4 penganggaran-berbasis-kinerja

22
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA LATAR BELAKANG AKUNTABILITAS KINERJA SISTEM PENGANGGARAN tedirustendi32.wordpress.com

Transcript of 4 penganggaran-berbasis-kinerja

PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

LATAR BELAKANGAKUNTABILITAS KINERJASISTEM PENGANGGARAN

tedirustendi32.wordpress.com

LATAR BELAKANG

PP No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan :Penganggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah yang meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode tertentu.

Pada sektor publik :Penganggaran merupakan proses pengalokasian sumber daya keuangan negara yang terbatas (penerimaan dan sumber pembiayaan defisit) untuk digunakan sebagai pengeluaran pada setiap unit-unit pemerintahan.

Secara umum, fungsi penganggaran adalah :1. Pengendalian keuangan terhadap masukan.2. Pengelolaan terhadap aktivitas yang sedang berjalan3. Perencanaan4. Penentuan prioritas5. Akuntabilitas

TERUSAN : LATAR BELAKANG

Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah memiliki pengaruh terhadap akuntansi dan pelaporan keuangan, sebab :1. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.2. Anggaran merupakan target fiskal yang

menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan.

3. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.

4. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

TERUSAN : LATAR BELAKANG

Sebelum diberlakukannya UU No 17 Th 2003, sistem penganggaran yang digunakan di Indonesia adalah Line-Item Budgeting, yaitu sistem penganggaran tradisional yang berbasis objek yang harus dibelanjai.

Penganggaran tradisional memiliki ciri :1. Penyusunan anggaran berdasarkan pos belanja (menampilkan

anggaran dalam perspektif sifat dasar suatu pengeluaran)2. Menggunakan konsep inkrementalisme (jumlah anggaran tertentu

ditentukan berdasarkan jumlah realisasi tahun sebelumnya dengan tingkat perubahan (kenaikan/penurunan) tertentu.

Penganggaran tradisional memberikan kemudahan dan ketat dalam pengendalian pengeluaran kas karena angka yang dicantumkan dalam dokumen anggaran merupakan pagu/plafon yang tidak boleh dilampaui.

TERUSAN : LATAR BELAKANG

Sistem penganggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan al :1. Orientasi pada pengendalian pengeluaran (expenditure control oriented).

Akuntabilitas terbatas pada besar dan cara pengeluaran dialokasikan, dan bukan pada hasil (outcome) yang dicapai. Pengabaian pada outcome tersebut diduga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya korupsi oleh aparatur pemerintah.

2. Dikotomi belanja rutin dan pembangunan yang tidak jelas (ambiguity distinction between capital and revenue expenditure). Dikotomi tersebut menimbulkan praktek pergeseran anggaran (“rutin yang diproyeksikan”), misalnya biaya pemeliharaan barang modal yang seharusnya menjadi belanja rutin dimasukan sebagai belanja pembangunan. Selain itu terdapat juga masalah kesinambungan pembiayaan, misalnya pengadaaan barang modal melalui belanja pembangunan, tidak diimbangi dengan ketersediaan dana rutin untuk memelihara barang modal tersebut, sehingga banyak barang modal milik pemerintah yang tidak dapat dioperasikan atau rusak karena tidak tersedia dana operasional/pemeliharaan rutinnya.

TERUSAN : LATAR BELAKANG

3. Basis alokasi yang tidak jelas (allocation based is not clear). Kinerja suatu instansi untuk mendapatkan insentif kenaikan anggaran didasarkan kepada kemampuan mengkonsumsi anggaran yang disediakan tanpa memandang apakah instansi tersebut ekonomis, efisien dan efektif dalam melaksanakan program/kegiatan yang ditetapkan. Dengan kata lain, akuntabilitas ditentukan oleh kemampuan instansi dalam menyerap anggaran, dan bukan oleh tingkat kinerja yang dicapai.

4. Cenderung tidak fleksibel (rigid). Perubahan kondisi yang menuntut dilakukannya efisiensi dalam bidang-bidang tertentu terhambat oleh tidak fleksibelnya pergeseran antara satu alokasi dengan alokasi anggaran lainnya.

5. Orientasi pada satu tahun anggaran (short-term perspective). Orientasi jangka pendek mengakibatkan kesinambungan penganggaran sulit untuk diterapkan dan sering tidak konsisten.

TERUSAN : LATAR BELAKANG

Distorsi penilaian kinerja pada penganggaran tradisional tersebut

mendorong pemerintah untuk merumuskan sistem akuntabilitas kinerja yang lebih terukur dengan

indikator yang meliputi faktor masukan, proses, keluaran, hasil, (benafit), dan

dampak.

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu penyelenggara pemerintahan untuk

mempertanggungjawabkan (keberhasilan/kegagalan) pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan

sasaran periodik yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja.

