4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena...
Transcript of 4. STUDI PENELITIAN 4.1. Pendahuluan 4.1.1. Gambaran Umum ... · penulangan, dan pengecoran karena...
Universitas Kristen Petra
17
4. STUDI PENELITIAN
4.1. Pendahuluan
Penelitian pada proyek apartemen Gunawangsa mengenai produktivitas
jam kerja normal dengan produktivitas jam kerja lembur. Pekerjaan yang ditinjau
meliputi pemasangan bekisting, pembesian, dan pengecoran pada elemen balok
dan pelat. Studi penelitian ini terdiri dari 2 bagian utama yaitu perhitungan
produktivitas untuk membandingkan waktu normal dan waktu lembur dan
hambatan yang terjadi pada saat penelitian pada setiap pekerjaan.
4.1.1. Gambaran Umum Proyek :
Nama proyek : Apartemen Gunawangsa
Luas tanah : ± 8000 m2
Luas 1 lantai : 902 m2
Waktu pelaksanaan : Januari 2011 – Juni 2012 ( ± 540 hari)
Jumlah lantai : 25 lantai + Atap
Alamat Proyek : Jl. Raya Menur Pumpungan No. 62, Surabaya
Pemilik Proyek : PT. Guna Wangsa Investindo
Arsitek : PT. Megatika International
Konsultan Struktur : PT. Benjamin Gideon and Asociates
Manajemen Konstruksi : PT. Manajemen Konstruksi Utama
Kontraktor Pancang : PT. Tenno Tract Indonesia
Kontraktor Pelaksana : PT. Waskita Karya
Project Manager : Ir. Aris Wijayanto
Keterangan bangunan : Terdiri dari Tower A dan Tower B yang masing-
masing dibagi menjadi 3 zona (Gambar 4.1)
dengan luas zona A1=263 m², A2=373.29 m²,
A3=265.625 m², B1=265.625 m²,B2=263 m²,dan
B3=373.29 m². Penelitian tower A pada lantai
21,22,25,dan atap, sedangkan pada tower B pada
lantai 18,19,20,dan 21.
Note : Lantai 23 dan 24 tidak ada karena permintaan dari owner
Universitas Kristen Petra
18
Gambar 4.1. Site plan proyek apartemen Gunawangsa
Universitas Kristen Petra
19
4.2. Durasi
Total durasi pekerjaan 1 lantai pada proyek apartemen gunawangsa adalah
9 hari pada setiap tower. Berikut ini adalah Schedule tiap pekerjaan pada tower A
dan tower B untuk 1 lantai (Gambar 4.2) :
Urutan dan durasi pekerjaan per lantai pada Tower A:
Jenis pekerjaan\durasi(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bekisting
Penulangan
Pengecoran
Keterangan :
Urutan dan durasi pekerjaan per lantai pada Tower B:
Keterangan :
Gambar 4.2. Urutan dan Durasi Pekerjaan Pada Tower A dan Tower B.
Untuk pekerjaan setiap lantai, membutuhkan durasi 9 hari. Pekerjaan
dilakukan setiap zona per tower, dari zona A1, A2, A3, B1, B2, dan B3 . Denah
struktur antara tower A dan tower B identik, hanya berbeda pada urutan
pelaksanaan dari setiap tower A dan B.
Zona A2 dan B3 membutuhkan waktu lebih lama dalam pemasangan
bekisting karena luas lantai yang mencapai 373.29 m² dibandingkan dengan zona
lainnya yang luas lantainya ±260an m². Untuk pekerjaan penulangan pada zona
Zona A1
Zona A2
Zona A3
Jenis pekerjaan\durasi(hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bekisting
Penulangan
Pengecoran
Zona B1
Zona B2
Zona B3
Universitas Kristen Petra
20
A2, bisa dimulai pada hari ke empat apabila penulangan zona A1 selesai pada hari
ke tiga dan beberapa bagian bekisting pada A2 sudah terpasang. Begitu juga
dengan zona B3, pekerjaan penulangan bisa dimulai pada hari ke enam apabila
semua penulangan B2 sudah selesai tanpa harus menunggu pemasangan bekisting
selesai dipasang.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur beton bertulang
pada setiap lantai ialah 72 jam normal dan 45 jam lembur. 1 hari pengerjaan sama
dengan 8 jam pada waktu normal dan 5 jam pada waktu lembur. Proyek
dikerjakan dari pukul 8 pagi sampai 12 malam dengan istirahat antara jam 12 – 1
siang, dan 5 sore sampai 7 malam.
