4 Kamis, 23 Februari 2017 -...

2
Kamis, 23 Februari 2017 4

Transcript of 4 Kamis, 23 Februari 2017 -...

Kamis, 23 Februari 20174

Kamis, 23 Februari 2017 5

FUNGSI INTERMEDIASI

Perbankan Indonesia Kurang EkspansifJAKARTA — Sektor perbankan

Indonesia dinilai kurang berani dalam berekspansi, meskipun memilki risiko sistemik yang cukup rendah.

Pemenang Nobel Ekonomi 2003 Robert F. Engle mengatakan, risiko sis te mik sektor perbankan di In donesia menjadi yang terendah dibandingkan negara ekonomi utama di Asia Teng-ga ra.

Tanah Air menempati peringkat ke lima, sementara itu di peringkat satu terdapat Singapura, kemudian ber turut-turut diikuti oleh Malaysia, Viet nam dan Thailand.

“Hal itu tak sepenuhnya baik, sebab per bankan Indonesia masih kurang ber kontribusi untuk menciptakan li-kuiditas ekonomi di dalam negeri. Harus lebih eks pansif lagi, termasuk

dalam me nya lur kan pinjaman,” katanya, Rabu (22/2).

Adapun, Bank Indonesia dinilainya cukup berhasil dalam mengamankan rasio kecukupan modal perbankan, se bagai salah satu metode untuk me-ngendalikan risiko sistemik.

Bank Indonesia juga dinilai mampu menjaga fung si intermediasi perbankan dan har ga aset, stabilitas risiko pasar hing ga menerapkan aturan Pinjaman Li kuiditas Jangka Pendek (PLJP).

Namun menurutnya, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlalu bermain aman dan cenderung bersikap waspada secara berlebihan. Di sisi lain, pelaku industri perbankan juga kurang aktif bergerak. Alhasil sektor tersebut dinilai kurang mampu mendorong perekonomian nasional.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, setiap kebijakan yang diambil oleh otoritas merupakan hasil kajian dengan lembaga lain seperti Kementerian Keuangan, LPS dan OJK.

Salah satunya dengan disahkannya UU Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) pada 15 April 2016. Aturan tersebut menurutnya dihasilkan melalui penyesuaian antara kondisi di dalam negeri dan aturan yang diadopsi dan diakui secara internasional.

“Artinya, kami selalu secara berkala mengamati, mengevaluasi dan menilai status sistem keuangan, apakah sedang berada di posisi yang normal, hati-hati, waspada, atau justru krisis,” katanya.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi

Makro dan Keuangan Kemeko Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pihaknya tak terlalu sepakat dengan saran dari Engle. Dia menilai, karakter per bankan di Indonesia tidak bisa serta-merta disamakan dengan negara lain.

“Perbankan kita memang su dah se harusnya hati-hati dalam me nya lur-kan kredit dan harus sesuai de ngan koridor yang dibuat BI serta OJK, karena itu bekaitan dengan ke cukupan modal mereka,” katanya.

Dia melanjutkan, berkaca pada krisis 1998, persoalan utama sektor perbankan saat itu adalah rendahnya skala permodalan yang membuat sejumlah perusahaan kolaps dan memberikan risiko sistemik kepada perekonomian nasional. (Yustinus Andri)

Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi II DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/2). Rapat kerja

tersebut membahas perkembangan daftar inventaris masalah RUU Pertanahan serta masalah-masalah mengenai sengketa pertanahan.

Antara/Hafidz Mubarak A.

RAKER PERTANAHAN

M A K R O E K O N O M I

INFORMASI PERPAJAKAN

Opsi Perppu DipertimbangkanJAKARTA — Pemerintah mempertimbangkan opsi

pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang untuk melakukan aksesi

pertukaran informasi secara otomatis untuk tujuan perpajakan atau Automatic Exchange of

Information (AEoI).Arys Aditya & Rio Sandy

[email protected]

Usai rapat terbatas tentang Imple-men tasi Pertukaran Informasi Oto ma tis, Menteri Hukum dan Hak Asasi Ma-nusia Yasonna H. Laoly me nga takan, Perppu tersebut menjadi opsi karena pemerintah menilai revisi Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) maupun UU Perbankan masih akan berlangsung dalam waktu lama.

Adapun, dia menilai UU Perbankan tidak masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas), sedangkan UU KUP sedang dalam pembahasan di DPR dan anggota dewan yang masuk da lam masa reses.

Dia mengatakan, Indonesia dikejar tenggat pada September 2017 untuk segera melakukan aksesi ter ha dap ketentuan AEoI.

