4. HIPERTENSIsd
description
Transcript of 4. HIPERTENSIsd
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg, (Kapita selekta kedokteran,518).
Hipertensi adalah peningkatan dari sistolik diatas standar dihubungkan
dengan usia. Tekanan darah normal adalah refleksi dari cardiac output (denyut
jantung dan volume strock) dan resistensi peripheral.
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
Jadi, hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg yang dapat
meningkatkan resiko stroke.
2. Etiologi
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer
atau esensial (95 % kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder (5 % kasus hipertensi) yang dapat disebabkan oleh penyakit
ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan anak ginjal, dll.
3. Manisfestasi klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1) sakit kepala
2) kelelahan
3) mual
4) muntah
5) sesak nafas
6) gelisah
7) pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
4. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial
yaitu faktor genetik, aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme
Na dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa sodium Na (sodium pump) dan
faktor renin, angiotensis, aldosteron. Patofisiologi di sini lebih mengacu pada
penyebabnya.
Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi. Peningkatan
aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah jantung meningkat,
tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah jantung normal, tahanan
perifer meningkat dan terjadilah refleks autoregulasi yaitu mekanisme tubuh
untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal.
Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh
hormon seperti angiotensin (vasopresin) termasuk sistem kontrol yang bereaksi
cepat, sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD jangka panjang diatur
oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.
Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal. Sistem
renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf simpatis yang
berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang berefek
vasokontriksi. Dengan angiotensin II sekresi aldosteron akan meningkat dan
menyebabkan retensi Na dan air.
PATWAY
Obesitas Stress Kelebihan Na Iskemia Ginjal
Insulin Katekolamin Hormon Nutriuretik Rennin-Angiotensin
Faktor pertumbuhan
Perubahan fungsi membran sel
Faktor autokrin dan parankrin
Faktor Genetik
Kalsium Intrasel
Kontraksi otot polos
Pertukaran Na+/H+
pH
Hipertropi vascular
Tahanan perifer
Hipertensi
5. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Klasifikasi Sistolik Diastolik
1. Normotensi
2. Pre hipertensi
3. Hipertensi tahap I
4. hipertensi tahap II
< 130
130 – 140
140 – 160
> 160
< 80
80 – 90
90 – 100
> 100
Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi < 140 <90
Hipertensi ringan 140 – 180 90 – 105
Hipertensi perbatasan 140 – 160 90 – 95
Hipertensi sedang dan berat >180 > 105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 < 90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 – 180 < 90
6. Komplikasi
- Stroke
- Infark miokardium
- Gagal ginjal
- Ensefalopati
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pengukuran tekanan darah menggunakan sfignomanometer akan
memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diostolik jauh sebelum
adanya gejala-gejala penyakit.
2) Pada wanita yang menderita PIH dijumpai proteinuria
3) Pemeriksaan laboratorium, darah vaksin, yang diperlukan adalah Hb, serta
ureum dan creatinin untuk menilai fungsi ginjal, Glukosa, Kalium Serum,
Kolestrol, Gliserin Serum.
4) EKG
8. Penatalaksanaan
Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan penurunan kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi formakologis dan non-
formokologi dapat membantu seseorang mengurangi tekanan darahnya.
Pada sebagian orang, penurunan berat tampaknya mengurangi tekanan
darah, mungkin dengan mengurangi kerja beban jantung sehingga
kecepatan denyut jantung dan volume secukupnya juga berkurang.
Olah raga, terutama disertai dengan penurunan berat, menurunkan darah
dengan mengurangi tekanan denyut jantung istirahat dan mungkin TPR.
Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi timbulnya
hipertensis yang terkait – ateroklerosis
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
merespon stress syaraf simpatis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
airnya. Sebagian diuretic (tiazid) tampaknya juga menurunkan TPR.
Penghambat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polo jantung atau
arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi.
Penghambat enzim pengubah angiotensin II (inhibitor ACE) berfungsi
untuk menurunkan angiotensin II dan menghambat enzim yang diperlukan
untuk mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II.
Antagonis (penyekat) reseptor-beta, terutama penyekat , selektif, bekerja
pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
Antagonis reseptor-alfa menghambat reseptor alfa di otot polo vascular
yang secara normal berespons terhadap rangsangan simpatis dengan
vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
Dapat digunakan vasodilator arteriol langsung untuk menurunkan TPR.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a. Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan
tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan
maligna, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal.
e. Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk,
mual dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon
motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit
kepala, nyeri abdomen.
h. Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat
merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau
penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
Prioritas perawatan :
1. Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program
pengobatan.
4. Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskular serebral.
b. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria hasil : - pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
- pasien akan mengungkapkan metode yang
memberikan pengurangan
- pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang
diresepkan
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
2. Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit
kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
3. Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular
serebral.
4. Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik
Rasional : menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang sistem saraf simpatis.
b. Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria hasil : - pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan
- pasien akan melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas yang dapat diukur
- pasien akan menuju penurunan tanda-tanda
intoleransi fisiologi
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator
dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat
gosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan O2
3. Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.
c. Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil : - pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi
dan kegemukan
- pasien akan menunjukkan perubahan pola makan
- pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan
Rasional : kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung
berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.
2. Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
lemak, garam, gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi
dan komplikasinya.
3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern
individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar
program berhasil.
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam
program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian atau penyuluhan.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
d. Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan
dengan peningkatan afterload vasokontriksi
Kriteria hasil : - pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan beban yang dapat diterima.
- pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil dalam rengtang normal.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang
keterlibatan atau bidang masalah vaskular.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap
terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
3. Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada
hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium)
perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi.
4. Catat edema umum atau tertentu
Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskular.
5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau
keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana. Pelaksanaannya mengacu pada rencana tindakan yang telah dirumuskan,
selama melaksanakan tindakan perawat menilai efektivitas tindakan keperawatan
dan respon pasien, juga mencatat dan melaporkan tindakan perawatan yang
diberikan serta mencatat reaksi pasien yang timbul.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan danpelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi meliputi
“SOAPIER”.
a. S : Data Subjektif
Masalah yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap masalah.
b. O : Data Objektif
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan diagnosa keperawatan
meliputidata fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Informasi berasal
dari keluarga /orang yang terdekat.
c. A : Analisa
Analisa data subjektif dan data objektif dalam menentukan perkembangan
statuskesehatan pasien. Jika data berubah, diagnosa akan berubah atau
kemungkinanbisa tetap.
d. P : Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari
intervensi.
e. I : Implementasi
Data subjektif dan data objektif berubah atau tidak bergantung pada data
yang ada,sedangkan intervensi mengikuti diagnosa yang ada.
f. E : Evaluasi
Merupakan analisis respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
g. R : Reasessment
Evaluasi kembali data-data pasien yang mengalami perubahan respons dan
tindak lanjut dari evaluasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
______http://fortunestar.co.id/health/?gid=41-15k
______http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
______http://
www.depkes.go.idindex.phpoption=articles&task=viewarticle&artid=20&Itemid=
3
Lynda Juall carpenito, 1999, Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah
Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta.
Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.
Oswari E. 2003, Penyakit dan Penanggulangannya, FKUI, Jakarta.
Suyono Slamet, 1996, Ilmu Penyakit Dalam Edisi III, FKUI, Jakrata.