Pengamatan ini dimulai pada tanggal 24 Oktober 2011 dan selesai pada
tanggal 24 November 2011. Pada awal penelitian, pekerjaan proyek sudah sampai
pada tahap pembangunan struktur lantai 18 untuk tower B dan lantai 22 untuk
tower A dari 25 lantai yang direncanakan. Pengamatan setiap lantai dibagi
berdasarkan zona
Produktivitas dari tiap-tiap pekerjaan ditinjau pada tower A dan tower B.
Pada worksheet pertama-tama mencatat waktu mulai bekerja, kemudian
menghitung jumlah pekerja. kemudian menghitung volume pekerjaan selama
pekerjaan berlangsung sampai selesai lalu mencatat waktu selesai. Setelah itu
menghitung produktivitas dan memasukan nilai kedalam grafik. Waktu pencatatan
pekerjaan pada saat normal dimulai pada periode sebelum makan siang dan
sesudah makan siang. Untuk jam lembur pencatatan dilakukan setelah makan
malam yaitu jam 7 sampai selesai.
Untuk elemen kolom, tidak ditinjau pada setiap pekerjaan bekisting,
penulangan, dan pengecoran karena waktu yang relatif singkat dan konstan dalam
pemasangan bekisting dan tulangan. Proses pemasangan bekisting dan tulangan
pada siang hari dan malam hari hampir sama serta tidak ada faktor yang
mempengaruhi selama pengerjaan berlangsung. Maka elemen kolom tidak
dimasukkan dalam menghitung produktivitas.
4.3. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Bekisting
Pada pekerjaan bekisting untuk pemasangan scaffolding dan gelagar
melintang maupun memanjang (hollow) tidak ditinjau. Pemasangan bekisting
Universitas Kristen Petra
21
berupa balok dan pelat, sedangkan untuk bekisting kolom tidak dihitung karena
produktivitas pekerjaan tersebut relatif konstan, dan tidak ada faktor yang
mempengaruhi.
Proses perhitungan dimulai ketika scaffolding dan gelagar dipasang.
Pengukuran output berupa hasil kerja dalam satuan m² dihitung mulai dari 0%
yaitu pada saat tukang pembantu mengambil material untuk proses pemasangan
bekisting dan berakhir pada 100% yaitu bekisting selesai dipaku. Apabila progress
hanya sampai 50% saja contohnya hanya ,sampai pada proses pemotongan
bekisting maka pengamatan sample tersebut tidak dicatat.
Material papan dan kayu bekisting yang sudah diangkat oleh tower crane
pada lantai yang akan dipasang. Pada saat tukang kayu mengambil triplek papan
bekisting untuk dipasang pada balok dan pelat, maka jam kerja mulai dicatat.
Pengambilan data dilakukan selama 1-2 jam. Setelah mencatat jam kerja selesai,
maka bisa didapat durasi pengerjaan bekisting. Hasil pemasangan bekisting
dengan satuan m² didapat dengan cara mengukur secara langsung dengan
menggunakan meteran pada papan bekisting yang sudah terpaku pada gelagar.
Pekerja yang dihitung ialah tukang dan pembantu. Jika kepala tukang ikut bekerja
memasang bekisting maka dihitung juga.(Gambar 4.3)
Gambar 4.3. Bekisting pelat dan balok
Universitas Kristen Petra
22
Data pekerjaan bekisting yang diperoleh di lapangan dilakukan pada
tanggal 24 Oktober 2011 sampai dengan 24 November 2011. Penelitian untuk
pekerjaan bekisting tower A dimulai dari lantai 21, 22, 25, dan atap untuk zona
A1, A2, dan A3 sedangkan lantai 23 dan 24 tidak diberi nama karena permintaan
owner. Untuk pekerjaan bekisting tower B dimulai dari lantai 18, 19, 20, dan 21
untuk zona B1, B2, dan B3. Data perhitungan bekisting terdiri dari bekisting
tengah dan bekisting tepi. Jumlah data pengamatan terdiri dari 47 kali jam normal
dan 33 kali jam lembur.
Setelah mengetahui durasi, jumlah pekerja, dan hasil kerja, maka mencatat
faktor-faktor yang mempengaruhi pekerja. Produktivitas bisa dihitung dengan cara
hasil dibagi jumlah pekerja dibagi durasi. Setiap angka produktivitas yang
didapatkan bergantung pada faktor-faktor yang terjadi.
