4. PERANCANGAN BANGUNAN · 4. PERANCANGAN BANGUNAN Pada tahap awal perancangan bangunan, melakukan...
Transcript of 4. PERANCANGAN BANGUNAN · 4. PERANCANGAN BANGUNAN Pada tahap awal perancangan bangunan, melakukan...
30 Universitas Kristen Petra
4. PERANCANGAN BANGUNAN
Pada tahap awal perancangan bangunan, melakukan analisa sederhana
(Gambar 4.1) hingga kompleks sangatlah penting untuk mengetahui potensi dan
kelemahan tapak seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. Secara
ringkas, ada 1 sudut pandang manusia yang dapat melihat ke arah tapak dengan
nyaman dan luas. Dari titik pada sudut pandang tersebut, lansekap ditata agar
tidak menghalangi terlalu banyak fasad bangunan agar desain keseluruhan dapat
terlihat jelas. Dari sini pula dapat digariskan bentuk penataan massa yang
diinginkan sejalan dengan analisa sirkulasi yang ada. Kemudian analisa dari
dalam ke luar tapak ditemukan potensi lainnya seperti view yang baik di sebelah
selatan yaitu Danau Poso. Pada sisi timur, view terhalang oleh pepohonan yang
tinggi dan hutan lindung.
Gambar 4.1. Sketsa Analisa Tapak
sehingga membutuhkan penataan lansekap buatan dan area wisata untuk
mempercantikanya. Pada sisi utara yang merupakan main entrance hotel juga
dibuat mudah dilihat dengan jelas, namun perlu vegetasi yang dapat menyaring
31 Universitas Kristen Petra
sinar matahari yang menyilaukan disore hari. Sedangkan pada ketinggian tiga
lantai, view Danau Poso secara menyeluruh dapat dilihat, begitu pula dengan
pemandangan kota dari ketinggian.
4.1. Zoning
Gambar 4.2. Zoning
Peletakan zoning yang tepat akan memudahkan sirkulasi pengguna baik
kendaraan maupun pejalan kaki. Dengan melihat kelebihan kekurangan dari
analisa yang ada, maka zona hotel sebagai fungsi utama diletakkan disebelah utara
yang paling terlihat dari jalan utama berikut dengan pencapaiannya (Gambar 4.2).
Sedangkan zona wisata diletakkan meluas dari barat hingga timur selatan dengan
maksud menjadikan zona ini sebagai penarik dan penghubung landuse sebelah
utara dengan selatan dan FDP di sebelah barat. Dengan begitu pengunjung hotel
menjadi sangat mudah untuk mencapai kemanapun yang mereka mau, sekaligus
32 Universitas Kristen Petra
berekreasi seperti tujuan utama desain hotel ini yang terintegrasi dengan tempat
wisata sehingga menghasilkan layout seperti pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3. Layout Lantai 1
4.2. Pendekatan Perancangan
Hotel Resor Di Tentena merupakan sebuah fasilitas penginapan
sekaligus tempat wisata yang setara dengan hotel bintang 3. Bangunan ini
menyediakan fasilitas penginapan yang terdiri atas 3 jenis kamar hotel dan 1 jenis
cottages. Fasilitas utama dalam hotel ini adalah rekreasi air alami dan
fasilitas penunjang yaitu restoran, spa dan sauna. Proyek ini bertujuan untuk
menyediakan fasilitas wisata yang menggambarkan kondisi dimana proyek ini
dibangun, yakni kondisi kehidupan masyarakat setempat. Konsep perancangan
hotel ini adalah menggunakan pendekatan vernacular dengan menggabungkan 2
unsur, yaitu unsur modern dan unsur tradisional setempat. Kedua unsur tersebut
dibentuk saling terkait dan saling melengkapi, sehingga kedua unsurnya masih
tetap terlihat. Proyek ini menggunakan pendalaman arsitektur LANSEKAP untuk
memaksimalkan potensi view.
33 Universitas Kristen Petra
Adapun diagram pemikirannya sebagai berikut (Gambar 4.4) :
4.3. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Berdasarkan intepretasi dari bentukan bangunan Tambi, maka didapatkan
bentukan yang memaksimalkan elemen atap yang unik (Gambar 4.5, Gambar 4.6,
Gambar 4.7, Gambar 4.8).
Gambar 4.4. Diagram Kerangka Berpikir
34 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.5. Tampak Barat
Gambar 4.6. Tampak Utara
Gambar 4.7. Tampak Selatan
35 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8. Tampak Timur
Gambar 4.9. Perspektif Cottages
Sebagai pintu masuk utama, bentukan segitiga semakin memperkuat
penanda pintu masuk (Gambar 4.9). Karena emphasize yang demikian dominan
dirancang agar pengunjung dapat mengetahui jelas arah tujuan yang
diinginkannya, terutama dari arah jalan utama (Gambar 4.10).
