4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena...

22
Universitas Kristen Petra 17 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan Penelitian pada proyek apartemen Gunawangsa mengenai produktivitas jam kerja normal dengan produktivitas jam kerja lembur. Pekerjaan yang ditinjau meliputi pemasangan bekisting, pembesian, dan pengecoran pada elemen balok dan pelat. Studi penelitian ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu perhitungan produktivitas untuk membandingkan waktu normal dan waktu lembur dan hambatan yang terjadi pada saat penelitian pada setiap pekerjaan. 4.1.1. Gambaran Umum Proyek : Nama proyek : Apartemen Gunawangsa Luas tanah : ± 8000 m 2 Luas 1 lantai : 902 m 2 Waktu pelaksanaan : Januari 2011 Juni 2012 ( ± 540 hari) Jumlah lantai : 25 lantai + Atap Alamat Proyek : Jl. Raya Menur Pumpungan No. 62, Surabaya Pemilik Proyek : PT. Guna Wangsa Investindo Arsitek : PT. Megatika International Konsultan Struktur : PT. Benjamin Gideon and Asociates Manajemen Konstruksi : PT. Manajemen Konstruksi Utama Kontraktor Pancang : PT. Tenno Tract Indonesia Kontraktor Pelaksana : PT. Waskita Karya Project Manager : Ir. Aris Wijayanto Keterangan bangunan : Terdiri dari Tower A dan Tower B yang masing- masing dibagi menjadi 3 zona (Gambar 4.1) dengan luas zona A1=263 m², A2=373.29 m², A3=265.625 m², B1=265.625 m²,B2=263 m²,dan B3=373.29 m². Penelitian tower A pada lantai 21,22,25,dan atap, sedangkan pada tower B pada lantai 18,19,20,dan 21. Note : Lantai 23 dan 24 tidak ada karena permintaan dari owner

Transcript of 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena...

Page 1: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

17

4. STUDI PENELITIAN

4.1. Pendahuluan

Penelitian pada proyek apartemen Gunawangsa mengenai produktivitas

jam kerja normal dengan produktivitas jam kerja lembur. Pekerjaan yang ditinjau

meliputi pemasangan bekisting, pembesian, dan pengecoran pada elemen balok

dan pelat. Studi penelitian ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu perhitungan

produktivitas untuk membandingkan waktu normal dan waktu lembur dan

hambatan yang terjadi pada saat penelitian pada setiap pekerjaan.

4.1.1. Gambaran Umum Proyek :

Nama proyek : Apartemen Gunawangsa

Luas tanah : ± 8000 m2

Luas 1 lantai : 902 m2

Waktu pelaksanaan : Januari 2011 – Juni 2012 ( ± 540 hari)

Jumlah lantai : 25 lantai + Atap

Alamat Proyek : Jl. Raya Menur Pumpungan No. 62, Surabaya

Pemilik Proyek : PT. Guna Wangsa Investindo

Arsitek : PT. Megatika International

Konsultan Struktur : PT. Benjamin Gideon and Asociates

Manajemen Konstruksi : PT. Manajemen Konstruksi Utama

Kontraktor Pancang : PT. Tenno Tract Indonesia

Kontraktor Pelaksana : PT. Waskita Karya

Project Manager : Ir. Aris Wijayanto

Keterangan bangunan : Terdiri dari Tower A dan Tower B yang masing-

masing dibagi menjadi 3 zona (Gambar 4.1)

dengan luas zona A1=263 m², A2=373.29 m²,

A3=265.625 m², B1=265.625 m²,B2=263 m²,dan

B3=373.29 m². Penelitian tower A pada lantai

21,22,25,dan atap, sedangkan pada tower B pada

lantai 18,19,20,dan 21.

Note : Lantai 23 dan 24 tidak ada karena permintaan dari owner

Page 2: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

18

Gambar 4.1. Site plan proyek apartemen Gunawangsa

Page 3: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

19

4.2. Durasi

Total durasi pekerjaan 1 lantai pada proyek apartemen gunawangsa adalah

9 hari pada setiap tower. Berikut ini adalah Schedule tiap pekerjaan pada tower A

dan tower B untuk 1 lantai (Gambar 4.2) :

Urutan dan durasi pekerjaan per lantai pada Tower A:

Jenis pekerjaan\durasi(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bekisting

Penulangan

Pengecoran

Keterangan :

Urutan dan durasi pekerjaan per lantai pada Tower B:

Keterangan :

Gambar 4.2. Urutan dan Durasi Pekerjaan Pada Tower A dan Tower B.

