3.HAKIKAT PTK

download 3.HAKIKAT PTK

of 34

description

Unit3HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELASM. Syukri PendahuluanPenelitian tindakan (action research) sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Penelitian Tindakan Kelas disebut juga Classroom Action Research. Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakekatnya merupakan rangkaian r

Transcript of 3.HAKIKAT PTK

Unit

3

HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELASM. Syukri Pendahuluanenelitian tindakan (action research) sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Penelitian Tindakan Kelas disebut juga Classroom Action Research. Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan. Pada bagian unit ini, Anda akan mempelajari hakikat penelitian tindakan kelas (PTK) yang meliputi: pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dangan penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas. Melalui pembahasan ini diharapkan Anda dapat: 1) menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas; 2) membedakan penelitian lain yang bukan penelitian tindakan kelas; 3) mengidentifikan karakteristik penelitian tindakan kelas; 4) menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya penelitian tindakan kelas. Setelah mengkaji secara saksama uraian materi pada unit ini, selanjutnya Anda diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat di masing-masing subunit, membaca rangkuman, dan mengerjakan soal-soal tes formatif yang disediakan di bagian akhir tiap-tiap subunit. Pedoman jawaban latihan telah tersedia pada masing-masing subunit, demikian halnya kunci jawaban tes formatif juga telah disediakan di bagian akhir unit ini. Namun demikian, Anda diminta untuk menjawabPenelitian Pendidikan SD

P

3-1

soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif secara mandiri terlebih dahulu sebelum mencocokkannya dengan pedoman jawaban latihan ataupun kunci jawaban tes formatif yang telah disediakan. Selamat belajar, semoga sukses!

3-2

Unit 3

Subunit 1 Pengertian Penelitian Tindakan KelasMungkin sebagian besar dari kita pernah dan sering mendengar istilah penelitian. Dan diyakini pula Anda memahami secara umum maksud dari penelitian sebagaimana telah dibahas pada unit awal tentang hakikat penelitian. Penelitian yang sebenarnya berasal dari bahasa Inggris Research, secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya untuk mencari jawaban atau eksplorasi terhadap suatu masalah tertentu melalui suatu prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan. Pada bagian subunit ini pembahasan diawali dengan apa metode penelitian tindakan, dilanjutkan pengertian dan karakteristik penelitian tindakan kelas yang disingkat dengan PTK.

A. Apa Penelitian Tindakan?Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan. Dalam konteks penelitian, penelitian tindakan (action research), sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Sebagai contoh, dalam seting kelas, guru-guru membuat pemecahan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kelas. Sedangkan dalam lingkup lebih luas misalnya di sekolah, kepala sekolah mengadakan perbaikan terhadap manajemen di sekolahnya. Contoh pertama, penelitian tindakan difokuskan pada perbaikan proses pembelajaran melalui kinerja guru. Sedangkan contoh kedua, penelitian tindakan difokuskan untuk memperbaiki manajemen sekolah oleh kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan di sekolah. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action research). Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian riset tindakan yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan melalui metode penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang dilakukan dalam proses penelitian. Untuk itu penggunaan metode harus sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka penelitian ini menggunakanPenelitian Pendidikan SD

3-3

metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran (Depdikbud, 1999). Adapun tahap-tahapnya adalah sebagai berikut. a. Mengidentifikasi permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas. b. Menganalisis permasalahan dan merumuskan masalah untuk untuk keperluan Penelitian Tindakan Kelas. c. Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang diajukan. d. Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara Observasi-Interpretasi yang dilakukan sementara Penelitian Tindakan Kelas berlangsung. e. Memahami cara menganalisis data hasil obervasi serta melakukan refleksi berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan. f. Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus Penelitian Tindakan Kelas. Terkait dengan kerangka kerja dan sistem berdaur dalam kegiatan pembelajaran, Joni (1998) mengemukakan lima tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun tahap-tahap tersebut adalah: a. Pengembangan fokus masalah penelitian. b. Perencanaan tindakan perbaikan. c. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi. d. Analisis dan refleksi. e. Perencanaan tindak lanjut. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang bertujuan melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar di kelas. Pada hakikatnya tujuan belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku melalui proses belajar. Dalam konteks proses belajar-mengajar tersebut, Sanjaya (2005) mengatakan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku dan mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Dalam konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi, kegiatan yang berhubungan dengan Proses Belajar Mengajar disebut dengan Pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan proses belajarmengajar. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses3-4Unit 3

belajar-mengajar di sekolah/di kelas meliputi kegiatan yang saling berhubungan dan berpengaruh yang berlangsung dalam situasi pembelajaran sehingga terjadinya perubahan tingkah laku siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu pembelajaran.

B. Pengertian Penelitian Tindakan KelasSebagaimana halnya penelitian atau arti riset, penelitian tindakan kelas juga merupakan upaya untuk mencari jawaban yang dapat menjadi pemecahan suatu masalah yang sedang dihadapi. Berkenaan dengan arti penelitian tindakan kelas ini, ada berbagai sumber literatur yang mencantumkan pengertian penelitian tindakan kelas. Walaupun ada beberapa definisi penelitian tindakan kelas yang kadang-kadang terlihat berbeda, namun definisi-definisi tersebut memiliki banyak persamaan. Perlu pula dikemukakan bahwa sebelum istilah penelitian tindakan kelas digunakan, yang lebih banyak dikenal adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian tindakan ini memiliki kawasan yang lebih luas dari pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu di luar ilmu pendidikan, misalnya dalam bidang industri, kesehatan, ekonomi dan sebagainya. Penelitian tindakan dapat dilakukan pada berbagai area atau seting. Bilamana penelitian tindakan yang berkenaan dengan bidang pendidikan dilaksanakan pada area, kawasan atau seting kelas, kemudian melakukan refleksi diri atau penilaian diri untuk perbaikan-perbaikan pembelajaran maka penelitian tindakan tersebut dinamakan penelitian tindakan kelas. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan melakukan refleksi diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Upaya-upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan sehari-hari di kelas. Untuk lebih memahami penelitian tindakan kelas, mari kita kaji beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Kemmis dan Carr (1986), mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku di dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya, serta memahami situasi dimana pekerjaan itu dilakukan. Dalam penjelasan lebih lanjut terhadap definisi tersebut, keduanya memasukkan bidang pendidikan di dalamnya. Itu berarti guru merupakan pihak yang harus terlibat aktif dalam penelitian tindakan kelas. Dalam pernyataan lebih lanjut dikemukakan bahwa situasi tidak akan dapat berubah

Penelitian Pendidikan SD

3-5

secara cepat sebagaimana diharapkan oleh para guru. Akan tetapi mereka dapat belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri. Ebbut (1985) memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian penelitian tindakan kelas. Dikemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakantindakan tersebut. Ebbut melihat bahwa proses penelitian tindakan kelas sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan di antara siklus-siklus tersebut terdapat sejumlah informasi yang merupakan balikan (feedback). Ebbut menegaskan bahwa penelitian-penelitian harus memberikan kesempatan kepada guru atau siswa sebagai pelaku untuk melaksanakan tindakan-tindakan tertentu melalui beberapa siklus agar terjadi perubahan-perubahan yang diharapkan, yaitu terjadinya perbaikan proses belajar dalam rangka mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik. Bahkan Kurt Levin, orang yang mempopulerkan penelitian tindakan kelas berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan kegiatan adalah dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan yang ada di dalam kehidupan mereka (dalam Mc.Niff, 1982: 21). Penelitian tindakan kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps). Setiap langkah terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah tersebut menurut Kemmis & Mc.Taggart , (1982), digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis, meliputi empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. Dari definisi yang dikemukakan di atas serta beberapa pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah pakar maka diharapkan Anda dapat memahami dengan baik pengertian penelitian tindakan kelas. Dengan demikian Anda juga diharapkan memahami tujuan yang ingin dicapai dan secara garis besar juga mendapatkan pengertian bagaimana melaksanakan penelitian tindakan kelas tersebut. Secara singkat Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru) dalam melaksanakan tugasnya, seperti diilustrasikan pada gambar berikut.

