4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending)...

24
31 Universitas Kristen Petra 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 pengamatan. Jumlah tersebut berasal dari 15 perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi terutama bidang farmasi, kosmetik dan keperluan rumah tangga dan peralatan rumah tangga yang terdaftar di BEI dan melaporkan CSR antara tahun 2010 2013 serta memiliki financial report yang lengkap dari tahun 2006-2014. Tabel 4.1 menunjukan secara lebih rinci tetang sampel yang digunakan. Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel Kriteria Sampel Jumlah 1. Perusahaan telah terdaftar di BEI 68 2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR antara tahun 2010 2013 8 3. Perusahaan yang tidak memiliki financial report yang lengkap dari tahun 2006-2014 0 Jumlah pengamatan yang memenuhi kriteria 60 4.1.2 CSR Score CSR akan diukur dengan menggunakan kriteria pengukuran GRI versi 3.1 tahun 2011 yang terdiri dari 84 kriteria. Perusahaan akan mendapat nilai 1 jika mengungkapkan item kriteria dalam G3.1 dan 0 jika sebaliknya. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah total kriteria yang diungkapkan perusahaan dibagi jumlah total kriteria yang ada dalam GRI versi 3.1 yaitu 84 kriteria. Berikut contoh pengukuran score CSR DVLA 2013

Transcript of 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending)...

Page 1: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

31 Universitas Kristen Petra

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 pengamatan. Jumlah tersebut

berasal dari 15 perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi terutama

bidang farmasi, kosmetik dan keperluan rumah tangga dan peralatan rumah

tangga yang terdaftar di BEI dan melaporkan CSR antara tahun 2010 – 2013 serta

memiliki financial report yang lengkap dari tahun 2006-2014. Tabel 4.1

menunjukan secara lebih rinci tetang sampel yang digunakan.

Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

1. Perusahaan telah terdaftar di BEI 68

2. Perusahaan yang tidak melaporkan CSR antara tahun

2010 – 2013

8

3. Perusahaan yang tidak memiliki financial report

yang lengkap dari tahun 2006-2014

0

Jumlah pengamatan yang memenuhi kriteria 60

4.1.2 CSR

Score CSR akan diukur dengan menggunakan kriteria pengukuran GRI versi

3.1 tahun 2011 yang terdiri dari 84 kriteria. Perusahaan akan mendapat nilai 1 jika

mengungkapkan item kriteria dalam G3.1 dan 0 jika sebaliknya. Pengukuran

dilakukan dengan menghitung jumlah total kriteria yang diungkapkan perusahaan

dibagi jumlah total kriteria yang ada dalam GRI versi 3.1 yaitu 84 kriteria. Berikut

contoh pengukuran score CSR DVLA 2013

Page 2: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

32 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.2 Score CSR DVLA 2013

Kriteria Nilai

Ekonomi 7

Lingkungan 3

Produk 6

Tenaga Kerja 8

Hak Asasi Manusia 1

Masyarakat 2

Total nilai 27

Total kriteria CSR 84

Hasil bagi (27/84) 0.32

Total Score DVLA 2013 yaitu 27 ini kemudian dibagi dengan 84 (Total

kriteria GRI 3.1). Dengan pembulatan 2 angka dibelakang koma, maka hasilnya

adalah 0,32 yang menggambarkan bahwa DVLA telah melaporkan CSR 32% dari

84 kriteria GRI. Angka ini menunjukan bahwa DVLA pada tahun 2013 memiliki

CSR yang tinggi karena berada di atas rata-rata seluruh sampel perusahaan yaitu

0,24.

4.1.3 Earning Persistent (Persistensi Laba)

Earning persistent / Persistensi laba diukur dengan menggunakan rumus 2,2

yang menggunakan slope dari net income before extraordinary items pada tahun t

, net income before extraordinary items sebelum tahun t dengan menggunakan

earning per share perusahaan selama 5 tahun ke belakang. Apabila persistensi

laba (ɸ1,j) mendekati 1 hal ini menunjukkan bahwa laba perusahaan persisten jika

persistensi laba (ɸ1,j) mendekati 0 hal ini menunjukkan bahwa laba perusahaan

tidak persisten dan menunjukkan bahwa ada banyak komponen yang bersifat

transitory (sementara). Sebagai contoh perusahaan DVLA pada tahun 2013.