Untuk pekerjaan setiap lantai, membutuhkan durasi 9 hari. Pekerjaan

dilakukan setiap zona per tower, dari zona A1, A2, A3, B1, B2, dan B3 . Denah

struktur antara tower A dan tower B identik, hanya berbeda pada urutan

pelaksanaan dari setiap tower A dan B.

Zona A2 dan B3 membutuhkan waktu lebih lama dalam pemasangan

bekisting karena luas lantai yang mencapai 373.29 m² dibandingkan dengan zona

lainnya yang luas lantainya ±260an m². Untuk pekerjaan penulangan pada zona

Zona A1

Zona A2

Zona A3

Jenis pekerjaan\durasi(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bekisting

Penulangan

Pengecoran

Zona B1

Zona B2

Zona B3

Page 4: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

20

A2, bisa dimulai pada hari ke empat apabila penulangan zona A1 selesai pada hari

ke tiga dan beberapa bagian bekisting pada A2 sudah terpasang. Begitu juga

dengan zona B3, pekerjaan penulangan bisa dimulai pada hari ke enam apabila

semua penulangan B2 sudah selesai tanpa harus menunggu pemasangan bekisting

selesai dipasang.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur beton bertulang

pada setiap lantai ialah 72 jam normal dan 45 jam lembur. 1 hari pengerjaan sama

dengan 8 jam pada waktu normal dan 5 jam pada waktu lembur. Proyek

dikerjakan dari pukul 8 pagi sampai 12 malam dengan istirahat antara jam 12 – 1

siang, dan 5 sore sampai 7 malam.

Pengamatan ini dimulai pada tanggal 24 Oktober 2011 dan selesai pada

tanggal 24 November 2011. Pada awal penelitian, pekerjaan proyek sudah sampai

pada tahap pembangunan struktur lantai 18 untuk tower B dan lantai 22 untuk

tower A dari 25 lantai yang direncanakan. Pengamatan setiap lantai dibagi

berdasarkan zona

Produktivitas dari tiap-tiap pekerjaan ditinjau pada tower A dan tower B.

Pada worksheet pertama-tama mencatat waktu mulai bekerja, kemudian

menghitung jumlah pekerja. kemudian menghitung volume pekerjaan selama

pekerjaan berlangsung sampai selesai lalu mencatat waktu selesai. Setelah itu

menghitung produktivitas dan memasukan nilai kedalam grafik. Waktu pencatatan

pekerjaan pada saat normal dimulai pada periode sebelum makan siang dan

sesudah makan siang. Untuk jam lembur pencatatan dilakukan setelah makan

malam yaitu jam 7 sampai selesai.

Untuk elemen kolom, tidak ditinjau pada setiap pekerjaan bekisting,

penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam

pemasangan bekisting dan tulangan. Proses pemasangan bekisting dan tulangan

pada siang hari dan malam hari hampir sama serta tidak ada faktor yang

mempengaruhi selama pengerjaan berlangsung. Maka elemen kolom tidak

dimasukkan dalam menghitung produktivitas.

4.3. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Bekisting

Pada pekerjaan bekisting untuk pemasangan scaffolding dan gelagar

melintang maupun memanjang (hollow) tidak ditinjau. Pemasangan bekisting

Page 5: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

21

berupa balok dan pelat, sedangkan untuk bekisting kolom tidak dihitung karena

produktivitas pekerjaan tersebut relatif konstan, dan tidak ada faktor yang

mempengaruhi.

Proses perhitungan dimulai ketika scaffolding dan gelagar dipasang.

Pengukuran output berupa hasil kerja dalam satuan m² dihitung mulai dari 0%

yaitu pada saat tukang pembantu mengambil material untuk proses pemasangan

bekisting dan berakhir pada 100% yaitu bekisting selesai dipaku. Apabila progress

hanya sampai 50% saja contohnya hanya ,sampai pada proses pemotongan

bekisting maka pengamatan sample tersebut tidak dicatat.

Material papan dan kayu bekisting yang sudah diangkat oleh tower crane

pada lantai yang akan dipasang. Pada saat tukang kayu mengambil triplek papan

bekisting untuk dipasang pada balok dan pelat, maka jam kerja mulai dicatat.

Pengambilan data dilakukan selama 1-2 jam. Setelah mencatat jam kerja selesai,

maka bisa didapat durasi pengerjaan bekisting. Hasil pemasangan bekisting

dengan satuan m² didapat dengan cara mengukur secara langsung dengan

menggunakan meteran pada papan bekisting yang sudah terpaku pada gelagar.