3-6

Unit 3

MERENCANAKAN MENGAMATI

MELAKUKAN TINDAKAN MEREFLEKSIKAN

Gambar 3.1. Kaji Berdaur Empat Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Sumber : Depdikbud tahun 1999) Setelah dilakukan refleksi/perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan penelitian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan/pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang sampai sesuatu permasalahan dianggap teratasi utuh kemudian biasanya diikuti oleh kemunculan permasalahan lain yang juga harus diperlakukan serupa. Siklus tindakan secara umum mempunyai model-model penelitian yang memiliki alur yang sama. Alur pelaksanaan penelitian tindakan, digambarkan seperti berikut.Refleksi

Observasi

Rencana Tindakan Pelaksanaan Tindakan

Siklus I

Refleksi

Observasi

Rencana Tindakan

Siklus II

Pelaksanaan Tindakan dst Gambar 3.2: Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Pendidikan SD

3-7

Gambar di atas menunjukkan bahwa: 1. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, terlebih dahulu harus merencanakan secara bersama jenis tindakan yang akan dilakukan. 2. Setelah rencana disusun secara matang barulah tindakan dilakukan. 3. Bersamaan dengan dilaksanakan tindakan penelitian, juga dilakukan kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan. 4. Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Apabila hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah metode yang bertujuan untuk melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan juga melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapi, terutama ditujukan pada kegiatan pembelajaran atau proses belajar-mengajar di kelas.

LatihanSetelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut! 1. Penelitian tindakan kelas dikelompokkan sebagai penelitian terapan (applied research). Coba inventarisasi masalah-masalah pembelajaran di kelas (ambil salah satu contoh pengajaran mata pelajaran di kelas tempat Anda mengajar, lebih khusus lagi pada pokok bahasan tertentu). Tentukan masalah pengajaran setelah Anda melakukan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut Anda hasilnya tidak memuaskan. 2. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain, misalnya teman sejawat (kepala sekolah dan guru-guru) yang disebut melalui metode kolaboratif, baik mulai mengidentifikasi masalah sampai melaksanakan penelitian di kelas. Buatlah langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti dengan menggunakan penelitian tindakan kolaboratif!

3-8

Unit 3

Petunjuk penyelesaian latihan:1. Catatlah masalah-masalah pembelajaran mata pelajaran yang Anda ajarkan di kelas. Periksa dan telaah dokumen atau catatan penting tentang: nilai kemajuan belajar pada mata pelajaran yang Anda ajarkan, daftar hadir peserta didik, catatan keaktifan peserta didik dalam kelas. Data-data tersebut dapat Anda jadikan bahan refleksi (perenungan) terhadap masalah yang menurut Anda hasilnya tidak memuaskan. 2. Setelah Anda melakukan refleksi terhadap apa yang Anda ajarkan di kelas dan hasil yang telah dicapai murid Anda yang kurang memuaskan, Anda menyimpulkan tujuan pembelajaran materi pokok/sub pokok bahasan kurang atau tidak tercapai. Jika Anda tidak puas dengan hasil belajar yang dicapai siswa di kelas, tanyakan pada diri Anda: apakah meteri sudah Anda kuasai, apakah alat/media sudah Anda gunakan dengan tepat, bagaimana keaktifan anak-anak dalam proses belajar-mengajar di kelas atau metode mengajar apakah sudah sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai, dan seterusnya. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dicatat sebagai bahan diskusi dengan penelitian kolaboratif sehingga tersusun langkah-langkah kegiatan untuk menemukan fokus masalah yang akan Anda teliti.

RANGKUMANPenelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Classroom Action Research (CAR) adalah action research yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kepala Sekolah disebut Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research). Dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian tindakan tersebut merupakan suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) atau suatu siklus yang terdiri dari empat tahap: yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Guru perlu melakukan refleksi (perenungan) diri dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran di kelas.Penelitian Pendidikan SD

3-9

Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan-tindakan tertentu guna mencari cara-cara yang lebih tepat dan efektif atas permasalahan sehari-hari dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam kurikulum.

TES FORMATIF 1Di bawah ini disediakan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman materi yang disajikan dan telah Anda pelajari. Petunjuk: Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang pada jawaban yang Anda anggap paling benar! 1. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh ... A. peneliti dari perguruan tinggi. B. guru. C. kepala sekolah. D. guru bersama kepala sekolah. 2. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah ... A. memperbaiki proses pembelajaran. B. menjawab masalah-masalah pendidikan. C. memperbaiki organisasi sekolah. D. menghimpun informasi tentang kegiatan-kegiatan sekolah. 3. Tahapan penelitian tindakan kelas tersebut merupakan suatu rangkaian langkahlangkah (a spiral of steps) atau disebut suatu siklus, artinya kegiatan dimulai dari A. pengamatan - perencanaan - pelaksanaan tindakan - refleksi. B. perencanaan - pelaksanaan tindakan - refleksi - pengamatan. C. perencanaan - pelaksanaan tindakan - pengamatan - refleksi dan seterusnya. D. pelaksanaan tindakan - pengamatan - refleksi - perencanaan. 4. Pihak yang harus terlibat aktif di dalam penelitian tindakan kelas adalah ... A. kepala sekolah. B. guru. C. pengawas sekolah. D. murid.

3 - 10

Unit 3

5. Dalam PTK, hasil penelitian sebelumnya menentukan tindakan selanjutnya, tahap berikutnya yang perlu dilakukan guru adalah ... A. perencanaan tindakan. B. pengamatan di kelas. C. refleksi hasil penelitian. D. melaksanakan tindakan. 6. Penelitian tindakan kelas lebih mengarahkan perhatiannya pada kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar yang disebut ... A. pengajaran. B. mengajar. C. pelajaran. D. pembelajaran. 7. Dalam tahap perencanaan penelitian tindakan kelas, perhatian ditujukan pada ... A. tindakan perbaikan. B. evaluasi pengajaran. C. pengamatan. D. refleksi. 8. Penelitian tindakan kelas selain dapat dilaksanakan sendiri oleh guru, dapat juga dilaksanakan dengan cara meminta bantuan orang lain. Cara ini biasa disebut... A. penelitian tindakan kolaboratif. B. penelitian tindakan sekolah. C. penelitian tindakan. D. penelitian deskriptif. 9. Cara terbaik untuk memajukan kegiatan adalah dengan melibatkan mereka dalam penelitian mereka sendiri dan yang ada di dalam kehidupan mereka. Pendapat ini dikemukakan oleh ... A. Kemmis & Mc Taggart. B. Kurt Levin. C. Raka Joni. D. McNiff. 10. Metode Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Sistem berdaur yang dimaksud adalah ... A. tahap-tahap kegiatan berurutan dan dilakukan berulang membentuk siklus B. tahap-tahap kegiatan berulang dan tidak berurutan. C. tahap-tahapnya tidak berulang. D. kegiatan berulang pada satu tahap tertentu dan terhenti ditahap itu.Penelitian Pendidikan SD

3 - 11

Umpan balik dan tindak lanjutCocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam sub unit ini. Rumus Perhitungan: Jumlah jawaban yang benar Tingkat Penguasaan Anda = X 100 10 Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut: Skor 90 100, berarti sangat baik Skor 80 89, berarti baik Skor 70 79, berarti cukup baik Skor 0 69, berarti kurang Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam sub unit ini Baik atau bahkan Sangat Baik, maka Anda dapat melanjutkan ke subunit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru menjawabnya.

