38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

53
I. Teori Sejarah Bioetika Bioetika merupakan kata dan konsep. Kata ini muncul dari tahun 1970 saat pertama kali digunakan oleh Van R. Potter dalam bukunya Bioethics: A Bridge to the Future, namun sebagai konsep bioetika sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu sebagai warisan kemanusiaan. Warisan ini dapat dilihat di semua kebudayaan dan agama, dan dalam tulisan-tulisan kuno dari seantero dunia. Kita menurut kenyataannya tidak dapat menelusuri asal-usul bioetika ke awalnya, karena hubungan antara manusia dalam masyarakatnya, dalam komunitas biologi, dan dengan alam dan Tuhan, dibentuk pada tahap lebih awal dari yang sejarah dapat memberitahukan kepada kita. 1,2 Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika 1,2 : 1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggung jawab dengan organisme hidup dalam kehidupan mereka. 2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain apa yang baik atau jelek 1

Transcript of 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Page 1: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

I. Teori Sejarah Bioetika

Bioetika merupakan kata dan konsep. Kata ini muncul dari tahun 1970 saat

pertama kali digunakan oleh Van R. Potter dalam bukunya Bioethics: A Bridge to

the Future, namun sebagai konsep bioetika sudah ada sejak ribuan tahun yang

lalu sebagai warisan kemanusiaan. Warisan ini dapat dilihat di semua kebudayaan

dan agama, dan dalam tulisan-tulisan kuno dari seantero dunia. Kita menurut

kenyataannya tidak dapat menelusuri asal-usul bioetika ke awalnya, karena

hubungan antara manusia dalam masyarakatnya, dalam komunitas biologi, dan

dengan alam dan Tuhan, dibentuk pada tahap lebih awal dari yang sejarah dapat

memberitahukan kepada kita. 1,2

Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika1,2:

1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang

memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggung jawab dengan

organisme hidup dalam kehidupan mereka.

2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain

apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling

penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga

dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain

mempunyai kewajiban terhadap hak ini.

3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas

antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.

Mengembangkan dan menjelaskan bioetika preskriptif memperkenankan kita

membuat pilihan yang lebih baik, dan pilihan yang dengannya kita tentram,

1

Page 2: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

memperbaiki kehidupan kita dan masyarakat. Pilihan yang perlu dibuat dalam

abad bioteknologi dan genetika modern ada banyak, berkisar dari sebelum

pembuahan sampai setelah kematian – keseluruhan kehidupan. Saat pilihan untuk

reproduksi, kontrasepsi, dan perkawinan bukan hal baru. 1,2

Untuk menjelaskan bioetika preskriptif, kita perlu menguraikan bioetika

yang telah dianut orang, dan bioetika yang mereka miliki sekarang ini, misalnya

mewujudkan Bioetika untuk Kita oleh Kita.

Kita dapat menemukan berbagai definisi bioetika. Pertimbangan paling

sederhana mengenai masalah-masalah dimunculkan melalui pertanyaan mengenai

kehidupan (“bio”). Kita dapat memasukkan semua masalah etika lingkungan

hidup dan etika kedokteran, dan juga pertanyaan yang kita temui setiap hari,

seperti “Makan apa hari ini?”, “Bagaimana pangan itu diperoleh?”, “Di mana

seharusnya saya bertempat tinggal dan seberapa gangguan terhadap alam

seyogianya saya perbuat?”, “Bagaimana kaitan saya dengan makhluk hidup lain

termasuk manusia?”, “Bagaimana menjaga keseimbangan mutu kehidupan saya

dengan pengembangan cinta kehidupan saya, kehidupan orang lain dan

masyarakat?”, dan banyak lagi yang dapat Anda pikirkan. Sejarah penalaran

bioetika dipengaruhi oleh gen kita, dan lingkungan hidup dan pengaruh sosial

yang membentuk dan terus membentuk gen menjadi manusia, masyarakat dan

kebudayaan yang kita miliki. Kita sekarang ini mempunyai daya untuk mengubah

tidak hanya gen kita sendiri, tetapi gen setiap organisme, dan daya untuk

memodelkan kembali seluruh ekosistem bumi, yang membuat banyak fokus bagi

penerapan bioteknologi; tetapi, pertanyaan kuncinya lebih mendasar. Kita telah

menghancurkan ekosistem dengan sebagian teknologi. Walaupun demikian

2

Page 3: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

teknologi baru telah menjadi katalisator untuk pemikiran kita mengenai bioetika,

yang menjadi perangsang untuk penelitian mengenai bioetika dalam beberapa

dekade terakhir ini. Di masa lalu banyak pertanyaan ini dinyatakan secara

sederhananya sebagai etika, tetapi dalam debat umum sekarang ini istilah bioetika

itu luas.3,4

Menurut Komisi Bioetika Nasional, tiga etika dalam bioetika adalah

sebagai berikut5 :

1. Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu

kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.

2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa

yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik

Rumah Sakit.

3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma

dan Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan

Bertens sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-

problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu

kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang

dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini dan masa

mendatang.

II. Bioetika Dalam Kebidanan

Bioetika dalam kebidanan selaras dengan bioetika pada kedokteran pada

umumnya. Etika kedokteran atau yang sekarang lebih banyak dikenal dengan

istilah Bioetika sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Setiap waktu diulas,

3

Page 4: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

dibahas dan dikembangkan sampai kepada pengertian yang kita anut sekarang ini.

Semuanya ini dilakukan agar profesi kedokteran selalu siap untuk menjawab

tantangan jaman. Mengapa kita sekarang harus membahasnya lagi? Karena

perkembangan ini akan terus berlanjut, sesuai dengan berkembangnya

bioteknologi, khususnya teknologi biomedis, dan perkembangan masyarakat.

Karena itu kita harus selalu memberi makna dan pengertian yang “up-to-date”

mengenai Bioetika ini. Untuk itu kita perlu mengkaji ulang paradigma-paradigma

yang berkaitan dengan Bioetika dan mempelajari isu-isu yang berkembang, baik

di masyarakat umum, maupun di kalangan kedokteran sendiri6,7.

Empat area umum yang dapat diidentifikasi yaitu 8,9:

1. Bioetik teoritis, yang berhubungan dengan landasan intelektual dalam

bidang kedokteran

2. Etika klinis yang merujuk pada sikap moral dalam berhadapan dengan

pasien sehari-hari.

3. Bioetik regulasi dan kebijakan yang mencari solusi kebijakan dan hukum

untuk masalah-masalah moral berkaitan dengan kehidupan dan kematian.

Contoh isu yang berkaitan misalnya pemakaian jaringan janin dalam

penelitian, aborsi, kloning, dan sebagainya.

