4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen -...
Transcript of 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen -...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen
SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu
sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15
Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno –
Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah
ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan
raya dimana semua angkutan melewati akses jalan
tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen
adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan
sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya
yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan
luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha.
SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang
tertuang dalam dokumen sekolah yaitu:
1. Visi
Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul
dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan
IMTAQ.
2. Misi
a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara
efektif untuk mewujudkan pengembangan
visi.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
menunjang peningkatan kinerja guru dan
karyawan.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dinamika dan kualitas proses
pembelajaran pelatihan dan bimbingan.
d. Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan
dan memelihara fasilitas pendidikan secara
optimal.
e. Melaksanakan kegiatan pencapaian
ketuntasan kompetensi kelulusan baik
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku.
f. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah
secara mantap.
g. Mengupayakan pengembangan pembiayaan
untuk mendukung kegiatan sekolah secara
menyeluruh.
h. Melaksanakan penilaian secara menyeluruh
dan berkesinambungan.
4.1.1 Data Peserta didik
SMPN 1 Bawen hampir tidak pernah
kekurangan peserta didik, bahkan
kecenderungannya menolak peserta didik ketika
penerimaan peserta didik baru. Jumlah nilai UN
peserta didik yang diterima berkisar antara 22 s.d.
23, atau jika dirata-rata 7,3 s.d. 7,6.
Sesungguhnya input atau kemampuan dasar
peserta didik di SMPN 1 Bawen bisa dikatakan
cukup bagus jika dibandingkan dengan sekolah
menengah di sub rayon 02. Jumlah peserta didik
dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan
yang dikarenakan adanya penambahan rombongan
belajar (rombel). Yang biasanya hanya 21 robel
menjadi 27 rombel. Berikut ini tabel jumlah peserta
didik 4 tahun terakhir:
Tabel 4.1
Jumlah Peserta didik 4 Tahun Terakhir
No Th Kelas
VII VIII IX
1 2010/2011
L 116 119 126
P 158 122 126
Jumlah 274 241 252
Total 767
2 2011/2012
L 164 121 90
P 129 138 159
Jumlah 293 259 249
Total 801
3 2012 2013
L 157 121 89
P 130 139 158
Jumlah 287 260 247
Total 749
4 2013/2014
L 154 162 113
P 138 129 138
Jumlah 298 291 251
Total 840
Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah
4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2
Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMPN 1 Bawen
No Jabatan PNS WB
Jml Keterangan L P L P
1 Kepsek 1 - - - 1
Guru :
1 Agama 3 2 - - 5 3 guru berasal dari sekolah
lain.
2 Pkn - 3 - - 3 1 guru dari
sekolah lain
3 B. Indonesia - 5 - - 5 1 guru dari sekolah lain
4 IPA 2 5 - - 7
5 Matematika - 4 - - 4
6 IPS - 5 - - 5
7 B. Inggris 3 1 1 5
8 B. Jawa 2 - - - 2
9 BK - 2 1 3 1 guru dari sekolah lain.
10 Penjasorkes 2 - 1 - 3 1 guru dari
sekolah lain
11 Tatabusana - 2 - - 2
12 TIK - 2 - - 2
13 Kesenian 2 - - - 2 1 guru dari
sekolah lain
14 Satpam - - 2 - 2
15 Penjaga 1 - 2 - 3
16 Tatausaha 2 1 1 1 5
17 Tenaga
Perpustakaan - - - 1 1
18 Teknisi komputer - - 1 - 1
Jumlah 18 32 8 2 60
Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
jumlah guru yang mengajar di SMPN 1 Bawen
adalah sebanyak 48 guru. Ditambah dengan 1
kepala sekolah, 2 petugas keamanan, 3 penjaga dan
petugas kebersihan, 5 petugas tatausaha, 1 tenaga
perpustakaan dan 1 teknisi komputer. SMPN 1
Bawen terdiri dari 27 rombel dengan 27 wali kelas.
Sementara itu ada beberapa guru yang berasal dari
sekolah lain (penambahan beban mengajar 24 jam),
seperti: 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen,
1 guru agama katholik, 1 guru kesenian, 1 guru
bahasa indonesia, 2 guru olah raga, dan 1 guru
BK. Dari 48 guru ada sebanyak 45 PNS dan 3 guru
wiyata bhakti (WB).
Tabel 4.3 Kualifikasi Akademik Guru SMPN 1 Bawen
No Jabatan PNS WB
Jml S2 S1 D3 D2 SMA S2 S1 SMA
1 Kepala
Sekolah 1 - - - - - - - 1
2 Tenaga Pendidik
1 44 - 1 - - 2 - 48
3
Tenaga Kependidikan
- - 1 - 2 - 2 6 11
Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah
Tenaga pendidik (guru) SMPN 1 Bawen
hampir semua berkualifikasi S1, hanya tinggal 1
guru yang berijasah D2. Dari guru PNS maupun
wiyata bhakti semuanya ada 98 % yang sudah
memenuhi kualifikasi pendidikan S1.