Page 3: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

33 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.3 PL DVLA 2014

Tahun EPS t EPS t-1

2014 73 x

2013 112 112

2012 133 133

2011 108 108

2010 99 99

2009 x 64

SLOPE (EPS t, EPS t-1) 0,11

Dari hasil perhitungan rumus persistensi laba dari DVLA tahun 2013 adalah

sebesar 0,11. Angka ini menunjukan bahwa DVLA dari tahun 2009-2013

memiliki laba yang persistennya rendah karena berada di bawah rata-rata seluruh

sampel perusahaan yaitu 0,489.

4.1.4 Siklus Operasi

Siklus operasi diukur dengan menggunakan rumus 2,3 yaitu ln / natural

logaritma dari jumlah hari yang dibutuhkan perusahaaan untuk mendapatkan kas

dari piutang usaha ditambah jumlah hari yang dibutuhkan perusahaaan untuk

menjual inventory perusahaan. Semakin pendek siklus operasi semakin bagus pula

dampaknya bagi perusahaan. Sebagai contoh perusahaan DVLA pada tahun 2013.

Page 4: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

34 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.4 SIOP DVLA 2013

Sales 1.101.684.170.000

Account Receivable (beginning) 390.002.690.000

Account Receivable (ending) 377.104.867.000

Rata-rata Account Receivable

(beginning+ending)/2

383.553.778.500

Account Receivable Turnover

(Sales/ Rata-rata Account

Receivable)

2,87

COGS 441.028.093.000

Inventory (beginning) 132.822.565.000

Inventory (ending) 206.681.880.000

Rata-rata Inventory

(beginning+ending)/2

169.752.222.500

Inventory Turnover (COGS/ Rata-

rata Inventory)

2,60

Siklus Operasi (360/ Account

Receivable Turnover) + (360/

Inventory Turnover)

264

LN (Siklus Operasi) 5,58

Dari hasil perhitungan rumus siklus operasi dari DVLA tahun 2013 adalah

sebesar 5,58 yang menggambarkan 265 hari. Angka ini menunjukan bahwa

DVLA tahun 2013 memiliki siklus operasi yang panjang karena berada di atas

rata-rata seluruh sampel perusahaan yaitu 5,1103 yang menggambarkan 166 hari.

4.1.5 Volatilitas Penjualan

Volatilitas penjualan diukur dengan menggunakan rumus 2,4 yaitu total

penjualan dibagi total asset yang dimiliki oleh perusahaan selama 5 tahun terakhir

kemudian dihitung standar deviasinya. Semakin tinggi standar deviasi

Page 5: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

35 Universitas Kristen Petra

menggambarkan semakin tingginya volatilitas (Dechow dan Dichev, 2002).

Sebagai contoh perusahaan DVLA pada tahun 2013.

Tabel 4.5 VOLPEN DVLA 2013

Tahun Penjualan

2013 1.101.684.170.000

2012 1.087.379.869.000

2011 899.632.048.000

2010 869.405.028.000

2009 869.170.910.000

STDEV (2013-2009) 0,067

Dari hasil perhitungan rumus volatilitas penjualan dari DVLA tahun 2013

adalah sebesar 0,067. Angka ini menunjukan bahwa DVLA dari tahun 2009-2013

memiliki volatilitas penjualan yang rendah karena berada di bawah rata-rata

seluruh sampel perusahaan yaitu 0,12.

4.1.6 Volatilitas Arus Kas

Volatilitas arus kas diukur dengan menggunakan rumus 2,5 yaitu total arus

kas operasi dibagi total asset yang dimiliki oleh perusahaan selama 5 tahun

terakhir kemudian dihitung standar deviasinya. Semakin tinggi standar deviasi

menggambarkan semakin tingginya volatilitas (Dechow dan Dichev, 2002).

Sebagai contoh perusahaan DVLA pada tahun 2013.

Page 6: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

36 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.6 VOLAK DVLA 2013

Tahun Arus Kas Operasi

2013 106.931.180.000

2012 119.207.439.000

2011 73.025.709.000

2010 130.614.145.000

2009 5.688.757.000

STDEV (2013-2009) 0,05

Dari hasil perhitungan rumus dengan menggunakan Microsoft Excel 2010

volatilitas arus kas dari DVLA tahun 2013 adalah sebesar 0,05. Angka ini

menunjukan bahwa DVLA dari tahun 2009-2013 memiliki volatilitas penjualan

yang rendah karena berada di bawah rata-rata seluruh sampel perusahaan yaitu

0,055.

