43901_koreksi Biaya Kantor Pusat _tp

download 43901_koreksi Biaya Kantor Pusat _tp

of 28

description

43901_koreksi Biaya Kantor Pusat _tp

Transcript of 43901_koreksi Biaya Kantor Pusat _tp

  • Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.43901/PP/M.VII/15/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi

    Penghasilan Netto Tahun Pajak 2007 adalah sebesar Rp.217.311.220.909,00 terdiri dari:

    No. Koreksi Jumlah (Rp)

    1 Koreksi positif atas BR-Asia Pacific Head Office (Balpos 760300) 130.536.410.283,00

    2 Koreksi positif atas BR-MLC/Global Heads (Balpos 760400) 34.445.427.040,00

    3 Koreksi positif atas Christmas Allowance (Balpos 731035) 1.606.805.681,00

    4 Koreksi positif atas Controlling (Balpos 760507) 4.067.802.383,00

    5 Koreksi atas biaya Staff - Training 640.494.201,00

    6 Koreksi PPh Badan atas penyesuaian negatif terhadap akun BR-Asia

    Pacific Head Office (Balpos 760300)

    4.450.720.619,00

    7 Koreksi Pajak Penghasilan Badan atas penyesuaian negatif terhadap akun

    Reversal to Uncollectible Acc (Balpos 900000)

    20.547.676.218,00

    8 Koreksi PPh Badan atas penyesuaian negatif terhadap akun Sundry

    Liabilities (Balpos 920000)

    21.015.884.484,00

    Jumlah 217.311.220.909,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

    Koreksi positif atas BRAsia Pacific Head Office (Balpos 760300) sebesar Rp.130.536.410.283,00 Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi positif atas BRAsia Pacific Head Office

    (Balpos 760300) sebesar Rp.130.536.410.283,00; Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang

    menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti pada saat proses pemeriksaan maupun proses keberatan. Bahwa softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat telah Pemohon Banding sampaikan pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding. Pemohon Banding bersedia memberikan bukti-bukti tersebut kepada Majelis dalam persidangan;

    Menurut Majelis : bahwa terdapat koreksi positif atas BRAsia Pacific Head Office (Balpos 760300)

    sebesar Rp.130.536.410.283,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut: bahwa menurut Terbanding Biaya Umum dan Administrasi dan Pimpinan (G&A, Executive Expenses) yang terjadi di Head Office (yang merupakan biaya 3M Head Office dan BUT di Indonesia serta BUT-BUT lainnya diseluruh dunia), secara yurisdiksi dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto, namun cara pembebanannya (tidak diatur dalam P3B), sehingga harus tunduk kepada Undang-undang Domestik (yaitu Pasal 5 ayat (3) Undang-undang PPh dan Keputusan Dirjen Pajak Nomor: KEP-62/PJ/1995); bahwa menurut Terbanding BR-APHO merupakan Biaya Pimpinan dan Biaya Administrasi Umum yang terjadi di Kantor Pusat Asia Pasifik, Singapura (bukan Head Office di Jerman). Dengan demikian, pembebanannya harus tunduk kepada KEP-62/PJ/1995; bahwa menurut Terbanding secara yuridis formal dan material, pengalokasian biaya tersebut tidak sesuai dengan KEP-62/PJ/1995 dengan penjelasan sebagai berikut: Secara yuridis formal, pembebanan Pemohon Banding tidak memenuhi syarat Pasal 3 ayat (1) dan (2) KEP-62/PJ/1995, yaitu Pemohon Banding tidak melampirkan

  • Laporan Keuangan Konsolidasi dari Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2007, yang mengungkapkan Peredaran Usaha seluruh dunia dan jenis Biaya Umum & Administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi tersebut. Selama proses pemeriksaan (sesuai dengan Pasal 29 Undang-undang KUP dan PMK Nomor: 199/PMK.03/2007), Pemeriksa telah melakukan permintaan peminjaman data dan dokumen dimaksud, namun Pemohon Banding tidak dapat menyediakannya; b. Pasal 2 KEP-62/PJ/1995 menjelaskan bahwa HO allocation expenses (Biaya Administrasi Kantor Pusat) adalah maksimal (setinggi -tingginya) adalah sebanding dengan besarnya Peredaran Usaha / kegiatan usaha BUT di Indonesia terhadap seluruh Peredaran Usaha/kegiatan di seluruh dunia. Dari data yang disampaikan oleh Pemohon Banding mengenai APHO Financial Allocation, yaitu Cost Allocation Report dari KPMG-Singapore, Pemeriksa berkesimpulan bahwa data tersebut tidak sesuai dengan KEP-62/PJ/1995; bahwa dengan demikian, Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi Pemeriksa sebesar Rp.130.536.410.283,00; bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi positif atas BRAsia Pacific Head Office (Balpos 760300) sebesar Rp.130.536.410.283,00 karena menurut Pemohon Banding atas biaya-biaya tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam KEP-62/PJ/1995; bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi BR Asia Pasific Head Office bahwa Pemohon Banding menyatakan XXX ("DB AG") adalah suatu bank asing yang berkedudukan di Frankfurt Jerman dan melakukan kegiatan perbankan di 15 negara dalam wilayah Asia melalui cabang-cabangnya, termasuk BUT DB AG Jakarta Branch ("DB Jakarta"). Dalam menjalankan bisnis perbankan yang sangat kompleks, cabang-cabang ini (termasuk DB Jakarta) memerlukan dukungan dari kantor pusatnya, baik yang berhubungan dengan fungsi maupun infrastuktur; bahwa Pemohon Banding menyatakan guna memperoleh tingkat efektifitas dan efisiensi yang baik, sistem dukungan kantor pusat ini diberikan secara bertingkat melalui Kantor Regional, yang juga merupakan bagian integral dari DB AG dan merupakan kepanjangan tangan dari kantor pusat DB AG. Dalam kasus DB Jakarta, bantuan diberikan melalui Kantor Regional di Singapura yang merupakan Kantor Regional Asia Pasifik (Asia Pacific Head Office "APHO"); bahwa Pemohon Banding menyatakan bantuan dan dukungan-dukungan ini menimbulkan biaya bagi APHO dan oleh karena itu APHO kemudian membebankan biaya-biaya ini kepada cabang-cabang yang menerima manfaat dari bantuan dan dukungan tersebut; bahwa Pemohon Banding menyatakan pembebanan biaya APHO adalah hal yang sangat penting dan sensitif bagi tiap-tiap cabang karena hal ini terkait pada masalah penilaian dan evaluasi kinerja dan imbalan bonus bagi tiap cabang. Tiap cabang tidak ingin dibebankan lebih dari pada yang seharusnya karena hal ini akan secara langsung mempengaruhi besarnya biaya operasi dan pada akhirnya tingkat keuntungan tiap cabang; bahwa Pemohon Banding menyatakan untuk memastikan keakuratan serta ketepatan dalam pembagian/alokasi biaya yang dibebankan, DB AG menggunakan beberapa metode alokasi biaya, termasuk metode alokasi yang berdasarkan pendapatan, waktu pemanfaatan (time spent), jumlah personil (head count) dan sebagainya, untuk memastikan bahwa biaya yang dialokasikan adalah tepat dan benar (sesuai jenis dari biaya tersebut). Rincian dari detail fungsi dan cara/metode pengalokasian biaya APHO ini, dapat ditemukan oleh Majelis Hakim di dalam panduan fungsi dan metodologi alokasi biaya APHO beserta terjemahan dari dokumen tersebut. Dokumen ini telah diserahkan oleh Pemohon Banding sejak tahap pemeriksaan dan keberatan; bahwa Pemohon Banding menyatakan telah mendapatkan sertifikasi dari Kantor Akuntan Publik ("KAP") KPMG yang telah memverifikasikan kebenaran serta kewajaran dari metode-metode yang digunakan dalam mengalokasikan biaya Kantor Pusat Regional tersebut; Perlakuan Pajak atas transaksi APHO

  • bahwa Pemohon Banding menyatakan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ("P3B") antara Indonesia dan Jerman Pasal 7 Ayat 3 dan 6 dinyatakan bahwa: Ayat 3 Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun ditempat lain. Ayat 6 Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun kecuali terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk mengadakan penyimpangan. bahwa Pemohon Banding menyatakan tujuan dari alokasi biaya kantor pusat adalah untuk menghitung laba usaha atau business profit dari cabang DB AG Jakarta yang merupakan Badan Usaha Tetap dari DB AG yang berkantor pusat di Jerman. Dalam hal ini, ayat 3 pada P3B tersebut di atas menjamin bahwa biaya sehubungan dengan business profit dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap. bahwa Pemohon Banding menyatakan hal ini dapat dilihat dalam penjelasan atas model OECD (OECD Commentary) dan model UN terhadap Pasal 7 ayat 3 di atas, yang menyatakan: that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on the ratio that the permanent establishments turnover (or perhaps gross profits) bears to that enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amoun so incurred bahwa dari Pasal dan commentary atas model OECD dan model UN, dapat disimpulkan bahwa seluruh biaya yang timbul tanpa kecuali selama biaya tersebut terjadi untuk kepentingan perusahaan dapat dibiayakan. Oleh karena itu, maka biaya BR-APHO yang nyatanya berkaitan dengan aktivitas BUT DB AG di Indonesia dapat pula dibiayakan secara fiskal. bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa P3B mempunyai kedudukan khusus dalam hukum perpajakan di Indonesia. Ketentuan dalam P3B mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum perpajakan Indonesia yang umum berlaku, termasuk ketentuan peraturan pelaksanaan Undang-undang Pajak Penghasilan, dalam hal ini KEP-62/PJ./1995. bahwa Pemohon Banding menyatakan dalam Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa: Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;" bahwa Pemohon Banding menyatakan telah membebankan biaya-biaya yang memang telah dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari DB AG Jakarta. Biaya-biaya ini telah dialokasikan dengan cara/metode-metode yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan ketepatan alokasi biaya kepada masing-masing cabang DB AG, termasuk DB AG Jakarta. Pemohon Banding juga telah secara konsisten mencatat, dan membiayakan alokasi biaya ini dari tahun ke tahun sesuai dengan ketentuan di dalam P3B di atas; bahwa Pemohon Banding berpendapat tidak ada alasan untuk menolak seluruh biaya APHO karena DB telah memenuhi ketentuan dalam P3B yang merupakan ketentuan yang lebih tinggi dibanding Peraturan perpajakan dalam negeri berdasarkan International Tax Convension, sebagaimana telah disetujui oleh Negara Indonesia dan Jerman pada waktu penandatanganan P3B.