4.1.3 Sarana Prasarana
1. Sarana
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi
dokumen dapat dijelaskan bahwa SMPN 1
Bawen memiliki sarana pembelajaran yang yang
sudah cukup lengkap. Adapun sarana yang
dimaksud adalah: buku teks pelajaran, alat
peraga (globe, atlas, alat peraga matematika, alat
peraga IPA, alat peraga kesenian, alat peraga
olah raga, dan lain-lain), media yang berkaitan
dengan TIK ( 8 LCD proyektor, 6 Laptop,
Komputer, TV, pengeras suara, VCD, dan lain
sebagainya), sarana kegiatan ektrakurikuler (1
set alat musik band, matras dan perlengkapan
pencak silat, 1 set alat musik perskusi rebana,
peralatan olah raga: bola voli, basket, sepak bola,
bulu tangkis, tolak peluru, atletik. Selain itu
sekolah juga memiliki fasilitas keterampilan
menjahit yang cukup memadahi, yaitu sejumlah
35 mesin jahit dan beberapa alat obras kain.
2. Prasarana
Prasarana SMPN 1 Bawen sudah cukup
lengkap meskipun masih ada yang kurang
atupun rusak, diantaranya: 6 jamban peserta
didik rusak berat, ruang UKS yang masih
kurang luas. Untuk melihat lebih jelas dari
kondisi prasarana SMPN 1 Bawen dapat diamati
melalui Tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Keadaan Prasarana Pendidikan SMPN 1 Bawen
Sumber: Data sekolah, diolah
No Jenis Ruang Kedaan
Ukuran Jml. Ket. Baik Rsk
1 Kelas 26 7 x 9 26 Proses penambahan.
2 Laboratorium IPA 1 8 x 12 1
3 Ruang keterampilan
1
10 x 12 1
4 Lab. Komputer 1 8 x 12 1
5 Perpustakaan 1 7 x 9 1
6 Kantor Guru 1 7 x 17 1
7 Kantor Kepsek 1 6 x 7 1
8 kantor Pimpinan 1 6 x 7 1
9 Aula 0 0 0 Proses pembgn.
10 Mushola 1 10 x 10 1
11 UKS 1 5 x 4 1
12 Koperasi 1 5 x 6 1
13 Kantin 2 4 x 5 2
14 Jamban Guru 3 2 x 2 3
15 Jamban Peserta
didik 15 6 2 x 2 21
16 Gudang 1 4 x 5 1
17 Ruang BK 1
4 x 6 1
18 Ruang OSIS 1
6 x 7 1
19 Ruang Band 1
3 x 7 1
20 Ruang TU 1
7 x 9 1
21 Lapangan sepak bola
1 60 x 40 1
22 Lapangan Basket 1 24 x 14 1
23 Lapangan Bola Voli
1 9 x 8 1
24 Pos Keamanan 1 3 x 3 1
25 Tempat parkir 2 5 x 7 2
4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan pada langkah-langkah
pengembangan, maka hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
4.2.1 Potensi dan Masalah
Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen
Pada bagian ini akan disajikan hasil
wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah
dan guru SMPN 1 Bawen tentang yang sudah
dilakukan terhadap rencana strategis (renstra) untuk
meningkatkan mutu sekolah. Berikut ini hasil
wawancara dengan kepala SMPN 1 Bawen:
Berdasarkan wawancara dengan kepala
sekolah SMPN 1 Bawen didapatkan bahwa renstra
yang selama ini dibuat belum sepenuhnya dibuat oleh
stakeholder sekolah.
Renstra disusun dengan mengadopsi dari
sekolah lain dengan beberapa perubahan-
perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah. Proses-proses yang seharusnya dilewati
dalam penyusunan renstra belum dijalankan
sebagaimana mestinya, hal tersebut terbukti
dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang
menunjukkan proses penyusunan renstra
seperti rapat – rapat pleno, notulen proses
penyusunan renstra, daftar hadir, dan lain-lain.
Selanjutnya kepala sekolah menyatakan:
sesungguhnya isi dari renstra yang dimiliki oleh
sekolah saat ini sudah cukup baik namun
masih belum mampu menjawab persoalan-
persoalan yang semakin kompleks dan dinamis
begitu yang dihadapi oleh sekolah. Hal tersebut
dikarenakan dalam proses penyusunan renstra
tidak menyentuh akar rumput masalah yang
ada di sekolah. Selain itu juga adanya beberapa
kata atau kalimat dalam renstra yang masih
belum operasional sehingga sedikit ada masalah
dalam implementasinya.
Wakil kepala SMPN 1 Bawen selanjutnya
menyatakan:
sekolah masih menggunakan acauan renstra
dari sekolah lain yang kemudian diadaptasi
dengan situasi dan kondisi sekolah, sehingga
alurnya atau prosesnya tidak dimulai dari hulu
sampai hilir. Meski demikian sekolah sudah
mencoba untuk melibatkan stakeholder sekolah
untuk proses penyusunan tersebut dan
melakukan sosialisasi kepada guru. Menyusun
renstra yang ideal sangat sulit karena harus
melalui tahapan-tahapan dan harus
meluangkan waktu untuk mewujudkannya,
sementara itu kesibukan kepala sekolah, unsur
pimpinan, guru dan komite cukup padat
sehingga rasanya sulit untuk
merealisasikannya.
Sementara itu menurut mantan waka bidang
kurikulum menyatakan bahwa:
sekolah sudah mencoba untuk melibatkan
semua stakeholder sekolah untuk merumuskan
rencana strategis sekolah meskipun dalam
proses penyusunan tersebut sekolah masih
menggunakan acaun dengan renstra sekolah
lain untuk diadopsi dan sesuaikan.
