yaitu masukan/keluaran 8 bit dengan

nama masing-masing P3.0 s/d P3.7 yang bersifat dua arah. Port 3 sudah dipasang

resisitor pullup secara internal. Jika logika satu dituliskan pada port 3 maka

keluaran akan berlogika satu dan dapat di gunakan sebagai masukan.

Selain sebagai masukan/keluaran biasa, Port 3 juga mempunyai fungsi

khusus seperti pada table 1

Pin

PortFungsi Khusus AT89S51

P3.0 RXD (port masukan serial) Ada

P3.1 TXD (port keluaran serial) Ada

Automatic Roof / 2DC01

28

Page 30: 44453872 Automatic Roof

P3.2 INT0 (interupsi eksternal 0, aktif rendah) Ada

P3.3 INT1 (interupsi eksternal 1, aktif rendah) Ada

P3.4 T0 (masukan eksternal timer 0) Ada

P3.5 T1 (masukan eksternal timer 1) Ada

P3.6 WR (signal tulis untuk memori eksternal, aktif rendah) Ada

P3.7 RD (signal baca untuk memori eksternal, aktif rendah) Ada

Tabel. 2.1 Fungsi Khusus Port 3

Fungsi lain adalah sebagai masukan signal kendali pada saat pemrograman

memori flash dan verifikasi

RST

Berfungsi sebagai masukan reset. Jika RST diberi logika tinggi dalam

waktu 2 siklus mesin maka mikrokontroler akan direset.

ALE/PROG

Signal/Address Latch Enable (ALE) digunakan untuk mengaktifkan IC

latch agar data alamat rendah disimpan. ALE aktif ketika mengakses program

eksternal. Pin ini juga digunakan untuk memberikan pulsa pemrograman memori

flash internal’ Dalam keadaan normal ALE mengeluarkan pulsa dengan frekuensi

konstan yaitu 1/6 frekuensi osilator. Sehingga dapat digunakan untuk tujuan

pewaktuan eksternal.

PSEN (Program Store Enable)

PSEN adalah keluaran signal strobe untuk mebaca kode program (code

memory). Ketika AT89S51 mengeksekusi memori program eksternal, signal

PSEN diaktifkan dua kali setiap siklus mesinnya.

Automatic Roof / 2DC01

29

Page 31: 44453872 Automatic Roof

EA/VPP (External Access Enable)

EA harus dihubungkan ke ground (GND) jika semua program diakses dari

memori program eksternal (external code memory) yang dimulai dari alamat

0x0000 s/d 0xFFFF. Jika program yang akan dieksekusi berasal dari memori

program internal dan eksternal maka EA di hubungkan ke VCC. Pin EA juga 10

digunakan sebagai masukan tegangan pemrograman ketika akan memprogram

memori flash internal.

XTAL-1

Masukan penguat osilator membalik dan masukan rangkaian clock

internal.

XTAL-2

Keluaran dari penguat osilator membalik. (Totok Budioko. 2005. Belajar

Dengan Mudah dan Cepat Pemrograman Bahasa C Dengan SDCC) Pada

Mikrokontroler AT89C51/52 Teori, Simulasi, dan Aplikasi.

b. SFR (SPECIAL FUNCTION REGISTER) PADA AT89S51

Tidak semua pada alamat SFR digunakan, alamat-alamat yang tidak

digunakan, tidak diimplementasikan pada chip. Jika dilakukan usaha pembacaan

pada alamat-alamat yang tidak terpakai tersebut akan menghasilkan data acak dan

penulisannya tidak menimbulkan efek sama sekali. Pengguna perangkat lunak

sebaiknya jangan menuliskan ‘1’ pada lokasi-lokasi ‘tak bertuan’ tersebut, karena

dapat digunakan untuk mikrokontroler generasi selanjutnya. Dengan demikian,

nilai-nilai reset atau non-aktif dari bit-bit baru ini akan selalu ‘0’ dan nilai

aktifnya adalah ‘1’ berikut akan dijelaskan secara singkat SFR-SFR beserta

fungsinya :

8 Byte

Automatic Roof / 2DC01

30

Page 32: 44453872 Automatic Roof

Tabel 2.2 Peta Register fungsi khusus – SFR (Special Function Regiter) tanda

(…) untu

SFR yang dijumpai dikeluarga 51 dengan 3 Timer.

Mikrokontroller tidak dapat bekerja bila tidak diberikan program

kepadanya, sistem kerja mikrokontroller dapat dirubah setiap saat sesuaii dengan

program yang diberikan kepadanya. Instruksi perangkat lunak berbeda untuk

masing-masing jenis mkrokontroler.

