4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 . Penjelasan Proses ... · proses produksi. Setiap proses...

67
14 Universitas Kristen Petra 4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 . Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner 4.1 .1. Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner Plain Proses produksi yang ada pada departemen ordner terdiri dari sepuluh proses produksi. Setiap proses memiliki cara pengerjaan yang berbeda. Peta proses operasi ordner plain dapat dilihat pada lampiran 5a. Berikut adalah proses produksi dari awal sampai akhir untuk membuat ordner plain : 1. Proses Pemotongan (Menggunakan mesin chan chun, satu operator) Operator mengambil lembaran chipboard dan menatanya ke atas meja kerja. Lembaran chipboard yang telah ditata dimasukkan ke dalam mesin chan -chun dan dipotong berdasarkan tiga ukuran yaitu 401, 402, dan 403. Lembaran chipboard yang telah dipotong ditaruh di atas palet untuk dipindahkan ke proses laminasi chipboard . 2. Proses Laminasi Chipboard (Menggunakan mesin laminasi, dua operator) Operator pertama mengambil lembaran chipboard dan memasukkan ke mesin laminasi, untuk memberikan lem pada permukaan karton. Operator kedua mengambil hasil laminasi dan mengabungkan karton menjadi lembaran chipboard berangkap tiga. Setelah lembaran chipboard terlapis menjadi tiga bagian, operator menumpuk lembaran chipboard tersebut menjadi satu dan membawanya ke mesin press. Tumpukan lembaran chipboard diletakkan ke dalam mesin press dan mendapat tekanan agar hasil laminasi karton tidak mudah terbuka. 3. Proses Laminasi Outer (Menggunakan mesin crathern, tiga operator) Operator pertama memasukkan lembaran outer ke dalam mesin hongming untuk melapisi permukaan outer dengan lem. Lapisan outer yang telah dilapisi lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua mengambil lembaran chipboard dan menempelkannya pada lembaran outer yang berada diatas convenyor berjalan. Lembaran ordner yang telah dilapisi outer kemudian direkatkan dengan menggunakan mesin roll agar lapisan outer tidak terbuka. Operator ketiga kemudian mengambil hasil lembaran ordner yang telah di masukkan ke dalam mesin roll dan memindahkannya ke atas palet.

Transcript of 4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 . Penjelasan Proses ... · proses produksi. Setiap proses...

  • 14 Universitas Kristen Petra

    4. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

    4.1 . Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner

    4.1 .1. Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner Plain

    Proses produksi yang ada pada departemen ordner terdiri dari sepuluh

    proses produksi. Setiap proses memiliki cara pengerjaan yang berbeda. Peta

    proses operasi ordner plain dapat dilihat pada lampiran 5a. Berikut adalah proses

    produksi dari awal sampai akhir untuk membuat ordner plain:

    1. Proses Pemotongan (Menggunakan mesin chan chun, satu operator)

    Operator mengambil lembaran chipboard dan menatanya ke atas meja kerja.

    Lembaran chipboard yang telah ditata dimasukkan ke dalam mesin chan-chun dan

    dipotong berdasarkan tiga ukuran yaitu 401, 402, dan 403. Lembaran chipboard

    yang telah dipotong ditaruh di atas palet untuk dipindahkan ke proses laminasi

    chipboard .

    2. Proses Laminasi Chipboard (Menggunakan mesin laminasi, dua operator)

    Operator pertama mengambil lembaran chipboard dan memasukkan ke mesin

    laminasi, untuk memberikan lem pada permukaan karton. Operator kedua

    mengambil hasil laminasi dan mengabungkan karton menjadi lembaran chipboard

    berangkap tiga. Setelah lembaran chipboard terlapis menjadi tiga bagian, operator

    menumpuk lembaran chipboard tersebut menjadi satu dan membawanya ke mesin

    press. Tumpukan lembaran chipboard diletakkan ke dalam mesin press dan

    mendapat tekanan agar hasil laminasi karton tidak mudah terbuka.

    3. Proses Laminasi Outer (Menggunakan mesin crathern, tiga operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran outer ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan outer dengan lem. Lapisan outer yang telah dilapisi

    lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua mengambil

    lembaran chipboard dan menempelkannya pada lembaran outer yang berada

    diatas convenyor berjalan. Lembaran ordner yang telah dilapisi outer kemudian

    direkatkan dengan menggunakan mesin roll agar lapisan outer tidak terbuka.

    Operator ketiga kemudian mengambil hasil lembaran ordner yang telah di

    masukkan ke dalam mesin roll dan memindahkannya ke atas palet.

    http://www.petra.ac.idhttp://dewey.petra.ac.id/dgt_directory.php?display=classificationhttp://digilib.petra.ac.id/help.html

  • 15 Universitas Kristen Petra

    4. Proses Linen ( Menggunakan conveyor, tiga operator)

    Operator pertama mengambil lembaran linen dan memberikan lem pada

    permukaan linen. Linen yang telah terlapisi lem ditaruh di atas conveyor kecil.

    Operator kedua dan ketiga mengambil lembaran linen dan menempelkannya pada

    bagian tengah lembaran karton yang telah di laminasi outer. Operator kemudian

    mengelap lembaran ordner yang telah dilapisi linen dan menaruhnya ke atas meja

    kerja. Tumpukan lembaran ordner yang telah di linen kemudian dipindahkan ke

    atas palet untuk dibawa ke proses laminasi inner.

    5. Proses Laminasi Inner ( Menggunakan mesin hongming , empat operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran inner ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan inner dengan lem. Lembaran inner yang telah dilapisi

    lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua dan ketiga

    kemudian mengambil lapisan inner pada conveyor dan menempelkannya pada

    lembaran ordner di atas meja kerja. Lembaran ordner yang telah dilapisi inner

    kemudian di lap dengan menggunkan kain dan ditempatkan kembali pada

    conveyor menuju mesin roll. Lembaran ordner yang telah dilapisi inner kemudian

    dimasukkan ke dalam mesin roll agar lapisan inner tidak terbuka. Operator

    keempat mengambil hasil lembaran ordner yang telah di roll dan kemudian

    memindahkannya ke atas palet untuk dibawa ke proses creasing.

    6. Proses Creasing ( Menggunaka mesin creash, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah di laminasi inner dan

    memasukannya ke dalam mesin creash dan secara otomomatis sensor akan

    memasang logam creasing pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah di

    creasing di letakkan ke atas meja kerja dan kemudian dipindahkan ke atas palet

    untuk dibawa ke proses eticket.

    7. Proses Eticket (Menggunakan mesin rolling , dua operator)

    Operator pertama mengambil eticket dan memberikan lem pada permukaan

    eticket. Etcket yang telah dilapisi lem ditempel pada lembaran ordner yang telah

    di creasing. Operator kemudian mengelap permukaan ordner yang telah dilapisi

    eticket dan memasukkanya ke dalam mesin roll. Operator kedua mengambil

    lembaran ordner pada mesin roll dan meletakannya pada meja kerja. Lembaran

  • 16 Universitas Kristen Petra

    ordner kemudian ditum puk dan dipindahkan ke atas palet untuk dibawa ke proses

    fingering.

    8. Proses Fingering (Menggunakan mesin fingering , satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah diberi eticket, dan

    memasukannya ke dalam mesin fingering dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam fingering pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah

    terpasang logam fingering kemudian dipindahkan ke rak beroda untuk dibawa ke

    proses rado.

    9. Proses Radoring (Menggunakan mesin rhado, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah terpasang logam finger ring

    dan memasukannya ke dalam mesin rhado dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam rado ring pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah

    terpasang logam rado ring kemudian dipindahkan ke rak beroda untuk dibawa ke

    proses mekanik.

    10. Proses Pemberian Mekanik dan Pengepakan (Menggunakan mesin mekanika,

    tiga operator)

    Operator pertama mengambil lembaran ordner yang telah dipasang logam

    radoring dan memasukkannya ke dalam sensor mesin mekanika. Lembaran

    ordner yang terpasang mekanik kemudian di letakkan ke atas meja kerja. Operator

    kedua memasang klip pada mekanik dan membungkus ordner dengan kertas agar

    permukaannya tidak tergores. Operator ketiga menata ordner plain yang telah

    dipasang mekanik dan kemudian memasukannya ke dalam box. Setelah box terisi

    penuh operator melakukan pengepakan dan memberikan stempel produk jadi pada

    box.

    4.1 .2. Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner PVC

    Proses produksi yang ada pada departemen ordner terdiri dari dua belas

    proses produksi. Setiap proses memiliki cara pengerjaan yang berbeda. Peta

    proses operasi ordner PVC dapat diliha t pada lampiran 5b. Berikut adalah

    penjelasan proses produksi dalam pembuatan produk ordner PVC:

    1. Proses Pemotongan (Menggunakan mesin chan chun, satu operator)

  • 17 Universitas Kristen Petra

    Operator mengambil lembaran chipboard dan menatanya ke atas meja kerja.

    Lembaran chipboard yang telah ditata dimasukkan ke dalam mesin chan-chun dan

    dipotong berdasarkan tiga ukuran yaitu 401, 402, dan 403. Lembaran chipboard

    yang telah dipotong kemudian ditaruh diatas palet untuk dipindahkan ke proses

    laminasi chipboard.

    2. Proses Laminasi Chip board (Menggunakan mesin laminasi, dua operator)

    Operator pertama mengambil lembaran chipboard dan memasukkan ke roll

    mesin laminasi untuk memberikan lem pada permukaan karton. Operator kedua

    mengambil hasil laminasi dan mengabungkan chipboard menjadi lembaran

    berangkap tiga. Setelah chipboard terlapis menjadi tiga bagian, operator

    menumpuk lembaran chipboard tersebut menjadi satu dan membawanya ke mesin

    press. Tumpukan lembaran chipboard kemudian diletakkan ke dalam mesin press

    dan mendapat tekanan agar hasil laminasi karton tidak mudah terbuka.

