4. Sk Penettapan Progam Mutu Rs

download 4. Sk Penettapan Progam Mutu Rs

of 38

description

SK Penetapan Program Mutu

Transcript of 4. Sk Penettapan Progam Mutu Rs

KESEHATAN DAERAH MILITER IX/UDAYANA

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 06.04.02 RUMAH SAKIT TK. III DR. R. SOEHARSONO

SURAT KETETAPANNomor : SK / / I / 2010

tentang

PROGRAM PENINGKATAN MUTU

RUMAH SAKIT TK. III Dr. R. SOEHARSONOBAB I

PENDAHULUANTujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujua Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya terjangkau. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat pun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan Rumah Sakit maka fungsi pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono secara bertahap perlu t6erus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efesien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat.

Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono dapat seperti yang diharapkan maka perlu disusun Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono. Buku pedoman tersebut merupakan konsep dan program peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah pelaksanaannya dan dilengkapi dengan indikator mutu

BAB II

SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN

MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun (1820-1910 ) Florence Nighangale seorang perawat dari inggris menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah hospital should do the patient no harm . Rumah Sakit jangan sampai meruhikan atau mencelakakan pasien.

Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli bedah. Di E.A.odman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya erjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memnuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. ini adalah upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya .

Kelanjutan dari upaya ini pada tahu 1918 The American College of Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan . Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak rumah sakit tertarik untuk ikut serta . Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran di luar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu Program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.

Pada Taun 1951 American collage of Surgeon, American Collage of Physicans, American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on Accredetation of Hospital (JCAH) suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakredetasi rumah sakit.

Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di Rumah sakit , namun telah memacu Rumah Sakit agar memberi mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya yang ada untuk memenuhi tuntutan yang baru diantara tahun 1953-1965 standar akredetasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan revisi.

Atas keberhasilan JCAh dalam meningkatka mutu pelayanan Pemerintah federal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundang Medicare Act. Undang-undang ini mengabsahkan akredetasi Rumah Sakit menurut sandar yang ditentukan oleh JCAH . Sejak saat itu rumah sakit yang tidak diakredetasi oleh JCAH tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi di amerika sangat menentukan utilisasi Rumah Sakit karena hanya 9.3% biaya Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono berasal dari pembayaan langsung oleh pasien.

Sejak tahun 1979 JCAH membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akredetasi suatu Rumah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik

Di Australia, Australian Council on Hospital Standars (ACHS) didirikan dengan susah payah padatahun 1971, namun sampai tahun 1981 badan ini baru berhasil beroperasi dalam 3 negara bagian . Tetapi lambat laun ACHS dapat diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan ACHS telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di Australia pada dasarnya hampir sama dengan Amerika.

Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secar Amerika sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal Tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing.

Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simponsium di Utrecht, negeri Belanda entang metodologi Peningkatan mutu pelayanan . Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona , Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus unt7uk Eropa.

Walaupun secara Regional WHO telah melakukan berbagai upaya namun pada simponsium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989 terdapat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai negara Eropa Barat masih pada perkembangan awal.

Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu dan akredetasi Rumah Sakit secara nasional adalah Tawan . Negara ini banyak menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan malaysia mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari Negeri Belanda,

Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan Depatemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 033/Birhup/1972, secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standarstandar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas rumah sakit Dissamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai pedoman dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan Tumah Sakit.

Sejak Thun 1984 Depatemen kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan(perfomance) Rumah sakit pemerintah kelas C dan rumah sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan nasional. Indkator ini setiap 2 tahun ditinjau kembali dan disempurnakan . Evaluasi penamplan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang dievaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur pelayanan Evaluasi penampilan Rumah Sakit ini merupakan langka awal dari konsep Continous Quality Improvemen (CQI). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dala monitor dan evaluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar , maka pada CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlinbatan seluruh karyawan.

Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa rumah sakit telah mengadakan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan Rumah Sakit telah mengadakan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan rumah sakitnya. Pada tahun 1981 Pada tahun 1981 RS Gatot Subroto telah melakukan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat kepuasan pasien. Kemudian RS Dr.Sutomo pada tahun 1984 melakukan kegiatan yang sama. RS Dr.Sutomo di Surabaya membuat penilaian mutu atas dasar penilaian prilaku dan penampilan kerja perawat. Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya menilai muu melalui penilaian infeksi nosokomial sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Rumah sakit Cipto Mangunkusumo mengunakan upaya penggunan obat secara rasional . Rumah sakit Islam Jakarta pernah Menggunakan pengendalian mutu terpadu (TQC) dan gugus kendali mutu (Quality Conrol Circle = QCC). Beberapa Rumah Sakit lainnya juga mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada ebrapa Rumah Sakit. Berdasarkan Data diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walaupun dalam penerapannya sering ada perbedaan.

BAB III

KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU

PELAYAN RUMKIT TK III DR. R. SOEHARSONO

Agar upaya peningkatan peningkatan mutu di Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan

A. Mutu Pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

1. Pengertian mutu

Pengertian mutu beraneka ragam keadaan dibawah ini ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.

a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa

b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu dicuirahkan pada pekerjaan

c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melkuakn pekerjaan

2. Defenisi Mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan, kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono secara wajar, efesien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono dan masyarakat konsumen.

3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu

Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu , yaitu :

a. Konsumen

b. Pembayaran/perusahaan/asuransi

c. Manajemen Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

d. Karyawan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

e. Masyarakat

f. Pemerintah

g. Ikatan profesi

Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.

4. Dimensi Mutu

Dimensi atau aspeknya adalah :

a. Keprofesian

b. Efesiensi

c. Keamanan pasien

d. Kepuasan pasien

e. Aspek sosial Budaya

5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output

Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu :

1) Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat , fasilitas peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelyanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

2) Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat) . Proses ini merupakan variabel penilaia mutu yang penting.

3) Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut .

Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono adalah suatu institusi pelayanan keehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin Agar Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks , Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan .

Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sudah diawali dengan penilaian akredetasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memeberikan pelayanan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelnjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain , yaitu instrumen mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (output). Tanpa mengukur hasil kinerja Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono tidak dapat diketahui apakah input dan prses yang baik telah menghasilkan output yan baik pula. Indikator Rumah Sakit yang disusun dengan bantuan WHO bertujuan mengukur kinerja Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono secara nyata.

B. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono, memecahkan masalah-maslah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono akan menjadi lebih baik.

DI Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono upaya peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di RS termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf penunjang.

Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau perlayanan dengan penggunaan sumberdaya secara tepat dan efesien. Walaupun disadari bahwa mutu memrlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih rendah.

Berdasarkan hal diatas maka disusunlah defenisi maka disusunlah defenisi dan tujuan dari upaya peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

1. Defenisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut input, proses, output secara obyektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono Berdaya Guna dan berhasil guna.

2. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayan an Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono

Umum :Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui Upaya peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono Secara efektif dan efesien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.

Khusus :Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumkit Tk III Dr. R. Soeharsono melalui :

a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana .

b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai kebutuhan pasien

c. Pemanfatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan

3. Indikator Mutu

1.1 Indikator Mutu Pelayanan Radiologi

3. Angka keterlambatan Penyerahan hasil

a. Foto polos

b. Foto polos Cito

c. Foto Kontras Rutin

d. Foto kontras Cito

e. USG

f. Usg Cito

g. Bed Foto Rutin

h. Bed Foto Cito

4. Angka Pengulangan Pemeriksaan

5. Angka penolakan expertise

6. Angka kejedian yang tidak diharapkan

1.2 Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium

A. Pantologi Anatomi

1. Angka keterlambatan penyerahan Hasil

a. Pemerikasaan FN AB

b. Pemeriksaan histopantologi

c. Pemeriksaan Sitologi

2. Angka kesalahan diagnosis

a. Histopantologi

b. FN AB

c. Sitologi

B. Pantologi Klinik

1. Angka kerusakan sample (lisis;beku)

2. Angka kesalahan Labelesasi

3. Anga kesalahan penggunaan regen autonalizer

4. Angka kegagalan pemeriksaan

5. Angka kesalahan penulisan hasil

6. Angka kesalahan intepretasi hasil

7. Angka ketidaksterilan medik bakteri

1.3 Indikator Mutu Pelayanan Rehabilitasi Medik

1. Angka keterlambatan pelayanan

2. Angka kejadian luka bakar

3. Angka kesalahan tindakan

4. Angka droup out pasien

1.4 Indikator Mutu Pelayanan Farmasi

1. Angka keterlambatan penyerahan obat

2. Angka kesalahan pembacaan resep

3. Angka kesalahan penyerahan obat

4. Angka kerusakan obat (efesiensi)

5. Angka keterlambatan distribusi obat

1.5 Indikator Mutu Pelayanan Gizi

1. Angka keterlambatan penyerahan makan

2. Angka kesalahan penyerahan diet khusus

3. Angka penolakan makanan pasien

4. Angka kerusakan makanan tersaji

1.6 Indikator Mutu Pelayanan Darah

1. Angka keterlambatan penyerahan darah

2. Angka ketidak sediaan darah

3. Angka kejadian reaksi tranfusi darah

4. Kesalahan penulisan golongan darah

5. Angka kesalahan penulisan golongan rhesus

6. Angka kesalahan penulisan cross match

7. Angka kesalahan penulisan HBS Ag

8. Angka kesalahan penulisan HIV

9. Angka kesalahan penulisan VDRL

10. Angka kesalahan penulisan anti HCV

11. Angka kesalahan penyerahan darah untuk tranfusi darah

12. Angka kesalahan penyerahan jenis darah

1.7 Indikator Mutu Pelayanan Rekam Medik

1. Angka Keterlambatan penyiapan dokumaen RM

2. Angka keterlambatan pengendalian RM

3. Angka ketidaklengkapan RM

4. Angka ketidakengkapan infoemed concent

1.8 Indikator Mutu Pelayanan Pengolahan Limbah

1. Keterlambatan perbaikan alat sanitair

2. Keterlambatan pemantauan lingkungan

3. Ketidaksesuain hasil pemerikasaan dengan sandar (BOD2 hari)

2. Angka keterlambatan waktu tunggu operasi emergency ( 25%

X 100%

Jumlah porsi

5Standar Kerja Minimal25%

6Periode pengukuran Tiap bulan

7Sumber Data Daftar Asupan makanan

8Pengumpul DataAhli gizi ruangan

9Pembuat laporan Sie Litbang

10Pemilik Indikator Sie Litbang

11CatatanKriteria inklusi :

Kriteria eksklusi :

4. Profil Indikator Kinerja Mutu Gizi

Angka kerusakan makanan tersaji

1Jenis Kerja Indikator Pelayanan

2Indikator KinerjaAngka Kesalahan Penyerahan diit Khusus

3TujuanMengetahui ketetapan diet khusus

4Formula Jumlah porsi makanan yang dimakan > 25 %

X 100%

Jumlah porsi

5Standar Kerja Minimal10%

6Periode pengukuran Tiap bulan

7Sumber Data Daftar Asupan makanan

8Pengumpul DataAhli Gizi Ruangan

9Pembuat laporan Sie Litbang

10Pemilik Indikator Sie Litbang

11CatatanKriteria inklusi :

Kriteria eksklusi :

7. Indikator Mutu Rekam Medik

NoJenis PelayananIndikatorStandar Pelayanan

Minimal (SPM)

7Indikator MedikIndikator Mutu Pelayanan

1. Angka keterlambatan penyiapan dokumen RM

2. Angka keterlabatan pengembalian RM

3. Angka ketidaklengkapan RM

4. Angka ketidaklengkapan informed concent0%

5%

5%

50%

1. Profil Indikator Kinerja Mutu Rekam Medik

Angka keterlambatan penyiapan dokumen RM

1Jenis Kerja Indikator Pelayanan

2Indikator KinerjaAngka Keterlambatan penyiapan dokumen Rekam Medik

Adalah angka yang menunjukan beberapa kalai terjadi ketidaktersediaan kartu RM pada saat itu perlu.

3TujuanMengetahui kinerja penyedia dokumen RM

4FormulaJumlah ketidak tersediaan RM

5Standar Kerja Minimal0%

6Periode pengukuran Tiap bulan dianalisis tiap 6 bulan

7Sumber Data Data permintaan RM tidak terlayani

8Pengumpul DataPelaksanaan Rekamedik

9Pembuat laporan Ka. Sub Bidang Rekam Medik

10Pemilik Indikator Bdang Program

11CatatanKriteria inklusi : Ketidak tersediaan RM bidang perlengkapan pada saat diperlukan oleh unit pelayanan