4.1.7 Proporsi Laba Negatif

Proporsi laba negatif diukur dengan menggunakan rumus 2,6 yaitu dengan

melihat dari 5 tahun terakir berapa banyak laba negatif yang perusahaan dapatkan

kemudian hasilnya dibagi 5. Sebagai contoh perusahaan LMPI pada tahun 2013.

Tabel 4.7 PRONEG LMPI 2013

Tahun Operating Income

2013 -12.040.411.197

Page 7: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

37 Universitas Kristen Petra

2012 2.340.674.019

2011 5.424.322.790

2010 2.794.104.212

2009 5.991.716.796

Laba Negatif (2013-2009) 1/5 = 0,2

Dari hasil perhitungan rumus proporsi laba negatif dari LMPI tahun 2013

adalah sebesar 0,2. Angka ini menunjukan bahwa LMPI dari tahun 2009-2013

memiliki proporsi laba negatif yang tinggi karena berada di atas rata-rata seluruh

sampel perusahaan yaitu 0,06.

4.1.8 Firm Size

Firm Size / Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan rumus 2,7 yaitu

logaritma 10 dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagai contoh

perusahaan DVLA pada tahun 2013 memiliki total asset sejumlah 1,19 triliun

rupiah.

Tabel 4.8 FSIZE DVLA 2013

Tahun Total Asset

2013 1.190.054.288.000

LOG (2013) 12,08

Dari hasil perhitungan rumus firm size dari DVLA tahun 2013 adalah

sebesar 12,08. Angka ini menunjukan bahwa DVLA memiliki firm size yang

besar karena berada di atas rata-rata seluruh sampel perusahaan yaitu 11,95.

4.1.9 Intensitas Persaingan

Intensitas persaingan diukur dengan menggunakan rumus 2,8 (HHI) yaitu

total penjualan perusahaan dibagi dengan total penjualan seluruh perusahaan di

subsektor yang sama kemudian dikuadratkan dan dijumlahkan. Semakin tinggi

Page 8: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

38 Universitas Kristen Petra

angka hasil pengujian HHI (diatas 0,5) menunjukkan semakin rendah intensitas

persaingan yang terjadi .Sebagai contoh perusahaan DVLA pada tahun.

Tabel 4.9 IPER DVLA 2013

Tahun

Sales 1.101.684.170.000

Total sales semua perusahaan BEI di sektor farmasi

tahun 2013

33.848.467.446.444

Market Share (Sales /Total sales semua perusahaan

BEI di sektor farmasi tahun 2013)

0,032547535

Market Share ^ 2 0.001059342

HHI (Total Market Share ^ 2 dari semua

perusahaan BEI di sektor farmasi tahun 2013)

0,29

Dari hasil perhitungan rumus intensitas persaingan dari DVLA tahun 2013

adalah sebesar 0,29. Angka ini menunjukan bahwa DVLA memiliki intensitas

persaingan yang tinggi karena memiliki hasil di bawah 0.5.

4.1.10 Statistik Deskriptif

Seluruh data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan program

SPSS versi 22. Berikut hasil output statistik deskriptif atas data yang digunakan

dalam penelitian.

Page 9: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

39 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.10 Statistik Deskriptif

Sumber : Hasil output SPSS

Nilai Valid N (listwise) pada tabel menunjukan bahwa dari 60 sampel yang

diteliti tidak ada kekosongan data pada semua variabel yang digunakan dalam

penelitian.

Data variabel PL (persistensi laba) mempunyai nilai terendah -2,29 dan

nilai tertinggi 1,52. Nilai rata-rata dari variabel PL sebesar 0,4898 dengan standar

deviasi 0,69983. Variabel PL merupakan variabel dengan sebaran data paling

renggang ditunjukan dengan standar deviasi yang terbesar dibandingkan dengan

variabel lainnya. Rata-rata variabel PL mempunyai nilai 0.4898 yang

menunjukkan bahwa perusahaan rata-rata dapat mempertahankan 48,98% labanya

dimasa depan

Data variabel SCSR (score CSR) mempunyai nilai terendah 0,11 dan nilai

tertinggi 0,37. Nilai rata-rata dari variabel SCSR sebesar 0,2440 dengan standar

deviasi 0,07205. Variabel SCSR memiliki variabel dengan sebaran datanya cukup

rapat ditunjukan dengan standar deviasi yang terkecil kedua dibandingkan dengan

variabel lainnya. Rata-rata variabel SCSR mempunyai nilai 0.2440 yang

menunjukkan bahwa perusahaan rata-rata dapat melaporkan 24,40% CSR dari 84

kriteria GRI.