4. Bioetika kultural yang menghubungkan bioetika dengan konteks sejarah,

ideologi, budaya dan konteks sosial.

4

Page 5: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

A. Beberapa Paradigma yang Berkaitan dengan Bioetika

1. Definisi profesi6,7

Kebidanan merupakan bagian dari bidang kedokteran yang merupakan

pekerjaan profesional. Perkumpulannya merupakan organisasi profesi dengan ciri-

ciri sebagai berikut :

a) Ilmu dan teknologi yang cukup

b) Keterampilan yang memadai

c) Etika yang baik

d) Kemampuan manajerial

2. Definisi Ilmu Kedokteran

Medicine is the art and science of the diagnostic and treatment of disease

and the maintenance of health. Science mencakup iptek dan keterampilan,

sedangkan art adalah seni bagaimana science itu disampaikan kepada pasien

dalam bentuk pelayanan yang benar, sehingga dapat diterima dengan

memuaskan.1,2

Pelayanan semacam ini hanya dapat terjadi bila dilakukan oleh dokter

yang beretika. Pengertian di atas mungkin dapat diungkapkan dalam bentuk lain,

yaitu bahwa iptek dan keterampilan hanya menunjukkan kemampuan IQ. Agar IQ

ini dapat memberikan hasil yang memuaskan harus disertai dengan kemampuan

lain, yaitu EQ atau SQ.6,7

3.Definisi keilmuan6,7

5

Page 6: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Tiap ilmu mempunyai 3 ranah (domain).

a. Kognitif

b. Psikomotor

c. Afektif

Kognitif dan psikomotor tidak lain adalah iptek dan keterampilan (IQ),

sedangkan afektif adalah sikap bagaimana kemampuan IQ itu disampaikan secara

baik. Sikap yang baik itu identik dengan etika (EQ dan SQ). Praktek kebidanan

yang dilaksanakan berdasarkan asas-asas tersebut akan berlangsung dengan baik

dan mampu mengakomodasi kepentingan pasien dan niat baik dokter.6,7

4. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

KODEKI adalah acuan moral bagi para dokter Indonesia, agar dalam

melaksanakan tugasnya benar-benar bersikap profesional. Keempat paradigma itu

masih tetap berlaku dan wajib dianut oleh setiap dokter. Terutama paradigma

pertama yang selalu harus diingat oleh seorang dokter bahwa sebagai seorang

profesional dia wajib menghayati dan melaksanakan Bioetika, serta mengikuti

perkembangannya. Yang berubah dan akan selalu berubah adalah pengertian Etika

atau Bioetika itu, baik filosofi maupun aplikasinya.10

B. Isu-isu Bioetika yang Berkembang

Alasan lain yang menyebabkan kita harus selalu mengkaji ulang masalah

Bioetika ini adalah adanya isu-isu yang berkembang, baik di kalangan

masyarakat, maupun di kalangan para dokter sendiri. Pandangan masyarakat

terhadap profesi dokter saat ini bersifat ambivalen. Di satu pihak mereka memuji

6

Page 7: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

dan memuja kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah mampu

menyelamatkan berjuta-juta jiwa manusia, atau paling sedikit mengurangi

penderitaannya, tetapi di lain pihak mereka membenci, mencerca, menghujat,

bahkan menuntut para dokter atas ketidaksanggupan, kegagalan, ketidakjujuran,

kurangnya rasa empati serta sifatnya yang arogan dan materialistik.6,7

Dengan perkataan mereka menganggap para dokter sudah tidak etis lagi.

Adanya ketidakpuasan ini, baik yang terbuka dalam bentuk aduan dan protes,

maupun yang dipendam, terjadi akibat adanya konflik antara bentuk pelayanan

kesehatan yang ditawarkan dengan persepsi pasien atau dan keluarga, tentang cara

konseling, prosedur diagnostik/terapi, maupun pengaruh pelayanan kesehatan tadi

terhadap Quality of Life (QOL)-nya, baik yang berupa fisik

(anatomis/fungsional), mental serta sosio-ekonomis. Isu-isu yang berkembang di

kalangan para dokter, terjadi sebagai reaksi terhadap isu-isu yang berkembang di

masyarakat dan terhadap perubahan/pergeseran paradigma yang berkembang

secara global, terutama yang berasal dari negara Barat, yang ada kaitannya dengan

perkembangan Hak Asasi Manusia.6,7

Reaksi terhadap isu-isu tersebut, bisa dalam bentuk perorangan,

organisatoris maupun institusional. Banyak dokter yang merasa bahwa protes

masyarakat itu ada benarnya. Karena itu secara diam-diam, mereka, sendiri-

sendiri maupun dalam kelompok kecil, berusaha memperbaiki diri. Walaupun

upaya semacam ini tidak akan mempunyai dampak yang nyata, tetapi sebaiknya

tetap diteruskan. Secara organisatoris institusional, tampak adanya upaya IDI,

melalui MKEK-nya, untuk menertibkan anggotanya yang dianggap melanggar

etik, walaupun jumlahnya secara proporsional masih sedikit. Menteri Pendidikan

7

Page 8: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Nasional, telah berusaha melalui KIPDI II untuk menyempurnakan pendidikan

Bioetika, dengan menambah/melengkapi mata ajar Bioetika dan Humaniora,

walaupun harus diakui bahwa pelaksanaanya masih jauh dari memuaskan. Dengan

diprakasai oleh para sejawat dari Gadjah Mada, telah diadakan Pertemuan

Nasional I Bioetika dan Humaniora, Yogya pada bulan Agustus 2000. Kemudian

dilanjutkan dengan Pertemuan Nasional Oktober 2002, di Bandung. Pertemuan

Nasional berikutnya diadakan pada tahun 2004, di Jakarta. Upaya untuk

mengadakan Semiloka Kesehatan dan Hak Asasi Manusia pun, kiranya tidak lepas

dari keinginan para dokter untuk meningkatkan citra profesinya, terutama dalam

segi Bioetikanya, sebagai jawaban terhadap isu-isu yang berkembang.6,7

C. Perkembangan Bioetika

Apakah kita bisa bicara tentang perkembangan Bioetika di negara kita ini?

Kalau mau jujur, harus diakui bahwa perkembangan dalam pengertian normatif

filosofis secara berkesinambungan dan menyeluruh, memang tidak pernah ada.