Yasonna men jelaskan, perppu tersebut akan men jelaskan mengenai pe laksanaan sis tem pertukaran infor-masi otomatis.

Jika tidak segera diimplementasikan,

lanjutnya, Indonesia menjadi satu-satunya negara anggota G20 yang belum menggunakan sistem tersebut.

“Kami mengejar [terbitnya regulasi] sampai bulan ke lima [Mei] tahun ini agar bisa segera terlaksana,” kata Yasonna di Kantor Presiden, Rabu (22/2).

Adapun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah masih memikirkan opsi lain.

Dia mengakui masih ada satu masalah klasik dari melaksanaan

keterbukaan informasi untuk tujuan perpajakan ini, yaitu mengenai pasal mengenai kerahasiaan nasabah per-bankan.

“Kita akan upayakan berbagai cara untuk memasukkan berbagai pasal di UU KUP agar akses informasi untuk urus an perpajakan bisa diperkuat, sehingga kita bisa memenuhi per sya-rat an dalam AEoI,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, implementasi AEoI akan membuat penghindaran pajak bisa ditekan. Pasalnya, Menkeu menjabarkan tidak ada satu tempat yang bisa merahasiakan data wajib pajak lagi.

GANJALAN BESARNamun, Menkeu mengakui masih

ada satu ganjalan besar dari pe lak sa na-an ini, yaitu mengenai pasal me ngenai ke rahasiaan nasabah perbankan. Pi hak-nya akan mengupayakan berbagai cara untuk memasukkan berbagai pasal di UU KUP agar akses informasi untuk urusan perpajakan bisa diperkuat, se hingga bisa memenuhi persyaratan dalam AEoI.

“Apakah di negara-negara sekitar kita atau di Eropa dan Amerika yang ke mudian mengatakan, kamu buka account aja di sini dan rahasia dari data kamu tidak akan terbagikan. Ka-rena negara-negara tersebut sekarang su dah ikut di dalam AEoI,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo me nyatakan implementasi pertukaran informasi untuk tujuan perpajakan (AEoI) pada tahun depan bisa menjadi momentum untuk menggenjot tax

ratio Indonesia yang saat ini berkisar 10%-11%.

Presiden mengemukakan rezim AEoI harus dimanfaatkan untuk me-la kukan reformasi perpajakan secara menyeluruh.

“Ini komitmen indonesia untuk bergabung dengan 101 negara Lain nya di dunia dalam kerjasama per tu karan informasi otomatis. Saya minta ini betul-betul digunakan se ba gai mo-men tum untuk melakukan ref or ma si sistem informasi keuangan kita ter-utama perbaikan sistem informasi per pajakan,” katanya.

Dia meyakini, reformasi administrasi perpajakan yang lebih integratif dan kuat selanjutnya akan meningkatkan kepatuhan pajak serta mencegah penghindaran dan penggelapan pajak.

Untuk menyambut AEoI, Kepala Negara juga memerintahkan kepada menteri keuangan bersama menteri hukum dan HAM untuk menyusun regulasi yang diperlukan untuk men-du kung implementasi pelaksanaan sis tem pertukaran informasi otomatis ter sebut.

“Saya hanya menekankan agar jangan sampai terjadi tumpang tindih atau berbenturan antara per-atur an perundang-undangan yang nan tinya akan menyulitkan dalam pe laksanaannya,” lanjutnya.

Sementara itu, Gubernur Bank In do-ne sia Agus Martowardojo men du kung langkah mengimple men ta si kan AEoI. “Di Indonesia, kami sepakat bahwa tahun depan sudah terpenuhi kondisi itu.” (Edi Suwiknyo/Dewi Zuhriyah)

Indonesia dikejar tenggat pada September 2017 untuk segera melakukan aksesi terhadap ketentuan AEoI.

Presiden menyatakan implementasi AEoI bisa menjadi momentum untuk menggenjot tax ratio yang saat ini sekitar 10%-11%.

Antara/Wira Suryantala

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong (ketiga kiri) menekan tombol bersama Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman (ketiga kanan), Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak (kedua kiri), Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan) dan Kapolda Riau Brigjen Zulkarnain Adinegara saat peluncuran 18 kawasan industri di Nusa Dua, Bali, Rabu (22/2). BKPM meluncurkan 18 kawasan industri dalam program kemudahan investasi langsung kontruksi (KLIK) tahap kedua.

PROGRAM KEMUDAHAN INVESTASI