Pekerja yang dihitung ialah tukang dan pembantu. Jika kepala tukang ikut bekerja

memasang bekisting maka dihitung juga.(Gambar 4.3)

Gambar 4.3. Bekisting pelat dan balok

Page 6: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

22

Data pekerjaan bekisting yang diperoleh di lapangan dilakukan pada

tanggal 24 Oktober 2011 sampai dengan 24 November 2011. Penelitian untuk

pekerjaan bekisting tower A dimulai dari lantai 21, 22, 25, dan atap untuk zona

A1, A2, dan A3 sedangkan lantai 23 dan 24 tidak diberi nama karena permintaan

owner. Untuk pekerjaan bekisting tower B dimulai dari lantai 18, 19, 20, dan 21

untuk zona B1, B2, dan B3. Data perhitungan bekisting terdiri dari bekisting

tengah dan bekisting tepi. Jumlah data pengamatan terdiri dari 47 kali jam normal

dan 33 kali jam lembur.

Setelah mengetahui durasi, jumlah pekerja, dan hasil kerja, maka mencatat

faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja. Produktivitas bisa dihitung dengan cara

hasil dibagi jumlah pekerja dibagi durasi. Setiap angka produktivitas yang

didapatkan bergantung pada faktor-faktor yang terjadi.

Pada Gambar 4.4 dan Tabel 4.1 pekerjaan pemasangan bekisting di bawah

ini menunjukan bahwa produktivitas pemasangan bekisting pada saat jam lembur

lebih kecil daripada pemasangan bekisting pada jam normal. Produktivitas rata-

rata dari data di atas dibagi menjadi 2 bagian yaitu bekisting tengah dan tepi.

Produktivitas pekerjaan pada lokasi bekisting tengah lebih besar daripada

produktivitas bekisting tepi pada jam normal maupun jam lembur. Produktivitas

rata-rata bekisting tengah jam normal sebesar 5.28 m²/orang/jam lebih besar

daripada produktivitas rata-rata bekisting tengah jam lembur yang hanya 2.55

m²/orang/jam. Sedangkan untuk pekerjaan bekisting tepi membutuhkan waktu

yang lebih lama dalam menyelesaikan. Produktivitas rata-rata bekisting tepi jam

normal sebesar 3.09 m²/orang/jam hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan

produktivitas rata-rata bekisting tepi jam lembur yaitu 1.51 m²/orang/jam.

Page 7: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

23

Pekerjaan Pemasangan Bekisting

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45

Nomor pengamatan

Pro

du

kti

vit

as

[m

²/o

rg/ja

m]

Normal

Lembur

Gambar 4.4. Produktivitas pemasangan bekisting pada jam normal dan lembur

Tabel 4.1. Produktivitas rata-rata pekerjaan pemasangan bekisting

Jam Kerja Normal Lembur

Lokasi Bekisting Tengah Tepi Tengah Tepi

Produktivitas [m²/orang/jam] 5.28 3.09 2.55 1.51

Gambar 4.4 di atas menunjukan bahwa adanya penurunan produktivitas.

Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak kontraktor terhadap pekerja

pada jam lembur, sehingga banyak pekerja yang tidak bekerja, mengakibatkan

sedikitnya pekerja yang efektif bekerja, sehingga tidak ada pekerja pembantu.

Faktor yang terjadi pada jam normal adalah akses lapangan yang sulit

seperti ditunjukan pada grafik diatas yaitu adanya penurunan produktivitas yang

signifikan, akses tersebut terjadi pada pemasangan bekisting tepi yang sulit

dijangkau karena pekerja harus berhati-hati memasang bekisting agar tidak terjadi

kecelakaan kerja.

Faktor lain yang terjadi di lapangan pada saat lembur adalah faktor dari

internal pekerja itu sendiri. Analisis ini didapat langsung dari pengamatan di

lapangan bahwa pada saat jam kerja lembur, pekerja terlihat lelah, dan berakibat

pada menurunnya volume pekerjaan persatuan waktu. Hasil diatas dapat

disimpulkan bahwa stamina tenaga kerja pada saat lembur berkurang karena

kelelahan sehingga tidak ada kerja sama tim dan tidak ada pengawasan sehingga

berdampak pada menurunnya produktivitas. Selain itu pencahayaan yang kurang

Page 8: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

24

pada malam hari menyebabkan pekerja tidak bisa bekerja dengan normal. Berikut

ini adalah diagram hambatan dari penelitian 47 jumlah data pada jam normal dan

33 jumlah data jam lembur pada pekerjaan bekisting.(Gambar 4.5.)

