4. INFORMASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN...

39
4. INFORMASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PENGAWASAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN IKU 1: Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) dan ruang laut terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Customer 2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan 3 DEFINISI Kepatuhan adalah kesesuaian kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) dan ruang laut dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha pemanfaatan WP3K dan ruang laut terdiri dari : - pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional); - usaha perikanan sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya; - pelaku usaha kegiatan reklamasi dan pemanfaatan pulau-pulau kecil (PPK); - pelaku usaha wisata bahari, penambangan pasir laut dan pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT); - pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang serta kegiatan penangkapan ikan yang tidak merusak sumber daya ikan dan lingkungannya (non destructive fishing). 4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN = =1 = 1 + ⋯ +

Transcript of 4. INFORMASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN...

4. INFORMASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PENGAWASAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN

IKU 1: Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) dan ruang laut terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Customer

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan

3 DEFINISI Kepatuhan adalah kesesuaian kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP3K) dan ruang laut dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelaku usaha pemanfaatan WP3K dan ruang laut terdiri dari :

- pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional);

- usaha perikanan sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya;

- pelaku usaha kegiatan reklamasi dan pemanfaatan pulau-pulau kecil (PPK); - pelaku usaha wisata bahari, penambangan pasir laut dan pemanfaatan Benda Berharga

Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT); - pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang serta kegiatan penangkapan

ikan yang tidak merusak sumber daya ikan dan lingkungannya (non destructive fishing).

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

𝑋𝑠𝑑𝑘 = ∑ 𝑋𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

𝑋1 + ⋯ + 𝑋𝑛

𝑛

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN Keterangan :

Xsdk = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan WP3K dan ruang laut terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

X1

=

Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan usaha perikanan terhadap ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya

X2 = Persentase kepatuhan pelaku usaha kegiatan reklamasi dan pemanfaatan pulau-pulau kecil (PPK) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

X3 = Persentase kepatuhan pelaku usaha wisata bahari, penambangan pasir laut dan pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

X4 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang serta kegiatan penangkapan ikan yang tidak merusak sumber daya ikan dan lingkungannya (non destructive fishing) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dimana,

1. X1 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN ruang laut nasional) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan usaha perikanan terhadap ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya :

𝑋1 = ∑ 𝑎𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

𝑎1 + 𝑎𝑛

𝑛

a1 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

𝑎1 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional) yang patuh

y = Jumlah target pelaku usaha pemanfaatan zonasi (wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan strategis nasional, kawasan strategis nasional tertentu dan ruang laut nasional)

Parameter kepatuhan : memiliki izin dari instansi yang berwenang; kesesuaian kegiatan yang dilaksanakan dengan zona yang telah ditetapkan.

a2 = Persentase kepatuhan usaha perikanan terhadap ketentuan persyaratan

perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya

𝑎2 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN x = Jumlah usaha perikanan yang patuh y = Jumlah target usaha perikanan

Parameter kepatuhan : memiliki dokumen perizinan (AMDAL/UKL-UPL/izin lingkungan); memiliki IPAL; kesesuaian IPAL terpasang.

AMDAL/UKL-UPL Izin

Lingkungan IPAL Kesesuaian

IPAL terpasang Keterangan

√ √ √ √ Patuh √ √ - - Tidak Patuh √ √ √ - Tidak Patuh

2. X2 = Persentase kepatuhan pelaku usaha kegiatan reklamasi dan pemanfaatan pulau-

pulau kecil (PPK) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku :

𝑋2 = ∑ 𝑏𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

𝑏1 + 𝑏𝑛

𝑛

b1 = Persentase kepatuhan pelaku usaha kegiatan reklamasi terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku

𝑏1 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha kegiatan reklamasi yang patuh y = Jumlah target pelaku usaha kegiatan reklamasi Parameter kepatuhan :

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN memiliki izin lokasi; memiliki izin pelaksanaan; kesesuaian izin lokasi reklamasi; kesesuaian izin pelaksanaan reklamasi.