Tujuan utama akuntabilitas kinerja pada unit-unit pemerintah meliputi dua hal mendasar yaitu : 1.peningkatan akuntabilitas publik instansi pemerintah,2.peningkatan efisiensi, efektivitas maupun

produktivitas kinerja organisasi pemerintah dan sekaligus meminimalkan peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.

TERUSAN : AKUNTABILITAS KINERJA

Sistem akuntabilitas kinerja yang diterapkan di Indonesia (Inpres No 7 Th 1999) merupakan suatu

tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengukuran, dan pelaporan yang membentuk siklus akuntabilitas kinerja yang tidak terputus dan terpadu.

Sistem akuntabilitas memiliki 4 (empat) fase yaitu :1.Penyusunan rencana strategis2.Pengukuran kinerja3.Pelaporan kinerja4.Pemanfaatan informasi bagi perbaikan kinerja

secara berkesiambungan.

TERUSAN : AKUNTABILITAS KINERJA

Perencanaan strategis merujuk kepada proses penentuan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis organisasi, dan menetapkan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut

dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan organisasi instansi.

Perencanaan strategis merupakan costumer-driven strategic planning karena terfokus kepada keinginan dan kebutuhan

masyarakat sebagai stakeholder utama.

Penjabaran :Pertama : Perencanaan strategis

Kedua : Rencana kinerja tahunan (annual performance plan) yang memuat seluruh target kinerja dalam satu tahun yang dituangkan

dalam sejumlah indikator kinerja kunci (key performance indicators).

Ketiga : Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (performance-based budget).

TERUSAN : AKUNTABILITAS KINERJA

Penetapkan sistem pengukuran kinerja diperlukan bagi implementasi perencanaan strategis.

Indikator kinerja akan meliputi indikator kinerja keluaran (output), indikator kinerja hasil (outcome), dan indikator kinerja dampak

(impact).

Penetapan indikator kinerja didasarkan kepada :sasaran (output – outcome), tujuan (outcome – impact) ,

data pendukung yang harus diorganisasikan.

Indikator kinerja hendaknya bersifat : (a) spesifik dan jelas ;

(b) dapat diukur secara objektif ; (c) relevan dengan sasaran dan tujuan;

(d) tidak ambigu/bias.

TERUSAN : AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran Kinerja :Data/capaian kinerja dibandingkan dg rencana kinerja,

dianalisis, serta diungkapkan faktor-faktor penyebab dan langkah-langkah perbaikan yang telah/akan dilakukan.

Hasil pengukuran tersebut dilaporkan kepada publik dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP).

Laporan tersebut merupakan bahan pertimbangan bagi perbaikan kinerja yang berkesinambungan.

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mempresentasikan pertanggungjawaban instansi pemerintah atas capaian

kinerjanya.

PENGANGGARAN

Rencana kinerja tahunan memuat informasi mengenai :1. Sasaran yang ingin dicapai pada periode tertentu.2. Kelompok indikator kinerja yang diharapkan dari

suatu kegiatan.3. Tingkat kinerja yang diharapkan dapat dicapai pada

periode tertentu.4. Indikator keberhasilan atas tingkat kinerja yang

diharapkan tersebut.5. Rencana perolehan sumber data indikator kinerja

yang diharapkan.

Rencana kinerja merupakan dasar bagi instansi pemerintah untuk menyusun dan mengajukan

anggaran yang berbasis kinerja.

TERUSAN : PENGANGGARAN

Sistem penganggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang akan mengaitkan kinerja unit-unit kerja

pemerintah dengan alokasi anggaran yang akan dilaksanakan, serta berpedoman kepada kerangka kerja yang meliputi beberapa periode

penganggaran sesuai dengan prinsip pembiayaan yang berkesinambungan (sustainable financing).

Penganggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan sistematis untuk membantu pemerintah menjadi lebih tanggap kepada

masyarakat pembayar pajak dengan mengaitkan pendanaan program pada kinerja produksi (menekankan kepada hubungan antara dana

yang dianggarkan dengan hasil yang diharapkan).

Anggaran Berbasis Kinerja (performance-based budget) merepresentasikan hubungan antara aspek keuangan dari seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dengan sasaran strategis

dan indikator kinerja dalam rangka pencapaian visi dan misi pemerintah.

TERUSAN : PENGANGGARAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari Penganggaran Berbasis Kinerja tersebut adalah :1. Fokus kepada hasil (focuses on results). Pengendalian

anggaran bergeser dari pengendalian masukan ke arah pengendalian hasil (outcome) yang dapat lebih mendorong kepada upaya utnuk menciptakan good governance dengan menekan korupsi. Dalam hal ini anggaran tidak hanya berfungsi sebagai tool for controlling inputs tetapi juga berkembang lebih jauh sebagai alat akuntabilitas yang lebih luas.

2. Lebih Fleksibel. Pergeseran anggaran dimungkinkan untuk mencapai keekonomisan dan efisiensi sepanjang berada dalam lingkup sasaran strategis yang sama.

