4. Dampak Penmbanguhan Kefe Terhadap Perilaiku Konsumtif

download 4. Dampak Penmbanguhan Kefe Terhadap Perilaiku Konsumtif

of 17

Transcript of 4. Dampak Penmbanguhan Kefe Terhadap Perilaiku Konsumtif

Kajian Dampak Pembangunan Cafe Terhadap Perilaku Konsumtuf RemajaDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Dampak Pembangunan Terhadap Penyimpangan Sosial tingkat S1 prodi Pendidikan IPS

Disusun oleh : Dena Yemin Meisendi Millaty Anggana Puri Sifa Fauziah Widia Purwanti

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Perubahan perilaku kehidupan remaja saat ini sangat gampang terjadi. Kemajuan jaman telah banyak mepengaruhi hal tersebut. Dari mudahnya masyarakat mencari tempat hiburan seperti kafe, kemajuan tekhnologi, dan tersedianya barang modern dan jasa (kafe, salon, fitness center, dll) dalam jumlah yang banyak. Menuntun remaja berperilaku konsumtif, dan hal itu kini sudah menjadi gaya hidup (life style) bagi mereka. Tidak dapat dipungkiri keberadaan kafe, dan gerai makanan cepat saji dapat mempermudah kita sebagai konsumen mengisi isi perut, terlepas bagi kalangan atas, menengah, maupun bawah. Semuanya terkena imbas dari pembangunannya. Mungkin kafe menjadi hal yang lumrah bagi kebanyakan mahasiswa. Tersedia banyaknya fariasi menu makanan menjadi salah satu daya pikat konsumen untuk sekedar nongkrong selain sebagai sarana mencari kesenangan. Cafe merupakan lahan bisnis yang menjanjikan bagi para pemilik modal, apalagi di kota-kota besar seperti Bandung. Hal tersebut berhubungan dengan zaman globalisasi seperti yang telah dijelaskan diatas. Disisi lain berjamurnya tempat-tempat hiburan khususnya kafe memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi bagi pemerintah daerah. Akan tetapi kapitalisasi yang terjadi semakin hari semakin bertambah, ini terlihat dari icon-icon kapitalisme yang sudah

terpampang dan mudah di temukan di setiap sudut-sudut jalan. Hampir segala jenis seperti, pusat perbelanjaan, ragam kaf, sampai hiburan malam yang gemerlap seperti diskotik dan kaf house music tersedia di kota ini bahkan semakin menjamur. Seolah-olah arus globalisasi yang membawa kapitalisme telah membendung dan mendektek para mahasiswa

2

untuk mengikuti selera pasar. Di sebuah kota perubahan merupakan suatu kepastian dalam roda perjalanan suatu kota. Sebagai kota pelajar perkembangan kota Bandung seharusnya mendukung suasanan belajar yang kondusif. Merajanya sektor kosummsi yang hadir dengan segala gegap kempitanya, tak terlepas dari besarnya jumlah golongan kaum muda yang menghuni kota Bandung. Konsumen muda yang terdiri dari generasi muda, baik pelajar maupun mahasiswa merupakan sasaran empuk yang mengugah selera kapitalisme. I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pembangunan kafe terhadap perilaku konsumtif mahasiswa? 2. Bagaimana cara menyelesaikan perilaku konsumtif? I.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh interaksi dari kafe terhadap perilaku konsumtif remaja. 2. Mengetahui cara menyelesaikan perilaku konsumtif. I.4 Metode Penelitian Metode penelitian yang kami gunakan yaitu dengan metode deskriptif dengan studi literatur dari berbagai sumber, seperti buku dan media cetak (koran) serta instrumen penelitian dan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara dan observasi. I.5 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metodologi, dan sistematika penulisan. Bab II analisis dan pembahasan terdiri dari perilaku konsumtif, penyebab perilaku konsumtif, dampak pembangunan terhadap perilaku

3

konsumtif,

dan

penyelesaian

masalah

perilaku

konsumtif

akibat

pembangunan kafe. Bab III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

4

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II.1 Perilaku konsumtif Kata konsumtif ( sebagai kata sifat; lihat akhiran-if ) sering diartikan sama dengan kata konsumerisme. Kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Namun biasanya kata ini digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok (Fransiska : 2003) Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesarbesarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata. (Lina & Rosyid dalam Ibid 1997 : 7 ). James F. Engel (dalam Mangkunegara, 2002: 3) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Perilaku konsumtif bisa dilakukan oleh siapa saja. Pendapat di atas berarti bahwa perilaku membeli yang berlebihan tidak lagi mencerminkan usaha manusia untuk memanfaatkan uang secara ekonomis namun perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu sarana untuk menghadirkan diri dengan cara yang kurang tepat. Perilaku tersebut menggambarkan sesuatu yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Sedangkan secara psikologis menimbulkan