Pada Gambar 4.4 dan Tabel 4.1 pekerjaan pemasangan bekisting di bawah
ini menunjukan bahwa produktivitas pemasangan bekisting pada saat jam lembur
lebih kecil daripada pemasangan bekisting pada jam normal. Produktivitas rata-
rata dari data di atas dibagi menjadi 2 bagian yaitu bekisting tengah dan tepi.
Produktivitas pekerjaan pada lokasi bekisting tengah lebih besar daripada
produktivitas bekisting tepi pada jam normal maupun jam lembur. Produktivitas
rata-rata bekisting tengah jam normal sebesar 5.28 m²/orang/jam lebih besar
daripada produktivitas rata-rata bekisting tengah jam lembur yang hanya 2.55
m²/orang/jam. Sedangkan untuk pekerjaan bekisting tepi membutuhkan waktu
yang lebih lama dalam menyelesaikan. Produktivitas rata-rata bekisting tepi jam
normal sebesar 3.09 m²/orang/jam hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan
produktivitas rata-rata bekisting tepi jam lembur yaitu 1.51 m²/orang/jam.
Universitas Kristen Petra
23
Pekerjaan Pemasangan Bekisting
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45
Nomor pengamatan
Pro
du
kti
vit
as
[m
²/o
rg/ja
m]
Normal
Lembur
Gambar 4.4. Produktivitas pemasangan bekisting pada jam normal dan lembur
Tabel 4.1. Produktivitas rata-rata pekerjaan pemasangan bekisting
Jam Kerja Normal Lembur
Lokasi Bekisting Tengah Tepi Tengah Tepi
Produktivitas [m²/orang/jam] 5.28 3.09 2.55 1.51
Gambar 4.4 di atas menunjukan bahwa adanya penurunan produktivitas.
Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak kontraktor terhadap pekerja
pada jam lembur, sehingga banyak pekerja yang tidak bekerja, mengakibatkan
sedikitnya pekerja yang efektif bekerja, sehingga tidak ada pekerja pembantu.
Faktor yang terjadi pada jam normal adalah akses lapangan yang sulit
seperti ditunjukan pada grafik diatas yaitu adanya penurunan produktivitas yang
signifikan, akses tersebut terjadi pada pemasangan bekisting tepi yang sulit
dijangkau karena pekerja harus berhati-hati memasang bekisting agar tidak terjadi
kecelakaan kerja.
Faktor lain yang terjadi di lapangan pada saat lembur adalah faktor dari
internal pekerja itu sendiri. Analisis ini didapat langsung dari pengamatan di
lapangan bahwa pada saat jam kerja lembur, pekerja terlihat lelah, dan berakibat
pada menurunnya volume pekerjaan persatuan waktu. Hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa stamina tenaga kerja pada saat lembur berkurang karena
kelelahan sehingga tidak ada kerja sama tim dan tidak ada pengawasan sehingga
berdampak pada menurunnya produktivitas. Selain itu pencahayaan yang kurang
Universitas Kristen Petra
24
pada malam hari menyebabkan pekerja tidak bisa bekerja dengan normal. Berikut
ini adalah diagram hambatan dari penelitian 47 jumlah data pada jam normal dan
33 jumlah data jam lembur pada pekerjaan bekisting.(Gambar 4.5.)
5/47
9/47
5/47
0/47
15/47
2/47
6/47
2/472/33
15/33
0/33
5/33
23/33
2/33 2/33
15/33
0
5
10
15
20
25
Cuaca Akses KondisiLapangan
Material KontrolLapangan
Keahlian Kerja SamaTim
Keletihan
Fre
ku
en
si
Faktor-faktor
Normal
Lembur
Gambar 4.5. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Bekisting
4.4. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Penulangan Pelat dan
Balok
Dalam penelitian ini, hasil volume penulangan pelat dan balok diukur
dengan banyaknya hasil tulangan yang terpasang yaitu dengan melihat waktu
mulai bekerja sampai dengan selesai bekerja tanpa ada pergantian pekerja maka
dicatat hasil tulangan yang selesai dipasang. Kemudian hasil volume tulangan
dihitung dengan cara panjang tulangan dikali luas penampang tulangan lalu
dikalikan massa jenis 7850 kg/m3. Maka hasil yang didapat ialah satuan kilogram
(kg). Hasil output diukur secara langsung di lapangan ketika tukang besi mulai
mengambil tulangan dan dibawa ke tempat bagian yang dipasang dan selesai pada
pengikatan tulangan.