    3. Proses Laminasi Outer ( Menggunakan mesin hongming , empat operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran outer ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan outer dengan lem. Lapisan outer yang telah dilapisi

    lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua dan ketiga

    mengambil lembaran outer dan menempelkannya pada lembaran chipboard diatas

    meja kerja. Lembaran ordner yang telah dilaminasi outer kemudian ditaruh ke

    atas conveyor berjalan untuk dimasukkan ke dalam mesin roll agar lapisan outer

    tidak terbuka . Operator keempat kemudian mengambil hasil lembaran ordner

    yang telah di masukkan ke dalam mesin roll dan memindahkannya ke atas palet.

    4. Proses Laminasi Inner ( Menggunakan mesin hongming , empat operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran inner ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan inner dengan lem. Lembaran inner yang telah dilapisi

    lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua dan ketiga

    kemudian mengambil lapisan inner pada conveyor dan menempelkannya pada

    lembaran ordner di atas meja kerja. Lembaran ordner yang telah dilapisi inner

    kemudian di lap dengan menggunkan kain dan ditempatkan kembali pada

    conveyor menuju mesin roll. Lembaran ordner yang telah dilapis i inner kemudian

    dimasukkan ke dalam mesin roll agar lapisan inner tidak terbuka. Operator

  • 18 Universitas Kristen Petra

    keempat mengambil hasil lembaran ordner yang telah di roll dan kemudian

    memindahkannya ke atas palet untuk dibawa ke proses creasing.

    5. Proses Welding (Menggunakan mesin press plastik, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah di beri lapisan inner dan

    memasukannya ke dalam mesin press. Operator menunggu lembaran ordner yang

    sedang di press untuk menempelkan plastik putih pada punggung ordner.

    Lembaran ordner kemudian ditata dan dimasukan ke dalam lemari kereta untuk

    dibawa ke proses creasing.

    6. Proses Creasing ( Menggunaka mesin creash, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah di welding , dan

    memasukannya ke dalam mesin creash dan secara otomomatis sensor akan

    melakukan proses creasing pada lembaran ordner . Lembaran ordner yang telah di

    creasing di letakkan ke atas meja kerja. Lembaran ordner kemudian ditumpuk dan

    dipindahkan ke atas pa let untuk dibawa ke proses eticket.

    7. P roses Eticket (Menggunakan mesin rolling , dua operator)

    Operator pertama mengambil eticket dan memberikan lem pada permukaan

    eticket. Etcket yang telah dilapisi lem ditempel pada lembaran ordner yang telah

    di creasing. Operator kemudian mengelap permukaan ordner yang telah dilapisi

    eticket dan memasukkanya ke dalam mesin roll. Operator kedua mengambil

    lembaran ordner pada mesin roll dan meletakannya pada meja kerja. Lembaran

    ordner kemudian ditumpuk dan dipindahkan ke atas palet untuk dibawa ke proses

    fingering.

    8. Proses Fingering (Menggunakan mesin fingering , satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah diberi eticket, dan

    memasukannya ke dalam mesin fingering dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam fingering pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah

    terpasang logam fingering kemudian dipindahkan ke rak beroda untuk dibawa ke

    proses rhado .

    9. Proses Radoring (Menggunakan mesin rhado, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah terpasang logam fingering

    dan memasukannya ke dalam mesin rhado dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam rado ring pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah

  • 19 Universitas Kristen Petra

    terpasang logam rado ring kemudian dipindahkan ke rak beroda untuk dibawa ke

    proses mekanik.

    10. Proses Pemberian Meka nik dan Pengepakan (Menggunakan mesin mekanika,

    tiga operator)

    Operator pertama mengambil lembaran ordner yang telah dipasang logam

    rado ring dan memasukkannya ke dalam sensor mesin mekanika. Lembaran

    ordner yang terpasang mekanik kemudian di letakkan ke atas meja kerja. Operator

    kedua memasang klip pada mekanik dan membungkus ordner dengan kertas agar

    permukaannya tidak tergores. Operator ketiga menata ordner PVC yang telah

    dipasang mekanik dan kemudian memasukannya ke dalam box. Setelah box terisi

    penuh operator melakukan pengepakan dan memberikan stempel produk jadi pada

    box.

    4.1 .3. Penjelasan Proses Produksi Produk Ordner Marble

    Proses produksi yang ada pada departemen ordner terdiri dari sepuluh

    proses produksi. Setiap proses memiliki cara pengerjaan yang berbeda. Peta

    proses operasi ordner marble dapat dilihat pada lampiran 5c. Berikut adalah

    proses produksi untuk membuat ordner marble:

    1. Proses Pemotongan (Menggunakan mesin chan chun, satu operator)

    Operator mengambil lembaran chipboard dan menatanya ke atas meja kerja.

    Lembaran chipboard yang telah ditata dimasukkan ke dalam mesin chan-chun dan

    dipotong berdasarkan tiga ukuran yaitu 401, 402, dan 403. Lembaran chipboard

    yang telah dipotong ditaruh diatas palet untuk dipindahkan ke proses laminasi

    chipboard .

    2. Proses Laminas i Chipboard (Menggunakan mesin laminasi, dua operator)

    Operator pertama mengambil lembaran chipboard dan memasukkan ke mesin

    laminasi untuk memberikan lem pada permukaan chipboard. Operator kedua

    mengambil hasil laminasi dan mengabungkan chipboard menjadi lembaran

    berangkap tiga. Setelah chipboard terlapis menjadi tiga bagian, operator

    menumpuk lembaran chipboard tersebut menjadi satu dan membawanya ke mesin

    press. Tumpukan lembaran chipboard kemudian diletakkan ke dalam mesin press

    dan mendapat tekanan agar hasil laminasi karton tidak mudah terbuka.

  • 20 Universitas Kristen Petra

    3. Proses Laminasi Outer (Menggunakan mesin crathern, tiga operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran outer ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan outer dengan lem. Lapisan outer yang telah dilapisi

    lem kemudian masuk ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua mengambil

    lembaran chipboard dan menempelkannya pada lembaran outer yang berada

    diatas convenyor berjalan. Lembaran ordner yang telah dilapisi outer kemudia n

    direkatkan dengan menggunakan mesin roll agar lapisan outer tidak terbuka.

    Operator ketiga kemudian mengambil hasil lembaran ordner yang telah di

    masukkan ke dalam mesin roll dan memindahkannya ke atas palet.

    4. Proses Laminasi Inner ( Menggunakan mesin hongming , empat operator)

    Operator pertama memasukkan lembaran inner ke dalam mesin hongming

    untuk melapisi permukaan inner dengan lem. Lapisan inner yang telah dilapisi

    lem dimasukkan ke dalam conveyor berjalan. Operator kedua dan ketiga

    mengambil lapisan inner pada conveyor dan menempelkannya pada lembaran

    ordner yang telah dilapisi lembaran outer dan menaruhnya di atas meja kerja.

    Lembaran ordner yang telah dilapisi inner kemudian di lap dengan menggunakan

    kain dan ditempatkan kembali pada conveyor menuju mesin roll. Lembaran

    ordner yang telah dilapisi inner direkatkan dengan mesin roll agar lapisan inner

    tidak terbuka. Operator keempat mengambil hasil lembaran ordner yang telah di

    roll dan kemudian memindahkannya ke atas palet untuk dibawa ke proses

    creasing .

    5. Proses Creasing ( Menggunaka n mesin creash , satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah di welding , dan

    memasukannya ke dalam mesin creash dan secara otomomatis sensor akan

    melakukan proses creasing pada lembaran ordner . Lembaran ordner yang telah di

    creasing di letakkan ke atas meja kerja. Lembaran ordner kemudian ditumpuk dan

    kemudian dipindahkan ke atas palet untuk dibawa ke proses eticket.

    6. Proses Fingering (Menggunakan mesin fingering , satu operator)

    Operator mengambil lembaran karton yang telah di creasing, dan

    memasukannya ke dalam mesin fingering dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam fingering pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah di

    pasang finger kemudian ditaruh ke meja kerja. Operator kemudian memindahkan

  • 21 Universitas Kristen Petra

    lembaran ordner yang telah di beri logam fingering ke rak beroda untuk dibawa

    ke proses rhado .

    7. Proses Radoring (Menggunakan mesin rhado, satu operator)

    Operator mengambil lembaran ordner yang telah terpasang logam fingering

    dan memasukannya ke dalam mesin rhado dan secara otomatis sensor akan

    memasang logam rado ring pada lembaran ordner. Lembaran ordner yang telah

    terpasang logam radoring kemudian dipindahkan ke rak beroda untuk dibawa ke

    proses mekanik.

    10. Proses Pemberian Mekanik dan Pengepakan (Menggunakan mesin mekanika,

    tiga operator)

    Operator pertama mengambil lembaran ordner yang telah dipasang logam

    radoring dan memasukkannya ke dalam sensor mesin mekanika. Lembaran

    ordner yang terpasang mekanik kemudian di letakkan ke atas meja kerja. Operator

    kedua memasang klip pada mekanik dan membungkus ordner dengan kertas agar

    permukaannya tidak tergores. Operator ketiga menata ordner marble yang telah

    dipasang mekanik dan kemudian memasukannya ke dalam box. Setelah box terisi

    penuh operator melakukan pengepakan dan memberikan stempel produk jadi pada

    box.

    4.2 . Value Stream Mapping Produk Ordner

    4 .2.1. Value Stream Mapping Ordner Plain

    Penggambaran value stream mapping untuk ordner plain dapat dilihat

    pada gambar 4.1. Konsumen memesan produk ordner plain ke departemen

    penjualan melalui pemesanan secara lisan atau tertulis melalui media elektronik.