  • Konsistensi dengan perlakuan tahun tahun sebelumnya bahwa Pemohon Banding menyatakan DB telah melakukan pembebanan BR APHO dengan metode yang konsisten dari tahun ke tahun. Penerapan secara konsisten ini telah diverifikasi dan disertifikasi oleh Kantor Akuntan Publik. bahwa Pemohon Banding menyatakan pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun pajak 1995, 1997, 1998, 1999, 2001, 2002, 2004 dan 2005, Pemeriksa telah melakukan verifikasi dan konfirmasi bahwa beban BR APHO telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tidak ada koreksi atas beban BR APHO. Sedangkan pemeriksaan pajak tahun fiskal 2005, Pemeriksa hanya melakukan koreksi sebagian yang disebabkan adanya perbedaan pandangan metode perhitungan alokasi BR APHO. bahwa atas koreksi fiskal Tahun 2005 tersebut, Pemohon Banding telah mendapat penegasan dari Pengadilan Pajak melalui Putusan No. Put.28218/PP/M.VI/15/2010, bahwa alokasi biaya tersebut dapat diperbolehkan untuk dibebankan oleh Pemohon Banding tanpa harus mengikuti pembatasan ketentuan di dalam KEP-62/PJ/1995, oleh karena telah terdapat aturan khusus di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa berdasarkan penjelasan ini, maka seharusnya Pemohon Banding secara konsisten dapat membiayakan seluruh alokasi biaya administrasi dan kantor pusatnya oleh karena biaya ini memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa Terbanding di dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: bahwa Terbanding menyatakan berdasarkan Pasal 7 ayat 3 P3B antara Pemerintah Republik lndonesia dengan Pemerintah Republik Federal Jerman: Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara di mana bentuk usaha tetap itu berada ataupun di tempat lain; bahwa Terbanding menyatakan pada dasarnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari Wajib Pajak, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di lndonesia ataupun di tempat lain, dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto; bahwa Terbanding menyatakan biaya-biaya administrasi umum yang dapat dibebankan oleh kantor pusat merupakan biaya yang secara aktual terjadi, dan dikeluarkan dalam rangka menjalankan proses bisnis yang normal, seperti jika bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dari kantor pusatnya. Selain itu biaya yang dialokasikan oleh kantor pusat kepada Wajib Pajak seharusnya merupakan reimbursement, tanpa mark-up; bahwa Terbanding menyatakan Pemohon Banding tidak menyampaikan bukti/dokumen yang mendukung alasan banding Pemohon Banding bahwa biaya tersebut merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan kepentingan usaha Pemohon Banding; bahwa Terbanding berpendapat Pemohon Banding tidak menyampaikan dokumen/bukti sehingga diusulkan kepada Majelis untuk tetap mempertahankan koreksi Terbanding; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bukti-bukti dan penjelasan dalam persidangan, Majelis berpendapat: bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. BR-APHO merupakan biaya administrasi yang dibebankan oleh Kantor Pusat Regional yang berkedudukan di Singapura, yang menurut Pemohon Banding dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi support and management. Cara alokasi biaya yang dilakukan oleh Kantor Pusat Regional ini adalah dengan menggunakan metode Head Count, Turnover, Time Spent, dan SMART Allocation; bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti asli Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan)

  • kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi; bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan secara langsung biaya umum / administrasi dari Asia Pasific Head Office di Singapura, karena Pemohon Banding bukan merupakan cabang dari Kantor Pusat di Singapura, namun di Republik Federal Jerman. Bahwa tagihan tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Deutsche Bank AG di Jerman (Head Office) untuk kemudian di alokasikan kepada setiap BUT di setiap negara, termasuk kepada Pemohon Banding di Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan adanya peristiwa terjadinya biaya dan tidak adanya duplikasi pembebanan kepada BUT di Indonesia dari cabang-cabang lain; bahwa dalam Surat Bantahan Nomor: 042/FIN/IV/2011 tanggal 28 April 2011 Pemohon Banding menyatakan telah menyampaikan softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dinyatakan: (1) Alat bukti dapat berupa: a. surat atau tulisan; b. keterangan ahli; c. keterangan para saksi; d. pengakuan para pihak; dan/atau; e. pengetahuan Hakim; bahwa Pemohon Banding menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi dalam bentuk softcopy, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis tidak dapat meyakini softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi yang disampaikan oleh Pemohon Banding; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis di dalam persidangan serta pembuktian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan alokasi biaya APHO yang dilakukan oleh Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku; bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat, tidak terdapat cukup bukti untuk membatalkan koreksi biaya AsiaPasific Head Office sebesar Rp.130.536.410.283,00 sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;"

    Koreksi positif atas BR-MLC/Global Heads (Balpos 760400) sebesar Rp.34.445.427.040,00 Menurut Terbanding : bahwa menurut Terbanding Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG

    yang Kantor Pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. BR-MLC/Global Head menurut Pemohon Banding adalah alokasi biaya tanpa mark-up dari cabang-cabang lain Deutsche Bank AG. Deutsche Bank AG London ditunjuk sebagai administrator untuk menjalankan koordinasi atas fungsi untuk Area Bisnis, Area Produk, atau Area Pendukung lainnya. Adapun seluruh biaya dipusatkan di Deutsche Bank AG London. Cara alokasi biaya yang dilakukan berdasarkan 50% penerimaan, dan 50% biaya operasi dari jenis-jenis usaha sehubungan dengan divisi Global Head. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi;

    Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang

    menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti pada saat proses pemeriksaan maupun proses keberatan. Bahwa softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat telah Pemohon Banding sampaikan pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding. Pemohon Banding bersedia memberikan bukti-bukti tersebut kepada Majelis dalam persidangan;

    Menurut Majelis : bahwa terdapat koreksi biaya BR-MLC/Global Heads (Balpos 760400) sebesar

    Rp.34.445.427.040,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut:

  • bahwa menurut Terbanding BR-MLC/Global Heads adalah biaya yang timbul sesuai kontrak yang ditandatangani pada tanggal 15 Desember 2003 antara Deutsche Bank AG Frankfurt, Germany (Head Office) dengan seluruh subsidiaries di seluruh dunia termasuk Indonesia; bahwa menurut Terbanding tujuan dari kontrak ini adalah sebagai bank yang mempunyai jaringan world wide (dimana jaringan aktivitas groupnya dipusatkan pada divisi CIB-Corporate & Investment Banking, PCAM-Private Clients & Assets Management serta Corporate Investment) yang tersebar di seluruh dunia, maka diperlukan koordinasi terpusat. Koordinasi tersebut dalam rangka untuk memperoleh benefit antar member (subsidiaries dan branches) berupa penyediaan dan penggunaan services (management, leadership & coordination function); bahwa menurut Terbanding pooling dari kegiatan tersebut dilakukan oleh kantor pusat di Frankfurt dan sebagai administrator ditunjuk LB London. Beban yang harus dibayar oleh member akan dihitung oleh service provider (dari member yang memberikan jasa) yang kemudian ditagihkan kepada member yang menggunakan jasa tersebut melalui DB London sesuai dengan penggunaan services tersebut meliputi: cost of providing services, cost of overhead function; bahwa menurut Terbanding berdasarkan data yang diserahkan oleh Pemohon Banding pada saat pemeriksaan dan pembahasan akhir diketahui bahwa beban tersebut ditagihkan (invoicing) oleh DB Frankfurt (Head Office) melalui administratornya, yaitu DB London; bahwa menurut Terbanding transaksi ini merupakan kegiatan aktif pemberian jasa secara aktif oleh Kantor Pusat kepada Pemohon Banding. Dengan dasar Pasal 5 ayat (3) Undang-undang PPh Tahun 2000, jasa-jasa tersebut tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto BUT di Indonesia; bahwa pendapat Terbanding, Cost of Providing Services oleh branch lain melalui administrator DB London yang mewakili head office, secara yuridis dapat dibebankan sebagai biaya/pengurang penghasilan bruto, jika merupakan reimbursement (actual basis, without mark-up) dari pihak lainnya. Namun demikian, sesuai hasil pemeriksaan tidak diperoleh data-data dari pihak ketiga (dari cost provider entity) atas actual cost tersebut (sebagai dasar pengecekan kebenaran biaya). Dengan demikian pembebanan tersebut tidak dapat menjadi pengurang penghasilan bruto; bahwa didasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Kep-62/PJ./1995 tanggal 24 Juli 1995 yaitu besarnya alokasi biaya kantor pusat yang dapat dibebankan dihitung dengan persentase berdasarkan perbandingan antara omzet DBAG Jakarta dengan BDAG APHO sehingga dilakukan koreksi sebesar Rp.34.445.427.040,00; bahwa Pemohon Banding menolak koreksi yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan alasan beban ini merupakan alokasi biaya yang dapat dibebankan karena biaya ini timbul untuk kepentingan dari Bentuk Usaha Tetap di Indonesia (Pemohon Banding). Pembebanan ini diatur dalam Pasal 7 ayat (3) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dan Jerman, dan Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang PPh Nomor 17 Tahun 2000; bahwa di dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bukti-bukti berupa: Perjanjian Kontribusi Biaya untuk Fungsi-fungsi Overhead, Parties to the cost contribution agreement for overhead functions; bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi BR MLC Global Heads i. Menurut Pemohon Banding Akun BR MLC/Global Heads merupakan akun yang mencatat tagihan dari DB London sehubungan dengan bantuan-bantuan operasi perbankan yang diterima oleh Pemohon Banding. Tagihan ini berasal dari alokasi biaya yang timbul sehubungan dengan bantuan-bantuan operasi perbankan tersebut biaya ini dialokasi tanpa adanya suatu mark-up dengan menggunakan metode alokasi khusus. ii. Menurut Pemohon Banding bantuan-bantuan tersebut berupa penyediaan staff individual pada level manajemen senior yang akan membantu manajemen DB Jakarta sehubungan dengan masalah kepemimpinan dan koordinasi fungsi untuk Area Bisnis, Area Produk, atau Area Pendukung tertentu yang terlibat. Hal ini berlaku