Jumlah pekerja yang dihitung ialah kepala tukang dan tukang. Pada
pekerjaan pembesian pelat dan balok tidak ada pembantu, hanya ada kepala
tukang dan tukang. Proses pencatatan jam kerja mulai pada saat tukang besi
mengambil tulangan yang akan dipasang, sampai pada proses pengikatan tulangan
dengan kawat bendrat. Saat jam kerja selesai dicatat, maka diukur hasil yang
Universitas Kristen Petra
25
sudah didapat dengan cara menjumlahkan tulangan yang terpasang dan diikat
dengan kawat bendrat. (Gambar 4.6)
Gambar 4.6. Penulangan pelat dan balok
Pada gambar 4.7 dan table 4.2 di bawah menunjukan bahwa produktivitas
rata-rata penulangan pelat pada jam normal lebih baik daripada jam lembur.
Produktivitas rata-rata jam normal adalah 18.07 kg/orang/jam sedangkan pada jam
lembur adalah 13.89 kg/orang/jam. Perbandingan produktivitas jam normal dan
lembur adalah 1 : 0.77, hal ini menunjukan bahwa pekerjaan ini masih baik untuk
dilembur.
Pekerjaan Penulangan Pelat
0
5
10
15
20
25
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 22 24 26 28 30 32 34
Nomor Pengamatan
Pro
du
kti
vit
as
[kg
/org
/ja
m]
Normal
Lembur
Gambar 4.7. Produktivitas pekerjaan penulangan pelat
Tabel 4.2. Produktivitas rata-rata pekerjaan penulangan pelat
Jam Kerja Normal Lembur
Produktivitas [kg/orang/jam] 18.07 13.89
Universitas Kristen Petra
26
Berikut ini adalah hambatan yang terjadi produktivitas penulangan pelat
tersebut dengan jumlah data pada jam normal yaitu 30 data dan pada jam lembur
yaitu 33 data. (Gambar 4.8)
0/30 0/301/30
0/30
11/30
0/30 0/30 0/30
2/33
0/33
3/33 3/33
22/33
0/33
2/33
8/33
0
5
10
15
20
25
Cuaca Akses KondisiLapangan
Material KontrolLapangan
Keahlian Kerja SamaTim
Keletihan
Fre
ku
en
si
Faktor-faktor
Normal
Lembur
Gambar 4.8. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Penulangan Pelat
Pada gambar pekerjaan penulangan pelat diatas menunjukan bahwa
pekerjaan penulangan pelat pada saat jam normal lebih besar daripada jam
lembur. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu tidak ada pengawasan pada
saat jam lembur, kurang produktif pekerja karena kelelahan, dan material yang
terbatas. Faktor lain yang terjadi adalah faktor cuaca. Jika pada saat lembur terjadi
hujan tukang besi akan berhenti bekerja, dan setelah hujan selesai pekerja akan
mulai bekerja. Hujan mengakibatkan area sekitar lapangan pekerjaan licin,
sehingga mobilisasi pekerja lebih lambat dari biasanya. Cuaca pada saat lembur
terkadang berangin sehingga pekerja terganggu dalam bekerja.
Pada gambar 4.9 dan table 4.3 pekerjaan penulangan balok di bawah
menunjukan bahwa produktivitas rata-rata penulangan balok pada saat jam lembur
lebih kecil daripada penulangan balok pada jam normal. Produktivitas rata-rata
dari data di atas dibagi menjadi 2 bagian yaitu penulangan balok ada pijakan dan
tidak ada pijakan. Produktivitas pekerjaan pada lokasi penulangan balok yang ada
pijakan lebih besar daripada produktivitas penulangan balok yang tidak ada
pijakan pada jam normal maupun jam lembur. Produktivitas rata-rata penulangan
Universitas Kristen Petra
27
balok yang ada pijakan jam normal sebesar 15.14 kg/orang/jam lebih besar
daripada produktivitas rata-rata penulangan balok yang ada pijakan pada jam
lembur yang hanya 12.38 kg/orang/jam. Sedangkan untuk pekerjaan penulangan
balok yang tidak ada pijakan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menyelesaikan. Produktivitas rata-rata penulangan balok yang tidak ada pijakan
pada jam normal sebesar 12.43 kg/orang/jam dibandingkan dengan produktivitas
rata-rata penulangan balok yang tidak ada pijakan pada jam lembur yaitu 9.06
kg/orang/jam.