    Departemen penjualan mencatat pesanan produk ke dalam sales note atau kontrak

    penjualan. Departemen penjualan mengirimkan surat konfirmasi yang berisikan

    spesifikasi produk, harga, syarat-syarat pembayaran, dan waktu pengiriman

    produk ke konsumen. Konsumen menandatangani surat konfirmasi yang diberikan

    perusahaan dan mengirimkannya kembali ke perusahaan. Departemen penjualan

    kemudian mengirimkan informasi berupa production order ke departemen

    production planning control.

  • 22 Universitas Kristen Petra

    Departemen production planning control kemudian membuat jadwal

    produksi harian berdasarkan informasi yang diberikan oleh departemen penjualan,

    menyusun perencanaan pembelian bahan baku dan menghitung jumlah alokasi

    tenaga kerja selama satu minggu. Pihak production planning control kemudian

    memberikan informasi pemesanan raw material ke departemen purchasing.

    Departemen purchasing memesan raw material ke raw material supplier dan

    menunggu material yang dipesan untuk di kirim ke CV. Dirgahayu. Raw material

    supplier mengirim produknya sesuai dengan tanggal yang telah di tentukan

    departemen purchasing . Raw material yang datang kemudian diperiksa oleh pihak

    quality control dengan cara sampling dan raw material yang telah diperiksa

    kemudian dimasukkan ke gudang raw material.

    Departemen production planning control kemudian memberikan informasi

    berupa job order sheet harian dan alokasi tenaga kerja selama satu minggu ke

    departemen ordner. Bahan baku dikirimkan ke departemen ordner untuk diproses

    menjadi produk jadi yang sebelumnya melalui tahapan-tahapan dalam proses

    produksi. Pihak quality control kemudian memeriksa produk jadi hasil produksi

    sebelum dikirimkan ke konsumen. Barang jadi yang telah selesai diperiksa

    kemudian di pindahkan ke gudang barang jadi. Gudang barang jadi kemudian

    mencatat barang yang telah diproduksi dan memberikan lembaran informasi

    jumlah dan stok barang ke adminitrasi penjualan. Adminitrasi penjualan akan

    membuat delivery order yang berisi tujuan pengiriman barang, jumlah dan tanggal

    pengiriman. Bagian pengirman akan mengirimkan barang berdasarkan informasi

    dari delivery order yang dibuat oleh adminitrasi penjualan.

  • 23 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.1. Value Stream Mapping Ordner Plain

  • 24 Universitas Kristen Petra

    4.2.2. Value Stream Mapping Ordner PVC

    Penggambaran value stream mapping untuk ordner PVC dapat dilihat

    pada gambar 4.2. Konsumen memesan produk ordner PVC ke departemen

    penjualan melalui pemesanan secara lisan atau tertulis melalui media elektronik.

    Departemen penjualan mencatat pesanan produk ke dalam sales note atau kontrak

    penjualan. Departemen penjualan mengirimkan surat konfirmasi yang berisikan

    spesifikasi produk, harga, syarat-syarat pembayaran, dan waktu pengiriman

    produk ke konsumen. Konsumen menandatangani surat konfirmasi yang diberikan

    perusahaan dan mengirimkannya kembali ke perusahaan. Departemen penjualan

    kemudian mengirimkan informasi berupa production order ke departemen

    production planning control.

    Departemen production planning control membuat jadwal produksi harian

    berdasarkan informasi yang diberikan oleh departemen penjualan, menghitung

    alokasi tenaga kerja dan menyusun perencanaan pembelian bahan baku. Pihak

    production planning control kemudian memberikan informasi pemesanan raw

    material ke departemen purchasing . Departemen purchasing memesan raw

    material ke raw material supplier dan menunggu material yang dipesan untuk di

    kirim ke CV. Dirgahayu. Raw material yang datang kemudian diperiksa oleh

    pihak quality control dengan cara sampling terhadap sejumlah material dan raw

    material yang telah diperiksa kemudian dimasukkan ke gudang raw material.

    Departemen production planning control kemudian memberikan informasi

    berupa job order sheet harian dan alokasi tenaga kerja selama satu minggu ke

    departemen ordner. Bahan baku dikirimkan ke departemen ordner untuk diproses

    menjadi produk jadi yang sebelumnya melalui tahapan-tahapan dalam proses

    produksi. Pihak quality control kemudian memeriksa barang jadi hasil produksi

    sebelum di kirim ke konsumen. Barang jadi yang telah selesai diperiksa kemudian

    di pindahkan ke gudang barang jadi. Gudang barang jadi mencatat barang yang

    telah diproduksi dan memberikan lembaran informasi jumlah dan stok barang ke

    adminitrasi penjualan. Adminitrasi penjualan akan membuat delivery order yang

    berisi tujuan pengiriman barang, jumlah dan tanggal pengiriman. Bagian

    pengirman akan mengirimkan barang berdasarkan informasi dari delivery order

    yang dibuat oleh adminitrasi penjualan.

  • 25 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.2. Value Stream Mapping Ordner PVC

  • 26 Universitas Kristen Petra

    4.2.3. Value Stream Mapping Ordner Marble

    Penggambaran value stream mapping untuk ordner marble dapat dilihat

    pada gambar 4.3. Konsumen memesan produk ordner marble ke departemen

    penjualan melalui pemesanan secara lisan atau tertulis melalui media elektronik.

    Departemen penjualan mencatat pesanan produk ke dalam sales note atau kontrak

    penjualan. Departemen penjualan mengirimkan surat konfirmasi yang berisikan

    spesifikasi produk, harga, syarat-syarat pembayaran, dan waktu pengiriman

    produk ke konsumen. Konsumen menandatangani surat konfirmasi yang diberikan

    perusahaan dan mengirimkannya kembali ke perusahaan. Departemen penjualan

    kemudian mengirimkan informasi berupa production ord er ke departemen

    production planning control.

    Departemen production planning control membuat jadwal produksi harian

    berdasarkan informasi yang diberikan oleh departemen penjualan, menghitung

    alokasi tenaga kerja dan menyusun perencanaan pembelian bahan baku. Pihak

    production planning control kemudian memberikan informasi pemesanan raw

    material ke departemen purchasing . Departemen purchasing memesan raw

    material ke raw material supplier dan menunggu material yang dipesan untuk di

    kirim ke CV. Dirgahayu. Raw material yang datang kemudian diinspeksi oleh

    pihak quality control dengan cara sampling dan raw material yang telah

    diinspeksi kemudian dipindahkan ke gudang raw material.

    Departemen production planning control kemudian memberikan informasi

    berupa job order sheet harian dan alokasi tenaga kerja selama satu minggu ke

    departemen ordner. Bahan baku dikirimkan ke departemen ordner untuk diproses

    menjadi produk jadi yang sebelumnya melalui tahapan-tahapan dalam proses

    produksi. Pihak quality control kemudian memeriksa barang jadi hasil produksi

    sebelum di kirim ke konsumen. Barang jadi yang telah selesai diperiksa kemudian

    di pindahkan ke gudang barang jadi. Gudang barang jadi mencatat barang yang

    telah diproduksi dan memberikan lembaran informasi jumlah dan stok barang ke

    adminitrasi penjualan. Adminitrasi penjualan akan membuat delivery order yang

    berisi tujuan pengiriman barang, jumlah dan tanggal pengiriman. Bagian

    pengirman akan mengirimkan barang berdasarkan informasi dari delivery order

    yang dibuat oleh adminitrasi penjualan.

  • 27 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.3. Value Stream Mapping Ordner Marble

  • 28 Universitas Kristen Petra

    4.3 . Analisa tujuh jenis waste

    Analisa dilakukan terhadap tujuh jenis waste yang ada pada departemen

    ordner. Dari hasil analisa ketujuh waste maka dapat diketahui penyebab dari

    terjadinya waste dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh.

    4.3 .1. Overproduction Waste

    Data yang digunakan untuk menganalisa overproduction waste yaitu data

    permintaan produksi dan produksi aktual yang dimiliki oleh perusahaan. Data

    overproduction yang digunakan dalam tugas akhir ini dimulai dari bulan

    September 2009 sampai Febuari 2010. Rincian data kelebihan produksi untuk

    setiap bulannya dapat dilihat pada tabel 4.1

    Tabel 4.1. Overproduction Waste Keseluruhan Produk Ordner

    Bulan Total Order

    Produksi (Dozen) Total Produksi Aktual (Dozen)

    Total Kelebihan Produksi (Dozen)

    September 3572 3736 164 Oktober 3863 4279 416

    November 7732 7824 92 Desember 5899 5991 92

    Januari 6976 7186 210 Febuari 8782 8909 127

    Berikut adalah histogram dari kelebihan produksi pada bulan September

    2009 sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada gambar 4.20

    Gambar 4.4. Histogram Kelebihan Produksi Ordner

  • 29 Universitas Kristen Petra

    Jumlah kelebihan produksi tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu

    sebesar 416 dozen dengan prosentase 10,7 persen. Kelebihan produksi tersebut

    disebabkan karena menurunnya permintaan konsumen pada bulan September dan

    Oktober sehingga perusahaan berupaya untuk menyimpan stok agar dapat

    mencukupi kenaikan permintaan pada bulan ber ikutnya. Sedangkan jumlah

    kelebihan produksi terkecil terdapat pada bulan November dan Desember 2009

    yaitu masing-masing sebesar 92 dozen dengan prosentase 1,2 persen. Kelebihan

    produksi yang terjadi pada masing-masing produk ordner dapat dilihat pada

    penjelasan di bawah ini.

