4. Karakteristik Pasien Yang Mengalami Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (c a p d )...

download 4. Karakteristik Pasien Yang Mengalami Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (c a p d ) Berdasarkan Identitas ,Perubahan Serum Kreatinin Dan Kalium, Komplikasi, Etiologi , Dan

of 5

description

hsjnjc

Transcript of 4. Karakteristik Pasien Yang Mengalami Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (c a p d )...

  • Wibisono, Yenni Kandarini, Suharjendro, G Wirya K Duarsa

    KARAKTERISTIK PASIEN YANG MENGALAMI CONTINUOUS

    AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) BERDASARKAN

    IDENTITAS, PERUBAHAN SERUM KREATININ DAN KALIUM,

    KOMPLIKASI , ETIOLOGI , DAN KEADAAN UMUM PASCA

    CAPD

    ABSTRACT

    Objective: To study characteristics of CAPD patients at Sanglah Hospital, Denpasar by identity, change in serum creatinine

    and potassium, complications, etiology and general condition post CAPD. Material & methods: Study sample consisted of

    31 patients with chronic kidney disease stage V at Sanglah Hospital and underwent CAPD catheter insertion between June

    2004 and February 2006. Data was collected by hand searching registration numbers of patients with CAPD in the

    Nephrology Department of Udayana University, Sanglah Hospital. Data recorded were patients identity, change in serum

    creatinine and potassium pre- and post-CAPD catheter insertion, complications and general condition. Study data was

    analyzed by descriptive statistics. Results: The study enrolled 31 patients, 52% male and 48% female. The largest subgroup

    of patients were graduates of academies or university (39%). Serum creatinine levels in 54% of patients decreased after

    CAPD by a mean difference of 0,65 mg/dL. Potassium levels decreased in 68% of patients by a mean difference of 0,3

    mmol/L. There were no complications in 79%, minor complications in 14% and 7% of patients required operative

    correction. Causes of terminal kidney failure were chronic pyelonephritis (41%), diabetic kidney disease (26%), and

    chronic glomerulonephritis (23%). A majority of patients (78%) were in good general condition post CAPD insertion.

    Conclusion: Male to female distribution of patients who underwent CAPD catheter insertion at Sanglah hospital between

    June 2004 and February 2006 was almost equal. Most were graduates of academy/university, with place of residence

    outside Denpasar, and reported decrease in serum creatinine and potassium after CAPD. There were no complications in

    the majority of patients, and the most frequent cause of terminal kidney failure was chronic pyelonephritis.

    Keywords: End stage renal disease, renal replacement therapy, CAPD.

    Correspondence: Wibisono, c/o: Bagian/SMF Urologi, FK Universitas Udayana/RS Sanglah Denpasar, Jl. Nias No. 1

    Denpasar - Bali.

    PENDAHULUAN

    Di negara berkembang, morbiditas dan mortalitas

    pasien dengan end stage renal disease (ESRD) masih

    tinggi, dengan angka mortalitas sekitar 22%. Jumlah pasien

    gagal ginjal yang diterapi dengan dialisis dan transplantasi

    diprediksi terus meningkat dari 340.000 pada tahun 1999

    dan mencapai 651.000 pada 2010. Tingginya morbiditas

    dan mortalitas ini dapat diturunkan secara signifikan jika

    pasien secara dini mendapat renal replacement therapy

    (RRT). Selain itu, dengan meningkatnya pengetahuan

    tentang proses penyakit ini, pandangan baru tentang

    patogenesis, dan pilihan terapeutik yang baru dapat

    meningkatkan angka ketahanan hidup dan kualitas hidup

    1

    pada pasien dengan ESRD. Sampai saat ini ada 3 jenis

    RRT yaitu hemodialisis, dialisis peritoneal, dan

    transplantasi ginjal, dimana sudah lebih dari 35 tahun RRT

    dengan cara dialisis dan transplantasi ini dapat

    memperpanjang hidup ratusan dari ribuan pasien dengan 2

    ESRD.

