38a Standar dan Bahan Ajar PAUD [NF]kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/model... · 2020....

60

Transcript of 38a Standar dan Bahan Ajar PAUD [NF]kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/model... · 2020....

  • Standar dan Bahan Ajar PAUD Non-Formal - 2007 i

    DAFTAR ISI Hal Daftar Isi ……………………………………………………………….. iii

    BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… A. Latar Belakang ....….………………………………... B. Tujuan ...……………..………………………………. C. Ruang Lingkup…..……………………………………

    1 1 1 1

    BAB II KERANGKA BERPIKIFR ……………………………. 2 A. Landasan Yuridis .……………………………………

    B. Landasan Filosofis .…. ……………………………… C. Landasan Keilmuan.…………………………………. 1. Aspek Fisik ……………. ………………………… 2. Aspek Emosi …………..………………………….. 3. Aspek Sosial …..………………………………….. 4. Aspek Kreatifitas .…………………………………. 5. Aspek Spritual ……………………………………. 6. Aspek Akademik .………………………………….

    2 3 5 6 6 6 6 6 6

    BAB III PELAKSANAN KEGIATAN DAN HASIL …………. A. Pelaksanaan .......……………………………………. B. Hasil ....................….………………………………..

    7 8 8

    LAMPIRAN 1. Naskah Akademik 2. Naskah Standar Isi 3. Naskah Kerangka Dasar Kurikulum PAUD 4. Naskah Model Silabus PAUD Non Formal

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan NonFormal, Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar. Salah satu yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah melakukan kajian kurikulum dari berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan standar dan bahan ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum.

    Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar. Kegiatan di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan

    B. Tujuan

    Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan terhadap dokumen dan pelaksanaan kurikulum untuk pengembangan kurikulum masing-masing aspek perkembangan anak usia dini yang harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan

    C. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup kegiatan ini terdiri atas: Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi: 1.Perkembangan moral dan nilai-nilai agama 2.Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian 3.Perkembangan bahasa 4.Perkembangan kognitif 5.Perkembangan fisik/motorik 6.Perkembangan seni

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 2

    BAB II

    KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Yuridis

    1. Dalam amandemen Undang-Undang 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas dari kekerasan dan disriminasi”.

    2. UUD No.23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya.

    3. UUD No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal1, butir 14 dinyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

    4. Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 1) Pasal 36 ayat (3) : Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesiadengan memperhatikan:

    a. Peningkatan iman dan taqwa b. Peningkatan akhlak mulia c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik. d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tututan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni h. Agama i. Dinamika perkembangan global j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

    2) Pasal 37 ayat (1) : Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat: a. Pendidikan agama b. Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa d. Matematika e. Ilmu pengetahuan alam f. Ilmu Pengetahuan sosial g. Seni dan budaya h. Pendidikan jasmani dan olah raga i. Keterampilan j. Muatan lokal

    3) Pasal 38 ayat (1) Kerangka dasar dan kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah.

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 3

    5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional

    Pendidikan B. Landasan Filosofis

    Pendidkan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena berbeda pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

    C. Landasan Keilmuan

    Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak.

    Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua dan guru yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-an mulai bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah mematikan semangat dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the Young Children (NAEYC) sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS merupakan gerakan yang berusaha mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Di sini berhimpun para pakar pendidik anak usia dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi melalui “konsep DAP”. Terjemahan bebas konsep DAP (Developmentally Approriate Practice) merupakan pendidikan yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap anak yang berusia 0-8 tahun memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga memudahkan dalam upaya memberikan pelayanan pendidikannya.

    Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu jika sistem pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka perkembangan kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan.

    Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang senantiasa mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar. Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak usia dini yang dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak-anak usia dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena mereka senantiasa diminta mengisi lembar kerta kerja yang kurang patut dan kurang menyenangkan anak. Sementara dampak terhadap perkembangan kognitif juga menunjukkan hal yang menggembirakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa anak-anak yang mendapatkan kurikulum DAP lebih kreatif, lebih percaya diri, unggul dalam kemampuan berbahasa. Uniknya lagi kemampuan membaca dan berhitung mereka

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 4

    juga meningkat. Dampak pelaksanaan DAP bagi pelaksanaan pendidikan anak suai dini berpengaruh pada jangka panjang. Anak-anak ketika usia dini mendapat pelayanan pendidikan dengan metode DAP memiliki kemampuan membaca dan berhitung lebih tinggi saat mereka duduk di SD kelas 1 dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan dengan metode DAP saat di pendidikan usia dini.

    Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah

    paradigmanya dari yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan pendidikan dalam sebuah konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach). Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Terjadinya berbagai bencana kerusakan di lingkungan semesta diakibatkan ulah-ulah manusia, menyadarkan kita bahwa pendidikan kita kurang mampu mewujudkan keseimbangan antara kehidupan manusia di alam semesta. Memberikan kesadaran kepada para siswa akan kehidupan di abad ke 21 yang diwarnai oleh kehidupan masyarakat yang sangat heterogen dan permasalahan yang luar biasa terkait dengan lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik, peperangan, dan kemiskinan merupakan sebuah kemestian. Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for Transforming Education) mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yang terkotak-kotak menjadi sebuah konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep yang utuh ini adalah untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga termaktub dalam tujuan pendidikan nasional kita. Seluruh aspek yang dimiliki anak melalui pandangan holistik ini (The whole child education) akan berkembang dengan patut termasuk kesadaran bahwa ia adalah bagian dari anggota keluarganya, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas global.

    Krishnamurti mengatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan untuk menjadikan manusia berwawasan holistik disebabkan pendidikan modern lebih bertumpu pada dunia sekuler, terlepas dari makna spiritual. Bagi Krishnamurti kesatuan integral adalah sakral dan segala sesuatu adalah bagian dari kesatuan integral. Oleh sebab itu segala sesuatu mesti memiliki makna yang sakral. Manusia perlu diberikan perangkat untuk mencapai pemahaman makna spiritual. Masalahnya sistem pendidikan modern sangat terspesialisasi dan telah memecahbelah keseluruhan menjadi bagian-bagian yang terpisah yang tidak lagi saling bermakna. Dalam kegiatan pendidikan konvensional seluruh potensi manusia yang dilibatkan hanya sebatas pada kognitif dan pisik semata, tanpa melibatkan aspek emosi dan spiritual.

    Hakikat dari pendidikan menurut Krishnamurti ini dikemas Scott Forbes dalam tujuan pendidikan untuk mendidikan seluruh aspek yang dimiliki manusia (All part of the person), mendidikan manusia sebagai kesatuan yang utuh (The person as the whole), mendidikan manusia sebagai bagian dari keseluruhan (The person within the whole), yaitu sebagai bagian dari masyarakat, komunitas manusia, dan alam semesta.

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 5

    Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21 ini, maka pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang terkotak-kotak (fragmented) menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam aspek kognitis semata yang diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan memberikan mereka mata pelajaran yang tidak saling berhubungan dengan relevan dalam konteks kehidupan nyata tidak akan mampu menumbuhkan transformasi kesadaran (consciousness). Transformasi kesadaran ini merupakan bagian dari proses pendidikan yang akan mampu meredam segala carut-marut kondisi yang terjadi dalam peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan semesta, konflik antaretnis, dan sebagainya.

    Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang sains, masyarakat, dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu lagi melihat gambar keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak solusi dilakukan manusia didekati secara terpisah sehingga membuat masalah semakin terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof adalah bagaimana upaya melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh yang diistilahkannya dengan ”Multidisciplinary, Holistic Approach to reality”. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan David Orr bahwa akar permasalahan yang ada saat sekarang dikarenakan pemikiran manusia dididik dengan sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang kemudian membuat manusia berfikir secara parsial.

    Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja, melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik hendaknya terkait dengan:

    1. Aspek Fisik Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga stamina, gizi dan kesehatan.

    2. Aspek Emosi

    Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki empati.

    3. Aspek Sosial Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar

    bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.

    4. Aspek Kreativitas

    Mendorong anak untuk mampu mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan produktif seperti dalam dunia seni, berbahasa, berkomunikasi, dan sebagainya.

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 6

    5. Aspek Spritual Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran

    agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten. 6. Aspek Akademik

    Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi dengan cermat.

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 7

    BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL

    A. Pelaksanaan

    Strategi kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini. 1. Penyusunan Desain sebagai kerangka kerja, yang mencakup:

    • Rasional • Tujuan • Ruang lingkup • Hasil yang diharapkan • Landasan teori • Strategi / langkah kerja • Instrumen

    2. Kajian Konsep • Pengumpulan bahan • Rapat kesepakatan tentang konsep • Penyusunan konsep tentang SK dan bahan ajar PAUD • Raker menerapkan dan kesepakatan tentang konsep SK dan bahan ajar

    3. Kajian kebutuhan lapangan

    Workshop Praktisi tentang kebut laporan • Mengidentifikasi kebutuhan • Analisa kebutuhan yang berkaitan dengan SK dan Bahan ajar • Kesimpulan tentang kebutuhan lapangan

    4. Raker penyusunan naskah awal SK dan Model bahan ajar • Workshop kesepakatan mengenai atribute SK dan Model bahan ajar • Penulisan SK dan Model bahan ajar (Individual, kelompok) • Pleno • Perbaikan

    5. Penyusunan Instrumen Penyusunan Instrumen untuk keterbacaan, keterlaksanaan, naskah (individual / kelompok) dan panduan uji coba • Pleno • Perbaikan • Penggandaan

    6. Uji coba keterbacaan dengan keterlaksanaan • Persiapan administrasi

    Surat- surat Daerah uji coba Kontak person Responden

    • Coaching

  • \Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 8

    • Pelaksanaan Perjalanan Pelaksanaan Pelaporan dan perjalanan pulang

    7. Analis untuk rekomendasi penyempurnaan

    Workshop • Identifikasi dan klasifikasi jenis msukan • Penyusunan rekomendasi

    8. Perbaikan naskah berdasarkan hasil uji coba

    • Kerja kelompok / individual menyempurnakan naskah • Penysunan bahan presentasi

    9. Presentasi hasil

    • Presentasi dari Tim Puskur • Unpan balik • Perumusan hasil umpan balik

    10. Workshop penyempurnaan naskah

    • Kerja kelompok dan individual menyempurnakan draft • Pleno • Rumusan hasil pleno

    11. Laporan dan Finaslisasi naskah

    • Laporan Kegiatan • Editing Naskah

    B. Hasil 1. Naskah Akademik 2. Rancangan Standar Isi PAUD 3. Rancangan Kerangka Dasar Kurikulum PAUD 4. Contoh Silabus PAUD