    4.3 .1.1. Overproduction Waste Ordner Plain 401

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner plain 401 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner plain

    401 dapat dilihat pada tabel 4. 2

    Tabel 4.2. Overproduction Waste Ordner Plain 401

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) September 2009 480 644 164

    Oktober 2009 458 818 360 November 2009 590 590 0 Desember 2009 3255 3255 0

    Januari 2010 4292 4332 40 Febuari 2010 5121 5133 12

    Total 14196 14772 576

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner plain 401 selama enam bulan. Dar i histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut

    adalah gambar histogram dari kelebihan produksi ordner plain 401 yang dapat

    dilihat pada gambar 4.12

  • 30 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.5. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Plain 401

    Berdasarkan data kelebihan produksi diatas diperoleh besarnya

    prosentase kelebihan produksi pada jangka waktu enam bulan yaitu sebesar 4

    persen. Prosentase ini di dapat dari total kelebihan produksi dibagi dengan total

    order produksi selama periode enam bulan. Perusahaan menilai besarnya

    prosentase kelebihan produksi ini masih dapat ditoleransi dikarenakan tingginya

    permintaan untuk produk ordner plain 401 selama periode enam bulan.

    Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan September dan Oktober

    yang dapat dilihat pada histogram diatas. Hal ini dikarenakan perusahaan

    menyimpan stok ordner untuk mencukupi permintaan ordner plain 401 yang

    meningkat pada akhir tahun.

    4.3 .1.2. Overproduction Waste Ordner Plain 402

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner plain 402 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner plain

    402 dapat dilihat pada tabel 4.3

  • 31 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.3. Overproduction Waste Ordner Plain 402

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 104 104 0 Okt-09 10 28 18 Nov-09 0 0 0 Des-09 300 336 36 Jan-09 1268 1268 0 Feb-09 238 238 0

    Total 1920 1974 54

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner plain 402 selama enam bulan. Dari histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Gambar

    histogram dari kelebihan produksi ordner plain 402 yang dapat dilihat pada

    gambar 4.13

    Gambar 4.6. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Plain 402

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu lima bulan yaitu sebesar 3 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

  • 32 Universitas Kristen Petra

    produksi selama lima bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

    produksi ini cukup kecil.

    Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Desember

    yang dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab lainnya yaitu ordner

    yang di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada

    konsumen yang sewaktu-waktu memesan ordner plain 402.

    4.3 .1.3. Overproduction Waste Ordner Plain 403

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner plain 403 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner plain

    403 dapat dilihat pada tabel 4.4

    Tabel 4.4. Overproduction Waste Ordner Plain 403

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 212 214 2 Okt-09 0 0 0 Nov-09 0 0 0 Des-09 648 648 0 Jan-09 508 552 44 Feb-09 472 472 0 Total 1840 1886 46

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner plain 403 selama enam bulan. Dari histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut

    adalah gambar histogram dari kelebihan produksi ordner plain 402 yang dapat

    dilihat pada gambar 4.14

  • 33 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.7. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Plain 403

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu empat bulan yaitu sebesar 3 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama empat bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

    produksi ini cukup kecil.

    Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan September 2009 dan

    Januari 2010 yang dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab

    lainnya yaitu ordner yang di produksi lebih digunakan sebagai stok apabila ada

    konsumen yang sewaktu-waktu memesan ordner plain 403.

    4.3 .1.4. Overproduction Waste Ordner PVC 401

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner PVC 401 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner PVC

    401 dapat dilihat pada tabel 4.5

  • 34 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.5. Overproduction Waste Ordner PVC 401

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 148 148 0 Okt-09 374 374 0 Nov-09 60 64 4 Des-09 214 214 0 Jan-09 206 206 0 Feb-09 244 268 24

    Total 1246 1274 28

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi PVC 401 selama enam bulan. Dari histogram yang dibuat

    maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut adalah

    gambar histogram dari kelebihan produksi ordner PVC 401 yang dapat dilihat

    pada gambar 4.15

    Gambar 4.8. Histogram Kelebihan Produksi Ordner PVC 401

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu enam bulan yaitu sebesar 2 persen.

    Prosentase ini didapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama enam bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

  • 35 Universitas Kristen Petra

    produksi ini cukup kecil. Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh

    beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor

    untuk memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order

    yang diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan November 2009

    dan Febuari 2010 yang dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab

    lainnya yaitu ordner yang di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk

    cadangan apabila ada konsumen yang sewaktu-waktu memesan ordner PVC 401.

    4.3 .1.5. Overproduction Waste Ordner PVC 402

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner PVC 402 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner PVC

    402 dapat dilihat pada tabel 4.6

    Tabel 4.6. Overproduction Waste Ordner PVC 402

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 12 12 0 Okt-09 0 0 0 Nov-09 22 22 0 Des-09 112 124 12 Jan-09 0 0 0 Feb-09 0 0 0

    Total 146 158 12

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi PVC 402 selama enam bulan. Dari histogram yang dibuat

    maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut adalah

    gambar histogram dari kelebihan produksi ordner PVC 402 yang dapat dilihat

    pada gambar 4.16

  • 36 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.9. Histogram Kelebihan Produksi Ordner PVC 402

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu empat bulan yaitu sebesar 8 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama empat bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase ke lebihan

    produksi ini cukup besar.

    Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2009 yang

    dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu faktor lainnya yaitu ordner yang di

    produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada konsumen

    yang sewaktu-waktu memesan ordner PVC 402.

    4.3 .1.6. Overproduction Waste Ordner PVC 403

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner PVC 403 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner PVC

    403 dapat dilihat pada tabel 4.7

  • 37 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.7. Overproduction Waste Ordner PVC 403

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 28 29 1 Okt-09 0 0 0 Nov-09 0 0 0 Des-09 134 134 0 Jan-10 12 12 0 Feb-10 0 0 0

    Total 174 175 1

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi PVC 403 selama enam bulan. Dari histogram yang dibuat

    maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut adalah

    gambar histogram dari kelebihan produksi ordner PVC 403 yang dapat dilihat

    pada gambar 4.17

    Gambar 4.10. Histogram Kelebihan Produksi Ordner PVC 403

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu tiga bulan yaitu sebesar 1 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama tiga bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

  • 38 Universitas Kristen Petra

    produksi ini cukup kecil. Penyebab terjadinya kele bihan produksi disebabkan oleh

    beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor

    untuk memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order

    yang diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan Septem ber 2009

    yang dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab lainnya yaitu ordner

    yang di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada

    konsumen yang sewaktu-waktu memesan ordner PVC 403.

    4.3 .1.7. Overproduction Waste Ordner Marble 401

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner marble 401 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner

    marble 401 dapat dilihat pada tabel 4.8

    Tabel 4.8. Overproduction Waste Ordner Marble 401

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 1872 1872 0 Okt-09 1160 1170 10 Nov-09 4458 4458 0 Des-09 614 670 56 Jan-10 310 372 62 Feb-10 1485 1556 71

    Total 9899 10098 199

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner marble 401 selama enam bulan. Dari histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut

    adalah gambar histogram dari kelebihan produksi ordner marble 401 yang dapat

    dilihat pada gambar 4.18

  • 39 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.11. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Marble 401

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu enam bulan yaitu sebesar 2 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama enam bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

    produksi ini cukup kecil.

    Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan Fe buari 2010 yang

    dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab lainnya yaitu ordner yang

    di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada konsumen

    yang sewaktu-waktu memesan ordner marble 401.

    4.3 .1.8. Overproduction Waste Ordner Marble 402

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner marble 402 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner

    marble 402 dapat diliha t pada tabel 4.9

  • 40 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.9. Overproduction Waste Ordner Marble 402

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 724 724 0 Okt-09 1011 1019 8 Nov-09 1202 1290 88 Des-09 24 24 0 Jan-10 60 60 0 Feb-10 0 0 0

    Total 3021 3117 96

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner marble 402 selama enam bulan. Dari histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut

    adalah gambar histogram dari kelebihan produksi ordner marble 402 yang dapat

    dilihat pada gambar 4.19

    Gambar 4.12. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Marble 402

    Berdasarkan data perusahaan diatas didapat besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu lima bulan yaitu sebesar 3 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama lima bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

  • 41 Universitas Kristen Petra

    produksi ini cukup kecil. Penyebab terjadinya kelebihan produksi disebabkan oleh

    beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor

    untuk memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order

    yang diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan November 2009

    yang dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab lainnya yaitu ordner

    yang di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada

    konsumen yang sewaktu-waktu memesan ordner marble 402.

    4.3 .1.9. Overproduction Waste Ordner Marble 403

    Data yang digunakan untuk melihat adanya overproduction waste pada

    ordner marble 403 adalah data dokumentasi laporan produksi perusahaan yang

    dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil pengolahan data overproduction ordner

    marble 403 dapat dilihat pada tabel 4.10

    Tabel 4.10. Overproduction Waste Ordner Marble 403

    Bulan Order Produksi

    (Dozen) Produksi Aktual

    (Dozen) Kelebihan Produksi

    (Dozen) Sep-09 204 204 0 Okt-09 638 656 18 Nov-09 968 968 0 Des-09 370 370 0 Jan-10 276 340 64 Feb-10 1128 1136 8

    Total 3584 3674 90

    Berdasarkan data diatas maka digambarkan histogram untuk melihat

    kelebihan produksi ordner marble 403 selama enam bulan. Dari histogram yang

    dibuat maka dapat dilihat besarnya kelebihan produksi setiap bulannya. Berikut

    adalah gambar histogram dari kelebihan produksi ordner marble 403 yang dapat

    dilihat pada gambar 4.20

  • 42 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.13. Histogram Kelebihan Produksi Ordner Marble 403

    Berdasarkan data perusahaan diatas diperoleh besarnya prosentase

    kelebihan produksi pada jangka waktu enam bulan yaitu sebesar 3 persen.

    Prosentase ini di dapat dari total data kelebihan produksi dibagi dengan total order

    produksi selama enam bulan. Perusahaan menilai besarnya prosentase kelebihan

    produksi ini cukup kecil.

    Penyebab terjadinya kelebihan produks i disebabkan oleh beberapa faktor

    salah satunya adalah kurangnya pengawasan dari pihak suvervisor untuk

    memeriksa apakah jumlah unit yang diproduksi sesuai dengan job order yang

    diberikan. Kelebihan produksi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2010 yang

    dapat dilihat pada histogram diatas. Selain itu penyebab lainnya yaitu ordner yang

    di produksi lebih digunakan sebagai stok untuk cadangan apabila ada konsumen

    yang sewaktu-waktu memesan ordner marble 403.