5/47

9/47

5/47

0/47

15/47

2/47

6/47

2/472/33

15/33

0/33

5/33

23/33

2/33 2/33

15/33

0

5

10

15

20

25

Cuaca Akses KondisiLapangan

Material KontrolLapangan

Keahlian Kerja SamaTim

Keletihan

Fre

ku

en

si

Faktor-faktor

Normal

Lembur

Gambar 4.5. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Bekisting

4.4. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Penulangan Pelat dan

Balok

Dalam penelitian ini, hasil volume penulangan pelat dan balok diukur

dengan banyaknya hasil tulangan yang terpasang yaitu dengan melihat waktu

mulai bekerja sampai dengan selesai bekerja tanpa ada pergantian pekerja maka

dicatat hasil tulangan yang selesai dipasang. Kemudian hasil volume tulangan

dihitung dengan cara panjang tulangan dikali luas penampang tulangan lalu

dikalikan massa jenis 7850 kg/m3. Maka hasil yang didapat ialah satuan kilogram

(kg). Hasil output diukur secara langsung di lapangan ketika tukang besi mulai

mengambil tulangan dan dibawa ke tempat bagian yang dipasang dan selesai pada

pengikatan tulangan.

Jumlah pekerja yang dihitung ialah kepala tukang dan tukang. Pada

pekerjaan pembesian pelat dan balok tidak ada pembantu, hanya ada kepala

tukang dan tukang. Proses pencatatan jam kerja mulai pada saat tukang besi

mengambil tulangan yang akan dipasang, sampai pada proses pengikatan tulangan

dengan kawat bendrat. Saat jam kerja selesai dicatat, maka diukur hasil yang

Page 9: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

25

sudah didapat dengan cara menjumlahkan tulangan yang terpasang dan diikat

dengan kawat bendrat. (Gambar 4.6)

Gambar 4.6. Penulangan pelat dan balok

Pada gambar 4.7 dan table 4.2 di bawah menunjukan bahwa produktivitas

rata-rata penulangan pelat pada jam normal lebih baik daripada jam lembur.

Produktivitas rata-rata jam normal adalah 18.07 kg/orang/jam sedangkan pada jam

lembur adalah 13.89 kg/orang/jam. Perbandingan produktivitas jam normal dan

lembur adalah 1 : 0.77, hal ini menunjukan bahwa pekerjaan ini masih baik untuk

dilembur.

Pekerjaan Penulangan Pelat

0

5

10

15

20

25

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 22 24 26 28 30 32 34

Nomor Pengamatan

Pro

du

kti

vit

as

[kg

/org

/ja

m]

Normal

Lembur

Gambar 4.7. Produktivitas pekerjaan penulangan pelat

Tabel 4.2. Produktivitas rata-rata pekerjaan penulangan pelat

Jam Kerja Normal Lembur

Produktivitas [kg/orang/jam] 18.07 13.89

Page 10: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

26

Berikut ini adalah hambatan yang terjadi produktivitas penulangan pelat

tersebut dengan jumlah data pada jam normal yaitu 30 data dan pada jam lembur

yaitu 33 data. (Gambar 4.8)

0/30 0/301/30

0/30

11/30

0/30 0/30 0/30

2/33

0/33

3/33 3/33

22/33

0/33

2/33

8/33

0

5

10

15

20

25

Cuaca Akses KondisiLapangan

Material KontrolLapangan

Keahlian Kerja SamaTim

Keletihan

Fre

ku

en

si

Faktor-faktor

Normal

Lembur

Gambar 4.8. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Penulangan Pelat

Pada gambar pekerjaan penulangan pelat diatas menunjukan bahwa

pekerjaan penulangan pelat pada saat jam normal lebih besar daripada jam

lembur. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu tidak ada pengawasan pada

saat jam lembur, kurang produktif pekerja karena kelelahan, dan material yang

terbatas. Faktor lain yang terjadi adalah faktor cuaca. Jika pada saat lembur terjadi

hujan tukang besi akan berhenti bekerja, dan setelah hujan selesai pekerja akan

mulai bekerja. Hujan mengakibatkan area sekitar lapangan pekerjaan licin,

sehingga mobilisasi pekerja lebih lambat dari biasanya. Cuaca pada saat lembur

terkadang berangin sehingga pekerja terganggu dalam bekerja.

Pada gambar 4.9 dan table 4.3 pekerjaan penulangan balok di bawah

menunjukan bahwa produktivitas rata-rata penulangan balok pada saat jam lembur

lebih kecil daripada penulangan balok pada jam normal. Produktivitas rata-rata

dari data di atas dibagi menjadi 2 bagian yaitu penulangan balok ada pijakan dan

tidak ada pijakan. Produktivitas pekerjaan pada lokasi penulangan balok yang ada

pijakan lebih besar daripada produktivitas penulangan balok yang tidak ada

pijakan pada jam normal maupun jam lembur. Produktivitas rata-rata penulangan

Page 11: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

27

balok yang ada pijakan jam normal sebesar 15.14 kg/orang/jam lebih besar

daripada produktivitas rata-rata penulangan balok yang ada pijakan pada jam

lembur yang hanya 12.38 kg/orang/jam. Sedangkan untuk pekerjaan penulangan

balok yang tidak ada pijakan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam

menyelesaikan. Produktivitas rata-rata penulangan balok yang tidak ada pijakan

pada jam normal sebesar 12.43 kg/orang/jam dibandingkan dengan produktivitas

rata-rata penulangan balok yang tidak ada pijakan pada jam lembur yaitu 9.06

kg/orang/jam.