  • CONTOH SILABUS Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Kelas : 1 (Satu) Mata Pelajaran : SENI BUDAYA Tema : Tubuh Manusia Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni

    2. Mengekspresikan diri melalui karya seni

    Kompetensi

    Dasar

    Materi Pokok/Pembelajar

    an Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

    Alokasi Waktu

    Sumber Belajar

    Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif

    Rupa : Melukis dari gerak dan bunyi dari tubuh manusia

    Rupa : Memvisualisasikan

    gerak tubuh manusia dan suara dengan bintik, garis, warna, bidang, tekstur, dan volume

    Berkreasi dengan gerak dan suara tubuh manusia (pentas seni dan tarian) sebagai sumber inspirasi

    Membedakan

    gerak tubuh dan suara manusia

    Menciptakan unsur rupa (bintik, garis, warna, bidang, tekstur, dan volume melalui gerak tubuh dan suara manusia

    Memadukan unsur rupa dalam sebuah kreasi gambar ekspresi imajinasi

    Praktek 1. Tes 2. Non-tes

    Tes lisan Unjuk kerja

    Tes tulis

    Pertanyaan lisan Hasil karya : - lipat celup - finger painting - gambar ekspresi imajinatif

    2x pertemuan

    1. Rekaman audio

    visual pertunjukkan tari

    dan lagu 2. Kertas gambar 3. Cat air 4. Krayon 5. Buku yang

    menunjang

  • Kompetensi

    Dasar

    Materi Pokok/Pembelajar

    an Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

    Alokasi Waktu

    Sumber Belajar

    Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia Mengekspresikan diri melalui alat musik atau sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia

    Musik : Bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.

    Musik : Mengidentifikasi

    sumber bunyi yang terdengar dari tubuh manusia.

    Mendengarkan dan memperdengarkan berbagai bunyi yang dihasilkan tubuh manusia (seperti : tepuk, petikan jari, hentakan kaki, bunyi yang dihasilkan dari eksplorasi mulut.

    berdasarkan gerak dan suara manusia

    Memberi warna pada gambar ekspresi yang dibuat

    1. Menentukan sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.

    2. Membedakan sumber bunyi.

    3. Membuat bunyi yang bersumber dari tubuh sendiri.

    4. Membuat karya seni musik sederhana dengan sumber gerak tubuh sendiri

    1. Tes 2. Non-tes

  • Kompetensi

    Dasar

    Materi Pokok/Pembelajar

    an Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

    Alokasi Waktu

    Sumber Belajar

    Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanakan gerak di tempat

    Menampilkan unsur gerak tari di depan penonton

    Mendelamasikan puisi anak dengan lafal dan intonasi yang sesuai

    Tari : Gerak dengan anggota tubuh dilakukan di tempat dan berpindah tempat dengan level tingi-rendah Sastra : Puisi sederhana

    Tari : Mengidentifikasi

    gerak anggota tubuh bagian tangan dan kaki

    Melakukan gerak anggota tubuh dengan berbagai variasi (seperti : gerak di tempat-berpindah, level tinggi-rendah).

    Sastra : Mendeklamasikan

    puisi tentang anggota tubuh manusia

    Menyalin puisi tentang anggota tubuh manusia

    Pembelajaran terintegrasi :

    1. Menentukan sumber gerak yang dihasilkan tubuh manusia.

    2. Membedakan sumber gerak.

    3. Membuat sumber gerak dari tubuh sendiri.

    4. Membuat karya seni tari sederhana dengan sumber gerak tubuh sendiri.

    Membaca puisi atau syair lagu dengan benar.

    Mendeklamasikan puisi sesuai dengan isi dan mengeks-presikannya dalam gerak dan mimik yang sesuai.

    1. Rekaman audio visual 2. pertunjukan tari 3. 4. penata

    tari/penari etnik

  • Kompetensi

    Dasar

    Materi Pokok/Pembelajar

    an Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

    Alokasi Waktu

    Sumber Belajar

    Mengeksplorasi anggota tubuh manusia melalui media seni rupa, musik, tari, dan sastra.

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 1

    RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Tema : Binatang Mata Pelajaran : Matematika dan Bahasa Indonesia Kelas/Semester : I/1 Alokasi Waktu : 4 × 35 menit

    Standar Kompetensi Matematika dan Bahasa Indonesia: 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 2. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan 3. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring 4. Menulis permulaan dengan menebalkan, mencontoh, melengkapi dan menyalin.

    Kompetensi Dasar: 1. Membilang banyak benda 2. Membedakan berbagai bunyi bahasa 3. Membaca nyaring suku kata, dan kata dengan lafal yang tepat. 4. Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf

    Materi Pokok Pembelajaran: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 2. Mengucapkan bunyi atau suara tertentu di sekitar 3. Menulis huruf a, i, u, e, o

    Kegiatan Pembelajaran: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 menggunakan gambar atau tiruan

    binatang ayam, kambing, kucing, tokek, dsb. 2. Menjiplak lambang bilangan 1, 2, 3, 4, 5 3. Menuliskan lambang bilangan sesuai dengan banyaknya benda dari 1 sampai dengan

    5. 4. Menyebutkan atau mengucapkan bilangan dari 1 sampai dengan 5. 5. Menirukan suara binatang (kucing, tokek, ayam jantan) sesuai dengan gambar 6. Membaca atau menyebutkan nama binatang 7. Menjiplak atau menebalkan huruf a, i, u, e, o 8. Mewarnai gambar 9. Mencontoh huruf a, i, u, e, o

    Indikator: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 2. Menuliskan lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5 3. Menyebutkan atau mengucapkan nama bilangan dari 1 sampai 5 4. Menirukan bunyi atau suara binatang (kucing, tokek, ayam jantan) 5. Membaca atau melafalkan huruf a, i, u, e, o 6. Menjiplak dan menebalkan huruf a, i, u, e Penilaian: Tes lisan, tertulis, dan unjuk kerja. Contoh instrumen penilaian: Matematika: Hitunglah banyaknya binatang pada gambar ini!. Tulislah hasilnya. Apa nama bilangannya?.

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 2

    Bahasa Indonesia: Apa nama binatang ini?. Coba tirukan suaranya. Huruf apakah ini?. Isilah titik-titik di bawah gambar dengan huruf a, i, e, u atau o, sehingga diperoleh nama binatangnya, kemudian bacalah.

    Sumber Belajar: 1. Benda konkret (gambar binatang atau tiruan binatang) 2. Gambar kumpulan binatang 3. Buku Matematika kelas I (yang relevan) 4. Buku Bahasa Indonesia kelas I (yang relevan)

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 3

    Tema : Binatang Mata Pelajaran : Matematika dan Bahasa Indonesia Kelas/Semester : I/1 Alokasi Waktu : 4 35 menit Kompetensi Dasar:

    1. Membedakan berbagai bunyi bahasa 2. Membaca nyaring suku kata, dan kata dengan lafal yang tepat. 3. Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf 4. Membilang banyak benda Indikator: 1. Menirukan bunyi atau suara binatang 2. Membaca atau melafalkan bunyi bahasa a, i, u, e, o dengan benar 3. Menjiplak atau menebalkan huruf a, i, u, e, o 4. Mampu membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 5. Mampu menulis lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5 6. Mampu menyebutkan atau mengucapkan nama bilangan 1 sampai dengan 5

    Tujuan Pembelajaran:

    1. Siswa dapat membedakan berbagai bunyi 2. Siswa dapat membaca suku kata dan kata dengan lafal yang tepat 3. Siswa dapat menjiplak bentuk huruf vokal 4. Siswa dapat menulis lambang bilangan 1 sampai dengan 5 5. Siswa dapat membaca nama bilangan 1 sampai dengan 5

    Materi Pembelajaran: 1. Pelafalan bunyi 2. Pengucapan bunyi 3. Bilangan 1 sampai dengan 5

    Metode: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan unjuk kerja

    Sumber Belajar: 1. Teks lagu SUARA BINATANG 2. Gambar macam-macam binatang ( ayam, kucing, kambing, tokek, bebek, dsb.) 3. Kartu huruf, kartu bilangan 1 – 5 4. Buku Bahasa Indonesia Kelas I (yang relevan) 5. Buku Matematika Kelas I (yang relevan)

    Langkah- langkah Pembelajaran: 1. Kegiatan Awal

    a. Memberi salam dan berdoa b. Apersepsi dan pemberian motivasi dengan tanya jawab c. Menyampaikan tema

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 4

    2. Kegiatan Inti a. Siswa menyanyi lagu “Siapa Tahu” bersama-sama. b. Siswa menirukan suara binatang sesuai gambar yang ditunjukkan oleh guru,

    kemudian membilang banyak binatang yang ada pada gambar. c. Siswa melafalkan huruf a, i, u, e, o dengan bimbingan guru. d. Siswa diberi tugas mengambil kartu huruf untuk diletakkan pada huruf yang

    rumpang. e. Siswa diberi tugas untuk menebalkan huruf a, i, u, e, o. f. Siswa diminta untuk berkelompok. Ada empat kelompok yang diberi nama

    binatang yang akan ditirukan suaranya. Kelompok satu terdiri dari dua orang siswa, kelompok dua terdiri dari tiga orang siswa, kelompok tiga terdiri dari empat orang siswa, dan kelompok empat terdiri dari lima orang siswa. Guru kemudian memberitahukan bahwa kelompok diumpamakan stasiun kereta api. Setiap guru berhenti di depan kelompok, anggota kelompok menirukan suara binatang sesuai nama kelompok kemudian masing-masing berhitung atau membilang banyaknya anggota kelompok. Guru berjalan sambil menyanyi “Kereta Api Kita”

    g. Siswa diberi tugas untuk maju secara bergantian untuk mengambil kartu bilangan bergambar sekelompok binatang yang sejenis.

    h. Siswa diberi tugas untuk membilang banyaknya binatang, menuliskan hasil bilangannya dan menyebutkan nama bilangannya.

    3. Kegiatan Akhir a. Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang sudah dipelajari pada hari itu,

    dan dilanjutkan dengan rangkuman kegiatan yang telah dikerjakan siswa. b. Guru memberi penguatan terhadap pembelajaran membaca, menulis, dan

    berhitung.

    Penilaian: Tes lisan, tertulis, dan unjuk kerja. Contoh instrumen penilaian: Matematika: 1. Guru menunjukkan gambar sekelompok binatang (satu kelompok paling banyak terdiri

    dari 5 binatang) tertentu yang sejenis (semuanya ayam, atau semuanya kambing atau semuanya kucing), kemudian bertanya: Hitunglah banyaknya binatang pada gambar ini!. Tulislah hasilnya.