Mikrokontroller tidak dapat memahami instruksi yang berlaku pada

mikrokontroller jenis lain, contohnya Mikrokontroller buatan INTEL memiliki

intruksi yang berbeda dengan mikrokontroller buatan ZILOG.

Bahasa pemrograman yang digunakan untuk memprogram MCS51 adalah

bahasa assembler, bahasa assembler berkaitan erat dengan bilangan, bilangan

tersebut digunakan untuk pemberian alamat pada port dan registry.

Automatic Roof / 2DC0131

Page 33: 44453872 Automatic Roof

Didalam pemrograman dengan bahasa assembler, bisa digunakan berbagai

jenis bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu: Bilangan biner, oktaf,

decimal dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-jenis bilangan ini adalah

penting, karena akan sangat membantu kita dalam pemrograman yang

sesungguhnya.

2.2.8 Saklar

Saklar adalah sebuah alat atau komponen elektronika yang berfungsi

untuk memutus dan menyambung aliran listrik, pada rangkaian saklar berfungsi

sebagai terminal. Pada umumnya saklar memiliki dua kondisi yaitu ON

(menyambung) dan OFF (memutus), apabila saklar dalam kondisi ON maka

kedua kutup saklar dalam kondisi terhubung, sehingga arus listrik dapat mengalir

dari sumber tegangan ke dalam rangkaian, sehingga

Gambar 2.11 Saklar

rangkaian dapat bekerja, tetapi apabila saklar dalam keadaan OFF maka kedua

kutup saklar dalam kondisi memutus (tidak tersambung), sehingga arus listrik dari

sumber tegangan tidak dapat mengalir ke dalam rangkaian, sehingga rangkaian

tidak dapat bekerja.

Automatic Roof / 2DC01

32

Page 34: 44453872 Automatic Roof

2.2.9 IC L293D & LM339

Komponen-komponen elektonika yang berbeda ( resistor, kapasitor,

transistor, dll ) dikombinasikan menjadi sebuah komponen elektronik kompleks

yang dinamakan dengan “Integrated Circuit “ (IC). Dari penjelasan diatas maka

IC dapat merupakan sebuah rangkaian.

Pada alat yang kami kerjakan “Automatic Roof” ini kami memakai IC

dengan kode L293D & LM339, IC L293D & LM339 ini pada rangkaian

Automatic Roof berfungsi sebagai penguat, disini yang diperkuat adalah dalam

bentuk signal, sehingga dan untuk lebih jelasnya tentang IC L293D & LM339 ini,

dapat dilihat pada gambar skema IC L293D & LM339 dibawah ini :

Gambar 2.12 IC L293D & ICLM339

2.3 Bilangan – Bilangan Pada Pemograman.

a. BILANGAN BINER

Sistem bilangan biner atau sistem bilangan basis dua adalah sebuah sistem

penulisan angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan

biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada abad ke-17. Sistem

bilangan ini merupakan dasar dari semua sistem bilangan berbasis digital. Dari

sistem biner, kita dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau

Hexadesimal. Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah bit, atau Binary

Digit. Pengelompokan biner dalam komputer selalu berjumlah 8, dengan istilah 1

Byte. Dalam istilah komputer, 1 Byte = 8 bit. Kode-kode rancang bangun

Automatic Roof / 2DC01

33

Page 35: 44453872 Automatic Roof

komputer, seperti ASCII, American Standard Code for Information Interchange

menggunakan sistem peng-kode-an 1 Byte.

contoh: mengubah bilangan desimal menjadi biner desimal = 10.

berdasarkan referensi diatas yang mendekati bilangan 10 adalah 8 (23),

selanjutnya hasil pengurangan 10-8 = 2 (21). sehingga dapat dijabarkan seperti

berikut:

10 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20).

dari perhitungan di atas bilangan biner dari 10 adalah 1010

b. BILANGAN DESIMAL

Sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang menggunakan 10

macam angka dari 0,1, sampai 9. Setelah angka 9, angka berikutnya adalah 1 0, 1

1, dan seterusnya (posisi di angka 9 diganti dengan angka 0, 1, 2, .. 9 lagi, tetapi

angka di depannya dinaikkan menjadi 1). Sistem bilangan desimal sering dikenal

sebagai sistem bilangan berbasis 10, karena tiap angka desimal menggunakan

basis (radix) 10, seperti yang terlihat dalam contoh berikut:

angka desimal 123 = 1*102 + 2*101 + 3*100

Berikut adalah tabel yang menampilkan sistem angka desimal (basis 10), sistem

bilangan biner (basis 2), sistem bilangan/ angka oktal (basis 8), dan sistem angka

heksadesimal (basis 16) yang merupakan dasar pengetahuan untuk mempelajari

komputer digital. Bilangan oktal dibentuk dari bilangan biner-nya dengan

mengelompokkan tiap 3 bit dari ujung kanan (LSB).