b2 = Persentase kepatuhan pelaku usaha/pemanfaat pada pemanfaatan pulau-pulau

kecil terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

𝑏2 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha/pemanfaat pada pemanfaatan pulau-pulau kecil yang

patuh y = Jumlah target pelaku usaha/pemanfaat pada pemanfaatan pulau-pulau kecil Parameter kepatuhan : memiliki izin lokasi; memiliki izin pengelolaan; kesesuaian dan keabsahan izin lokasi; kesesuaian dan keabsahan izin pengelolaan; kesesuaian izin lokasi dan izin pengelolaan dengan pelaksanaan kegiatan;

3. X3 = Persentase kepatuhan pelaku usaha wisata bahari, penambangan pasir laut dan

pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku :

𝑋3 = ∑ 𝑐𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

𝑐1 + ⋯ + 𝑐𝑛

𝑛

c1 = Persentase kepatuhan pelaku usaha wisata bahari terhadap peraturan

perundangan-undangan yang berlaku

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

𝑐1 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha wisata bahari yang patuh y = Jumlah target pelaku usaha wisata bahari Parameter kepatuhan : memiliki izin lokasi dan izin pengelolaan; kesesuaian izin lokasi dan izin pengelolaan.

c2 = Persentase kepatuhan pelaku usaha penambangan pasir laut terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku

𝑐2 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha penambangan pasir laut yang patuh y = Jumlah target pelaku usaha penambangan pasir laut

Parameter kepatuhan : memiliki dokumen perizinan; kesesuaian dokumen perizinan dengan pelaksanaan kegiatan penambangan

pasir laut;

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN c3 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan BMKT terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku

𝑐3 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha pemanfaatan BMKT yang patuh y = Jumlah target pelaku usaha pemanfaatan BMKT

Parameter kepatuhan : memiliki izin survei/izin pengangkatan/izin pengangkutan/izin pemanfaatan

BMKT; kesesuaian dokumen perizinan dengan pelaksanaaan kegiatan.

4. X4 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang

serta kegiatan penangkapan ikan yang tidak merusak sumber daya ikan dan lingkungannya (non destructive fishing) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku :

𝑋4 = ∑ 𝑑𝑖𝑛

𝑖=1

𝑛=

𝑑1 + 𝑑𝑛

𝑛

d1 = Persentase kepatuhan pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

𝑑1 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang yang

patuh y = Jumlah target pelaku usaha pemanfaatan mangrove dan terumbu karang

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

Parameter kepatuhan : memiliki dokumen perizinan; kesesuaian dokumen perizinan dengan pelaksanaan kegiatan; kegiatan pemanfaatan dilaksanakan di luar kawasan konservasi perairan.

d2 = Persentase ketaaatan pelaku usaha kegiatan penangkapan ikan yang tidak

merusak sumber daya ikan dan lingkungannya (non destructive fishing) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

𝑑2 = 𝑥

𝑦 𝑥 100%

x = Jumlah pelaku usaha kegiatan penangkapan ikan yang tidak merusak

sumber daya ikan dan lingkungannya (destructive fishing) yang patuh y = Jumlah target pelaku usaha kegiatan penangkapan ikan yang tidak merusak

sumber daya ikan dan lingkungannya (destructive fishing)

Parameter kepatuhan : penangkapan ikan tidak menggunakan bom, racun, dan strum; ikan hasil tangkapan tidak menunjukkan tanda-tanda terkena bom atau

racun/bius; tidak ditemukan alat/bahan yang diduga digunakan untuk destructive fishing

pada saat pemeriksaan muatan kapal perikanan.