    2. Guru menunjuk bilangan-bilangan 1 s.d. 5 secara urut atau acak pada kartu- bilangan, dan bertanya: Apa nama bilangan ini?.

    Bahasa Indonesia: 1. Guru menunjuk gambar binatang tertentu, misalnya: ayam, kucing, kambing, tokek,

    bebek, dsb, kemudian bertanya: Apa nama binatang ini?. Coba tirukan suaranya. 2. Guru menunjuk huruf vokal yang tertulis di bawah gambar binatang kemudian

    bertanya: Huruf apakah ini?. 3. Guru membagikan gambar satu binatang yang di bawahnya tertulis namanya. Huruf

    vokal pada kata nama binatang belum tertulis. Perintah guru: Isilah titik-titik di bawah gambar dengan huruf a, i, e, u atau o, sehingga diperoleh nama binatangnya, kemudian bacalah.

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 5

    Lampiran RPP:

    1. Teks lagu SUARA BINATANG Lagu: AT Mamud

    Syair: Katrin

    0 5 1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    Sia pa ta hu ga ya a yam jan tan Blek 5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    blek blek blek blek blek i tu ga ya nya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu bu nyi a yam jan tan ku

    5 5 2 3 4 5 4 3 2 1 0 3

    ku ku ku ru yuk i tu bu nyi nya ta

    2 2 2 3 2 . 4 3 2 3 4 5 0 5

    hu kah semu a a pa swara ku cing me

    6 . 6 2 . 2 5 . 5 0 5

    0ng me ong me ong si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa bu nyi tokek 0

    5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    tok o tok o tok i tu bu nyinya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa swa ra tokek tok

    5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    kek tok kek tok kek i tu sua ranya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa sua ra kam bing em

    2 2 2 3 4 5 4 3 2 1 0 5

    bek embek embek i tu bu nyi nya se

    2 2 2 3 4 5 4 3 2 1

    mu a nya i tu sua ra bi na tang

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 6

    2. Lembar Kerja Siswa (perintah dibacakan guru) 1. Tirukanlah suara binatang berikut ini! 2. Carilah dan letakkanlah huruf-huruf pada titik-titik!

    …y… m t…k…k k…c…ng k…mb…ng

    3. Tulislah huruf a, i, u, e, o! 4. Lafalkanlah huruf a, i, u, e, o! 5. Tulislah lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5 sesuai dengan gambar berikut!

    Tuliskan nama bilangannya.

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 7

    Tema : Binatang Kelas/Semester : III/1 Alokasi Waktu : 10 35 menit Kompetensi Dasar: 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan tiga angka. 2. Membaca nyaring teks dengan lafal dan intonasi yang tepat. 3. Menjelaskan isi teks melalui membaca intensif. 4. Menceriterakan isi teks yang dibaca. 5. Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat 6. Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah 7. Melakukan kerja sama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa

    Indikator: 1. Menghitung hasil operasi penjumlahan tanpa menyimpan bilangan sampai tiga angka 2. Menghitung hasil operasi penjumlahan dengan menyimpan bilangan sampai tiga

    angka 3. Menghitung hasil operasi pengurangan tanpa meminjam bilangan sampai tiga angka 4. Menghitung hasil operasi pengurangan dengan meminjam bilangan sampai tiga angka 5. Membaca teks dengan lafal dan intonasi yang tepat 6. Menjawab pertanyaan isi teks bacaan “Peternak Bebek” secara lisan atau tertulis. 7. Menuliskan kembali ceritera dengan bahasa sendiri. 8. Menyebutkan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat 9. Menyebutkan contoh tata tertib yang ada dalam bacaan 10. Menjelaskan kegunaan tata tertib 11. Menyusun tata tertib kelas secara bersama-sama 12. Menceritakan pengalaman peserta didik dalam melakukan kerja sama di lingkungan

    rumah dan tetangga 13. Menyimpulkan manfaat kerja sama di tetangga Tujuan Pembelajaran: 1. Peserta didik dapat menjumlah bilangan sampai dengan tiga angka 2. Peserta didik dapat mengurangkan bilangan sampai dengan tiga angka 3. Peserta didik dapat membaca nyaring teks dengan lafal dan intonasi yang tepat 4. Peserta didik dapat menjelaskan isi teks melalui membaca intensif. 5. Peserta didik dapat menceriterakan isi teks yang dibaca. 6. Peserta didik dapat menjelaskan manfaat tata tertib 7. Peserta didik dapat menyebutkan contoh aturan-aturan yang berlaku di rumah,

    sekolah, dan masyarakat 8. Peserta didik dapat menjelaskan pentingnya menjaga lingkungan sekitar

    Materi Pembelajaran: 1. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dengan tiga angka 2. Dongeng 3. Tata tertib 4. Kerja sama di lingkungan tetangga

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 8

    Metode: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan unjuk kerja

    Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal

    b. Apersepsi c. Pemberian motivasi d. Menyanyi lagu ”Bebek” e. Tanya jawab tentang binatang yang ada dalam lagu f. Guru memberitahukan tema binatang yang akan dipelajari

    1. Kegiatan Inti: a. Guru memberi tugas kepada beberapa peserta didik untuk membaca teks pendek

    “Peternak Bebek”. Peserta didik yang lain mendengarkan dan menyimak teks yang dibagikan.

    b. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang tokoh dalam ceritera. c. Peserta didik ditugasi untuk menulis bagian ceritera yang menarik. d. Guru menanyakan kepada peserta didik banyaknya bebek yang ada dalam teks. e. Guru menanyakan tentang cara menjumlah bilangan sampai tiga angka tanpa

    menyimpan dengan tanya jawab. Penjelasan dan tanya jawab dikaitkan dengan bilangan pada certitera.

    f. Peserta didik melakukan penjumlahan bilangan sampai tiga angka tanpa menyimpan sampai dengan ratusan

    g. Guru menanyakan cara menjumlah bilangan sampai tiga angka dengan menyimpan

    h. Peserta didik melakukan penjumlahan bilangan sampai tiga angka dengan menyimpan

    i. Guru menanyakan tentang cara mengurangkan bilangan sampai tiga angka tanpa meminjam dengan tanya jawab. Penjelasan dan tanya jawab dikaitkan dengan bilangan pada certitera.

    j. Peserta didik melakukan pengurangan bilangan sampai tiga angka tanpa meminjam

    k. Guru menanyakan tentang cara menjumlah bilangan sampai tiga angka dengan menyimpan dengan tanya jawab.

    l. Peserta didik melakukan pengurangan bilangan sampai tiga angka dengan meminjam

    m. Peserta didik menyebutkan manfaat tata tertib n. Peserta didik mengidentifikasi bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga o. peserta didik menceritakan pengalaman dalam melakukan kerja sama di

    lingkungan tetangga p. Menyimpulkan manfaat kerja sama di lingkungan tetangga q. Menyebutkan manfaat menjaga lingkungan sekitar

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 9

    2. Kegiatan Akhir: a. Guru bertanya kepada peserta didik tentang apa saja yang sudah dipelajari pada hari

    itu, dan dilanjutkan dengan rangkuman kegiatan yang telah dikerjakan peserta didik.

    b. Guru menegaskan kembali cara membaca teks “Peternak Bebek” sesuai dengan lafal dan intonasi yang benar.

    c. Guru menegaskan kembali cara pengurangan dan penjumlahan bilangan sampai tiga angka.

    Penilaian: Tes tulis, tes lisan, penilaian unjuk kerja. Lampiran RPP: 1. Teks lagu T E K A T E K I 5 5 3 3 4 6 5 . 3 5 5 3 3 4 3 2 . . 7 1 A yo ka wan ku se mu a te bak te ka te ki ku I a 2 2 2 3 4 . 2 2 2 2 1 2 3 . . 5 5 Pandai be re nang la ju ba gai pe ra hu Si rip 3 3 4 6 5 . 3 1 1 1 1 2 3 4 . . 4 4 dayung ti dak pu nya kwek kwekkwekkwek bunyi nya Kecil 4 4 5 4 3 . 1 1 2 3 5 5 4 2 1 . . hidup nya man di ri bi na tang a pa na ma nya 2. Naskah cerita

    Peternak Bebek

    Pak Dinto tinggal di desa Suka Makmur bersama istri dan dua anaknya, Nino dan Tina. Desa Suka Makmur termasuk daerah pegunungan. Udaranya sejuk, airnya jernih, dan sungainya mengalir sepanjang tahun. Desa Suka Makmur sangat cocok untuk pertanian Desa Suka Makmur terkenal bersih. Seminggu sekali tampak warga di hampir setiap kampung mengadakan kerja bakti untuk menjaga kebersihan desa. Apabila ada warga yang berhalangan tidak dapat mengikuti kerja bakti maka sudah ada kesepakatan untuk menanggung minuman dan makanan ringan. Warga desa Suka Makmur memiliki

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 10

    kepedulian terhadap lingkungan dan mentaati aturan maupun kesepakatan yang telah dibuat. Di setiap sudut halaman rumah terdapat tempat sampah. Sampah yang tidak dapat hancur misalnya kantong plastik harus dibakar. Warga sudah tidak lagi membuang sampah di parit maupun di sungai. Desa Suka Makmur terdiri atas dua puluh lima kampung. Ada sekitar tiga ratus buah rumah. Rata-rata setiap rumah berhalaman luas. Di desa Suka Makmur, tepatnya di kampung Lembah Hijau hiduplah keluarga pak Dinto. Pak Dinto dikenal sebagai peternak bebek. Dia mempunyai sepuluh buah kandang bebek. Setiap kandang diberi nomor secara urut dari nomor satu sampai dengan sepuluh. Seluruh bebek Pak Dinto berjumlah 500 ekor. Kandang bebek pak Dinto terkenal bersih. Di sekitar kandang terdapat kolam ikan sehingga bebek-bebek pak Dinto tak perlu dibawa ke sungai atau ke parit. Pak Dinto selalu memperhatikan pertumbuhan bebeknya. Hampir setiap sore Nino ikut ke kandang membantu pak Dinto untuk memberi makan ikan dan memasukkan bebek ke kandang apabila masih ada yang berkeliaran. Sedangkan Tina membantu ibu di rumah. Dalam keluarga Pak Dinto ditanamkan hidup tolong menolong dan bekerja sama Pada suatu malam hujan turun sangat deras. Keesokan pagi pak Dinto sangat terkejut karena ada tiga ekor bebek yang mati dan hari berikutnya ada empat ekor bebek yang mati. Bebek yang mati cepat-cepat dibuatkan lubang, dibakar, lalu di timbun.

