4 Efektif Serai Wangi Miftah

7
Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144 138 EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH MERAH DAN SAMBILOTO Miftakhurohmah, Rita Noveriza dan Agus Kardinan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli- tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham- bat formula minyak serai wangi (air + elmul- sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka- pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli- tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2 metode : (1) Metode zona penghambatan, de- ngan dosis perlakuan 20 μl, kapang uji adalah kapang kontaminan asal buah merah segar; (2) Metode cawan dengan pengenceran bertingkat, kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen- trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar sitronela dalam formula minyak serai wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi- nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam- puan menghambat pertumbuhan Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan Fusarium sp. Persentase penghambatan per- tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari setelah perlakuan, dengan persentase pengham- batan terendah pada kapang Fusarium sp dan tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak mampu tumbuh pada konsentrasi formula minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per- tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se- besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah perlakuan. Kata kunci : Formula serai wangi, daya hambat, kapang kontaminan ABSTRACT Effectiveness of Citronella Oil Formula to the Growth of Mould from Red Papua and Sambiloto Essential oil of Citronella grass provides potential alternative as botanical control agents because the main anti fungal and anti bacterial components are citronella and geraniol. The aim of this research was to find out the inhibitory activity of citronella oil formula (water + emul- sifier + 1% of citronella oil) against contaminant mould from fresh red papua (Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp and Fusa- rium sp) and from product of sambiloto powder (A. flavus). This experiment was conducted in Phytopathology Laboratory of Indonesian Medi- cinal and Aromatic Crops Research Institute (IMACRI) from December 2007 to April 2008. The research was done with 2 methods : (1) inhi- bitory zone with 20 μl of citronella oil formula and the moulds from fresh red papua as contami- nants and, (2) petri dish with serial dilution method, A. flavus as the mould 0; 2; 5 and 10% doses of citronella oil formula. The results showed that citronella component in formula of citronella oil was 1.54%. The formula of citro- nella oil has ability to reduce the growth of Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp and Fusarium sp. The percentage of growth inhibition was 16.07-66.67% at the 7 th day after treatment, the lowest was Fusarium sp, and the highest was on Ulocladium sp. The growth of A. flavus completely inhibited at 10% of citronella oil formula, while at doses 2 and 5% limited growth inhibition up to 11.78 and 13.85%, at the 5 th day after treatment. Keywords : Citronella oil formula, inhibition activity, contaminant mould

description

manfaat serai

Transcript of 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Page 1: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144

138

EFEKTIVITAS FORMULA MINYAK SERAI WANGI

TERHADAP PERTUMBUHAN KAPANG ASAL BUAH

MERAH DAN SAMBILOTO

Miftakhurohmah, Rita Noveriza dan Agus Kardinan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

ABSTRAK

Komponen utama minyak serai wangi

adalah sitronela dan geraniol, yang memiliki

sifat antibakteri dan antikapang, sehingga bisa

dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Peneli-

tian ini bertujuan untuk mengetahui daya ham-

bat formula minyak serai wangi (air + elmul-

sifier + minyak serai wangi 1%) terhadap ka-

pang kontaminan asal ekstrak dan buah merah

segar (Geotrichum sp, Fusarium culmorum,

Ulocladium sp dan Fusarium sp) dan asal

serbuk sambiloto (Aspergillus flavus). Peneli-

tian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

(Balittro), pada Desember 2007 sampai dengan

April 2008. Penelitian dilakukan dengan 2

metode : (1) Metode zona penghambatan, de-

ngan dosis perlakuan 20 µl, kapang uji adalah

kapang kontaminan asal buah merah segar; (2)