    Pilihan terapi yang tersedia untuk pasien gagal ginjal

    tergantung pada onsetnya, akut atau kronik. Pada gagal

    ginjal kronik atau ESRD pilihan terapi meliputi

    hemodialisis; dialisis peritoneal seperti continuous

    ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), intermitten

    peritoneal dialysis (IPD), dan continuous cyclic

    51

  • 3peritoneal dialysis (CCPD); atau transplantasi ginjal.

    Jumlah pasien yang tetap hidup dengan terapi

    dialisis di Amerika Serikat terus meningkat dari tahun ke

    tahun. Di negara ini mortalitas pasien dengan dialisis

    mendekati 18% per tahun. Kematian ini disebabkan 1

    karena masalah penyakit kardiovaskular dan infeksi.

    Lima belas persen populasi dialisis di dunia

    menggunakan cara dialisis peritoneal. Dialisis peritoneal

    merupakan suatu proses dialisis di dalam rongga perut

    yang bekerja sebagai penampung cairan dialisis dan

    peritoneum sebagai membran semipermeabel yang

    berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh

    yang berlebihan dan solute yang berisi racun ureum yang 4

    akan dibuang. Dialisis peritoneal digunakan hampir

    12% pada populasi dialisis di Amerika Serikat. Di negara

    berkembang, populasi pasien dengan dialisis peritoneal

    ini cenderung naik.

    Sejumlah mesin otomatis telah dikembangkan untuk

    membantu agar proses dialisis menjadi lebih sederhana 5

    dan lebih mudah. Kemudian pada tahun 1976

    diperkenalkan salah satu teknik peritoneal dialisis yaitu

    continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan

    langsung dapat diterima sebagai terapi alternatif untuk 6

    pasien dengan gagal ginjal. Continuous pada CAPD ini

    berarti bahwa cairan dialisat selalu berhubungan dengan

    membrane peritoneum, kecuali pada saat penggantian 7

    cairan dialisat. Idealnya CAPD ditunda sampai 10-14 hari

    setelah pemasangan kateter. Pada masa ini pasien perlu 8

    dilakukan hemodialisis.

    Angka ketahanan hidup pada pasien yang

    menggunakan hemodialisis dibandingkan dengan dialisis

    peritoneal hampir sama. Perkecualian pada pasien diabetik

    usia tua yang mendapatkan terapi CAPD dimana mereka

    mempunyai risiko relatif kematian 1,26 kali dibandingkan

    mereka yang diterapi dengan hemodialisis. Faktor

    komorbid yang tidak diukur mungkin dapat menjelaskan

    terjadinya perbedaan ini atau mungkin juga karena adanya 9

    bias yang tidak terdeskripsi.

    Angka ketahanan hidup pasien yang menggunakan

    hemodialisis dibandingkan dengan dialisis peritoneal

    hampir sama, dan adanya beberapa kelebihan dialisis

    peritoneal antara lain lebih fleksibel, lebih murah dan

    teknik yang lebih sederhana, maka penggunaan CAPD di

    Indonesia cenderung lebih disukai.

    TUJUAN PENELITIAN

    Mengetahui karakteristik pasien CAPD ber-

    dasarkan identitas, perubahan serum kreatinin dan

    kalium, komplikasi, etiologi, dan keadaan umum pasca

    CAPD.

    BAHAN DAN CARA

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

    retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah semua

    pasien, yaitu 31 pasien dengan Chronic Kidney Disease

    Stage V yang dirawat di RS Sanglah dan dilakukan CAPD

    pada bulan Juni 2004 sampai Februari 2006.

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari

    nomor registrasi pasien yang dilakukan CAPD di bagian

    Nefrologi FK UNUD/RS. Sanglah dan kemudian

    mencatat identitas pasien, perubahan serum kreatinin dan

    kalium sebelum dan sesudah CAPD, komplikasi,

    dan keadaan umum pasien dari catatan rekam

    mediknya di bagian Rekam Medik RS Sanglah untuk

    pasien yang sudah pulang, dan dari catatan rekam medik di

    Poliklinik CAPD dan ruang rawat inap di RS Sanglah

    untuk pasien yang masih kontrol atau dirawat di RS

    Sanglah. Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara

    deskriptif.