Melihat hasil wawancara dengan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum
melakukan proses yang semestinya dalam menyusun
renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor
yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari
waktu ke waktu.
4.2.2 Draft Awal Strategi (SWOT)
1. Analisis SWOT
Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi
faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman
untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1
Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3
aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan
sebagai berikut ini.
a. Aspek Input
Menurut Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana,
2003) yang termasuk dalam aspek input adalah:
kemampuan peserta didik, sumber daya finansial,
fasilitas, program dan jasa pendukung.
Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek
input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS
dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini:
Tabel 4.5 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis
Summary)
No Faktor-faktor Internal
Bobot Skor
Tota
l
Skor Kekuatan
1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1,50
2 98 % guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80
3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0,60
4 Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi
0,15 3 0,45
5 Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik
0,10 3 0,30
6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24
7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12
Total Skor 1
4,01
Kelemahan
1 Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal.
0,30
4 1,20
2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0,45
3 Kurang optimalnya pembimbingan/ pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan.
0,15 3 0,45
4 Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) belum optimal.
0,15 2 0,30
5 Belum memadai ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler.
0,10 2 0,20
6 Pemanfaatan laboratorium (Bahasa, IPA dan Komputer) masih kurang optimal.
0,10 3 0,30
7 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman.
0,05 2 0,10
Total Skor 1 3,00
Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,01
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling
berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang
sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah
lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para
guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor
5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling
penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber
daya manusianya (SDM) terlebih dahulu selanjutkan akan
diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang
masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain
sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru
memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi
nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen
cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30
pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini
diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu
untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta
didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket
untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta
banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot
dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor
3.
Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik
dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah.
Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai
dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi,
misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi
penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi,
meskipun dana untuk kegiatan non akademis
(ekstrakurikuler) masih belum optimal dikarenakan begitu
banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini
menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumber-
sumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun
dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1
Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan
sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten
Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam
hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya
karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan
fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih
efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas
yang telah disediakan sekolah maka output yang
dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini.
Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk
memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada
mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan
dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk
faktor kekuatan aspek input adalah 4,01.
Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup
potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki
beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi
dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim
yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan
skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum
memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi
kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih
kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler
dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15
dan skor 3. Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan
Keuangan) masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15
dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang
untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi,
yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan
komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan
masih banyak guru menggunakan metode konvensional
dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi
bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah
yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi
perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2.
Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas
dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot
dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol
skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek
input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih
lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti
sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada.
Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek
input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi
bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir,
dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary
(EFAS) sebagai berikut:
Tabel 4.6 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No Faktor-Faktor Eksternal
Bobot Skor Total Skor Peluang
1. Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen.
0,30 4 1,20
2. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan/ diakses.
0,20 3 0,60
3. Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten.
0,20 3 0,60
4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80
5. Banyak fihak/ instansi luar yang tertarik untuk bekerjasama dengan sekolah.
0,10 3 0,30
Total Skor 1
3,50
No Ancaman Bobot Skor Total Skor
1. Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah.
0,30 3 0,90
2.
Beberapa guru masih berorientasi pada uang dalam menjalankan tugas pokok fungsingya
(money oriented).
0,20 3 0,60
3. Persaingan antar sekolah menengah pertama semakin tinggi.
0,20 3 0,60
4. Banyak sekolah menengah pertama memiliki fasilitas yang lebih baik dan lengkap.
0,20 2 0,40
5. Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan peralatan TIK (handpone, game online, dan internet)
0,10 2 0,20
Total Skor 1 2,70
Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)
0,80
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk
meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut
sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi
modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak
sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah
minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan
anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan
skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah
untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis
untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang
diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk
hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3.
Peran komite semakin meningkat adalah peluang
yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk
merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20
dan skor 4. Sementara itu fihak/ instansi yang semakin
tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah
peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub
rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak
sekolah 0,10 dan skor 3.
Selain peluang sekolah juga memiliki
ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan
menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah
ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling
tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor.
Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan
mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan
selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa
sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan
nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana
peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman
maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang
menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala
sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk
menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan
selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk
kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah
untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan
program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya.
Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang
masih berorientasi pada uang atau materi dalam
menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi
bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah
menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga
yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2.
Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin
lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat
dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2.
Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan
informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi
bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.
a. Aspek Proses
Komponen proses meliputi kemampuan guru,
metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,
media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan
kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel
4. 7 berikut ini
Tabel 4.7
Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
No Faktor-faktor Internal Bob
ot Sko
r Total Skor Kekuatan
1. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu
0,30 4 1,20
2. KKM sekolah minimal 75 0,20 5 1,00
3.
Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah (band, pramuka, silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis alquran).
0,15 4 0,60
4. Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik.
0,15 4 0,60
5. Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX.
0,10 2 0,20
6. Guru mengikuti kegiatan pengembangan profesi (MGMP, Workshop, Seminar, Pelatihan).
0,10 3 0,20
Total Skor
3,80
Kelemahan
1
Kedisiplinan guru yang masih kurang,
khususnya dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.
0,30 3 0,90
2
Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, serta belum mengoptimalkan media pembelajaran.
