4. Reaksi Netralisasi IV
-
Upload
muhamad-amoeir-anwar -
Category
Documents
-
view
1.111 -
download
37
description
Transcript of 4. Reaksi Netralisasi IV
LABORATORIUM KIMIA FARMASIJURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
PERCOBAAN IVREAKSI NETRALISASI
OLEH :KELAS : M IIKELOMPOK : III (TIGA) DAN IV (EMPAT)ASISTEN : RETNO ADIWIJAYA,S.Farm
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan reaksi kimia secara kuantitatif dapat memberikan
informasi yang lebih jelas tenteng perubahan kimia yang terjadi dan
perubahan mengikuti hukum-hukum dasar ilmu kimia. Bidang kimia
yang mempelaji atau memberikan hubungan-hubungan kuantitatif
merupakan antara pereaksi dan hasil reaksi dikenal sebagai
Stoikiometri. (http://irshadi-bagus4all.blogspot.com)
Reaksi netralisasi merupakan salah satu cara untuk
menentukan jumlah kadar suatu zat uji yang tedapat dalam sebuah
produk, ini berdasarkan analisa kuantitatif. Cara analisa kuantitatif
berdasarkan pada pengukuran volume larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara pasti yang bereaksi sempurna dengan zat uji.
(http ://irshadi-bagus-4all.blogspot.com)
Reaksi netralisasi terdiri dari larutan asam dan basa yang
satunya bertindak sebagai dan larutan titer dan sebagai zat uji
sehingga disebut reaksi asam basa. Dalam metode volumetric
diperlukan adanya larutan zat uji dan larutan titer baik berupa asam
atau basa. Zat uji yang digunakan tepat sama dengan jumlah larutan
titer dinamakan dengan titik ekuivalen berdasarkan metode
volumetrik. (Tim Dosen UNHAS Kimia Dasar, 2010)
Kini lebih tersedia secara praktis untuk menunjukkan keasaman
dan kebasaan, yaitu dengan menggunakan indikator asam basa.
Indikator asam adalah zat-zat yang mampu menunjukan warna dalam
larutan asam basa. Indikator yang biasa digunakan dalam praktikum
adalah indikator PP, FM, MM,serta indikator BTB. Pada perlakuan
reaksi netralisasi, perlakuan alat dan bahan yaitu dengan titrasi.
Dalam proses ini juga digunakan indikator yang dimasukkan untuk
melihat perubahan warna yang terjadi sebelum dan sesudah
pencampuran. (Irfan Anshori, 1994)
Dalam persamaan reaksi zat-zat yang bereaksi,hasil reaksi
ditulis dalam bentuk molekulnya. Dalam persamaan kimia reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion-ion hidronium dengan ion hidroksida
antara suatu asam dengan basanya menghasilkan air. (Parning, 2002)
B. MAKSUD, TUJUAN, DAN PRINSIP
Adapun maksud dari percoban ini adalah untuk membuktikan
titrasi asam basa, dengan tujuan menentukan kadar Na2SO4 dalam
larutan, menentukan kadar NaOH dalam larutan, menentukan pH
larutan pada saat terjadi garam Na2SO4 bedasarkan hasil titrasi.
Sedangkan prinsip dalam percobaan ini yaitu berdasarkan hasil
titrasi asidimetri untuk mengetahui kadar NaOH (kuantitatif basa)
dengan pengukuran secara saksama jumlah volume asam yang
digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Reaksi kimia terjadi bila satu atau lebih zat baru dengan sifat-
sifat yang berbeda sifat-sifat yang berbeda dai sifat-sifat semua dalam
suatu reaksi kimia zat yang dihasilkan mempunyai susunan tertentu
walaupun zat-zat yang bereaksi dicampurkan dalam berbagai
perbandingan. Cara penulisannya berdasarkan hukum kekekalan
massa yaitu jumlah atom tiap unsure yang ditunjukkan disebelah
kanan. (parning, 2002)
Reaksi netralisasi adalah reaksi yang terjadi dalam larutan basa
dan larutan basa. Ada dua macam metode netralisasi, yaitu:
1. Metode asidimetri
Merupakan metode dimana kita akan melihat pengukuran kuantitatif
suatu basa organik. Metode ini digunakan untuk melihat ada
tidaknya suatu zat dalam larutan (misalnya aspartam).
2. Metode alkalimetri
Merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu
zat atau alkalimetri adalah suatu metode analisa titmetri untuk
pengukuran kuantitatif suatu asam organik atau basa organik
dengan pengumpulan seksama volume basa yang digunakan.