Data variabel SIOP (siklus operasi) mempunyai nilai terendah 4,33 dan

nilai tertinggi 6,35. Nilai rata-rata dari variabel SIOP sebesar 5,1103 dengan

stadar deviasi 0,43307. Variabel SIOP merupakan variabel dengan sebaran data

Page 10: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

40 Universitas Kristen Petra

yang cukup renggang ditunjukan dengan standar deviasi yang terbesar ketiga

dibandingkan dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel SIOP mempunyai nilai

5,1103 yang menggambarkan 166 hari dan menunjukkan bahwa perusahaan rata-

rata membutuhkan 166 hari untuk mendapatkan kasnya kembali.

Data variabel VOLPEN (volatilitas penjualan) mempunyai nilai terendah

0,02 dan nilai tertinggi 0,33. Nilai rata-rata dari variabel VOLPEN sebesar 0,1207

dengan standar deviasi 0,07809. Variabel VOLPEN merupakan variabel dengan

sebaran data paling rapat ditunjukan dengan standar deviasi yang terkecil ketiga

dibandingkan dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel VOLPEN mempunyai

nilai 0.1207 yang menunjukkan bahwa penjualan perusahaan rata-rata memiliki

volatilitas yang stabil.

Data variabel VOLAK (volatilitas arus kas) mempunyai nilai terendah -

0,01 dan nilai tertinggi 0,13. Nilai rata-rata dari variabel VOLAK sebesar 0,0550

dengan standar deviasi 0,02697. Variabel VOLAK merupakan variabel dengan

sebaran data paling rapat ditunjukan dengan standar deviasi yang terkecil

dibandingkan dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel VOLAK mempunyai

nilai 0.0550 yang menunjukkan bahwa arus kas operasi perusahaan rata-rata

memiliki volatilitas yang stabil.

Data variabel PRONEG (proporsi laba negatif) mempunyai nilai terendah

0,00 dan nilai tertinggi 0,80. Nilai rata-rata dari variabel PRONEG sebesar 0,06

dengan standar deviasi 0,15316. Variabel PRONEG merupakan variabel dengan

sebaran data paling rapat ditunjukan dengan standar deviasi yang terkecil keempat

dibandingkan dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel PRONEG mempunyai

nilai 0.06 yang menunjukkan bahwa perusahaan rata-rata mendapatkan 3 laba

negatif selama 2006-2013.

Data variabel FSIZE (firm size) mempunyai nilai terendah 10,93 dan nilai

tertinggi 13,10. Nilai rata-rata dari variabel FSIZE sebesar 11,9542 dengan

standar deviasi 0,58262. Variabel FSIZE merupakan variabel dengan sebaran data

paling renggang ditunjukan dengan standar deviasi yang terbesar kedua

dibandingkan dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel FSIZE mempunyai nilai

11,9542 yang jika diperhatikan cukup dekat dengan nilai terendah dan tertinggi

Page 11: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

41 Universitas Kristen Petra

perusahaan sehingga bisa disimpulkan bahwa ukuran-ukuran perusahan dalam

penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang besar.

Data variabel IPER (persistensi laba) mempunyai nilai terendah 0,25 dan

nilai tertinggi 0,83. Nilai tengah dari variabel IPER sebesar 0,4345 dengan stadar

deviasi 0,21483. Variabel IPER merupakan variabel dengan sebaran data paling

renggang ditunjukan dengan standar deviasi yang terbesar keempat dibandingkan

dengan variabel lainnya. Rata-rata variabel IPER mempunyai nilai 0.4345 yang

menunjukkan bahwa tingkat persaingan antar perusahaan berdasarkan angka HHI

cukup tinggi karena berada di bawah 0,5.