Metode cawan dengan pengenceran bertingkat,

kapang uji A. flavus, dengan beberapa konsen-

trasi formula minyak serai wangi (0; 2; 5 dan

10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kadar sitronela dalam formula minyak serai

wangi yang diuji sebesar 1,54%. Formula mi-

nyak serai wangi yang diuji memiliki kemam-

puan menghambat pertumbuhan Geotrichum

sp, Fusarium culmorum, Ulocladium sp dan

Fusarium sp. Persentase penghambatan per-

tumbuhan sebesar 16,07-66,67% pada 7 hari

setelah perlakuan, dengan persentase pengham-

batan terendah pada kapang Fusarium sp dan

tertinggi pada Ulocladium sp. A. flavus tidak

mampu tumbuh pada konsentrasi formula

minyak serai wangi sebesar 10%, sedangkan

pada konsentrasi 2 dan 5% menghambat per-

tumbuhan A. flavus dengan daya hambat se-

besar 11,78 dan 13,85%, pada hari ke-5 setelah

perlakuan.

Kata kunci : Formula serai wangi, daya hambat, kapang

kontaminan

ABSTRACT

Effectiveness of Citronella Oil Formula

to the Growth of Mould from Red

Papua and Sambiloto

Essential oil of Citronella grass provides

potential alternative as botanical control agents

because the main anti fungal and anti bacterial

components are citronella and geraniol. The aim

of this research was to find out the inhibitory

activity of citronella oil formula (water + emul-

sifier + 1% of citronella oil) against contaminant

mould from fresh red papua (Geotrichum sp,

Fusarium culmorum, Ulocladium sp and Fusa-

rium sp) and from product of sambiloto powder

(A. flavus). This experiment was conducted in

Phytopathology Laboratory of Indonesian Medi-

cinal and Aromatic Crops Research Institute

(IMACRI) from December 2007 to April 2008.

The research was done with 2 methods : (1) inhi-

bitory zone with 20 µl of citronella oil formula

and the moulds from fresh red papua as contami-

nants and, (2) petri dish with serial dilution

method, A. flavus as the mould 0; 2; 5 and 10%

doses of citronella oil formula. The results

showed that citronella component in formula of

citronella oil was 1.54%. The formula of citro-

nella oil has ability to reduce the growth of

Geotrichum sp, Fusarium culmorum, Ulocladium

sp and Fusarium sp. The percentage of growth

inhibition was 16.07-66.67% at the 7th day after

treatment, the lowest was Fusarium sp, and the

highest was on Ulocladium sp. The growth of A.

flavus completely inhibited at 10% of citronella

oil formula, while at doses 2 and 5% limited

growth inhibition up to 11.78 and 13.85%, at the

5th

day after treatment.

Keywords : Citronella oil formula, inhibition activity,

contaminant mould

Page 2: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Miftakhurohmah et al. : Efektivitas Formula Minyak Serai Wangi terhadap Pertumbuhan Kapang asal Buah Merah dan Sambiloto

139

PENDAHULUAN

Serangan kapang dan serangga

tidak hanya terjadi di lapang, bahkan

sampai proses penyimpanan. Kerugian

akibat serangan kapang dan serangga di

gudang penyimpanan selain berdampak

ekonomis, yaitu mengurangi hasil, juga

berdampak negatif bagi kesehatan ma-

nusia, yaitu karena adanya kandungan

mikotoksin pada produk yang disim-

pan. Mikotoksin adalah metabolit se-

kunder yang diproduksi oleh beberapa

kapang terutama yang masuk dalam

genus Aspergillus, Penicillium, Fusa-

rium, dan, Alternaria. Mikotoksin uta-

ma yang banyak ditemukan dalam pro-

duk pertanian adalah : aflatoksin,

trichothecenes, fumonisin, ochratoksin

A (OTA), patulin, tremorgenik toksin,

dan ergot alkaloid (Kabak et al., 2006).

Aflatoksin bersifat karsinogenik, muta-

genik, dan dapat menurunkan kekebal-

an tubuh (Suryadi et al., 2005).

Pengendalian kapang di tempat

penyimpanan, dapat menggunakan pes-

tisida nabati atau fumigan yang ramah

lingkungan. Beberapa minyak atsiri

dari tanaman aromatik memiliki ke-

mampuan untuk menghambat pertum-

buhan kapang.