c. BILANGAN OKTAL

Bilangan oktal adalah bilangan dengan basis 8, artinya angka yang dipakai

hanyalah antara 0-7. Sama halnya dengan jenis bilangan yang lain, suatu bilangan

oktal dapat dikonversikan dalam bentuk desimal dengan mengalikan suku ke-N

dengan 8 N. Contohnya bilangan 128 = (1 X 81) + (2 X 80) = 1010.

Automatic Roof / 2DC01

34

Page 36: 44453872 Automatic Roof

d. BILANGAN HEXADESIMAL

Bilangan hexadesimal merupakan bilangan yang berbasis 16. Dengan angka

yang digunakan berupa: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Dalam pemrograman

assembler, jenis bilangan ini boleh dikatakan yang paling banyak digunakan. Hal

ini dikarenakan mudahnya pengkonversian bilangan ini dengan bilangan yang

lain, terutama dengan bilangan biner dan desimal. Karena berbasis 16, maka 1

angka pada hexadesimal akan menggunakan 4 bit.

2.4 Pengalamatan.

Mode pengalamatan, mengacu bagaimana anda mengalamati suatu lokasi

memori tertentu Mode pengalamatan pada set instruksi 8051 adalah ditunjukkan

sebagai berikut:

Immediate Addressing MOV A,#20h

Direct Addressing MOV A,30h

Indirect Addressing MOV A,@R0

External Direct MOVX A,@DPTR

Code Indirect MOVC A,@A+DPTR

1.1. Immediate Addressing

Immediate addressing dinamakan seperti ini, karena nilai yang akan

disimpan didalam memori, secara langsung berada dalam kode.

org 0h

start: MOV A,#20h; put constant 20 into Acc

end

Org 0h

Start: MOV 70h,#0h; put constant 0 into RAM 70h

Automatic Roof / 2DC01

35

Page 37: 44453872 Automatic Roof

MOV 71h,#1h;

MOV 72h,#2h;

end

;

Org0h

Start: MOV DPTR,#1234h;put constant 1234 into DPTR

end

Org 0h

Start: MOV PSW,#0; Select register bank 0

MOV R0,#0; put 0 into register 0

MOV R1,#1; put 1 into register 1

MOV R2,#2; put 2 into register 2

MOV R3,#3; put 3 into register 3

MOV R4,#4; put 4 into register 4

MOV R5,#5; put 5 into register 5

MOV R6,#6; put 6 into register 6

MOV R7,#7; put 7 into register 7

end

;

org 0h

Start: MOV PSW,#8; Select register bank 1

Automatic Roof / 2DC01

36

Page 38: 44453872 Automatic Roof

MOV R0,#0; put 0 into register 0

MOV R1,#1; put 1 into register 1

MOV R2,#2; put 2 into register 2

MOV R3,#3; put 3 into register 3

MOV R4,#4; put 4 into register 4

MOV R5,#5; put 5 into register 5

MOV R6,#6; put 6 into register 6

MOV R7,#7; put 7 into register 7

end

Immediate addressing adalah pengalamatan yang sangat cepat karena nilai yang

akan diloadkan berada didalam instruksi tersebut.

1.2. Direct Addressing

Disebut direct addressing karena nilai yang akan disimpan didalam

memori, diperoleh secara langsung dari memori yang lain.

org 0h

Start: MOV A,30h;

end

Org 0h

Start: Mov 70h,#1;put constant 1 into RAM 70h

Mov A, 70h;copy RAM 70 content into Acc

Mov A,#0 ;put constant 0 into Acc

Mov 90h,A ;copy Acc content into RAM 90h

Automatic Roof / 2DC01

37

Page 39: 44453872 Automatic Roof

end

Inbyte equ 70h

Port1 equ 90h

Org 0h

Start: Mov Inbyte,#3;put constant 3 into RAM 70h

Mov A,Inbyte ;copy RAM 70h content into Acc

Mov A,#0 ;Clear accumulator

Mov Port1,A ;copy Acc content into RAM 90h

end

Org 0h

Mov DPTR,#Character

Start: Mov A, #0

Inc DPTR

Movc A, @A+DPTR

Mov R0,A

Sjmp Start

Character:

DB 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

1.3. Indirect Addressing

Indirect addressing adalah mode pengalamatan yang sangat ampuh, yang

memberikan fleksibelitas dalam hal transfer data. Indirect addressing juga satu-

Automatic Roof / 2DC01

38

Page 40: 44453872 Automatic Roof

satunya cara untuk mengakses 128 byte ekstra dari internal RAM yang ditemukan

pada keluarga 8052.