  • juga untuk para global heads dari setiap area bisnis dan juga area pendukung dan tim yang berkaitan. Secara lebih detail, berikut ini adalah bentuk arahan, koordinasi, dan jasa kontrol berikut yang diberikan atas dasar global maupun regional: - Global Business Strategy Co-ordination - Business Structure and Organization - Financial Management - Marketing - Human Resources - Risk Management - Regulation iii. Menurut Pemohon Banding DB telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (Deloitte) untuk memverifikasi akurasi, kebenaran, dan kewajaran dari alokasi tersebut. Kantor Akuntan Publik berpendapat bahwa alokasi biaya telah dilakukan dengan akurat, benar dan wajar. Perlakuan Pajak atas transaksi BR MLC Global Heads i. Menurut Pemohon Banding sebagaimana diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ("P3B") antara Indonesia dan Jerman Pasal 7 Ayat 3 dan 6 yang menyatakan bahwa: Ayat 3 Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun ditempat lain. Ayat 6 Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun kecuali terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk mengadakan penyimpangan. ii. Menurut Pemohon Banding tujuan dari alokasi biaya kantor pusat adalah untuk menghitung laba usaha atau business profit dari cabang DB AG Jakarta yang merupakan Badan Usaha Tetap dari DB AG yang berkantor pusat di Jerman. Dalam hal ini, ayat 3 pada P3B tersebut di atas menjamin bahwa biaya sehubungan dengan business profit dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap. iii. Menurut Pemohon Banding dapat dilihat dalam penjelasan atas model OECD (OECD Commentary) dan model UN terhadap Pasal 7 ayat 3 di atas, yang menyatakan: that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on the ratio that the permanent establishments turnover (or perhaps gross profits) bears to that enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amoun so incurred iv. Menurut Pemohon Banding dari pasal dan commentary atas model OECD dan model UN, dapat disimpulkan bahwa seluruh biaya yang timbul tanpa kecuali selama biaya tersebut terjadi untuk kepentingan perusahaan dapat dibiayakan. Oleh karena itu, maka biaya BR-MLC/Global Heads yang nyatanya berkaitan dengan aktivitas BUT DB AG di Indonesia dapat pula dibiayakan secara fiskal. v. Pemohon Banding berpendapat bahwa P3B mempunyai kedudukan khusus dalam hukum perpajakan di Indonesia. Ketentuan dalam P3B mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum perpajakan Indonesia yang umum berlaku, termasuk ketentuan peraturan pelaksanaan UU PPh, dalam hal ini KEP-62/PJ./1995. vi. Menurut Pemohon Banding Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 juga menyatakan bahwa: Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,

  • bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;" vii. Menurut Pemohon Banding bahwa Pemohon Banding telah membebankan biaya-biaya yang memang telah dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari DB AG Jakarta. Biaya-biaya ini telah dialokasikan dengan cara/metode-metode yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan ketepatan alokasi biaya kepada masing-masing cabang DB AG, termasuk DB AG Jakarta. Pemohon Banding juga telah secara konsisten mencatat, dan membiayakan alokasi biaya ini dari tahun ke tahun sesuai dengan ketentuan di dalam P3B di atas. viii.Pemohon Banding berpendapat bahwa tidak ada alasan untuk menolak seluruh biaya BR-MLC/Global Heads karena DB telah memenuhi ketentuan dalam P3B yang merupakan ketentuan yang lebih tinggi dibanding peraturan perpajakan dalam negeri berdasarkan International Tax Convension, sebagaimana telah disetujui oleh Negara Indonesia dan Jerman pada waktu penandatanganan P3B. Konsistensi dengan perlakuan tahun tahun sebelumnya i. Menurut Pemohon Banding DB telah melakukan pembebanan BR-MLC/Global Heads dengan metode yang konsisten dari tahun ke tahun. Penerapan secara konsisten ini telah diverifikasi dan disertifikasi oleh Kantor Akuntan Publik. ii. Menurut Pemohon Banding pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun pajak 1995, 1997, 1998, 1999, 2001, 2002, 2004 dan 2005, Pemeriksa telah melakukan verifikasi dan konfirmasi bahwa beban BR-MLC/Global Heads telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tidak ada koreksi atas beban BR-MLC/Global Head. Sedangkan pemeriksaan pajak tahun fiskal 2005, Pemeriksa hanya melakukan koreksi sebagian yang disebabkan adanya perbedaan pandangan metode perhitungan alokasi BR-MLC/Global Head. iii. Menurut Pemohon Banding atas koreksi fiskal Tahun 2005 tersebut, Pemohon Banding telah mendapat penegasan dari Pengadilan Pajak melalui Putusan No. Put.28218/PP/M.VI/15/2010 di atas, bahwa alokasi biaya tersebut dapat diperbolehkan untuk dibebankan oleh Pemohon Banding tanpa harus mengikuti pembatasan ketentuan di dalam KEP-62/PJ/1995, oleh karena telah terdapat aturan khusus di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman. Menurut Pemohon Banding bahwa Pemohon Banding secara konsisten dapat membiayakan seluruh alokasi biaya administrasi dan kantor pusatnya oleh karena biaya ini memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa Pemohon Banding di dalam persidangan menyampaikan bukti berupa: 1. Tanda terima penyerahan berkas dari Pemohon Banding kepada Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar Satu tertanggal 4 Desember 2008, yang menyatakan bahwa Pemohon Banding telah menyerahkan bukti-bukti untuk kelengkapan data dalam proses keberatan atas pemeriksaan pajak untuk Tahun Pajak 2007; 2. Tanda terima penyerahan berkas dari Pemohon Banding kepada Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar Satu tertanggal 24 Agustus 2010 yang menyatakan bahwa Pemohon Banding telah menyerahkan bukti-bukti untuk kelengkapan data dalam proses keberatan atas pemeriksaan pajak untuk Tahun Pajak 2007; bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. BR-MLC/Global Head menurut Pemohon Banding adalah alokasi biaya tanpa mark-up dari cabang-cabang lain Deutsche Bank AG. Deutsche Bank AG London ditunjuk sebagai administrator untuk menjalankan koordinasi atas fungsi untuk area bisnis, area produk, atau area pendukung lainnya. Adapun seluruh biaya dipusatkan di Deutsche Bank AG London. Cara alokasi biaya yang dilakukan berdasarkan 50% penerimaan, dan 50% biaya operasi dari jenis-jenis usaha sehubungan dengan divisi Global Head. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini ttermasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi; bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti asli Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi; bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan secara langsung biaya umum / administrasi dari administrator di London,, karena Pemohon Banding bukan

  • merupakan cabang dari Kantor Pusat di London, namun di Republik Federal Jerman. Bahwa tagihan tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Deutsche Bank AG di Jerman (Head Office) untuk kemudian di alokasikan kepada setiap BUT di setiap negara, termasuk kepada Pemohon Banding di Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan adanya peristiwa terjadinya biaya dan tidak adanya duplikasi pembebanan kepada BUT di Indonesia dari cabang-cabang lain; bahwa dalam Surat Bantahan Nomor: 042/FIN/IV/2011 tanggal 28 April 2011 Pemohon Banding menyatakan telah menyampaikan softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dinyatakan: (1) Alat bukti dapat berupa: a. surat atau tulisan; b. keterangan ahli; c. keterangan para saksi; d. pengakuan para pihak; dan/atau; e. pengetahuan Hakim; bahwa Pemohon Banding menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi dalam bentuk softcopy, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis tidak dapat meyakini softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi yang disampaikan oleh Pemohon Banding; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis di dalam persidangan serta pembuktian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan alokasi biaya BR-MLC/Global Heads yang dilakukan oleh Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku; bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat, tidak terdapat cukup bukti untuk membatalkan koreksi biaya BR-MLC/Global Heads sebesar Rp.34.445.427.040,00 sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;"

    Koreksi positif atas Christmas Allowance (Balpos 731035) sebesar Rp.1.606.805.681,00 Menurut Terbanding : bahwa menurut Terbanding, Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG

    yang Kantor Pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Christmas Allowance menurut Pemohon Banding adalah alokasi biaya Divisi Sumber Daya Manusia berdasarkan perjanjian kontribusi biaya, dimana pihak-pihak yang memanfaatkan, termasuk Pemohon Banding dialokasikan biaya pengembangan, perbaikan, dan perolehan teknologi informasi untuk Divisi Sumber Daya Manusia Alokasi didasarkan pada jumlah karyawan/pusat dan ditagih oleh Deutsche Bank AG Frankfurt (Head Office). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi;

    Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang

    menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti pada saat proses pemeriksaan maupun proses keberatan. Bahwa softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat telah Pemohon Banding sampaikan pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding. Pemohon Banding bersedia memberikan bukti-bukti tersebut kepada Majelis dalam persidangan;

    Menurut Majelis : bahwa terdapat koreksi positif atas Christmas Allowance (Balpos 731035) sebesar

    Rp.1.606.805.681,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut: bahwa menurut Terbanding, christmast allowance merupakan beban cost allocation dari head office (Frankfurt, RF Germany Divisi SDM). Transaksi ini jika bagian dari biaya pimpinan/administrasi dan biaya umum dari kantor pusat, seharusnya cara pembebanannya tunduk pada ketentuan juridis fiskal sebagaimana dimaksud KEP-

  • 62/PJ/1995. Karena pembebanannya tidak memenuhi ketentuan dimaksud, maka Pemeriksa melakukan koreksi; bahwa menurut Terbanding biaya ini merupakan alokasi baiaya dari DB Other Branch dan Head Office yang tidak memenuhi syarat sebagai alokasi biaya sebagaimana dimaksud Pasal 5 Undang-undang Pajak Penghasilan dan KEP-62/PJ./1995, kecuali Pemohon Banding dapat menunjukkan bukti-bukti dari pihak ketiga bahwa biaya tersebut bersifat reimbursement; bahwa Terbanding menyatakan pada dasarnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari Pemohon Banding, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Indonesia ataupun di tempat lain, dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto; bahwa Terbanding menyatakan biaya-biaya administrasi umum yang dapat dibebankan oleh kantor pusat merupakan biaya yang secara aktual terjadi, dan dikeluarkan dalam rangka menjalankan proses bisnis yang normal, seperti jika bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dari kantor pusatnya. Selain itu biaya yang dialokasikan oleh kantor pusat kepada Wajib Pajak seharusnya merupakan reimbursement, tanpa mark-up; bahwa Terbanding menyatakan Wajib Pajak adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Christmas Allowance menurut Wajib Pajak adalah alokasi biaya Divisi Sumber Daya Manusia berdasarkan perjanjian kontribusi biaya, dimana pihak-pihak yang memanfaatkan, termasuk Wajib Pajak dialokasikan biaya pengembangan, perbaikan, dan perolehan teknologi informasi untuk Divisi Sumber Daya Manusia Alokasi didasarkan pada jumlah karyawan/pusat dan ditagih oleh Deutsche Bank AG Frankfurt (Head Office). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi; bahwa Terbanding menyatakan dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2007 dan pada saat pemeriksaan Wajib Pajak tidak melampirkan Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi. Pada saat proses tersebut telah disampaikan pada saat proses pemeriksaan. Dengan demikian pembebanan alokasi biaya kantor pusat tidak dapat diyakini bahwa kebenarannya karena tidak didukung bukti-bukti pendukung; bahwa Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi pemeriksa sebesar Rp.1.606.805.681,00; bahwa Pemohon Banding di dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi Christmas Allowance i. Menurut Pemohon Banding, Christmas Allowance seberanya hanya sebuah nama yang sama sekali tidak berhubungan dengan Tunjangan Hari Raya Natal, melainkan merupakan sebuah nama account yang didalamnya mencatat biaya Global HR product, yaitu alokasi biaya Divisi Sumber Daya Manusia dari DB AG. ii. Menurut Pemohon Banding, Biaya Global HR Product ini merupakan alokasi biaya atas biaya pengembangan, perbaikan dan perolehan teknologi informasi untuk Divisi Sumber Daya Manusia yang terdapat di cabang-cabang DB AG. Alokasi biaya ini berdasarkan jumlah karyawan/pusat (metode headcount) dan dialokasikan berdasarkan tagihan dari DB AG Frankfurt. iii. Menurut Pemohon Banding, Alokasi biaya ini dilakukan berdasarkan perjanjian kontribusi biaya (cost contribution agreement/CCA), dan pengalokasiannya dilakukan kepada pihak-pihak yang mendapatkan manfaat dari Global HR Produk ini (termasuk DB Jakarta). iv. Menurut Pemohon Banding, berdasarkan permintaan dari Terbanding pada saat pemeriksaan, Pemohon Banding juga telah memberikan bukti-bukti pendukung untuk memenuhi kebutuhan informasi Terbanding. Secara keseluruhan, Pemohon Banding melampirkan kembali dokumen-dokumen yang pernah diberikan oleh Pemohon Banding adalah sebagai berikut: 1) Cost Contribution Agreement atas infratructure Support Service; 2) Tagihan/ Invoice atas alokasi biaya Global HR Product kepada DB Jakarta;

  • v. Menurut Pemohon Banding, biaya Global HR Product yang terdapat di dalam akun Christmas Allowance merupakan alokasi atas biaya yang memang dilakukan karena adanya kebutuhan dan kepentingan bersama dari cabang-cabang di dalam DB AG. Dengan demikian, alokasi biaya yang telah dibebankan Pemohon Banding memang berkaitan dengan kepentingan usaha Pemohon Banding sebagai cabang dan Bentuk Usaha Tetap dari DB AG. Perlakuan Pajak atas transaksi Christmas Allowance i. Menurut Pemohon Banding, sebagaimana diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ("P3B") antara Indonesia dan Jerman Pasal 7 Ayat 3 dan 6 yang menyatakan bahwa: Ayat 3 Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun ditempat lain. Ayat 6 Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun kecuali terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk mengadakan penyimpangan. ii. Menurut Pemohon Banding, tujuan dari alokasi biaya kantor pusat adalah untuk menghitung laba usaha atau business profit dari cabang DB AG Jakarta yang merupakan Badan Usaha Tetap dari DB AG yang berkantor pusat di Jerman. Dalam hal ini, ayat 3 pada P3B tersebut di atas menjamin bahwa biaya sehubungan dengan business profit dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap. iii. Menurut Pemohon Banding, dalam penjelasan atas model OECD (OECD Commentary) dan model UN terhadap Pasal 7 ayat 3 di atas, dinyatakan: that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on the ratio that the permanent establishments turnover (or perhaps gross profits) bears to that enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amoun so incurred iv. Menurut Pemohon Banding, dari pasal dan commentary atas model OECD dan model UN, dapat disimpulkan bahwa seluruh biaya yang timbul tanpa kecuali selama biaya tersebut terjadi untuk kepentingan perusahaan dapat dibiayakan. Oleh karena itu, maka biaya Global HR Products yang nyatanya berkaitan dengan aktivitas BUT DB AG di Indonesia dapat pula dibiayakan secara fiskal. v. Menurut Pemohon Banding, P3B mempunyai kedudukan khusus dalam hukum perpajakan di Indonesia. Ketentuan dalam P3B mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum perpajakan Indonesia yang umum berlaku, termasuk ketentuan peraturan pelaksanaan Undang-undang Pajak Penghasilan, dalam hal ini KEP-62/PJ./1995. vi. Menurut Pemohon Banding, Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 juga menyatakan bahwa: Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;" vii. Pemohon Banding menyatakan telah membebankan biaya-biaya yang memang telah dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari DB AG Jakarta. Biaya-biaya ini telah dialokasikan dengan cara/metode-metode yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan ketepatan alokasi biaya kepada masing-masing cabang DB AG, termasuk DB AG Jakarta. Pemohon Banding juga telah secara konsisten mencatat, dan membiayakan alokasi biaya ini dari tahun ke tahun sesuai dengan ketentuan di dalam P3B di atas. viii. Pemohon Banding berpendapat bahwa tidak ada alasan untuk menolak seluruh biaya Christmas Allowance (Global HR Product) karena DB telah memenuhi

  • ketentuan dalam P3B yang merupakan ketentuan yang lebih tinggi dibanding Peraturan perpajakan dalam negeri berdasarkan International Tax Convension, sebagaimana telah disetujui oleh Negara Indonesia dan Jerman pada waktu penandatanganan P3B. Konsistensi dengan perlakuan tahun tahun sebelumnya i. Menurut Pemohon Banding, DB telah melakukan pembebanan Christmas Allowance (Global HR Product) dengan metode yang konsisten dari tahun ke tahun. ii. Menurut Pemohon Banding, pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun pajak 1995, 1997, 1998, 1999, 2001, 2002, 2004 dan 2005, Pemeriksa telah melakukan verifikasi dan konfirmasi bahwa beban Christmas Allowance (Global HR Product) telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tidak ada koreksi atas beban Christmas Allowance (Global HR Product). Sedangkan pemeriksaan pajak tahun fiskal 2005, Pemeriksa hanya melakukan koreksi sebagian yang disebabkan adanya perbedaan pandangan metode perhitungan alokasi Christmas Allowance (Global HR Product). iii. Menurut Pemohon Banding, atas koreksi fiskal Tahun 2005 tersebut, Pemohon Banding telah mendapat penegasan dari Pengadilan Pajak melalui Putusan No. Put.28218/PP/M.VI/15/2010 di atas, bahwa alokasi biaya tersebut dapat diperbolehkan untuk dibebankan oleh Pemohon Banding tanpa harus mengikuti pembatasan ketentuan di dalam KEP-62/PJ/1995, oleh karena telah terdapat aturan khusus di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman. iv. Menurut Pemohon Banding, seharusnya Pemohon Banding secara konsisten dapat membiayakan seluruh alokasi biaya administrasi dan kantor pusatnya oleh karena biaya ini memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bukti-bukti dan penjelasan dalam persidangan, Majelis berpendapat: bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Christmas Allowance menurut Pemohon Banding adalah alokasi biaya Divisi Sumber Daya Manusia berdasarkan perjanjian kontribusi biaya, dimana pihak-pihak yang memanfaatkan, termasuk Pemohon Banding dialokasikan biaya pengembangan, perbaikan, dan perolehan teknologi informasi untuk Divisi Sumber Daya Manusia> Alokasi didasarkan pada jumlah karyawan/pusat dan ditagih oleh Deutsche Bank AG Frankfurt (Head Office), dengan demikian biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi; bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti asli Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi; bahwa dalam Surat Bantahan Nomor: 042/FIN/IV/2011 tanggal 28 April 2011 Pemohon Banding menyatakan telah menyampaikan softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dinyatakan: (1) Alat bukti dapat berupa: a. surat atau tulisan; b. keterangan ahli; c. keterangan para saksi; d. pengakuan para pihak; dan/atau; e. pengetahuan Hakim; bahwa Pemohon Banding menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi dalam bentuk softcopy, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis tidak dapat meyakini softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi yang disampaikan oleh Pemohon Banding;

  • bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis di dalam persidangan serta pembuktian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan alokasi biaya Christmas Allowance yang dilakukan oleh Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku; bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat, tidak terdapat cukup bukti untuk membatalkan koreksi biaya Christmas Allowance sebesar Rp.1.606.805.681,00 sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;"

    Koreksi positif atas Controlling (Balpos 760507) sebesar Rp.4.067.802.383,00 Menurut Terbanding : bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang Kantor

    Pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Controlling adalah biaya berkaitan dengan pengembangan dan pemakaian software serta sistem operasi yang berhubungan dengan Information Technology (IT). Menurut Pemohon Banding biaya yang timbul kemudian dialokasikan tanpa mark-up (pemulihan tarif) berdasarkan pada volume aktivitas, dan diasosiasikan dengan biaya keseluruhan. Tagihan dari alokasi biaya ini ditagih oleh Deutsche Bank AG Singapura. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi;

    Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang

    menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti pada saat proses pemeriksaan maupun proses keberatan. Bahwa softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat telah Pemohon Banding sampaikan pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding. Pemohon Banding bersedia memberikan bukti-bukti tersebut kepada Majelis dalam persidangan;

    Menurut Majelis : bahwa terdapat koreksi positif atas Controlling (Balpos 760507) sebesar

    Rp.4.067.802.383,00; bahwa menurut Terbanding koreksi Controlling sebesar Rp.4.067.802.383,00 didasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Kep-62/PJ./1995 yaitu besarnya alokasi biaya kantor pusat yang dapat dibebankan dihitung dengan persentase berdasarkan perbandingan antara omset DBAG Jakarta dan DBAG APHO sehingga dilakukan koreksi sebesar Rp.4.067.802.383,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut: bahwa menurut Pemeriksa biaya ini merupakan alokasi biaya dari DB Other Branch dan Head Office (berkaitan dengan Engine Network) yang tidak memenuhi syarat sebagai alokasi biaya sebagaimana dimaksud Pasal 5 Undang-undang PPh dan KEP-62/PJ./1995, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bukti-bukti dari pihak ketiga bahwa biaya tersebut bersifat reimbursement; bahwa menurut Peneliti Keberatan pada dasarnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari Wajib Pajak, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Indonesia ataupun di tempat lain, dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto; bahwa menurut Peneliti Keberatan biaya-biaya administrasi umum yang dapat dibebankan oleh Kantor Pusat merupakan biaya yang secara aktual terjadi, dan dikeluarkan dalam rangka menjalankan proses bisnis yang normal, seperti jika bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dari kantor pusatnya. Selain itu biaya yang dialokasikan oleh Kantor Pusat kepada Pemohon Banding seharusnya merupakan reimbursement, tanpa mark-up; bahwa menurut Peneliti Keberatan, Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang Kantor Pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Controlling adalah biaya berkaitan dengan pengembangan dan pemakaian software serta sistem operasi yang berhubungan dengan Information Technology (IT). Menurut Pemohon Banding biaya yang timbul kemudian dialokasikan tanpa mark-up (pemulihan tarif) berdasarkan pada volume aktivitas, dan diasosiasikan dengan biaya keseluruhan. Tagihan dari alokasi biaya ini ditagih oleh Deutsche Bank AG Singapura. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi;

  • bahwa menurut Peneliti Keberatan, dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2007 dan pada saat pemeriksaan Pemohon Banding tidak melampirkan Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan Peredaran Usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi. Pada saat proses keberatan Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti bahwa Laporan Konsolidasi tersebut telah disampaikan pada saat proses pemeriksaan; bahwa menurut Peneliti Keberatan, Pemohon Banding tidak dapat membebankan secara langsung biaya umum / administrasi dari Deutsche Bank AG Singapura, karena Pemohon Banding bukan merupakan cabang dari Kantor Pusat di Singapura, namun di Republik Federal Jerman. Bahwa tagihan tersebut harus di perhitungkan terlebih dahulu dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Deutsche Bank AG di Jerman (Head Office) untuk kemudian di alokasikan kepada setiap BUT di setiap negara, termasuk kepada Pemohon Banding di Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan adanya peristiwa terjadinya biaya dan tidak adanya duplikasi pembebanan kepada BUT di Indonesia dari cabang-cabang lain; bahwa Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi Pemeriksa sebesar Rp.4.067.802.383,00; bahwa Pemohon Banding tidak setuju terhadap koreksi positif atas Controlling (Balpos 760507) sebesar Rp.4.067.802.383,00; bahwa Pemohon Banding di dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi Controlling i. Menurut Pemohon Banding, Akun Controlling adalah akun yang mencatat biaya yang berkaitan dengan Business Engine Network ("BEN"), yakni suatu fasilitas IT yang menghubungkan tiap-tiap unit usaha dalam DB AG. Biaya ini terjadi di divisi Global Technology and Operation Division (GTO) di kantor pusat DB AG, dan biaya ini kemudian dialokasikan kesetiap unit usaha atau cabang sesuai dengan metode alokasi tertentu. ii. Menurut Pemohon Banding, dalam transaksi ini, divisi GTO dalam DB AG bertanggung jawab untuk menyakinkan bahwa program teknologi Bank telah memenuhi kriteria bisnis dan operasi group. GTO portfolio mencakup Information Technology (IT) dan Operasi sebagai penyedia jasa secara penuh dari design aplikasi yang baru dan transaksi proses untuk menyediakan secara penuh teknologi infrastruktur untuk mendukung semua kegiatan perbankan. iii. Menurut Pemohon Banding, fasilitas yang digunakan Bank bersangkutan mencakup IT dan Aktivitas Operasional dalam setiap cabang DB AG. BEN dioperasikan secara global, untuk kepentingan Kontrol Keuangan, Pelaporan, Manajemen Project, Fasilitas Pendukung dan Pelatihan. iv. Menurut Pemohon Banding, penentuan dasar alokasi pembiayaan untuk semua jasa penyedia GTO terdiri dari seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang digunakan dalam pembiayaan GTO yang bersangkutan, dan ditagihkan kepada cabang-cabang DB AG yang menggunakan manfaat GTO tersebut, termasuk DB Jakarta. v. Menurut Pemohon Banding, berdasarkan permintaan dari Terbanding pada saat pemeriksaan, Pemohon Banding juga telah memberikan bukti-bukti pendukung untuk memenuhi kebutuhan informasi Terbanding berupa tagihan/ Invoice atas alokasi biaya biaya Controlling kepada DB Jakarta (dokumen terlampir dalam Bukti Pemohon 1 dalam divider HJAU). vi. Menurut Pemohon Banding, biaya Controlling tersebut merupakan alokasi atas biaya yang memang dilakukan karena adanya kebutuhan dan kepentingan bersama dari cabang-cabang di dalam DB AG. Dengan demikian, alokasi biaya yang telah dibebankan Pemohon Banding memang berkaitan dengan kepentingan usaha Pemohon Banding sebagai cabang dan Bentuk Usaha Tetap dari DB AG. v. Menurut Pemohon Banding, biaya Controlling tersebut merupakan alokasi atas biaya yang memang dilakukan karena adanya kebutuhan dan kepentingan bersama dari cabang-cabang di dalam DB AG. Dengan demikian, alokasi biaya yang telah dibebankan Pemohon Banding memang berkaitan dengan kepentingan usaha Pemohon Banding sebagai cabang dan Bentuk Usaha Tetap dari DB AG.