(Irfan Anshori, 1994)
Konsep asam basa yang berhubungan langsung dengan reaksi
netralisasi, yaitu teori asam basa Arhenius.
a. Asam
Asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H dengan⁺
kata lain pembawa sifat. Sifat asam adalah ion H . Asam Arhenius⁺
dapat dirumuskan sebagai berikut;
Hx2(ag) xH⁺(ag)+ 2X¯
Jumlah ion H yang dapat dihasilkan oleh suatu molekul asam disebut⁺
valensi asam, sedangkan ion negative yang terbentuk dari asam
setelah melepaskan ion H disebut sisa asam. (Kimia Dasar, 2010)⁺
Asam terbagi atas dua macam yaitu:
1. Asam kuat, yaitu asam yang mudah terionisasi dan banyak
menghasilkan ion H dalam larutannya. Contohnya: HCl, HBr,⁺
H2SO4
2. Asam lemah, yaitu asam yang sedikit terionisasi dan
menghasilkan sedikit ion H dalam larutannya. Contohnya:⁺
CH3COOH, HNO2, H2CO3
Berdasarkan banyaknya ion hydrogen yang dihasilkan maka
larutan asam dapat dibagi menjadi asam monobasis dan asam
polibasis.
1. Asam monobasis (berbasa satu adalah asam yang dalam
larutan air akan menghasilkan satu ion hydrogen H ). Contoh:⁺
HCl H⁺ + Clˉ
Asam klorida ion hydrogen ion asetat
CH3COOH H + CH⁺ 3COOˉ
Asam asetat ion hydrogen ion asetat
2. Asam polibasis (berbasa banyak adalah asam yang dalam
larutan air menghasilkan lebih dari satu ion Hydrogen H ).⁺
Contoh:
H2SO4 H⁺ + SO4ˉ
Asam sulfat ion hydrogen ion sulfat
Asam monobasis dan asam polibasis disebut juga asam
monoprotik. Dalam keadaan sebenarnya, ion hydrogen tidak dapat
berdiri bebas. Dalam larutan air, ion hydrogen akan berikatan secara
koordinasi dengan molekul air menjadi hydrogen. (http://irshadi-bagus-
4all.blogspot.com)
H + H⁺ 2O H3O
b. Basa
Basa adalah senyawa dalam air yang dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH¯). Jadi, pembawa sifat basa adalah (OH¯). Basa
Arhenius dapat diumuskan sebagai beikut;
M(OH)x(ag) Mx⁺(ag)+ XOH¯ (ag)
Reaksi netralisasi mengandung ion H dan ion (OH¯) dengan⁺
konsentrasiyang sama. Contoh;
H2O H +OH¯⁺
Larutan asam dibagi 2 yaitu monoasidi dan poliasidi.
Pembagian ini menunjukan sifat keasaman (hidroksitas) suatu basa.
1. Basa monoasidi yaitu basa yang dalam larutan air
menghasilkan OHˉ. Contoh:
NaOH Na ⁺ (ag) + OHˉ
Natrium hidroksida ion natrium ion
hidroksida
2. Basa poliasidi yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan
lebih dari satu ion hidroksida. Contoh:
Ca(OH)2(aq) Ca2⁺ (aq) + 2OHˉ(aq)
Kalsium karbonat ion kalsium ion hidroksida. (Tim
dosen UNHAS, kimia dasar 2010)
Zat-zat organiknya meliputi;
Asam: jika terhidrolisis air akan menerima ion H⁺
Basa : jika terhidrolisis dengan air akan melepaskan ion OH¯
Garam : poduk atau hasil reaksi asam atau basa. (Nurhayati
Rahayu, 2009)
B. URAIAN BAHAN
a. Air suling (FI Edisi III, hal. 96)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling/Aquadest
Berat molekul : 18,02
Rumus kimia : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat pelarut
b. Natrium hidroksida (FI Edisi III, hal 589)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
Berat molekul : 40,00
Pemerian : Putih atau praktas, putih massa
molekul berbentuk pellet serpihan atau
batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
c. Asam klorida (FI Edisi III, hal 54)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Berat molekul : 36,46
Rumus molekul : HCl
Pemerian :Cairan tidak berwana, berasap, bau
merangsang jika diencerkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
d. Natrium karbonat (FI Edisi III, hal 400)
Nama resmi : NATRII CARBONAS
Nama lain : Natrium karbonat
Berat molekul : 106
Rumus molekul : Na2CO3