TERUSAN : PENGANGGARAN

3. Lebih dapat dievaluasi. Hal tersebut dimungklinkan karena adanya keterkaitan antara sasaran strategis yang ingin dicapai dengan jumlah dana yang dialokasikan.

4. Mempermudah pengambilan keputusan. Hal tersebut dimungkinkan karena terdapat informasi kinerja yang menjadi fokus pertimbangan para pengambil keputusan.

5. Perspektif jangka panjang. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya integrasi antara sistem akuntabilitas kinerja dengan sistem penganggaran yang merujuk kepada implementasi siklus manajemen strategis dengan titik tolak pada penetapan rencana strategis.

TERUSAN : PENGANGGARAN

Guna mengimplementasikan sistem penganggaran berbasis kinerja, diperlukan persyaratan sbb :1. Kejelasan sasaran strategis.2. Ketersediaan dan pengembangan indikator kinerja3. Adanya keterkaitan antara sasaran strategis dengan

indikator kinerja4. Kejelasan akuntabilitas kinerja dan laporan akuntabilitas

kinerja yang menekankan kepada hasil (outcome).5. Perlu perencanaan lebih awal guna mencapai konsensus.6. Adanya kepemimpinan yang baik untuk mempromosikan

perubahan7. Kehati-hatian dalam implementasi (serentak atau pilot

project).

TERUSAN : PENGANGGARAN

Konsekuensi dan dampak penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam konteks undang-undang keuangan negara yang baru meliputi :1. Perubahan klasifikasi anggaran dan

integrasinya dengan sistem akuntansi pemerintahan.

2. Aturan mengenai fleksibilitas anggaran perlu diseimbangkan dengan akuntabilitas.

3. Restrukturisasi program-program pemerintah.

APBN/D

Dokumen anggaran negara memuat :1. Estimasi pendapatan2. Apropriasi belanja3. Apropriasi transfer4. Surplus (defisit) anggaran5. Estimasi penerimaan pembiayaan6. Apropriasi pengeluaran pembiayaan7. Pembiayaan neto anggaran8. SILPA (SIKPA) anggaran

TERUSAN APBN/D

Pendapatan diklasifikasikan berdasarkan ekonomi/jenis pendapatan :Contoh Klasifikasi Pendapatan pada APBN :1. Pendapatan Perpajakan :

1) Pendapatan PPh2) Pendapatan PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah3) Pendapatan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan4) Pendapatan Cukai5) Pendapatan Bea Masuk6) Pendapatan Pajak Ekspor7) Pendapatan Pajak Lainnya

2. Pendapatan Negara Bukan Pajak :8) Pendapatan Sumber Daya Alam9) Pendapatan Bagian Pemerintah Atas Laba10)Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya

3. Pendapatan Hibah : Pendapatan Hibah

TERUSAN APBN/D

Contoh Klasifikasi Pendapatan pada APBD Kota/Kab :1. Pendapatan Asli Daerah :

1) Pendapatan Pajak Daerah2) Pendapatan Retribusi Daerah3) Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan4) Lain-lain PAD Yang Sah

2. Pendapatan Transfer :5) Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan (klasifikasi : Dana

Bagi Hasil Pajak ; Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam ; Dana Alokasi Umum ; Dana Alokasi Khusus)

6) Transfer Pemerintah Pusat Lainnya (klasifikasi : Dana Otonomi Khusus ; Dana Penyesuaian)

7) Transfer Pemerintah Provinsi (klasifikasi : Pendapatan Bagi Hasil Pajak ; Pendapatan Bagi Hasil lainnya)

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah :8) Pendapatan Hibah 9) Pendapatan Dana Darurat 10)Pendapatan Lainnya)

TERUSAN : APBN/D

Belanja diklasifikasikan menurut :1. Klasifikasi Ekonomi, yaitu pengelompokan belanja berdasarkan jenis

belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.2. Klasifikasi Organisasi, yaitu pengelompokan biaya berdasarkan unit

organisasi pengguna anggaran. (Contoh untuk Pemda : belanja Sekretariat DPRD ; belanja Sekretariat Pemda ; belanja Dinas ; belanja Lembaga Teknis)

3. Klasifikasi Fungsi, yaitu pengelompokan belanja berdasarkan fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Contoh untuk Pemda : Pelayanan Umum ; Pertahanan ; Ketertiban dan Keamanan ; Ekonomi ; Perlindungan Lingkungan Hidup ; Perumahan Dan Pemukiman ; Kesehatan ; Pariwisata Dan Budaya ; Agama ; Pendidikan ; Perlindungan Sosial).

Catatan :Aplikasi pada format APBN/APBD seuai Standar Akuntansi Pemerintahan, baik anggaran pendapatan maupun anggaran belanja menggunakan klasifikasi ekonomi.

0)(o