Pekerjaan Penulangan Balok

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37

Nomor Pengamatan

Pro

du

kti

vit

as

[k

g/o

rg/j

am

]

Normal

Lembur

Gambar 4.9. Produktivitas pekerjaan penulangan balok

Tabel 4.3. Produktivitas rata-rata pekerjaan penulangan balok

Jam Kerja Normal Lembur

Hambatan Ada pijakan Tidak ada

pijakan Ada pijakan

Tidak ada

pijakan

Produktivitas

[kg/orang/jam] 15.14 12.43 12.38 9.06

Pada gambar 4.10 pekerjaan penulangan balok di bawah menunjukan

bahwa produktivitas pada saat normal lebih besar daripada lembur akan tetapi

tidak berbeda jauh seperti bekisting karena faktor yang mengakibatkan penurunan

tidak terlalu berdampak pada pekerjaan ini. Beberapa titik yang menurun drastis

Page 12: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

28

diatas diakibatkan karena penulangan balok paling pinggir bangunan menyulitkan

pekerja bekerja, terlebih pada malam hari karena pekerja harus berhati-hati pada

posisi pinggir bangunan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Pencahayaan pada pinggir bangunan juga tidak ada sehingga lebih menyulitkan

pekerja dalam memasang tulangan balok pinggir. Berikut ini adalah hambatan

yang terjadi pada pekerjaan penulangan balok dengan jumlah data penelitian

sebesar 34 data pada jam normal dan 34 data pada jam lembur.

0/34

3/34

0/34 0/34

14/34

0/34 0/34 0/34

2/34

5/34

2/34

4/34

22/34

0/34

4/34

7/34

0

5

10

15

20

25

Cuaca Akses KondisiLapangan

Material KontrolLapangan

Keahlian Kerja SamaTim

Keletihan

Fre

ku

en

si

Faktor-faktor

Normal

Lembur

Gambar 4.10. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Penulangan Balok

4.5. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Pengecoran

Dalam penelitian ini, pengecoran seringkali dilakukan pada malam hari,

sehingga pengecoran pada waktu normal sering tidak ada. Hal ini disebabkan

karena transportasi yang padat pada siang hari sehingga kontraktor menghindari

terjadinya proses setting beton yang terlalu cepat pada siang hari sehingga

pengecoran dilakukan pada malam hari. Pada penelitian perhitungan produktivitas

pengecoran ini volume beton dihitung berdasarkan volume 1 truck mixer yang

rata-rata adalah 6 m3 diselesaikan dalam beberapa menit beserta jarak yang

ditempuh yaitu dengan menggunakan 2 alat yaitu bucket berkapasitas 1,1 m3 yang

diangkat menggunakan tower crane dan concrete pump. Jumlah orang yang

bekerja konstan dalam 1 crew yaitu 7 orang yang dibagi menjadi 1 orang

mengatasi truck mixer yang bekerja menumpahkan beton ke concrete pump atau

Page 13: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

29

bucket, dan 6 orang dilokasi pengecoran yang bertugas meratakan dan

memadatkan campuran beton.(Gambar 4.11)

Gambar 4.11. Proses pengecoran menggunakan concrete pump

Pada grafik pekerjaan pengecoran Gambar 4.15 di bawah menunjukan

bahwa pengecoran pada waktu normal tidak pernah dilakukan. Hal ini

dikarenakan pengiriman beton readymix tidak boleh terlalu lama karena akan

berakibat terhadap penurunan mutu beton. Pada siang hari campuran beton akan

terkena panas, dan berdampak terhadap menurunnya kekuatan beton, sedangkan

pagi dan sore hari proses pengiriman beton terhambat karena sering terjadi

kemacetan akibat jam pergi dan pulangnya pekerja, sehingga pada malam hari

adalah waktu paling tepat untuk pengecoran. Pada grafik diatas ditunjukan bahwa

titik pertama, kedua, dan ketiga adalah pengecoran menggunakan concrete pump

sedangkan titik selanjutnya menggunakan bucket yang diangkat tower crane,

sehingga dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas

menggunakan concrete pump lebih besar daripada tower crane.