0,20 3 0,60
3 Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik.
0,15 3 0,45
4 Kerjasama (team work) antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum optimal.
0,15 2 0,30
5 Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan optimal.
0,10 3 0,30
6. Fasilitas pembelajaran yang masih belum optimal
0,10 2 0,20
Total Skor 1 2,75
Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,05
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada
aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai
dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi
bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon
02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan
pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian
besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan
kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah
yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM
akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat
mencapainya bahkan melampauinya.
Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam
diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan
skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan
kegiatan ekstrakurikuler (non akademis) tidak hanya dari
sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil
kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin
dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya.
Kemampuan manajemen kepala sekolah yang
sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah
memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen
baik sejak 2 tahun terahir ini. Kemampuan
manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa
mengikuti perkembangan pendidikan yang terus
berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang
untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang
lebih efektif dan efisien.
Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot
0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya
memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi
juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masing-
masing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik
tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai
mapel UN tersebut.
Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan
profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah
(MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya)
ataupun oleh fihak lain (workshop, seminar, pelatihan).
Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total
bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan
yaitu 3,80.
Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang
dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah
kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30
dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru
terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain
itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering
kurang, khususnya hal menyusun perangkat
pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain
itu masih ada beberapa guru mengajar dengan
menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam
proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi
bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru
memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot
0,15 dan skor 3.
Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal
sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor
2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot
0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal
dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih
belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk
fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10
dan skor 2.
Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan
adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor
kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari
faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan
menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan
faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat
diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan.
Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek
proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis
Summary (EFAS) pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No Faktor-Faktor Eksternal
Bobot Skor Total Skor Peluang
1. Semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas pendidikan.
0,30 3 0,90
2.
Sekolah berada di wilayah industri, pasar, perkantoran sehingga memungkinkan
untuk menjalin kerjasama (pembelajaran kontektual, beapeserta didik, penggalian dana).
0,20 5 1,00
3. Semakin banyaknya kegiatan pengembangan kompetensi guru, baik itu
workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll.).
0,20 4 0,80
4. Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10 4 0,40
5. Adanya perhatian khusus dari pemerintah kabupaten terhadap sekolah.
0,10 3 0,30
6. Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut baik ke universitas dalam negeri maupun luar negeri
0,10 2 0,20
Total Skor 1
3,60
No Ancaman Bobot Skor Total Skor
1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru
0,30 3 0,90
2. Proses Belajar Mengajar (PBM) sekolah favorit lain yang sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.
0,20 3 0,60
3. Daya dukung masyarakat terhadap sekolah masih belum optimal.
0,20 3 0,60
4.
Beberapa guru mengajar di sekolah lain
untuk menambah jam mengajar (minimal 24 jam).
0,10 2 0,20
5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi pemerintah terhadap guru.
0,10 3 0,30
6. Intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan.
0,10 3 0,30
Total Skor 1 2,90
Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)
0,70
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Dari aspek peluang semakin meningkatnya
kesadaran orang tua pentingnya kualitas suatu
pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30
dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan
pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal
itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk
meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun
non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di
wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot
0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan
peserta didik untuk mengembangankan model
pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat
mendukung pembelajaran berbasis kurikulum 2013.
Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang
dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot
oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat
berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian
pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah
mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu
kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot
0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor
peluang adalah 3,60.
Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi
adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas
guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut
ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik
dengan model pembelajaran yang guru lakukan.
Sementara itu proses pembelajaran (PBM) sekolah lain
sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih
lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung
masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot
0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain
untuk pemenuhan jam mengajar (24 jam) diberikan
bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan
yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru
dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot
sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah
pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat
kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot
dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90
sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor
ancaman adalah 0,70.
Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas
diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang
dapat dimanfaatkan.
b. Aspek Output
Komponen output meliputi prestasi peserta didik
dan pasca kelulusan peserta didik. Hasil analisis faktor
kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.9 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis
Summary)
No Faktor-faktor Internal
Bobot Skor Total
Skor Kekuatan
1.
Pencapaian prestasi beberapa kegiatan
non-akademis (ekstrakurikler) semakin
baik. Seperti; pencak silat, band, sepak
bola, keagamaan.
0,4 5 2,00
2. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun
mulai mengalami peningkatan. 0,25 3 0,75
3. Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun.
0,25 3 0,75
4. Banyak peserta didik yang diterima di
sekolah favorit. 0,10 2 0,20
Total Skor 1
3,70
Kelemahan
1 Prestasi akademis dan non-akademis
belum optimal 0,30 3 0,90
2
Sekolah belum mengupdate secara rutin
data output peserta didik yang
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
atau tidak melanjutkan.
0,25 3 0,75
3 Belum memiliki jaringan alumni yang
kuat. 0,25 2 0,50
4
Bebarapa lulusan kurang memiliki
karakter yang kuat seperi: menghormati orang lain, tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri.
0,20 3 0,45
Total Skor 1 2,60
Total Skor Akhir (kekuatan-
kelemahan)
1,10
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Kekuatan yang paling menonjol dari aspek output
adalah pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-
akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak
silat, band, sepak bola, keagamaan yang diberi bobot
0,40 dan skor 5. Hal ini dapat mengangkat prestasi
akademis yang sampai saat ini belum mampu optimal.
Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami
peningkatan diberi bobot oleh sekolah 0,25 dengan skor
3. Selanjutnya Prosentase jumlah kelulusan meningkat
dari tahun ketahun diberi bobot 0,25 dengan skor 3.
Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit
diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Sementara itu sekolah juga memiliki kelemahan-
kelemahan dari aspek output. Faktor kelemahan yang
memiliki bobot yang tertinggi adalah belum optimalnya
prestasi akademis dan non akademis, yang diberi bobot
0,30 dan skor 3. Hal tersebut tercermin dari prestasi
lulusan yang belum pernah menjadi yang terbaik di
wilayah sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Selain itu
prestasi non akademis juga baru sebagian yang mencapai
target yang diharapkan oleh sekolah.
Data output peserta didik tidak diupdate secara
rutin diberi bobot 0,25 dan skor 3 oleh sekolah. Hal ini
menyebabkan kesulitan sekolah untuk mengetahui
kondisi lulusan melanjutkan atau tidak. Sementara itu
untuk sekolah belum memiliki jaringan alumni yang kuat
diberi bobot 0,25 dan skor 2. Pemberdayaan peran alumni
sangat mungkin dilakukan oleh sekolah melihat output
banyak yang berhasil baik di instansi pemerintah
ataupun swasta.
Belum kuatnya karakter lulusan yang diberi bobot
0,15 dan skor 3. Hal tersebut disebabkan karena keluarga
yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagian besar orang
tua peserta didik bekerja sebagai buruh pabrik. Selain itu
kehidupan lingkungan sekolah begitu keras dan kurang
berpihak kepada anak menyebabkan anak cenderung
untuk kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, dan
kurang mandiri.
Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan
pada aspek output adalah 3,20 sehingga total skor akhir
IFAS pada aspek output adalah 0,40. Dari kedua faktor
yang mempengaruhi output SMPN 1 Bawen tersebut
ditemukan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang
lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahan-
kelemahan yang ada dapat diatasi dengan
mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan.
Analisis faktor peluang dan ancaman aspek output
dapat dilihat pada Tabel 4.10. Selanjutnya faktor-faktor
tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan
perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal
Factors Summary (EFAS), berikut ini:
Tabel 4.10 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)
No Faktor-Faktor Eksternal
Bobot Skor Total Skor Peluang
1. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tinggi.
0,40 4 1,60
2.
Harapan orang tua agar lulusan
bukan hanya berprestasi dalam
bidang akademis saja tetapi juga
bidang non akademis
(ekstrakurikuler)
0,30 4 1,20
3.
Lulusan memiliki karakter kuat,
dalam aspek kemandirian, tanggung
jawab, kedisiplinan, kerohanian, dan menghormati orang lain.
0,20 3 0,60
4. Peluang menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan
masyarakat dan alumni.
0,20 4 0,80
Total Skor 1
4,20
No Ancaman Bobot Skor Total
Skor
1. Semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari stakeholder.
0,40 4 1,60
2. Semakin kompleknya tuntutan
masyarakat terhadap mutu sekolah.
0,25 3 0,75
3.
Masyarakat yang menilai
keberhasilan peserta didik dari sisi
hasil/ nilainya, bukan dilihat dari
sisi proses.
0,25 3 0,75
4. Kekhawatiran masyarakat terhadap
sulitnya mencari sekolah favorit.
0,10 2 0,20
Total Skor 1 3.30
Total Skor Akhir (Peluang-
Ancaman)
0,90
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah menjadi faktor peluang yang terkuat
dari aspek output yang diberikan bobot 0,40 dan skor 4.
Hal tersebut jika sekolah dengan sungguh-sungguh
menggarap mutu sekolah maka tidak mustahil
masyarakat akan semakin yakin dengan sekolah.
Selanjutnya harapan orang tua peserta didik bukan
hanya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga
bidang non akademis diberikan bobot 0,30 dan skor 4.
Kemudian harapan orang tua peserta didik agar lulusan
memiliki karakter yang kuat diberikan bobot 0,20 dan
skor 3. Yang terakhir untuk peluang menjalin
hububungan kerjasama yang lebih erat dengan alumni
dan masyarakat diberi bobot 0,20 dan skor 4. Total akhir
bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output
sebesar 4,20.
Untuk faktor ancaman yang paling menonjol adalah
semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari
stakeholder diberi bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,40
dan bobot 4. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi
kurang objektif dalam memberikan penilaian kepada
peserta didiknya. Semakin kompleknya tuntutan
masyarakat terhadap sekolah menjadikan ancaman yang
serius jika sekolah tidak dapat memfasilitasi tuntutan
masyarakat tersebut. Hal tersebut diberi bobot oleh fihak
sekolah 0,25 dan skor 3. Sementara itu untuk penilaian
keberhasilan peserta didik yang dilihat hanya dari sisi
hasil, bukan dilihat dari sisi proses diberi bobot 0,25 dan
skor 3. Ancaman berikutnya adalah kekhawatiran
masyarakat terhadap sulitnya mencari sekolah favorit
diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total akhir bobot dikalikan
skor untuk faktor ancaman adalah 3,30. Selanjutnya total
akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah
0,90.
Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut dapat
diketahui SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang yang
dapat dimanfaatkan. Meskipun masih ada beberapa hal
yang menjadi ancaman dalam aspek output yang harus
diperhatikan, namun sekolah dapat memanfaatkan
peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman
yang ada.
2. Rencana Strategis
a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek
Input
Tabel 4.11
Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuatan (S) 4,01 Peluang (O) 3,50
Kelemahan
(W)
3,00 Ancaman (T) 2,70
Total (S-W) 1,01 Total (S-T) 0,80
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor
akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah
0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui
matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.1
Matriks SWOT
- 4
- 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Kuadran 1 ( S – O)
Strategi Agresif
Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap
peluang yang ada
(1,01; 0,08)
Tabel 4.12
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Faktor Eksternal
Peluang
Faktor Internal Min
at
tin
ggi ora
ng t
ua
men
yekola
hkan
an
ak k
e
SM
PN
1 B
aw
en
.
Pere
kem
ban
gan
TIK
sem
akin
mu
dah
un
tuk
dia
kses
Hu
bu
ngan
yan
g s
an
gat
baik
den
gan
din
as p
en
did
ikan
kabu
pate
n
Sem
akin
men
ingkatn
ya
pera
n k
om
ite
Ban
yak fih
ak lu
ar
yan
g
tert
ari
k u
ntu
k bekerj
asam
a
1 2 3 4 5
Kekuatan Strategi S - O (Strength -
Opportunity)
Lokasi sekolah sangat strategis
1. Mengembangkan lingkungan sekolah
menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan).
2. Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis.
3. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja.
4. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik.
5. Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.
98 % guru berpendidikan S1
Kamampuan dasar peserta didik baik
Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi
Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik
Dana untuk operasi sekolah mencukupi
Fasilitas cukup lengkap
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka
rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya
peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMPN 1
Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan
lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal,
yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,
Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan
Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk
mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi
akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan
peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih
kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan
tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah
berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik;
(5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah
secara efektif dan efisien.
b. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek
Proses
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses
kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan
untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:
Tabel 4.13
Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor
Kekuaran (S) 3,80 Peluang (O) 3,60
Kelemahan (W)
2,75 Ancaman (T) 2,90
Total (S-W) 1,05 Total (S-T) 0,70
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor
akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS
adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan
melalui matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.2
Matriks SWOT
- 4
- 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Sel 1 ( S – O)
Strategi Agresif
Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap
peluang yang ada
(1,05; 0,70)
Tabel 4.14
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Faktor Eksternal
Peluang
Faktor Internal Sem
akin
men
ingkatn
ya k
esadara
n
ora
ng t
ua p
en
tin
gn
ya k
ualita
s
pen
did
ikan
Lokasi sekola
h d
iwilayah
in
du
str
i,
pasar,
dan
perk
an
tora
n s
eh
ingga
ideal u
ntu
k p
em
bela
jara
n
kon
tekstu
al.
Sem
akin
ban
yakn
ya k
egia
tan
pen
gem
ban
gan
pro
fesi gu
ru
Sem
akin
melim
pah
nya m
edia
pem
bela
jara
n
Adan
ya p
erh
ati
an
kh
usu
s d
ari
pem
eri
nta
h k
abu
pate
n t
erh
adap
sekola
h.
Adan
ya beapesert
a d
idik
bagi
gu
ru u
ntu
k m
ela
nju
tkan
pen
did
ikan
ke u
niv
ers
itas d
ala
m
negeri
mau
pu
n lu
ar
negeri
.
1 2 3 4 5 6
Kekuatan
Strategi S - O (Strength - Opportunity)
Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu.
1. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat
lokal sekolah ataupun diluar sekolah
dengan menitik beratkan kualitas bukan
sekedar mengikuti kegiatan sebagai
formalitas. 2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif,
Inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,
sesuai dengan K.13
3. Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan
efisien untuk memantau dan memastikan
kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas.
4. Mengoptimalkan program dan kegiatan
ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi untuk
mencapai target-target yang diharapkan.
5. Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah
untuk mengoptimalkan mutu prestasi non
akademis (ekstrakurikuler). 6. Mengembangkan program character
building untuk peserta didik.
KKM sekolah minimal 75
Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah
Kemampun manajemen kepala sekolah cukup baik
Adanya jam tambahan untuk kelas IX
Guru mau mengikuti kegiatan pengembangan profesi.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka
rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya
peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1
Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan
kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di
tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan
menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti
kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim
Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan
memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari
sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan
ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang
diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan
pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk
mengoptimalkan mutu prestasi non akademis
(ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan
efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah.
c. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek
Output
Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output
kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan
untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini:
Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total
Skor
Kekuatan (S) 3,70 Peluang (O) 4,20
Kelemahan (W) 3,20 Ancaman (T) 3,30
Total (S-W) 0,50 Total (O-T) 0,90
Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor
akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah
0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui
matrik SWOT di bawah ini:
Gambar 4.3 : Matriks SWOT
- 4
- 3
- 2
- 1
- -1
- -2
- -3
- -4
I I I I I I I I
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Ancaman
Kekuatan Kelemahan
Peluang
Kuadran 1 ( S – O)
Strategi Agresif
Memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap
peluang yang ada
(0,50; 0,90)
Tabel 4.16
Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Faktor Eksternal
Peluang
Faktor Internal Keperc
ayaan
masyara
kat
terh
adap s
ekola
h t
inggi
Hara
pan
ora
ng t
ua a
gar
tua a
ga lu
lusan
tid
ak
hn
ya b
erp
resta
si dala
m
bid
an
g a
kadem
is t
eta
pi
juga n
on
akadem
is
Lu
lusan
mem
ilik
i
kara
kte
r ku
at.