    3. Instrumen penilaian (Soal-soal): Matematika:

    1.Tentukan hasilnya!

    1 5 4 3 5 3 2 8 6 5 3 6 2 1 6

    2. Tentukan hasilnya! 148 451 234

    6 32 145

    Bahasa Indonesia 1. Bacalah cerita ”Peternak Bebek” 2. Berapa jumlah bebek Pak Dinto seluruhnya sebelum ada yang mati? 3. Berapa jumlah bebek Pak Dinto yang masih hidup? 4. Tulislah kembali bagian dari ceritera tentang ”Peternak Bebek” yang menurutmu

    menarik dengan bahasa sendiri.

    +

    + + ......... ......... .........

    – ......... ......... .........

    – –

  • Model Kurikulum Inovasi Pendidikan Dasar Kelompok Mata Pelajaran Estetika 11

    PKN 1. Bacalah cerita ”Peternak Bebek” 2. Menyebutkan contoh tata tertib yang ada dalam bacaan 3. Menjelaskan kegunaan tata tertib 4. Menyusun tata tertib kelas secara bersama-sama IPS 1. Bacalah cerita ” Peternak Bebek” 2. Peserta didik mengidentifikasi bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan tetangga 3. Peserta didik menceritakan pengalaman dalam melakukan kerja sama di lingkungan

    tetangga 4. Menyimpulkan manfaat kerja sama di lingkungan tetangga 5. Menyebutkan manfaat menjaga lingkungan sekitar

  • MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkahsebagai berikut. 1. Mencermati atau mengidentifikasi kompetensi dasar yang berdekatan muatannya dan

    memungkin untuk dibuatkan temanya pada kelas dan semester yang sama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika dengan memasukan kajian seni budaza dan sastra

    2. Memilih atau menentukan tema yang dapat memepersatukan kompetensi-kompetensi dasar yang telah diidentifikasi

    3. Membuat matriks hubungan antara kompetensi dasar (dan indikator pencapaiannya) dengan tema yang telah ditentukan

    4. Mengembangkan jaringan kompetensi dasar dan tema, 5. Mengembangkan silabus sesuai dengan langkah pembuatan silabus pada umumnya. 6. Membuat RPP berdasarkan silabus pembelajaran.

    Tema : Binatang

    Mata Pelajaran : Matematika dan Bahasa Indonesia

    Kelas/Semester : I/1

    Alokasi Waktu : 4 × 35 menit

    Standar Kompetensi Matematika dan Bahasa Indonesia: 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 2. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan 3. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring 4. Menulis permulaan dengan menebalkan, mencontoh, melengkapi dan menyalin.

    Kompetensi Dasar: 1. Membilang banyak benda 2. Membedakan berbagai bunyi bahasa 3. Membaca nyaring suku kata, dan kata dengan lafal yang tepat. 4. Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf

    Materi Pokok Pembelajaran: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 2. Mengucapkan bunyi atau suara tertentu di sekitar 3. Menulis huruf a, i, u, e, o

    Kegiatan Pembelajaran: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 menggunakan gambar atau

    tiruan binatang ayam, kambing, kucing, tokek, dsb. 2. Menjiplak lambang bilangan 1, 2, 3, 4, 5

  • 3. Menuliskan lambang bilangan sesuai dengan banyaknya benda dari 1 sampai dengan 5.

    4. Menyebutkan atau mengucapkan bilangan dari 1 sampai dengan 5. 5. Menirukan suara binatang (kucing, tokek, ayam jantan) sesuai dengan gambar 6. Membaca atau menyebutkan nama binatang 7. Menjiplak atau menebalkan huruf a, i, u, e, o 8. Mewarnai gambar 9. Mencontoh huruf a, i, u, e, o

    Indikator: 1. Membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 2. Menuliskan lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5 3. Menyebutkan atau mengucapkan nama bilangan dari 1 sampai 5 4. Menirukan bunyi atau suara binatang (kucing, tokek, ayam jantan) 5. Membaca atau melafalkan huruf a, i, u, e, o 6. Menjiplak dan menebalkan huruf a, i, u, e, o

    Penilaian: Tes lisan, tertulis, dan unjuk kerja. Contoh instrumen penilaian: Matematika: Hitunglah banyaknya binatang pada gambar ini!. Tulislah hasilnya. Apa nama bilangannya?. Bahasa Indonesia: Apa nama binatang ini?. Coba tirukan suaranya. Huruf apakah ini?. Isilah titik-titik di bawah gambar dengan huruf a, i, e, u atau o, sehingga diperoleh nama binatangnya, kemudian bacalah.

    Sumber Belajar: 1. Benda konkret (gambar binatang atau tiruan binatang) 2. Gambar kumpulan binatang 3. Buku Matematika kelas I (yang relevan) 4. Buku Bahasa Indonesia kelas I (yang relevan)

    RPP Calistung

    Tema : Binatang Mata Pelajaran : Matematika dan Bahasa Indonesia Kelas/Semester : I/1 Alokasi Waktu : 4 35 menit Kompetensi Dasar:

    1. Membedakan berbagai bunyi bahasa 2. Membaca nyaring suku kata, dan kata dengan lafal yang tepat. 3. Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf 4. Membilang banyak benda Indikator:

    1. Menirukan bunyi atau suara binatang 2. Membaca atau melafalkan bunyi bahasa a, i, u, e, o dengan benar 3. Menjiplak atau menebalkan huruf a, i, u, e, o 4. Mampu membilang banyak benda dari 1 sampai dengan 5 5. Mampu menulis lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5

  • 6. Mampu menyebutkan atau mengucapkan nama bilangan 1 sampai dengan 5

    Tujuan Pembelajaran:

    1. Siswa dapat membedakan berbagai bunyi 2. Siswa dapat membaca suku kata dan kata dengan lafal yang tepat 3. Siswa dapat menjiplak bentuk huruf vokal 4. Siswa dapat menulis lambang bilangan 1 sampai dengan 5 5. Siswa dapat membaca nama bilangan 1 sampai dengan 5

    Materi Pembelajaran: 1. Pelafalan bunyi 2. Pengucapan bunyi 3. Bilangan 1 sampai dengan 5

    Metode: 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Penugasan unjuk kerja

    Sumber Belajar: 1. Teks lagu SUARA BINATANG 2. Gambar macam-macam binatang ( ayam, kucing, kambing, tokek, bebek, dsb.) 3. Kartu huruf, kartu bilangan 1 – 5 4. Buku Bahasa Indonesia Kelas I (yang relevan) 5. Buku Matematika Kelas I (yang relevan)

    Langkah- langkah Pembelajaran: 1. Kegiatan Awal

    a. Memberi salam dan berdoa b. Apersepsi dan pemberian motivasi dengan tanya jawab c. Menyampaikan tema

    2. Kegiatan Inti a. Siswa menyanyi lagu “Siapa Tahu” bersama-sama. b. Siswa menirukan suara binatang sesuai gambar yang ditunjukkan oleh guru,

    kemudian membilang banyak binatang yang ada pada gambar. c. Siswa melafalkan huruf a, i, u, e, o dengan bimbingan guru. d. Siswa diberi tugas mengambil kartu huruf untuk diletakkan pada huruf yang

    rumpang. e. Siswa diberi tugas untuk menebalkan huruf a, i, u, e, o. f. Siswa diminta untuk berkelompok. Ada empat kelompok yang diberi nama

    binatang yang akan ditirukan suaranya. Kelompok satu terdiri dari dua orang siswa, kelompok dua terdiri dari tiga orang siswa, kelompok tiga terdiri dari empat orang siswa, dan kelompok empat terdiri dari lima orang siswa. Guru

  • kemudian memberitahukan bahwa kelompok diumpamakan stasiun kereta api. Setiap guru berhenti di depan kelompok, anggota kelompok menirukan suara binatang sesuai nama kelompok kemudian masing-masing berhitung atau membilang banyaknya anggota kelompok. Guru berjalan sambil menyanyi “Kereta Api Kita”

    g. Siswa diberi tugas untuk maju secara bergantian untuk mengambil kartu bilangan bergambar sekelompok binatang yang sejenis.

    h. Siswa diberi tugas untuk membilang banyaknya binatang, menuliskan hasil bilangannya dan menyebutkan nama bilangannya.

    3. Kegiatan Akhir a. Guru bertanya kepada siswa tentang apa saja yang sudah dipelajari pada hari

    itu, dan dilanjutkan dengan rangkuman kegiatan yang telah dikerjakan siswa. b. Guru memberi penguatan terhadap pembelajaran membaca, menulis, dan

    berhitung.

    Penilaian: Tes lisan, tertulis, dan unjuk kerja. Contoh instrumen penilaian: Matematika: 1. Guru menunjukkan gambar sekelompok binatang (satu kelompok paling banyak

    terdiri dari 5 binatang) tertentu yang sejenis (semuanya ayam, atau semuanya kambing atau semuanya kucing), kemudian bertanya: Hitunglah banyaknya binatang pada gambar ini!. Tulislah hasilnya.

    2. Guru menunjuk bilangan-bilangan 1 s.d. 5 secara urut atau acak pada kartu- bilangan, dan bertanya: Apa nama bilangan ini?.

    Bahasa Indonesia: 1. Guru menunjuk gambar binatang tertentu, misalnya: ayam, kucing, kambing,

    tokek, bebek, dsb, kemudian bertanya: Apa nama binatang ini?. Coba tirukan suaranya.

    2. Guru menunjuk huruf vokal yang tertulis di bawah gambar binatang kemudian bertanya: Huruf apakah ini?.

    3. Guru membagikan gambar satu binatang yang di bawahnya tertulis namanya. Huruf vokal pada kata nama binatang belum tertulis. Perintah guru: Isilah titik-titik di bawah gambar dengan huruf a, i, e, u atau o, sehingga diperoleh nama binatangnya, kemudian bacalah.

  • Lampiran RPP:

    1. Teks lagu SUARA BINATANG Lagu: AT Mamud

    Syair: Katrin

    0 5 1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    Sia pa ta hu ga ya a yam jan tan Blek 5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    blek blek blek blek blek i tu ga ya nya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu bu nyi a yam jan tan ku

    5 5 2 3 4 5 4 3 2 1 0 3

    ku ku ku ru yuk i tu bu nyi nya ta

    2 2 2 3 2 . 4 3 2 3 4 5 0 5

    hu kah semu a a pa swara ku cing me

    6 . 6 2 . 2 5 . 5 0 5

    0ng me ong me ong si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa bu nyi tokek 0

    5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    tok o tok o tok i tu bu nyinya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa swa ra tokek tok

    5 5 2 3 4 . 4 6 5 4 3 0 5

    kek tok kek tok kek i tu sua ranya si

    1 6 1 7 5 7 6 4 6 5 0 5

    a pa ta hu a pa sua ra kam bing em

    2 2 2 3 4 5 4 3 2 1 0 5

    bek embek embek i tu bu nyi nya se

    2 2 2 3 4 5 4 3 2 1

    mu a nya i tu sua ra bi na tang

  • Catatan: Bila tidak ada stasiun kereta api, dapat diganti terminal bus atau terminal andong atau yang lain.