Pekerjaan Penulangan Balok
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
Nomor Pengamatan
Pro
du
kti
vit
as
[k
g/o
rg/j
am
]
Normal
Lembur
Gambar 4.9. Produktivitas pekerjaan penulangan balok
Tabel 4.3. Produktivitas rata-rata pekerjaan penulangan balok
Jam Kerja Normal Lembur
Hambatan Ada pijakan Tidak ada
pijakan Ada pijakan
Tidak ada
pijakan
Produktivitas
[kg/orang/jam] 15.14 12.43 12.38 9.06
Pada gambar 4.10 pekerjaan penulangan balok di bawah menunjukan
bahwa produktivitas pada saat normal lebih besar daripada lembur akan tetapi
tidak berbeda jauh seperti bekisting karena faktor yang mengakibatkan penurunan
tidak terlalu berdampak pada pekerjaan ini. Beberapa titik yang menurun drastis
Universitas Kristen Petra
28
diatas diakibatkan karena penulangan balok paling pinggir bangunan menyulitkan
pekerja bekerja, terlebih pada malam hari karena pekerja harus berhati-hati pada
posisi pinggir bangunan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Pencahayaan pada pinggir bangunan juga tidak ada sehingga lebih menyulitkan
pekerja dalam memasang tulangan balok pinggir. Berikut ini adalah hambatan
yang terjadi pada pekerjaan penulangan balok dengan jumlah data penelitian
sebesar 34 data pada jam normal dan 34 data pada jam lembur.
0/34
3/34
0/34 0/34
14/34
0/34 0/34 0/34
2/34
5/34
2/34
4/34
22/34
0/34
4/34
7/34
0
5
10
15
20
25
Cuaca Akses KondisiLapangan
Material KontrolLapangan
Keahlian Kerja SamaTim
Keletihan
Fre
ku
en
si
Faktor-faktor
Normal
Lembur
Gambar 4.10. Hambatan yang Terjadi Pada Pekerjaan Penulangan Balok
4.5. Perhitungan Produktivitas Untuk Pekerjaan Pengecoran
Dalam penelitian ini, pengecoran seringkali dilakukan pada malam hari,
sehingga pengecoran pada waktu normal sering tidak ada. Hal ini disebabkan
karena transportasi yang padat pada siang hari sehingga kontraktor menghindari
terjadinya proses setting beton yang terlalu cepat pada siang hari sehingga
pengecoran dilakukan pada malam hari. Pada penelitian perhitungan produktivitas
pengecoran ini volume beton dihitung berdasarkan volume 1 truck mixer yang
rata-rata adalah 6 m3 diselesaikan dalam beberapa menit beserta jarak yang
ditempuh yaitu dengan menggunakan 2 alat yaitu bucket berkapasitas 1,1 m3 yang
diangkat menggunakan tower crane dan concrete pump. Jumlah orang yang
bekerja konstan dalam 1 crew yaitu 7 orang yang dibagi menjadi 1 orang
mengatasi truck mixer yang bekerja menumpahkan beton ke concrete pump atau
Universitas Kristen Petra
29
bucket, dan 6 orang dilokasi pengecoran yang bertugas meratakan dan
memadatkan campuran beton.(Gambar 4.11)
Gambar 4.11. Proses pengecoran menggunakan concrete pump
Pada grafik pekerjaan pengecoran Gambar 4.15 di bawah menunjukan
bahwa pengecoran pada waktu normal tidak pernah dilakukan. Hal ini
dikarenakan pengiriman beton readymix tidak boleh terlalu lama karena akan
berakibat terhadap penurunan mutu beton. Pada siang hari campuran beton akan
terkena panas, dan berdampak terhadap menurunnya kekuatan beton, sedangkan
pagi dan sore hari proses pengiriman beton terhambat karena sering terjadi
kemacetan akibat jam pergi dan pulangnya pekerja, sehingga pada malam hari
adalah waktu paling tepat untuk pengecoran. Pada grafik diatas ditunjukan bahwa
titik pertama, kedua, dan ketiga adalah pengecoran menggunakan concrete pump
sedangkan titik selanjutnya menggunakan bucket yang diangkat tower crane,
sehingga dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas
menggunakan concrete pump lebih besar daripada tower crane.
Pada pengamatan pengecoran menggunakan tower crane dan bucket pada
grafik diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan yang konstan dari titik ke tiga
sampai terakhir. Hal ini terjadi karena proses pengecoran yang semakin tinggi
sehingga membutuhkan waktu yang semakin lama. (Gambar 4.12)
Universitas Kristen Petra
30
Pekerjaan Pengecoran
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Pengamatan
Pro
du
kti
vit
as
[m
³/o
ran
g/j
am
]Lembur
Gambar 4.12. Produktivitas pekerjaan pengecoran
Pada Tabel 4.4 menunjukan produktivitas pengecoran menggunakan tower
crane dan concrete pump pada jam lembur. Produktivitas pengecoran
menggunakan tower crane adalah 0.8 m3/orang/jam lebih kecil daripada
pengecoran menggunakan concrete pump yaitu 1.49 m3/orang/jam. Hal ini
ditentukan dari kecepatan tiap alat tersebut bekerja. Sedangkan untuk jumlah
orang dalam pekerjaan pengecoran relatif konstan.