5

SATUAN PENGUKURAN % (persen)

6 VALIDITAS

Lag outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 8 SUMBER DATA

UPT PSDKP, DKP Provinsi, Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

9 JENIS KONSOLIDASI

Nilai posisi akhir

10 METODE CASCADING

Komponen Pembentuk

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 2: Jumlah draft kebijakan publik [KEP/PERDIRJEN] bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan yang diselesaikan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Tersedianya kebijakan bidang pengawasan sumber daya kelautan yang efektif

3 DEFINISI Draft Kebijakan publik adalah seluruh produk peraturan perundang-undangan pada lingkup Dit. PPSDK untuk menjabarkan standar, prosedur dan kriteria (SPK) di bidang pengawasan sumber daya perikanan dalam bentuk petunjuk teknis, petunjuk pelaksana, standar operasional prosedur (SOP), dan lain-lain

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN Untuk mengukur tingkat capaian jumlah draft kebijakan publik menggunakan formulasi sebagai berikut: Keterangan: x= Jumlah draft kebijakan publik bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan yang diselesaikan a= Jumlah draft kebijakan publik bidang pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan yang telah diselesaikan.

x = ∑ 𝑎

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

Legalitas penerbitan dari Setditjen PSDKP sedangkan substansi kebijakan publik bidang pengawasan SDKP berasal dari unit kerja teknis lingkup Ditjen. PSDKP

9 JENIS KONSOLIDASI

Nilai posisi akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Tahunan

IKU 3: Tingkat keberhasilan pengawasan sumber daya perikanan (Skala 1-10)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional

dan partisipatif

3 DEFINISI Tingkat Keberhasilan Pengawasan SDKP adalah rata-rata (average) tingkat keberhasilan unit Eselon II teknis (non sekretariat) lingkup Ditjen PSDKP pada internal proses. Tingkat keberhasilan tersebut mencerminkan tingkat capaian dari target yang ditetapkan pada setiap IKU sasaran kegiatan (SS) pada level internal proses dengan skala tertentu (0-10)

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN 𝑡𝑘𝑠𝑛 = a

b × 10

𝑡𝑘𝑠𝑛 = Tingkat keberhasilan IKU pada sasaran kegiatan Unit Eselon II (dihitung terpisah pada setiap IKU sasaran kegiatan yang ada di setiap Unit Eselon II)

a = Capaian sasaran kegiatan yang dihasilkan. Khusus untuk capaian yang “melebihi” target, maka dinormalisasi menjadi “mencapai” target.

b = Target sasaran kegiatan yang ditetapkan.

𝑡𝑘𝐼𝐼 = 𝑡𝑘𝑠1 + 𝑡𝑘𝑠2 + ⋯ + 𝑡𝑘𝑠𝑛

n

𝑡𝑘𝐼𝐼 = Tingkat keberhasilan kumulatif unit Eselon II n = Jumlah IKU pada internal proses Eselon II

5

SATUAN PENGUKURAN Nilai

6 VALIDITAS

Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

8 SUMBER DATA

Capaian IKU Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan pada Internal Proses

9 JENIS KONSOLIDASI

Nilai posisi akhir

10 METODE CASCADING

Komponen Pembentuk

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Tahunan

IKU 4: Jumlah kawasan konservasi perairan yang diawasi (kawasan)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional dan partisipatif

3 DEFINISI Jumlah kawasan konservasi perairan yang diawasi ialah akumulasi hasil pengawasan kawasan konservasi perairan baik yang dilakukan oleh UPT PSDKP, Pemerintah Provinsi, atau Pusat. Kawasan konservasi tersebut terdiri dari 10 (sepuluh) kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) yang pengelolaannya dilakukan oleh Pusat dan 7 (tujuh) kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) yang pengelolaanya dilakukan oleh Provinsi.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

X = ∑ a

X = Jumlah kawasan konservasi perairan yang diawasi a = kawasan konservasi perairan yang diawasi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Parameter :

Pengawasan dilaksanakan terhadap kegiatan pemanfaatan di semua zona kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan peruntukannya.

Pengawasan dilakukan minimal 1 (satu) kali oleh Pengawas Perikanan dan/ atau Polsus PWP3K

Zona Inti Zona Perikanan Berkelanjutan

Zona Pemanfaatan

Zona Lainnya Keterangan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN √ √ √ √ Diawasi semua

5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

Hasil pengawasan kawasan konservasi perairan berasal dari UPT PSDKP dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran pengawasan kawasan konservasi perairan dari Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan.

