38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

58
LAPORAN FIELDTRIP SISTEMATIKA HEWAN II KEANEKARAGAMAN HEWAN VERTEBRATA DI CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN Disusun Oleh : Maulya Arfi Syahputra Nasti Susanti Restu Yuslida Wantoso PROGRAM STUDI BIOLOGI

Transcript of 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Page 1: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

LAPORAN FIELDTRIP SISTEMATIKA HEWAN II

KEANEKARAGAMAN HEWAN VERTEBRATA

DI CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN

Disusun Oleh :

Maulya Arfi Syahputra

Nasti Susanti

Restu Yuslida

Wantoso

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

Page 2: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai modal dasar pembangunan, Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan

anugerahNya kepada Bangsa Indonesia berupa kekayaan. Keanekaragaman flora dan

fauna beserta ekosistemnya tersebar diseluruh Nusantara. Indonesia juga dikenal sebagai

salah satu negara ”Megabiodiversity” di dunia. Dari limpahan kekayaan ittu Indonesia

memiliki 25% species ikan dunia, 17% species burung, 16% species reptilia dan amphibi,

12% mamalia dan 10% species tanaman berbunga. Banyak dari species tersebut

merupakan species endemik Indonesia yang terdiri atas 430 species burung, 200 species

mamalia dan sekitar 155 species pohon Dipterocarpaceae (Supriatna dan Hendras, 2000).

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap hewan

vertebrata diperlukan pengamatan sebanyak-banyaknya jenis-jenis hewan yang termasuk

dalam kelompok vertebrata. Terkadang praktikum di laboratorium sangat dibatasi oleh

ketersediaan preparat. Oleh sebab itu perlu dilakukan praktikum lapangan disuatu tempat

yang mengkoleksi berbagai jenis hewan vertebrata. Salah sartu tempat tersebut adalah

Cagar Alam.

Salah satu Cagar Alam yang ada adalah Cagar Alam Pananjung Pangandaran,

Ciamis Jawa Barat. Pada Cagar Alam Pananjung Pangandaran terdapat beragam jenis

hewan terutama hewan verytebrata. Dengan berbagai ragam floranya, kawasan  taman

wisata alam Pangandaran merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa

liar. Jenis satwa liar yang dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain yaitu Tando

(Cynocephalus variegatus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung

(Presbytis cristata), Kalong (Pteropus campyrus), Banteng (Bos sondaicus), Rusa

(Cervus timorensis), Kancil (Tragulus javanica), dan Landak (Hystrix javanica).

Sedangkan jenis-jenis burung yang dapat dijumpai antara lain burung Canghegar (Gallus

varius), Tlungtumpuk (Magalaema javensis), Cipeuw (Aegitina tiphia), Larwo

(Copsychus malaharicus) dan Jogjog (Pycnonotus plumosus). Jenis Amphibi yang dapat

ditemui diantaranya adalah Katak pohon (Rhacopnorus leucomistak), Katak buduk (Bufo

melanostictus), dan Bancet (Rana limnocharis). Sedangkan jenis Reptilia yang dapat

Page 3: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

ditemui diantaranya adalah Biawak (Dracopolon sp), Tokek (Gecko gecko) dan beberapa

jenis ular, antara lain Ular pucuk (Dryopsis prasinus). Dengan keanekaragaman dan

kekayaan hewan vertebrata yang dimiliki oleh Cagar Alam Pananjung Pangandaran,

maka tempat ini sangat tepat untuk dijadikan tempat untuk praktikum lapangan.

1.2. Tujuan

Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragan dan kekayaan

hewan vertebrata di Cagar Alam Pananjung Pangandaran.

Page 4: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Area Cagar Alam Pananjung Pangandaran

2.1.1.Sejarah Kawasan

Pada tahun 1922 Y. Eycken membeli tanah pertanian di Pananjung Pangandaran,

kemudian memindahkan penduduk yang tinggal di daerah yang sekarang menjadi taman

wisata alam dan pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan

beberapa ekor Rusa. Karena memiliki keanekaragaman satwa yang unik dan khas serta

perlu dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan

tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha. Selanjutnya daerah

tersebut dikelola sebagai daerah perburuan pada tahun 1931, dilakukan tindakan untuk

memperbaiki habitat bagi satwa berkuku yang dimasukkan. Karena memiliki

keanekaragaman satwa yang unik dan khas serta perlu dijaga habitat dan kelangsungan

hidupnya maka pada tahun 1934 status kawasan tersebut diubah menjadi Suaka

Margasatwa dengan luas 530 ha dengan keputusan Statblad 1934 nomor 663. Tetapi

ditemukannya jenis-jenis tumbuhan penting, termasuk Raflesia Fatma yang langka pada

tahun 1961, statusnya diubah menjadi cagar alam, dengan surat keputusan Menteri

Pertanian no.34/KMP/tahun 1961. Akhirnya pada tahun 1978, karena adanya potensi

yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam, maka sebagian wilayah cagar

alam yang berbatasan dengan areal pemukiman statusnya diubah menjadi Taman Wisata

Alam dengan luas wilayah 37,70 ha. Dan pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan

perairan disekitar cagar alam laut dengan luas 470 ha sehingga luas kawasan perairan

disekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1500 ha. Perkembangan selanjutnya

berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.104/kpts-II/1993 pengusahaan Taman Wisata

Alam Pangandaran diserahkan kepada Perum Perhutani dan diserahkan fisik

pengelolaannya pada 1 November 1999.

Page 5: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

2.1.2. Keadaan Fisik

a. Luas dan Letak

Taman Wisata Alam Pangandaran ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian

Nomor 170/Kpts/Um/3/1978 tanggal 10 Maret 1978 dengan luas 37,7 ha. Secara

geografis terletak pada 109oBT dan 7oLS, sedangkan berdasarkan administrasi

pemerintahan termasuk wilayah Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten

Ciamis, Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan cagar alam laut Pangandaran

b. Sebelah timur berbatasan dengan cagar alam laut Pangandaran

c. Sebelah utara berbatasan dengan desa Pangandaran

d. Sebelah selatan berbatasan dengan cagar alam Pangandaran

Secara wilayah pengelolaan hutan Taman Wisata Alam Pangandaran termasuk

pada BKPH Pangandaran KPH Ciamis dan BKSDA Jabar II Ciamis.