    2. Lembar Kerja Siswa (perintah dibacakan guru) 1. Tirukanlah suara binatang berikut ini! 2. Carilah dan letakkanlah huruf-huruf pada titik-titik!

    …y… m t…k…k k…c…ng k…mb…ng

    3. Tulislah huruf a, i, u, e, o! 4. Lafalkanlah huruf a, i, u, e, o!

    5. Tulislah lambang bilangan dari 1 sampai dengan 5 sesuai dengan gambar berikut! Tuliskan nama bilangannya.

    1 s a t u

    2 d u a

  • MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM SENI RUPA

    Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa model pengembangan kurikulum inovasi pada pendidikan Seni Rupa. Yang dimaksud dalam pengembangan kurikulum inovasi pada pendidikan Seni Rupa adalah dilihat dari berbagai sudut, dimana pembelajaran tidak konvensional atau seperti yang biasa dilakukan yaitu di dalam kelas dan fokus pada guru sebagai sutradara. Mengapa ini masih dianggap perlu, karena pelaksanaan pendidikan Seni Budaya khususnya Seni Rupa di lapangan tidak terjadi sesuai apa yang diharapkan. Setiap satuan pendidikan dapat memilih salah satu atau beberapa model pengembangan kurikulum inovasi yang dapat diterapkan dengan tepat sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah masing-masing. Adapun prinsip pengembangan dalam pendidikan Seni Rupa adalah : a. Berakar budaya Nusantara, b. Berpusat pada kebutuhan peserta didik, c. Memperhatikan kondisi sekolah dan lingkungan, d. Dinamis, e. Bebas jender, f. Memperhatikan karakteristik siswa, g. Mengembangkan konsep pikir.

    Tujuan umum untuk peserta didik dalam pengembangan model ini adalah : 1. Mengembangkan sikap kreatif, terampil dan bertanggung jawab dalam

    kegiatan berkarya Seni Rupa. 2. Mengembangkan teknologi sederhana dan tepat guna. 3. Mampu menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan

    lingkungannya. 4. Menyalurkan dan memupuk minat serta bakat. 5. Menggali sikap kemandirian melalui kreativitas, keterampilan dan

    Estetika. 6. Mengembangkan dan mengasah sikap apresiatif terhadap media dan karya

    Seni Rupa dalam berbagai bentuk dan kritik seni. Model Pengembangan Pembelajaran

    1). Definisi Model pengembangan dalam bidang pembelajaran merupakan strategi pengajaran dengan menerapkan pengembangaan pada seluruh perangkat pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran yang dimaksud dapat meliputi : - Bentuk karya Kebanyakan pengajaran seni rupa selalu berorientasi pada gambar atau bentuk 2 dimensi, maka perlu dikembangkan menjadi 3 dimensi dengan kreasi karya yang beraneka ragam. - Media dan sumber inspirasi Media yang biasa digunakan adalah kertas, maka pada pengembangannya perlu dikreasikan menjadi aneka media seperti kayu, daun, plastik, dll dengan berbagai bentuk tidak hanya persegi empat. Media Audio Visual juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Sumber inspirasi dapat dicari dari berbagai tempat seperti buku, media massa, internet, atau pengrajin.

  • - Pengelolaan kelas

    Meja dan kursi dapat diatur sedemikian rupa agar siswa tidak bosan, sekali waktu dapat dibuat lesehan dan berkelompok. Penataan dapat disesuaikan dengan tugas yang akan dilakukan peserta didik. Perlu juga tempat yang lapang untuk menjelaskan materi kepada siswa dimana siswa duduk posisi di bawah agar memudahkan pembelajaran. Sangat perlu dibuatkan pojok baca dimana peserta didik akan bereksplorasi mencari sumber ide dalam berkarya. Alat-alat dan bahan belajar yang diperlukan peserta didik perlu dipersiapkan dan ditempatkan pada rak-rak yang terbuka sehingga peserta didik dapat bekerja mandiri dengan alat dan bahan yang tersedia tanpa harus meminta bantuan. - Tempat display Persiapkan tembok dan meja untuk mendisplay karya peserta didik untuk apresiasi. - Wadah cuci tangan dan peralatan Perlu juga dipersipkan wadah cuci tangan dengan kran atau ember yang mudah dijangkau peserta didik untuk membersihkan tangan dan alat belajar. - Pengembangan instruksi tugas Sekali waktu perlu membuat game dalam pembelajaran Seni Rupa untuk mencegah kebosanan, seperti ;

    a. gambar estafet; peserta didik diminta untuk bekerja dalam sebuah kelompok dan diberikan media untuk melukis/menggambar, setiap peserta mendapatkan sebuah media gambar. Lalu guru meminta peserta didik menggoreskan apa saja dalam media gambar tersebut dengan alat gambar misal krayon. Biarkan hingga 5 menit, setelah waktu 5 menit selesai media gambar dioper kepada temannya dengan hitungan operan 3 kali dengan menyebutkan 3 warna contohnya merah kuning biru sebagai warna pokok. Peserta didik berikutnya melanjutkan gambar tersebut. Begitu terus menerus hingga selesai. Gambar harus betul-betul jadi dan bisa dipamerkan sehingga mereka akan sungguh-sungguh bekerja. Gambar boleh saja diganti dengan membentuk plastisin estafet dan sebagainya.

    b. instruksi mencongak, Guru mengajarkan komposisi dengan cara mendikte

    soal-soal yang perlu dibuat oleh peserta didik dalam beberapa menit. Peserta didik diberi media 3 dimensi yang akan diselesaikan dengan cara kolase. Misalnya; buatkan 3 jenis garis yang berbeda ukuran dan posisi pada bidang/media 3 dimensi tersebut dengan tempelan aneka bahan kolase. Lalu peserta didik melakukan. Dalam hitungan 10 menit misalnya guru menyebutkan lagi soal kedua; Buatlah bentuk lingkaran besar dan kecil sebanyak 5 buah yang tersebar pada media 3 dimensi tersebut. Begitu seterusnya hingga selesai.

    c. tebak bentuk atau gambar, kegiatan ini seperti permainan win lose or draw di televisi, sangat menarik dan membuat peserta didik ketagihan dalam belajar dan mengolah bentuk dengan baik, dll.

  • 2). Tujuan Adapun tujuan pengembangan model pembelajaran ini adalah guna meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kelas, mencegah kebosanan, dan mewadahi potensi peserta didik dengan variasi pembelajaran.

    Model Pengembangan Kelas Khusus

    1). Definisi Model pengembangan kelas khusus ini merupakan strategi penangan potensi peserta didik sesuai minat atau pilihan peserta didik sendiri. Dimana sistem pemilihan diatur oleh pengajar, dan kelas khusus yang dibuka merupakan kelas-kelas proyek materi seni rupa yang disesuaikan dengan besaran materi yang harus dikuasai siswa di dalam kurikulum. Misal ; kelas lukis, kelas keramik, kelas patung, kelas batik , kelas desain grafis, dll. Adapun waktu dibukanya kelas khusus ini dapat pertiga bulan atau persemester. Sehingga nantinya lulusan dapat merasakan pembelajaran dalam setiap materi dengan lebih mahir. 2). Tujuan Peserta didik dapat mengasah potensi dalam jangka waktu yang cukup panjang sehingga peserta didik dapat belajar lebih mendalam pada satu materi tertentu. Tentunya kelas khusus ini dapat diterapkan pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.

    Model Pengembangan Kelas Integrasi

    1). Definisi Model pengembangan kelas integrasi merupakan strategi pengajaran yang memadukan beberapa bidang seni ke dalam satu pembelajaran. Untuk dapat membuat kelas integrasi/terpadu maka pengajar perlu menentukan sebuah tema khusus yang tepat untuk diterapkan dalam berbagai bidang seni. Misal ; Tubuh manusia, Perayaan, dll. Tema yang sudah dibuat itu lalu dibuatkan dalam silabus, disitu akan terlihat kompetensi apa yang dapat dimunculkan dalam seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater dalam tiap kelasnya. Tentunya dalam menerapkan kelas integrasi tidak mudah, seorang pengajar harus mengetahui dan menguasai semua bidang seni terlebih dahulu sebelum diajarkan pada peserta didik. Dalam pelaksanaannya pun kelas integrasi hanya tentatif, sewaktu-waktu saja mengingat seorang pengajar harus menjadi meneger dalam kelas dan juga tidak semua bidang seni dapat diintegrasi pada setiap tema yang ditentukan. Dalam kelas integrasi guru dituntut harus kreatif, agar peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik dan hati senang. 2). Tujuan

    Memadukan setiap unsur seni dalam satu waktu pembelajaran, yang dapat membuat pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menarik.

    Model Pengembangan Luar Kelas (OutDoor) 1). Definisi

  • Model pengembangan luar kelas merupakan strategi pengajaran yang memanfaatkan lingkungan luar kelas menjadi tempat belajar atau ruang kelas. Pengajar diharapkan dapat merubah suasana belajar yang sudah tidak kondusif ke dalam suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Tentunya dalam menjadikan luar kelas sebagai tempat belajar dilihat cuaca terlebih dahulu, apakah memungkinkan atau tidak. Kesiapan peralatan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap keberhasilkan pembelajaran. Materi yang diberikan kepada peserta didik hendaknya disesuaikan dengan kondisi penggunaan luar kelas tersebut. Alat dan bahan pun dapat memanfaatkan kondisi alam di lingkungan tersebut. Peserta didik sangat senang jika dibawa ke luar kelas, karena tercipta suasana yang baru. Hal ini dapat berdampak positf terhadap kesiapan dan kualitas hasil belajar peserta didik. 2). Tujuan Dapat merangsang banyak gagasan jika berada di luar kelas. Peserta didik dapat belajar dari alam terbuka. Dapat menemukan banyak kejutan dalam hal kreativitas.