Pada pengamatan pengecoran menggunakan tower crane dan bucket pada

grafik diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan yang konstan dari titik ke tiga

sampai terakhir. Hal ini terjadi karena proses pengecoran yang semakin tinggi

sehingga membutuhkan waktu yang semakin lama. (Gambar 4.12)

Page 14: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

30

Pekerjaan Pengecoran

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Nomor Pengamatan

Pro

du

kti

vit

as

[m

³/o

ran

g/j

am

]Lembur

Gambar 4.12. Produktivitas pekerjaan pengecoran

Pada Tabel 4.4 menunjukan produktivitas pengecoran menggunakan tower

crane dan concrete pump pada jam lembur. Produktivitas pengecoran

menggunakan tower crane adalah 0.8 m3/orang/jam lebih kecil daripada

pengecoran menggunakan concrete pump yaitu 1.49 m3/orang/jam. Hal ini

ditentukan dari kecepatan tiap alat tersebut bekerja. Sedangkan untuk jumlah

orang dalam pekerjaan pengecoran relatif konstan.

Tabel 4.4. Produktivitas rata-rata pekerjaan pengecoran

Lembur Tower Crane Concrete Pump

Produktivitas [m3/orang/jam] 0.8 1.43

4.6. Hambatan Yang Mempengaruhi Produktivitas Setiap Pekerjaan

4.6.1. Cuaca

Cuaca pada waktu normal ada dua macam, yaitu hujan dan cerah. Cerah

menandakan tidak ada hambatan yang terjadi dari faktor cuaca. Sedangkan hujan

masuk dalam hambatan. Hujan pada siang hari mempengaruhi pekerja untuk

malas bekerja, karena pada saat hujan pekerja cenderung berteduh untuk istirahat.

Apabila gerimis, sebagian pekerja akan istirahat, tetapi sebagian lainnya bisa

melanjutkan pekerjaan. Faktor cuaca hujan akan menimbulkan efek pada faktor

Concrete

Pump

Tower

Crane

Page 15: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

31

yang lainnya, yaitu kondisi lapangan menjadi licin, dan pekerja menjadi kurang

produktif. (Gambar 4.13)

0/160/34

5/47

0/162/342/332/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan Pelat Penulangan Balok Pengecoran

Gambar 4.13. Faktor Cuaca

Fre

kuen

si

Normal

Lembur

0/30

Hambatan yang terjadi pada faktor cuaca malam hari adalah berangin.

Meskipun berangin, pekerja akan tetap bekerja tetapi dengan hati-hati karena

menimbulkan efek material yang diangkat bisa bergoyang, membahayakan

pekerja lain. Selain itu untuk pekerjaan balok pinggir cuaca berangin bisa

membahayakan pekerja sehingga pekerja harus lebih berhati-hati dan akan lebih

lama mengerjakan pekerjaan tepi bangunan. Faktor cuaca berangin berdampak

pada akses lapangan. Pada waktu malam hari, ketika cuaca beragin, setiap jenis

pekerjaan didapat dua kali pengamatan. Pada saat cuaca berangin tukang masih

bisa bekerja sehingga produktivitas dari setiap jenis pekerjaan dapat dihitung.

Pada diagram faktor cuaca, hujan pada waktu normal didapat melalui lima

kali pengamatan pada pekerjaan bekisting. Saat waktu hujan gerimis, sebagian

pekerja bekisting masih bekerja, sehingga produktivitasnya masih bisa dihitung.

Sedangkan untuk pekerjaan penulangan pelat dan balok tidak dikerjakan, karena

pekerjaan bekisting masih terhambat.

4.6.2. Akses

Hambatan yang terjadi pada akses ialah bekisting pinggir yang sulit

dijangkau. Akses bisa terjadi kapan saja, pada waktu normal dan waktu lembur.

Pada pekerjaan bekisting, akses bisa dilihat sebagai salah satu faktor yang paling

menonjol, karena untuk memasang bekisting balok (terutama balok tepi

Page 16: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

32

bangunan) tukang harus lebih berhati-hati pada saat mengangkat papan dan

memaku, selain itu juga tukang harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke

bawah. Untuk akses penulangan pelat, bekisting pelat sudah terpasang lebih

dahulu, sehingga tukang besi dengan mudah mobilisasi. Untuk pekerjaan balok,

ada beberapa tempat dimana tukang besi harus memasang tulangan pada tepi

bangunan dan biasanya memasang tulangan balok induk. Hasil yang didapat

berupa lima kali pengamatan. Pada kasus ini, tukang besi harus memansang

tulangan pada saat bekisting pelat belum selesai dipasang, sehingga akses menjadi

sulit. Pada penulangan pelat akses lebih mudah dijangkau karena bekisting pelat

sudah dipasang, sehingga memudahkan pekerja berjalan mengambil material

sehingga akses untuk pelat bukan merupakan hambatan. (Gambar 4.14)