Minyak atsiri adalah campuran

beberapa senyawa yang mudah meng-

uap, dan unsur utamanya sering digu-

nakan sebagai agen nabati karena ke-

mampuannya sebagai obat tradisional

dan toksisitasnya terhadap kapang pa-

togenik tanaman dan serangga (Deles-

paul et al., 2000 dalam Anthony et al.,

2004).

Komponen utama serai wangi

adalah sitronela dan geraniol yang da-

pat dimanfaatkan sebagai pestisida na-

bati. Kedua senyawa tersebut mempu-

nyai sifat antibakteri dan antikapang

(Guenther, 1994 dan Sait, 1999 dalam

Nasrun dan Nuryani, 2007). Minyak

serai wangi (Cymbopogon nardus) dan

minyak palmarosa (C. martinii) me-

miliki daya hambat paling tinggi

terhadap 8 strain kapang dibandingkan

beberapa minyak atsiri yang lain yang

diuji secara kontak langsung dan me-

lalui metode fase penguapan (Deles-

paul et al., 2000 dalam Billerbeck et

al., 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kadar sitronela pada for-

mula minyak serai wangi (air + elmul-

sifier + minyak serai wangi) dan daya

hambatnya terhadap pertumbuhan ka-

pang Geotrichum sp., Fusarium cul-

morum, Ulocladium sp., Fusarium sp.

asal ekstrak dan buah merah segar dan

A. flavus asal serbuk sambiloto.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di La-

boratorium Penyakit Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika

(Balittro), sejak Desember 2007 sam-

pai dengan April 2008.

Formula minyak serai wangi

yang digunakan berupa campuran

emulsifier, air dan minyak serai

wangi. Kadar sitronela dalam formula

minyak serai wangi diuji dengan

menggunakan metode Titrasi Volu-

metri.

Kapang uji yang digunakan :

Geotrichum sp., Fusarium culmorum,

Ulocladium sp. dan Fusarium sp. (ka-

pang kontaminan pada ekstrak dan

buah merah segar), dan A. flavus (di-

dapatkan dari serbuk sambiloto hasil

teknologi Balittro). Kelima kapang uji

merupakan koleksi Laboratorium

Page 3: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144

140

Penyakit Balittro. Kapang uji dibiak-

kan pada media Agar Kentang Deks-

trosa (AKD) dalam cawan petri selama

7 hari, dan diinkubasi pada suhu

kamar.

Penelitian dilaksanakan dengan

dua metode: (1) zona penghambatan

dan (2) metode cawan dengan pengen-

ceran bertingkat.

Metode pertama

Media pengujian AKD (agar 20

g, kentang 200 g, dekstrosa 20 g, aqua-

des 1 l) disiapkan dan disteril dengan

autoklaf suhu 121ºC selama 20 menit,

kemudian di tuangkan kedalam cawan

petri steril masing-masing sebanyak

kurang lebih 10 ml. Kemudian cawan

petri (diameter 9 cm) di ukur dan di

bagi seperti Illustrasi berikut :

Keterangan : B = Formula minyak serai wangi

C = Cendawan yang di uji

Note : B = Citronella oil formula

C = Test fungal

Pada bagian B, diletakkan pa-

per disk yang berukuran 5 mm yang su-

dah di celupkan kedalam larutan for-

mula minyak serai wangi (20 µl) dan

pada bagian C diletakkan isolat ka-

pang yang berukuran sama dengan pa-

per disk. Sebagai kontrol, isolat kapang

uji ditumbuhkan pada bagian C, tanpa

peletakan paper disk dan tidak berisi

formula minyak serai wangi pada ba-

gian B. Selanjutnya cawan petri diin-

kubasikan pada suhu kamar. Perla-

kuan diulang tiga kali. Pengukuran

terhadap zona hambatan (diameter

kapang dari titik peletakan ke arah

bagian B) dilakukan setiap hari, sam-

pai hari ke-7 setelah perlakuan. Per-

sentase penghambatan dihitung

dengan rumus (Pandey et al., 1982

dalam Zambonelly et al., 1996) :