    Model Pengembangan Kelas Magang 1). Definisi Model pengembangan kelas magang merupakan strategi pengajaran dimana peserta didik belajar di tempat pengrajin atau seniman tertentu. Di sini peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan pengrajin. Peserta didik dapat bertanya pada sumber belajar yang tepat dan terlihat. Misal ; pada pengrajin anyaman bambu, atau seniman keramik. Dalam kelas magang tentunya perlu waktu khusus, yang mungkin dapat diagendakan sebagai karyawisata atau workshop. Peserta didik langsung belajar berkarya ditempat tersebut, sehingga pengalaman yang didapat lebih berkualitas. Pertemuan dapat diatur dalam 1 atau 2 kali berjalan, sehingga tidak terlalu mengganggu jam sekolah. Dan waktu kunjungan ini pun harus disesuaikan dengan kondisi, sehingga hanya materi tertentu saja yang dapat dilakukan mengingat pengrajin yang tersedia juga terbatas. 2). Tujuan Memberi pengalaman langsung kepada peserta didik kepada sumber belajar dan peran profesi pada pengrajin atau seniman tertentu.

    MUSIK

    MODEL PEMBELAJARAN TENTANG KEPEKAAN PERSEPTUAL DAN ELEMEN MUSIKDI KELAS I, II DAN III SD

    A. PENGALAMAN RUANG

    Penggunaan sebanyak mungkin alat inderanya, diharapkan peserta didik menjelajahi suatu ruangan, untuk mengurangi ataupun menghilangkan rasa takut menghadapi

  • ruangan yang baru/asing dan mereka secara aktiv menyesuaikan diri dengan ruangan tersebut, tempat dimana mereka nanti akan belajar.

    Dalam penguasaan seluruh ruangan dan tidak hanya bergerak pada bagian tengah ruangan ataupun tepi tembok saja namun perlu memiperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    1. Peserta didik duduk di tengah ruangan dan melihat/mengamati seluruh ruangan secara teliti: a. Memenjamkan mata sambil membayangkan ruangan. b. Jika ada pertanyaan: Dimana letak (almari, gambar...?) peserta didik dalam

    keadaan mata tertutup menunjukkan dengan tangannya ke arah letak „sesuatu yang ditunjuk“.

    c. Benda tertentu dipindahkan letaknya, dan peserta didik mencoba mencari benda apakah yang dipindahkan itu dan kemana benda tadi dipindahkan.

    d. Peserta didik dalam keadaan mata tertutup memutarkan arah posisi duduknya. Mereka membuka matanya pada arah bunyi tertentu (yang dibuat oleh guru) dan menutup mata kembali setelah mendengar bunyi yang lain. Berakhir dengan menceritakan segala hal yang dilihat.

    2. Peserta didik diberi seutas tali. Mereka meletakkan tali-tali tersebut dengan membentuk seperti „jalan“ ada yang berputar, membelok, seperti kurva atau jalan buntu di seluruh ruangan. Jika semua tali sudah diletakkan, peserta didik berjalan di atas jalan yang dibentuk peserta didik tadi, tanpa saling mengganggu satu sama lain.

    3. Peserta didik diberi ban karet. Setiap anak memilih sendiri tempat di dalam ruangan, dengan memberi kemungkinan agar jarak antara ban yang satu dengan yang lainya masih tersedia cukup tempat. Jika terdengar bunyi tertentu peserta didik meninggalkan bannya dan berjalan ke seluruh ruangan, tanpa saling mengganggu satu sama lain dan juga tidak menginjak ban-ban yang ada. Jika terdengar bunyi tertentu (bunyi yang lain) peserta didik menuju pada ban masing-masing.

    4. Setiap anak mengenali betul-betul bannya masing-masing dan mencoba berjalan pada ban yang terjauh (terdekat), dengan tanpa mengganggu teman yang lain. Selanjutnya kembali pada bannya sendiri.

    5. Peserta didik diperdengarkan lagu yang dikenal. Ketika lagu di perdengarkan, peserta didik bergerak menuju ke seluruh ruangan dan pada nada terakhir peserta didik berdiri pada bannya masing-masing. Langkah yang sama hanya saja tanpa diperdengarkan lagu, melainkan peserta didik sambil bernyanyi sendiri, bertepuk tangan dan atau bergerak bebas.

    6. Latihan bagian 3 s/d 6 tanpa ban, melainkan peserta didik mengenali struktur lantai ataupun tanda lain.

    7. Seorang anak bergerak dengan langkah kecil ke seluruh ruangan. Peserta didik yang lain mencoba mengikuti di belakangnya, atau mengikuti jejak seorang anak dengan cara meletakkan tali dibelakangnya.

    8. Di tengah dan di pinggir ruangan di perdengarkan 2 bunyi. Jika dibunyikan bunyi tertentu peserta didik bergerak ke tengah ruangan, dan jika dibunyikan dengan nada yang lain peserta didik bergerak ke pinggir (nada-nada yang dimaksud bisa ditentukan oleh guru, namun lebih baik berdasarkan kesepakatan peserta didik).

  • 9. Setelah peserta didik cukup waktu untuk mengenali ruangan yang ada, seorang anak ditutup matanya. Anak tadi dibawa ke sudut tertentu dan diminta meraba sesuatu, dan menyebutkan dimana kira-kira dia berada.

    10. Tali yang cukup panjang diletakkan didalam ruangan. Pada bagian ujung tali terdapat misalnya alat bunyi-bunyian atau ban. Peserta didik meraba seluruh tali yang disediakan dalam keadaan tertutup matanya, sampai mereka menemukan alat bunyi-bunyian/ban. Selanjutnya permainan bebas dengan alat bunyi-bunyian/ban.

    11. Di 4 sudut ruangan dibunyikan 4 alat bunyi-bunyian yang berbeda satu dengan yang lainnya (dibunyikan secara bergantian atau acak). Peserta didik berjalan dengan mata tertutup menuju sumber bunyi.

    12. Peserta didik berdiri masing-masing dengan jarak 2-3 meter membentuk dua barisan yang saling berhadapan. Ketika tanda bunyi di perdengarkan peserta didik menutup matanya dan berjalan pelan-pelan ke arah yang bebas.

    13. Seluruh kelompok mencoba a. Sedapat mungkin menutupi/memenuhi seluruh besarnya ruang (Tangan dan kaki

    membentang kekanan dan ke kiri). b. Selanjutnya menutupi ruangan sekecil mungkin (duduk bersila saling berhimpitan

    dan tangan saling merangkul). B. Durasi (panjang Pendek) Nada

    Peserta didik sebaiknya tidak hanya mengalami adanya bunyi panjang dan bunyi pendek, melainkan juga bisa menentukan kira-kira seberapa panjang dan seberapa pendek bunyi itu. Untuk bisa menentukan durasi nada secara lebih obyektiv, alangkah baiknya jika dibuat jam pasir dari dua buah botol besar. Satu botol diisi dengan pasir (bisa juga Gula, Garam dll, yang tidak pekat ataupun lengket). Selanjutnya dua botol tersebut dirapatkan dibagian ujung- ujungnya. Durasi mengalirnya pasir sebaiknya tidak terlalu lama, sekitar 20 detik saja. Peserta didik sebaiknya mengalami bahwa durasi nada bergantung pada:

    1. Material, dari bahan apa dia dibuat. 2. Kekerasan, bagaimana nada itu diproduksi 3. Kondisi gelombang yang berarti apakah sumber bunyi bebas bergelombang atau

    tertahan. Dalam hal ini sangat penting untuk mengupayakan agar peserta didik bermain dengan teknik memainkan instrument secara benar. Peserta didik harus mencoba sendiri bagaimana seharusnya memainkan instrument, agar menghasilkan bunyi yang „indah“.

    Suatu pembicaraan tentang ciri-ciri durasi nada yang difahami melalui latihan-latihan akan dimengerti secara sendirinya, oleh sebab itu dalam contoh-contoh latihan tidak perlu dibicarakan lagi secara ekstra.

    1. Di bunyikan suatu bunyi yang cukup panjang (misalnya simbal yang digantung). Selama bunyi berlangsung peserta didik secara perlahan-lahan bergerak melingkari ruangan. Jika mereka tidak mendengar lagi, mereka duduk secara perlahan-lahan pula.

  • 2. Sebagaimana pada kegiatan pertama peserta didik duduk selama bunyi berlangsung, jika sudah tidak mendengar lagi mereka berdiri dan berjalan pelan-pelan mengitari ruangan sampai terdengar bunyi yang berikutnya.

    3. Selama mendengarkan bunyi peserta didik mengangkat atau menurunkan lengan secara pelan-pelan.

    4. Selama bunyi berlangsung peserta didik memejamkan mata. Jika tidak terdengar lagi, mereka mengangkat lenganya tinggi-tinggi, secara perlahan.

    5. Selama bunyi berlangsung lama mata peserta didik mencoba untuk menemukan suatu titik tertentu didalam ruangan, dengan tanpa memejamkan/mengejapkan mata (setelah bunyi berhenti baru boleh mengejapkan mata).

    6. Selama bunyi berlangsung peserta didik berjalan seperti langkah unggas ke seluruh ruangan. Pijakan kaki paling awal dan paling akhir diberi tanda (dengan kapur). Selanjutnya jauhnya langkah masing-masing anak dibandingkan.

    7. Peserta didik membuat corat-coret durasi berbagai nada yang diperdengarkan diatas sebuah kertas dengan perbedaan coretan/garis (setiap durasi nada disimbulkan dengan sebuah garis).

    8. Peserta didik mengamati, seberapa banyak pasir yang masuk didalam jam pasir selama bunyi berlangsung. Perbedaan banyaknya pasir (tingginya pasir) ditandai dengan lackband ataupun tanda yang lain.

    9. Seorang anak memukul simbal yang digantung. Secara serentak peserta didik yang lain melemparkan balon ke udara. Balon baru boleh dipegang lagi jika bunyi tidak terdengar lagi.

    10. Semua anak diberi benda (instrument) apa saja yang bisa menghasilkan bunyi yang penting bisa memproduksi bunyi secara cukup panjang. Peserta didik duduk melingkar. a. Seorang anak memperdengarkan Instrumentnya. Jika bunyinya tidak terdengar

    lagi, maka anak yang disebelahnya membunyikan instrumentnya, demikian berturut-turut hingga semua anak memainkan instrumentnya.

    b. Sama dengan langkah (a) tetapi dengan mata tertutup. 11. Peserta didik menyentuh senar yang digetarkan secara hati-hati (Gitar; Piano,

    Kecapi dll) Peserta didik menceritakan apa yang terjadi jika menekan terlalu keras. Sebagai perbandingan peserta didik menyentuh bilahan Xylophon, Saron, Gender dan sejenisnya, yang dibunyikan.