5

kecemasan dan rasa tidak aman.Konsumen dalam membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata-mata, tetapi juga keinginan untuk memuaskan kesenangan. Keinginan tersebut seringkali mendorong seseorang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari pembelian produk oleh konsumen yang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tetapi juga keinginan untuk meniru orang lain yaitu agar mereka tidak berbeda dengan anggota kelompoknya atau bahkan untuk menjaga gengsi agar tidak ketinggalan jaman. Keputusan pembelian yang didominasi oleh faktor emosi

menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan dalam perilaku konsumtif yaitu perilaku membeli sesuatu yang belum tentu menjadi kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas utama dan menimbulkan pemborosan. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perilaku Konsumtif Konsumtif menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam perilaku konsumtif Tambunan (2001) berpendapat 1) Adanya suatu keinginan ada dua aspek mendasar, secara yaitu :

mengkonsumsi

berlebihan.

2) Pemborosan. Perilaku konsumtif yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produknya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Perilaku ini hanya berdasarkan pada keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. 3) Inefisiensi Biaya. Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja

yang biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya sehingga menimbulkan inefisiensi biaya. 1. Pengenalan kebutuhan

6

Pengambilan keputusan membeli barang dengan mempertimbangkan banyak hal seperti faktor harga, faktor kualitas, faktor manfaat, dan faktor merk. 2. Emosional Motif pembelian barang berkaitan dengan emosi seseorang. Biasanya konsumen membeli barang hanya karena pertimbangan kesenangan indera atau bisa juga karena ikut-ikutan. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan bahwa aspek-aspek perilaku konsumtif yang dikemukakan Tambunan (2001) lebih bersifat penjelasan terhadap keinginan seseorang dalam melakukan pembelian terhadap barang-barang kebutuhan, sehingga peneliti cenderung menggunakan aspek dari Tambunan yaitu keinginan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan perilaku yang bertujuan untuk mencapai kepuasan semata guna penyusunan skala. II.2 Penyebab perilaku konsumtif Perilaku konsumtif sekarang ini semakin terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok bahkan hampir semua remaja yang ada di bandung, karena banyaknya faktor-faktor pendukung untuk menjadi konsumtif. Ada beberapa penyebab para remaja cenderung berperilaku konsumtif, yaitu : 1. Pengaruh kapitalisme dan globalisasi Karena dengan menjamurnya bisnis waralaba ( franchise ), kafe, shopping mall, supermarket, dan took serba ada saat ini telah menjadi komoditas masyarakat terutama kaum remaja. Kehadirannya, yang dianggap ekslusive seakan menjadi simbol peradaban manusia dan mampu menyulap wajah dunia menuju suatu kondisi yang konsumeristik dan sekaligus melahirkan trend atau gaya hidup baru. Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan apa yang disebut dengan budaya consumer. (Chaney, David., dalam Lifestyles 1996 : 8 ) 2. Hasrat ( Dorongan dasar psikis manusia ) Bahwa manusia itu senantiasa terdorong untuk menilai atau mencari sesuatu yang lebih, entah itu lawan jenis yang lebih tampan atau lebih cantik, yang lebih baik atau yang lebih pengertian, deretan gelar yang lebih bergengsi ataukah citra diri yang lebih prestisius. Pendek kata,