Pedoman yang selama ini kita anut seperti KODEKI dan Sumpah Dokter, hampir

seluruhnya berdasarkan falsafah, norma dan metodologi Barat. Demikian juga

yang berkaitan dengan UU Kesehatan. Memang betul bahwa dalam beberapa hal

telah dilakukan penyesuaian dengan keadaan negara dan masyarakat kita, tetapi

sifatnya masih adaptatif pragmatis.6,7

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipertanyakan adalah:

siapa sebenarnya yang berwenang untuk memantau, mengkaji, sekaligus memberi

asupan dan arahan tentang Bioetika ini? Lembaga pemerintah seperti Departemen

8

Page 9: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Dewan Perwakilan Rakyat, atau

organisasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sebagainya.6,7

Karena perkembangan Bioetika itu tidak bisa lepas dari perkembangan

natural dan social sciences, maka Perguruan Tinggi, diharapkan untuk ikut

berpartisipasi aktif.6,7

Salah satu keputusan penting yang diambil pada Pertemuan Nasional

Bioetika dan Humaniora yang lalu, adalah kesepakatan untuk membentuk

Organisasi Seminat dalam bidang Bioetika dan Humaniora, dengan kantor

Sekkretaris Jenderal-nya berlokasi di Yogyakarta. Barangkali pada organisasi

inilah kita dapat berharap untuk bisa mengembangkan masalah Bioetika di negara

kita ini. Sebagai contoh, di Amerika Selatan, PAN AMERICAN HEALTH

ORGANIZATION, bekerja sama dengan World Health Organization (WHO),

telah menerbitkan buku dengan judul “BIOETHICS, Issues and Perspective”.

POGI (Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) saat ini sudah menyusun

Buku Pedoman Etika bagi para anggotanya, yang dibahas dan disyahkan di

Kongres yang diadakan pada bulan Juli 2003, di Yogyakarta.6,7

Ada kesan seakan-akan para dokter Indonesia ini kurang mengetahui dan

menghayati masalah Bioetika. Kesan ini mungkin sekali benar, karena

pembekalannya selama pendidikan sangat tidak memadai. Yang lebih merisaukan

adalah adanya kesan seolah-olah para dokter Indonesia tidak ada minat untuk

mengetahui dan menghayati lebih jauh tentang Bioetika ini. Mudah-mudahan saja

kesan ini salah.6,7

Sudah saatnya kita mempunyai pedoman sendiri mengenai Bioetika yang

“up-to-date”, karena para dokter sangat membutuhkannya dan masyarakat sangat

9

Page 10: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

menuntutnya. Yang diperhatikan adalah dalam menggunakan paradigma yang

berasal dari Barat, kita pandai memilah-milah, karena banyak yang tidak sesuai

dengan situasi dan kondisi negara kita. Misalnya paradigma tentang dokter tidak

boleh bersikap paternalistik dan vision making harus dibuat oleh atau bersama

pasien, belum tentu seluruhnya cocok di kita. Masih banyak masyarakat kita yang

berpendidikan rendah yang tidak bisa menyerap informasi atau konseling yang

kita berikan. Jangankan bisa berdiskusi tentang keadaan penyakitnya, ditanya

tentang umurnya pun, sering menyerahkan kepada dokternya. Dalam keadaan ini,

dokter masih boleh bersikap seperti ayah yang menginginkan kebaikan bagi

anaknya, tanpa disertai sikap arogan atau feodalistis.6,7

Menurut Daniel Callahan dalam Encyclopedia of Bioethics, istilah

Bioetika yang baru dikenal pada tahun 1950/1960, mempunyai dua perspektif. Di

satu sisi, Bioetika merupakan kajian yang sangat modern, sebagai hasil yang

sangat mencolok dalam bidang biomedis, lingkungan dan ilmu-ilmu sosial.

Kemajuan ini telah membawa pengertian yang lebih mendalam tentang keilmuan

dan perkembangan teknologi, yang seakan-akan dapat merubah secara total apa

yang kita dapat perbuat untuk alam dan manusia yang sangat rentan ini, dan

bagaimana caranya mengamankan, meningkatkan serta memperpanjang umur

manusia. Di sisi lain, hal ini menimbulkan lagi pertanyaan lama mengenai arti

kematian, kehidupan, sakit dan penderitaan, hak dan kemampuan untuk

mengontrol kehidupan dan kewajiban kita terhadap orang lain dan alam dalam

menghadapi ancaman kesehatan serta kesejahteraan kita. 11

Bioetika merupakan transformasi yang radikal dari pengertian Etika Medik

yang lebih tradisional, yang berlaku sejak jaman filosof Plato. Paradigma moral

10

Page 11: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

yang bersifat itonis ini kemudian berubah, terutama setelah Locke pada 1924,

mencanangkan gagasan Hak Asasi Manusia (HAM). Paradigma baru ini

menyentuh semua bidang kehidupan manusia, mulai dari agama, politik, ekonomi,

pendidikan dll. Tetapi yang mengherankan adalah bahwa HAM dalam bidang

kesehatan, sangat terlambat datangnya. Baru pada tahun 1970, para pasien

menyadari bahwa mereka mempunyai hak otonomi, bebas dan bertanggungjawab.

Mereka tidak lagi menghendaki hubungan seperti ayah dan anak dengan

dokternya, tetapi setara, dengan pengertian saling membutuhkan dan saling

menghormati. 12

Menurut Gracia, sebetulnya pada masa Hippocrates itu tidak ada yang

disebut “medical ethics” dalam arti yang sesungguhnya. Yang ada ialah “ethics of

medicine”, karena kegiatannya hanya terbatas pada “asciscism” dan “etiquette”.

Tetapi Etika Medik dalam pengertian sekarang, yaitu otonom, pluralistik dan

sekuler, walaupun sangat dianjurkan dan dapat diterima secara moral, dalam

aplikasinya dapat menimbulkan konfik. Contohnya: seorang wanita yang hamil di

luar nikah, datang ingin menggugurkan kandungan karena hal itu merupakan aib

bagi keluarganya, tetapi sebagai dokter kebidanan yang memegang teguh kode

etik kedokteran, tentunya tidak akan bersedia memberikan bantuan untuk

melakukan permintaan pasien tersebut. Di sini kita melihat bahwa potensi konflik

dapat meningkat, karena fihak lain seperti keluarga, perawat, tenaga adminstrasi

dan asuransi ikut mempengaruhi konflik etika medis ini. Untuk mudahnya, pihak-

pihak yang terlibat dalam hubungan dokter pasien dapat dibagi tiga, yaitu dokter,

pasien dan masyarakat. Dokter bekerja berdasarkan prinsip “beneficience”, pasien

berdasarkan “autonomy” dan masyarakat berdasarkan “justice”.13

11

Page 12: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Contoh di atas menunjukkan bahwa walaupun ketiga komponen itu sangat

esensial adanya, tetapi tidak menjamin bahwa akan selalu bersifat komplimenter.