    HASIL PENELITIAN

    Dari data yang diperoleh didapatkan 31 orang yang

    dilakukan operasi pemasangan kateter CAPD selama

    periode Juni 2004 sampai Februari 2006, dan perbandingan

    laki-laki dan perempuan hampir sama. Jumlah pasien laki-

    laki 16 orang, sedangkan perempuan 15 orang.

    Ditribusi umur pasien CAPD di RS. Sanglah

    Denpasar periode Juni 2004 sampai Februari 2006 paling

    muda berumur 30 tahun dan paling tua berumur 73 tahun.

    Terbanyak pada kelompok umur 40 - 49 tahun yaitu

    sebanyak 9 orang yang terdiri dari laki-laki 4 orang dan

    perempuan 5 orang. Paling sedikit pada kelompok umur

    > 70 tahun, yaitu hanya ada 1 orang dan berjenis kelamin

    perempuan.

    Berdasarkan daerah tempat tinggal, sebanyak 15

    orang atau 48,39% pasien CAPD di RS Sanglah periode

    Juni 2004 sampai Februari 2006 berasal dari Denpasar.

    Sebanyak 51,61% dari total pasien atau 16 orang berasal

    dari luar Denpasar yaitu berasal dari NTT, NTB,

    Badung, Gianyar, Klungkung, dan Tabanan.

    Tingkat pendidikan pasien CAPD sebagian besar

    tamat akademi/universitas yaitu sebesar 41,94% atau 13

    orang. Kedua terbanyak adalah tamat SMA sebesar

    29,03% atau 9 orang, disusul tamat SMP dan SD,

    masing-masing sebesar 16,13% (5 orang) dan 6,45%

    (2 orang).

    52

    JURI, Vol. 14. No. 2. Juli 2007: 45 - 49

  • Jumlah

    Tabel 1. Karakteristik Pasien CAPD

    Jumlah pasien

    Total

    Laki-laki

    Perempuan

    Kelompok umur

    30-39 tahun

    40-49 tahun

    50-59 tahun

    Persentase

    31 orang

    16 orang

    15 orang

    7 orang

    9 orang

    6 orang

    100%

    51,61%

    48,39%

    22,58%

    29,03%

    19,35%

    Karakteristik

    60-69 tahun

    >70 tahun

    Daerah tempat tinggal

    Denpasar

    Luar Denpasar

    Tingkat pendidikan

    Tamat SD

    Tamat SMP

    Tamat SMA

    Tamat Akademi/Universitas

    Tidak ada data

    Perubahan serum kreatinin

    sebelum dan sesudah CAPD

    Meningkat

    Menurun

    Tidak ada data

    Perubahan kadar kalium

    sebelum dan sesudah CAPD

    Meningkat

    Menurun

    Tidak ada data

    Komplikasi

    Komplikasi minor

    Tidak ada komplikasi

    Membutuhkan repair secara bedah

    Etiologi

    DKD (diabetic kidney disease)

    PNC (pielonefritis chronic)

    GNC (glomerulonefritis chronic)

    Tidak ada data

    Keadaan umum pasca CAPD

    KU baik

    KU buruk

    Meninggal

    8 orang

    1 orang

    15 orang

    16 orang

    2 orang

    5 orang

    9 orang

    13 orang

    2 orang

    8 orang

    20 orang

    3 orang

    7 orang

    21 orang

    3 orang

    4 orang

    25 orang

    2 orang

    8 orang

    13 orang

    7 orang

    3 orang

    24 orang

    1 orang

    6 orang

    25,80%

    3,23%

    48,39%

    51,61%

    6,45%

    16,13%

    29,03%

    41,94%

    6,45%

    25,80%

    64,52%

    9,68%

    22,58%

    67,74%

    9,68%

    14%

    79%

    7%

    25,80%

    41,94%

    22,58%

    9,68%

    77,42%

    3,23%

    19,35%

    53

    Wibisono: Karakteristik pasien yang mengalami continuous ambulatory peritoneal dialysis