Gambar 1. Peta Kawasan Pangandaran

b. Topografi

Keadaan tofografi Taman Wisata Alam Pangandaran sebagian besar landai

dengan beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang terjal. Elevasi antara 0-20m

dpl dan didaerah landai antara 2-3m dpl.

Sumber : http://www.mail-archive.com

Page 6: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

c. Iklim

Berdasarkan Schmidt dan ferrguson, Taman Wisata Alam Pangandaran dan

sekitarnya termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3,196 mm/tahun, suhu

udara rata-rata 25oC-30oC dengan kelembaban 80-90%. Curah hujan terbanyak antara

Oktober-Maret dan bulan kering pada bulan Juli-September.

2.1.3. Potensi Biotik Kawasan

a. Flora

Flora yang terdapat di Taman Wisata Alam Pangandaran terdiri atas 80% vegetasi

hutan sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. Pohon-pohon yang dominan antara

lain Laban (Vitex pubescens). Ki segel (Dillenia excelsa) dan marong (Cratoxylon

formosum). Selain itu banyak juga terdapat jenis-jenis pohoon seperti Reungas

(Buchanania arborencens), Kondang (Ficus variegata), Teureup (Artocarpus elsatica)

dan lain-lain. Dari formasi Barringtonia, seperti Butun (Barringtonia aseatica), Ketapang

(Terminalia catappa), Nyamplung (Callophyllum inophyllum) dan Waru Laut (Hibiscus

tiliaceus). Di daratan rendahnya terdapat hutan tanaman yang merupakan tanaman

exotica, yaitu yang terdiri dari tanaman Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia

mahagoni) dan Komis (Acacia auriculirformis). Pohon-pohon di hutan sekunder tua di

dalam kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran memiliki ketinggian rata-rata antara 25

– 35 m, dengan jenis-jenis yang dominan diantaranya Laban (Vitex pubescens). Ki segel

(Dillenia excelsa) dan marong (Cratoxylon formosum), juga terdapat beberapa jenis

pohon peninggalan hutan primer seperti Pohpohan (Buchania arborescens), Kondang

(Ficus variegata), dan Benda (Disoxyllum caulostachyllum). Pohon-pohon tersebut

umumnya ditandai oleh tumbuhnya jenis tumbuhan liana dan epifit. Hutan pantai hanya

terdapat di bagian timur dan barat kawasan. Ditumbuhi pohon formasi Barringtonia,

seperti Butun (Barringtonia aseatica), Ketapang (Terminalia catappa), Nyamplung

(Callophyllum inophyllum) dan Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).

b. Fauna

Dengan berbagai ragam floranya, kawasan  taman wisata alam Pangandaran

merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar. Jenis satwa liar yang

Page 7: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain yaitu Tando (Cynocephalus variegatus),

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung (Presbytis cristata), Kalong

(Pteropus campyrus), Banteng (Bos sondaicus), Rusa (Cervus timorensis), Kancil

(Tragulus javanica), dan Landak (Hystrix javanica). Sedangkan jenis-jenis burung yang

dapat dijumpai antara lain burung Canghegar (Gallus varius), Tlungtumpuk (Magalaema

javensis), Cipeuw (Aegitina tiphia), Larwo (Copsychus malaharicus) dan Jogjog

(Pycnonotus plumosus). Jenis Amphibi yang dapat ditemui diantaranya adalah Katak

pohon (Rhacopnorus leucomistak), Katak buduk (Bufo melanostictus), dan Bancet (Rana

limnocharis). Sedangkan jenis Reptilia yang dapat ditemui diantaranya adalah Biawak

(Dracopolon sp), Tokek (Gecko gecko) dan beberapa jenis ular, antara lain Ular pucuk

(Dryopsis prasinus).

Gambar 2. Peta Persebaran Flora dan Fauna

Cagar Alam Pananjung Pangandaran

2.2. Vertebrata

2.2.1. Pengertian Vertebrata

Vertebrata adalah subfilum dari Chordata dengan ciri umum memiliki tulang

belakang(vertebrae). Multiselular yang embrionya memiliki tiga lapisan jaringan

(lembaga) yaitu disebelah luar disebut ektoderm, ditengah mesoderm, dan didalam

Sumber : http://www.ngarumatpangandaran.org

Page 8: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

membatasi rongga usus dinamakan entoderm.Badan bersifat bilateral simetri, terdapat

rongga tubuh atau solom, yang dibatasi oleh mesoderm.Saluran pencernaan

sempurna.Otak pada vertebrata sudah terbagi-bagi menjadi beberapa gelembung(lobus),

yang menyelenggrakan kontrol dan koordinasi terhadap gerak batas syaraf tubuh.

Memiliki struktur ranggka tengkorak yang melindungi dan menunjang otak.

2.2.2. Asal-Usul Vertebrata

Menurut Djuhanda.( 1983) Dalam pembahasan struktur yang disajikan sebagian

para ahli ada yang menerima vertebrata berkerabat lebih dekat dengan

Cephalochordata(contonhnya ampioxus) dari pada Urochordata(Hewan yang memiliki

ekor dan chordata) namun sebagian ahli lain ada yang berpendapat vertebrata lebih dekat

dengan Echinodermata(contohnya karang).

2.2.3. Klasifikasi vertebrata

Menurut Djuhanda.( 1983) vertebrata di klasifikasikan menjadi :

A. Kelas Agnata : Vertebrata yang tidak berahang

Subkelas Ostacodermi.

Subkelas Cyclostomata

B. Kelas Placodermi : termasuk Arthrodira, Antiarchi, Acantodi

C. Kelas Chondrichthyes : ikan berangka rawan.

Subkelas Elasmobrancii:

Subkelas Holocephali

D. Kelas Osteichthyes : ikan-ikan berangka tulang

Subkelas Acanthodii

Subkelas : Actinopterigii

Infra kelas Chonrostei:

Infra kelas Holostei

Subkelas Sarcoteryygii

Infra kelas Dipnoi

Infra kelas Crossopterygii

E.kelas Amphibia

Subkelas Labyrinththodontia

Subkelas Lissamphibia

Page 9: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

F Kelas Reptilia

Subkelas napsida

Subkelas Archosauria

Subkelas Euruapsida

G.Kelas Aves

Subkelas Archaeornithes

Subkelas Neornites

H. Kelas Mamalia

Subkelas Prototheria

Subkelas Theria

Infrakelas matatheria

Infrakelas Eutheria

Kimball, 1983 mengklasifikasikan vertebrata menjadi:

1. Kelas Ikan tak berahang ( Agnata)

2. Kelas Plakodermi

3. Kelas Chonrichthyes

4. Kelas Osteichhthyes

5. Kelas Amfibia

6. Kelas Reptilia

7. Kelas Burung

8. Kelas Mamalia

2.3. Pisces

2.3.1. Kelas Agnatha (ikan tak berahang)

Menurut Kimball, (1983) Merupakan Salah satu vertebrata pertama yang

ditemukan dalam bentuk fosil. Agnatha bentuk pipih, relatif kecil, diperkirakan hidup

dengan menghisap zat-zat organik dari dasar sungai tempat mereka hidup. Pertkaran gas

terjadi pada pasangan-pasangan insang interna, dengan tiap insang ditunjang oleh suatu

lengkungan tulang. Air masuk melalui mulut, melalui insang dan keluar melalui

serangkaian kantung insang yang bermuara di permukan, tidak terdapat sirip: ikan

tersebut berenang dengan gerakan undulasi.(kimball, 1983)

Djuhanda, 1983 memabagi kelas Agnatha menjadi beberapa subkelas:

Page 10: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

a. Subkelas Ostracodermi

Tubuhnya kecil, hidup didalam aliran air dibeberapa benua. Tidak berahang dan

tubuh ditutupi sisik yang kuat atau pelat-pelat tulang(ostracodermi = cangkang kulit).

Ostracodermi dibagi menjadi menjadi beberapa ordo:

- Ordo Cephalasidomorpha, merupakan vertebrata yangtidak berahang yang kepalanya

gepeng dan mempunyai mata dorsal.

- Ordo Anaspida, adalah vertebrata tanpa rahang, bentuk badannya ramping, dan hanya

ostracodermi inilah yang mempunyai pelat sisik dan perisai kepala yang kecil-

kecil(Anaspida = Tanpa perisai)

- Ordo Pteraspidomorpha, mempunyai perisai-perisai besar dari tulang yang melindungi

kepala dan bagian anterior tubuhnya. Moncongnya selalu menonjol kedepan dari mulut,

dan sering sekali mempunyai duri-duri ganjil pada perisainya atau sepanjang

punggungnya ( pterospid = sayap + perisai)

b. Subkelas Cyclostomata

Bersifat semiparasit terhadap ikan-ikan berangka tulang. Mulut dan Lidahnya

disesuaikan untuk melekat pada tubuh dan memarut daging mangsanya (Cyclostome =

Bulat + Mulut). Contoh subkelas ini adalah Hagfish dan Lamprey

2.3.2. Kelas Placodermi (Ikan Pelat kulit)

Memiliki rahang dan sirip yang berpasangan, sirip yang pertama membantu dalam

memangsa hewan yang lebih kecil secara aktif ; sedangkan yang kedua membantu

lokomosi dengan menstabilkan ikan tersebut didalam air.(Kimball, 1983)

Djuhanda, 1983 membagi placodermi menjadi bebrapa ordo:

Ordo Antiarchi, anggota pektoralnya sangat khusus ( antiarch = berlawanan + tangan)

Ordo Atrhrodira, mempunyai rahang yang kuat dengan pinggirannya bergerigi,

mempuyai perisai kepala dan dada yang dirangkai bersama engsel (arthrodira = sendi +

leher)

2.3.3. Kelas Chondrichthyes (Ikan bertulang rawan)

Tidak memiliki rangka tulang sama sekali baik didalam maupun sisiknya

(Chondrichthyes = rawan + ikan).Ikan bertulang rawan dapat dibedakan dari ikan-ikan

lainnya, karena kotak otaknya pepat, struktur siripnya, pola percabangan dari pembuluh

darah berhubungan dengan insan, dan sisik yang seperti duri-duri kecil.(djuhanda, 1983)

Page 11: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Djuhanda, 1983 membagi Chondrichthyes kedalam beberapa subkelas:

a. Subkelas Elasmobranchii

Mempunyai lubag insang luar berbentuk celah(Elasmobranchii = Pelat + insang),

terbagi menjadi beberapa ordo :

- Ordo Pleuracanthodii, ikan air tawar, panjang tubuhnya hampir satu meter yang menjadi

punah sekitar zaman perkembangan mamalia.

- Ordo Cladoselachii, banyak terdapat pada zaman carbon, Ikan laut ini hampr

menyerupai hiu yang besar kecuali mulut letaknya hampir terminal.

- Ordo Selachii, Terdiri dari hiu dan pari, mempunyai serangkaian celah-celah insang dan

sisik kecil-kecil yang kasap.

b. Subkelas Holocephali

Hanya terdapat sedikit sisk atau tidak sama sekali. Notokor tetap ada, spirakulum

tidak ada.Hewan jantan mempunyai alat pemeluk tunggal berbentuk gada pada ujung

kepala.

2.3.3. Kelas Osteichthyes ( ikan bertulang keras)

Kebanyak ikan dari kelas ini mempunyai tengkorak, vertebrae, gelsng snggots,

penyokong sirip, dan sisik kesemuanya dari tulang.(Djuhanda, 1983)

Djuhanda, 1983 membagi kelas ini menjadi beberapa subkelas:

a. Subkelas Achantodii(acanthodii = duri + bentuk)

Mempunyai bentuk tubuh ramping, mata lateral yang besar, dan mulut yang lebar dengan

ditumbuhi banyak gigi. Kepala dibangun oleh tulang dan sisik-sisiknya yang kecil yang

tebal dan keras.Sirip-sirip yang banyak dari acanthodii adalah tersendiri dan masing-

masing mempunyai selaput tipis yang disokong pada pinggirannya yang besar oleh duri-

duri yang panjang dan kuat.

b. Subkelas Actinopterygii

Ikan-ikan berjari-jari sirip. Selaput sirip berpasangan disokong oleh jari-jari tulang yang

memancar dari pangkal sirip.memiliki tiga infrakelas, yaitu Chondrstei, Holostei, dan

teleostei, namun ada pendapat lain yang menjadikannya ordo.Chondrostei, berkembang

biak di zaman trias. Mereka sekaranmg diwakili oleh sturgeon dan paddlefish. Holostei

jumlahnya lebih banyak di zaman jura dan Cretaseus.

c. Subkelas Sarcopteyigii

Page 12: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Sirip ikan-ikan ini mempuyai tonjolan-tonjolan lunak sperti daging

Terdiri dari beberapa infrakelas:

- Infrakelas Dipnoi, ikan berparu, kebanyakan ikan air tawar yang besarnya sedang dan

bentuknys norlmal atau sedang. Mempunyai lubang hidung yang aneh (lubang yang

menghubungkan rongga hidung dengan rongga mulut), paru-paru yang fungsional, dan

sistem sirkulasi yang maju.