9 JENIS KONSOLIDASI

Akumulasi

10 METODE CASCADING

Buat Baru

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 5 Jumlah jenis ikan dilindungi yang diawasi (jenis ikan)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional dan partisipatif

3 DEFINISI Jumlah jenis ikan dilindungi berdasarkan Peraturan dan/ atau Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan yang diawasi pengelolaannya (perlindungan terbatas atau perlindungan penuh).

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

X = ∑ a

X = Jumlah jenis ikan dilindungi yang diawasi a = jenis ikan dilindungi berdasarkan Peraturan dan/ atau Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan yang diawasi

Parameter :

Kegiatan pemanfaatan jenis ikan dilindungi mengikuti ketentuan sebagaimana yang telah ditentukan pada peraturan masing-masing jenis ikan.

Pengawasan dilakukan minimal 1 (satu) kali oleh Pengawas Perikanan di sentra-sentra perikanan (tempat penampungan ikan, pelabuhan perikanan, pasar ikan, pengepul dll).

5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

Hasil pengawasan kawasan konservasi perairan berasal dari UPT PSDKP dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran pengawasan kawasan konservasi perairan dari Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan.

9 JENIS KONSOLIDASI

Akumulasi

10 METODE CASCADING

Buat Baru

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 6: Jumlah kejadian pencemaran perairan yang ditangani sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya (kejadian)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional dan partisipatif

3 DEFINISI Pencemaran perairan adalah masuknya atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, dan energi dan/ atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air yang telah ditetapkan. Jumlah kejadian pencemaran perairan yang ditangani sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya adalah akumulasi kejadian pencemaran perairan yang ditangani sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

X = ∑ a

X = Jumlah kejadian pencemaran perairan yang ditangani sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya

a = Kejadian pencemaran perairan yang ditangani sesuai ketentuan persyaratan perlindungan sumber daya ikan dan lingkungannya

Parameter :

kejadian pencemaran perairan yang ditindaklanjuti oleh tim Pusat (pelaporan/pengaduan masyarakat - pulbaket, koordinasi, supervisi - laporan kejadian).

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

UPT PSDKP, DKP Provinsi, Dit. PPSDK

9 JENIS KONSOLIDASI

Akumulasi

10 METODE CASCADING

Buat baru

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 7: Jumlah kegiatan pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) ilegal yang ditindaklanjuti (kegiatan)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional dan partisipatif

3 DEFINISI Jumlah kegiatan pengangkatan BMKT ilegal yang ditindaklanjuti adalah akumulasi kegiatan mengangkat dari bawah air, memindahkan, menyimpan, inventarisasi, dan konservasi BMKT dari lokasi asal penemuan ke tempat penyimpanan yang ditangani sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) adalah benda berharga yang memiliki nilai sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, dan ekonomi yang tenggelam di wilayah perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, dan landas kontinen Indonesia, paling singkat berumur 50 (lima puluh) tahun.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

X = ∑ a

X = Jumlah kegiatan pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) ilegal yang ditindaklanjuti

a = Kegiatan pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) ilegal yang ditindaklanjuti

Parameter : Kegiatan pengangkatan BMKT yang tidak memiliki izin lokasi dan izin pengelolaan. Adanya tahapan survei dan pengangkatan BMKT yang mendapat rekomendasi dari

Panitia Nasional (Pannas) BMKT. Tindak lanjut oleh tim pusat meliputi : pelaporan/pengaduan masyarakat - pulbaket,

koordinasi, supervisi – laporan kejadian.

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

Hasil pengawasan yang dilakukan oleh tim pengawas BMKT.