  • 43 Universitas Kristen Petra

    4.3 .2. Inventory Waste

    Inventori waste pada departemen ordner terjadi karena besarnya inventori

    yang disimpan melebihi safety stock yang telah ditentukan perusahaan. Penetapan

    safety stock ini bertujuan agar dapat terpenuhinya permintaan konsumen yang

    diterima pada periode tertentu.

    4.3 .2.1. Inventory Waste Ordner Plain 401

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner plain 401 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.11

    Tabel 4.11. Inventory Waste Ordner Plain 401

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 164 450 0 Oktober 2009 524 450 74

    November 2009 524 450 74 Desember 2009 524 450 74

    Januari 2010 564 450 114 Febuari 2010 576 450 126

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    plain 401 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar

    450 dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang

    ditetapkan maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory

    waste tertinggi terdapat pada bulan Febuari yaitu sebesar 126 dozen. Hal tersebut

    disebabkan oleh meningkatnya permintaan ordner pada awal tahun sehingga

    perusahaan menyimpan inventori plain 401 dalam jumlah yang cukup besar.

    4.3 .2.2. Inventory Waste Ordner Plain 402

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner plain 402 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.12

  • 44 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.12. Inventory Waste Ordner Plain 402

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 45 0 Oktober 2009 18 45 0

    November 2009 18 45 0 Desember 2009 54 45 9

    Januari 2010 54 45 9 Febuari 2010 54 45 9

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    plain 402 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 45

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan Desember, Januari dan Febuari yaitu masing-masing sebesar 9

    dozen. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan ordner pada awal

    tahun sehingga perusahaan menyimpan beberapa unit ordner plain 402.

    4.3 .2.3. Inventory Waste Ordner Plain 403

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner plain 403 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.13

    Tabel 4.13. Inventory Waste Ordner Plain 403

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 2 40 0 Oktober 2009 2 40 0

    November 2009 2 40 0 Desember 2009 2 40 0

    Januari 2010 46 40 6 Febuari 2010 46 40 6

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    plain 403 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 40

  • 45 Universitas Kristen Petra

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan Januari dan Febuari yaitu masing-masing sebesar 6 dozen. Hal

    tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan ordner pada awal tahun

    sehingga perusahaan menyimpan beberapa unit ordner plain 403.

    4.3 .2.4. Inventory Waste Ordner PVC 401

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner PVC 401 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.14

    Tabel 4.14. Inventory Waste Ordner PVC 401

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 20 0 Oktober 2009 0 20 0

    November 2009 4 20 0 Desember 2009 0 20 0

    Januari 2010 0 20 0 Febuari 2010 24 20 4

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    PVC 401 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 20

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan Febuari yaitu sebesar 4 dozen. Inventori ini digunakan untuk

    memenuhi permintaan konsumen yang diberikan pada bulan berikutnya.

    4.3 .2.5. Inventory Waste Ordner PVC 402

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner PVC 402 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.15

  • 46 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.15. Inventory Waste Ordner PVC 402

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 10 0 Oktober 2009 0 10 0

    November 2009 0 10 0 Desember 2009 12 10 2

    Januari 2010 12 10 2 Febuari 2010 12 10 2

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    PVC 402 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 10

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan Desember, Januari dan Febuari yaitu masing-masing sebesar 2

    dozen. Inventori ini digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang

    diberikan pada bulan berikutnya.

    4.3 .2.6. Inventory Waste Ordner PVC 403

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner PVC 403 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.16

    Tabel 4.16. Inventory Waste Ordner PVC 403

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 1 1 0 Oktober 2009 1 1 0

    November 2009 1 1 0 Desember 2009 1 1 0

    Januari 2010 1 1 0 Febuari 2010 1 1 0

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    PVC 403 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 1

  • 47 Universitas Kristen Petra

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste tidak

    terdapat pada ordner PVC 403 dikarenakan kecilnya permintaan sehingga jumlah

    inventori tidak melebihi safety stock yang ditetapkan.

    4.3 .2.7. Inventory Waste Ordner Marble 401

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner marble 401 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.17

    Tabel 4.17. Inventory Waste Ordner Marble 401

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 150 0 Oktober 2009 10 150 0

    November 2009 10 150 0 Desember 2009 66 150 0

    Januari 2010 128 150 0 Febuari 2010 199 150 49

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    marble 401 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar

    150 dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang

    ditetapkan maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory

    waste terdapat pada bulan Febuari yaitu sebesar 49 dozen. Inventori ini digunakan

    untuk memenuhi permintaan konsumen yang terjadi pada bulan berikutnya.

    4.3 .2.8. Inventory Waste Ordner Marble 402

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner marble 402 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.18

  • 48 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.18. Inventory Waste Ordner Marble 402

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 90 0 Oktober 2009 8 90 0

    November 2009 96 90 6 Desember 2009 96 90 6

    Januari 2010 96 90 6 Febuari 2010 96 90 6

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    marble 402 selama periode enam bulan. Inven tory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 90

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan November, Desember, Januari dan Febuari yaitu masing-

    masing sebesar 6 dozen. Inventori ini digunakan untuk memenuhi permintaan

    konsumen yang terjadi pada bulan berikutnya.

    4.3 .2.9. Inventory Waste Ordner Marble 403

    Data inventori yang digunakan untuk menganalisa terjadinya inventory

    waste pada ordner marble 403 yaitu data inventori pada periode September 2009

    sampai Febuari 2010 yang dapat dilihat pada tabel 4.19

    Tabel 4. 19. Inventory Waste Ordner Marble 403

    Bulan Inventori (dozen) Safety Stock

    (dozen) Inventory Waste

    (dozen) September 2009 0 70 0 Oktober 2009 18 70 0

    November 2009 18 70 0 Desember 2009 18 70 0

    Januari 2010 82 70 12 Febuari 2010 90 70 20

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya inventory waste untuk ordner

    marble 403 selama periode enam bulan. Inventory waste ini diperoleh dengan cara

    melakukan perbandingan safety stock yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 70

  • 49 Universitas Kristen Petra

    dozen setiap bulannya. Jika inventori ordner melebihi safety stock yang ditetapkan

    maka inventori tersebut menjadi waste dalam perusahaan. Inventory waste

    terdapat pada bulan Januari, Febuari yaitu sebesar 12 dan 20 dozen. Inventori ini

    digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terjadi pada bulan

    berikutnya.

  • 50 Universitas Kristen Petra

    4.3 .3. Motion Waste

    Pengamatan pada proses produksi ordner dilakukan untuk dapat melihat

    apakah terdapat motion waste melalui aktivitas yang dilakukan pekerja . Dari work

    instruction yang diperoleh maka dilakukan pendefinisian aktivitas manakah yang

    memberikan nilai tambah (value added) dan tidak memberikan nilai tambah (non

    value added). Pendefinisian work instruction ke dalam kategori value added dan

    non value added dilakukan pada proses laminasi inner, proses linen dan proses

    eticket yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 4.20. Work Instruction Proses Laminasi Inner

    Work Instruction Value Added Non Value Added Hidupkan mesin hongming dengan menekan tombol "ON" v Masukkan cairan lem ke dalam tungku roll lem v Ambil lembaran inner di sebelah mesin kerja v Letakkan lembaran inner di atas meja feeder mesin v Masukkan lembaran inner ke dalam roll lem v Ambil lembaran inner yang telah dilaminasi pada conveyor v Tempelkan lembaran inner ke atas lembaran ordner v Letakkan kembali lembaran ordner yang telah dilaminasi ke atas conveyor v

    Ambil lembaran ordner yang telah dilaminasi pada bak penampung v

    Pindahkan lembaran ordner ke atas palet sebanyak 25 pieces

    v

    Bersihkan roll dengan menggunaka n air dan keringkan dengan lap v

    Matikan mesin hongming dengan menekan tombol "OFF" ketika produksi selesai v

    Tabel 4.21. Work Instruction Proses Eticket

    Work Instruction Value Added Non Value Added Hidupkan mesin eticket dengan menekan tobol berwarna hijau v Masukkan cairan lem ke dalam roll lem v Ambil lembaran eticket di meja kerja v Masukkan lembaran eticket ke dalam roll lem pada mesin eticket v

  • 51 Universitas Kristen Petra

    Tabel 4.21. Work Instruction Proses Eticket (sambungan)

    Work Instruction Value Added Non Value Added Tempelkan lembaran eticket ke atas permukaan lembaran ordner v

    Bersihkan lembaran eticket yang telah ditempel dengan mengelap permukaannya memakai kain bersih v

    Masukkan lembaran ordner yang telah dipasang eticket ke dalam roll penekan v

    Pindahkan lembaran ordner yang telah dipasang eticket ke rak beroda v

    Bersihkan roll lem dengan menggunakan air bersih dan keringkan dengan menggunakan lap v

    Matikan mesin eticket dengan menekan tombol berwarna merah

    v

    Tabel 4.22. Work Instruction Proses Linen

    Work Instruction Value Added Non Value Added Hidupkan mesin linen dengan menekan tombol "ON" v Masukkan cairan lem ke dalam tungku roll lem v Periksa ketebalan cairan lem pada roll lem v Ambil material linen pada meja kerja sesuai dengan jumlah yang diperlukan v

    Masukkan lembaran linen ke dalam mesin roll lem v Letakkan lembaran linen ke atas conveyor berjalan v Ambil lembaran linen yang telah dilapisi lem pada conveyor v Tempelkan lembaran linen pada punggung lembaran ordner v Pindahkan lembaran ordner yang telah di beri linen ke rak beroda v

    Bersihkan roll lem dengan menggunakan air dan bersihkan dengan menggunakan lap v

    Matikan mesin linen dengan menekan tombol "OFF" v

    Aktivitas non value added dan value added terdapat pada work instruction

    pada proses laminasi inner, eticket dan linen . Aktivitas non value added tersebut

    menimbulkan terjadinya motion waste yang dilakukan oleh pekerja dalam

    menjalankan proses. Melalui penga matan secara langsung pada proses pembuatan

  • 52 Universitas Kristen Petra

    ordner maka dapat diketahui terdapatnya motion waste pada proses laminasi

    inner, eticket dan linen yang dapat dilihat pada tabel 4.23

    Tabel 4.23. Perbandingan Work Instruction dengan Aktivitas Pekerja

    Process Work Instruction Aktivitas Pekerja

    Laminasi Inner

    Pekerja memindahkan lembaran ordner yang telah dilaminasi sebanyak 25 pieces ke atas palet.