Pemerian : Hablur tidak berwarna, hablur putih
serbuk
Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat uji
e. Indikator fenol merah (FI Edisi IV, hal 1208)
Nama resmi : PHENOLUM LIQUDIUM
Nama lain : fenol merah
Berat molekul : 354,38
Rumus molekul : C19H14O5
Pemerian :Cairan tidak berwarna sampai merah
muda, dapat menjadi merah jika
terkena udara atau cahaya, bau khas
sedikit aromatis, memutihkan dan
membakar kulit dan membrane mukosa
Kelarutan :Dapat bercampur dengan etanol, eter,
gliserin dan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
f. Indikator metal merah (FI Edisi IV, hal 1208)
Nama resmi : BENZOAT HYDROKSIDA
Nama lain : Metil merah
Berat molekul : 305,75
Rumus molekul : C15H19N3O2
Pemerian :Serbuk berwarna merah, berbentuk
batang dan massa hablur
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol 95% pp
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
a. Buret
b. Corong gelas
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas kimia 100 ml
e. Labu takar 100 ml
f. Pipet tetes
g. Pipet volume 25 ml
2. Bahan yang di gunakan
a. Aquadest
b. Indikator FM (Fenol Merah)
c. Indikator MM (Metil Merah)
d. Kertas PH
e. Larutan HCl 0,1 N
f. Larutan NaOH 0,001 M
g. Larutan Na2SO4 0,1 M
B. CARA KERJA
Percobaan 1
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil lautan Na2SO4 0,1 M sebanyak 25 ml
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian di
tambahkan 25 ml NaOH 0,001 M dan ditambahkan air
suling sampai tanda batas lalu dihomogenkan.
3. Dipasang buret 25 ml dan di isi HCl baku 0,1 N
4. Dipipet 25 ml campuran 1, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan 3-4 tetes Fenol
Merah kemudian dititrasi dengan HCl baku sambil
digoyangkan sampai warna larutan berubah sampai
kuning. Dicatat
volume HCl yang digunakan.
5. Kemudian larutan (3) ditambahkan penunjuk Metil Merah
dan di titrasi kembali dengan larutan HCl baku sampai
larutan menjadi jingga atau merah muda, catat volume
HCl yang di gunakan.
Percobaan 2
1. Diambil larutan natrium sulfat 0,1 M sebanyak 25 ml
dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, kemudian
ditambahkan 25ml larutan NaOH dan ditambahkan air
suling sampai tanda batas, dikocok merata
2. Dipasang buret 50ml dan diisi HCl baku
3. Dipipet 25ml larutan campuran (1) dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 100ml dan ditambahkan 3-4 tetes penunjuk
fenol merah, kemudian dititrasi dengan larutan HCl baku
sambil dihomogenkan, menjadi warna kuning. Dicatat
volume titrasi
4. Larutan (3) ditambahkan indicator metal merah dan titrasi
kembali dengan larutan HCl baku sampai larutan menjadi
jingga atau merah muda, dicatat volume titrasi
Percobaan 3
1. Diambil larutan natrium sulfat 0,1 M sebanyak 25 ml
dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, kemudian
ditambahkan 25ml larutan NaOH dan ditambahkan air
suling sampai tanda batas, dikocok merata
2. Dipasang buret 50ml dan diisi HCl baku
3. Dipipet 25ml larutan campuran (1) dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 100ml dan ditambahkan 3-4 tetes penunjuk
fenol merah, kemudian dititrasi dengan larutan HCl baku
sambil dihomogenkan, menjadi warna kuning. Dicatat
volume titrasi
4. Larutan (3) ditambahkan indicator metal merah dan titrasi
kembali dengan larutan HCl baku sampai larutan menjadi
jingga atau merah muda, dicatat volume titrasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel Pengamatan
No NaoH
Na2CO3
Titrasi I Titrasi II
Vol. HCl
(ml)
Indicator Perubahan
warna
Vol. HCl
(ml)
indikator Perubahan
warna
1
2
3
25ml