7

dalam kehidupannya, disadari maupun tidak, manusia selalu dipenuhi oleh berbagai keinginannya kepada segala sesuatu yang lebih atau melampaui. Adalah biasa apabila manusia merasa bosan, karena dalam dirinya pun ada dorongan dasar yang selalu menuntut kebaruan akibat ketidakpuasan terhadap hal yang sama. Hasrat memang terbentuk dari rasa kurang (lack), namun hasrat terbentuk dari dua bentuk dorongan dasar yang membuat manusia jadi menginginkan sesuatu, yaitu karnal (carnal) dan libidinal. Karnal adalah hasrat tubuh kepada sesuatu yang sifatnya material, seperti lawan jenis, harta benda, makanan, atau segala hal material lainnya. Pembentukan karnal ini sangat bergantung kepada sifat dasar (nature) dari objek karnal itu sendiri (yaitu objek-objek material) yang bersentuhan dengan tubuhnya. Misalnya, apabila seseorang terbiasa dengan makanan yang sangat sederhana, maka karnalnya terhadap makanan tidak tumbuh menjadi semakin sophisticated. Namun, sekalinya dia mencicipi makanan yang jauh lebih mewah dan enak daripada yang biasa dia makan, maka karnalnya pun mulai memiliki referensi lebih dan akan mulai meng-upgrade karnal tersebut untuk menciptakan keinginan yang lebih dan rasa kekurangan. Libidinal adalah hasrat tubuh kepada sesuatu yang sifatnya imaterial, seperti citra, harga diri, kekaguman orang lain, kepandaian dan segala hal imaterial lainnya. Gabungan karnal dan libidal akan membentuk hasrat, karena ketika dimanifestasikan, dalam hasrat selalu terdapat unsur karnal dan libidinal. Misalnya, hasrat untuk memiliki HP terbaru dan tercanggih (karnal) dapat membuat seseorang merasa percaya diri dan bergengsi di hadapan orang lain (libidinal), hasrat untuk memiliki pacar perempuan cantik dan seksi (karnal) dapat membuat seorang lelaki merasa bangga dalam pergaulannya (libidinal), dan masih banyak lagi. Maka proses perubahan kebudayaan ke arah yang sifatnya lebih hipereal pun, salah satunya dipicu oleh dorongan hasrat. ( Piliang, Yasraf Amir, dalam Dunia yang dilipat, 2004 : 29 )

8

3. Remaja sebagai usia peralihan Karena usia remaja adalah usia untuk mencari identitas diri, dimana remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi lingkungan tersebut. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang populer. Salah satu jalan untuk menjadi populer adalah dengan bergaya, mengikuti apa yang sedang menjadi trend pada saat ini, seperti: Memakai baju bermerk seharga ratusan ribu keatas, sepatu bermerk, handphone kamera terbaru, pergi ke tempat-tempat gaul yang mahal seperti diskotik, cafe, bilyar dan lain sebagainya. 4. Pengaruh lingkungan Kebiasaan remaja yang berperilaku konsumtif disebabkan juga oleh pengaruh lingkungan, yaitu dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal, seperti pola asuh yang kurang bijak dari keluarga. Mereka yang hidup boros dan konsumtif biasanya dibesarkan dari orang tua yang boros pula. Umumnya lebih impulsif, yakni tidak tak bisa menunda keinginan. Akibat dari orang tua yang selalu memberikan pemenuhan atas setiap yang diinginkan. Dan juga tidak adanya rasa prihatin dan kesadaran dari dalam diri untuk tidak berperilaku konsumtif. Dan Lingkungan eksternal, seperti suka ikut-ikutan teman dan korban mode. 5. Pengaruh Iklan Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempersuasi masyarakat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan. Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya karena pola konsumsi seseorang terbantuk pada usia remaja. Kehadiran iklan dalam kehidupan masyarakat terutama remaja mampu menggiring seseorang untuk bertindak konsumtif. Mereka membuat seolah-olah produk yang ditawarkan itu memang

9

dibutuhkan. Produsen menciptakan sebuah citra melalui produknya. Misal: perempuan yang disukai laki-laki adalah yang bertubuh langsing, berkulit putih dan berambut lurus. Yang merasa tidak seperti itu akan segera mencari obat pelangsing, pemutih, kosmetik supaya menjadi seorang perempuan seperti yang dicitrakan dalam iklan. Itu pula yang menjadi alas an mengapa remaja lebih suka nongkrong direstoran waralaba atau perempuan berburu tas, sepatu bermerk, kosmetik untuk mendapat pengakuan citra dari kelas tertentu. Iklan juga akan mempengaruhi kehidupan moral, etik, estetika dan perubahan standarnya di kalangan masyarakat. Iklan juga dapat membuat konsumen menjadi seragam dalam pemakaian produk. Iklan dapat mempengaruhi pola dan perilaku hubungan antarpribadi dan kelompok. Dan iklan dalam berbagai penelitian sering menunjukkan mempunyai kekuatan pengaruh terutama pada anak-anak. Dan pengaruh tersebut dapat diminimalisir seandainya konsumen mempunyai tingkat selektivitas yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada dua, yaitu internal dan eksternal : A. Faktor Internal. Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi. a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif. b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya. c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional. d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.