3 - 12

Unit 3

Subunit 2 Karakteristik Penelitian Tindakan KelasGuru berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan atau pengajaran di suatu sekolah. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Guru melakukan tindakan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan pembelajaran. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi. Karena itu, guru merupakan orang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Tindakan perubahan yang berkenaan dengan perbaikan proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Pada bagian unit ini Anda akan diajak untuk membahas karakteristik penelitian tindakan kelas serta perbedaan penelitian tindakan kelas dangan penelitian yang bukan penelitian tindakan kelas.

A. Karakteristik Penelitian Tindakan KelasAgar pemahaman kita lebih mendalam tentang penelitian tindakan kelas, maka kita perlu mengenal lebih dekat penelitian tindakan kelas dengan cara mengetahui ciri-ciri atau karakteristiknya. Beberapa karakteristik atau ciri penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut. 1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri Sebagai pengelola dan pelaksana program di kelas, guru merupakan orang yang paling banyak mengenal dan mengetahui persoalan-persoalan di kelasnya sebagai tempat dia mengajar. Sebagai seorang pengelola dan pelaksana program di kelas, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Karena itu bersamaan dengan kegiatan mengajar, guru juga melaksanakan perbaikan-perbaikan. Dengan kata lain, guru melakukan tindakan-tindakan guna melakukan perubahan-perubahan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan pembelajaran. Upaya-upaya perbaikan pembelajaran dengan melakukan langkahlangkah secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah ditentukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru sendiri.Penelitian Pendidikan SD

3 - 13

2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktis dan faktual. Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dirasakan atau dihadapi oleh guru. Permasalahan yang diangkat bukanlah permasalahan yang diberikan orang lain sebagaimana penelitian-penelitian lain pada umumnya. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran yang dia lakukan. Suyanto (1997), bahkan mengemukakan bahwa tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah dilakukan selama mengajar di kelas, sehingga tidak mustahil guru melakukan kekeliruan selama bertahun-tahun dalam kegiatan mengajar. Karena itu dimungkinkan keberadaan orang lain yang dapat melihat apa yang dikerjakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain dalam keadaan ini diperlukan orang lain untuk melihat apakah diri guru tersebut melakukan kekeliruan atau kekurangtepatan dalam kegiatan mengajar. Untuk keperluan ini guru dapat meminta bantuan teman guru mata pelajaran sejenis untuk melihat pada waktu dia mengajar dan memberikan balikan terhadap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu juga mungkin diperlukan dosen-dosen LPTK yang berperan guna membantu melakukan refleksi dan memberikan masukan-masukan terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya. 3. Penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran Adanya tindakan yang diarahkan untuk perbaikan pembelajaran merupakan ciri mendasar yang selalu ada dalam penelitian tindakan kelas. Tindakan-tindakan ini harus dirancang atau direncanakan secara cermat. Bahkan ciri inilah sesungguhnya yang menyebabkan penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas. Jika ada upaya-upaya penelitian untuk mengeksplorasi masalah-masalah pembelajaran, akan tetapi tidak ada tindakan-tindakan tertentu yang dirancang atau direncanakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut, maka penelitian ini hanya dapat dinamakan penelitian kelas. Tindakan-tindakan inilah yang diimplementasikan dan selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah tindakan-tindakan yang telah diimplementasikan tersebut dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelasnya.

3 - 14

Unit 3

4. Adanya refleksi diri Munculnya kesadaran pada diri guru terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diperbaiki. Dengan kata lain, munculnya kesadaran dan kepedulian guru terhadap perbaikan kualitas pembelajaran yang diprakarsai dari dalam diri guru sendiri yang dalam penelitian tindakan disebut tahap refleksi. Kegiatan refleksi merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek sebagai responden, penelitian tindakan kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktek pembelajarannya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak suatu tindakan yang dilakukannya bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan-tindakan yang dilakukannya, kemudian mencoba memperbaiki kelemahan dan menyempurnakan tindakan yang belum baik. Dengan mencermati secara seksama uraian di atas Anda akan dapat membedakan antara penelitian biasa dan penelitian tindakan kelas, apa fungsi utama dari penelitian tindakan kelas dan dimana penelitian tersebut dilaksanakan.

B. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Non Penelitian Tindakan KelasSebelum Anda lebih jauh mempelajari tentang perbedaan PTK dan Non PTK, Anda akan diajak untuk memahami beberapa kajian tentang bagaimana penelitian tindakan (action research) merupakan masalah yang sering dibicarakan dalam konteks penelitian, khususnya penelitian dalam bidang pendidikan, lebih khusus lagi dalam hal pengembangan proses pembelajaran di tingkat kelas atau sekolah. Penelitian tindakan dalam konteks perubahan sekolah, sebagai contoh di Inggris pada tahun 1990-an, dilakukan sebagai upaya mereformasi kurikulum dengan memperkenalkan sistem pendidikan yang berbeda dari sistem yang diberlakukan hampir dua puluh tahun terakhir di negara tersebut. Dalam kaitan ini, beberapa hal yang perlu Anda ketahui dan pahami, antara lain sebagai berikut.