MOV A,@R0

Instruksi ini menyebabkan 8051 menganalisa nilai dari register R0. 8051

kemudian akan mengambil data dari akumulator dengan nilai yang berasal dari

alamat RAM internal yang ditunjukkan oleh R0. Sebagai contoh, misal R0 akan

digunakan untuk menandai alamat RAM 40h yang berisi data 67h. Ketika

instruksi diatas, dieksekusi maka 8051 akan melihat nilai dari R0, yang berisi 40h,

dan mengirimkan isi RAM 40h (dalam hal ini mempunyai nilai 67h) ke

akumulator.

MOV R0,#99h ;

MOV @R0,#01h;

Instruksi tersebut adalah tidak valid. Karena indirect addressing selalu mengacu

ke RAM internal, dua instruksi ini akan menulis nilai 01 ke RAM internal alamat

99h pada 8052. Pada 8051 instruksi tersebut akan menghasilkan hasil yang tak

terdifinisi, karena 8051 hanya mempunyai internal RAM 128 byte

Org 0h

Start: Mov PSW, #0 ; choose register bank 0

Mov R0, #78h; put constant 78h into R0

Mov @R0, #1 ; put contanta 1 into 78h

end

Org 0h

Start: Mov PSW,#0; pilih register bank 1

Mov R0,90h; copy RAM 90h content into R0

Mov @R0,#1; put constant 1 into 90h

Automatic Roof / 2DC01

39

Page 41: 44453872 Automatic Roof

End

;

Instruksi Pemrograman Pada Mikrokontroller MCS-51

Pada MCS-51 mempunyai ± 256 instruksi pemrograman yang secara garis

besar dibagi menjadi :

1. Transfer Data

2. Operasi Aritmatika

3. Operasi Logika

4. Manipulasi Variabel Boolean

5. Instruksi Percabangan

Instruksi Transfer Data

• Instruksi Transfer Data mempunyai beraneka ragam bentuk yang berbeda

yang disesuaikan dengan keberadaan data tersebut berasal (SOURCE) dan

akan ditransfer kemana (DESTINATIONS).

• Instruksi ini menggunakan operand MOV yang tidak mengubah isi data

pada sumber (Source) dan hanya menyalin data dari sumber ke tujuan

(Destinations)

2.5 Jenis-jenis Instruksi Transfer Data.

a. ACCUMULATOR / REGISTER

Metode ini adalah menyalin data dari suatu Register ( R0 – R4 ) ke Accumulator (

A )

Contoh : MOV A,R0

MOV A,R1

MOV A,R2

Automatic Roof / 2DC01

40

Page 42: 44453872 Automatic Roof

MOV A,R3

MOV A,R4

b. REGISTER / ACCUMULATOR

Metode ini adalah menyalin data yang berada di Accumulator ( A ) ke suatu

Register ( R0 – R5 )

Contoh : MOV R0,A

MOV R1,A

MOV R2,A

MOV R3,A

MOV R4,A

MOV R5,A

c. ACCUMULATOR / DATA ( IMMEDIATE )

Metode ini adalah untuk mengisi data ke dalam Accumulator ( A ) dengan data 8

bit secara langsung. Pada metode ini digunakan tanda # pada data yang akan

diisikan.

Contoh : MOV A,#24H

MOV A,#7FH

MOV A,#0FEH

MOV A,#0F8H

MOV A,#100

MOV A,#255

MOV A,#0FFH

Automatic Roof / 2DC01

41

Page 43: 44453872 Automatic Roof

d. REGISTER / DATA ( IMMEDIATE )

Metode ini adalah untuk mengisi data ke dalam suatu Register (R0–R5) dengan

data 8 bit secara langsung. Pada metode ini digunakan tanda # pada data yang

akan diisikan.

Contoh : MOV R0,#24H

MOV R1,#7FH

MOV R2,#0FEH

MOV R3,#0F8H

MOV R4,#100

MOV R5,#255

e. REGISTER / REGISTER

Metode ini adalah mengkopi data yang berada di Register (R0-R7) kesuatu

Register (R0-R5) yang lain.