10

B. Faktor Eksternal / Lingkungan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga. II.3 Dampak pembangunan kafe terhadap perilaku konsumtif1. Adanya perilaku konsumtif yang muncul karena adanya kebiasaan

nongkrong di kafe pada remaja. Perilaku konsumtif pada makanan, perawatan diri, kesehatan, dan dalam bentuk barang seperti elektronik, bermerek, diskon, dan kendaraan bermotor.2. Penyebab remaja datang dan menikmati kafe, selain dari adanya keinginan

seseorang untuk mengikuti budaya populer (budaya yang muncul dari proses industrialisasi dan komersialisasi yang bisa saja menggeser budaya asli yang ada saat itu dimasyarakat, bersifat sementara dan biasanya mengalami proses forgetting (dilupakan oleh pengikutnya) ketika muncul budaya populer baru yang lebih menarik dan banyak diminati orang), yaitu : A. Kafe sebagai tempat bersantai Setelah seharian beraktifitas, kafe merupakan pilihan utama untuk melepas penat atau lelah. B. Kafe sebagai arena bisnis Banyak orang yang melirik usaha kafe ini, karena penikmatnya dari semua kalangan dan keuntungan yang didapatkan sangat

menggiurkan. Kafe juga bisa digunakan sebagai tempat rapat deal bisnis, pencari partner kerja, dan lain-lain. C. Kafe sebagai peningkatan gengsi dan life style. Dari interaksi yang dilakukan saat di kafe akan mengakibatkan keinginan peningkatan prestise atau kelas social mereka dengan penampilan yang glamour, gaul, modern atau sebagainya. Antusiasme masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan jaman untuk

11

peningkatan prestise dan gengsi, serta merupakan Life Style. Hal ini dilakukan untuk memperoleh posisi sosial. II.4 Usaha penyelesaian masalah perilaku konsumtif akibat pembangunan kafe Perilaku hidup konsumtif di kalangan remaja sudah semakin banyak dan berkembang. Para regenerasi remaja akan terus berperilaku konsumtif jika tidak adanya usaha untuk pencegahannya. Karena apabila hal ini didiamkan saja, kedepannya akan semakin membahayakan dan dapat merusak masa depan remaja, karena dampak yang akan diakibatkanya kelak akan sangat merusak. Untuk itu perlu adanya usaha , minimal untuk mengurangi semakin banyak dan berkembangnya perilaku konsumtif di kalangan remaja bandung. Usaha yang sudah pernah dan belum dilakukan adalah : Pertama, Negara pernah berniat untuk melindungi masyarakat agar tidak terlalu terseret dalam hedonisme ( sikap konsumtif yang berlebihan ) dengan melakukan kampanye hidup sederhana dan pelarangan iklan di TVRI. Tapi kemudian muncul televisi-televisi swasta yang tidak diharamkan menayangkan iklan-iklan komersial sehingga akhirnya akan menjebol keinginan untuk mengeleminir berkembangnya budaya hedonisme. Bahkan kini TVRI juga ikut beriklan. Kedua, orang tua banyak yang mulai sadar dan mulai menerapkan pola hidup sederhana di lingkungan keluarga dengan memberikan contoh dan sikap bijaksana dari orang tua itu sendiri dalam mengelola keuangan dengan baik dan mengajarkannya kepada anak- anak mereka. Sehingga mereka mampu mengatur dan membagi pengeluaran antara sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dan keinginan untuk berperilaku konsumtif semata dengan membuat anggaran pengeluaran diri dan mematuhi anggaran tersebut. mereka dapat mengetahui kemana saja uang tersebut dipergunakan dan dapat mengendalikan keuangannya. Mengingat remaja tumbuh dalam lingkungan keluarga, keluarga dinilai sebagai salah satu faktor utama remaja untuk berperilaku konsumtif atau tidak, dengan