    Pekerja memindahkan dan menumpuk lembaran ordner yang telah dilaminasi ke atas meja dengan jumlah melebihi 25 pieces. Pekerja kemudian menghitung dan memindahkan lembaran ordner dari meja ke atas palet sebanyak 25 pieces.

    Eticket

    Pekerja mengelap lembaran ordner yang sudah di pasang eticket dan memasukannya ke dalam roll penekan.

    Pekerja mengelap kembali lembaran ordner yang telah dipasang eticket ketika keluar dari roll penekan.

    Linen Pekerja mengambil material linen di meja kerja ketika material linen habis digunakan.

    Pekerja berjalan mengambil material linen ke rak persediaan material ketika material linen telah habis digunakan.

    Pada tabel diatas dapat dilihat perbandingan antara work instruction dengan

    aktivitas yang dilakukan pekerja selama produksi berlangsung. Aktivitas kerja

    tersebut tidak sesuai dengan work instruction yang dimiliki perusahaan sehingga

    terjadi motion waste. Motion waste yang sering terjadi ketika proses produksi

    berlangsung yaitu pada proses laminasi inner, proses eticket dan proses linen.

    Pada proses laminasi inner terjadinya motion waste disebabkan oleh cara

    pemindahan lembaran ordner yang dilaminasi tidak sesuai dengan work

    instruction yang diberikan. Pekerja memindahkan lembaran ordner dari bak

    penampung ke atas meja kerja dan kemudian menata lembaran ordner kemudian

    memindahkannya ke atas palet sebanyak 25 pieces. Aktivitas memindahkan

    lembaran ordner dari meja kerja ke atas palet merupakan aktivitas non value

    added yang seharusnya dihilangkan pada proses laminasi inner.

    Pada proses eticket terjadinya motion waste disebabkan oleh komponen roll

    penekan yang kotor sehingga mengakibatkan pekerja membersihkan kembali

    lembaran ordner yang telah dimasukkan ke dalam roll penekan. Pekerja

    seharusnya secara rutin membersihkan komponen roll penekan agar bersih dari

  • 53 Universitas Kristen Petra

    kotoran berupa sisa lem dan debu. Aktivitas mengelap kembali lembaran ordner

    yang telah dimasukkan ke dalam roll penekan merupakan aktivitas non value

    added yang seharusnya dihilangkan pada proses eticket.

    Pada proses linen terjadinya motion waste disebabkan oleh pekerja yang

    tidak menyiapkan material linen sebelum memulai proses produksi. Hal tersebut

    mengakibatkan pekerja sering berjalan mengambil material linen ke rak

    penyimpanan material ketika material linen habis. Aktivitas mengambil material

    linen merupakan non value added yang seharusnya dihilangkan pada proses linen.

    Berdasarkan hasil pengamatan selama tiga hari maka diperoleh frekuensi

    serta lamanya waktu yang disebabkan oleh adanya motion waste pada proses

    linen, laminasi inner, dan eticket yang dapat dilihat pada tabel 4.24

    Tabel 4.24. Pengukuran Motion Waste Ordner

    Tanggal Pengamatan Proses

    Frekuensi Terjadi Motion Waste

    Motion Time Waste (detik)

    Motion Time Waste (menit)

    04-Mei-2010 Laminasi Inner 4 kali 900,89 15,01

    Eticket 5 kali 305,27 5,08 Linen 3 kali 243,59 4,06

    05-Mei-2010 Laminasi Inner 5 kali 1093,97 18,23

    Eticket 5 kali 300,78 5,01 Linen 3 kali 244,57 4,07

    06-Mei-2010 Laminasi Inner 5 kali 1090,48 18,17

    Eticket 6 kali 359,91 5,99 Linen 2 kali 165,01 2,75

    Pada tabel diatas dapat dilihat frekuensi terjadinya motion waste pada proses

    linen, laminasi inner, dan eticket serta waktu yang dikeluarkan untuk setiap

    prosesnya. Selama tiga hari (tujuh jam kerja) pengamatan diperoleh banyaknya

    frekuensi terjadinya motion waste pada proses laminasi inner yaitu sebesar 13 kali

    dengan total waktu yang dikeluarkan selama 3085,34 detik atau 51,42 menit. Pada

    proses eticket memiliki frekuensi motion waste sebanyak 15 kali dengan total

    waktu yang dikeluarkan selama 965,96 detik atau 16,09 menit. Sedangkan pada

    proses linen frekuensi terjadinya motion waste yaitu sebanyak 8 kali dengan total

    waktu yang dikeluarkan selama 653,17 detik atau 10,88 menit.

  • 54 Universitas Kristen Petra

    4.3 .4. Defect Waste

    Terdapat beberapa tahapan dalam menganalisa kecacatan ordner yaitu

    dimulai pada kecacatan bahan baku ordner yang digunakan dan kecacatan yang

    terjadi pada setiap proses pembuatan ordner. Analisa dilakukan untuk dapat

    mengetahui penyebab dari kecacatan pada material dan proses pembuatan ordner.

    Berdasarkan data dokumentasi kecacatan ordner maka dapat digambarkan

    kecacatan terbesar melalui pareto chart dan menganalisa penyebab terjadinya

    kecacatan ordner dengan menggunakan fishbone diagram. Berikut adalah data

    kecacatan proses pembuatan ordner yang dapat dilihat pada tabel 4.25

    Tabel 4.25. Data Kecacatan Proses Pembuatan Ordner

    Proses Jenis Kecacatan Jumlah (Pieces)

    Pemotongan CIB zig-zag 2441

    CIB tdk standar 700 Laminasi Chipboard CIB bergelombang 440

    Laminasi Outer

    Outer sobek 636 Outer terbuka 72

    Outer bergaris putih 41 Outer bergelembung 90

    Laminasi Inner

    Inner terbuka 248 Inner bergelembung 151

    Inner sobek 77 Inner miring 227

    Linen Linen sobek 14 Linen miring 116

    Eticket Eticket miring 264 Eticket kotor 1

    Fingering Finger mirng 137 Radoring Rado miring 140 Mekanik Mekanik miring 129

    Berdasarkan data kecacatan diatas maka dapat dibuat pareto chart dari

    kecacatan proses pembuatan ordner awal sampai akhir yang dapat dilihat pada

    gambar 4.14

  • 55 Universitas Kristen Petra

    CIB zi

    g-zag

    CIB t d

    k stan

    dar

    Outer

    sobek

    CIB be

    rgelom

    bang

    Eticke

    t mirin

    g

    In ner

    terbuk

    a

    I nner

    m iri ng

    In ner

    be rge

    lembu

    ng

    Rado

    miring

    Finger

    mirng

    Mekan

    ik miri n

    g

    Linen

    mring

    Others

    2441 700 636 440 264 248 227 151 140 137 129 116 29541 12 11 7 4 4 4 3 2 2 2 2 5 41 53 64 71 76 80 84 86 89 91 93 95 100

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Defect

    CountPercentCum %

    Per

    cent

    Cou

    nt

    Kecacatan Ordner

    Gambar 4.14 Pareto Chart Kecacatan Proses Pembuatan Ordner

    Pada pareto chart diatas dapat dilihat besarnya prosentase kecacatan proses

    pembuatan ordner. Kecacatan pada proses pemotongan yaitu lembaran chipboard

    yang zig -zag dengan tingkat kecacatan sebesar 41 persen dan lembaran chipboard

    yang tidak standar dengan tingkat kecacatan sebesar 12 persen. Pada proses

    laminasi outer terdapat kecacatan berupa lapisan outer yang sobek dengan tingkat

    kecacatan sebesar 11 persen. Pada proses laminasi chipboard terdapat kecacatan

    berupa lembaran chipboard yang bergelombang dengan tingkat kecacatan sebesar

    7 persen. Pada proses laminasi inner kecacatan berupa lapisan inner yang terbuka

    dengan tingkat kecacatan sebesar 4 persen. Sedangkan pada proses eticket

    kecacatan berupa penempelan eticket yang miring dengan tingkat kecacatan

    sebesar 4 persen.

    Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pareto chart diatas maka dilakukan

    tindakan perbaikan dengan menganalisa terjadinya kecacatan pada proses

    pemotongan, laminasi chipboard, laminasi outer, laminasi inner dan pada proses

    eticket dengan menggunakan fishbone diagram.