Tabel 4.4. Produktivitas rata-rata pekerjaan pengecoran
Lembur Tower Crane Concrete Pump
Produktivitas [m3/orang/jam] 0.8 1.43
4.6. Hambatan Yang Mempengaruhi Produktivitas Setiap Pekerjaan
4.6.1. Cuaca
Cuaca pada waktu normal ada dua macam, yaitu hujan dan cerah. Cerah
menandakan tidak ada hambatan yang terjadi dari faktor cuaca. Sedangkan hujan
masuk dalam hambatan. Hujan pada siang hari mempengaruhi pekerja untuk
malas bekerja, karena pada saat hujan pekerja cenderung berteduh untuk istirahat.
Apabila gerimis, sebagian pekerja akan istirahat, tetapi sebagian lainnya bisa
melanjutkan pekerjaan. Faktor cuaca hujan akan menimbulkan efek pada faktor
Concrete
Pump
Tower
Crane
Universitas Kristen Petra
31
yang lainnya, yaitu kondisi lapangan menjadi licin, dan pekerja menjadi kurang
produktif. (Gambar 4.13)
0/160/34
5/47
0/162/342/332/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan Pelat Penulangan Balok Pengecoran
Gambar 4.13. Faktor Cuaca
Fre
kuen
si
Normal
Lembur
0/30
Hambatan yang terjadi pada faktor cuaca malam hari adalah berangin.
Meskipun berangin, pekerja akan tetap bekerja tetapi dengan hati-hati karena
menimbulkan efek material yang diangkat bisa bergoyang, membahayakan
pekerja lain. Selain itu untuk pekerjaan balok pinggir cuaca berangin bisa
membahayakan pekerja sehingga pekerja harus lebih berhati-hati dan akan lebih
lama mengerjakan pekerjaan tepi bangunan. Faktor cuaca berangin berdampak
pada akses lapangan. Pada waktu malam hari, ketika cuaca beragin, setiap jenis
pekerjaan didapat dua kali pengamatan. Pada saat cuaca berangin tukang masih
bisa bekerja sehingga produktivitas dari setiap jenis pekerjaan dapat dihitung.
Pada diagram faktor cuaca, hujan pada waktu normal didapat melalui lima
kali pengamatan pada pekerjaan bekisting. Saat waktu hujan gerimis, sebagian
pekerja bekisting masih bekerja, sehingga produktivitasnya masih bisa dihitung.
Sedangkan untuk pekerjaan penulangan pelat dan balok tidak dikerjakan, karena
pekerjaan bekisting masih terhambat.
4.6.2. Akses
Hambatan yang terjadi pada akses ialah bekisting pinggir yang sulit
dijangkau. Akses bisa terjadi kapan saja, pada waktu normal dan waktu lembur.
Pada pekerjaan bekisting, akses bisa dilihat sebagai salah satu faktor yang paling
menonjol, karena untuk memasang bekisting balok (terutama balok tepi
Universitas Kristen Petra
32
bangunan) tukang harus lebih berhati-hati pada saat mengangkat papan dan
memaku, selain itu juga tukang harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh ke
bawah. Untuk akses penulangan pelat, bekisting pelat sudah terpasang lebih
dahulu, sehingga tukang besi dengan mudah mobilisasi. Untuk pekerjaan balok,
ada beberapa tempat dimana tukang besi harus memasang tulangan pada tepi
bangunan dan biasanya memasang tulangan balok induk. Hasil yang didapat
berupa lima kali pengamatan. Pada kasus ini, tukang besi harus memansang
tulangan pada saat bekisting pelat belum selesai dipasang, sehingga akses menjadi
sulit. Pada penulangan pelat akses lebih mudah dijangkau karena bekisting pelat
sudah dipasang, sehingga memudahkan pekerja berjalan mengambil material
sehingga akses untuk pelat bukan merupakan hambatan. (Gambar 4.14)
Gambar 4.14. Faktor Akses
0/160/303/34
9/47
0/160/33
5/34
15/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan
Pelat
Penulangan
Balok
Pengecoran
Fre
ku
ensi
Normal
Lembur
4.6.3. Kondisi Lapangan
Hambatan yang terjadi pada kondisi lapangan pada proyek ini adalah yaitu
licin dan kotor. Licin diakibatkan oleh faktor cuaca, yaitu hujan. Ketika hujan
reda, area sekitar bekisting menjadi licin sehingga tukang kayu lebih berhati-hati
untuk mobilisasi angkat papan.