Pela
un
g m
en
jalin
hu
bu
ngan
kerj
a s
am
a y
an
g lebih
era
t
den
gan
masyara
kat
dan
alu
mn
i.
1 2 3 4
Kekuatan Strategi S - O (Strength -
Opportunity) Pencapaian prestasi non
akademis kegiatan non akademis
(ekstrakurikuler) semakin
lebih baik.
a. Meningkatkan prestasi non-
akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.
b. Meningkatkan pembelajaran
yang menitikkan pada
pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image
positif.
c. Membangun jaringan alumni
yang lebih efektif dan
terorganisir.
d. Melakukan terobosan-
terobosan untuk percepatan
pencapaian prestasi akademis.
Peringkat sekolah dari
tahun ke tahun mulai
meningkat
Prosentase jumlah
kelulusan dari tahun ke
tahun meningkat.
Banyak peserta didik diterima di sekolah
favorit.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka
rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya
peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di
SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1)
Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan
seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran
yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta
didik un tuk membangun image positif; (3)
Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan
terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan
untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Output
a. Analisis SWOT Aspek Input
Berdasarkan hasil perhitungan analisis
terhadap faktor lingkungan internal dan faktor
lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen
maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal
dan aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,01.
Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih
dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan
kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 %
guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar
yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta
didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah
mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah
sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap
dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani
belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman
guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya
pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum
optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara),
belum memadahinya ruang atau tempat untuk
kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya
pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar
mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta
didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih,
hijau dan aman.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek input
(peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut
menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol
atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah
bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk
mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil
perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa
posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80),
posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan
dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu
diterapkan strategi agresif yang mendukung
kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk
menangkap peluang dari luar.
b. Analisis SWOT Aspek Proses
Berdasarkan hasil perhitungan analisis
terhadap faktor lingkungan internal dan faktor
lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen
maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal
dan aspek proses (Kekuatan – Kelemahan) adalah
1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan
lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga
dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah
sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah
75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler,
kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik,
adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX,
keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan
profesi.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses
(peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut
menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol
atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah
bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk
mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil
perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa
posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70),
posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan
dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu
diterapkan strategi agresif yang mendukung
kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk
menangkap peluang dari luar.
c. Analisis SWOT Aspek Output
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap
faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan
eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh
hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output
(Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini
menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan
daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan
pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin
membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan,
prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya
peserta didik yang diterima disekolah favorit.
Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut
(peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut
menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol
atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah
bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk
mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil
perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa
posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90),
posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -
Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup
menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan
dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu
diterapkan strategi agresif yang mendukung
kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk
menangkap peluang dari luar.
4.3.2 Rencana Strategis
a. Rencana Strategis Aspek Input
Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input
maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk
meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai
berikut ini:
Renstra pertama Mengembangkan lingkungan
sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu
melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,
Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan,
dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat
strategis namun pengelolaan pengembangan
lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal
kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian
warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan
keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah
sudah mengambil kebijakan untuk menambah
petugas kebersihan namun belum berdampak
terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan
kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah
membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga
sekolah yang selama ini belum terbangun dengan
baik. Seringkali warga sekolah masih membuang
sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang
perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib
dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan
kesepakatan bersama antar warga sekolah dan
membuat regulasi yang mendukung terhadap
kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan
sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa
memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond,
menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan
semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan
cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain.
Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan
green school dengan cara memperindah taman sekolah
diseluruh area sekolah serta merencanakan
perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu
ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah
lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap
warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan
keamanan warga sekolah pada saat menyeberang
jalan raya. Warga sekolah sangat rentan terhadap
kecelakaan dikarenakan jalan yang sangat ramai.
Sekolah sudah memiliki 2 petugas dan seorang polisi
yang menyeberangkan warga sekolah namun perlu
dipikirkan untuk membangun jembatan layang agar
keselamatan terjamin. Sekolah dapat bekerjasama
dengan instansi-instansi atau alumni untuk
membangun jembatan tersebut.
Renstra kedua Membentuk klub-klub prestasi
untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik
dari sisi akademis ataupun non akademis. Sekolah
sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga
memungkinkan untuk diadakannya kegiatan klub
prestasi untuk memfasilitasi peserta didik yang
berprestasi untuk lebih menggali potensinya sehingga
nantinya akan menyumbangkan prestasi-prestasi
yang mampu meningkatkan mutu sekolah. Klub yang
sangat mungkin untuk dilaksanakan disekolah antara
lain; klub bahasa, klub sains, klub olahraga, klub
seni, dan klub jurnalistik.
Renstra ketiga Memberdayakan tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan melalui pelatihan-pelatihan
intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. Alokasi
anggaran peningkatan SDM sekolah semestinya
ditambah untuk pengembangan-pengembangan yang
selama ini masih minim.