X = a – b x 100 %

a Keterangan/Note :

X = persentase penghambatan (%)/The inhi-

bition percentage (%)

a = zona hambatan kapang uji tanpa perlaku-

an/The inhibition zone of the test mould

without treatment

b = zona hambatan kapang uji + perlakuan

formula minyak serai wangi/The inhibi-

tion of the test mould + citronella oil

formula treatment

Metode kedua

Untuk memanen spora spora

A. flavus digunakan pelarut Pepton

Saline Tween (PST) (Feire et al.,

1999). Bahan yang digunakan adalah :

Peptone (2 g), Tween 80 (1 ml), NaCl

(17,8 g), dan aquades (2 l). Bahan

dilarutkan satu persatu dalam aquades,

kemudian disterilkan dalam autoklaf

selama 20 menit pada suhu 1210 C.

Panen spora kapang A. flavus

dilakukan dengan cara : larutan PST

sebanyak 10 ml dituang ke dalam

cawan petri yang ditumbuhi kapang A.

flavus, diaduk dengan pengaduk steril,

kemudian disaring dengan kertas sa-

ring. Suspensi spora yang dihasilkan

dihitung dengan menggunakan hae-

mositometer.

B C

4 cm 2,5 2,5

Page 4: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Miftakhurohmah et al. : Efektivitas Formula Minyak Serai Wangi terhadap Pertumbuhan Kapang asal Buah Merah dan Sambiloto

141

Media AKD yang sudah steril,

kemudian ditambah formula minyak

serai wangi sesuai konsentrasi yang

diuji (0, 2,5, 5 dan 10%), dituang ke

dalam cawan petri (diameter 9 cm)

sebanyak kurang lebih 8-9 ml. Selan-

jutnya suspensi spora cendawan A.

flavus (kerapatan spora 5,4 x 104 spora/

ml) sebanyak 0,2 ml dipipetkan ke

dalam cawan petri dan di ratakan de-

ngan batang pengaduk steril. Perlakuan

diulang tiga kali. Selanjutnya diinkuba-

si pada suhu kamar. Jumlah kapang

yang tumbuh dihitung padai hari ke-5

setelah perlakuan. Persentase pengham-

batan dihitung dengan rumus (Pandey et

al., 1982 dalam Zambonelly et al., 1996) :

X = a – b x 100 %

a Keterangan/Note :

X = persentase penghambatan (%)/The inhi-

bition percentage (%)

a = jumlah kapang yang tumbuh pada kon-

trol (konsentrasi perlakuan 0 %)/Total of

mould on control (treatment concen-

tration 0%).

b = jumlah kapang yang tumbuh pada media

perlakuan/Total of mould on treatment

media.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa kadar sitronela dalam for-

mula minyak serai wangi

Komponen utama minyak serai

wangi pada umumnya adalah sitronela

dan geraniol. Sitronela dipercaya seba-

gai antikapang, sedangkan geraniol

bersifat antibakteri. Beberapa kompo-

nen kimia minyak serai wangi yang

berasal dari Asia Tenggara, sitronela

dan linalool memiliki daya hambat

tertinggi terhadap beberapa spesies

Aspergillus dan beberapa spesies

Penicillium (Nakahara et al., 2003).

Berdasarkan analisa dengan metode

Titrasi Volumetri, kadar sitronela da-

lam formula minyak serai wangi yang

diuji sebesar 1,54%.

Metode pertama

Hasil pengujian daya hambat

formula minyak serai wangi terhadap

kapang kontaminan asal ekstrak dan

buah merah segar disajikan pada

Tabel 1 dan Gambar 1-4. Formula

minyak serai wangi yang diuji sudah

mulai menghambat pertumbuhan

semua kapang kontaminan pada hari

ke-2, dengan persentase penghambat-

an berkisar antara 4,83-21,89%. Daya

hambat tertinggi terjadi pada F.

culmorum, sedangkan yang terendah

pada Ulocladium.