Gambar 4.14. Faktor Akses

0/160/303/34

9/47

0/160/33

5/34

15/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan

Pelat

Penulangan

Balok

Pengecoran

Fre

ku

ensi

Normal

Lembur

4.6.3. Kondisi Lapangan

Hambatan yang terjadi pada kondisi lapangan pada proyek ini adalah yaitu

licin dan kotor. Licin diakibatkan oleh faktor cuaca, yaitu hujan. Ketika hujan

reda, area sekitar bekisting menjadi licin sehingga tukang kayu lebih berhati-hati

untuk mobilisasi angkat papan.

Faktor kedua adalah kotor. Kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap

produktivitas pekerja, karena kondisi yang kotor dikarenakan banyak tumpukan

sekitar area pekerja, banyak sampah-sampah tahu beton, paku yang sudah tidak

dipakai lagi. Pada pekerjaan bekisting, kondisi yang terjadi ialah licin karena

pengaruh dari faktor cuaca gerimis. Sedangkan pada penulangan pelat dan balok,

Page 17: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

33

kondisinya ialah kotor, karena sering terdapat tumpukan besi dan banyak tahu

beton yang bergeletakan di lantai. (Gambar 4.15)

0/160/341/30

5/47

0/162/34

3/33

0/330

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan Pelat Penulangan Balok Pengecoran

Gambar 4.15. Faktor Kondisi Lapangan

Fre

ku

ensi

Normal

Lembur

4.6.4. Material dan Alat

Hambatan yang terjadi pada material dan alat adalah kurang lengkap.

Material yang datang terlambat pada saat pekerjaan berlangsung mengakibatkan

pekerja kurang produktif, hal ini dikarenakan pekerja harus menunggu material

sampai lengkap untuk kembali bekerja lagi. Kekurangan material dan alat sering

terjadi pada waktu malam hari, karena kebanyakan supplier tidak melayani

pembelian material atau alat yang rusak pada malam hari. Contohnya pada malam

hari toko-toko tutup sehingga pengawas harus mengantisipasi pembelian alat-alat

yang diperhitungkan akan habis dipakai pada saat lembur sehingga tidak menjadi

hambatan pada saat lembur. (Gambar 4.16)

Page 18: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

34

0/16

4/343/33

5/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan Pelat Penulangan

Balok

Pengecoran

Gambar 4.16. Faktor Material dan Alat

Fre

kuen

si

Normal

Lembur

0/47 0/30 0/340/16

4.6.5. Kontrol Lapangan

Hambatan yang terjadi pada kontrol lapangan ialah tidak ada pengawasan

secara langsung dari pihak kontraktor pelaksana. Tidak ada pengawasan

berdampak pada pekerjaan menjadi tidak teratur. Apabila terjadi masalah bisa

langsung segera diselesaikan oleh pihak kontraktor.

Pada setiap jenis pekerjaan bekisting, penulangan pelat dan balok,

frekuensi untuk tidak ada pengawasan relatif sama. Jika tidak ada pengawasan

secara langsung, maka hanya sebagaian pekerja saja yang bekerja, yaitu tukang,

sedangkan pembantu tidak ikut bekerja. Apabila diawasi, maka semua pekerja

bekerja.

Pada penelitian ini, tidak ada pengawasan sering terjadi pada malam hari.

Para staff dari kontraktor tidak mengawasi secara langsung di atas, karena sudah

mengawasi dari pagi hari sampai sore hari. Pengawasan pada malam hari menjadi

longgar. (Gambar 4.17)

Page 19: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

35

0/16

14/34

11/30

15/47

0/16

22/3422/3323/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan Pelat Penulangan

Balok

Pengecoran

Gambar 4.17. Faktor Kontrol Lapangan

Fre

ku

ensi

Normal

Lembur

4.6.6. Pekerja

Hambatan yang menjadi faktor pada pekerja pada saat lembur adalah

kelelahan sehingga tidak ada kerja sama tim. Faktor internal pekerja seperti

keahlian, kerja sama tim, dan keletihan merupakan hambatan dari pekerja yang

sering terjadi pada waktu lembur(Gambar 4.18).

Untuk pekerjaan bekisting, pekerja sering kali kelelahan sehingga

mengakibatkan beberapa pekerja dalam 1 tim tidak bekerja/beristirahat sehingga

kekurangan tenaga pembantu yang mengakibatkan 1 pekerja harus bekerja

mengambil triplek, mengukur, memotong, dan memaku sendiri (Gambar 4.19).