- Infrakelas Crossopterygii, banyak nenek moyang crossopterygii mempuyai khoane

(lubang hidung dalam), dan dianggap menyerupai Dipnoi dalam hal mempunyai paru-

paru yang fungsional dan sistem peredaran darah yang sudah maju.

2.4. Kelas Amphibia

Amphibia merupkan perintis daratan. Paru-Paru dan tulang anggota tubuh, yang

mereka warisi dari moyang crossopterygii, memberikan sarana untuk lokomasi dan

bernafas diudara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung

oksigen langsung kembali kedalam untuk dipompa keseluruh badan dengan tekanan yang

penuh.

Amphibia memiliki spirakel yang tertututp dengan membran berfungsi sebagai

gendang telinga dan tulang rahang berfungsi meneruskan getaran dari membran ini ke

telinga dalam, fungsi-fungsi tersebut memberikan kemampuan untuk mendeteksi

suara.Hanya separuh hidup dari Amphibia dihabiskan didarat sedangkan sisa lainyya

dihabiskan untuk berkembangbiak diair. Djuhanda, 1983 mengklaifikasikan Amphibia

menjadi beberapa subkelas:

a. Subkelas labyrinthodontia

Sudah punah sejak 175 tahun yang lalu, mencakup sebagian besar Amphibia yang

pernah hidup.Beberapa Labirinthodontia betul-betul hewan air, sedangkan yang lainnya

memperlihatkan sifat-sifat hewan darat seperti dengan kaki-kainya yang kuat, tubuh yang

tegap, dan kulit yang kering.

b. Subkelas Lissamphibia

Meliputi semua amphibia yang ada sekarang. Panjang tubuhnya kurang lebih 30

cm. Kulit nya yang lembab mengandung banyak kelenjar mukus dan hanya sedikit yang

menyokongnya(liss = licin). Lapisan luar yang menanduk dari kulit mengelupas secara

Page 13: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

berkala, bagian kerangka terutama kaki pada umumnya dibangun oleh tulang rawan.

Terdapat tiga ordo, yaitu anura (tanpa ekor) termasuk katak, Urodella (Punya ekor)

termasuk salamander, dan Apoda (tanpa kaki).

2.5. Kelas reptilia

Reptilia adalah sebuah kelompok dari hewan vertebrata. Reptilia adalah tetrapoda,

dan juga amniota (hewan yang embrionya dikelilingi oleh membran amniotik). Tubuh

ditutupi oleh sisk tanduk, kecuali ular, kebanyakan reptilia mempunyai cakar. Columna

vertebralis dapat dibedakan, dalam daerahdaerah dan melekat pada gelang pinggul lebih

kuat dari amphibia.Kelas ini dikelompokkan dalam 17 sampai 23 ordo, dan disusun

bersama dalam 5 atau 6 subkelas, sekarang hanya tersisa 4 ordo yang masih hidup:

- Ordo Crocodylia (buaya dan alligator): 23 spesies

- Ordo Rhynchocephalia (tuatara dari Selandia Baru): 2 spesies

- Ordo Squamata (kadal, ular dan amphisbaenia {"worm-lizards"}): sekitar 7.600 spesies

- Ordo Testudinata (kura-kura dan penyu): sekitar 300 spesies

Reptilia bisa ditemui di semua benua kecuali Antarktika, walaupun distribusi

reptilia yang utama hanya di daerah tropis dan sub-tropis. Kecuali beberapa anggota ordo

Testudines, semua reptilia memiliki cangkang.

2.6. Kelas Aves

2.6.1. Pengertian Aves

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang

memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai

Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil

mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar

8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya

ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam

kelas aves

2.6.2. Evolusi dan morfologi Aves

Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama

kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk

Page 14: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

kelompok hewan yang disebut Archosauria.Diperkirakan burung berkembang dari sejenis

reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus

di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar

depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya

membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.

Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk

terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya,

terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-

bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara

tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin

ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang

tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-

otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat

tanduk.

Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai

terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis

burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi

pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa,

padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub.

Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.

Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya.

Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap

atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk

menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih

untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang

untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa,

cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk

berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.

2.6.3. Kebiasaan Aves

Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya

cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo

Page 15: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah

pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-

burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau

panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.

Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan

mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan

rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk,

sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung

yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar

alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.

Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus

dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung

gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan

perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas,

bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.

Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual

ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung

jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya

melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan

memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si

betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga

sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau

ditinggalkannya

2.6.4. Hubung Aves dengan manusia

Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Beberapa

jenis burung, seperti ayam, kalkun, angsa dan bebek telah didomestikasi sejak lama dan

merupakan sumber protein yang penting; daging maupun telurnya.

Di samping itu, orang juga memelihara burung untuk kesenangan dan

perlombaan. Contohnya adalah burung-burung merpati, perkutut, murai batu dan lain-

lain. Burung-burung elang kerap dipelihara pula untuk gengsi, gagah-gagahan, dan untuk

Page 16: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

olahraga berburu. Banyak jenis burung telah semakin langka di alam, karena diburu

manusia untuk kepentingan perdagangan tersebut.

Selain itu populasi burung juga terus menyusut karena rusaknya habitat burung

akibat kegiatan manusia. Oleh sebab itu beberapa banyak jenis burung kini telah

dilindungi, baik oleh peraturan internasional maupun oleh peraturan Indonesia. Beberapa

suaka alam dan taman nasional juga dibangun untuk melindungi burung-burung tersebut

di Indonesia.

Yang menyenangkan, beberapa tahun belakangan ini telah tumbuh kegiatan

pengamatan burung (birdwatching) di kalangan pemuda dan pelajar. Kegiatan yang

menumbuhkan kekaguman dan kecintaan pada jenis-jenis burung yang terbang bebas di

alam ini, sekaligus merintis kecakapan meneliti alam — terutama kehidupan burung — di

kalangan generasi muda tersebut

2.7. Kelas Mamalia

2.7.1. Pengertian Mamalia

Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama

dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber

makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak

mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri

lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun

hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai.

Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek

moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung

atau marsupial)

2.7.2. Karakteristik Mamalia

Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia

yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak

spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan

bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik

yang juga dimiliki oleh burung.

Page 17: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu.

Artinya, monotremata memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Perlu

diketahui bahwa taksonomi yang sering digunakan belakangan ini sering menekankan

pada kesamaan nenek moyang; diagnosa karakteristik sangat berguna dalam identifikasi

asal usul suatu makhluk, tapi misal ada salah satu anggota Cetacea ternyata tidak

memiliki karakteristik mamalia (misal, berambut) ia akan tetap dianggap sebagai

mamalia karena nenek moyangnya sama dengan mamalia lainnya.

Mamalia memiiki 3 tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang

(dentari) di setiap sisi rahang bawah. Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya

memiliki 1 tulang pendengaran (yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3

tulang lain di setiap sisi rahang.

Mamalia memliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah

epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis. Epidermis

biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air. Sel-sel terluar

dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian paling dalam sering

membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar). Bagian tengah, dermis,

memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis. Dermis terdiri dari berbagai

komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar. Hipodermis tersusun atas jaringan

adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak, penahan benturan, dan insulasi.

Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies.

2.7.3. Klasifikasi Mamalia

a. Subkelas Prototheria

Mamalia yamg masih hidup yang paling primitif adalah prototheria (pertama +

hewan). Ordonya tunggal, yaitu monotremata, meliputi sedikit hewan-hewan dari

berbagai habitat, yaitu platipus yang hidup di air, dan echidna Pemakan insekta.

b. Subkelas Theria

Vivipar (melahirkan anak). Dua infra kelas yang masih hidup sekarang, yaitu :

Metatheria terdirir dari Ordo tunggal yang disebut Marsupialia (yaitu oppossum,

bandikot, falanger, wombat, dan kangguru) mereka melahirkan bayi yang lemah dan

dipelihara didalam kantong(marsupium = kantong) dari induknya sampai mereka dapat

berkeliling.

Page 18: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Infrakelas lainnya yang tetap hidup yaitu Eutheria ( Benar + hewan), meliputi

Mamalia yang berplasenta

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi praktikum lapangan ini dilakukan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran

Ciamis Jawa Barat tepatnya tersebar di beberapa lokasi yaitu Rengganis, Ciborok,

Padang Rumput Cikamal, Pasir Putih dan Goa Parad pada tanggal 8-10 Mei 2009. Untuk

analisis lebih lanjut dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarief

Hidayatullah Jakarta.

Sumber : www.ngarumatpangandaran.com

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, misnet, kamera

digital, buku panduan identifikasi hewan vertebrata, jangka sorong, timbangan analitik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin.

Page 19: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

3.3. Cara Kerja

3.3.1 Pengamatan Pisces

Pengamatan pisces dilakukan di Pasar Ikan Pananjung Pangandaran. Pengamatan

dilakukan dengan mengamati secara langsung ikan yang terdapat pada penjual. Setiap

ikan yang ditemukan diambil fotonya kemudian ditanyakan kepada penjual nama daerah

ikan tersebut. Untuk klasifikasi lebih lanjut dilakukan di Laboratorium Terpadu. UIN

Syarief Hidayatullah Jakarta.

3.3.2. Pengamatan Burung

Pengamatan burung dilakukan pada pagi (07.00-08.00) dan sore (17.00-18.00) di

empat lokasi yang berbeda yaitu Pesisir Pantai Rengganis, Pesisir Pantai Goa Parad,

Padang Rumput dan Hutan Wisata Ciborok. Data burung didapatkan dengan cara

pengamatan menggunakan metode point count dengan jari-jari plot pengamatan 50 m.

Setiap burung yang ditemukan diidentifikasi langsung dengan melihat ciri spesifik dan

dicocokkan dengan buku identifikasi burung.

3.3.3. Pengamatan Reptil

Pengamatan dilakukan dengan pengamatan langsung pada daerah-daerah yang

dilalui pada waktu pengamatan ekologi. Setiap reptil yang ditemukan dicatat dan

diidentifikasi secara langsung.

3.3.4. Pengamatan Amphibi

Pengamatan dilakukan pada malam hari dengan menelusuri daerah sungai kecil.

Setiap amphibi yang ditemukan dicatat dan diidentifikasi secara langsung.

3.3.5. Pengamatan Mamalia

Pengamatan mamalia dilakukan dengan dua cara, hal ini dilakukan karena objek

yang akan diamati berbeda. Pada mamalia besar pengamatan dilakukan secara langsung

pada lokasi dimana mamalia tersebut ditemukan. Setiap mamalia yang ditemukan dicacat

kemudian dilihat ciri spesifik kemudian diidentifikasi. Sedangkan untuk mamalia terbang

pengamatan dilakukan dengan pembuatan perangkap berupa pemasangan misnet yang

dipasang pada pohon yang dilakukan pada malam hari kemudian perangkap dibiarkan

Page 20: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

selama beberapa waktu, kemudian mamalia yang ditemukan dilakukan beberapa

parameter pengukuran untuk mengetahui jenis spesies yang ditemukan, setelah itu

dilakukan identifikas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama dua hari di Cagar Alam

Pananjung Pangandaran, hewan-hewsn vertebrata yang ditemukan adalah sebagai

berikut:

No KelasHewan Vertebrata yang Ditemukan

Nama Daerah Nama Latin

1 Pisces Bawal Putih Pampus argenteus

Kerapu Epinephelus. sp

Kakap Merah Lutjanus. sp

Kakap Putih Lates calcaliver

Tongkol Euthynnus affinis

Kakap Belang-Belang Epiephelus fuscoguttatus

2 Amphibi Tidak Ditemukan Spesies Apapun

3 Reptilia Kadal

Biawak

4 Aves Cici Padi Cisticola juncidis

Perenjak Jawa Prinia familiaris

Elang Laut Haliaeetus leucogaster

Walet Linci Collocalia linchi

5 Mamalia Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis

Lutung Trachypithecus sp

Rusa Muntiacus sp

Tupai

Landak Tachyglossus aculeatus

Page 21: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Kelelawar

Kucing Felis sp

4.2. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran

hewan-hewan vertebrata yang ditemukan ada 4 kelas yaitu Pisces, Reptil, Aves dan

Mamalia sedangkan untuk kelas Amphibi tudak ditemukan jenis apapun selama

pengamatan dilakukan.