Penelitian Pendidikan SD

3 - 15

1. Proses Awal terjadinya Action Research dan Perbedaannya dengan Research yang Sebenarnya Elliot berpendapat bahwa secara implisit pergerakan reformasi kurikulum berbasis sekolah (yang terjadi di Inggris) adalah memprovokasi bagi terjadinya persepsi pembelajaran, pengajaran dan evaluasi, dimana guru harus memprakarsai adanya kegiatan-kegiatan kolaboratif dan bangkit dari kebiasaan-kebiasaan tradisionalnya. Berangkat dari pendapat ini, maka dalam prakteknya kurikulum pembelajaran tidak diambil berdasarkan teori-teori, akan tetapi dari apa yang dihasilkan dan dilakukan oleh para guru itu sendiri berdasarkan hipotesis yang diambilnya. Dengan berdasarkan pada data empiris dan pengaruh-pengaruh yang dikumpulkannya, yang kemudian digunakannya sebagai alat bukti pendukung bagi terbentuknya teori baru dalam konteks kelembagaan (sekolah) yang dapat dipertanggungjawabkan (accountability). Dan, ilustrasi inilah yang kemudian, oleh kalangan akademisi dinamakannya sebagai action research atau penelitian tindakan, bukannya sebagai research atau penelitian yang sebenarnya. Secara singkat, kegiatan-kegiatan atau proses yang dilakukan guru tersebut, yang kemudian disebutnya sebagai penelitian tindakan bagi upaya proses mereformasi kurikulum, oleh Elliot diilustrasikan sebagai berikut. 1) Bahwa proses tersebut diprakarsai dengan tindakan guru dalam merespon situasi praktis tertentu yang dihadapinya. 2) Bahwa situasi praktis tersebut merupakan aktifitas kurikulum tradisional yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang dialami siswa. 3) Rencana inovasi menimbulkan kontroversi di kalangan pegawai, karena mereka bertahan pada keyakinan lama terhadap praktek-praktek pembelajaran, pengajaran, dan evaluasi. 4) Kemudian isu-isu rencana inovasi tersebut dijelaskan dan dicarikan solusinya dalam suatu debat terbuka dan bebas di kalangan sekolah (lembaga), dengan tetap memperhatikan adanya saling pengertian dan toleransi. 5) Rencana perubahan tersebut ditetapkan sebagai hipotesis sementara (provisional hypotheses) yang akan diuji dengan praktek dalam lingkup kelembagaan (sekolah), yang hasilnya akan dipertanggungjawabkan ke seluruh pegawai sekolah. 6) Sehingga dengan demikian, maka manajemen pengembangan kebijakan dan strategi kurikulum berjalan secara bottom up (dari bawah), bukannya top down (dari atas).

3 - 16

Unit 3

Apa sesungguhnya yang dimaksudkan dengan penelitian tindakan (action research), apa perbedaannya dengan penelitian (research) yang sebenarnya? Banyak lagi pertanyaan seputar penelitian lainnya, karena selama ini mungkin ada yang beranggapan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian tidaklah mengandung banyak perbedaan, dimana keduanya dipersepsikan hampir dapat disamakan atau nyaris sama. Namun, setelah mengkaji dengan seksama pada bagian-bagian selanjutnya, ternyata memang, didapatkan kejelasan bahwa antara keduanya ada proses awal yang menjadikan pembeda antara penelitian tindakan dan penelitian. Dalam penelitian tindakan proses awalnya ditengarai karena adanya situasi praktis dari kondisi pembelajaran yang membosankan siswa dan memerlukan respon guru untuk menyikapinya. Sementara penelitian yang sebenarnya, menurut Bogdan dan Biklen (1990) adalah berangkat dari adanya premis-premis yang mendahuluinya, dan kemudian dengan berdasarkan premis-premis tersebut lalu dilakukan perumusan hipotesa untuk selanjutnya dilakukan kajian-kajian dan kegiatan-kegiatan yang disebutnya sebagai research atau penelitian. Mereka mendefinisikan action research (riset aksi/penelitian tindakan) sebagai: kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis yang dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan. Sementara itu, Mills (2000: 6) mendefinisikan action research sebagai bentuk penelitian sistimatis yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, penyuluh sekolah, atau pihak lain dalam lingkungan belajar-mengajar, untuk mengumpulkan berbagai informasi seputar operasi sekolah, bagaimana guru mengajar, dan bagaimana siswa belajar. Penjelasan lebih lengkap tentang penelitian tindakan yang dikemukakan oleh McNiff (1995: 1) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan bentuk penelitian refleksi-diri (selfreflective inquiry) yang dilakukan dan digunakan sebagai upaya pengembangan kurikulum berbasis sekolah, pengembangan profesional, peningkatan kinerja sekolah, dan sebagainya yang melibatkan guru secara aktif dalam proses penelitiannya. Dengan demikian, nampak kejelasan bahwa antara penelitian tindakan dengan penelitian yang sebenarnya, dari segi seting tempat dan pelaku penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan, dimana seting penelitian tindakan (action research) dilakukan di dalam kelas atau sekolah dan harus melibatkan guru sebagai peneliti, sementara dalam penelitian (research) biasanya bisa saja dilakukan di dalam maupun di luar kelas /sekolah dan tidak harus melibatkan guru sebagai peneliti. Untuk melengkapi pemahaman tentang beberapa hal yang menjadikan/ menimbulkan perbedaan antara penelitian tindakan (action research) dengan penelitian (research), disajikan dalam tabel berikut ini.Penelitian Pendidikan SD

3 - 17

Tabel 3.1 Perbedaan Antara Research dan Action Research Apa ? (What ?) Siapa? (Who ?) Research (Penelitian) Dilakukan di universitas oleh profesor dan mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam lingkungan dimana terdapat variabel-variabel yang dapat dikontrol. Menggunakan metode kuantitatif untuk menunjukkan dan meramalkan tingkat signifikansi statistik hubungan sebab-akibat antara variabel-variabelnya. Melaporkan dan mempublikasikan apa yang digeneralisasikan dari sampel penelitian pada populasi yang lebih luas/ besar. Action Research (Penelitian Tindakan) Dilakukan oleh guru dan kepala sekolah pada siswa dalam kepentingan mereka. Di sekolah kelas). (dalam ruang

Dimana ? (Where ?) Bagaimana (How ?)

Mengapa ? (Why ?)

Menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dan untuk memahami efek-efek dalam intervensi suatu sistim pendidikan. Melakukan tindakan dan mempengaruhi perubahan pendidikan yang positif dalam lingkungan sekolah tertentu.

Sumber: Geoffry E. Mills, Action Research: A Guide for The Teacher Researcher (2000: 5) Dalam hal metode yang digunakan, nampaknya terdapat berbedaan pendapat antara Mills dan Elliot, dan Bogdan & Biklen. Dimana Mills berpendapat bahwa dalam penelitian (research) lebih ditekankan pada penggunaan metode kuantitatif, sementara dalam penelitian tindakan (action research) lebih ditekankan penggunaan metode kualitatif. Sementara itu Elliot (1998: 67-89), dan Bogdan & Biklen (1990: 286) berpendapat bahwa baik metode kuantitatif maupun metode kualitatif, keduaduanya dapat dipergunakan dalam action research, tergantung selera pelaku / peneliti itu sendiri.