9 JENIS KONSOLIDASI

Akumulasi

10 METODE CASCADING

Buat Baru

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 8: Jumlah polisi khusus pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Polsus PWP3K) yang kompeten (orang)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Internal Process

2 SASARAN STRATEGIS Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan secara profesional dan partisipatif

3 DEFINISI Polisi khusus pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Polsus PWP3K) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang melakukan pengawasan untuk menjamin terselenggaranya PWP3K secara terpadu dan berkelanjutan, dan diberikan wewenang kepolisian khusus. Kompeten adalah polsus PWP3K yang telah mengikuti diklat lanjutan.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

X = ∑ a

X = Jumlah polisi khusus pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Polsus PWP3K) yang kompeten

a = Polisi khusus pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Polsus PWP3K) yang kompeten

Parameter :

Polsus PWP3K yang telah lulus diklat lanjutan.

5

SATUAN PENGUKURAN Jumlah

6 VALIDITAS

Lag output

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

8 SUMBER DATA

Hasil diklat lanjutan polsus PWP3K yang dilakukan oleh Dit. PPSDK bekerja sama dengan Polri.

9 JENIS KONSOLIDASI

Nilai Posisi Akhir

10 METODE CASCADING

Buat baru

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 9: Indeks Kompetensi dan Integritas Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya Aparatur Sipil Negara Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

yang kompeten, profesional dan berintegritas

3 DEFINISI Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan & pengetahuan

Integritas adalah kecenderungan untuk sikap yang patuh pada aturan dan norma Indeks Kompetensi dan Integritas dimaksud terdiri dari Kompetensi Hasil Asesmen,

Kehadiran Pegawai, Capaian Kinerja (SKP), LHKASN/LHKPN, terhadap Pejabat yang telah dilakukan Asesmen

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

Keterangan:

KI : Indeks Kompetensi dan Integritas DJPSDKP KompAses : Dengan membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian

kompetensi/asesmen dari Asesor dengan jenis standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN-SJ/2014

KompSKP : Persentase capaian output pegawai pada SKP KompAbs : Persentase tingkat kehadiran pegawai KompLHKPN : LHKASN/LHKPN (jabatan fungsional umum atau seluruh staf)/LHKPN (PBJ,

KPA, Penandatangan SPM, Bendahara Pengeluaran/penerimaan, lihat di Permen 20 tahun 2013)

n : Jumlah variabel

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 5

SATUAN PENGUKURAN Indeks

6 VALIDITAS

Lag Output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

Hasil rekomendasi penilaian kompetensi/asesmen terhadap pejabat yang telah mengikuti Assessment

SKP Pegawai Finger Print Absen LHKASN/LHKPN

9 JENIS KONSOLIDASI

Rata-rata

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 10: Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem Manajemen Pengetahuan yang terstandar lingkup Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Tersedianya manajemen pengetahuan Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

yang handal dan mudah diakses

3 DEFINISI Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari. Jumlah unit kerja yang tergabung dalam media yang membagi data sesuai dengan data yang didistribusikan.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

Keterangan: ΣUnit Kerja : Unit Kerja Level 1 dan 2 yang Menerapkan Sistem MP

ΣTotal : Total Unit Kerja Level 1 dan 2 Keseluruhan

5

SATUAN PENGUKURAN Persen (%)

6 VALIDITAS

Lag Output

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

www.sip.kkp.go.id dan www.djpsdkp.go.id

9 JENIS KONSOLIDASI

Akumulasi

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 11: Persentase pemenuhan dokumen Reformasi Birokrasi lingkup Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya birokrasi Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan yang efektif,