4.1.11 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum pengujian asumsi klasik dapat dilakukan, data akan terlebih

dahulu diregresikan secara linear. Tujuan dari proses regresi ini agar dapat

mengetahui nilai residual atau error yang diperlukan untuk melakukan uji asumsi

klasik. Ada empat uji yang dilakukan untuk memenuhi asumsi klasik yaitu

normalitas, autokorelasi, heteroskedastistas, dan multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Nilai residu data memenuhi normalitas jika hasil signifikansi uji Kolmogorov-

Smirnov melebihi 5% atau 10%. Tabel 4.11 menunjukan hasil uji normalitas.

Tabel 4.11 Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber : Hasil output SPSS

Page 12: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

42 Universitas Kristen Petra

Hasil pengolahan data pada tabel 4.11 menunjukan signifikansi uji

Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari 10%

sehingga dapat dikatan nilai residu data telah terdistibusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat angka Durbin Watson (DW)

pada data penelitian. Suatu data dikatakan bebas autokorelasi jika memiliki nilai

DW minimal sebesar nilai du tabel dan maksimal sebesar nilai (4-du) tabel. Tabel

4.12 menunjukan nilai DW dari data penelitian.

Tabel 4.12 Nilai Durbin Watson

Sumber : Hasil output SPSS

Nilai tabel durbin watson pada � = 1%; n = 60; k = 5 adalah dL = 1,249

dan du = 1,598. Hasil pengolahan data pada tabel 4.11 menunjukan nilai Durbin

Watson sebesar 1,647, sehingga 1,598 < 1,647 < (4 - 1,598). Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa data penelitian bebas dari autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastistas

Uji heteroskedastistas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Seluruh

data variabel dapat dikatakan bebas dari heteroskedastistas jika seluruh variabel

mempunyai signifikansi yang lebih besar dari 10% atau 5%. Tabel 4.13

menunjukan hasil uji heteroskedastistas.

Page 13: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

43 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.13 Uji Glejser

Sumber : Hasil output SPSS

Hasil pengolahan data pada tabel 4.13 menunjukan hampir semua variabel

mempunyai signifikansi lebih besar dari 10%. kecuali variabel SIOP dan

PRONEG Walaupun signifikansi variabel SIOP dan PRONEG lebih kecil dari

10%, tetapi signifikasi tersebut masih lebih besar dari 5%. Sehingga dapat

dikatakan variabel SCSR, SIOP, VOLPEN, VOLAK, PRONEG, FSIZE, dan

IPER bebas dari heteroskedastistas.

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor

(VIF) dan tolerance. Data penelitian dikatakan bebas dari multikolinearitas jika

memiliki VIF kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1. Tabel 4.14 menunjukan

nilai VIF dan tolerance dari data penelitian.

Page 14: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

44 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.14 Nilai VIF dan Tolerance

Sumber : Hasil output SPSS

Dari tabel 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa seluruh variabel yaitu SCSR,

SIOP, VOLPEN, VOLAK, PRONEG, FSIZE, dan IPER mempunyai nilai VIF

kurang dari 10. Selain itu, semua variabel juga memiliki tolerance yang lebih dari

0,1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian bebas dari

multikolinearitas.

4.1.12 Pengujian Kelayakan Model Regresi

Suatu model regresi dinyatakan layak untuk digunakan dalam mengguji

hipotesis jika mempunyai signifikansi uji F lebih kecil dari 10% atau 5%. Tabel

4.15 menunjukan hasil uji F atas model regresi yang digunakan.

Tabel 4.15 Uji F

Sumber : Hasil output SPSS

Page 15: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

45 Universitas Kristen Petra

Signifikansi uji F pada tabel 4.15 menunjukan hasil sebesar 0,1. Dengan

demikian, model regresi dinyatakan layak untuk digunakan menguji hipotesis

karena memiliki signifikansi 10%. Ketika suatu model regresi layak untuk

digunakan maka, nilai koefisien determinasi dari model tersebut dapat diyakini.

Tabel 4.16 menunjukan nilai koefisien determinasi atau R2 dari model regresi

dalam penelitian ini.

Tabel 4.16 Nilai Koefisien Determinasi

Sumber : Hasil output SPSS

Tabel 4.16 menunjukan nilai adjusted R square pada model regresi adalah

sebesar 0,09. Angka ini menunjukan bahwa PL dapat diprediksi sebesar 9% oleh

variabel SCSR, SIOP, VOLPEN, VOLAK, PRONEG, FSIZE, dan IPER secara

bersama-sama. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 91%, untuk memprediksinya

dibutuhkan variabel-variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.1.13 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan tingkat

signifikansi yang digunakan adalah 10% atau 5%. Suatu variabel independen

secara parsial dapat dikatakan mempengaruhi variabel dependen jika memiliki

tingkat signifikansi lebih rendah dari 10% atau 5%. Tabel 4.17 menunjukan hasil

uji t parsial.