3 - 18

Unit 3

2. Hal-hal yang mendasari pelaksanaan Action Research Tujuan utama dilakukannya penelitian tindakan (action research) menurut Elliott (1998: 49) adalah bukan untuk meningkatkan pengetahuan guru, akan tetapi untuk meningkatkan kinerjanya (praktek pembelajaran). Hasil dan kelengkapan pengetahuan yang diperoleh dalam proses action research, jelas Elliott selanjutnya, adalah disumbangkan dan dikondisikan untuk mendukung tercapainya tujuan utama tersebut. Penelitian---termasuk di dalamnya adalah action research---haruslah dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan oleh guru, akan tetapi bukan untuk guru (Mills, 2000: 8). Berangkat dari konsep tujuan sebagaimana dijelaskan Elliot---dan secara implisit juga dikemukakan oleh Mills---sebagaimana tersebut di atas, nampaknya dalam penelitian tindakan ini lebih dikedepankan tentang proses yang harus dipahami oleh peneliti, bukannya hasil berupa pengetahuan seputar penelitian tindakan itu sendiri. Kendatipun diakui bahwa pengetahuan tentang penelitian tindakan juga diperlukan, akan tetapi sebagai sarana penunjang bagi keberhasilan proses dan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru. Temuan-temuan praktis yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran dipergunakan untuk pengambilan keputusan bagi terciptanya perubahan yang diharapkan. Sementara itu, Mills dalam bukunya Action Research; A Guide for the Teacher Researcher (2000: 6), secara lebih lengkap mengemukakan bahwa penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk pencapaian pemahaman (insight), mengembangkan praktek yang reflektif, mempengaruhi perubahan positif dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa dan kehidupannya. Tidak jauh berbeda dengan beberapa pendapat tersebut, McNiff dalam bukunya Action Research: Principles and Practice (1995: 2) juga menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah merupakan cara mengkarakteristikkan serangkaian kegiatan yang didesain sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang pada hakikatnya merupakan cara efektif dalam bentuk program refleksi-diri yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Dari pendapat para ahli seputar tujuan dilakukannya penelitian tindakan khususnya di sekolah (kelas), dapat disimpulkan bahwa pada intinya penelitian tindakan dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan atau mengkondisikan adanya perubahan proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih berdayaguna (efektif) daripada kondisi-kondisi yang ada sebelumnya. Untuk mencapai terciptanya kondisi seperti yang diharapkan tersebut, maka Elliot mengemukakan adanya beberapa karakteristik pokok dari penelitian tindakan

Penelitian Pendidikan SD

3 - 19

(action research) yang diasumsikan sebagai hal-hal yang mendasari pelaksanaannya, seperti: Bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian kependidikan, pengembangan kurikulum, dan evaluasi adalah merupakan faktor-faktor integral dalam proses penelitian tindakan. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kenerja yang praktis, bukannya memproduksi pengetahuan. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk alternatif untuk menjelaskan refleksi etis dari suatu program pembelajaran yang direncanakan. Oleh karena itu, maka penelitian tindakan harus menetapkan suatu resolusi atau jalan keluar atas munculnya permasalahan antara teori-praktik yang dihadapi guru. Penelitian tindakan mempersatukan proses-proses yang seringkali dianggap berbeda, seperti: pembelajaran, pengembangan kurikulum, evaluasi, penelitian kependidikan, dan pengembangan profesional. Penelitian tindakan juga harus mengintegrasikan pembelajaran dan pengembangan guru, pengembangan kurikulum dan evaluasi, penelitian dan refleksi filosofis, ke dalam satu konsepsi yang merefleksikan kinerja pendidikan. Penelitian tindakan dilakukan tidak untuk memberdayakan guru sebagai menempatkan fungsi individualnya terpisah dari yang lainnya. Dalam hal ini harus diingat bahwa penelitian tindakan bagi guru adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar siswa yang terstruktur dalam kurikulum agar dapat direfleksikan dalam bentuk pedagogis.

Karena itu, bagaimanapun, jelas Elliot lebih lanjut, maka dalam penelitian tindakan haruslah mencakup proses transformasi budaya profesionalisme dalam diri guru yang mendorong terciptanya kolaboratisme pengalaman dan persepsi--siswa, orang tua, dan pekerja---terhadap peningkatan kinerja dan tugas-tugasnya. Mendukung pemikiran Elliot, McNiff (1995: 3-9) juga mengelaborasikan adanya landasan filosofis (pemikiran) bagi pelaksanaan action research, diantaranya McNiff mengemukakan bahwa oleh karena penelitian tindakan diaplikasikan di dalam kelas sebagai suatu bentuk pendekatan peningkatan pendidikan melalui adanya proses perubahan, maka guru harus hati-hati dan kritis dalam mempraktekkannya, serta harus disiapkan dengan perubahan itu sendiri. Penelitian tindakan yang dilakukan di kelas /sekolah haruslah lebih persuasif, relevan dan menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi guru dan koleganya (Mills, 2000: 8).3 - 20Unit 3

Berdasarkan pendapat dan pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan penelitian tindakan, tidak boleh terlepas dari koridor dan konteks proses peningkatan pembelajaran di sekolah dalam pengertian yang sempit, dan proses peningkatan pendidikan secara umum dalam pengertian yang luas. 3. Dilema yang Dihadapi Guru dalam Melakukan Penelitian Tindakan dan Upaya Mengatasinya Elliot mengemukakan pengalamannya bahwa ketika melakukan penelitian di sekolahnya, berbagai resolusi yang ditawarkan pada kenyataannya tidak membantunya dalam penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan masih kuatnya status quo kebiasaan/budaya guru. Oleh karenanya ia menggarisbawahi perlunya cara-cara yang dilakukan guru sebagai peneliti untuk mencari jalan keluar seandainya dirinya selaku peneliti (inside researcher) harus memainkan perannya sebagai trasnformator terkondisikannya budaya baru di sekolahnya. Untuk menjustifikasi pengalamannya, Elliot menguatkannya dengan alasan yang dikemukakan oleh Simon (dalam Elliot, 1998: 56) bahwa popularitas dari evaluasi yang dilakukan sendirian di sekolah mengindikasikan terbentuknya anggapan ingin membedakan pandangan idiologis. Selanjutnya Simon juga mengemukakan bahwa manakala akan melakukan sesuatu yang belum terbiasa di sekolah, harus bersiap-siap menghadapi adanya pertentangan nilai (clash of values) seperti masalah-masalah privacy (hal-hal pribadi), territority (kewenangan), dan hierarchy (hirarki). Selanjutnya Elliot (1991) juga mengidentifikasi beberapa dilema yang sering muncul dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan seperti dalam hal: 1) Memberdayakan siswa untuk mengkritisi profesionalisme kinerja guru. 2) Pengumpulan data. 3) Sharing data dengan teman sejawat, baik yang di dalam maupun di luar lingkungan sekolahnya. 4) Guru sebagai peneliti di sekolah cenderung memilih metode pengumpulan data kuantitatif---melalui kuesioner misalnya---untuk maksud-maksud yang seharusnya dilakukan dengan metode kualitatif---seperti melakukan observasi naturalistik dan wawancara misalnya, karena dalam metode kualitatif melibatkan situasi personal yang terasa sulit dipisahkan dari posisi dan perannya sebagai peneliti di sekolah. 5) Guru sebagai peneliti, cenderung menolak untuk memproduksi studi kasus terhadap apa yang dilakukannya.Penelitian Pendidikan SD