efisien dan berorientasi pada layanan prima

3 DEFINISI Reformasi birokrasi adalah upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketatalaksanaan atau business process; dan (c) sumber daya manusia aparatur. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Tujuan reformasi birokrasi adalah membangun atau membentuk profil dan perilaku aparatur negara dengan : (1) integritas tinggi; (2) produktivitas tinggi dan bertanggung jawab; dan (3) kemampuan memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan prima adalah kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak dari hasil kerja birokrasi yang profesional. Sasaran reformasi birokrasi adalah mengubah pola pikir (mindset) dan budaya kerja (cultural set), serta sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada : (1) kelembagaan (organisasi); (2) budaya organisasi; (3) ketatalaksanaan (sistem, proses, prosedur kerja yang efisien dan efektif); (4) deregulasi birokrasi (regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, kondusif); (5) sumber daya manusia (SDM yang kompeten, berintegritas, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera); (6) pengawasan internal (akuntabilitas kinerja); dan (7) peningkatan kualitas pelayanan publik.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN Akan dilaksanakan oleh Tim Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi Ditjen. PSDKP dengan menggunakan instrumen yang sudah dirumuskan oleh Tim Menpan RB.

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 5

SATUAN PENGUKURAN Persen (%)

6 VALIDITAS

Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

Hasil penilaian lembar kerja evaluasi Kemenpan dan RB

9 JENIS KONSOLIDASI

Hasil Akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 12: Level Maturitas SPIP Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya birokrasi Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan yang efektif,

efisien dan berorientasi pada layanan prima

3 DEFINISI Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern di lingkungan Ditjen. PSDKP.

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN Berdasarkan hasil evaluasi tingkat maturitas SPIP oleh BPKP pada Eselon I Tahun 2017

dengan mengadopsi langsung dari hasil evaluasi oleh BPKP. Dalam hal BPKP tidak melakukan evaluasi tingkat maturitas SPIP pada tingkatan Eselon I, maka data capaian dapat diambil dari hasil pengukuran mandiri tim internal KKP (Inspektorat Jenderal KKP) dengan menggunakan pedoman dari BPKP.

5

SATUAN PENGUKURAN Nilai (level)

6 VALIDITAS

Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

BPKP dan Inspektorat Jenderal

9 JENIS KONSOLIDASI

Hasil Akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 13: Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya birokrasi Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan yang efektif,

efisien dan berorientasi pada layanan prima

3 DEFINISI Directive Pimpinan adalah arahan pimpinan dalam Rapat Pimpinan, Rapat Terbatas, Sidang Kabinet, dan Rapat Kerja

Pemantauan atas tindak lanjut Direktif pimpinan dilakukan menggunakan Sistem Aplikasi Directive Monitoring System (DMS). Alamat url aplikasi : http://kinerjaku.kkp.go.id/dms/

Arahan pimpinan dan informasi diinput oleh Biro Perencanaan KKP ke DMS dan secara otomatis masuk ke akun DMS Eselon I penanggung jawab arahan tersebut.

Tindak lanjut Eselon I adalah langkah/kegiatan yang dilakukan Eselon I dalam rangka menyelesaikan arahan pimpinan, yang diinput ke dalam sistem DMS.

Jangka waktu untuk menindaklanjuti arahan pimpinan adalah 2 minggu setelah arahan diinput ke sistem DMS. Diatas 2 minggu akan dinyatakan jatuh tempo/tidak selesai apabila tidak ditindaklanjuti.

Tindak lanjut arahan akan diverifikasi oleh Biro Perencanaan untuk dinyatakan “selesai” atau “Perlu koreksi/proses lebih lanjut”.

Status tindak lanjut akan ditampilkan pada dashboard sistem DMS.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN Periode 1 tahun yang dihitung yaitu arahan yang muncul triwulan IV tahun lalu dan triwulan I, II, III berjalan. Dihitung dari Persentase Arahan MKP yang ditindaklanjuti oleh Eselon I dalam status “Selesai” dibanding total Arahan MKP ke Eselon I. Persentase TDP= Keterangan : As = Arahan yang telah selesai ditindaklanjuti

As

AT

X 100%

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN AT = Total arahan menteri yang turun ke Eselon 1 (lingkup dipersempit) TDP = Tindak lanjut arahan MKP ke Eselon I

5

SATUAN PENGUKURAN Persen (%)