Daya hambat formula minyak

seraiwangi terhadap kapang Geotri-

chum mengalami kenaikan pada hari

ke-2 sampai ke-6, kemudian mengala-

mi penurunan pada hari ke-7. Hal ini

terjadi diduga karena pada hari ke-7

daya hambat formula minyak serai

wangi mulai menurun terhadap ka-

pang Geotrichum. Penurunan daya

hambat juga terjadi pada F. culmorum

dan kapang Fusarium sp pada hari ke-

6. Daya hambat minyak serai wangi

pada kapang A. niger mulai menurun

pada hari ke-6 (Billerbeck et al.,

2001).

Pada kapang Ulocladium daya

hambat formula minyak serai wangi

terus meningkat sampai hari ke-7.

Sampai hari ke-7, daya hambat for-

mula minyak serai wangi tertinggi ter-

hadap kapang Ulocladium sp sebesar

66,67%, dan terendah terhadap kapang

Fusarium sp sebesar 16,07%).

Page 5: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144

142

Metode kedua

Formula minyak serai wangi

yang diuji memiliki kemampuan meng-

hambat pertumbuhan A. flavus pada

konsentrasi 2 dan 5%, dengan daya

hambat sebesar 11,78 dan 13,85%. Pa-

da konsentrasi 10%, formula minyak

serai wangi memiliki daya bunuh ter-

hadap A. flavus, dalam arti A. flavus

sama sekali tidak mampu tumbuh (per-

tumbuhan nol) (Gambar 5). Pada pene-

litian terdahulu, dengan metode peng-

uapan, sitronela dan linalol dari minyak

serai wangi menghambat A flavus

dengan nilai MID sebesar 0,0056%

(MID = minimum inhibitory dose,

yang didefinisikan sebagai konsentrasi

terendah (mg/l di udara) komponen

volatil yang dapat menghambat per-

tumbuhan koloni sebesar 50%)

(Nakahara et al., 2003). Sedangkan ter-

hadap Aspergillus niger, dengan meto-

de yang sama, minyak serai wangi me-

miliki daya hambat sebesar 3-40%

pada dosis 100-400 mg/l (0,01-0,04%)

dan daya bunuh pada dosis 800 mg/l

(0,08%) (Billerbek et al., 2001).

0

10

20

30

40

2 4 6 7

Hari ke-

Zo

na p

en

gh

am

bata

n

(mm

)

Fus + FSW

Fus (Kontrol)

Gambar 1. Pengaruh formula serai

wangi terhadap pertum-

buhan Fusarium sp.

Figure 1. Effect of citronella oil to

Fusarium sp growth

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2 4 6 7

Hari ke-

zo

na p

en

gh

am

bata

n (

mm

)

F.cul + FSW

F.cul(kontrol)

Gambar 2. Pengaruh formula serai wa-

ngi terhadap pertumbuhan

Geotrichum sp.

Figure 2. Effect of citronella oil to

Geotrichum sp growth

Tabel 1. Persentase penghambatan formula minyak serai wangi terhadap pertum-

buhan Geotrichum sp., Fusarium sp., Ulocladium sp. dan Fusarium

ulmorum

Table 1. Inhibitory percentage of citronella oil formula to Geotrichum sp.,

Fusarium sp., Ulocladium sp. and Fusarium ulmorum

Kapang kontaminan

(Contaminant mould)

Hari ke-/Incubation time (days)

2 4 6 7

Geotrichum sp 17,37 32,39 34,58 32,13

Fusarium sp 9,25 21,18 19,41 16,07

Ulocladium sp 4,83 64,72 65,92 66,67

Fusarium culmorum 21,89 44,44 39,72 35,69

Page 6: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Miftakhurohmah et al. : Efektivitas Formula Minyak Serai Wangi terhadap Pertumbuhan Kapang asal Buah Merah dan Sambiloto

143

0

10

20

30

40

50

2 4 6 7

Hari ke-

Zo

na p

en

gh

am

bata

n (

mm

)

Geo + FSW

Geo (kontrol)

Gambar 3. Pengaruh formula serai wa-

ngi terhadap pertumbuhan

Geotrichum sp.