3 - 21

Masalah penentuan waktu penelitian sepenuhnya ditentukan oleh guru selaku peneliti. Demikianlah beberapa dilema besar yang dihadapi guru manakala ia melakukan penelitian tindakan di sekolahnya sendiri) untuk memprakarsai adanya perubahan kurikulum di sekolah Diakui memang, bahwa untuk mengadakan suatu perubahan atau reformasi, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran di suatu sekolah (kelas), banyak sekali faktor-faktor etis berkaitan dengan nilai (values) yang menimbulkan dilema bagi para guru sebagai peneliti. Namun, sebagai antisipasi terhadap dilema tersebut, Elliot (1991: 67) juga memberikan beberapa cara, diantaranya ia menyatakan bahwa guru---khususnya yang berpendidikan lebih tinggi---sebagai pendidik tentunya dapat berbuat banyak untuk mendorong dan menegakkan tumbuh-kembangnya refleksi budaya profesionalisme di sekolah. Maka, dengan menekankan pentingnya metodologi refleksi-diri sebagai cara untuk menstransformasikan budaya profesionalisme di sekolah, niscaya keberadaan berbagai dilema sebagaimana disebutkan di atas dapat diatasinya dengan baik. Demikian halnya dengan konsep Democratic Case Study yang dikemukakan oleh MacDonald (1974) yang dijadikan alasan oleh Simon (1985), sebagaimana dikutip oleh Elliot (1991: 67), juga dapat dipraktekkan guru selaku insider dalam action research sebagai metodologi empiris-kualitatif bagi teratasinya masalah status quo, privacy, dan territoriality di sekolah. Dimana dalam mempraktekkan konsep democratic case study tersebut haruslah mencakup terjaminnya kerahasiaan informasi pribadi, dan terbinanya negosiasi untuk dapat menerima dan mengeluarkan pendapat/informasi dari setiap individu. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya dilema---implikasi realitas yang dihadapi peneliti dan obyeknya---dalam suatu penelitian yang menghendaki terjadinya proses perubahan (dalam hal pembelajaran, misalnya), Michael G. Fullan dan Suzanne dalam bukunya The Meaning of Educational Change (1991) mengemukakan pendapatnya, yaitu dengan memberikan pesan etis berupa enam hal yang harus diperhatikan ketika melakukan observasi penelitian, yaitu: 1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas; 2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya; 3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara alami; 4) Pernyataan dari status quo; 5) Kedalaman perubahan; dan3 - 22Unit 3

6)

6) Pertanyaan penilaian. Masih dalam hal etika yang harus dipunyai peneliti untuk menghalau kemungkinan dilema yang muncul dalam penelitian yang dilakukannya, Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen dalam bukunya How To Design and Evaluate Research in Education (1993) menganjurkan kepada peneliti agar memperhatikan tiga prinsip etika yang sangat penting yaitu: 1) melindungi partisipan penelitian dari rasa takut/bahaya; 2) dukungan data yang meyakinkan bagi diperlukannya penelitian; dan 3) dihindarkan adanya pertanyaan-pertanyaan yang menipu. Mendukung pendapat Fraenkel dan Wallen tersebut, Keith F. Punch dalam bukunya Introduction to Sosial Research: Quantitative and Qualitative Approaches (1998) menambahkan bahwa jalan terbaik untuk membuat kejelasan penelitian adalah mendeskripsikan apa yang akan ditelitinya, sambil menjelaskan mengapa atau bagaimana penelitian itu dilakukan. 4. Implikasi PenelitianTindakan terhadap Perubahan Kurikulum dan Kebijakan Pemerintah Keberadaan action research, menurut John Elliott, setidak-tidaknya memberikan nilai tambah bagi upaya perbaikan proses pendidikan secara umum, karena diyakini bahwa action research memberikan implikasi positif dalam mengembangkan budaya profesionalisme guru khususnya dalam mencari dan mengembangkan pola-pola pembelajaran yang up to date, berdaya dan berhasil guna, menarik dan tidak membosankan bagi siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap proses pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian tindakan (action research) merupakan: Kegiatan kreatif yang cocok dan dan sangat mungkin dilakukan guru. Bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity (keragu-raguan). Bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan.

Memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa diterima/ diperhitungkan (counter-hegemonic); karena: 1) Action research menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru sehubungan dengan praktek pengajarannya.

Penelitian Pendidikan SD

3 - 23

2) Action research mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama (reflective on means and ends). 3) Action research merupakan praktek refleksi/spontanitas. 4) Action research mengintegrasikan teori ke dalam praktek. 5) Action research melibatkan proses dialog sesama guru. Whitehead (1989) sebagaimana dikutip oleh Elliot (1995: 108) bahkan berkeyakinan bahwa situasi-kondisi penelitian tindakan sebagaimana disebutkan tersebut secara tidak disadari memberikan implikasi terhadap guru untuk mema-hami diri (self-understanding), yaitu ia jadi tahu perkembangan profesional dirinya. Penelitian tindakan merupakan stimulus tambahan dalam pengembangan budaya profesionalisme reflektif dan sangat dimungkinkan sebagai bentuk upaya kreatif untuk mempengaruhi pengambil kebijakan pendidikan (pemerintah), khususnya sehubungan dengan bagaimana seharusnya menanggapi budaya profesionalisme guru. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa action research merupakan salah satu solusi yang kreatif bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses pembelajaran siswa yang lebih berhasil guna dan up to date dengan perkembangan dan perubahan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya. Proses pembelajaran yang kreatif pada dasarnya akan sangat tergantung kepada faktor kemauan dan kepiawaian guru untuk mengembangkan dirinya melalui berbagai aktifitas belajar, mencari informasi, mau bekerja sama, meneliti (seperti melakukan action research), dan berbagai aktifitas progresif lainnya untuk mengembangkan profesionalisme dalam proses pembelajaran siswa-siswanya di sekolah. Dari kreatifitas-kreatifitas inilah, nantinya akan memunculkan kebutuhan dan, bahkan, keharusan adanya perubahan/ reformasi dari situasi lama yang tradisional ke situasi baru yang lebih profesional. Sehingga pada gilirannya, perubahan-perubahan yang pada awalnya dirasakan dan terjadi hanya pada tingkat mikro (dalam lingkup sekolah/kelas) tersebut pun berujung pada diperlukan adanya perubahan kurikulum pada tingkat makro (dalam lingkup wilayah atau negara). Dengan demikian, maka apa yang dikemukakan Elliott dalam penjelasan dan pendapatnya tentang implikasi action research terhadap perubahan kurikulum dan kebijakan pemerintah kita pun merasa bahwa hal yang semacam itu pun bisa berlaku di negara mana pun, termasuk di Indonesia. Sependapat dengan Elliott dan McNiff (1995: 71-72) juga menyatakan bahwa implikasi dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah; diantaranya adalah bahwa: (1) berpikir tentang akan adanya perubahan yang terjadi,3 - 24Unit 3

dan (2) mempengaruhi kemauan politik (pemerintah). Karena, menurut McNiff, bahwa penelitian tindakan adalah merupakan kegiatan politis yang dilakukan untuk menuju suatu perubahan (khususnya dalam bidang pendidikan). Dan untuk melakukan perubahan itu sendiri bisa dimulai dari orang-orang yang terlibat dan berada pada tingkat yang menentukan dalam sistem pendidikan itu. Karena konteks pembelajaran juga memiliki pengaruh besar bagi keberhasilan pendidikan secara umum. Target akhir dari penelitian tindakan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kehidupan siswa dan guru melalui perubahan kependidikan (Mills, 2000: 123). Setelah menyimak dan memahami perbedaan antara penelitian (research) dengan penelitian tindakan (action research), Anda diajak untuk memahami perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan bukan penelitian tindakan kelas (NON PTK). Untuk memperoleh kejelasan mengenai perbedaan antara kedua penelitian tersebut, dapat dilihat perbandingannya seperti tampak dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Bukan Penelitian Tindakan Kelas No Aspek PTK Non PTK 1 2 3Peneliti Rencana penelitian Guru Oleh guru (mungkin dibantu orang luar) Dirasakan oleh guru (mungkin dengan dorongan orang lain) Ada tindakah untuk perbaikan yang berulang Sebagai guru dan peneliti Orang luar Oleh peneliti

Munculnya masalah

Dirasakan oleh orang luar Belum tentu ada tindakan berulang Sebagai guru (subjek penelitian) Kelas Oleh peneliti Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh orang lain.