Justru sebaliknya, sering menyebabkan konflik. Walaupun demikian, etika medik

dalam pengertian filosofis, harus tetap dipegang oleh para dokter, yaitu

menghormati “autonomy”, “beneficience” dan “justice”.13

Karena itu, untuk mengurangi terjadinya konflik, dalam mendekati

masalah medical bioethics, hendaknya kita tidak berpegang pada nalar (logika)

saja, tetapi harus juga memperhatikan sejarah perkembangan Bioetika.13

Pellegrino lebih menyukai istilah “integrity” daripada “autonomy”.

Menurut pendapatnya: Autonomy is a capacity of a whole person, but not the

whole of a person’s capacities. Di samping itu: Autonomy belongs to the order of

“having” (what we posses), while Integrity belongs to the order “being” (what

we are). Autonomy berkaitan kemampuan logika. Kita tidak bisa bertindak

otonom bila kita tidak berpikir logis. Sedangkan integrity adalah atribut yang

dipunyai oleh semua orang, kompeten atau tidak, dewasa atau tidak, sadar atau

tidak sadar. Integritas tidak mempunyai tingkatan dan tidak bisa hilang. Tidak

bisa dipindahkan kepada orang lain. Pelanggaran terhadap integritas seseorang

berarti pelanggaran terhadap manusia itu seutuhnya. Otonomi dalam pengertian

ekstrim, berarti ingin menang sendiri, sedangkan integritas menunjukkan sifat

saling menghormati. Bagaimanapun mendasarnya tuntutan pasien agar haknya

dihormati, tetapi sifatnya tidak mutlak, karena otonomi/integritas mempunyai

beberapa keterbatasan, antara lain hak otonomi dokter sebagai pribadi. Pasien

tidak boleh melanggar integritas dokter secara pribadi. Bila dokter itu, secara

moral tidak setuju terhadap abortus, dia tidak bisa dipaksa untuk mengikuti hak

12

Page 13: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

otonomi pasien dengan mengabaikan integritas dirinya. Keadaan ini akan lebih

buruk bila, misalnya, abortus sudah dilegalisir oleh negara. Dokter dan pasien

harus saling menghormati integritas masing-masing. Karena itu harus diusahakan

adanya pemutusan hubungan secara terhormat, agar tidak terjadi konflik. 14

Keterbatasan lainnya terjadi bila pasien atas dasar hak otonomi-nya

melakukan sesuatu yang membahayakan orang lain. Misalnya pasien dengan HIV

seropositif, menolak untuk menginformasikan masalah ini kepada istri atau

pasangan seksualnya. Dalam hal ini dokternya tidak boleh mengundurkan diri,

tetapi berkewajiban untuk bersikap adil dan jujur kepada pihak yang terancam,

setelah menyarankan kepada pasien untuk melakukannya sendiri. Pellegrino

mengingatkan bahwa kalau digunakan secara ekstrim, otonomi yang secara moral

dapat dipertanggungjawabkan, dapat merusak eksistensi masyarakat manusia.

Manusia itu hewan sosial, karena itu manusia harus menghormati hak masyarakat

di mana dia tinggal, karena dia telah mendapat berbagai keuntungan selama dia

tinggal di tempat tersebut.14

Hans-Martin Sass, dalam menggambarkan perkembangan Bioetik, dimulai

dengan mengatakan bahwa filosofi dan kedokteran mempunyai kesamaan dalam

bidang kajiannya. Kedua-duanya mengkaji masalah kelahiran, kehidupan,

kebahagiaan, penderitaan, sakit dan kematian. Dua setengah abad yang lalu, baik

di Barat (Pythagorean), maupun di Timur (Taoist), menganggap bahwa filosofi

kedokteran terletak pada adanya harmoni dan keseimbangan. Penyakit terjadi

karena adanya gangguan keseimbangan. Tugas seorang dokter adalah untuk

mengembalikan harmoni dan keseimbangan tersebut, memerangi disharmoni dan

ketidakseimbangan, dan menerima serta menyadari keterbatasan kemampuan

13

Page 14: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

(ekspertis) kedokteran sebagai keterbatasan alam dalam memanipulasi manusia.

Praktek kedokteran, dari dahulu sampai sekarang dipandu berdasarkan prinsip-

prinsip etika. Dua di antaranya adalah nil nocere (do no harm) dan bonum facere

(do good for the patient).15

Secara tradisi, ekspertis dan etika selalu merupakan satu kesatuan, sebab

etik tanpa ekspertis tidak akan efektif, sedangkan ekspertis tanpa etika, tidak akan

membawa kebaikan bagi pasien. Adanya kemajuan yang sangat pesat bidang

bioteknologi, seperti bayi tabung, donor sperma, dan lain sebagainya telah

meningkatkan tanggung jawab moral, sedangkan perubahan sistem pelayanan

kesehatan dan asuransi telah merubah pola hubungan dokter pasien.

Dalam konteks ini muncullah istilah-istilah baru seperti “patient

autonomy” dan “informed consent” dan “Bioethics”. Menurut pendapatnya

pengertian Bioethics adalah sebagai berikut: Bioethics encompasses a field that is

wider than just the relationship between the individual physician and the patient,

one that includes a professional responsibility toward all forms of life as well as

the specific ethos that must prevail in modern forms of institutionalized and

organized medicine.15

Isu-isu filosofis tentang Bioetika mencakup masalah 6,7:

a. Konsep sehat dan sakit.

b. Prinsip-prinsip Bioetika.

c. Hubungan dokter-pasien

d. Lifestyle “medicalization”

e. Nilai relatif

14

Page 15: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Dalam membahas prinsip Bioetika, Sass, sedikit berbeda dengan yang lain.

Menurut pendapatnya ada enam prinsip yang harus diikuti, yaitu 15:

a. Otonomi pasien

b. Kebijakan pelayanan kesehatan harus di-desentralisasi

c. Kedaruratan individu harus diutamakan terhadap keadilan masyarakat

d. Solidaritas (semua orang mempunyai hak yang sama)

e. Kasus-kasus khusus, harus ditangani secara khusus pula (mikrobioetik).

f. Hati-hati dalam menerapkan berbagai prinsip Bioetika pada satu kasus,

karena dapat menimbulkan konflik, misalnya hak otonomi pasien dan niat

baik dokter (beneficience).