Page 16: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

46 Universitas Kristen Petra

Tabel 4.17 Uji T parsial

Sumber : Hasil output SPSS

Dari hasil uji t parsial pada tabel 4.17 dapat dilihat tingkat signifikansi

pengaruh variabel independen secara terpisah terhadap variabel dependen. SCSR

mempunyai tingkat signifikansi 0,431 dimana nilai ini berada di atas 0,1 yang

menunjukan SCSR tidak berpengaruh secara signifikan. SIOP mempunyai tingkat

signifikansi 0,021 dimana nilai ini berada di bawah 0,05 yang menunjukan SIOP

berpengaruh secara signifikan. VOLPEN mempunyai tingkat signifikansi 0,734

dimana nilai ini berada di atas 0,1 yang menunjukan VOLPEN tidak berpengaruh

secara signifikan. VOLAK mempunyai tingkat signifikansi 0,659 dimana nilai ini

berada di atas 0,1 yang menunjukan VOLAK tidak berpengaruh secara signifikan.

PRONEG mempunyai tingkat signifikansi 0,407 dimana nilai ini berada di atas

0,1 yang menunjukan PRONEG tidak berpengaruh secara signifikan. FSIZE

mempunyai tingkat signifikansi 0,682 dimana nilai ini berada di atas 0,1 yang

menunjukan FSIZE tidak berpengaruh secara signifikan. IPER mempunyai tingkat

signifikansi 0,855 dimana nilai ini berada di atas 0,1 yang menunjukan IPER tidak

berpengaruh secara signifikan.

Nilai koefisien pada masing-masing variabel lainnya menunjukan bahwa

setiap variabel tersebut naik 1 kali, maka besarnya PL akan meningkat sebesar

konstanta variabel tersebut. Dengan kondisi variabel independen lainnya = 0 atau

ceteris paribus.

Page 17: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

47 Universitas Kristen Petra

4.2 Analisis

4.2.1 Temuan dan Interpretasi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah CSR berpengaruh pada

persistensi laba di perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi dalam

bidang farmasi, kosmetik dan keperluan rumah tangga dan peralatan rumah

tangga. Dari hasil uji t yang ditunjukan pada tabel 4.17, variabel SCSR mempnyai

nilai signifikansi diatas 0,1. Hal ini menunjukan pengungkapan persistensi laba

tidak dipengaruhi oleh CSR yang dilakukan oleh perusahaan meskipun memiliki

hubungan yang positif. Dengan demikian hipotesis pertama ditolak.

Variabel VOLPEN dan VOLAK seperti yang dapat di lihat pada tabel 4.16,

telah mempunyai hubungan yang negatif sesuai hipotesis namun kedua variabel

ini mempunyai nilai signifikansi uji t diatas 0,1. Hal ini berarti baik VOLPEN dan

VOLAK, tidak mempengaruhi persistensi laba meskipun memiliki hubungan yang

negatif. Kesimpulannya hipotesis ketiga dan keempat ditolak.

Variabel PRONEG, FSIZE dan IPER seperti yang dapat di lihat pada tabel

4.16, tidak hanya memiliki hubungan yang tidak sesuai dengan hipotesis namun

juga mempunyai nilai signifikansi uji t diatas 0,1. Hal ini berarti baik PRONEG,

FSIZE dan IPER tidak mempengaruhi persistensi laba. Kesimpulannya hipotesis

kelima, keenam, dan ketujuh ditolak.

Variabel SIOP seperti yang dapat di lihat pada tabel 4.17 telah mempunyai

hubungan yang negatif sesuai hipotesis. Variable ini juga mempunyai tingkat

signifikansi dibawah 0,05. Hal ini menunjukan bahwa siklus operasi mampu

memberikan pengaruh negatif terhadap persistensi laba. Kesimpulannya hipotesis

kedua diterima.