Faktor kedua adalah kotor. Kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas pekerja, karena kondisi yang kotor dikarenakan banyak tumpukan
sekitar area pekerja, banyak sampah-sampah tahu beton, paku yang sudah tidak
dipakai lagi. Pada pekerjaan bekisting, kondisi yang terjadi ialah licin karena
pengaruh dari faktor cuaca gerimis. Sedangkan pada penulangan pelat dan balok,
Universitas Kristen Petra
33
kondisinya ialah kotor, karena sering terdapat tumpukan besi dan banyak tahu
beton yang bergeletakan di lantai. (Gambar 4.15)
0/160/341/30
5/47
0/162/34
3/33
0/330
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan Pelat Penulangan Balok Pengecoran
Gambar 4.15. Faktor Kondisi Lapangan
Fre
ku
ensi
Normal
Lembur
4.6.4. Material dan Alat
Hambatan yang terjadi pada material dan alat adalah kurang lengkap.
Material yang datang terlambat pada saat pekerjaan berlangsung mengakibatkan
pekerja kurang produktif, hal ini dikarenakan pekerja harus menunggu material
sampai lengkap untuk kembali bekerja lagi. Kekurangan material dan alat sering
terjadi pada waktu malam hari, karena kebanyakan supplier tidak melayani
pembelian material atau alat yang rusak pada malam hari. Contohnya pada malam
hari toko-toko tutup sehingga pengawas harus mengantisipasi pembelian alat-alat
yang diperhitungkan akan habis dipakai pada saat lembur sehingga tidak menjadi
hambatan pada saat lembur. (Gambar 4.16)
Universitas Kristen Petra
34
0/16
4/343/33
5/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan Pelat Penulangan
Balok
Pengecoran
Gambar 4.16. Faktor Material dan Alat
Fre
kuen
si
Normal
Lembur
0/47 0/30 0/340/16
4.6.5. Kontrol Lapangan
Hambatan yang terjadi pada kontrol lapangan ialah tidak ada pengawasan
secara langsung dari pihak kontraktor pelaksana. Tidak ada pengawasan
berdampak pada pekerjaan menjadi tidak teratur. Apabila terjadi masalah bisa
langsung segera diselesaikan oleh pihak kontraktor.
Pada setiap jenis pekerjaan bekisting, penulangan pelat dan balok,
frekuensi untuk tidak ada pengawasan relatif sama. Jika tidak ada pengawasan
secara langsung, maka hanya sebagaian pekerja saja yang bekerja, yaitu tukang,
sedangkan pembantu tidak ikut bekerja. Apabila diawasi, maka semua pekerja
bekerja.
Pada penelitian ini, tidak ada pengawasan sering terjadi pada malam hari.
Para staff dari kontraktor tidak mengawasi secara langsung di atas, karena sudah
mengawasi dari pagi hari sampai sore hari. Pengawasan pada malam hari menjadi
longgar. (Gambar 4.17)
Universitas Kristen Petra
35
0/16
14/34
11/30
15/47
0/16
22/3422/3323/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan Pelat Penulangan
Balok
Pengecoran
Gambar 4.17. Faktor Kontrol Lapangan
Fre
ku
ensi
Normal
Lembur
4.6.6. Pekerja
Hambatan yang menjadi faktor pada pekerja pada saat lembur adalah
kelelahan sehingga tidak ada kerja sama tim. Faktor internal pekerja seperti
keahlian, kerja sama tim, dan keletihan merupakan hambatan dari pekerja yang
sering terjadi pada waktu lembur(Gambar 4.18).
Untuk pekerjaan bekisting, pekerja sering kali kelelahan sehingga
mengakibatkan beberapa pekerja dalam 1 tim tidak bekerja/beristirahat sehingga
kekurangan tenaga pembantu yang mengakibatkan 1 pekerja harus bekerja
mengambil triplek, mengukur, memotong, dan memaku sendiri (Gambar 4.19).