Sebagai kesimpulan, Sass, antara lain mengatakan, bahwa perkembangan

Bioetik di masa yang akan datang, akan tergantung pada kemajuan upaya

membangun dan memperkuat hubungan dokter-pasien, yang merupakan ciri etika

dari orang-orang terpelajar dan bertanggung jawab. Disamping itu tergantung pula

kepada sejauh mana filosofi dan pengetahuan etika dapat diaplikasikan ke dalam

praktek sehari-hari. Kalau kita kaji ulang uraian di atas, nampaknya para pakar

pada permulaannya ingin membahas perkembangan Bioetika, dilihat dari segi

filosofinya.15

Tetapi kemudian ternyata bahwa mereka tidak bisa melepaskan dari segi

aplikasinya. Hal ini dapat dimengerti, karena untuk bisa “membumikan” falsafah

Bioetika, kita harus membuat kriteria-kriteria yang bernilai aplikatif serta contoh-

contoh kesehari-hariannya. Karena itu tidak mengherankan bila muncul berbagai

ragam definisi tentang Bioetika ini. Di bawah ini ada dua contoh definisi yang

diajukan oleh Abel dan McCullough.16

15

Page 16: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Definisi menurut Abel:

Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, baik dalam skala mikro

maupun makro, serta dampaknya atas masyarakat dan sistem nilai, kini dan di

masa yang akan datang.

Definisi menurut McCullough :

Bioetika adalah disiplin yang berkaitan dengan moralitas pelayanan

kesehatan, yang menyangkut dokter, pasien, institusi pemberi pelayanan

kesehatan dan kebijakan pelayanan kesehatan.

Kedua definisi tersebut lebih bersifat normatif filosofis, hanya Abel lebih

menekankan pada penyebab terjadinya, ruang lingkup dan dimensi waktu.

Sedangkan McCullough, bicara tentang pihak-pihak yang terkait dan kebijakan.

III. Aplikasi Bioetika dalam Praktek Kebidanan

Kalau kita bicara tentang aplikasi, berarti bicara tentang kesehari-harian

dari Bioetika, berarti pula harus bicara tentang peraturan atau pedoman yang harus

disepakati, dihormati dan ditaati oleh semua pihak yang terkait, seperti dokter,

pasien, keluarga, rumah sakit dengan stafnya serta para pengambil kebijakan. Di

samping itu kita harus bicara tentang Bioetika dilihat dari skala-nya, mikro atau

makro. Barangkali kita berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mikrobioetika

itu tidak lain adalah etika dalam hubungan dokter-pasien, yang dahulu lebih

dikenal dengan Etika Klinis. Sedangkan makro Bioetika, yang muncul akibat

perkembangan bioteknologi, walaupun ada hubunggannya dengan Etika Klinis,

tetapi kebijakannya diambil oleh pemerintah, karena menyangkut kepentingan

16

Page 17: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

masyarakat banyak. McCullough, di samping membicarakan syarat, peraturan dan

pedoman Etika Klinis, membahas pula tentang Ethical Conflict dan Ethical Crisis,

serta upaya penanggulangannya. 16

Sebagai seorang Sp.OG (dokter spesialis obstetric ginekologi),

McCoulIough lebih banyak memberi contoh dalam kasus kesehatan produksi,

tetapi nilai normatifnya tidak banyak berbeda. Apapun bentuk aplikasi yang

ditawarkan, tetapi tetap harus ada kesamaan secara moral, yaitu bahwa setiap

pedoman Etika Klinis, harus mengandung unsur “hak otonomi pasien”, “sikap

beneficience” dari dokter dan “justice” bagi masyarakat.6,7

Penjabaran dari ketiga unsur moral tadi bisa berbeda-beda. Jonsen dkk

mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, Etika Klinis harus terkait dengan

empat topik, yaitu 17:

1. Indikasi medis.

Kemampuan seorang dokter untuk melakukan penilaian klinis yang

mencakup diagnosis dan intervensi, sebagai hasil pendidikan dan pengalaman dari

sikap profesionalnya.

2. Preferensi atau pilihan pasien

Merupakan sikap pasien terhadap anjuran dokter. Bisa berupa persetujuan

atau penolakan.

3. Mutu hidup (Quality of Life = QOL)

Perlu ditentukan apakah QOL pasien setelah sakit dan mendapat

pengobatan akan menurun, menetap atau bertambah baik.

17

Page 18: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

4. Faktor-faktor kontekstual

Faktor-faktor eksternal yang ada kaitannya dengan pengobatan dan

perawatan pasien, seperti keluarga, sosial budaya, hukum dan lain-lain.

Menurut Jonsen, konflik etika dalam kasus klinik akan terjadi, bila ada

masalah dalam salah satu atau lebih dari ke-empat topik tersebut. Kalau kita kaji

ulang uraian di atas, butir 1, menggambarkan kualifikasi yang harus dipunyai oleh

seorang dokter dalam melakukan tugasnya, termasuk tugas untuk bersikap

beneficience. Ini berarti bahwa segala clinical decision making-nya harus

Evidence Based.17

Butir 2, 3 dan 4, menggambarkan pengakuan dan penghormatan terhadap

hak otonomi pasien untuk mengambil keputusan klinik sendiri, hak untuk

mendapat informasi/konseling dan pelayanan yang sebaik-baiknya, serta terhadap

adanya pengaruh lingkungan yang bisa menentukan keberhasilan suatu pelayanan

kesehatan.17

McCullough mengatakan bahwa dokter dalam melaksanankan tugasnya,

harus dilandasi dengan “Empat Kebaikan Dasar” atau ‘The Four Basic Virtues”,

yang terdiri dari: 1) Self Effacement, 2) Self Sacrifice, 3) Compassion dan 4)

Integrity. Sedangkan untuk pengertian Etika Klinis dia menggunakan istilah

“Bioethics in Clinical Setting”. Dalam membahas arti otonomi pasien, ada kesan

bahwa McCullough lebih banyak berpihak kepada pasien. Contohnya dalam kasus

abortus; berdasarkan haknya dalam masalah kesehatan reproduksi, tiap wanita

berhak untuk menentukan kapan dia mau hamil, berapa jumlah anak dan berapa

lama spacing-nya. Bila seorang ibu hamil, sedangkan kehamilan itu tidak

dikehendakinya, dia berhak untuk minta digugurkan, bahkan tanpa memandang

18

Page 19: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

umur kehamilan. Dokternya boleh saja tidak setuju dengan keinginan pasien, atas

dasar private conscience-nya, dan menolak melakukan pengguguran, tetapi dia

tidak boleh melupakan professional ethics-nya. Dalam hal ini, untuk menjaga

terjadinya ethical conflict, si dokter harus merujuknya ke sejawat atau instansi

yang mau atau mampu melakukan pengguguran secara aman (safe abortion).