  • Gambaran perubahan kadar kreatinin serum dan

    kalium sebelum dan sesudah CAPD sebagian besar

    mengalami penurunan (tabel 2). Pada gambaran

    perubahan serum kreatinin terdapat 20 orang yang

    mengalami penurunan dan 8 orang mengalami

    Peningkatan kreatinin serum sesudah CAPD, sedangkan

    3 orang tidak ada datanya. Pada gambaran perubahan

    kadar kalium terdapat 21 orang yang mengalami

    penurunan kadar kalium, 7 orang mengalami peningkatan

    kadar kalium sesudah CAPD, dan 3 orang yang tidak ada

    datanya. Data yang tidak ada ini disebabkan karena tidak

    didapatkan status rekam medik secara lengkap dari ketiga

    pasien tersebut, oleh karena itu, data serum kreatinin dan

    kalium diambil sehari sebelum dilakukan CAPD, dan

    antara 2 - 4 minggu sesudah CAPD.

    Tidak di dapatkan komplikasi akibat CAPD pada

    sebagian besar pasien (79%), sedangkan pasien yang

    mengalami komplikasi sebanyak 6 orang atau kurang lebih

    21% dari total jumlah pasien. Komplikasi yang muncul

    berupa komplikasi minor yaitu malposisi 2 orang dan exit

    site bleeding 2 orang serta komplikasi yang memerlukan

    pembedahan yaitu berupa kateter buntu dan hernia

    masing-masing hanya 1 orang.

    Berdasarkan etiologinya, sebagian besar (13 orang

    atau 41,94%) dari total pasien disebabkan karena

    pielonefritis chronic (PNC), sedangkan 8 orang atau

    25,80% disebabkan karena diabetic kidney disease (DKD)

    dan 7 orang atau 22,58% disebabkan karena

    glomerulonefritis chronic (GNC). Terdapat 3 orang yang

    tidak ada datanya karena tidak dapat ditemukan status

    rekam mediknya secara lengkap.

    Sebagian besar pasien CAPD di RS Sanglah Denpasar

    periode Juni 2004 sampai Februari 2006 keadaan umum

    pasca CAPD baik, yaitu sebesar 77,42%. Hanya 1 orang

    dengan keadaan umum yang buruk dan ada 6 orang yang

    meninggal setelah CAPD.

    PEMBAHASAN

    Gagal ginjal kronik dapat mengenai semua orang baik

    laki-laki maupun perempuan dengan perbandingan 1 : 1,

    9 dengan usia rerata terbanyak 45. Penelitian Eydemir

    (2005) di Turki menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan

    bermakna antara jumlah pasien laki-laki dan perempuan

    pada pasien CKD yang menjalani dialisis. Dalam

    penelitian tersebut juga disebutkan usia rerata pasien

    terbanyak yang dilakukan CAPD yaitu pada umur 41 8 13

    tahun. Data tersebut sama dengan data yang didapat dari

    penelitian ini.

    Hasil penelitian ini menggambarkan pasien CAPD

    mayoritas mempunyai latar belakang tingkat pendidikan

    tinggi. Di kepustakaan disebutkan bahwa pada teknik

    penggantian cairan dialisat CAPD dilakukan secara

    manual dimana dibutuhkan koordinasi yang baik antara

    mata dan tangan serta tingkat intelektual yang cukup demi

    menjamin teknik septik dan aseptiknya.

    Pasien CAPD yang diteliti, sebagian besar mengalami

    penurunan kadar serum kreatinin. Hal ini sesuai dengan

    hasil penelitian Eydemir (2005) yang juga menyebutkan

    bahwa terjadi penurunan kadar serum kreatinin pada

    sebagian besar pasien yang dilakukan CAPD yaitu dari 10

    8,5 3,1 menjadi 6,2 1,8.

    Komplikasi yang berhubungan dengan CAPD secara

    umum dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu mekanik,

    medis, dan infeksi. Sebagian besar komplikasi CAPD 7

    adalah karena faktor mekanik. Hal ini sesuai dengan data

    hasil penelitian ini, yaitu sebagian besar komplikasi yang

    timbul akibat malposisi kateter, tetapi hanya satu pasien

    saja yang membutuhkan repair bedah. Faktor kegagalan

    ini salah satunya bisa disebabkan karena faktor 7

    pengalaman operator, sedangkan komplikasi hernia yang

    timbul setelah CAPD, dilakukan herniotomi dan

    pemasangan mesh. Dalam follow up berikutnya pada

    pasien tersebut tidak timbul komplikasi lagi.