4.2.1. Pisces

Kelas pisces yang ditemukan terdiri dari 7 jenis, yaitu :

4.2.1.1. Ikan Kakap Merah (Lutjanus. sp)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan kakap merah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animilia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Famili : Lutjanidae

Genus : Lutjanus

Species : Lutjanus sp

Page 22: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

B. Deskripsi

 Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang  dengan mempunyai sirip di bagian

punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di bagian dekat anal juga terdapat sirip

analnya.  Sebagai ikan penguasa karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk

mengkoyak mangsanya. Karakternya dalam menyergap mangsanya, ikan kakap biasanya

bersembunyi di balik karang atau rumpon dan mengambil lokasi tepat di muka arus.

Ketika ada makanan apa saja yang hanyut langsung disergapnya untuk mengisi perutnya.

Ikan-ikan yang paling besar di kawasanya selalu berada paling depan untuk memburu

makanan, sedangkan yang ukuran sedang memilih ‘sisa-sisa’ setelah yang besar puas

makan. Makanannya berupa Ikan kembung, como, tembang, cumi dan sebagainya. Cara

makannya pun tergolong unik. Ikan ini tidak menyergap namun menghisap dengan mulut

lebarnya.

4.2.1.2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan kakap putih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Page 23: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Famili : Centroponidae

Genus : Lates

Species : Lates calcarifer

B Deskripsi

Tubuh ikan memanjang dan gepeng. Warna tubuhnya kehitaman pada bagian

punggung, sedangkan di bagian perutnya berwarna putih. Pangkal sirip ekornya melebar.

Sirip punggung berjari-jari keras 3 dan lemah 7 ~ 8. Sedangkan bentuk sirip ekor bulat.

Pada waktu masih burayak (umur 1-3 bulan) warnanya gelap dan setelah menjadi

gelondongan (umur 3-5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna

coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip

berwarna abu-abu gelap. Mata berwarna merah cemerlang. Mulut lebar, sedikit serong

dengan geligi halus. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi

4.2.1.3. Kakap Belang-Belang (Epinephelus fuscoguttatus)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan kakap belang-belang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Perciformes

Page 24: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Famili : Serannidae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus fuscoguttatus

B. Deskripsi

Badan lonjong dan pipih lengkung kepala bagian atas agak cekung diatas mata.

Kepala agak besar ,panjang kepal lebih besar daripada tinggi badan .mulut besar dengan

bibir tebal . Rahang dengan gigi seperti taring ,ujung belakang maksila mencapai bagian

bawah belakang mata,sirip dada relatif pendek. Sirip ekor bundar .warna bervariasi dar

coklat kehitaman sampai coklat keabu-abuan dengan bintik-bintik coklat tua

kepala,badan sirip punggung dan batang ekor bagian atas dengan bercak-bercak lebih

gelap dan saling tumpah dinding dengan bercak-beercak kecil.panjang tubuh bisa

mencapai panjang 90 cm.

4.2.1.4. Bawal Putih (Pampus argenteus)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan bawal putih adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Bramidae

Page 25: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Genus : Pampus

Spesies : P. argenteus

B. Deskripsi

Bawal putih berbentuk seperti rombus dan sedikit cembung. Bawal putih dewasa

kelihatan lebih lebar dan cembung. Mata terletak di baagian kepala yang kelihatan seakan

bersambung terus dengan badan. Meskipun badan bawal cermin kelihatan lebar tetapi

mulut dan matanya agak kecil dan berhimpun di sudut hujung bahagian kepala. Rahang

atas dan bawah juga tidak boleh membuka dengan luas. Bawal putih disebut juga bawal

cermin karena dari pantulan cahaya dari badannya yang berkilat dan berwarna perak.

Garisan deria di badannya bermula dari insang hingga mencecah zon ekor. Manakala

sirip pektoral lebih panjang berbanding sirip dorsal dan ekor melengkung bentuk V.

Warna - Badan bawal putih diliputi sisik halus berwarna putih beralun perak dan

bahagian sirip memancarkan warna kelabu. Sesetengah bahagian badannya diliputi bintik

hitam halus.

4.2.1.5. Kerapu (Epinephelus. sp)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan kerapu adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Page 26: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Kelas   : Pisces

Sub Kelas  : Teleostei

Ordo  : Percomorphi

Sub ordo  :  Percoidea

Divisi  : Perciformis

Famili   : Serranidea

Sub Famili  : Epinephelinea

Genus   : Epinephelus

Spesies   : Epinephelus sp.

B. Deskripsi

Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat

atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih

tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar

tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi

dengan gigi yang lancip dan kuat.Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang

sedikit menonjol  melebihi bibir atas.Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal

dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang

berjari-jari lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil

yang bersisik stenoid.

4.2.1.6. Tongkol (Euthynnus affinis)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi ikan tongkol adalah sebagai berikut :

Page 27: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Perchomorphi

Sub Ordo : Scombrina

Famili : Scombridae

Genus : Euthynnus

Spesies : Euthynnus affinis

C. Deskripsi

Badan memanjang dengan penampang melintang agak bundar. Bentuk kepala

bagian atas sampai awal sirip punggung agak cembung,sirip dada pendek ,ujung sirip

tidak melewati area yang kurang bersisik.kepala dan badan atasa biru tua

kehitaman ,bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik diatas garis

rusuk dan garis-garis bergelombang menyilang kehitaman.sirip punggung dan dubur

keputihan.Sirip ekor ( caudal fin),sirip dada (pectoral fin) dan sirip punggung (dorsal fin)

berwarna kehitaman, ekor bercagak dua dengan kedua ujungnya yang panjang, dan

pangkalnya bulat kecil. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya

mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk ke dalam

lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekkan dari air pada waktu ikan

tersebut sedang berenang cepat ,panjang tubuh dapat mencapai 100 cm. dan dapat

mencapai berat 13,6 kg.