4.2.2 Kaitan Temuan dengan Pengetahuan atau Teori

Pengaruh CSR terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis satu tidak konsisten dengan penelitian Riahi

dan Belkaoui (2004), Laksmana dan Yang (2009) dan Lassad dan

Khamaoussi (2012). Hasil hipotesis ini sesuai dengan Dunn dan Sainty

Page 18: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

48 Universitas Kristen Petra

(2009) dan Iqbal et al (2012). Tidak adanya pengaruh ini disebabkan oleh

banyak hal diantaranya sebagai berikut :

1. Rata-rata pelaporan CSR dalam penelitian ini hanya 24,40% yang

menunjukkan dari 84 kriteria GRI hanya sekitar 20 kriteria yang

dilaporkan.

2. Masih barunya CSR di Indonesia yang baru diwajibkan pada

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 yaitu pada pasal 66 ayat 2c yang

berbunyi “laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”

dan pasal 74 yang berbunyi:

“(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah”.

Kedua pasal ini memang meminta perusahaan untuk melaporkan CSR

namun tidak secara detail menunjukkan apa saja yang perusahaan harus

laporkan dalam pelaporan CSRnya berbeda dengan guidelines GRI

3. Banyak perusahaan yang tidak serius menjalankan CSR dengan

Cuma ½ / 1 lembar.

Page 19: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

49 Universitas Kristen Petra

Page 20: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

50 Universitas Kristen Petra

4. Tidak ada sanksi yang tegas dari pemerintah (BAPEPAM / OJK)

jika perusahaan tidak melaporkan CSR.

5. Banyak pihak manajemen perusahaan-perusahaan di Indonesia

menganggap bahwa kebijakan atas CSR di Indonesia masih kurang tepat

dan terlalu sulit dilakukan. Hal ini terjadi karena kebijakan atas CSR di

Indonesia masih baru yaitu sejak tahun 2007 dan masih perlu banyak

peningkatan.

6. Hofland (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa masih

banyaknya stakeholder Indonesia baik pelanggan, karyawan dan lainnya

yang belum begitu memahami pentingnya CSR dengan baik. Para

pelanggan cenderung menerima produk yang diberikan perusahaan tanpa

memperhatikan kesesuaian produk dengan CSR. Tidak hanya pelanggan,

para karyawan pun cenderung menerima segala bentuk gaji, bonus,

kompensasi dan fasilitas lainnya tanpa memperhatikan kesesuaiannya

dengan CSR.

Karena hal-hal ini CSR di Indonesia masih belum dapat memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap persistensi laba meski telah mampu

memberikan pengaruh positif karenanya diharapkan di masa depan

peningkatan atas kebijakan atas CSR di Indonesia akan dapat memberikan

pengaruh yang lebih baik pada kinerja perusahaan.

Pengaruh Siklus Operasi terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis dua konsisten dengan penelitian Dechow dan

Dichev (2002) dimana semakin panjang siklus operasi semakin negatif

dampaknya pada persistensi laba sehingga hipotesis dua ini diterima.

Siklus operasi yang panjang terbukti dapat menimbulkan uncertainty yang

menimbulkan kemungkinan kesalahan estimasi yang besar (Dechow dan

Dichev, 2002; Fanani, 2010). Kesalahan estimasi dalam siklus operasi ini

menjadi penyebaban banyaknya revisi atas laba perusahaan sehingga laba

menjadi fluktuatif dan memberikan pengaruh negatif pada persistensi laba.

Pengaruh Volatilitas Penjualan terhadap Persistensi Laba

Page 21: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

51 Universitas Kristen Petra

Hasil penelitian hipotesis tiga tidak konsisten dengan penelitian

Dechow dan Dichev (2002) dan Fanani (2010) dimana semakin tinggi

volatilitas penjualan semakin negatif dampaknya pada persistensi laba.

Namun hasil hipotesis ini sesuai dengan Francis et al (2004).

Grafik 4.1 Perbandingan PL dan VOLPEN

Grafik garis diatas dengan jelas menunjukkan bagaimana nilai variabel

PL mengalami trend penurunan yang tinggi sementar variabel VOLPEN

memiliki nilai stabil. Perbedaan trend di antara keduanya inilah yang

mengakibatkan tidak adanya pengaruh diantara kedua variable ini. Selain

grafik di atas Francis et al (2004) dan Demerjian et al (2013) juga

menyatakan bahwa kebijakan yang datang dari manajer yang kurang baik

terkait penjualan akan berdampak pada laba yang tidak persisten.