Kriteria eksklusi : Terjadi Perubahan Format RM

2. Profil Indikator Kinerja Mutu Rekam Medik

Angka keterlambatan pengembalian RM

1Jenis Kerja Indikator Mutu Pelayanan

2Indikator KinerjaAngka Keterlambatan pengembalian Rekam Medik

Angka menunjukan prosentase pengembalian dokumen RM lebih dari 7 X 24 jam dari pasien pulang

3TujuanMengetahui kedisiplinan pengembalian dokumen Rekam Medik

4FormulaDokumen Rekam Medik yang dikembalikan lebih dari 7 X 24 jam

X 100%

Jumlah dokumen Rekam Medis

5Standar Kerja Minimal5%

6Periode pengukuran Tiap bulan dianalisis tiap 6 bulan

7Sumber Data Data keterlambatan pengembalian Rekam Medik

8Pengumpul DataPetugas Rekam Medik

9Pembuat laporan Ka. Sub Bidang Rekam Medik

10Pemilik Indikator Bidang Program

11CatatanKriteria inklusi : Keterlambatan pengembalian lebih dari 7 X 24 jam

Kriteria eksklusi : Keterlambatan karena dokumen yang dikembalikan ulang belum lengkap.

3. Profil Idikator Kinerja Mutu Rekam Medik

Angka ketidak lengkapan RM

1Jenis Kerja Indikator Mutu Pelayanan

2Indikator KinerjaAngka Ketidak lengkapan dokumen RM

Angka menunjukan prosentase pengisisan dokumen yang tidak lengkap lebih dari 7 X 24 Jam dari pasien pulang

3TujuanMengetahui kedisiplinan tenaga kesehatan untuk mengisi dokumen Rekam Medik

4Formula Dokumen Rekam Medik yang tidak diisi lengkap lebih dari 7 X 24 jam

X 100%

Jumlah dokumen Rekam Medis

5Standar Kerja Minimal25%

6Periode pengukuran Tiap bulan, dianalisis tiap 6 bulan

7Sumber Data Data ketidak lengkapan RM

8Pengumpul DataPetugas Rekam Medik

9Pembuat laporan Ka. Sub Bidang Rekam Medik

10Pemilik Indikator Bidang program

11CatatanKriteria inklusi : Dokumen RM lngkap bila memuat

a. Kelengkapan Dokumen Rekam Medis

b. Catatan Pasien masuk da keluar rumah sakit

c. Status pasien

d. Pelayanan rawat inap

e. Gravik suhu, nadi, tensi

f. Balance, cairan, pemakaian dan penggantian alat medik atau penunjang

g. Catatan pemberian obat-obatan

h. Status Gizi

i. Monitoring asupan makanan

j. Visite Harian

k. Discharge summary

l. Catatn pasien pulang

Kriteria eksklusi : -

4. Profi Indikator Kinerja Mutu Rekam Medik

Angka ketidak lengkapan Informed consent

1Jenis Kerja Indikator Mutu Pelayanan

2Indikator KinerjaAngka Ketidaklengkapan informed concent

Angka menunjukan prosentase pengisian informed concent yang tidak lengkap dari 7 X 24 Jam dari pasien pulang

3TujuanMengetahui kedisiplinan tenaga kesehatan untuk mengisi Informed Concent

4FormulaDokumen informed concent yang tidak diisi lengkap lebih dari 3 X 24 jam X 100%

Jumlah Dokumen Rekam Medis Pasien dengan tindakan

5Standar Kerja Minimal50%

6Periode pengukuran Tiap bulan dianalisis tiap 6 bulan

7Sumber Data Data ketidaklengkapan informed concen

8Pengumpul DataPetugas Rekamedik

9Pembuat laporan Ka. Sub Bidang Rekam Medik

10Pemilik Indikator Bidang rogram

11CatatanKriteria inklusi : Dokumen bila RM semua pasien memrlukan tindakan

Kriteria eksklusi Dokumen RM yang tidak dilakukan tindakan

8. Indikator Mutu Pelayanan Pengelolaan Limbah

NoJenis PelayananIndikatorStandar Pelayanan

Minimal (SPM)

8Pengelolaan limbah5. Indikator Mutu Pelayanan

1. Keterlamabatan perbaikan alat sanitair

2. Keterlambatan pemantauan lingkungan

3. Ketidaksesuaian hasil pemeriksaan dengan standar

4. (BOD