Contoh : MOV R0,R5

MOV R4,R0

MOV R2,R1

MOV R6,R2

MOV R4,R7

MOV R5,R1

f. ACCUMULATOR / DIRECT

Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke

Accumulator tanpa melalui register lainnya.

Automatic Roof / 2DC01

42

Page 44: 44453872 Automatic Roof

Contoh : MOV A,20H

MOV A,21H

MOV A,22H

MOV A,23H

MOV A,24H

MOV A,25H

MOV A,2FH

g. DIRECT / ACCUMULATOR

Instruksi ini akan memindahkan data dari Accumulator ke sebuah alamat

internal RAM tanpa melalui register lainnya.

Contoh : MOV 20H,A

MOV 21H,A

MOV 22H,A

MOV 23H,A

MOV 24H,A

MOV 25H,A

MOV 2FH,A

h. ACCUMULATOR / INDIRECT

Type instruksi ini hanya dapat menggunakan register R0 dan R1 sebagai pointer

Contoh : MOV A,@R0

MOV A,@R1

Automatic Roof / 2DC01

43

Page 45: 44453872 Automatic Roof

i. INDIRECT / ACCUMULATOR

Type instruksi ini hanya dapat menggunakan register R0 dan R1 sebagai pointer

Contoh : MOV @R0,A

MOV @R1,A

j. REGISTER / DIRECT

Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke

Register-register yang berada di Mikrokontroller.

Contoh : MOV R0,20H

MOV R1,21H

MOV R2,22H

MOV R3,23H

MOV R4,24H

MOV R5,25H

MOV R6,29H

MOV R7,2FH

k. DIRECT / REGISTER

Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah Register ke sebuah alamat

internal RAM yang berada di Mikrokontroller.

Contoh : MOV 22H,R0

MOV 24H,R1

MOV 25H,R2

Automatic Roof / 2DC01

44

Page 46: 44453872 Automatic Roof

l. DIRECT / DIRECT

Instruksi ini akan memindahkan data dari sebuah alamat internal RAM ke sebuah

alamat internal RAM juga.

Contoh : MOV 22H,20H

MOV 24H,21H

MOV 25H,23H

MOV 28H,26H

MOV 2AH,20H

MOV 2CH,29H

MOV 2DH,2FH

m. DIRECT / DATA

Pada instruksi ini akan mengisi data pada sebuah alamat internal RAM secara

langsung dengan cara memasukkan data delapan bit.

Contoh : MOV 22H,#0FEH

MOV 24H,#7EH

MOV 25H,#23H

MOV 28H,#9FH

MOV 2AH,#0D5H

MOV 2CH,#0B4H

MOV 2DH,#22H

Automatic Roof / 2DC01

45

Page 47: 44453872 Automatic Roof

n. INDIRECT - DATA

Pada instruksi yang dipakai disini menggunakan register INDIRECT sebagai

register pemrosesnya dengan diisi data secara langsu

Contoh : MOV @R0,#21H

MOV @R1,#0C8H

o. INDIRECT - DIRECT

Pada instruksi yang dipakai disini menggunakan register INDIRECT sebagai

register pemrosesnya dengan diisi data dari alamat internal RAM.

Contoh : MOV @R0,21H

MOV @R1,25H

2.6 PERINTAH DASAR MCS-51

Dasar-dasar perintah yang biasa digunakan pada mikrokontroller MCS-51 adalah

sebagai berikut.

1. clr : mereset atau memberi nilai 00h.

2. mov : menyalin suatu nilai.

3. setb : memberikan logika 1 pada port.

4. call : memanggil perintah program yang ditentukan.

5. sjmp : lompat ke label program dan langsung

menjalankannya.

6. djnz : mengurangi nilai pada register, bila belum

mencapai 0 maka akan dilakukan lompatan ke

label sub program.

7. jnb : lompat kelabel subprogram bila nilai port

berlogika LOW.

8. cjne : bandingkan, bila nilai port tidak sama maka lompat.

Automatic Roof / 2DC01

46

Page 48: 44453872 Automatic Roof

9. rr / rl : geser kanan 1 bit pada isi akumulator / kiri 1bit

10. inc / dec : menambahkan nilai 1 bit pada akumulator /

mengurangi nilai 1 bit pada akumulator.

Format penulisan standar bahasa assembly MCS-51 (pada Rigel Reads51)

#include <sfr51.inc>

Org 100h

Mov p0, #0ffh

Mov p1, #0ffh

Mov p2, #0ffh

Mov p3, #0ffh

;

~main program~

;

End

Keterangan :

#include <sfr51.inc> : berguna sebagai referensi alamat memory.

untuk port, register, akumulator dan lainnya.