    12. Beberapa uang logam diletakkan diatas permukaan kulit genderang/tambur atau kendang. Setelah dipukul maka uang-uang logam tersebut akan bergetar. Peserta didik baru boleh memukulnya lagi jika uang logam tidak bergerak lagi.

    13. Setiap anak diberi ban karet. Semua anak memutarkan ban yang didirikan secara serentak. Semua anak menunggu sampai tidak ada satu banpun yang bergerak, kemudian diulangi lagi.

    14. Sebagaimana langkah 13 tetapi dengan mata tertutup. 15. Peserta didik memutarkan bannya masing-masing (ban didirikan). Selama ban

    bergerak, peserta didik bergerak mengitari ruangan. Mereka baru boleh kembali pada ban masing-masing jika ban tidak bergerak lagi. Jika mungkin merebahkan diri bersamaan dengan gerakan ban.

    16. Selama bunyi tertentu berlangsung (terdengar) seorang anak membuat garis ataupun lingkaran dengan jari pada punggung anak yang lain. Peserta didik yang

  • lain mengamati apakah seluruh durasi nada diikuti dengan gerakan jari secara tepat, terlalu cepat ataukah terlalu lambat menghentikan gerakan jarinya (saling bergantian).

    17. Selama bunyi tertentu berlangsung (terdengar), peserta didik kembali berjalan pada jalan yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika bunyi berhenti peserta didik harus sudah sampai pada tujuan secara tepat.

    18. Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok mendapatkan instrument yang berbunyi pendek, dan kelompok yang lain mendapat instrumen yang berbunyi panjang. Seorang anak mendireksi. Kelompok bisa saling diganti, tetapi sekaligus diminta untuk bermain (nonverbal).

    19. Berbagai durasi nada disusun dengan tanda ataupun gerakan misalnya Bunyi pendek= sebuah titik, bunyi yang panjang = garis atau lingkaran.

    20. Tanda yang ditemukan ditulis diatas kertas. Kertas-kertas dijejerkan secara berturutan dan berdekatan satu sama lain. Selanjutnya berbagai macam durasi bunyi yang disusun tadi, dimainkan.

    21. Rangkaian bunyi panjang dan pendek diperdengarkan (secara singkat saja). Peserta didik meletakkan kertas-kertas tadi sesuai dengan bunyi yang diperdengarkan.

    C. Timbre (Warna Nada)

    Peserta didik dengan bantuan tanda-tanda akustis diharapkan dapat menentukan berbagai macam sumber bunyi. Peserta didik tidak hanya dapat mempergunakan alat-alat musik yang umum, tetapi juga alat-alat sederhana yang dibuat sendiri. Pada setiap kegiatan sebaiknya tidak diperkenalkan lebih dari 3 jenis alat yang berbeda, yang harus dialami dengan berbagai macam aspek. 1. Sumber bunyi dilukiskan oleh peserta didik. Guru mempersiapkan kertas yang

    disusun menjadi 4 kategori. Yaitu Instrument Mettal, Kayu, Kulit Binatang dan yang lain. Peserta didik mengelompokkan instrumen yang diperkenalkan kedalam kategori secara benar. Peserta didik juga bisa menggambar instrumen pada kategori atau menggunting gambar-gambar instrument dari majalah, koran Prospekt dll lalu menempelkan pada kertas yang telah diberi kategori-kategori tadi. Peserta didik harus dibuat sedemikian rupa bisa menghayati/mengenali instrument mana yang mereka kenal secara lebih baik, sekaligus peserta didik bisa mengenali berbagai instrument secara lebih cepat. Bunyi-bunyi insterument diperdengarkan dan digambarkan oleh peserta didik. Setelah latihan dengan cukup lama harus dimungkinkan bahwa peserta didik , berdasarkan dari pengalaman mereka, yang telah mereka perbuat pada instrument lain, mengatakan, bunyi yang mana yang mereka harapkan. Harapan bunyi ini kemudian dibandingkan dengan bunyi yang sebenarnya.

    2. Sumber bunyi disentuh dan akhirnya diberi nama (peserta didik dalam keadaan mata tertutup). A. Sumber bunyi masing-masing tersedia dobel. Peserta didik hanya menyusun berdasarkan indera peraba yang sesuai dengan instrument. B. di sediakan 2 pasang instrument, yang memiliki perbedaan besar ukuran. Peserta didik meyusun masing-masing instrument yang kecil dan yang besar yang sejenis.

  • 3. Peserta didik merasakan, seberapa keras berbagai instrument itu bergetar pada saat dibunyikan. Dalam hal ini setelah beberapa lama juga bisa ditempuh cara yang lain artinya peserta didik mengamati dan menyebutkan instrument, seberapa keras instrument ini bergetar.

    4. 3 buah isntrument di bagi-bagi didalam ruangan. Peserta didik duduk sedemikian rupa sehingga tidak melihat instrumentnya. Seorang anak berjalan mengelilingi ruangan dan memukul instrument sekehendaknya dengan urutan tertentu. Selanujutnya anak yang lain mencoba menirukan secara persis urutan nada yang telah dibunyikan anak sebelumnya.

    5. Peserta didik mendapat 2 instrument. Peserta didik harus saling memiliki instrument yang sama. Oleh karena dalam perbedaan perlengkapan hanya jarang dijumpai instrument yang cukup banyak, maka disarankan untuk mengambil instrument buatan sendiri atau berbagai jenis kertas. Guru atau seorang peserta didik membunyikan bunyi tertentu tetapi tidak terlihat oleh peserta didik yang lain. Peserta didik yang lain menirukan bunyi tadi artinya mempergunakan instrument dengan cara yang sama. Latihan ini bisa juga dijadikan semacam „perlombaan“. Dalam hal ini semua anak mengambil instrument yang tidak dimainkan sebelumnya.

    6. Bunyi-bunyi ataupun nada yang diperkenalkan disusun berdasarkan gerakan-gerakan a. Peserta didik menyajikan gerakan tertentu (sesuai dengan perjanjian) pada saat bunyi/nada diperdengarkan. B. Peserta didik dibagi dalam 3 kelompok.. Setiap kelompok disusun berdasarkan satu bunyi dan gerakan yang sesuai (perlu diperhatikan bahwa tidak selalu semua instrument dimainkan secara bersama-sama. Kombinasi bunyi yang serentak harus diganti-ganti, atara kombinasi bunyi atau juga bunyi tunggal, harus diberi jeda (Pause). Untuk meningkatkan daya konsentrasi sangat bermanfaat jika setiap setelah Pause terkadang bunyi dengan kombinasi yang sama dibunyikan lagi).

    7. Peserta didik membuat perjanjian dengan bunyi tertantu, ketika bunyi diperdengarkan semua peserta didik berdiri. Selama peserta didik bergerak secara bebas didalam ruangan, beberapa nada diperdengarkan. Dan jika bunyi teertentu berdasarkan kesepakatan di perdengarkan peserta didik boleh berdiri. (setelah latihan dengan waktu yang memadahi, dibuat perjanjian lagi dengan bunyi yang lain yang mirip). Sebagai contoh bunyi yang disepakati: Simbal besar yang digantungkan, dua bunyi: Simbal kecil yang digantung dan simbal besar dll).

    8. Peserta didik mencoba mengembangkan berbagai jenis teknik permainan diatas instrument (explorasi bunyi) untuk memproduksi berbagaimacam bunyi. Selanjutnya peserta didik memperkenalkan bunyi-buyni yang mereka temukan.

    9. Dari berbagai macam bunyi yang peserta didik temukan, mereka memberikan sebagian untuk diberi simbol, misalnya gosokan, gemerincing, bunyi luncuran diatas bilah-bilah nada (lebih lengkap silahkan lihat B III „Notasi Grafis“). Simbol-simbol notasi dilukis diatas kertas/kartu.

    10. Kartu-kartu/Kertas-kertas diletakkan saling berdampingan dan berurutan. Selanjutnya dimainkan bunyi-bunyi yang sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.

  • 11. Seorang anak memainkan berbagai macam bunyi secara pelan-pelan dalam urutan yang tertentu. Seorang anak lagi (atau semua anak) meletakkan kartu-kartu sesuai dengan urutan sebelum dimainkan.

    12. Peserta didik membuat „kaleng kocok“ yang bisa diisi dengan berbagai macam material. Masing-masing 2 kaleng diisi dengan material yang sama dan bagian bawahnya diberi tanda warna. Peserta didik mengelompokkan secara berpasangan nada-nada yang sesuai (kontrol melalui tanda warna).

    D. Keras-Lunaknya Bunyi

    Peserta didik biasanya mengenali dinamik sebagai bentuk bunyi yang mandiri yang pemunculannya tidak terikat dengan kecepatan. Karakter bunyi yang keras menuju pada gerakan yang lebih cepat atau lebih keras tidak dilarang, tetapi harus jelas dikenali bahwa bunyi yang keras juga dapat diungkapkan dengan gerakan yang lambat dan tenang. Hal sedemikian juga untuk bunyi yang lembut. Peserta didik juga harus mengenali secara lebih jauh, bahwa terdapat juga penghubung yang mengalir didalam keras lunaknya suara (crescendo = semakin keras, decrescendo= semakin lirih). Penghubung bunyi-bunyi ini harus dimainkan oleh peserta didik di dalam instrument. Bisa juga diberikan contoh melalui suara mulut.

    1. Peserta didik duduk di dalam ruang dengan mata tertutup. Jendela ruangan di buka. Peserta didik mendengarkan secara cepat berbagai bunyi di lingkungan dan selanjutnya menceritakan bunyi mana yang mereka dengarkan dan seberapa keras/lunak bunyi tersebut.

    2. Keras dan Lunak disusun dengan gerakan. A. Keras = langkah besar, lembut =langkah kecil b. Keras =langkah kecil, lembut =langkah besar.

    3. Setiap anak mendapat satu instrumen. Guru atau seorang peserta didik memainkan bunyi keras dan lunak didalam rangkaian yang berbeda. A. Peserta didik menirukan b. peserta didik berpendapat (komentar). Melalui bunyi tidak analog dengan gerakan (misalnya melencangkan lengan jauh-jauh, tetapi pukulan yang lirih) peserta didik tidak di tanamkan pada aspekt visualnya melainkan aspekt akustisnya.

    4. Pembicaraan kereta yang datang di Station kereta bunyinya keras sekali tetapi gerakannya lambat dan juga kereta yang cukup jauh melaju dengan sangat cepat (lirih tetapi cepat). Peserta didik mencoba mempresentasikan ke dua buah kereta api dengan membunyikan instrument.