  • Perlakuan Pajak atas transaksi Controlling i. Menurut Pemohon Banding, sebagaimana diatur dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ("P3B") antara Indonesia dan Jerman Pasal 7 Ayat 3 dan 6 yang menyatakan bahwa: Ayat 3 Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun ditempat lain. Ayat 6 Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun kecuali terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk mengadakan penyimpangan. ii. Menurut Pemohon Banding, tujuan dari alokasi biaya kantor pusat adalah untuk menghitung laba usaha atau business profit dari cabang DB AG Jakarta yang merupakan Badan Usaha Tetap dari DB AG yang berkantor pusat di Jerman. Dalam hal ini, ayat 3 pada P3B tersebut di atas menjamin bahwa biaya sehubungan dengan business profit dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap. iii. Menurut Pemohon Banding, penjelasan atas model OECD (OECD Commentary) dan model UN terhadap Pasal 7 ayat 3 di atas, yang menyatakan: that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on the ratio that the permanent establishments turnover (or perhaps gross profits) bears to that enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amoun so incurred iv. Menurut Pemohon Banding, dari pasal dan commentary atas model OECD dan model UN, dapat disimpulkan bahwa seluruh biaya yang timbul tanpa kecuali selama biaya tersebut terjadi untuk kepentingan perusahaan dapat dibiayakan. Oleh karena itu, maka biaya Controlling yang nyatanya berkaitan dengan aktivitas BUT DB AG di Indonesia dapat pula dibiayakan secara fiskal. v. Menurut Pemohon Banding, P3B mempunyai kedudukan khusus dalam hukum perpajakan di Indonesia. Ketentuan dalam P3B mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum perpajakan Indonesia yang umum berlaku, termasuk ketentuan peraturan pelaksanaan UU PPh, dalam hal ini KEP-62/PJ./1995. vi. Menurut Pemohon Banding, Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 juga menyatakan bahwa: Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;" vii. Menurut Pemohon Banding, Pemohon Banding telah membebankan biaya-biaya yang memang telah dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari DB AG Jakarta. Biaya-biaya ini telah dialokasikan dengan cara/metode-metode yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan ketepatan alokasi biaya kepada masing-masing cabang DB AG, termasuk DB AG Jakarta. Pemohon Banding juga telah secara konsisten mencatat, dan membiayakan alokasi biaya ini dari tahun ke tahun sesuai dengan ketentuan di dalam P3B di atas. viii. Menurut Pemohon Banding, seharusnya Pemohon Banding secara konsisten dapat membiayakan seluruh alokasi biaya Controlling ini oleh karena biaya tersebut memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman. Konsistensi dengan perlakuan tahun tahun sebelumnya i. Menurut Pemohon Banding, DB telah melakukan pembebanan Controlling dengan metode yang konsisten dari tahun ke tahun. ii. Menurut Pemohon Banding, pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun pajak 1995, 1997, 1998, 1999, 2001, 2002, 2004 dan 2005, Pemeriksa

  • telah melakukan verifikasi dan konfirmasi bahwa beban Controlling telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tidak ada koreksi atas beban Controlling iii. Menurut Pemohon Banding, Pemohon Banding telah mendapat penegasan dari Pengadilan Pajak melalui Putusan No. Put.28218/PP/M.VI/15/2010 yang telah kami jelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, bahwa alokasi biaya yang memang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia memang dapat dibebankan oleh Pemohon Banding tanpa harus mengikuti pembatasan ketentuan di dalam KEP-62/PJ/1995, oleh karena telah terdapat aturan khusus di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman. iv. Menurut Pemohon Banding, secara konsisten Pemohon Banding dapat membiayakan seluruh alokasi biaya Controlling ini oleh karena biaya tersebut memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bukti-bukti dan penjelasan dalam persidangan, Majelis berpendapat: bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. Controlling adalah biaya berkaitan dengan pengembangan dan pemakaian software serta sistem operasi yang berhubungan dengan Information Technology (IT). Menurut Pemohon Banding biaya yang timbul kemudian dialokasikan tanpa mark-up (pemulihan tarif) berdasarkan pada volume aktifitas, dan diasosiasikan dengan biaya keseluruhan. Tagihan dari alokasi biaya ini ditagih oleh Deutsche Bank AG Singapura. Dengan demikian biaya ini termasuk ke dalam jenis biaya umum dan administrasi; bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti asli Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi; bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan secara langsung biaya umum/administrasi dari Deutsche Bank AG Singapura, karena Pemohon Banding bukan merupakan cabang dari kantor pusat di Singapura, namun di Republik Federal Jerman. bahwa tagihan tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Deutsche Bank AG di Jerman (Head Office) untuk kemudian dialokasikan kepada setiap BUT di setiap negara, termasuk kepada Pemohon Banding di Indonesia.Hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan adanya peristiwa terjadinya biaya dan tidak adanya duplikasi pembebanan kepada BUT di Indonesia dari cabang-cabang lain; bahwa dalam Surat Bantahan Nomor: 042/FIN/IV/2011 tanggal 28 April 2011 Pemohon Banding menyatakan telah menyampaikan softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat pada saat pemeriksaan dalam bentuk compact disc (CD). Hal ini dikarenakan Laporan Keuangan Konsolidator Kantor Pusat tersebut berjumlah 373 halaman, sebagaimana tertera dalam tanda terima dan dalam tanggapan SPHP Pemohon Banding; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dinyatakan: (1) Alat bukti dapat berupa: a. surat atau tulisan; b. keterangan ahli; c. keterangan para saksi; d. pengakuan para pihak; dan/atau; e. pengetahuan Hakim; bahwa Pemohon Banding menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasi dalam bentuk softcopy, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Majelis tidak dapat meyakini softcopy Laporan Keuangan Konsolidasi yang disampaikan oleh Pemohon Banding; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis di dalam persidangan serta pembuktian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan alokasi biaya Controlling yang dilakukan oleh Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

  • bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat, tidak terdapat cukup bukti untuk membatalkan koreksi biaya Controlling sebesar Rp.4.067.802.383,00 sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;

    Koreksi positif atas E/EES Benefit Staf Training sebesar Rp.640.494.201,00 Menurut Terbanding : bahwa E/EES BenefitStaff Training adalah bagian dari biaya pengembangan

    karyawan berupa training yang diberikan oleh DB Singapore, Hongkong, dan New York untuk mendukung kegiatan usaha Pemohon Banding pada tahun 2007 dan diikuti oleh karyawan Pemohon Banding sebagai peserta training untuk mengembangkan kemampuan teknis karyawan Pemohon Banding dalam menjalankan operasi sehari-hari dan kegiatan usaha Pemohon Banding. Pada saat proses keberatan Pemohon Banding menyampaikan beberapa tagihan (invoice) dari cabang-cabang lain Deutsche Bank AG, namun dokumen tersebut tidak menjelaskan asal usul tagihan, dan lain-lain yang menjelaskan bahwa karyawan yang dimaksud oleh Pemohon Banding memang mengikuti kegiatan training dimaksud. Dengan demikian tidak dapat diyakini bahwa biaya tersebut memang dikeluarkan dalam rangka kepentingan usaha Pemohon Banding sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (3) P3B Indonesia Jerman;

    Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding bahwa

    Pemohon Banding tidak dapat menjelaskan asal usul tagihan staff training tersebut. Bahwa Pemohon Banding telah memberikan dokumen-dokumen yang telah diminta Peneliti Keberatan dan memberikan bukti-bukti tersebut kepada Majelis pada saat persidangan;

    Menurut Majelis : bahwa terdapat koreksi positif atas E/EES Benefit Staf Training adalah sebesar

    Rp.640.494.201,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut: bahwa menurut Pemeriksa, biaya tersebut merupakan recharges staff training dari Deutsche Hongkong, Singapura. Transaksi tersebut tidak didukung dokumen yang memadai sebagai bagian pengujian untuk memastikan kebenaran biaya tersebut. Dokumen dimaksud adalah tagihan dari pihak ketiga yang memastikan bahwa biaya tersebut untuk kepentingan BUT di Indonesia. Transaksi ini jika bagian dari biaya pimpinan/administrasi dan biaya umum dari kantor pusat, seharusnya cara pembebanannya tunduk pada ketentuan juridis fiskal sebagaimana dimaksud KEP-62/PJ/1995. Karena pembebanannya tidak memenuhi ketentuan dimaksud, maka Pemeriksa melakukan koreksi; bahwa menurut Pemeriksa, biaya ini merupakan alokasi biaya dari DB Other Branch dan Head Office yang tidak memenuhi syarat sebagai alokasi biaya sebagaimana dimaksud Pasal 5 Undang-undang Pajak Penghasilan dan KEP-62/PJ/1995, kecuali Pemohon Banding dapat menunjukkan bukti-bukti dari pihak ketiga bahwa biaya tersebut bersifat reimbursement; bahwa menurut Peneliti, E/EES Benefit Staff Training adalah bagian dari biaya pengembangan karyawan berupa training yang diberikan oleh DB Singapore, Hongkong dan New York untuk mendukung kegiatan usaha Wajib Pajak pada Tahun 2007 dan diikuti oleh karyawan Deutsche Bank AG Jakarta sebagai peserta training untuk mengembangkan kemampuan teknis mereka dalam menjalankan operasi sehari-hari dan kegiatan usaha DB. Pada saat proses keberatan Pemohon Banding menyampaikan beberapa tagihan (invoice) dari cabang-cabang lain Deutsche Bank AG, namun dokumen tersebut tidak menjelaskan asal-usul tagihan, dan lain-lain yang menjelaskan bahwa karyawan yang dimaksud oleh Pemohon Banding memang mengikuti kegiatan training dimaksud. Dengan demikian tidak dapat diyakini bahwa biaya tersebut memang dikeluarkan dalam rangka kepentingan usaha Pemohon Banding sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (3) P3B Indonesia Jerman; bahwa dengan demikian Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi positif atas E/EES Benefit Staf Training sebesar Rp.640.494.201,00; bahwa Pemohon Banding di dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi biaya Staff Training i. Menurut Pemohon Banding, E/EES Benefit Staff Training sebesar Rp 640.494.201 adalah biaya pengembangan karyawan berupa training yang bertempat di DB Singapore, Hongkong, dan New York. Training ini diadakan pada tahun 2007 dengan tujuan untuk mendukung kegiatan usaha DB. Training ini diikuti oleh