6 VALIDITAS

Lag Output

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

Sistem Aplikasi Directive Monitoring System (DMS) , Biro Perencanaan Sekjen

9 JENIS KONSOLIDASI

Hasil Akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 14: Persentase pemenuhan dokumen AKIP Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terwujudnya birokrasi Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan yang efektif,

efisien dan berorientasi pada layanan prima

3 DEFINISI SAKIP adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN Akan dilaksanakan oleh Itjen KKP dengan menggunakan instrumen sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh KeMenpan RB

5

SATUAN PENGUKURAN Persen (%)

6 VALIDITAS

Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

Hasil penilaian lembar kerja evaluasi Kemenpan dan RB

9 JENIS KONSOLIDASI

Hasil Akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 15: Nilai Kinerja Anggaran Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terkelolanya anggaran Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan secara efisien dan

akuntabel

3 DEFINISI Nilai Kinerja anggaran adalah proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator yg dilakukan dengan membandingkan data realisasi dengan target yang telah direncanakan sebelumnya

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

Menggunakan Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-K/L:

Nilai Kinerja aspek implementasi : P : dilakukan dengan membandingkan antara akumulasi realisasi anggaran seluruh satker

dengan akumulasi pagu anggaran seluruh satker (Bobot Penyerapan Anggaran (WP) =9,7%) K : antara perencanaan dan implementasi, dilakukan berdasarkan rata-rata ketepatan waktu

penyerapan anggaran setiap bulan yaitu dengan membandingkan antara akumulasi dan akumulasi realisasi anggaran bulanan seluruh satker rencana penarikan dana bulanan seluruh satker dengan jumlah bulan (Bobot Konsistensi antara Perencanaan dan Implementasi (WK)=18,2%)

PK : dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata realisasi volume keluaran dengan target volume keluaran dan rata-rata realisasi Indikator kinerja keluaran dengan target indikator kinerja keluaran (Bobot Pencapaian Keluaran (WPK) =43,5%)

E : dilakukan berdasarkan rata-rata efisiensi untuk setiap jenis keluaran pada setiap satker, yang diperoleh dari hasil perbandingan antara realisasi anggaran per volume keluaran dengan pagu anggaran per volume keluaran (Bobot Efisiensi (WE) =28,6%)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN 5

SATUAN PENGUKURAN Nilai

6 VALIDITAS

Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB

Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA

Sistem Monitoring Anggaran dan Kinerja Terpadu (SMART) Kementerian Keuangan

9 JENIS KONSOLIDASI

Hasil Akhir

10 METODE CASCADING

Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI

Maximize

12 PERIODE PELAPORAN

Triwulanan

IKU 16: Batas Tertinggi Persentase Nilai Temuan LHP BPK Atas LK Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya

Kelautan dibandingkan Realisasi Anggaran Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan TA. 2017 (%)

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

1 PERSPEKTIF Learning and Growth

2 SASARAN STRATEGIS Terkelolanya anggaran Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan secara efisien

dan akuntabel

3 DEFINISI Nilai temuan atas laporan keuangan yang ditampilkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP) BPK Atas LK Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan merupakan

pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan

dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan

standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian

intern.

4 FORMULA PERHITUNGAN/PENGUKURAN

Keterangan : Batas tertinggi jumlah nilai temuan atas laporan keuangan TA. 2017 (audited) tidak melebihi 1 %

Jumlah Nilai Temuan Atas Laporan Keuangan TA.2017)

Realisasi Riil

Batas Tertinggi Persentase Nilai Temuan LHP BPK Atas LK Dit. PPSDK dibandingkan Realisasi Anggaran Dit. PPSDK TA. 2017 = X 100%

INFORMASI INDIKATOR KINERJA URAIAN

5 SATUAN PENGUKURAN Persen (%)

6 VALIDITAS Lead Process & Lag Outcome

7 UNIT/PIHAK PENANGGUNG JAWAB Dit. Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

8 SUMBER DATA Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI

9 JENIS KONSOLIDASI Nilai Posisi Akhir

10 METODE CASCADING Lingkup Dipersempit

11 KLASIFIKASI Minimize

12 PERIODE PELAPORAN Tahunan