Bahkan McCullough mengatakan bahwa: Private conscience based ethical

judgements has no place in the informed consent process.16

Kalau melihat contoh di atas, sepertinya ada pengertian untuk

memaksakan kehendak sendiri, tanpa memperhatikan atau menghormati

autonomy/integrity pihak lain, dalam hal ini, dokternya. Hal ini berlainan dengan

pendapat pakar Bioetika lainnya, yang berpendapat bahwa dalam membicarakan

otonomi pasien, harus mengandung pengertian “saling menghormati”.6,7

FIGO, sebagai induk organisasi dari para Sp.OG sedunia, telah membuat

rekomendasi yang berkaitan dengan Ethical Issues in Obstetrics and Gynecology,

untuk menjadi pedoman bagi para anggotanya, tetapi tidak mengikat. Pada

dasarnya tidak terlalu berbeda dengan yang diajukan oleh McCullough.18

Aplikasi Bioetika dalam kegiatan kebidanan, sebenarnya tidak hanya

dalam bentuk etika klinis saja, tetapi juga dalam bentuk lain, seperti Etika

Penelitian, Etika Rumah Sakit dan Bioetika dalam pendidikan kebidanan.

A. Etika Hubungan Dokter Pasien dalam Praktek Kebidanan

Praktek kedokteran mengombinasikan sains dan seni. Sains dan teknologi

adalah bukti dasar atas berbagai masalah klinis dalam masyarakat. Seni

kedokteran adalah penerapan gabungan antara ilmu kedokteran, intuisi, dan

19

Page 20: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

keputusan medis untuk menentukan diagnosis yang tepat dan perencanaan

perawatan untuk masing-masing pasien serta merawat pasien sesuai dengan apa

yang diperlukan olehnya.6,7

Pusat dari praktek kedokteran adalah hubungan relasi antara pasien dan

dokter yang dibangun ketika seseorang mencari dokter untuk mengatasi masalah

kesehatan yang dideritanya.6,7

Dalam praktek, seorang dokter harus6,7:

a) Membangun relasi dengan pasien

b) Mengumpulkan data (riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dengan hasil

laboratorium atau citra medis)

c) Menganalisa data

d) Membuat rencana perawatan (tes yang harus dijalani berikutnya, terapi,

rujukan)

e) Merawat pasien

f) Memantau dan menilai jalannya perawatan dan dapat mengubah perawatan

bila diperlukan.

Semua yang dilakukan dokter tercatat dalam sebuah rekam medis, yang

merupakan dokumen yang berkedudukan dalam hukum.

20

Page 21: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

B. Relasi Pasien-Dokter

Pada praktek kebidanan, hubungan relasi antara dokter dan pasien yang

timbul pada ruangan praktik relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari

praktek kedokteran. Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini.6,7

Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran,

mengambil sisi dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda, masalah, dan

nilai-nilai dari pasien; maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasi

tanda-tanda klinis, dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan

sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan atau

pengobatan.6,7

Pada dasarnya, tugas seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi

manusia. Oleh karena itu, seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan

normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi

kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis.6,7

Empat kata kunci dari diagnosis dalam dunia kedokteran adalah anatomi

(struktur: apa yang ada di sana), fisiologi atau faal (bagaimana struktur tersebut

bekerja), patologi (apa kelainan dari sisi anatomi dan faalnya), dan psikologi

(pikiran dan perilaku). Seorang dokter juga harus menyadari arti 'sehat' dari

pandangan pasien. Artinya, konteks sosial politik dari pasien (keluarga, pekerjaan,

tingkat stres, kepercayaan) harus turut dipertimbangkan dan terkadang dapat

menjadi petunjuk dalam kepentingan membangun diagnosis dan perawatan

berikutnya.6,7

21

Page 22: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Ketika bertemu dengan dokter, pasien akan memaparkan komplainnya

(tanda-tanda) kepada dokter, yang nantinya akan memberikan berbagai informasi

tentang tanda-tanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan memeriksa, mencatat

segala yang ditemukannya pada diri pasien dan memperkirakan berbagai

kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter akan menyusun perawatan

berikutnya atau tes laboratorium berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan.

Bila diagnosis telah disusun, maka dokter akan memberikan ("mengajarkan")

nasihat medis. Relasi pengajaran ini menempatkan dokter sebagai guru (Physician

dalam Bahasa Inggris; berasal dari bahasa Latin yang berarti guru).6,7

Relasi dokter dan pasien dapat dianalisa dari pandangan masalah etika.

Banyak nilai dan masalah etika yang dapat ditambahkan ke relasi ini. Tentunya,

masalah etika amat dipengaruhi oleh tingkat masyarakat, masa, budaya, dan

pemahan terhadap nilai moral. Sebagai contoh, dalam 30 tahun terakhir,

penegasan dan tuntutan terhadap hak otonomi pasien kian meningkat di dalam

dunia kedokteran Barat.6,7

Relasi dan proses praktek juga dapat dilihat dari sisi relasi kekuatan sosial

(seperti yang dikemukakan Michel Foucault atau transaksi ekonomi. Profesi

dokter memiliki status yang lebih tinggi pada abad lalu, dan mereka dipercaya

untuk melakukan tindakan dalam kesehatan masyarakat. Hal ini membawa suatu

kekuatan tersendiri dan membawa keuntungan serta kerugian bagi pasien.6,7

Pada 25 tahun terakhir ini, kebebasan dokter dipersempit. Terutama

dengan kehadiran perusahaan asuransi seiiring naiknya biaya perawatan

22

Page 23: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

kesehatan. Di berbagai negara (seperti Jepang) pihak asuransi juga mempunyai

pengaruh dalam penentuan keputusan medis.6,7

Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua pihak. Saling

menghormati, kepercayaan, pertukaran pendapat mengenai penyakit dan

kehidupan, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan diagnosis,

dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang dideritanya; semua ini

dilakukan agar relasi kian baik.6,7

Relasi kian kompleks di luar ruang praktek pribadi dokter, seperti pada

bangsal rumah sakit. Dalam rumah sakit, relasi tak hanya antara dokter dan

pasien, namun juga dengan pasien lainnya, perawat, pekerja dari lembaga sosial,

dan lainnya.6,7

IV. Memahami Hak Pasien Sebagai Konsumen Kesehatan sebagai dasar

Penerapan Bioetika

A. Ciri khas pelayanan kesehatan6,7

1. Consumer ignorance/ketidaktahuan konsumen

2. Supply induced demand/pengaruh penyedia jasa kesehatan terhadap

konsumen (konsumen tidak memiliki daya tawar dan daya pilih)

3. Produk pelayanan kesehatan bukan konsep homogen

4. Pembatasan terhadap kompetisi

5. Ketidakpastian tentang sakit

6. Sehat sebagai hak asasi

23

Page 24: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

B. Apakah profesi tenaga kesehatan merupakan pelaku usaha ?

Dalam black law dictionary dinyatakan bahwa business (kegiatan usaha

dalam berbagai bidang ekonomi) meliputi: employment, occupation, profession,

or commercial activity engaged in /or gain or livelihood (segala kegiatan untuk

mendapatkan keuntungan/mata pencaharian).6,7

Dengan demikian, berdasarkan black law dictionary, profession/profesi

tenaga kesehatan merupakan pelaku usaha.