4 5 6 7 8

Ciri utama

Peran guru

Tempat penelitian Proses pengumpulan data Hasil penelitian

Kelas Oleh guru sendiri atan bersama orang lain Langsung dimanfaatkan oleh guru, dan dirasakan oleh kelas

Sumber: Penelitian Tindakan Kelas (UT, 2003: 18)

Penelitian Pendidikan SD

3 - 25

Bertolak dari perbedaan antara penelitian tindakan kelas (PTK) dan bukan penelitian tindakan kelas (Non PTK) sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, tampaknya semakin jelas, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru. Pertanyaannya adalah mengapa harus guru sebagai peneliti, pada hal tugas selain sebagai pendidik dan pembimbing adalah melaksanakan tugas mengajar. Anda mungkin bertanya-tanya, kalau demikian tugas guru semakin bertambah berat. Jawaban atas petanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Anda tersebut, dapat dijelaskan dengan mengaitkannya dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik pembelajaran di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesioanalnya sebagai bagian dari tenaga kependidikan. Sekurang-kurang ada dua argumentasi yang dapat menjelaskan mengapa guru sebagai peneliti tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hopkins (1993) sebagaimana disadur oleh Wardani dkk. (2003: 1.10) yaitu: Pertama, guru yang baik perlu punya otonomi dalam melakukan penilaian profesional, sehingga sesungguhnya, ia (guru) tidak perlu diberitahu apa yang harus dia kerjakan. Ini bukan berarti guru tidak dapat menerima masukan atau saran dari orang luar. Meskipun masukan dari orang luar itu penting, tetapi gurulah yang menerima dan menentukan penilaian profesioanal (professional judgement) sesuai dengan kelas dimana praktik pembelajaran terjadi. Kedua, ketidaktepatan paradigma penelitian formal/biasa dengan upaya berbantuan peningkatan kinerja guru yang diharapkan untuk memperbaiki proses dan praktik pembelajaran oleh guru di kelasnya. Karena itulah, guru yang paling tahu kemampuan dan kinerjanya sendiri melalui berpikir reflektif (reflectif thinking). Selain dua argumentasi yang dikemukan Hopkins tersebut, dapat dikemukakan argumentasi lain, yaitu: dalam praktik pembelajaran, gurulah yang lebih tahu kondisi nyata mengenai proses dan hasil pembelajaran bagi murid (peserta didik) di kelasnya.

3 - 26

Unit 3

LatihanSetelah Anda mengkaji materi yang dipaparkan dalam subunit ini, selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda, kerjakan latihan berikut! 1. Idealnya setiap guru memahami dan mengenal permasalahan yang dihadapi di dalam proses pembelajarannya sehari-hari. Namun kenyataannya tidak semua guru mengetahui dan menyadari bahwa ada masalah dalam proses pembelajaran yang dia lakukan. Anda diminta membuktikan pernyataan itu dengan melakukan pengamatan guru bidang studi mengajar dan setelah itu lakukan wawancara kepada guru tesebut. Hal ini ditujukan kepada guru bidang studi yang sebagian besar dari seluruh murid kelasnya nilai rata-rata hasil ulangan harian mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan rata-rata dibawah nilai 6. Apa yang telah guru tersebut lakukan dan bagaimana ia harus memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya. 2. Berdasarkan data hasil ulangan umum rata-rata nilainya lebih rendah dari mata pelajaran lainnya. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan murid nilainya rendah pada mata pelajaran tersebut ditinjau dari guru dan murid. Informasi atau data yang diperoleh Anda diskusikan dengan teman-teman Anda. Buat pemetaan masalah dengan memberikan solusi disertai alternatif-alternatif pemecahannya.

Petunjuk penyelesaian latihan:1. Himpun data-data tentang nilai ulangan bidang studi yang diajarkan guru di SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku (KTSP). Setelah itu, telaah standar isi KTSP. Lihat indikator pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dangan kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi pokok bahasan/ subpokok bahasan dari mata pelajaran yang nilai ulangan hariannya rendah (hasil tes formatif). Lakukan diskusi dengan guru mata pelajaran dan beberapa orang murid yang nilai ulangan hariannya rendah tentang proses belajar-mengajar di kelas. 2. Himpun nilai-nilai ulangan umum siswa kelas V SD. Anda diminta menemukan mata pelajaran yang nilainya rata-rata rendah. Lakukan pengamatan proses belajar mengajar di kelas, setelah itu lakukan wawancara kepada guru tersebut dan beberapa orang murid setelah mengikuti mata pelajaran dan diskusikan bersama teman Anda mengenai informasi atau data untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang faktor-faktor yang menyebabkan nilai rata-rata siswa rendah.

Penelitian Pendidikan SD

3 - 27

RANGKUMANPenelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang sistematis yang dilakukan oleh guru pada kelasnya sendiri untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakantindakan tersebut. Karakteristik dari penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri; (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas; (3) penelitian tindakan kelas mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut untuk memperbaiki proses pembelajaran dan (4) adanya refleksi diri. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap proses pendidikan. Hal ini mengidikasikan bahwa penelitian tindakan (action research) merupakan: (1) kegiatan kreatif yang cocok dan sangat mungkin dilakukan guru; (2) bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity (keragu-raguan); (3) bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan; dan (4) memungkinkan terlaksananya praktek mempengaruhi yang bisa diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic); karena: 1) Penelitian tindakan menfokuskan pada upaya untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mencarikan solusi masalah yang dihadapi guru sehubungan dengan praktek pengajarannya; 2) Penelitian tindakan mencakup makna/fungsi dan hasil dari kerja sama (reflective on means and ends); 3) Penelitian tindakan merupakan praktek refleksi/spontanitas; 4) Penelitian tindakan mengintegrasikan teori ke dalam praktek; 5) Penelitian tindakan melibatkan proses dialog sesama guru. Ada enam hal yang harus diperhatikan peneliti agar memberikan kesan etis ketika melakukan observasi, yaitu: 1) Kemukakan rencana-rencana perubahan secara jelas; 2) Fahami kegagalan yang terjadi dari penelitian/perubahan sebelumnya; 3) Bimbinglah untuk memahami adanya perubahan yang diharapkan secara alami; 4) Penyataan dari status quo; 5) Kedalaman perubahan; dan 6) Pertanyaan penilaian.