  • karyawan DB Jakarta sebagai peserta training untuk mengembangkan kemampuan teknis mereka dalam menjalankan operasi sehari-hari dan kegiatan usaha DB. ii. Menurut Pemohon Banding, untuk setiap training yang diadakan, maka DB AG Jakarta akan menerima tagihan elektronik dari cabang DB yang mengadakan training tersebut, berdasarkan banyaknya jumlah peserta yang ikut dalam training tersebut dan biaya sehubungan dengan materi training terkait. iii. Menurut Pemohon Banding, berdasarkan permintaan dari Terbanding pada saat pemeriksaan, Pemohon Banding juga telah memberikan bukti-bukti pendukung berupa tagihan elektronik yang diterima oleh DB Jakarta. Dari tagihan tersebut, dapat diketahui nama peserta training, materi yang diikutinya, serta biaya yang harus ditagihkan kepada DB Jakarta; iv. Menurut Pemohon Banding, biaya training tersebut memang merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kepentingan DB Jakarta berkaitan dengan pembelajaran dan pengembangan kemampuan karyawan DB Jakarta dalam kegiatan operasional sehari-hari untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000. Oleh karena itu, maka biaya ini seharusnya dapat diperhitungkan sebagai perngurang penghasilan bruto; bahwa di dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan bukti-bukti tagihan kepada Majelis, namun Majelis tidak dapat memastikan apakah biaya tersebut untuk kepentingan BUT di Indonesia ataukah bukan; bahwa atas hal tersebut Majelis tidak dapat meyakini bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon Banding dalam persidangan, sehingga Majelis berpendapat cara pembebanan transaksi ini tidak memenuhi ketentuan yang dimaksud dalam KEP-62/PJ/1995; bahwa berdasarkan hal tersebut Majelis berkesimpulan koreksi positif atas E/EES Benefit Staf Training sebesar Rp.640.494.201,00 tetap dipertahankan; bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat, tidak terdapat cukup bukti untuk membatalkan koreksi positif atas biaya E/EES Benefit Staf Training sebesar Rp.640.494.201,00 sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;

    Koreksi PPh Badan atas penyesuaian negatif terhadap akun BR-Asia Pacific Head Office (Balpos 760300) sebesar Rp.4.450.720.619,00 Menurut Terbanding : bahwa perhitungan biaya BR-APHO pada dasarnya sama dengan ketentuan dan

    penjelasan sebagaimana diuraikan pada poin 1 di atas. Biaya pada akun ini adalah adjustment atas perhitungan BR-APHO tahun sebelumnya;

    Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding memohon kepada Majelis untuk membatalkan koreksi atas

    akun BR APHO sebesar Rp.4.450.720.619,00 tersebut; Menurut Majelis : bahwa terdapat penyesuaian negatif terhadap akun BR-Asia Pacific Head Office

    (Balpos 760300) sebesar Rp.4.450.720.619,00; bahwa dasar koreksi Terbanding sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Penelitian Keberatan Nomor: Lap-503/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 22 September 2010 adalah sebagai berikut: bahwa menurut Terbanding Biaya Umum dan Administrasi dan Pimpinan (G&A, Executive Expenses) yang terjadi di Head Office (yang merupakan biaya 3M Head Office dan BUT di Indonesia serta BUT-BUT lainnya diseluruh dunia), secara yurisdiksi dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto, namun cara pembebanannya (tidak diatur dalam P3B), sehingga harus tunduk kepada Undang-undang Domestik (yaitu Pasal 5 ayat (3) Undang-undang PPh dan Keputusan Dirjen Pajak Nomor: KEP-62/PJ/1995); bahwa menurut Terbanding BR-APHO merupakan Biaya Pimpinan dan Biaya Administrasi Umum yang terjadi di Kantor Pusat Asia Pasifik, Singapura (bukan Head Office di Jerman). Dengan demikian, pembebanannya harus tunduk kepada KEP-62/PJ/1995; bahwa menurut Terbanding secara yuridis formal dan material, pengalokasian biaya tersebut tidak sesuai dengan KEP-62/PJ/1995 dengan penjelasan sebagai berikut: Secara yuridis formal, pembebanan Pemohon Banding tidak memenuhi syarat Pasal 3 ayat (1) dan (2) KEP-62/PJ/1995, yaitu Pemohon Banding tidak melampirkan Laporan Keuangan Konsolidasi dari Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik

  • yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2007, yang mengungkapkan Peredaran Usaha seluruh dunia dan jenis Biaya Umum & Administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi tersebut. Selama proses pemeriksaan (sesuai dengan Pasal 29 Undang-undang KUP dan PMK Nomor: 199/PMK.03/2007), Pemeriksa telah melakukan permintaan peminjaman data dan dokumen dimaksud, namun Pemohon Banding tidak dapat menyediakannya; b. Pasal 2 KEP-62/PJ/1995 menjelaskan bahwa HO allocation expenses (Biaya Administrasi Kantor Pusat) adalah maksimal (setinggi -tingginya) adalah sebanding dengan besarnya Peredaran Usaha / kegiatan usaha BUT di Indonesia terhadap seluruh Peredaran Usaha/kegiatan di seluruh dunia. Dari data yang disampaikan oleh Pemohon Banding mengenai APHO Financial Allocation, yaitu Cost Allocation Report dari KPMG-Singapore, Pemeriksa berkesimpulan bahwa data tersebut tidak sesuai dengan KEP-62/PJ/1995; bahwa dengan demikian, Terbanding mengusulkan untuk mempertahankan koreksi penyesuaian negatif terhadap akun BR-Asia Pacific Head Office (Balpos 760300) sebesar Rp.4.450.720.619,00; bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan penyesuaian negatif terhadap akun BR-Asia Pacific Head Office (Balpos 760300) sebesar Rp.4.450.720.619,00 karena menurut Pemohon Banding atas biaya-biaya tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam KEP-62/PJ/1995; bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: Penjelasan atas transaksi BR Asia Pasific Head Office bahwa Pemohon Banding menyatakan Deutsche Bank AG ("DB AG") adalah suatu bank asing yang berkedudukan di Frankfurt Jerman dan melakukan kegiatan perbankan di 15 negara dalam wilayah Asia melalui cabang-cabangnya, termasuk BUT DB AG Jakarta Branch ("DB Jakarta"). Dalam menjalankan bisnis perbankan yang sangat kompleks, cabang-cabang ini (termasuk DB Jakarta) memerlukan dukungan dari kantor pusatnya, baik yang berhubungan dengan fungsi maupun infrastuktur; bahwa Pemohon Banding menyatakan guna memperoleh tingkat efektifitas dan efisiensi yang baik, sistem dukungan kantor pusat ini diberikan secara bertingkat melalui Kantor Regional, yang juga merupakan bagian integral dari DB AG dan merupakan kepanjangan tangan dari kantor pusat DB AG. Dalam kasus DB Jakarta, bantuan diberikan melalui Kantor Regional di Singapura yang merupakan Kantor Regional Asia Pasifik (Asia Pacific Head Office "APHO"); bahwa Pemohon Banding menyatakan bantuan dan dukungan-dukungan ini menimbulkan biaya bagi APHO dan oleh karena itu APHO kemudian membebankan biaya-biaya ini kepada cabang-cabang yang menerima manfaat dari bantuan dan dukungan tersebut; bahwa Pemohon Banding menyatakan pembebanan biaya APHO adalah hal yang sangat penting dan sensitif bagi tiap-tiap cabang karena hal ini terkait pada masalah penilaian dan evaluasi kinerja dan imbalan bonus bagi tiap cabang. Tiap cabang tidak ingin dibebankan lebih dari pada yang seharusnya karena hal ini akan secara langsung mempengaruhi besarnya biaya operasi dan pada akhirnya tingkat keuntungan tiap cabang; bahwa Pemohon Banding menyatakan untuk memastikan keakuratan serta ketepatan dalam pembagian/alokasi biaya yang dibebankan, DB AG menggunakan beberapa metode alokasi biaya, termasuk metode alokasi yang berdasarkan pendapatan, waktu pemanfaatan (time spent), jumlah personil (head count) dan sebagainya, untuk memastikan bahwa biaya yang dialokasikan adalah tepat dan benar (sesuai jenis dari biaya tersebut). Rincian dari detail fungsi dan cara/metode pengalokasian biaya APHO ini, dapat ditemukan oleh Majelis Hakim di dalam panduan fungsi dan metodologi alokasi biaya APHO beserta terjemahan dari dokumen tersebut. Dokumen ini telah diserahkan oleh Pemohon Banding sejak tahap pemeriksaan dan keberatan; bahwa Pemohon Banding menyatakan telah mendapatkan sertifikasi dari Kantor Akuntan Publik ("KAP") KPMG yang telah memverifikasikan kebenaran serta kewajaran dari metode-metode yang digunakan dalam mengalokasikan biaya Kantor Pusat Regional tersebut; Perlakuan Pajak atas transaksi APHO