Akibat kekurangan tenaga pembantu, tukang kayu yang berada di atas scafholding
sering kali harus turun untuk mengambil besi penahan untuk balok bekisting dan
gelagar memanjang. Sehingga pekerja menjadi tidak efektif. Selain itu juga
keahlian dari pekerja. Apabila tukang kayu tidak bisa bekerja fokus dengan lancar
mulai dari pengangkatan, pemotongan dan pengukuran papan sampai pada
pemakuan selesai, maka bisa dikatakan sebagai kurang produktif.
Untuk pekerjaan penulangan, pekerja sering kali merasa kelelahan karena
sudah bekerja dari pagi sampai sore, dilanjut dengan lembur. Kemudian tukang
mengangkat material besi yang berat untuk dipasang pada balok dan pelat. Lalu
harus dengan teliti mengikat kawat bendrat pada sengkang balok dan antar pelat
sehingga stamina tukang besi sudah menurun.
Universitas Kristen Petra
36
Usia para pekerja di proyek ini berkisar antara 20-35 tahun. Tingkat upah
untuk pekerja yang lembur akan lebih besar jika dibandingkan yang hanya bekerja
normal. Dua faktor tersebut relatif konstan dalam perhitungan produktivitas
sehingga tidak diperhitungkan sebagai hambatan. (Gambar 4.20)
0/160/340/302/47
0/160/340/332/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan
Pelat
Penulangan
Balok
Pengecoran
Gambar 4.18. Faktor Keahlian Pekerja
Fre
ku
ensi
Normal
Lembur
0/160/340/30
6/47
0/16
4/342/332/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan
Pelat
Penulangan
Balok
Pengecoran
Gambar 4.19. Faktor Kerja Sama Tim
Fre
kuen
si
Normal
Lembur
Universitas Kristen Petra
37
0/160/340/302/47
0/16
7/348/33
20/33
0
5
10
15
20
25
Bekisting Penulangan
Pelat
Penulangan
Balok
Pengecoran
Gambar 4.20. Faktor Kelelahan
Fre
kuen
si
Normal
Lembur
4.7. Efisiensi Setiap Pekerjaan
Perbandingan jam normal dan jam lembur terbesar terdapat pada pekerjaan
penulangan balok dan pelat, yaitu sebesar 1: 0.77 untuk pekerjaan pelat dan 1:
0.78 untuk pekerjaan penulangan balok. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan
penulangan balok dan pelat paling efektif untuk dilembur. Hal ini dikarenakan
tidak terlalu besar hambatan yang terjadi pada pekerjaan ini pada jam lembur,
sehingga tidak terlalu mempengaruhi produktivitas pekerja. Pada pekerjaan
bekisting menunjukan bahwa perbandingan tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar
1: 0.48 , hal ini dikarenakan hambatan yang terjadi pada pekerjaan bekisting
berdampak besar terhadap produktivitas pekerja. Pada pekerjaan pengecoran tidak
dapat menghitung efisiensi karena pekerjaan pengecoran tidak dilakukan pada
siang hari karena mempertimbangkan beberapa faktor sehingga hanya ada pada
malam hari. (Tabel 4.5)
Tabel 4.5. Perbandingan Produktivitas Pekerjaan Struktur Beton Bertulang
Jenis Pekerjaan Produktivitas
Jam Normal
Produktivitas
Jam Lembur
Perbandingan
Normal:Lembur
Bekisting [m2/org/jam] 4.185 2.03 1 : 0.48
Penulangan pelat [kg/org/jam] 18.07 13.89 1 : 0.77
Penulangan balok [kg/org/jam] 13.785 10.72 1 : 0.78
Pengecoran [m3/org/jam] - 0.8 -
Universitas Kristen Petra
38
Pada pekerjaan pengecoran hasil rata-rata produktivitas pekerjaan di ambil
dari produktivitas yang menggunakan tower crane karena jumlah pengamatan
tower crane lebih banyak daripada concrete pump sehingga perhitungan
produktivitas lebih teliti. Hal yang menyebabkan sedikitnya penelitian pada
concrete pump yaitu selama 1 bulan penelitian pekerjaan pengecoran, terjadi
kerusakan pada concrete pump selama 3 minggu berturut-turut sehingga pekerjaan
pengecoran ini harus dibantu oleh tower crane.
Pekerjaan pengecoran di atas menunjukan bahwa produktivitas pengecoran
sebesar 0.8 m3/orang/jam. Pada proses pengecoran ini jumlah orang relatif
konstan sehingga dari jumlah orang yang konstan tersebut dapat dihitung dalam 1
crew sehingga nilai produktivitasnya adalah 5.6 m3/crew/jam.