    Penelitian yang dilakukan Eydemir (2005)

    menggambarkan pasien yang menjalani dialisis peritoneal 10

    sebagian besar akibat penyakit nefropati diabetik.

    Di negara yang sudah maju sebagian besar penyebab CKD 2,9

    adalah karena penyakit diabetes. Data yang didapatkan

    tidak sama mungkin karena perbedaan karakteristik pasien

    atau jumlah sampel yang kurang. Hasil penelitian ini

    menggambarkan penyebab terbanyak gagal ginjal kronik

    yang dilakukan CAPD adalah karena pielonefritis kronik.

    Bali sebagai tempat penelitian ini merupakan daerah stone

    belt, dan berdasarkan data yang diperoleh, penyebab

    tersering dari CKD karena penyakit batu saluran kemih.

    Kegagalan CAPD pada umumnya disebabkan karena

    peritonitis. Tetapi hal ini jarang terjadi bila telah dilakukan 7

    prosedur yang baik. Pada penelitian ini, semua pasien

    yang meninggal bukan disebabkan karena gagal ginjal

    atau komplikasi akibat CAPD, tetapi akibat penyakit yang

    Tabel 2. Karakteristik pasien CAPD berdasarkan

    perubahan serum kreatinin dan kalium

    Serum

    Kreatinin

    Kalium

    Meningkat

    Jumlah Pasien

    MenurunTidak ada

    data

    8

    7

    20

    21

    3

    3

    54

    JURI, Vol. 14. No. 2. Juli 2007: 45 - 49

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Sciner RW. Manual of nephrology. Sixth edition. USA:

    Lippincott williams & wilkins; 2005.th

    2. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL. 15 edition. India:

    Principles of internal medicine; 2003.

    menyertainya, yaitu karsinoma mamae stadium lanjut,

    penyakit jantung koroner, dan stroke hemorargik,

    sedangkan keadaan umum yang buruk disebabkan karena

    pasien menderita pneumonia berat sebelumnya.

    SIMPULAN

    Distribusi laki-laki dan perempuan pada pasien CAPD

    sama. Sebagian besar pasien CAPD mempunyai latar

    belakang tingkat pendidikan tamat akademi/universitas,

    mengalami penurunan serum kreatinin dan kalium setelah

    dilakukan CAPD, tidak timbul komplikasi akibat CAPD,

    dan pada pasca CAPD keadaan umumnya baik, sedangkan

    penyebab ESRD paling banyak adalah PNC.

    55

    3. Http://www.renalresource.com/booklets/ intropd.php

    4. Clarke M. Fresenius fundamentals in peritoneal dialysis.

    Power point presentation. Indonesia: Fresenius medical care;

    Juni 2004.

    5. Http://www.diabetic.com/education/ pubs/esrd/capd.gif

    6. Tsimoyiannis EC, Siakas P, Glantzounis G. Technique of

    insertion of peritoneal dialysis catheter in Laparoscopic

    placement of the Tenckhoff catheter for peritoneal dialysis.

    Surg Laparosc Endosc Percutan Tech; 2000. p. 218 - 21.

    7. DeVore VS. Continuous ambulatory peritoneal dialysis

    (CAPD) and its complication. US pharmacist; 2006.

    8. Pemasangan kateter peritoneal dialisa. Indonesia: Fresenius

    medical care.

    9. Sciner RW. Diseases of the kidney and urinary tract. Volume

    three. Seventh edition. USA: Lippincott williams & wilkins;

    2001.

    10. Eydemir S, Borazan A. The effect of continuous ambulatory

    peritoneal dialysis and hemodialysis on serum pepsinogen

    concentration in patients with chronic renal failure. Tohoku

    Journal Express Medicine. 2005; 205: 263 - 8.

    Wibisono: Karakteristik pasien yang mengalami continuous ambulatory peritoneal dialysis

    1: 452: 463: 474: 485: 49