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.10. Perspektif Pencapaian Menuju Hotel
Gambar 4.11. Perspektif Entrance Depan
Perspektif secara keseluruhan dari depan (Gambar 4.11) memperlihatkan
dengan jelas area parkir. Sedangkan persepektif dari arah belakang (Gambar 4.12)
menunjukkan dengan jelas, bentukan yang sangan selaras dengan lingkungan
yang asri.
37 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.12. Perspektif tampak belakang
Salah satu keunggulan lain yang dimiliki oleh bangunan ini adalah
pemandangan air mancur yang menghiasi area wisata outdoor (Gambar 4.13).
Dari area ini, dapat pula menuju area Danau Poso (Gambar 4.14) yang dibuat
sebagai tempat dimana pengunjung bisa menghabiskan waktu untuk berenang dan
bersantai di air Danau.
Gambar 4.13. Perspektif Air mancur
38 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.14. Perpektif dermaga
4.4. Pendalaman
Konsep Perancangan sebuah bangunan Hotel Resor yang Dinamis dan
Harmonis, digambarkan dengan pengolahan tapak yang melingkar dan
melengkung, dimana Lingkaran adalah suatu bentuk yang pola Dinamis dan
memiliki keseimbangan di setiap sudut ruang serta penataan massa dengan bentuk
lengkungan yang bermanfaat untuk view maksimal ke panorama alam Danau Poso
yang menjadi Point of Interest dari lokasi Proyek.
Dengan Arsitektur dan suasana yang Harmonis. Wisatawan yang
berkunjung ke resort hotel cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur
dan suasana khusus yang berbeda dengan jenis hotel lain. Sehingga Arsitektur dan
suasana alami menjadi alternatif daya tarik lokasi ini. Dengan kata lain bentuk tata
olah tapak dan massa bangunan dapat menciptakan “visual comfort” dan
“psychological Comfort”.
Disain struktur yang unik layaknya bangunan tradisional memerlukan
perhatian khusus baik secara pemilihan sistem struktur, bahan material, hingga
detail strukturalnya.
39 Universitas Kristen Petra
4.4.1. Sistem Struktur dan Pemilihan Bahan Bangunan
Melihat dari lokasi dan bentuk bangunan, maka sistem struktur yang
digunakan adalah struktur kayu konvensional untuk bangunan cottage. gambar
4.15 dan gambar 4.16.
Gambar 4.15. Denah Tampak Potongan Cottage
Gambar 4.16. Potongan A-A Hotel
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.17. Detail Children Jacuzzi
Gambar 4.19. detail Pedestrian
Gambar 4.18. Detail Jacuzzi
41 Universitas Kristen Petra
4.5. Sistem Utilitas Bangunan
Sistem utilitas bangunan hotel sangatlah sederhana, namun sangat
menentukan. Pemilihan sistem saluran air bersih, air kotor, kotoran dan penyejuk
udara serta peletakannya yang tepat akan mengurangi dampak negatif dan
kerusakan. Seperti sebagai berikut ini :
4.5.1. Utilitas Air Bersih
Sumber utama air bersih adalah PDAM ditambah dengan air yang dibeli
per truk bila kekurangan. Sistem distribusinya menggunakan sistem up feed.
Namun, pada lantai teratas tidak memungkinkan mendapatkan tekanan air yang
cukup melalui gravitasi akan dibantu dengan pompa air.
Sedangkan untuk pendistribusiannya, air bersih dipompa ke atas
melewati shaft yang di tengah bangunan menuju tandon atas sebelum
didistribusikan lagi ke kamar-kamar melewati shaft yang disediakan diantara
kamar. Shaft ini pula yang dilewati oleh pipa-pipa saluran lain yang diperlukan.
Dengan melewati tiap shaft dan baru dibelokkan ke core shaft di lantai mekanikal
akan mengurangi beban kapasitas dan dimensi pipa serta mempermudah
perawatan, dibandingkan bila pipa dibelokkan ditiap lantai menuju core shaft.
4.5.2. Utilitas Air Kotor dan Kotoran
Dengan menggunakan STP semua pipa air kotor dan kotoran yang
berasal dari pipa vertikal tower dibelokkan ke ruang STP ini. Sedangkan untuk
semi basement yang lebih rendah level lantainya dari ruang STP akan dibantu
dengan pompa yang mendorong kotoran dan air kotor dari bak penampung ke
STP.
4.5.3. Sistem Tata Udara
Menggunakan sistem AC sentral secara keseluruhan, namun untuk
bagian kamar memiliki fan coil tersendiri yang membantu meringankan kerja
AHU. Berdasarkan keterangan dari Bapak Nugroho Susilo salah satu dosen
Universitas Kristen Petra, dengan menggunakan fan coil di tiap kamar beban
ducting dari AHU menuju kamar juga semakin ringan yang berimbas pada
42 Universitas Kristen Petra
dimensi ducting yang lebih ramping. Sedangkan untuk ruang AHU juga semakin
kecil, yang pada umumnya kebutuhan ruang AHU mencapai ±3% dari luas lantai,
menjadi ±2% saja dari luas lantai yang dilayani.