Org 100h : memulai program dari alamat memori 100h.

Mov px, #0ffh : menset suatu port, wajib digunakan apabila

untuk digunakan pada alat nyata.

Main program : berisi program utama.

End : mengakhiri basis program.

Automatic Roof / 2DC01

47

Page 49: 44453872 Automatic Roof

BAB III

ANALISA RANGKAIAN

Analisa rangkaian menjelaskan tentang cara kerja dari rangkaian yang kami

buat yaitu rangkaian Automatic Roof. Dimulai dengan cara kerja rangkaian secara

umum dilanjutkan dengan penjelasan secara lebih khusus, yaitu penjelasan fungsi

dan cara kerja masing-masing blok diagram (dalam bentuk proses), sehingga

membentuk rangkaian lengkap atau analisa secara detail dari Automatic Roof.

Penganalisaan pada rangkaian Automatic Roof ini akan kami sajikan dalam 2

(dua) metode yaitu :

1. Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram

2. Analisa Rangkaian Secara Detail

Yang semua ini kami lakukan untuk dapat lebih memperjelas tentang cara atau

prinsip kerja dari Rangkaian Automatic Roof ini, dengan harapan akan lebih

mudah untuk dimengerti atau dipahami.

3.1 Analisa rangkaian secara blik diagram

Analisa secara blok diagram untuk rangkaian Automatic Roof ini dibagi

menjadi tiga bagian yang terdiri dari: Input Sensor 1/ IC LM339 dan Sensor 2,

Proses IC AT89S51, dan Output/ Motor DC. Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat

pada Rangkaian Blok Diagram di bawah ini.

Automatic Roof / 2DC01

VCC (Aktifator)

Sensor 2

Sensor 1/ IC LM339

Input IC AT89S51 Output

48

Page 50: 44453872 Automatic Roof

VCC (Aktifator)

VCC sebagai aktifator atau pemberi sebuah arus tegangan pada rangkaian

Automatic Roof. Tegangan yang diberikan sebesar 12 Volt dan 5 volt. Dari power

supply ke tiap-tiap komponen mulai dari sensor 1, sensor2, IC AT89S51, dan

output.

Input

Yang berperan sebagai input adalah cahaya dan air. Dimana cahaya akan

mempengaruhi sensor 1 dan air akan mempengaruhi sensor 2. respon dari sensor

tersebut masuk ke IC AT89S51 yang akan mempengaruhi pergerakan motor DC.

a. Sensor 1/ IC LM339

Sensor 1 ini berupa LDR (Light Dependent Resistant) dan IC LM 339

sebagai penguat sinyal masukan dari LDR. Prinsip kerja dari LDR yaitu

apabila terkena cahaya maka resistansinya kecil dan apabila tidak terkena

cahaya maka resistansinya besar. Pengaruh cahaya yang masuk ke LDR akan

diperkuat untuk kemudian akan dikirim ke IC AT89S51.

b. Sensor 2

Sensor 2 ini berupa sensor air. Apabila sensor ini terkena air maka sensor

ini akan aktif. Output dari sensor 2 akan mempengaruhi IC AT89S51 yang

akan diproses bersama output dari sensor 1. Dan akan mempengaruhi

pergerakan motor DC.

Proses IC AT89S51

IC At89S51 merupakan suatu IC untuk mikrokontroler yang dapat

dimasukkan program untuk inti proses tersebut. IC ini terdiri dari 4 port, masing-

masing port tersebut terdiri dari 8 pin. Yaitu port 0.0 sampai port 0.7, port 1.0

sampai port 1.7, port 2.0 sampai port 2.7, dan port 3.0 sampai port 3.7. port

tersebut dapat digunakan input atau output. Dalam IC ini port 0.0, port 0.1

digunakan untuk sensor 1 dan sensor 2. Sedangkan port 1.4, port 1.5 digunakan

Automatic Roof / 2DC01

49

Page 51: 44453872 Automatic Roof

sebagai inputan untuk IC L293D yang mana akanmempengaruhi pergerakan

motor DC.

Output/Motor DC

Output disini menggunakan motor dc. Motor DC ini digerakkan

berdasarkan output dari IC L293D. IC L293D ini mendapatkan inputan dari port

1.4 untuk input 4 dan port 1.5 untuk input 3. Input 3 dan input 4 ini hanya akan

aktif salah satu saja secara bergantian sesuai dengan input dari sensor 1 dan sensor

2.