    5. Peserta didik mencoba memperdengarkan penghubung antara keras dan lunak

    demikian pula sebaliknya dalam instrument. Sebaiknya memilih bunyi-bunyi yang telah dikenal oleh peserta didik, misalnya keberangkatan dan kedatangan suatu mobil, langkah manusia yang datang dan pergi dll.

  • 6. Berbagai jenis crescendo dan decrescendo (a). Semakin keras dan semakin cepat (b). Semakin keras dan semakin lambat (c). Semakin lirih dan semakin lambat d. Semakin lirih dan semakin cepat.

    7. Dibuat kesepakatan sebuah tanda gerakan yang masing-masing diberi tanda dinamik yang harus dimainkan Misalnya: Tangan diatas kepala = dimainkan secara keras sekali, Tangan kebawah pelan-pelan = semakin lirih, Tangan benar-benar dibawah =bermain lirih sekali. Peserta didik bermain sesuai dengan gerakan tangan peserta didik yang lain atau guru.

    8. Berbagai jenis instrument (max 4) dimainkan dengan dinamik yang berbeda-beda. Peserta didik menyusun isntrument-instrument menurut dinamik yang dimainkan.

    9. Balon dilemparkan ke udara. Peserta didik bermain keras sekali, dan jika balon di udara semakin lirih, jika balon semakin turun ke bawah.

    10. Peserta didik membuat tanda untuk keras, lunak, semakin keras dan semakin lirih. Tanda-tanda dilukis didalam kartu atau kertas saling berdampingan secara berurutan. Selanjutnya susunan kartu tersebut dimainkan dengan isntrument atau dengan mulut.

    11. Dimainkan berbagai jenis dinamik dan juga tahap-tahap penghubug bunyi. Ameletakkan kartu sesuai dengan urutan yang sama.

    E. Arah Nada

    Untuk dapat melaksanakan latihan-latihan arah nada, diperlukan ruang Hall. Efekt echo yang kuat mempersulit penemuan sumber bunyi. Guru harus meneliti problema tersebut dan mencari instrumen yang cocok untuk latihan-latihan yang berikut. Latihan-latihan arah nada dimaksudkan, untuk memperkenalkan „lingkungan bunyi“ pada peserta didik . Anak-nak harus mengalami, bahwa bunyi-bunyi dalam hubungan dengan arahnya memiliki fungsi tanda dan menghendaki reaksi-reaksi yang sesuai. Latihan-latihan arah bunyi atas dasar tersebut khususnya sangat bermanfaat untuk pendidikan ke lalu lintasan. Sekaligus menopang kemampuan resepsi bunyi sebagaimana latihan-latihan yang lainnya. 1. Peserta didik berdiri didekat jendela ruang yang terbuka dan mencoba

    menjelaskan a. Apa yang mereka dengar b. dari mana arah datangnya bunyi c. apakah bunyi semakin mendekat atau menjauh d. apakah bunyi-bunyi cepat atau lambat datang mendekat/menjauh.

    2. Peserta didik duduk di atas lantai dalam keadaan mata tertutup. Guru berjalan pelan-pelan dan lirih pada posisi ruang yang berbeda-beda dan disana membunyikan instrument. Peserta didik menunjukkan arah dari mana datangnya bunyi.

    3. Sebagaimana kegiatan ke dua hanya saja peserta didik menunjuk kearah yang berlawanan.

    4. 4 anak berdiri di 4 sudut ruangan. Setiap anak memegang instrument. Peserta didik yang lain bergerak ke seluruh ruangan. Seorang anak membuat bunyi. Peserta didik yang lain berjalan menuju sumber bunyi. Bunyi yang baru, reaksi yang baru oleh peserta didik.

    5. Sebagaimana langkah 4 tetapi peserta didik justru menjauhi bunyi. 6. 3 anak mendapat instrument dan meletakkan pada 3 dari 4 sudut ruangan. Ketiga-

    tiganya anak membuat bunyi secara bersamaan. Peserta didik yang lain yang

  • bergerak dengan mata tertutup ke seluruh ruangan harus menemukan pada sudut mana tidak ada bunyi dan peserta didik menuju ke tempat itu atau menunjukkan dengan jari arah „ketiadaan bunyi“ tadi.

    7. 2 bunyi diperdengarkan secara serentak dari berbagai arah. Peserta didik berjalan menuju pada bunyi yang telah disepakati seblumnya atau menunjukkan arahnya.

    8. Seorang anak dengan bantuan bunyi menuntun anak yang lain yang matanya tertutup mencari menemukan sesuatu keseluruh ruangan.

    9. Peserta didik duduk ditengah ruangan dengan mata tertutup. Mereka dari sudut ruang yang berlainan memperdengarkan bunyi-bunyi bergiliran satu sama lain. Peserta didik mendengarkan sesaat dan memperdengarkan lagi urutan bunyi yang terdengar berdasarkan ingatannya. (Setelah berlatih dengan cukup lama jumlah bunyi semakin dinaikkan, yang awalnya 2 bunyi ditingkatkan menjadi max. 5 bunyi).

    10. Balon karet ditiup tetapi tidak diikat. Jika semua anak telah menutup matanya, guru melepaskan balon ke udara. Udara yang keluar dari balon mengakibatkan balon karet bergerak dengan sangat cepat dan selalu menuju ke arah yang baru. Peserta didik harus mendengarkan sebaik-baiknya dimana balon tadi mendarat.

    11. Setiap anak mendapatkan ban karet. Setelah mendengarkan tanda bunyi tertentu semua anak memutarnya dan melepaskannya. A. Peserta didik mengamati ban karet yang mana yang paling lambat berputar. B. Peserta didik menutup matanya dan mencoba mendengarkan ban yang mana yang paling lama berputar. Peserta didik menunjukkan dengan jari ke arah ban tersebut.

    12. Didalam ruang kelas disembunyikan sebuah alat sumber bunyi, yang mempruduksi bunyi secara terus menerus (misalnya jam Wecker, Radio dll). Peserta didik mencoba menemukan sumber bunyi.

    13. Untuk latihan berikut diperlukan ember cuci yang berbeda-beda warna (bisa ditempel kertas atau dicat). Peserta didik mendapatkan 3 kartu warna yang sesuai dengan warna ember. Ember cuci diletakkan dengan jarak sekitar 1 meter saling berdekatan di atas lantai. Di salah satu ember diletakkan Radio (disesuaikan dengan kondisi ruang dan kemampuan peserta didik menangkap kekerasasn bunyi), tanpa bahwa peserta didik melihatnya.Peserta didik mencoba mendengarkan dan menemukan dari ember mana bunyi tersebut berasal. Mereka mengangkat kartu berwarna ke atas.

    F. Tinggi Rendah Nada.

    Adalah bukan pekerjaan pendidikan taman kanak-kanak, untuk menjembatani agar peserta didik mempu membedakan secara detail tinggi rendah nada dan menentukan tinggi rendah nada. Pada awalnya sangat penting agar istilah tinggi dan rendah dapat dialami oleh peserta didik. Umumnya nada yang tinggi ditandai sebagai bunyi yang terang dan bunyi yang rendah ditandai dengan bunyi yang gelap. Terang dan gelap adalah warna nada dan bukannya tanda-tanda tinggi rendah nada (bandingkan misalnya antara bunyi Xylophon dengan Glockenspiel). Sangat penting bahwa semua latihan pada awalnya keluar dari suasana yang extrim dan jarak nada lama kelamaan diperkecil. 1. Peserta didik menggambarkan Xylophon atau Metallophon. Mereka harus

    mengenali bahwa dalam isntrument tersebut terdapat bilah-bilah nada yang besar

  • dan yang kecil. Jika tersedia piano, bisa dibandingkan dan diperjelas dengan panjangnya senar piano.

    2. Bilah-bilah nada diambil dari instrumen dan diletakkan secara tidak beraturan. Peserta didik mencoba menyusun kembali bilah-bilah nada secara benar.

    3. Peserta didik mendengarkan bunyi-bunyi dari bilah nada yang besar dan yang kecil dan selanjutnya ditegaskan bahwa ada bunyi yang gelap dan yang lainnya terang.

    4. Peserta didik menutup matanya. Sebuah bilah nada dipukul. Peserta didik diminta menyebutkan apakah yang dibunyikan tadi bilah yang besar ataukah yang kecil.

    5. Peserta didik meraba bilah-bilah nada dengan keadaan mata tertutup. Berdasarkan ukuran bilah-bilah nada, peserta didik menentukan apakah yang mereka raba bilah yang gelap ataukah yang terang. Sebagai kontrol maka bilah tadi dibunyikan.

    6. Pengetahuan bahwa interument yang besar berbunyi berbeda dibandingkan dengan instrumen yang kecil lainnya perlu diperjelas, misalnya juga untuk triangel, Zimbal dll.

    7. (Persiapan: Bilah-bilah nada Metalophone atau Xylophon diikat dengan tapi karet). Metallophone diletakkan secara vertikal diatas lantai, dengan demikian bilah-bilah nada yang rendah terletak dibawah. Sekarang dibuat sebagai perbandingan bahwa instrument terlihat seperti menara yang memiliki kemiripan semakin tinggi semakin kecil. Dalam kesempatan ini tanda-tanda nada yang benar seperti tinggi dan rendah diperkenalkan artuinya bilah-bilah nada yang terdapat dibagian atas instrument adalah menghasilkan nada-nada tinggti dan bilah-bilah yang terdapat di bawah adalah nada-nada rendah. Latihan-latihan sebelumnya yang pada awalnya dilaksanakan dengan tanda gelap dan terang, saat ini diulangi lagi dengan tanda-tanda yang benar.

    8. Peserta didik menggambar menara di papan tulis ataupun kertas sesuai dengan tanda-tanda nada yang berbunyi. Artinya pada saat nada tinggi berbunyi peserta didik menggambar tanda pada puncak menara, dan pada saat nada rendah berbunyi peserta didik menggambar tanda pada dasar menara. Untuk latihan ini sebaiknya peserta didik sebelumnya memiliki kemungkinan untuk melihat instrumen yang memproduksi nada-nada. Pada akhirnya peserta didik dengan tanpa bantuan gambar mampu menentukan nada secara benar.

    9. Nada-nada disusun dengan warna-warna. Setiap anak mendapatkan setiap warna satu kartu berwarna. Ketika nada dibunyikan peserta didik mengangkat kartu yang sesuai tinggi-tinggi. (sebaiknya memakai 2 nada yang berbeda, yang mana didalam latihan jaraknya lama kelamaan semakin dipersempit.

    10. Kartu-kartu warna diletakkan pada lantai yang sebelumnya diletakkan ban karet. K