  • 56 Universitas Kristen Petra

    4.3 .4.1. Defect Waste Proses Pemotongan

    Kecacatan pada proses pemotongan berupa dimensi ukuran lembaran

    chipboard yang dipotong tidak sesuai dengan standar sehingga melebihi batas

    toleransi pemotongan sebesar 1 milimeter dan lebar ordner yang dipotong tidak

    simetris (zig-zag). Lembaran ordner yang cacat tidak dapat di rework kembali

    sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan

    maka diketahui penyebab kecacatan pada proses pemotongan yaitu pada mesin

    potong yang digunakan. Mesin potong yang digunakan sering mengalami masalah

    pada bagian komponen yang berfungsi untuk mengukur dimensi pemotongan. Hal

    tersebut mengakibatkan dimensi ukuran lembaran chipboard tidak sesuai dengan

    ukuran standar. Faktor usia mesin yang sudah tua juga menyebabkan sering

    terjadinya kerusakan pada komponen mesin. Kecacatan yang disebabkan oleh

    rusaknya komponen pada mesin potong dapat diatasi dengan adanya pemeriksaan

    secara rutin oleh pihak perusahaan dengan melakukan kalibrasi pada komponen

    mesin potong. Setelah mengetahui kecacatan yang ada pada proses pemotongan

    maka dilakukan analisa penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone

    diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.15

    Gambar 4.15. Fishbone Diagram Proses Pemotongan

  • 57 Universitas Kristen Petra

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab kecacatan pada proses

    pemotongan yaitu disebabkan oleh metode dan mesin yang digunakan. Faktor

    metode kerja disebabkan oleh tidak rutinnya pengisian oli pelumas pada roda

    penggerak. Kurangnya oli pelumas ini menyebabkan keausan roda penggerak

    yang berfungsi untuk mengukur dimensi pemotongan. Sedangkan faktor mesin

    disebabkan oleh usia mesin yang sudah tua serta belum adanya keputusan dari

    pihak managemen untuk mengganti mesin potong yang ada.

    Terjadinya kecacatan pada proses pemotongan seringkali disebabkan oleh

    mesin potong yang digunakan. Berdasarkan wawancara dengan kepala unit

    mekanik maka diketahui mesin potong yang digunakan sering mengalami

    kerusakan sehingga berdampak pada cacatnya hasil pemotongan chipboard. Saat

    ini perusahaan jarang melakukan perawatan secara berkala pada mesin potong

    sehingga sering terjadi masalah ketika digunakan.

    4.3 .4.2. Defect Waste Proses Laminasi Chipboard

    Kecacatan pada laminasi chipboard berupa hasil laminasi yang

    bergelombang. Hal ini disebabkan oleh kurang keringnya lembaran chipboard

    yang telah dilaminasi. Perusahaan menilai kecacatan ini tidak sesuai dengan

    spesifikasi keinginan konsumen sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut.

    Perusahaan telah berusaha untuk mengatasi terjadinya kecacatan dengan

    memberikan fan dryers untuk mengeringkan lembaran chipboard yang telah

    dilaminasi. Setelah mengetahui kecacatan pada proses laminasi chipboard

    selanjutnya dilakukan analisa penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone

    diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.16

  • 58 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.16. Fishbone Diagram Proses Laminasi Chipboard

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab terjadinya

    kecacatan chipboard bergelombang yaitu disebabkan oleh mesin, metode dan

    pekerja. Kecacatan yang disebabkan oleh metode yaitu kondisi lembaran

    chipboard yang masih belum kering sehingga menjadi bergelombang. Kondisi

    udara yang lembab juga mempengaruhi pengeringan lembaran chipboard dan hal

    tersebut dapat diatasi dengan memberikan van dryers pada proses laminasi

    chipboard. Lembaran chipboard yang bergelombang tidak dapat digunakan untuk

    proses berikutnya karena tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Faktor lainnya

    yang mempengaruhi yaitu kotornya komponen perekat pada mesin laminasi. Hal

    ini menyebabkan kurangnya lapisan lem pada lembaran chipboard yang telah

    dilaminasi. Selain itu kecacatan juga disebabkan oleh pekerja yang jarang

    melakukan pemeriksaan pada lembaran chipboard yang telah di proses laminasi.

    Seharusnya pekerja melakukan pemeriksaan pada hasil laminasi chipboard

    sebelum di pindahkan ke proses berikutnya, akan tetapi hal tersebut tidak

    dilakukan karena menumpuknya pekerjaan.

    4.3 .4.3 Defect Waste Proses Laminasi Outer

    Kecacatan pada pr oses laminasi outer berupa gelembung kecil, lapisan

    outer yang sobek, laminasi outer yang terbuka dan garis putih pada lembaran

  • 59 Universitas Kristen Petra

    outer yang telah dilaminasi. Penyebab dari kecacatan lapisan outer yang terbuka

    dan lapisan outer yang sobek adalah mekanik pelipat pada mesin crathern

    mengalami gangguan sehingga hasil laminasi menjadi cacat. Perusahaan

    seharusnya memberikan pelatihan kepada operator proses laminasi outer agar

    dapat segera melakukan perbaikan ketika terjadinya gangguan.

    Kecacatan lainnya berupa gelembung kecil disebabkan oleh pekerja yang

    kurang tepat ketika menempelkan lembaran chipboard ke lembaran outer yang

    telah terlapisi lem. Sedangkan untuk kecacatan berupa garis putih pada lembaran

    outer disebabkan oleh kotornya komponen roll penekan pada mesin crathern.

    Kecacatan ini dapat dicegah dengan membersihkan roll secara rutin agar bersih

    dari kotoran yang menempel. Setelah mengetahui kecacatan pada proses laminasi

    outer selanjutnya dilakukan analisa penyebab kecacatan dengan menggunakan

    fishbone diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.17

    Gambar 4.17. Fishbone Diagram Proses Laminasi Outer

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab kecacatan lapisan

    outer yang sobek disebabkan oleh mesin dan pekerja. Kecacatan yang disebabkan

    oleh mesin dikarenakan mekanik pelipat yang mengalami gangguan karena

    putusnya belt karet. Belt karet ini berfungsi untuk melipat lembaran ordner yang

    telah di lapisi lembaran outer. Kondisi lapisan belt karet yang kotor juga

    mempengaruhi ketahanan belt karet yang digunakan. Selain itu kecacatan juga

  • 60 Universitas Kristen Petra

    disebabkan oleh pekerja yang kurang melakukan perawatan pada mesin crathern

    karena kurangnya pelatihan untuk merawat serta mengganti komponen yang rusak

    pada mesin crathern.

    4.3 .4.4 Defect Waste Proses Laminasi Inner

    Kecacatan pada proses laminasi inner yaitu adanya gelembung kecil pada

    lembaran ordner, sobeknya lapisan inner, terbukanya laminasi inner dan

    penempelan lapisan inner yang miring. Kecacatan berupa hasil laminasi inner

    yang miring disebabkan oleh operator yang kurang terlatih untuk menempelkan

    lembaran inner ke lembaran ordner. Sedangkan kecacatan berupa gelembung

    kecil dan laminasi inner yang terbuka pada lembaran ordner disebabkan oleh

    tidak meratanya lapisan lem pada permukaan lembaran inner. Lembaran ordner

    yang cacat pada proses laminasi inner nantinya akan di rework dan di proses

    ulang dengan cara melepas kembali lembaran inner dan menempelkannya dengan

    lembaran inner yang baru. Setelah mengetahui kecacatan pada proses laminasi

    inner selanjutnya dilakukan analisa penyebab kecacatan dengan menggunakan

    fishbone diagram yang dapat dilihat pada gambar 4.18

    Gambar 4.18. Fishbone Diagram Proses Laminasi Inner

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab dari kecacatan hasil

    laminasi inner yang terbuka yaitu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

  • 61 Universitas Kristen Petra

    pekerja dan mesin. Kecacatan yang disebabkan oleh faktor metode disebabkan

    belum adanya jadwal yang berfungsi sebagai panduan pekerja untuk melakukan

    pengisian cairan lem pada roll lem sehingga mempengaruhi hasil laminasi inner.

    Sedangkan kecacatan yang disebabkan oleh faktor mesin dikarenakan cairan lem

    pada tungku roll lem habis sehingga mengakibatkan hasil laminasi terbuka karena

    kurangnya la pisan lem yang diberikan.

    4.3 .4.5 Defect Waste Proses Eticket

    Kecacatan pada proses eticket berupa mirngnya eticket yang di tempelkan

    pada lembaran ordner dan terdapat sisa lem pada eticket yang telah ditempel pada

    lembaran ordner. Kecacatan berupa miringnya penempelan eticket disebabkan

    oleh operator yang kurang teliti ketika menempelkan eticket pada lembaran

    ornder. Sedangkan kecacatan terdapatnya sisa lem pada lembaran ordner

    disebabkan oleh operator yang tidak membersihkan lembaran ordner yang telah di

    tempel eticket dengan kain pembersih. Lembaran ordner yang cacat kemudian di

    rework kembali dengan menempelkan eticket yang baru pada lembaran ordner.

    Setelah mengetahui kecacatan pada proses eticket selanjutnya dilakukan analisa

    penyebab kecacatan dengan menggunakan fishbone diagram yang dapat dilihat

    pada gambar 4.19

    Gambar 4.19. Fishbone Diagram Proses Eticket

  • 62 Universitas Kristen Petra

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab dari kecacatan

    eticket miring yaitu disebabkan oleh faktor pekerja dan metode. Pekerja yang

    kurang teliti ketika menempelkan eticket ke lembaran ordner disebabkan oleh

    adanya pergantian pekerja baru yang masih belum memiliki pengalaman yang

    cukup. Sedangkan kecacatan pada metode yaitu dikarenakan posisi penempatan

    lembaran ordner yang akan di eticket miring, sehingga eticket yang ditempelkan

    menjadi miring. Minimnya fasilitas kerja seperti tidak adanya kotak untuk

    menempatkan lembaran ordner juga menyebabkan miringnya penempelan eticket.

    4.3 .4.6 Defect Waste Material Ordner

    Pada penerimaan bahan baku ordner terdapat beberapa kriteria kecacatan

    yang tidak dapat ditoleransi oleh perusahaan. Berikut adalah kriteria kecacatan

    pada bahan baku ordner. Pada lembaran chipboard pengecekan kecacatan

    dilakukan dengan me lihat kondisi chipboard, dan apabila terdapat kecacatan

    berupa tebal yang tidak standar, maka material tersebut dinyatakan cacat. Pada

    lembaran outer pengecekan kecacatan dilakukan dengan melihat permukaan

    lembaran dan jika ditemukan kecacatan berupa warna outer yang kabur maka

    material tersebut dinyatakan cacat. Sedangkan pada lembaran linen dan eticket

    pengecekan dilakukan dengan melihat permukaan lembaran dan jika ditemukan

    permukaan linen yang berlubang maka material tersebut akan dinyatakan cacat.