Renstra keempat Pengembangan fasilitas
sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar
peserta didik. Masih minimnya penggunaan TIK dalam
proses pembelajaran baik oleh guru ataupun peserta
didik menjadi hambatan sekolah untuk meningkatkan
mutu sekolah. Sekolah perlu memperkuat jaringan
internet, baik jaringan wifi ataupun jaringan kabel,
dimana saat ini masih belum optimal dan terbatas.
Renstra kelima Dibentuk Tim Evaluasi program
dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.
Sekolah belum memiliki tim evaluasi program, dimana
peran tim ini sangat penting untuk mengevaluasi yang
selanjutnya untuk menyusun program sekolah yang
lebih baik. Sebaiknya sekolah segera untuk
membentuk tim evaluasi program sekolah agar
kekurangan atau kelemahan yang ada dapat segera
dideteksi yang selanjutnya akan diperbaiki. Melihat
jumlah dan potensi guru yang cukup banyak maka
tidak sulit untuk membentuk tim tersebut.
b. Rencana Strategis Aspek Proses
Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS
dan EFAS menunjukkan strategi di kuadran SO
(Strengths – Opportunities), yaitu strategi agresif yang
mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan
kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-
peluang yang ada diluar sekolah. Berikut ini adalah
rencana strategis yang dapat dibuat untuk
meningkatkan mutu dari aspek proses SMPN 1
Bawen.
Renstra peratama, mengoptimalkan kegiatan-
kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat
lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan
menitikberatkan kualitas. Melihat kualifikasi guru
yang sudah sesuai dengan pelajaran yang diampunya
serta didukung oleh kemampuan kepala sekolah yang
sudah baik sangat memungkinkan bagi guru untuk
mengembangkan profesi guru.
Renstra kedua, mengembangkan pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,
salah satunya adalah berjeraring dengan instansi atau
lingkungan yang mendukung pembelajaran
kontekstual seperti pasar, instansi pemerintah lainnya
(bank, kecamatan, kepolisian, TNI, rumah sakit, dll.)
serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain
itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa
bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk
meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya
adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang
baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar
diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang
perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam
kegiatan-kegiatan pengembangan yang
diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun
eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih
optimal.
Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan
kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-
target yang diharapkan. Prestasi kegiatan
ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus
karena baru beberapa cabang kegiatan
ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak
silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band,
bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya
secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka
kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi
terhadap sekolah.
Renstra keempat, lebih meningkatkan
kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar
ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan
mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler).
Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler
kurang produktif adalah kerjasama yang kurang
efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi
sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa
pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah
dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.
c. Rencana Strategis Aspek Output
Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-
akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.
Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatkan anggaran untuk kegiatan
ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas
ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau
pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan
tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non
akademis menjadi keuntungan sekolah untuk
melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran
melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan
meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu
mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-
masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya
rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah
harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih
produktif dan memiliki motivasi tinggi.
Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran
yang menitikberatkan pada pembangunan karakter
peserta didik untuk membangun image positif. Visi
misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran
untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka
dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas
lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih
mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi
yang mudah difahami dan laksanakan untuk
mengembangkan karakter peserta didik.
Renstra ketiga Membangun jaringan alumni
yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada
beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk
ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada
jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua
alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan
sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan
memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat
untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu
ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak
sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa
strategi menignkatkan mutu sekolah.
Renstra keempat Melakukan terobosan-
terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi
akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat
kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang
akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa
Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk
mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta
didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan
pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik, salah satunya mengupayakan agar
kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu
siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya
kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai
percepatan peningkatan prestasi akademis antara
sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah
harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses
pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai
dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya
menghentikan kerjasama tersebut dan mencari
lembaga yang lebih baik.
4.3.3 Pendapat Pakar
Draft rencana strategis yang telah disusun oleh
penulis diuji oleh dua orang pakar. Adapun evaluasi
dan masukan dari pakar yang pertama adalah sebagai
berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang harus lebih tajam dan
konkrit yaitu dengan mamasukkan unsur
penting (urgent) dan mendesak mengapa
muncul draft alternatif rencana strategis.
2. Penambahan Data Profil Sekolah
Perlu ditambahkan unsur data eksisting
sekolah yang berbasis analisis
lingkungan. Hal tersebut diperlukan
karena untuk mempertajam dan
melengkapai sebuah rencana strategis.
Selanjutnya masukkan dan evaluasi dari pakar ke
dua adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang
Latar belakang draft alternatif rencana
strategis SMPN 1 Bawen masih kurang
kongkrit dan tajam. Jika ingin usulan
draft ini dapat menjadi rujukan bagi
sekolah maka perlu diperbaiki dan
ditambahkan pada bagian pendahuluan
agar nantinya draft menjadi lebih layak.
2. Rancangan Program
Rancangan program yang dibuat penulis
terlalu banyak sehingga perlu
diperhatikan mana yang memang
menjadi prioritas sekolah. Selain itu
draft perlu mempertegas mana program
yang sudah ada namun masih belum
optimal dan mana program yang
memang belum ada di sekolah.
4.3.4 Hasil Revisi berdasarkan Pendapat Pakar
Revisi draft rencana strategis SMPN 1
Bawen berdasarkan uji pakar dapat dilihat di
lampiran 6 halaman 119 s/d 157.