4.2.2. Reptil

Kelas reptil yang ditemukan terdiri dari 2 jenis, yaitu :

4.2.2.1. Biawak ( )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi biawak adalah sebagai berikut :

Page 28: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

B. Deskripsi

4.2.2.2. Kadal ( )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi kadal adalah sebagai berikut :

B. Deskripsi

4.2.3. Aves

Kelas aves yang ditemukan terdiri dari 4 jenis, yaitu :

4.2.3.1. Walet Linci (Collocalia linchi)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi burung walet linci adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Ordo : Apodiformes

Famili : Apodidae

Page 29: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Sub Famili : Apodenae

Genus : Collacalia

Species : Collacaliafuciphaga

B. Deskripsi

Berukuran kecil (10 cm). Tubuh bagian atas hitam kehijauan buram, tubuh bagian

bawah abu-abu jelaga, perut keputih-putihan, ekor sedikit bertakik. Iris coklat tua, paruh

dan kaki hitam. Sarang berupa mangkuk tidak rapih, terbuat dari lumut, rumput atau

bahan nabati lain, direkatkan dengan air ludah. Sarang dibangun di tempat yang lebih

terang, di dekat mulut gua, rekahan batu, atau bangunan. Terbang lemah dan

menggelepar.

4.2.3.2. Perenjak Jawa (Prinia familiaris)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi burung perenjak jawa adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Cisticolidae

Genus : Prinia

Page 30: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Spesies : Prinia familiaris

B. Deskripsi

Berukuran agak besar (13 cm), berwarna zaitu n. Ekor panjang, dengan garis

sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan

dan dada tengah putih; sisi dada dan sisi tubuh kelabu, perut dan tungging kuning pucat.

Iris coklat, paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan, kaki merah muda. Menghuni

hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman. Ribut, suka

berkelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon.

4.2.3.3. Elang Laut (Haliaeetus leucogaster)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi burung elang laut adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Falconiformes

Famili : Accipitridae

Page 31: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Genus : Haliaeetus

Species : Haliaeetus leucogaster

B. Deskripsi

Berukuran besar dengan panjang 70-80 cm.Tubuh berwarna putih, Abu-abu dan

hitam. Individu dewasa: Kepala, leher dan bagian bawah badan berwarna putih. Sayap,

punggung dan ekor berwarna Abu-abu, Bulu primer Hitam Pada individu yang masih

anak dan remaja warna cokelat pucat dan akan berubah warna sekitar umur 3 tahun.

sedangkan warna Abu-abu sayap berwarna cokelat tua.Bentuk ekor menyerupai baji.

Warna iris cokelat, paruh dan sera abu-abu.

4.2.3.4. Cici Padi (Cisticola juncidis)

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi burung cici padi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Cisticolidae

Genus : Cisticola

Page 32: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Spesies : Cisticola juncidis

B. Deskripsi

Berukuran kecil, panjang tubuh dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 10 cm.

Sisi atas tubuh kecoklatan bergaris-garis atau bercoret kehitaman, sisi bawah tubuh agak

pucat; lebih putih daripada Cici merah. Tungging kuning tua kemerahan dengan ujung

ekor berwarna putih menyolok. Ekor kerap digerak-gerakkan menutup dan membuka

serupa kipas, sehingga burung ini juga dinamai Fan-tailed Warbler. Alis putih, sisi leher

dan tengkuk berwarna pucat. Iris mata coklat, paruh coklat, kaki Menghuni padang

rumput dan persawahan, terutama dekat air. Pemalu, jarang terlihat kecuali pada musim

berbiak, di mana burung jantan sesekali keluar untuk memikat betinanya. Memangsa

aneka jenis serangga, Cici padi lebih banyak menjelajah di sela-sela kerimbunan batang-

batang rumput yang tinggi.

Burung jantan bersifat polygamous, kawin dengan beberapa betina dalam satu

musim. Sarang berupa mangkuk dibuat di antara batang-batang rumput yang lebat dan

tersembunyi. Sarang ini tersusun dari daun-daun rumput yang dianyam dan dijahit

dengan aneka serat tumbuhan dan jaring laba-laba. Di bagian atasnya, sering dijahitkan

beberapa lembar daun atau rumput untuk menutupi dan menyamarkan sarang. Telur 3-6

butir putih sampai kemerahan.

4.2.4. Mamalia

Kelas mamalia yang ditemukan terdiri dari 7 jenis, yaitu :

4.2.4.1. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis )

Page 33: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi monyet ekor panjang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Family : Cercopithechidae

Subfamiy : Cercopithechinae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca Fascicularis

B. Deskripsi

Monyet ekor panjang merupakan jenis monyet yang mempunyai ekort panjang

lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung

tubuhnya.Panjang tubuh berkisar antara 385-648 mm. Panjang ekor pada jantan dan

betina antara 400-655 mm. Berat tubuh jantan dewasa berkisar anatara 3,5-8 kg,

sedangkan berat tubuh rata-rata betina dewasa sekitar 3 kg. Warna tubuh bervariasi,

milau dari abu-abu sampai kecoklatan, dengan ventral berwarna putih. Anak yang baru

lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153-179 hari dan umumnya

hanya melahirkan satu ekor anak.

Hidup pada hutan primer dan sekunder mulai dari dataran rendah sampai dataran

tinggi sekitar 1.000 meter diatas permukaan laut. Pada dataran tinggi, jensi monet ini

biasanya diumpai didaerah pertumbuhan sekunder atau pada daerah-daerah perkebunan

penduduk.Seringkali juga ditemukan dihutan bakau sampai ke hutan didekat

perkampungan.

Page 34: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

4.2.4.2. Lutung (Trachypithecus sp )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi lutung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas :Mamalia

Ordo :Primata

Genus : Trachypithecus

Spesies : Trachypithecus sp

B. Deskripsi

Lutung berbadan langsing dan berekor panjang. Warna bulu (rambut) tubuhnya

berlainan tergantung spesiesnya, dari hitam dan kelabu, hingga kuning emas. Jika

dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung terbilang pendek, dengan telapak yang tidak

berbulu. Ukuran lutung berkisar antara 40-80 cm, dengan berat 5-15 kg; pejantan

berbadan lebih besar daripada betinanya. Tonjolan di atas matanya membedakan lutung

dari saudara dekatnya, surili. Lutung hidup di hutan, terutama hutan hujan. Sehari-hari

bergelayutan dan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, lutung termasuk hewan

siang (hewan diurnal), dan sangat aktif pada pagi dan sore hari. Hewan ini hidup

bergerombol antara 5-20-an yang dipimpin oleh seekor jantan. Suara pejantan ini sangat

Page 35: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

nyaring, ditujukan terutaman untuk mengingatkan agar kelompok lain tidak memasuki

wilayahnya.