25ml
25ml
9ml
9ml
9ml
FM
FM
FM
Ungu-
kuning
Ungu-
kuning
Ungu-kunig
11,5ml
11ml
17ml
MM
MM
MM
Kuning-
Jingga
Kuning-
jingga
Kuning-
jingga
B. REAKSI
NaOH + HCl NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
NaOH Na⁺ + OH¯
Na2CO3 2Na⁺ + CO3¯
HCl H⁺ + Cl¯
C. PERHITUNGAN
1. Perhitungan kadar Na2CO3
Percobaan dilakukan 3 kali untuk erlenmeyer 1,2, dan 3
a. Pada erlenmeyer 1 = V1 = 9ml
=V2 = 11,5ml
1) Larutan Na2CO3 yang ada
= 4 x 2xvol . titrasixmol
1000ml
= 4 x 2x 11,5 x0,1
1000ml
= 0,0092 mol
= 9,2x10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. ½ BM Na2CO3
= 9,2x10⁻³ mol x ½..106
= 487,6x10⁻³ gram
3) Larutan Na2CO3 menurut label
= 25mlxmol1000ml
=2,51000
= 2,5x 10⁻³ mol
4) Massa total
= 2,5x 10⁻³ mol x 1/2BM
= 2,5x 10⁻³ mol x 53
= 132,5x10⁻³ gram
5) % kadar Na2CO3
= massa yangadamassa label
x100%
= 487,6 x10−3 gram1325 x10−3gram
x100%
= 368%
b. Pada erlenmeyar II = V1 = 9ml
=V2 = 11ml
1) Larutan Na2CO3 yang ada
= 4 x 2xvol . titrasixmol
1000ml
= 4 x 2x 11 x0,11000ml
= 8,8x10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. ½ BM Na2CO3
= 8,8x10⁻³ mol x ½.106
= 466,4x 10⁻³ mol
3) Larutan Na2CO3 menurut label
= 25mlxmol1000ml
= 25mlx0,11000ml
= 2,51000
= 2,5x10⁻³ mol
4) Massa total
= 2,5x10⁻³ mol x ½.106
= 132,5x10⁻³ gram
5) % kadar Na2CO3
= massa yangadamassa label
x100%
= 466,4 x 10−3132,5 x10−3
x100%
= 352%
c. Pada erlenmeyer III = V1 = 9ml
V2 = 17ml
1) Larutan Na2CO3 yang ada
= 4 x 2xvol . titrasixmol
1000ml
= 4 x 2x 17 x0,11000ml
= 3,6x10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. ½ BM Na2CO3
= 3,6x10⁻³ mol x ½.106
= 190,8x10⁻³ gram
3) Larutan Na2CO3 menurut label
= 25mlxmol1000ml
= 25x 0,11000ml
= 2,5x10⁻³ mol
4) Massa total
= 2,5x10⁻³ mol x ½.106
= 132,5x10⁻³ gram
5) % kadar Na2CO3
= massa yangadamassa label
x100%
= 190,8x 10−3132,5x 10−3
x100%
= 144%
Jadi, kadar rata-rata Na2CO3
= %k1+%k2+%k3
3
= 368%+352%+144%
3
= 288%
2. Perhitungan kadar NaOH
3 kali perlakuan untuk erlenmeyer 1,2, dan 3
a. Pada erlenmeyer I =V1 = 9ml
=V2 = 11,5ml
1) NaOh yang ada
= 4. (11,5−9 ) .mol1000ml
¿¿
= 4. (11,5−9 ) .0,11000ml
= 10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. BM NaOH
= 10⁻³ mol x 40
= 0,04 gram
3) NaOH menurut tabel
= 25mlxmol1000ml
= 25x 0,11000ml
= 2,5x10⁻³ mol
4) Massa total
= mol x BM NaOH
= 2,5x10⁻³ mol x 40
= 0,1 gram
5) %kadar NaOH
= massa yangadamassa label
x100%
= 0,040,1
x100%
= 40%
b. Pada erlenmeyar II = V1 = 9ml
=V2 = 11ml
1) Larutan Na2CO3 yang ada
= 4 x 2x (11−9) xmol
1000ml
= 2,41000
= 2,4x10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. BM NaOH
= 2,4x10⁻³ mol x 40
= 96x10⁻³ gram
3) NaOH menurut tabel
= 25mlxmol1000ml
= 25x 0,11000ml
= 2,5x10⁻³ mol
4) Massa total
= mol x BM NaOH
= 2,5x10⁻³ mol x 40
= 0,1 gram
5) %kadar NaOH
= massa yangadamassa label
x100%
=96 x10−30,1
x 100%
= 96%
c. Pada erlenmeyer III = V1 = 9ml
= V2 = 17ml
1) Larutan Na2CO3 yang ada
= 4 x 2x (17−9 ) xmol
1000ml
= 4 x 2x 8 x0,11000ml
= 6,4x10⁻³ mol
2) Massa (g)
= mol. BM NaOH
= 6,4x10⁻³ mol x 40
= 256x10⁻³ mol
3) NaOH menurut tabel
= 25mlxmol1000ml
= 25x 0,11000ml
= 2,5x10⁻³ mol
4) Massa total
= mol x BM NaOH
= 2,5x10⁻³ mol x 40
= 0,1 gram
5) %kadar NaOH
= massa yangadamassa label
x100%
= 256 x10−3
0,1x100%
= 256%
Jadi, kadar rata-rata NaOH
= %k1+%k2+%k3
3
=40%+96%+256%
3
= 130,6%
D. PERHITUNGAN
Dari pengamatan percobaan I larutan campuran dari
Na2CO3, NaOh dan air suling yang ditetesi dengan indicator fenol
merah ternyata campuran tersebut membutuhkan 9ml larutan baku
HCl yang menyebabkan terjadi perubahan warna dari ungu – kuning.