Skema Rangkaian

3.2 Analisa Secara Detail

Pada rangkaian Automatic Roof diberikan VCC sebesar +12 volt dan +5

volt. Arus tegangan mengalir melalui komponen-komponen yang terdiri dari

sensor 1/IC LM339, sensor 2, motor DC, IC AT89S51, resistor, kapasitor, saklar

ON/OF. Maka dari VCC arus mengalir ke sensor 1 yang berupa LDR, dan IC

Automatic Roof / 2DC01

50

Page 52: 44453872 Automatic Roof

LM339 sebagai penguat sinyal masukan dari LDR. Dan juga mengalir ke sensor 2

yang berupa gelap atau beresistansinya besar. Sensor 1 masuk ke kaki 39

AT89S51 atau port 0.0 sehingga pada program p0.0 akan aktif bersamaan dengan

itu sensor 2 atau sensor air yang aktif karena terkena air terhubung ke kaki 38 atau

port 0.1 sehingga port 0.1 akan aktif.

start:

jnb p0.0,buka

jnb p0.1,tutup

jnb p0.2,mati

jnb p0.3,mati

sjmp start

tutup: mov p1,#dfh

acall delay

sjmp start

Program diatas adalah program yang telah dimasukan kedalam IC

AT89S51. Pada saat kondisi hujan maka sensor 2 akan aktif sehingga port 0.1

berlogika 0 berdasarkan program diatas pada line jnb p0.1,tutup maka proses

program akan loncat kelabel tutup dimana di semua port 1 bernilai dfh sehingga

mengakibatkan port 1.5 aktif. Sehingga proses berlanjut ke input 3 IC L293D dan

kemudian dilanjutkan ke output 3 yang menyebabkan motor bergerak.

Automatic Roof / 2DC01

51

Page 53: 44453872 Automatic Roof

BAB IV

CARA PENGOPERASIAN ALAT

4.1 Pengoperasian Alat

Rangkaian Automatic Roof ini untuk mengoperasikan cukup dengan

menggunakan sumber tegangan sebesar 12 dan 5 Volt. Kita harus

menghubungkan kabel berguna untuk menghubungkan alat ini dengan sumber

tegangan yang berupa power supply. Setelah itu kita mengikuti langkah – langkah

penggunaan alat sebagai berikut.

Nyalakan sumber tegangan yang berupa power supply. Pada jalur PCB. VCC

dihubungkan pada kutub Positif dan GND dihubungkan pada kutub negative.

Dirangkaian ini menginputnya menggunakan sensor cahaya dan air. Bila

sensor air terkena air hujan maka atap akan tertutup secara otomatis yang

digerakan oleh motor DC dan bila sensor cahaya terkena cahaya matahari

maka atap akan terbuka secara otomatis.

4.2 Pengujian Alat

Alat ini sudah diuji keberhasilannya dan menunjukkan perhitungan dengan

tampilan yang benar. Pengujian alat dilakukan dengan menggunakan sumber

tegangan 12 dan 5 volt. Sesuai dengan percobaan pada rangkaian Automatic Roof

ini akan menghasilkan suatu output yang dihasilkan oleh Motor DC. Hasil output

tersebut dihasilkan dari sensor cahaya dan sensor air, bila salah satu sensor

tersebut terkena cahaya matahari atau air. Maka motor DC akan bekerja dan akan

menutup atap tersebut.

Automatic Roof / 2DC01

52

Page 54: 44453872 Automatic Roof

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Rangkaian Automatic Roof merupakan rangkaian Elektronika yang

penggunaannya untuk keperluan sehari-hari yang fungsinya yaitu untuk

melindungi jemuran atau benda lain dari hujan. Didalam pengerjaannya

membutuhkan sebuah IC sebagai untuk penguat signal.

Setelah menyelesaikan Proyek Automatic Roof ini kami dapat mengambil

kesimpulan antara lain:

Dalam mengerjakan proyek harus mempunyai rencana yang baik agar pada

saat mengerjakan proyek tersebut harus selesai tepat pada waktunya yang

telah direncanakan. Pada pelaksanaan proyek rencana pertama adalah mencari

komponen – komponen yang telah ditentukan pada gambar rangkaian, kedua

membuat sebuah jalur rangkaian pada PCB, setelah jalur rangkaian telah jadi

mengkonsul jalur tersebut pada pembimbing. Bila jalur telah benar, jalur

tersebut dilunturkan dengan bubuk Feriklorit.setelah itu memasang komponen

pada jalur tersebut yang telah ditentukan. Rencana ketiga membuat sebuah

makalah.