4.2.4.3. Rusa (Muntiacus sp )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi rusa adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artiodaktila

Famili : Cervidae

Genus : Muntiacus

Spesies : Muntiacus sp

B. Deskripsi

Muntiacus muntjak dikenal sebagai kijang mempunyai sehelai mantel pendek

rambut. Mantel atau kulit bisa tebal dan padat untuk yang hidup di iklim yang lebih

sejuk, atau tipis dan tinggal di daerah yang lebih hangat. Warna mantel keemasan

berwarna coklat di atas yang putih yang sampingan yang belakang di pihak perut, dan

Page 36: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

muka coklat tua. Telinga mempunyai sedikit rambut. Kalau mereka merasa adanya

predator, mereka mengeluarkan bunyi yang kedengarannya seperti gonggongan anjing.

4.2.4.4. Tupai ( )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi tupai adalah sebagai berikut :

B. Deskripsi

4.2.4.5. Landak (Tachyglossus aculeatus )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi landak adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Monotremata

Famili : Tachyglossidae

Genus : Tachyglossus

Spesies : Tachyglossus aculeatus shaw,1972

Page 37: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

B. Deskripsi

Landak atau ekidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), juga dikenal

sebagai spiny anteater (pemakan semut berduri) karena makanannya yaitu semut dan

rayap, adalah satu dari empat spesies ekidna yang masih hidup dan satu-satunya anggota

dari genus Tachyglossus. Tubuh Ekidna moncong pendek tertutup bulu dan duri serta

memiliki moncong yang unik dan lidah khusus sehingga bisa menangkap mangsa dengan

cepat. Seperti monotremata lainnya yang masih hidup, Ekidna moncong pendek bertelur;

monotremata adalah satu-satunya kelompok mammalia yang dapat melakukannya.

4.2.4.6. Kucing (Felis sp )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi kucing hutan adalah sebagai berikut :

Kerajaan: Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Karnivora

Famili : Felidae

Genus : Felis

Spesies: Felis Sp

B. Deskripsi

Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 3.500 tahun

yang lalu, ketika orang Mesir kuno menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau

Page 38: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

hewan pengerat lain dari hasil panen. Gigi premolar dan molar pertama membentuk

sepasang taring di setiap sisi mulut yang bekerja efektif seperti gunting untuk merobek

daging. Meskipun ciri ini juga terdapat pada famili Canidae atau anjing , tapi ciri ini

berkembang lebih baik pada kucing. Tidak seperti karnivora lain, kucing hampir tidak

makan apapun yang mengandung tumbuhan. Beruang dan anjing kadang memakan buah,

akar, atau madu sebagai suplemen jika ada sementara kucing hanya memakan daging,

biasanya buruan segar. Meskipun memiliki reputasi sebagai hewan penyendiri, kucing

biasanya dapat membentuk koloni liar tetapi tidak menyerang dalam kelompok seperti

singa .

4.2.4.7. Kelelawar ( )

A. Klasifikasi

Klasifikasi taksonomi kelelawar adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Infrakelas : Eutheria

Superordo : Laurasiatheria

Ordo :Chiroptera

B.. Deskripsi

Page 39: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Page 40: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Berdasarkan praktikum lapangan yang telah dilakukan di Cagar Alam Pananjung

Pangandaran maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

Hewan Vertebrata Kelas Pisces yang ditemukan ada 6 jenis yaitu Ikan Bawal

Putih (Pampus argenteus ), Ikan Kerapu (Epinephelus. sp), Ikan Kakap Merah

(Lutjanus. sp). Ikan Kakap Putih (Lates calcaliver), Ikan Tongkol (Euthynnus

affinis) dan Ikan Kakap Belang-Belang (Epiephelus fuscoguttatus ).

Hewan Vertebrata Kelas Reptil yang ditemukan ada 2 jenis yaitu Kadal ( ) dan

Biawak ( ).

Hewan Vertebrata Kelas Aves yang ditemukan ada 4 jenis yaitu Burung Cici

Padi (Cisticola juncidis ), Burung Perenjak Jawa (Prinia familiaris), Burung

Elang Laut (Haliaeetus leucogaster ) dan Burung Walet Linci (Collocalia linchi ).

Hewan Vertebrata Kelas Mamalia yang ditemukan ada 7 jenis yaitu Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trachypithecus sp), Rusa (Muntiacus

sp ), Tupai ( ),, Landak (Tachyglossus aculeatu ), Kelelawar ( ) dan Kucing (Felis

sp).

5.2. Saran

Pnelitian tentang Kekayaan dan Keanekaragaman Hewan Vertebrata di Cagar

Alam Pananjung Pangandaran masih jarang, maka disarankan dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut, sehingga hasilnya diharapkan menjadi masukkan dan referensi dalam

penelitian berikutnya, namun penelitian yang dilakukan selanjutnya hendaknya dilakukan

dalam waktu yang relatif lama agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan bisa mewakili

dari keadaan sebenarnya pada tempat yang diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Page 41: 38585890 Laporan Fieldtrip Sistematika Hewan Doc k Mul

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Departemen Pendidikan dan

kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat AntarUniversitas Ilmu

Hayati. IPB. Bogor.

Djuhanda, T.1983. Analisa Struktur Vertebrata jilid 1. Bandung.Armico.

Effendie I.M., 2002. Biologi perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara.Jakarta.

Indiha, W. 2004. Preparasi dan identifikasi kelelawar (Chiroptera) di Bidang zoologi

pusat penelitian biologi LIPI Cibinong. Laporan Praktek kerja Magang. Institut

Pertanian Bogor.Bogor.

Kimball, W.J. 1983.Biologi jilid 3 Edisi kelima Penerjemah H.siti soetarmi T dan

Nawangsari S.Bogor.Erlangga.

MacKinnon, J., K. Phillips dan B. van balen. 1998. Panduan Burung di Lapangan

Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang- LIPI.

Bogor.

Supriatna, J. dan Hendras Wahyono.2000.Panduan Lapangan Primata

Indonesia.Yayasan Obor Indonesia.Jakarta.

Wardana I.P.1994.Pembesaran  Kerapu  dengan Keramba Jaring Apung.Penebar

Swadaya.Jakarta.

http://www.enmygolan.blogspot.com diakses pada tanggal 24 mei 2009 pukul 12.30 WIB

http://www.terangi.or.id diakses pada tanggal 24 mei 2009 pukul 13.02 WIB

http://www.ditjenphka.go.id diakses pada tanggal 24 mei 2009 pukul 14.02 WIB

htto://www.wikipedia.com diakses pada tanggal 25 Mei 2009 pukul 16.32 WIB