C. Apakah sarana kesehatan merupakan pelaku usaha ?

Pasal 1 ayat 3 UU no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen:

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha. Baik

yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara RI, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan

usaha dalam berbagai bidang ekonomi.6,7

Penjelasan pasal 58 ayat (1) UU no. 23/1992 tentang kesehatan: Sarana

kesehatan tertentu (RS, Pabrik obat, PBF) yang diselenggarakan masyarakat harus

berbentuk badan hukum, kecuali praktek dokter, praktek dokter spesialis,

apotek.6,7

Penjelasan: sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah sudah

merupakan badan hukum publik.

24

Page 25: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

D. Bidang kesehatan berdasarkan WTO

Sektor kesehatan

1. Hospital services

2. Other human health

3. Services social

4. Services other

Sektor jasa bisnis

1. Professional services

a. Medical and dental services

b. Physiotherapist

c. Nurse and midwife

E. Sehat sebagai hak asasi berdasarkan konstitusi RI19

1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin. Bertempat tinggal, dan

mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan (pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 setelah amandemen)

2. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak (pasal 34 ayat (3) perubahan keempat UUD

1945)

F. Apakah pasien merupakan konsumen ?

Pengertian konsumen dalam UUPK adalah setiap orang pemakai barang

dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

25

Page 26: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan

(pasal 1 ayat 2 UUPK).

1. Produk yang berupa barang, misalnya: obat-obatan, suplemen makanan,

alat kesehatan

2. Produk yang berupa jasa, misalnya: jasa pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh dokter, dokter gigi, jasa asuransi kesehatan

UUPK: UU no.8/1999 tentang perlindungan konsumen

G. Hak konsumen kesehatan

UUPK no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen

1. Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

2. Memilih informasi yang benar, jelas, dan jujur

4. Didengar pendapat dan keluhannya

5. Mendapatkan advokasi, pendidikan & perlindungan konsumen

6. Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif

7. Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian

UU no. 23/1992 tentang kesehatan

1. Informasi

2. Memberikan persetujuan

3. Rahasia kedokteran

4. Pendapat kedua (second opinion)

H. Kewajiban Konsumen Kesehatan

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

26

Page 27: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

2. Beritikad baik membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati

3. Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

I. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan

1. Kewajiban

Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien (pasal 53 ayat (2)

UU no. 23/1992 tentang kesehatan).

2. Hak

Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan profesinya.

J. Kendala dalam penerapan hak konsumen kesehatan

1. UU no. 23/1992 tentang kesehatan belum berlaku efektif (dari 29

Peraturan Pemerintah (PP) yang seharusnya dibuat, hingga saat ini baru

ada 8 PP).

2. Standar profesi dan hak-hak pasien yang seharusnya diatur dengan PP

hanya diatur oleh peraturan yang lebih rendah, yaitu Keputusan Menteri

Kesehatan dan SuratEdaran Dirjen Pelayanan Medik

3. UU no. 8/1999 tentang perlindungan konsumen ditentang oleh sebagian

kalangan tenaga kesehatan

4. Tenaga kesehatan yang saling berlomba membuat UU yang cenderung

mementingkan profesinya, sedangkan PP standar profesi dan hak-hak

pasien belum ada.

27

Page 28: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

K. Contoh kasus pengaduan konsumen kesehatan di bidang obstetri

Berikut contoh kasus pengaduan dari konsumen kesehatan di bidang

obstetri, antara lain:

1. Kain kasa tertinggal pada operasi caesar

2. Paska pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum, bayi menderita

perdarahan otak.

V. Prinsip Moral Profesi Kedokteran sebagai Landasan Bioetika Kebidanan

Sifat hubungan antara dokter dengan pasien berkembang dari sifat

paternalistik hingga ke sifat kontraktual dan fiduciary. Pada masa sebelum tahun

1950-an paternalistik dianggap sebagai sifat hubungan yang paling tepat, di mana

dokter menentukan apa yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan prinsip

beneficience (semua yang terbaik untuk kepentingan pasien, dipandang dari

kedokteran). Prinsip ini telah mengabaikan hak pasien untuk turut menentukan

keputusan.6,7

Sampai kemudian pada tahun 1970-an dikembangkanlah sifat hubungan

kontraktual yang bersifat inspannings verbintennis antara dokter dengan pasien

yang menitik-beratkan hak otonomi pasien dalam menentukan apa-apa yang boleh

dilakukan terhadapnya. Kemudian sifat hubungan dokter pasien tersebut dikoreksi

lagi oleh para ahli etika atau filsuf menjadi hubungan fiduciary (atas dasar niat

baik dan kepercayaan), yaitu hubungan yang menitikberatkan nilai-nilai

keutamaan (virtue ethics). Sifat hubungan kontraktual dianggap meminimalkan

mutu hubungan karena hanya melihatnya dari sisi hukum dan peraturan saja, dan

disebut sebagai bottom line ethics.6,7

28

Page 29: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu6,7:

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,

terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination),

2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan ke kebaikan pasien;

3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non

nocere” atau “above all do no harm”,

4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan

dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).

A. Otonomi Pasien sebagai Salah Satu Hak Pasien

Otonomi pasien dianggap sebagai cerminan konsep self governance,

liberty rights, dan individual choices. Immanuel Kant mengatakan bahwa setiap

orang memiliki kapasitas untuk memutuskan nasibnya sendiri. sedangkan John

Stuart Mills berkata bahwa kontrol sosial atas seseorang individu hanya sah

apabila dilakukan karena “terpaksa” untuk melindungi hak orang lain.2

Salah satu hak pasien yang disahkan dalam Declaration of Lisbon dari

World Medical Association (WMA) adalah “the right to accept or to refuse

treatment after receiving adequate information” 2. Secara implisit amandemen

UUD 45 pasal 28G ayat (1) juga menyebutnya demikian “Setiap orang berhak

atas perlindungan diri pribadi. ...dst”3. Selanjutnya UU No 23/1992 tentang

Kesehatan juga memberikan pasien hak untuk memberikan persetujuan atas

tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hak ini kemudian diuraikan di

29

Page 30: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

dalam PerMenkes tentang Persetujuan Tindakan Medis. Suatu tindakan medis

terhadap seseorang pasien tanpa memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari

pasien tersebut dapat dianggap sebagai penyerangan atas hak orang lain atau

perbuatan melanggar hukum (tort).20

Prinsip otonomi pasien ini dianggap sebagai dasar dari doktrin informed

consent. Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan (otorisasi)

dari pasien tersebut, setelah ia menerima dan memahami informasi yang

diperlukan. Informed consent berarti a patient with substantial understanding and

in substantial absence of control by others, intentionally authorizes a professional

to do something.6,7

B. Informed Consent

Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang

efektif antara dokter dengan pasien dan bertemunya pemikiran tentang apa yang

akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat

dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih

ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.6,7

Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu6,7:

1. Threshold elements.

Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, karena

sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang

kompeten. Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan

(medis). Kompetensi manusia untuk membuat keputusan sebenarnya merupakan

suatu kontinuum, dari “sama sekali tidak memiliki kompetensi” hingga memiliki

30

Page 31: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

“kompetensi yang penuh”. Di antaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi

membuat keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan yang

reasonable).

Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) adalah apabila telah

dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental yang tidak berada di bawah

pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah

pernah menikah (UU Kesehatan, atau 18 tahun menurut UU Perlindungan Anak).

Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah apabila ia

mempunyai penyakit mental sedemikian rupa atau perkembangan mentalnya

terbelakang sedemikian rupa, sehingga kemampuan membuat keputusannya

terganggu.4

2. Information elements

Elemen ini terdiri dari dua bagian. yaitu disclosure (pengungkapan) dan

understanding (pemahaman).

Pengertian berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi

kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa

agar pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.

Dalam hal ini, seberapa “baik” informasi harus diberikan kepada pasien.

dapat dilihat dari 3 standar, yaitu 6,7:

1. Standar Praktek profesi

Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an

informasi ditentukan sebagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenaga

medis (costumary practices of a professional community - Faden and Beauchamp,

1986). Standar ini terlalu mengacu kepada nilai nilai yang ada didalam komunitas

31

Page 32: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

kedokteran, tanpa memperhatikan keingintahuan dan kemampuan pemahaman

individu yang diharapkan menerima informasi tersebut.

Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa kebiasaan tersebut di atas tidak

sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat. misalnya: risiko yang “tidak bermakna”

(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi

sosial/pasien

2. Standar Subyektif

Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien

secara pribadi. sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien

tersebut dalam membuat keputusan. Sebaliknya dari standar sebelumnya, standar

ini sangat sulit dilaksanakan atau hampir mustahil. Adalah mustahil bagi tenaga

medis untuk memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.

3. Standar pada reasonable person

Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya,

yaitu dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah memenuhi

kebutuhan pada umumnya orang awam.

Sub-elemen pemahaman (understanding) pasien dipengaruhi oleh berbagai

keadaan, diantaranya tingkat sakitnya, irrasionalitas dan imaturitas. Banyak ahli

yang mengatakan bahwa apabila elemen ini tidak dilakukan maka dokter dianggap

telah lalai melaksanakan tugasnya memberi informasi yang adekuat.

3. Consent elements

Elemen ini juga terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan,

kebebasan) dan authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak

adanya tipuan, misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari

32

Page 33: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

“tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah akan

“dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya. Banyak ahli masih berpendapat

bahwa melakukan persuasi yang “tidak berlebihan” masih dapat dibenarkan secara

moral.

Consent dapat diberikan dalam bentuk:

a. Dinyatakan (expressed).

- Dinyatakan secara lisan

- Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan apabila dibutuhkan

bukti di kemudian hari, umumnya pada tindakan yang invasif atau yang beresiko

mempengaruhi kesehatan pasien secara bermakna. PerMenkes tentang Persetujuan

Tindakan Medis menyatakan bahwa semua jenis tindakan operatif harus

memperoleh persetujuan tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied).

Pasien tidak menyatakannya, baik secara lisan maupun tertulis, namun

melakukan tingkah laku (gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun

consent jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang paling

banyak dilakukan dalam praktek sehari-hari. Misalnya, adalah seseorang yang

menggulung lengan bajunya dan mengulurkan lengannya ketika akan diambil

darahnya.

Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah

dinyatakan sebelumnya, tidak dapat dianggap sebagai persetujuan atas semua

tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak melebihi yang telah

disepakati hanya apabila gawat darurat dan keadaan tersebut membutuhkan waktu

yang singkat untuk mengatasinya. Proxy-consent adalah consent yang diberikan

33

Page 34: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

oleh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak

mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati

apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia mampu memberikannya

(baik buat pasien, bukan baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang

dapat memberikan proxy-consent adalah suami/isteri, anak, orang tua, saudara

kandung, dll.5

Proxy-consent hanya boleh dilakukan dengan pertimbangan yang matang

dan ketat. Satu kasus di Jakarta telah membuka mata orang Indonesia betapa

riskannya proxy-consent ini, yaitu ketika seorang laki-laki menuntut dokter yang

telah mengoperasinya “hanya” berdasarkan persetujuan anaknya, padahal ia tidak

pernah dalam keadaan tidak sadar atau tidak kompeten.

VI. Kesimpulan

Terdapat banyak aspek etik yang bersangkut paut pada aplikasi dalam

bidang kebidanan. Menurut hak otonominya, wanita memiliki peluang untuk

membuat pilihan sendiri mengenai kehidupan seksualnya, kontrasepsi, aborsi dan

aplikasi berbagai teknologi reproduksi. Setiap hal dalam praktek kebidanan

sejatinya bersinggungan dengan aplikasi bioetika yang berkaitan dengan

komunikasi dokter pasien dan akomodasi terhadap hak-hak otonomi pasien

sebagai konsumen di bidang kesehatan.

Praktek kebidanan memuat banyak hal yang memerlukan pentingnya etika

komunikasi dokter pasien, pemahaman akan hak-hak otonomi pasien, dan juga

hak-hak otonomi dokter. Bioetika dalam kebidanan berperan dalam proses

34

Page 35: 38804879 Bioetika Tahap 5 Paling Terbaru

penyelarasan berbagai kepentingan tersebut sehingga tercipta praktek kebidanan

yang baik dan elegan.

Setiap informasi medis tentang kondisi pasien, kemungkinan

perkembangan yang terjadi dan rencana tindakan yang akan diambil oleh dokter

harus dikomunikasikan dengan baik dan beretika sehingga tercapai pemahaman

yang baik dari pasien dan hak pasien untuk memperoleh informasi terpenuhi.

Demikian juga pasien harus menghargai niat baik dokter sebagai pihak yang

menawarkan solusi yang terbaik untuknya.

Setiap praktek kebidanan yang dilandaskan pada nilai-nilai moral

kedokteran sebagai aplikasi dari bioetika akan menghasilkan keselarasan antara

berbagai kepentingan dari pihak-pihak yang saling berinteraksi di dalamnya.

35