Figure 3. Effect of citronella oil to

Geotrichum sp growth.

0

10

20

30

40

50

60

70

2 4 6 7

Hari ke-

Zo

na h

am

bata

n (

mm

)

Ulo + FSW

Ulo (kontrol)

Gambar 4. Pengaruh formula serai wa-

ngi terhadap pertumbuhan

Ulocladium sp.

Figure 4. Effect of citronella oil to

Ulocladium sp growth.

0

11.78 13.85

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 2 5 10

Konsentrasi formula serai wangi (%)

Per

sen

tase

Pen

gh

amb

atan

Gambar 5. Persentase penghambatan

formula minyak serai wa-

ngi terhadap A. flavus, 5

hari setelah inkubasi

Figure 5. Inhibitory percentage of cit-

ronella oil formula to A. fla-

vus, after 5 days incubation

KESIMPULAN

Kadar sitronela dalam formula

minyak serai wangi yang diuji sebesar

1,54%. Formula minyak serai wangi

yang diuji mampu menghambat per-

tumbuhan kapang kontaminan Geotri-

chum sp, Fusarium culmorum, Ulocla-

dium sp dan Fusarium sp dengan daya

hambat sebesar 16,07-66,67%. Daya

hambat terendah pada kapang

Fusarium sp dan tertinggi pada

Ulocladium sp. Konsentrasi formula

minyak serai wangi sebesar 2 dan 5%

menghambat A. flavus dengan daya

hambat sebesar 11,78-13,85% sedang-

kan konsentrasi 10% membunuh A.

flavus.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, S., K. Abeywikrama, R

Dayanada., S.W. Wijeratna, and L

Arambewela, 2004. Fungal patho-

gens associated with Banana fruit in

Sri Langka, and their treatment with

essential oils. Mycopathologia 157 :

91 – 97.

Billerbeck, V.G., C.G. Roques, J-M.

Bessiere, 2001. Effect of Cymbo-

pogon nardus (L) W. Watson

Essential Oil on the growth and

morphogenesis of Aspergillus niger.

Canadian Journal of Microbiology

47: 9 – 17.

Feire, F.C.O., Z. Kozakiewicz, and

R.R.M. Paterson, 1999. Mycloflora

and mycotoxin of Brazilian Cashew

Kernels. Mycophatologia 145 : 95 –

103.

Page 7: 4 Efektif Serai Wangi Miftah

Bul. Littro. Vol. XIX No. 2, 2008, 138 - 144

144

Kabak, B., A.D.W. Dobson, and Var. I.,

2006. Strategies to Prevent myco-

toxin contamination of food and ani-

mal feed : A Review. Critical Review

in Food Science and Nutrition. 46 : 8

p.

Nasrun dan Y. Nuryani, 2007. Penyakit

layu bakteri pada nilam dan strategi

pengendaliannya. Jurnal Litbang Per-

tanian 26 (I). www.pustaka-

deptan.go.id/publikasi/p3261072.pdf.

diakses tanggal 25 Maret 2008.

Nakahara, K., N.S. Alzoreky, T.

Yoshihoshi, H.T.T. Nguyen, and G.

Trakoontivakorn, 2003. Chemical

composition and antifungal activity of

essential oil from Cymbopogon

nardus (citronella grass). JARQ 37

(4) : 249-252. http :

//www.jircas.affre.go.jp.

Suryadi, H., M. Kurniadi, dan A.

Yohanes, 2005. Analisis kuantitatif

aflatoksin dalam bumbu pecel secara

KLT densitometri. Seminar Nasi-

onal MIPA 2005. Fakultas MIPA

Universitas Indonesia. Depok, 24-26

November 2005. 8 hal.

Zambonelly, A., A. Zechini D’Aulerio,

A. Bianchi and A. Albasini, 1996.

Effects of essential oils on Phyto-

pathogenic Mould In Vitro. Journal

Phytopathology 144 : 491-494.