Akibat kekurangan tenaga pembantu, tukang kayu yang berada di atas scafholding

sering kali harus turun untuk mengambil besi penahan untuk balok bekisting dan

gelagar memanjang. Sehingga pekerja menjadi tidak efektif. Selain itu juga

keahlian dari pekerja. Apabila tukang kayu tidak bisa bekerja fokus dengan lancar

mulai dari pengangkatan, pemotongan dan pengukuran papan sampai pada

pemakuan selesai, maka bisa dikatakan sebagai kurang produktif.

Untuk pekerjaan penulangan, pekerja sering kali merasa kelelahan karena

sudah bekerja dari pagi sampai sore, dilanjut dengan lembur. Kemudian tukang

mengangkat material besi yang berat untuk dipasang pada balok dan pelat. Lalu

harus dengan teliti mengikat kawat bendrat pada sengkang balok dan antar pelat

sehingga stamina tukang besi sudah menurun.

Page 20: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

36

Usia para pekerja di proyek ini berkisar antara 20-35 tahun. Tingkat upah

untuk pekerja yang lembur akan lebih besar jika dibandingkan yang hanya bekerja

normal. Dua faktor tersebut relatif konstan dalam perhitungan produktivitas

sehingga tidak diperhitungkan sebagai hambatan. (Gambar 4.20)

0/160/340/302/47

0/160/340/332/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan

Pelat

Penulangan

Balok

Pengecoran

Gambar 4.18. Faktor Keahlian Pekerja

Fre

ku

ensi

Normal

Lembur

0/160/340/30

6/47

0/16

4/342/332/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan

Pelat

Penulangan

Balok

Pengecoran

Gambar 4.19. Faktor Kerja Sama Tim

Fre

kuen

si

Normal

Lembur

Page 21: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

37

0/160/340/302/47

0/16

7/348/33

20/33

0

5

10

15

20

25

Bekisting Penulangan

Pelat

Penulangan

Balok

Pengecoran

Gambar 4.20. Faktor Kelelahan

Fre

kuen

si

Normal

Lembur

4.7. Efisiensi Setiap Pekerjaan

Perbandingan jam normal dan jam lembur terbesar terdapat pada pekerjaan

penulangan balok dan pelat, yaitu sebesar 1: 0.77 untuk pekerjaan pelat dan 1:

0.78 untuk pekerjaan penulangan balok. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan

penulangan balok dan pelat paling efektif untuk dilembur. Hal ini dikarenakan

tidak terlalu besar hambatan yang terjadi pada pekerjaan ini pada jam lembur,

sehingga tidak terlalu mempengaruhi produktivitas pekerja. Pada pekerjaan

bekisting menunjukan bahwa perbandingan tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar

1: 0.48 , hal ini dikarenakan hambatan yang terjadi pada pekerjaan bekisting

berdampak besar terhadap produktivitas pekerja. Pada pekerjaan pengecoran tidak

dapat menghitung efisiensi karena pekerjaan pengecoran tidak dilakukan pada

siang hari karena mempertimbangkan beberapa faktor sehingga hanya ada pada

malam hari. (Tabel 4.5)

Tabel 4.5. Perbandingan Produktivitas Pekerjaan Struktur Beton Bertulang

Jenis Pekerjaan Produktivitas

Jam Normal

Produktivitas

Jam Lembur

Perbandingan

Normal:Lembur

Bekisting [m2/org/jam] 4.185 2.03 1 : 0.48

Penulangan pelat [kg/org/jam] 18.07 13.89 1 : 0.77

Penulangan balok [kg/org/jam] 13.785 10.72 1 : 0.78

Pengecoran [m3/org/jam] - 0.8 -

Page 22: 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam pemasangan bekisting dan tulangan.

Universitas Kristen Petra

38

Pada pekerjaan pengecoran hasil rata-rata produktivitas pekerjaan di ambil

dari produktivitas yang menggunakan tower crane karena jumlah pengamatan

tower crane lebih banyak daripada concrete pump sehingga perhitungan

produktivitas lebih teliti. Hal yang menyebabkan sedikitnya penelitian pada

concrete pump yaitu selama 1 bulan penelitian pekerjaan pengecoran, terjadi

kerusakan pada concrete pump selama 3 minggu berturut-turut sehingga pekerjaan

pengecoran ini harus dibantu oleh tower crane.

Pekerjaan pengecoran di atas menunjukan bahwa produktivitas pengecoran

sebesar 0.8 m3/orang/jam. Pada proses pengecoran ini jumlah orang relatif

konstan sehingga dari jumlah orang yang konstan tersebut dapat dihitung dalam 1

crew sehingga nilai produktivitasnya adalah 5.6 m3/crew/jam.