3 - 28

Unit 3

TES FORMATIF 2Di bawah ini disediakan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman materi yang disajikan dan telah Anda pelajari. Petunjuk: Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang pada jawaban yang Anda anggap paling benar! 1. Penelitian tindakan diyakini dapat memberikan implikasi positif terhadap proses pendidikan, kecuali A. penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri. B. bentuk pendekatan yang dapat mencarikan solusi dari keadaan yang ambiguity (keragu-raguan). C. bentuk pendekatan peningkatan idiologis yang dapat dilakukan. D. perbaikan pembelajaran terjadi karena kurikulum selalu berubah. 2. Penelitian tindakan kelas pada dasarnya dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui peningkatan ... A. guru. B. kepala sekolah. C. jawab pengawas. D. guru di sekolah. 3. Yang tidak termasuk ciri penelitian tindakan kelas di bawah ini adalah ... A. dilaksanakan oleh guru sendiri. B. penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan nyata di kelas. C. datanya harus diolah dengan formula statistik. D. mempersyaratkan adanya tindakan yang berlanjut. 4. Alasan utama yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru adalah ... A. guru lebih memahami masalah pembelajaran di kelasnya. B. guru lebih akrab dengan murid-muridnya. C. guru setiap hari berada di sekolah. D. guru lebih menguasai prosedur-prosedur penelitian. 5. Dalam penelitian tindakan kelas, memikirkan kembali apa yang sudah dilakukan dan dampaknya bagi perbaikan pembelajaran disebut ... A. melakukan evaluasi. B. refleksi diri. C. menyusun siklus penelitian. D. merencanakan tindakan perbaikan.Penelitian Pendidikan SD

3 - 29

6. Beberapa alasan yang memungkinkan terlaksananya praktik mempengaruhi yang bisa diterima/diperhitungkan (counter-hegemonic) dengan penelitian tindakan, kecuali ... A. tindakan perubahan-perubahan berkenaan manajemen kepala sekolah. B. penelitian tindakan merupakan praktek refleksi/spontanitas. C. penelitian tindakan mengintegrasikan teori ke dalam praktek. D. penelitian tindakan melibatkan proses dialog sesama guru. 7. Dalam penelitian tindakan kelas, masalah yang diteliti berasal dari ... A. kepedulian peneliti akan kinerjanya. B. keinginan untuk membantu guru. C. kerisauan guru akan kinerjanya. D. kerisauan pendidik akan mutu pendidikan. 8. Penelitian tindakan kelas seyogyanya dilakukan oleh guru karena alasan-alasan berikut, kecuali A. penelitian tindakan kelas memang untuk guru. B. guru paling akrab dengan suasana kelas. C. peneliti luar mungkin asing dengan masalah praktik pembelajaran di kelas. D. guru bertanggung jawab memperbaiki kinerjanya. 9. Dilihat dari segi tujuan penelitian, penelitian tindakan kelas menempatkan guru sebagai A. peneliti dari dalam. B. praktisi yang membangun teori. C. subjek penelitian. D. pengajar dan peneliti. 10. Guru dianggap lebih sesuai untuk melakukan penelitian tindakan kelas karena alasan berikut ... A. dibanding dengan peneliti luar guru lebih memahami keadaan di kelas. B. kelas merupakan wilayah guru. C. hasil penelitian dapat dimanfaatkan langsung oleh guru. D. temuan peneliti luar sulit diterapkan oleh guru.

3 - 30

Unit 3

Umpan balik dan tindak lanjutCocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam subunit ini. Rumus Perhitungan: Jumlah jawaban yang benar Tingkat Penguasaan Anda = X 100 10 Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut: Skor 90 100, berarti sangat baik Skor 80 89, berarti baik Skor 70 79, berarti cukup baik Skor 0 69, berarti kurang Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam subunit ini Baik atau bahkan Sangat Baik, maka Anda dapat melanjutkan ke unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru menjawabnya.

Penelitian Pendidikan SD

3 - 31

KUNCI TES FORMATIFTes Formatif 1: 1. B Karena penelitian tindakan kelas menempatkan guru sebagai peneliti. 2. A Memperbaiki proses pembelajaran adalah tujuan utama penelitian tindakan kelas. 3. C 4. B 5. C 6. D 7. 8. 9. 10. A A B A Tahapan bersifat siklus dan berulang: Perencanaan - Pelaksanaan Tindakan Pengamatan >Refleksi dan seterusnya. Guru memegang peran utama dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi hasil penelitian. Jelas pembelajaran, karena kegiatannya berkenaan dengan bagaimana cara guru membelajarkan peserta didik. Tindakan perbaikan. Penelitian tindakan kolaboratif. Kurt Levin. Tahap-tahap kegiatan berurutan dan dilakukan berulang membentuk siklus.

Tes Formatif 2: 1. D Perubahan kurikulum belum jaminan terjadinya perbaikan praktik pembelajaran. 2. A Kinerja guru yang baik dapat memberbaiki proses pembelajaran. 3. C Datanya harus diolah dengan formula statistik. 4. A Guru lebih memahami masalah pembelajaran di kelasnya. 5. B Refleksi diri. 6. A Tindakan perubahan-perubahan berkenaan manajemen Kepala sekolah. 7. D Jawaban lain juga benar, namun yang paling benar jawaban D. 8. A PTK bukan monopoli guru, PTK dapat dilakukan secara kolaborasi. 9. D B juga benar, tetapi yang paling benar adalah D. 10. B Kelas bukan monopoli atau wilayah guru.

3 - 32

Unit 3

GLOSARIUMBerpikir reflektif (reflektive thingking): proses pemecahan masalah melalui langkah mengidentifikasi, merumuskan, membatasi masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisa data, serta menguji hipotesis. Daur PTK: langkah PTK yang selalu berulang sampai tujuan perbaikan. Identifikasi masalah: mengenal dan atau menandai gejala yang muncul untuk dikaji. Inkuiri (inquiry): diartikan penelitian atau penyelidikan. Kolaborasi: kerjasama yang dilakukan berdasarkan kemitraan yang saling belajarmembelajarkan sesama anggotanya. Komitmen: kesetiaan yang didasarkan rasa tanggung jawab pada apa yang telah disepakati. Kurikulum (curriculum): semua pengalaman yang dilakukan siswa yang dirancang, diarahkan, diberikan dan dipertanggungjawabkan oleh sekolah, dalam tahap rancangan, pelaksanaan maupun pengendaliannya. Penelitian berpikir reflektif (self-directive inquiry): penelitian yang mengandalkan kemampuan untuk melakukan refleksi (merenungkan) Pertimbangan profesional (professional judgement): pertimbangan yang bersifat profesional, bukan berdasarkan suka dan tidak suka. Refleksi (reflection): pantulan, dalam hal ini mengingat kembali kejadian lampau mencari jawaban mengapa itu terjadi Reformasi kurikulum: mengkaji ulang kurikulum untuk suatu perubahan baik perbaikan maupun peningkatan kualitas pendidikan melalui penelitian tindakan. Simultan: Serentak, bersamaan merespons suatu gejala atau peristiwa.

Penelitian Pendidikan SD

3 - 33

Daftar PustakaArikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua. Elliot, J. (1991). Action Research for Education Change. Philadelphia: Open University Press. Faisal, Sanafiah. (1982). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional. Hardjodiputro, S. (2000). Action Research Papers. Universitas Negeri Jakarta. Hopkins, D. (1993). A Teachers guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press. McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction (5th ed.). US, Longman Inc. Mc. Taggar, R. (1991). Action Reseach: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deakin University Press. Mills Geoffrey, E. (2000). Action Research: A Guide for The Teacher Reseacher New Jersey. Colombus, Ohio: Merrill, an Imprint Prentice Hall. Nawawi, Hadari. (1983). Metode Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oja Sharon, N., Smulyan, L. (1989). Collaborative Action Reseach; A Development Approcah. Social Research and Education Studies Series: 7 London, New York, Philadelphia: The Falmers Press. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara. Syaodih. N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda. Wardani, I G.A.K, dkk. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

3 - 34

Unit 3