  • bahwa Pemohon Banding menyatakan dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda ("P3B") antara Indonesia dan Jerman Pasal 7 Ayat 3 dan 6 dinyatakan bahwa: Ayat 3 Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun ditempat lain. Ayat 6 Untuk penerapan ayat-ayat terdahulu, besarnya laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap akan ditentukan dengan cara yang sama dari tahun ke tahun kecuali terdapat alasan yang kuat dan cukup untuk mengadakan penyimpangan. bahwa Pemohon Banding menyatakan tujuan dari alokasi biaya kantor pusat adalah untuk menghitung laba usaha atau business profit dari cabang DB AG Jakarta yang merupakan Badan Usaha Tetap dari DB AG yang berkantor pusat di Jerman. Dalam hal ini, ayat 3 pada P3B tersebut di atas menjamin bahwa biaya sehubungan dengan business profit dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap. bahwa Pemohon Banding menyatakan hal ini dapat dilihat dalam penjelasan atas model OECD (OECD Commentary) dan model UN terhadap Pasal 7 ayat 3 di atas, yang menyatakan: that in calculating the profits of a permanent establishment allowance is to be made for expenses, wherever incurred, that were incurred for the purposes of the permanent establishment. Clearly in some cases it will be necessary to estimate or to calculate by conventional means the amount of expenses to be taken into account. In the case, for example, of general administrative expenses incurred at the head office of the enterprise, it may be appropriate to take into account a proportionate part based on the ratio that the permanent establishments turnover (or perhaps gross profits) bears to that enterprise as a whole. Subject to this, it is considered that the amount of expenses to be taken into account as incurred for the purposes of the permanent establishment should be the actual amoun so incurred bahwa dari Pasal dan commentary atas model OECD dan model UN, dapat disimpulkan bahwa seluruh biaya yang timbul tanpa kecuali selama biaya tersebut terjadi untuk kepentingan perusahaan dapat dibiayakan. Oleh karena itu, maka biaya BR-APHO yang nyatanya berkaitan dengan aktivitas BUT DB AG di Indonesia dapat pula dibiayakan secara fiskal. bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa P3B mempunyai kedudukan khusus dalam hukum perpajakan di Indonesia. Ketentuan dalam P3B mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum perpajakan Indonesia yang umum berlaku, termasuk ketentuan peraturan pelaksanaan Undang-undang Pajak Penghasilan, dalam hal ini KEP-62/PJ./1995. bahwa Pemohon Banding menyatakan dalam Pasal 6 ayat 1(a) Undang-undang atas Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa: Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;" bahwa Pemohon Banding menyatakan telah membebankan biaya-biaya yang memang telah dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari DB AG Jakarta. Biaya-biaya ini telah dialokasikan dengan cara/metode-metode yang telah dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan ketepatan alokasi biaya kepada masing-masing cabang DB AG, termasuk DB AG Jakarta. Pemohon Banding juga telah secara konsisten mencatat, dan membiayakan alokasi biaya ini dari tahun ke tahun sesuai dengan ketentuan di dalam P3B di atas; bahwa Pemohon Banding berpendapat tidak ada alasan untuk menolak seluruh biaya APHO karena DB telah memenuhi ketentuan dalam P3B yang merupakan ketentuan yang lebih tinggi dibanding Peraturan perpajakan dalam negeri berdasarkan International Tax Convension, sebagaimana telah disetujui oleh Negara Indonesia dan Jerman pada waktu penandatanganan P3B;

  • Konsistensi dengan perlakuan tahun tahun sebelumnya bahwa Pemohon Banding menyatakan DB telah melakukan pembebanan BR APHO dengan metode yang konsisten dari tahun ke tahun. Penerapan secara konsisten ini telah diverifikasi dan disertifikasi oleh Kantor Akuntan Publik. bahwa Pemohon Banding menyatakan pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun pajak 1995, 1997, 1998, 1999, 2001, 2002, 2004 dan 2005, Pemeriksa telah melakukan verifikasi dan konfirmasi bahwa beban BR APHO telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku sehingga tidak ada koreksi atas beban BR APHO. Sedangkan pemeriksaan pajak tahun fiskal 2005, Pemeriksa hanya melakukan koreksi sebagian yang disebabkan adanya perbedaan pandangan metode perhitungan alokasi BR APHO. bahwa atas koreksi fiskal Tahun 2005 tersebut, Pemohon Banding telah mendapat penegasan dari Pengadilan Pajak melalui Putusan No. Put.28218/PP/M.VI/15/2010, bahwa alokasi biaya tersebut dapat diperbolehkan untuk dibebankan oleh Pemohon Banding tanpa harus mengikuti pembatasan ketentuan di dalam KEP-62/PJ/1995, oleh karena telah terdapat aturan khusus di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa berdasarkan penjelasan ini, maka seharusnya Pemohon Banding secara konsisten dapat membiayakan seluruh alokasi biaya administrasi dan kantor pusatnya oleh karena biaya ini memang terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan BUT di Indonesia, sebagaimana ketentuan di dalam P3B antara Indonesia dan Jerman; bahwa Terbanding di dalam persidangan menyatakan hal-hal sebagai berikut: bahwa Terbanding menyatakan berdasarkan Pasal 7 ayat 3 P3B antara Pemerintah Republik lndonesia dengan Pemerintah Republik Federal Jerman: Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara di mana bentuk usaha tetap itu berada ataupun di tempat lain; bahwa Terbanding menyatakan pada dasarnya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari Wajib Pajak, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya administrasi umum, baik yang dikeluarkan di lndonesia ataupun di tempat lain, dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Bruto; bahwa Terbanding menyatakan biaya-biaya administrasi umum yang dapat dibebankan oleh kantor pusat merupakan biaya yang secara aktual terjadi, dan dikeluarkan dalam rangka menjalankan proses bisnis yang normal, seperti jika bentuk usaha tetap tersebut merupakan suatu perusahaan lain yang terpisah dari kantor pusatnya. Selain itu biaya yang dialokasikan oleh kantor pusat kepada Wajib Pajak seharusnya merupakan reimbursement, tanpa mark-up; bahwa Terbanding menyatakan Pemohon Banding tidak menyampaikan bukti/dokumen yang mendukung alasan banding Pemohon Banding bahwa biaya tersebut merupakan biaya-biaya yang berhubungan dengan kepentingan usaha Pemohon Banding; bahwa Terbanding berpendapat Pemohon Banding tidak menyampaikan dokumen/bukti sehingga diusulkan kepada Majelis Hakim untuk tetap mempertahankan koreksi Terbanding; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis berpendapat: " bahwa berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) / Tax Treaty antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jerman tersebut diatur bahwa dalam penentuan penghasilan usaha suatu bentuk usaha tetap dibolehkan dikurangkan biaya-biaya yang timbul untuk keper1uan bentuk usaha tetap tersebut, termasuk alokasi yang wajar dari biaya eksekutif dan biaya umum dan administrasi yang timbul untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan, baik yang terjadi di negara dimana bentuk usaha tetap itu berada atau di tempat lainnya; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis atas berkas banding diketahui bahwa alokasi biaya APHO tercantum daIam Head Office Service Agreement, dan alokasi biaya APHO tersebut telah mendapatan sertifikasi dari KAP KPMG - Singapura. Sertifikasi Kantor Akuntan Publik tersebut telah memverifikasi kebenaran serta kewajaran dari metode-metode yang digunakan Pemohon Banding dalam mengalokasikan biaya APHO tersebut;

  • bahwa dalam penerapannya, Pemohon Banding telah melakukan penghitungan persentase alokasi biaya Kantor Pusat dengan menggunakan formulasi tersebut di atas secara konsisten dari tahun ke tahun sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (6) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) / Tax Treaty antara Indonesia dengan pemerintah Jerman; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis atas berkas banding, diketahui bahwa alokasi biaya APHO tercantum dalam Head Office Service Agreement dan alokasi biaya APHO tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari KAP KPMG Singapore. Sertifikasi Kantor Akuntan Publik tersebut telah memverifikasi kebenaran serta kewajaran dari metode-metode yang digunakan Pemohon Banding dalam mengalokasikan biaya APHO tersebut; bahwa dalam penerapannya, Pemohon Banding telah melakukan penghitungan persentasi alokasi biaya Kantor Pusat dengan menggunakan formulasi tersebut di atas secara konsisten dari tahun ke tahun sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (6) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) / Tax Treaty antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jerman; bahwa sesuai dengan Pasal 7 ayat (3) Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) / Tax Treaty antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jerman, dinyatakan bahwa: Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap dapat dikurangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan usaha dari bentuk usaha tetap itu, termasuk biaya-biaya pimpinan dan biaya-biaya adminstrasi umum, baik yang dikeluarkan di negara dimana bentuk usaha tetap itu berada ataupun di tempat lain; bahwa berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) / Tax Treaty antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jerman tersebut diatur bahwa dalam penentuan penghasilan usaha suatu bentuk usaha tetap, dibolehkan dikurangkan biaya-biaya yang timbul untuk keperluan bentuk usaha tetap tersebut, termasuk alokasi yang wajar dari biaya eksekutif dan biaya umum dan administrasi yang timbul untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan, baik yang terjadi di negara dimana bentuk usaha tetap itu berada atau di tempat lainnya; bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bukti-bukti dan penjelasan dalam persidangan, Majelis berpendapat: bahwa Pemohon Banding adalah BUT dari Deutsche Bank AG yang kantor pusatnya bertempat kedudukan di Republik Federal Jerman. BR-APHO merupakan biaya administrasi yang dibebankan oleh Kantor Pusat Regional yang berkedudukan di Singapura, yang menurut Pemohon Banding dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi support and management. Cara alokasi biaya yang dilakukan oleh Kantor Pusat Regional ini adalah dengan menggunakan metode Head Count, Turnover, Time Spent, dan SMART Allocation; bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti asli Laporan Keuangan Konsolidasi Kantor Pusat yang diaudit Kantor Akuntan Publik yang meliputi seluruh kegiatan usaha di seluruh dunia dan mengungkapkan peredaran usaha seluruh dunia, serta jenis biaya umum dan administrasi yang dibebankan (dialokasikan) kepada BUT di seluruh dunia sebagai bagian Laporan Keuangan (Rugi Laba) Konsolidasi; bahwa Pemohon Banding tidak dapat membebankan secara langsung biaya umum / administr