Pengaruh Volatilitas Arus Kas terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis empat tidak konsisten dengan penelitian

Dechow dan Dichev (2002), Ashley dan Yang (2004) dan Fanani (2010)

dimana semakin tinggi volatilitas arus kas semakin negatif dampaknya

pada persistensi laba. Namun hasil hipotesis ini sesuai dengan Francis et

al (2004) dan Laksmana dan Yang (2009) pada penelitiannya terkait

perusahaan yang tidak menerima penghargaan BCC.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1 2 3 4

PL

VOLPEN

Page 22: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

52 Universitas Kristen Petra

Grafik 4.2 Perbandingan PL dan VOLAK

Grafik garis diatas dengan jelas menunjukkan bagaimana nilai variabel

PL mengalami trend penurunan yang tinggi sementar variabel VOLAK

memiliki nilai stabil. Perbedaan trend di antara keduanya inilah yang

mengakibatkan tidak adanya pengaruh diantara kedua variable ini. Selain

grafik di atas Francis et al (2004) dan Demerjian et al (2013) juga

menyatakan bahwa kebijakan yang datang dari manajer yang kurang baik

terkait penggunaan kas perusahaan akan berdampak pada laba yang tidak

persisten.

Pengaruh Proporsi Laba Negatif terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis lima tidak konsisten dengan Dechow dan

Dichev (2002), semakin tinggi proporsi laba negatif yang perusahaan

dapatkan akan memberikan dampak negatif pada persistensi laba. Namun

konsisten dengan Francis et al (2004) dan Laksamana dan Yang (2009).

Grafik 4.3 Perbandingan PL dan PRONEG

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1 2 3 4

PL

VOLAK

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1 2 3 4

PL

PRONEG

Page 23: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

53 Universitas Kristen Petra

Grafik garis diatas dengan jelas menunjukkan bagaimana nilai variabel

PL mengalami trend penurunan yang tinggi sementar variabel PRONEG

memiliki nilai stabil. Perbedaan trend di antara keduanya inilah yang

mengakibatkan tidak adanya pengaruh diantara kedua variable ini.

Pengaruh Firm Size terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis enam tidak konsisten dengan penelitian

Dechow dan Dichev (2002) dan Laksamana dan Yang (2009), semakin

tinggi firm size yang perusahaan dapatkan akan memberikan dampak

positif pada persistensi laba. Namun konsisten dengan Francis et al (2004).

Grafik 4.4 Perbandingan PL dan FSIZE

Grafik garis diatas dengan jelas menunjukkan bagaimana nilai variabel

PL mengalami trend penurunan yang tinggi sementar variabel FSIZE

memiliki nilai stabil. Perbedaan trend di antara keduanya inilah yang

mengakibatkan tidak adanya pengaruh diantara kedua variable ini. Besar

kecilnya sebuah perusahaan tidak selalu menjamin besarnya laba yang bisa

perusahaan dapatkan karena itu meskipun ukuran perusahaan besar tidak

menjamin perusahaan akan mendapatkan laba yang persisten (Baginski et

al, 1999).

Pengaruh Intensitas Persaingan terhadap Persistensi Laba

Hasil penelitian hipotesis tujuh tidak konsisten dengan penelitian

Roberts (1999). Semakin tinggi intensitas persaingan akan memberikan

dampak negatif pada persistensi laba.

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

1 2 3 4

PL

FSIZE

Page 24: 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · Inventory (beginning) 132.822.565.000 Inventory (ending) 206.681.880.000 Rata-rata Inventory (beginning+ending)/2 169.752.222.500 Inventory Turnover

54 Universitas Kristen Petra

Grafik 4.5 Perbandingan PL dan IPER

Grafik garis diatas dengan jelas menunjukkan bagaimana nilai variabel

PL mengalami trend penurunan yang tinggi sementar variabel IPER

memiliki nilai stabil. Perbedaan trend di antara keduanya inilah yang

mengakibatkan tidak adanya pengaruh diantara kedua variable ini. Dalam

semua situasi persaingan baik rendah maupun tinggi, perusahaan akan

selalu berusaha untuk meningkatkan competitive advantage perusahaannya

dan keberhasilan mendapatkan competitive advantage inilah yang akan

menentukan besarnya laba yang perusahaan dapatkan (Baginski et al,

1999).

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1 2 3 4

PL

IPER