12

adanya upaya penanggulangan yang sudah banyak dilakukan oleh para orang tua tersebut dirasa cukup efektif karena adanya pengawasan langsung dan penerapan kebiasaan pola hidup yang kelak menjadi kebiasaan baik dan positif untuk para remaja itu sendiri. Ketiga, dengan kegiatan positif yang diadakan di sekolah. Dengan adanya suatu event di sekolah-sekolah SMU di bandung, dengan mengadakan seminar atau diskusi. Dimana Seminar ini membahas mengenai pemberian informasi, penyebab dan uipaya penganggulangan prilaku konsumtif yang terjadi dikalangan remaja, dengan mengundang para pakar dan psikolog sebagai nara sumber untuk memberi informasi kepada para remaja. Seminar ini melibatkan siswa-siswi SMU sebandung dan didalamnya diusahakan diadakan diskusi dan tanya jawab seputar masalah prilaku konsumtif agar terjadi interaksi para pakar dan psikolog dengan para peserta diskusi. Hal ini dirasa cukup efektif karena dijelaskan secara detail, sehingga para remaja cukup dapat memahaminya karena mereka dapat menerima dan mengetahui informasi dalam mengenai pola hidup konsumtif dan bahayanya bagi masa depan. Dalam seminar dan mentoring juga diadakan interaksi langsung sehingga para remaja sebagai peserta diskusi dapat bertanya tentang apa yang kurang dipahaminya dan upaya penanggulangan prilaku konsumtif. Keempat wacana dalam internet ataupun media massa yang membahas tentang perilaku konsumtif di kalangan remaja. Tetapi wacana dirasa kurang efektif. Karena biasanya wacana hanya sekedar menguraikan informasi, penyebab dan upaya penanggulangannya secara umum saja dan hanya berdasarkan contoh. Sehingga remaja hanya bisa sebatas tahu saja informasi masalah yang terjadi tanpa bisa memahami karena tidak diadakan diskusi interaktif. Sehingga remaja tidak bisa bertanya untuk lebih lanjut apabila ada hal yang kurang dipahami. Kelima dengan Kampanye Iklan layanan masyarakat, yang membahas mulai dari informasi masalah sampai solusi masalah. Mengenai dampak buruk akibat perilaku konsumtif yang ditujukan untuk masyarakat secara

13

umum dan Solusi yang harus dilakukan agar tidak berperilaku konsumtif. Iklan layanan masyarakat dinilai cukup efektif sebagai salah satu upaya penanggulangan perilaku konsumtif, karena penyajian secara audio visual lebih mudah dipahami langsung, karena audio dan visual yang diberikan mudah terekam dimemori otak audience dan mudah diingat. Sehingga masyarakat dapat langsung mengetahui dan merasakan dampaknya secara langsung.

14

BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh interaksi dari kafe terhadap perilaku konsumtif remaja. 2. Mengetahui cara menyelesaikan perilaku konsumtif. Perilaku hidup konsumtif di kalangan remaja sudah semakin banyak dan berkembang. Para regenerasi remaja akan terus berperilaku konsumtif jika tidak adanya usaha untuk pencegahannya. Karena apabila hal ini didiamkan saja, kedepannya akan semakin membahayakan dan dapat merusak masa depan remaja, karena dampak yang akan diakibatkanya kelak akan sangat merusak. Ada beberapa penyebab para remaja cenderung berperilaku konsumtif, yaitu : 1. Pengaruh kapitalisme dan globalisasi 2. Hasrat ( Dorongan dasar psikis manusia ) 3. Remaja sebagai usia peralihan 4. Pengaruh lingkungan 5. Pengaruh Iklan Sebab mengapa kafe diminati banyak orang adalah : 1. Kafe sebagai tempat bersantai 2. Kafe sebagai arena bisnis 3. Kafe sebagai peningkatan gengsi dan life style Adanya perilaku konsumtif yang muncul karena adanya kebiasaan nongkrong di kafe pada remaja. Penyebab remaja datang dan menikmati kafe, selain dari adanya keinginan seseorang untuk mengikuti budaya populer. III.2 Saran 1. Sebagai makhluk sosial yang dapat memilih, sudah selayaknya kita dapt memilih apa yang harus diprioritaskan.

15

2. Sebagai makhluk yang hidup diera globalilasi kita harus mengikuti kemajuan zaman akan tetapi harus selalu dibarengi dengan filterisasi. 3. Kafe merupakan tempat yang nyaman bagi sekelompok orang sebagai sarana hiburan, akan tetapi jangan dijadikan sebagai suatu keharusan kita datang ke kafe. 4. Untuk menghindari terjerumus kedalam perilaku konsumtif kita harus mendahulukan yang harus didahulukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan

16

Daftar Pustaka

Tambunan, R. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Abu. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung. Mujahid Pers. Abdulsyani. 2002. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Graha Ilmu. Yogyakarta. AlGhifari, Abu. 2003. Remaja Korban Mode. Bandung. Mujahid Pers. Ancok, Djamaludin. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta. Yayasan Insan Kamil. Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi Edisi Revisi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. http://shareppba.wordpress.com/2010/01/18/perilaku-konsumtif--pada-remaja/ http://www.orangtua.org/2010/10/06/remaja-dan-perilaku-konsumtif//

17