Rangkaian Automatic Roof yang terdiri dari komponen-komponen seperti

Resistor, Capasitor Polar, Capasitor Non Polar, IC LM339,L239D, AT89S51,

Trimpot, Motor DC, dan saklar ON/OFF. Komponen-Komponen ini dipasang

dirangkaian Automatic Roof dan dapat menghasilkan sebuah Output yang

diinginkan.

Automatic Roof merupakan alat sederhana yang digunakan pada sehari -hari

dan dapat digunakan untuk menghindari terjadinya hujan, maka barang –

barang yang didalam ruangan tersebut terlindungin dari hujan.

Automatic Roof / 2DC01

53

Page 55: 44453872 Automatic Roof

5.2 Saran

Pembuatan proyek rangkaian Automatic Roof ini ternyata dapat membantu

dalam kreatifitas para mahasiswa. Terutama pada kami sebagai mahasiswa Teknik

Komputer yang tentunya untuk belajar dan membuat proyek-proyek rangkaian

elektronika. Dan rangkaian Automatic Roof ini dikembangkan terus sehingga

akan lebih bermanfaat.

Pada Rangkaian Automatic Roof ini mungkin masih jauh dari

kesempurnaan di karenakan masih adanya keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh

karena itu masih banyak kemungkinan pengembangan yang dapat dilakukandari

rangkaian Sirene ini.

Dari yang telah kami kerjakan dan berbagai kendala yang terjadi selama

pembuatan rangkaian Automatic Roof, Mulai dari pembuatan Jalur pada PCB,

pemasangan dan penyolderan komponen. Kami menyarankan beberapa hal,

diantaranya:

Pada pembuatan jalur pertama, jalur tersebut dicerminkan baru membuat jalur

dari hasil pencerminan, pembuatan jalur pada PCB, pastikan bahwa spidol

tersebut permanen, warna tinta spidol bagus. Bila dicairkan di Feriklorit tidak

luntur dan jalur tidak putus.

Pada pemasangan komponen di jalur PCB pastikan kaki – kaki komponen

tidak terbalik, bila terbalik akan fatal hasilnya.

Pada penyolderan, pastikan timah yang digunakan bagus dan pada saat

menyolder pastikan cairan timah tidak menyatu. Bila menyatu maka alat tidak

bekerja.

Setelah disolder periksa apakah jalur tersebut ada yang menyatu atau tidak.dan

sebelum mengumpulkan alat diharapkan melakukan uji coba di Lab

Mikroprosessor serta konsultasi kepada Asissten Lab agar meminimalkan

kesalahan pada saat pengumpulan alat Automatic Roof.

Dan setelah melaksanakan Praktikum Mikroprosessor, kami ingin menyampaikan

beberapa saran diantarannya :

Automatic Roof / 2DC01

54

Page 56: 44453872 Automatic Roof

Peraturan praktikum Mikroprosessor tidak dipersulit lagi

Dalam memberi penjelasan diharapkan pelan – pelan agar kami

mengerti

Sarana praktikum lebih ditingkatkan.

Pemeliharaan alat dan komponen agar lebih diperhatikan agar pada

pelaksanaan praktikum tidak ada kendala.

Dalam pembuatan sebuah proyek diharapkan Asissten lab bisa

membantu dan bisa memberi petunjuk bila kami ada kesulitan pada

saat membuat jalur atau mencari komponen yang sulit didapatkan.

Automatic Roof / 2DC01

55

Page 57: 44453872 Automatic Roof

DAFTAR PUSTAKA

Malvino, Prinsip-prinsip elektronik, Erlangga, jakarta, Edisi kedua

Sumis Jokartono, elektronika praktis, PT Elek media komputindo, Jakarta,

1985.

Modul Bantu Elektronika 1, Universitas Gunadarma, Jakarta, ______.

Modul Bantu Elektronika 2, Universitas Gunadarma, Jakarta, ______

Automatic Roof / 2DC01

56

Page 58: 44453872 Automatic Roof

LAMPIRAN

Program Automatic Roof

#include <sfr51.inc> buka: mov p1,#efh

org 100h acall delay

mov p0,#ffh sjmp start

mov p1,#ffh tutup: mov p1,#dfh

mov p2,#ffh acall delay

mov p3,#ffh sjmp start

; mati: mov p1,#ffh

start: mati: mov p1,#ffh

jnb p0.0,buka acall delay

jnb p0.1,tutup sjmp start

jnb p0.2,mati ;

jnb p0.3,mati delay : mov r0,#ch

sjmp start ret

end

Automatic Roof / 2DC01