Pada saat ditetesi indicator metal merah membutuhkan 11,5ml larutan
baku HCl dan menyebabkan perubahan warna dari kuning – jingga.
Pada percobaan II larutan campuran dari Na2CO3 , NaOh
dan air suling yang ditetesi dengan indicator fenol merah ternyata
campuran tersebut membutuhkan 9ml larutan baku HCl yang
menyebabkan terjadi perubahan warna dari ungu – kuning. Pada saat
ditetesi indicator metal merah membutuhkan 11ml larutan baku HCl
dan menyebabkan perubahan warna dari kuning – jingga.
Dan pada percobaan III larutan campuran dari Na2CO3 ,
NaOh dan air suling yang ditetesi dengan indicator fenol merah
ternyata campuran tersebut membutuhkan 9ml larutan baku HCl yang
menyebabkan terjadi perubahan warna dari ungu – kuning. Pada saat
ditetesi indicator metal merah membutuhkan 17ml larutan baku HCl
dan menyebabkan perubahan warna dari kuning – jingga.
Penetapan kadar Na2CO3 pad farmakope Indonesia edisi III
adalah tudak kurang dari 99,5%, sedangkan kadar yang diperolehdari
praktek adalah 288%. Ini berarti hasil yang diperoleh lebih dari 99,5%.
Untuk menetapkan kadar NaOH pada farmakope adalah 97,5%,
sedangkan kadar NaOh yang diperoleh dari praktek adalah 130,6%%.
Ini berarti hasil yang diperoleh lebih dari 97,5%. Kedua hasil ini
membuktikan bahwa hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori
yang ada dalam farmakope.
Penyimpangan ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
hal seperti:
1. Zat uji tidak boleh terkontaminasi dengan zat lain
2. Kesalahan pada saat titrasi
3. Alat yang digunakan kurang bersih
4. Pengamatan yang dilakukan kurang teliti
5. Penetapan titik akhir titrasi kuang tepat
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasakan hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Kadar Na2CO3 pada erlenmeyer I diperoleh 368%, kadar
Na2CO3 pada erlenmeyer II diperoleh 352%, kadar Na2CO3 pada
erlenmeyer III diperoleh 144%. Jadi kadar rata-rata Na2CO3 yang
diperoleh adalah 424% sedangkan kadar Na2CO3 secara teoritis
adalah 95,5%. Sedangkan kadar NaOH pada erlenmeyer I diperoleh
40%, pada erlenmeyer II diperoleh 96% dan pada erlenmeyer III
diperoleh 256%. Jadi, kadar ata-rata yang diperoleh adalah 130,6%,
sedangkan kadar NaOH secara teoritis adalah 97,5%.
B. Saran
Kami sebagai paktikan masih belum dapat membuat
laporan yang benar dan sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan bimbingan dari kakak asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory,irfan.1994.”Kimia SMU”.Erlangga.Jakarta
Dirjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI, Jakarta
Dirjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi IV”. Depkes RI, Jakarta
(http://irshadi-bagus4all.blogspot.com)
Parning,M.2002.”Penuntun Belajar Kimia”.Yudistira.Jakarta
Petruca.1987.”Kimia Dasar Jilid II”.Jakarta:Erlangga
Rahayu,nurhayati.2009.”Rangkuman Kimia Dasar”.Gagasmedia.Jakarta
Shehla.1999.”Kimia Dasar”. Bandung: Universitas Tekhnologi Bandung
Tim Dosen Kimia Dasar. 2010. ”Penuntun Praktikum Kimia
Dasar”.Universitas Indonesia Timur.Makassar
SKEMA KERJA
Dipipet 25 ml Na2SO4 Ditamba aquadest hingga
tanda batas.
Dipipet 25 ml + fenol Aquadest
merah 3 tetes & dihomogenkan
Na2SO4 0,1 M Dipipet 25 ml Na OH
Na OH 0,1 M Di isi dalam buret sampai
tanda batas.
HCl dimasukan dititrasi sampai jadi perubahan warna dari
Kegelas kimia. Ungu ke kuning.
HCl baku ditamba metal merah 4 tetes lalu dititrasi
0,1 M kembali dengan HCl baku sampai beruba
warna dari kuningke jingga.