    Pada logam finger ring, rado ring dan mekanik pengecekan kecacatan dilakukan

    dengan melihat apakah lapisan logam rusak. Produk cacat yang ditemukan ketika

    dilakukan pemeriksaan akan dikembalikan ke supplier sesuai dengan perjanjian

    mengenai kualitas produk.

    Berdasarkan data dokumentasi kecacatan material yang dimiliki

    perusahaan maka dapat dilakukan analisa dengan menggunakan pareto chart dan

    fishbone diagram. Data kecacatan material ordner dapat dilihat pada lampiran 7.

    Pareto chart material ordner dapat dilihat pada gambar 4. 20

  • 63 Universitas Kristen Petra

    Gambar 4.20. Pareto Chart Raw Material Ordner

    Pada pareto chart diatas dapat dilihat kecacatan berupa lembaran outer

    yang memiliki warna yang kabur dengan tingkat kecacatan sebesar 86,8 persen.

    Kecacatan pada material chipboard berupa lembaran chipboard yang tipis

    memiliki tingkat kecacatan sebesar 8,5 persen. Sedangkan untuk kecacatan

    lainnya yaitu seperti logam mekanik rusak, lembaran linen dan eticket berlubang

    memiliki tingkat kecacatan sebesar 4,7 persen. Material outer harus mendapat

    perhatian secara khusus agar kecacatan pada material tersebut dapat dikurangi.

    Penyebab dari terjadinya kecacatan dari material outer dapat dilihat dengan

    menggunakan bantuan fishbone diagram pada gambar 4.21

    Gambar 4.21. Fishbone Diagram Material Outer

    Count

    Pe rce nt

    DefectCount

    86,8 95,3 100,0

    9777 960 533Percent 86,8 8,5 4,7Cum %

    OtherChipboard Tipis Warna Outer Kabur

    12000

    10000

    8000

    6000

    4000

    2000

    0

    100

    80

    60

    40

    20

    0

    Kecacatan Raw Material Ordner

  • 64 Universitas Kristen Petra

    Pada fishbone diagram diatas dapat dilihat penyebab dari kecacatan

    material ordner yaitu outer. Faktor supplier menyebabkan terjadinya kecacatan

    material outer dikarenakan adanya perbedaan standar kualitas warna ordner yang

    diinginkan oleh perusahaan. Perbedaan tersebut dikarenakan kurangnya

    komunikasi perusahaan kepada supplier tentang kriteria warna material outer

    yang diinginkan. Selain itu jumlah outer yang cacat juga melebihi perjanjian yang

    telah disepakati. Hal tersebut dikarenakan perusahaan pada saat ini masih belum

    memiliki standar batas toleransi kecacatan jumlah material yang diterima.

  • 65 Universitas Kristen Petra

    4.3 .5. Processing Waste

    Terdapat processing waste pada beberapa proses produksi yang ada pada

    departemen ordner yaitu pada proses laminasi outer, proses laminasi inner, proses

    eticket, dan proses linen. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat

    diketahui penyebab terjadinya processing waste pada proses-proses tersebut.

    Processing waste disebabkan oleh ketidaktepatan proses yang disebabkan faktor

    pekerja , mesin dan peralatan yang digunakan ketika mengerjakan ordner sehingga

    diperlukan pengerjaan ulang.

    Pada proses laminasi outer terjadinya processing waste dikarenakan

    terbukanya lapisan outer pada lembaran ordner yang telah di laminasi sehingga

    dilakukan pengulangan proses. Ordner yang di proses ulang disebabkan oleh

    rusaknya komponen pelipat yang ada pada mesin crathern sehingga

    mengakibatkan tidak efesiennya proses kerja. Pekerja hendaknya segera

    melakukan perbaikan ketika mesin mengalami kerusakan sehingga jumlah ordner

    yang di proses ulang tidak bertambah. Waktu yang dikeluarkan untuk setiap kali

    terjadinya processing waste pada proses laminasi outer yaitu sebesar 18,87 detik

    atau 0,3145 menit.

    Pada proses laminasi inner terjadi processing waste dikarena kan kurang

    tepatnya proses yang dilakukan pekerja yaitu diantaranya penempelan lapisan

    inner yang miring dan adanya gelembung kecil pada permukaan ordner yang telah

    di laminasi. Tidak tepatnya pengerjaan proses tersebut disebabkan oleh kurang

    telitinya pekerja ketika menempelkan lembaran inner pada ordner. Pekerja

    melepas lapisan inner pada ordner yang di proses ulang dan menempelkan

    kembali lapisan inner yang baru pada lembaran ordner. Ketidaktepatan proses

    tersebut menimbulkan kerugian berupa waktu dan material untuk mengulangi

    proses laminasi inner. Waktu yang dikeluarkan untuk setiap kali terjadinya

    processing waste pada proses laminasi inner yaitu sebesar 31,41 detik atau 0,52

    menit.

    Pada proses linen terjadi processing waste berupa tidak meratanya

    pemberian lapisan lem pada material linen sehingga dilakukan pengulangan

    proses kembali. Tidak tepatnya pengerjaan proses tersebut disebabkan oleh mesin

    linen yang mengalami masalah pada komponen roll pemutar sehingga aliran lem

  • 66 Universitas Kristen Petra

    tidak mengalir secara merata. Tidak berfungsinya mesin linen dengan baik juga

    disebabkan oleh faktor usia mesin yang sudah tua sehingga mesin tidak berfungsi

    secara optimal. Waktu yang dikeluarkan untuk setiap kali terjadinya processing

    waste pada proses linen yaitu sebesar 33,62 detik atau 0,56 menit.

    Pada proses eticket ordner terjadi processing waste dikarena kan kurang

    tepatnya proses yang dilakukan pekerja, yaitu diantaranya tidak lurusnya eticket

    yang ditempelkan, dan eticket yang kotor. Processing waste berupa penempelan

    eticket yang tidak lurus disebabkan oleh pekerja yang kurang teliti ketika

    memasang eticket pada lembaran ordner. Pekerja terkadang tidak lurus

    menempatkan lembaran ordner pada meja kerja sehingga eticket yang

    ditempelkan menjadi miring. Processing waste lainnya berupa eticket yang kotor

    disebabkan oleh kelalaian pihak quality control ketika memeriksa material eticket

    yang masuk sehingga masih terdapatnya material yang cacat. Pekerja mengulang

    proses dengan cara melepas eticket pada lembaran ordner dan menempelkan

    kembali lembaran eticket baru, kemudian mengelapnya dengan kain pembersih.

    Waktu yang dikeluarkan untuk setiap kali terjadinya processing waste pada proses

    eticket yaitu 23,41 detik atau 0,39 menit.

  • 67 Universitas Kristen Petra

    4.3 .6. Transportation Waste

    Transportation waste terjadi karena adanya perpindahan material dari satu

    proses ke proses berikutnya pada departemen ordner. Waktu trasnportasi untuk

    setiap proses produksi ordner dapat dilihat secara keseluruhan pada value stream

    mapping yang telah dibuat sebelumnya. Besarnya waktu transportasi untuk

    keseluruhan produk ordner dapat dilihat pada tabel 4.26

    Tabel 4.26. Transportation Time Ordner

    Jenis Ordner Total Waktu Trans portasi (detik) Total Waktu Transportasi

    (menit) Plain 401 414,12 6,902 Plain 402 416,22 6,937 Plain 403 415,92 6,932 PVC 401 435,30 7,255 PVC 402 435,22 7,253 PVC 403 437,42 7,290

    Marble 401 305,82 5,097 Marble 402 306,88 5,114 Marble 403 306,73 5,112

    Pada tabel diatas dapat dilihat besarnya waktu transportasi yang di dapat

    dari menjumlahkan waktu transportasi dari satu proses ke proses berikutnya untuk

    keseluruhan produk ordner. Waktu transportasi tertinggi terdapat pada produk

    ordner plain dengan ukuran 401, 402 dan 403 yaitu dengan rata-rata sebesar

    415,42 detik atau 6,923 menit. Waktu trans portasi terkecil terdapat pada

    pembuatan ordner marble dengan ukuran 401, 402 dan 403 yaitu dengan rata -rata

    sebesar 306,47 detik atau 5,107 menit. Waktu trans portasi untuk ordner marble

    lebih kecil jika dibandingkan dengan ordner lainnya karena memiliki proses

    produksi yang lebih pendek.

    Tingginya waktu transportasi pada keseluruhan produk ordner dipengaruhi

    oleh waktu transportasi dari proses mekanik dan packing ke gudang produk jadi.

    Letak gudang produk jadi berada di luar departemen ordner sehingga diperlukan

    waktu untuk memindahkan ordner. Perusahaan pada saat ini tidak menginginkan

    adanya perubahan letak fasilitas kerja karena diperlukan biaya dan waktu untuk

    memindahkan mesin kerja. Data waktu transportasi dapat dilihat pada lampiran 4

  • 68 Universitas Kristen Petra

    4.3 .7. Waiting Waste

    Waiting waste terjadi karena adanya waktu tunggu pada setiap proses

    pembuatan. Waktu tunggu pada proses pembuatan ordner juga dipengaruhi oleh

    adanya waktu trans portasi untuk memindahkan material. Berikut adalah waktu

    tunggu yang dapat dilihat pada tabel 4.27

    Tabel 4.27. Waiting Time Ordner

    Jenis Ordner Total Waktu Tunggu

    (detik) Total Waktu Tunggu

    (menit) Plain 401 459,72 7,662

    Plain 402 461,42 7,690 Plain 403 461,52 7,692

    PVC 401 524,50 8,741 PVC 402 524,42 8,740 PVC 403 526,62 8,777

    Marble 401 340,52 5,675 Marble 402