35946210 Instrumentasi Sensor

50
   

Transcript of 35946210 Instrumentasi Sensor

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUKURAN LINGKUNGAN (INSTRUMENTASI)SENSOR, TRANSDUSER, SENSOR TERMAL DAN SENSOR MEKANIK

WAHYU ADI PUTRA 05081006010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010

BAB 1 SENSOR DAN TRANSDUSER

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memahami pengertian sensor dan transduser dan penggunaannya dalam sistem kendali.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mempelajari topic per topic dalam bab ini, mahasiswa diharapkan:-

Dapat menyebut definisi dan perbedaan dari sensor, transduser, dan alat ukur Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser Dapat menerangkan beberapa jenis sensor dan transduser yang ada di industry. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum.

PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang dengan pesat terutama dibidang otomasi industry. Perkembangan ini tampak jelas di industry pempabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan yang menggunakan tenaga manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-machine (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Sustem (FMS) dan Computerize Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pempabrikan sangat tergantung keadalan sistem kendali yang digunakan. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kandali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan. Sensor dan tranduser merupakan peralatan dan komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengeturan secara otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis, dan sebagainya. untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrikdiubah terlebih dahulu menjadi suati sinyal listrik melalui

sebuah alat yang disebut transduser. Sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada sebuah alat lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser dalam sebuah sistem pengukuran atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.

1.1 Definisi-definisi D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energy seperti energy listrik, energy fisika, energy kimia, energy biologi, energy mekanik dan sebagainya. Contoh: mata sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai sensor peraba, LDR (Light Dependent Resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digunakan oleh energy di dalam suatu sistem transmisi akan menyalurkan energy tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi lainnya. Transmisi energy ini bisa berupa listrik, mekanik, kikia, optic (radiasi), atau termal (panas). Contoh: generator adalah tranduser yang merubah energy mekanik menjadi energy listrik, motor adalah transduser yang merubah energy listrik menjadi energy mekanik, dan sebagainya William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah suatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energy. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensutas cahaya dan sebagainya.

1.2 Persyaratan umum sensor dan transduser Dalam memilih sensor dan tranduser yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini: (D Sharon, dkk, 1982) a. Linearitas Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal yang berubah secara kontiniu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontiniu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakanny a.

Dalam kasus ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa secara grafis. Gambar 1.1 (terlampir) memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 1.1(a) (terlampir) memperlihatkan tangapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b) (terlampir) adalah tanggapan non-linier. b. Sensitivitas Sensitivitas akan menunjukan seberapa ajuh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan. Beberapa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang menyatakan dengan satu volt per derajat yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan dua volt per derajat yang berarti memiliki kepekaan dua kali dari sensor pertama. Linearitas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila

tanggapannya linier, maka sensitivitasnyajuga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan pada gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperature yang tinggi dari pada termperatur rendah. c. Tanggapan waktu Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagi contoh, instrument dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah thermometer merkuri. Masukannya adalah temperature dan keluarnnya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperature menjadi sedikit demi sedikit dan kontiniu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a) (terlampir). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan Hertz (Hz). Satu Hertz berarti 1 siklus perdetik, 1 kiloHertz berarti 1000 siklus perdetik. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperature berubah secara lambat, thermometer akan mengikuti dengan perubahan tersebut dengan setia. Tetapi apabila perubahan tempertur cepat lihat gambar 1.2(b) (terlampir) maka tidak diharapkan akan memilhat perubahan besar pada thermometer merkuri, karena ia bersifat lambat dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata. Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya satu milivolt pada 500 Hertz. Tanggapan frekuensi dapat pula

dinyatakan dengan decibel (dB), yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi. Yayan I.B, (1998), mengatakan ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam memilik sensor yang tepat adalah dengan mengajukan pertanyaan berikut ini: a. Apakah ukuran fisik sensor cukup memenuhi untuk dipasang pada tempat yang diperlukan? b. Apakah ia cukup akurat? c. Apakah ia bekerja pada jangkauan yang sesuai? d. Apakah ia akan mempengaruhi kuantitas yang sedang diukur? Sebagai contoh: bila sebuah sensor panas yang besar dicelupkan kedalam sejumlah air yang kecil, malah menimbulkan efek memanaskan air tersebut, bukan menyensornya. e. Apakah ia tidak mudah rusak dalam pemakaiannya? f. Apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya? g. Apakah biayanya terlalu mahal?

1.3 Jenis sensor dan transduser Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai dengan kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan. Robotic adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua macam sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982) a. Internal Sensor, yaitu sensor yang dipasang didalam bodi robot. Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot dan merupakan bagian dari mekanisme servo. b. External Sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot. Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu: 1) Untuk keamanan 2) Untuk penuntun. Yang dimaksud dengan keamanan adalah termasuk keamanan robot, yaitu perlindungan terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkan sendiri, serta keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot tersebut

digunakan. Berikut adalah dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan kasus diatas. Contoh pertama: andaikan sebuah robot bergerak keposisi yang baru dan ia menemui sebuah halangan, yang berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak memiliki sensor yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik sebelum atau setelah terjadi kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan. Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan problem robot dengan mengambil sebuah telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram mekanik (gripper), maka sensor harus dapat mengukur seberapa besar ranaga yang tepat untuk mengambil telur telur tersebut. Kini bagaimana dengan sensor untuk penuntun atau pemandu? Kategori ini sangatlah luas, tetapi contoh berikut akan memberikan pertimbangan. Contoh pertama: komponen yang terletak di atas ban berjalan tiba ke depan robot yang diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen hilang atau dalam posisi salah? Robot tentunya harus memiliki sensor yang dapat mendeteksi ada tidaknya komponen, karena bila tidak ia aka menyemprot tempat yang kosong. Meskipun tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang diharapkan terjadi pada suatu pabrik. Contoh kedua: sensor untuk penuntun diharapkan cukup canggih dalam pengelasan. Untuk melakukan operasi dengan baik, robot haruslah menggerakan tangkai las sepanjang garis las yang telah ditentukan dan juga bergerak dengan kecepatan yang tetap serta mempertahankan suatu jarak tertentu dengan permukaannya. Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan menginformasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh tranduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

1.4 Klasifikasi sensor Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya, sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu: a. Sensor termal b. Sensor mekanis c. Sensor optic (cahaya) Sensor termal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi bendaatau dimensi ruang tertentu. Contohnya

bimetal, termistor, thermocouple, RTD, photo transistor, photo diode, photo multiplier, photovoltaic, infrared pyrometer, hygrometer, dan sebagainya. Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level, dan sebagainya. Contoh: strain gauge, Linear Variable Differential Transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dan sebagainya. Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pemantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai benda atau ruangan. Contoh: photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer optic, dan sebagainya.

1.5 Klasifikasi transduser a. Self Generating Transducer (Transduser Pembangkit Sendiri)\ Self Generating Transducer adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energy. Contoh: piezo electric, thermocouple, photovoltaic, termistor, dan sebagainya. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energy listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan. b. External Power Transducer (Transduser Daya Luar) External Power Transduser adalah transduser yang menentukan sejumlah energy dari luar untuk menghasilkan suatu keluran. Contoh: RTD (Resistance Thermal Detector), strain gauge, LVDT, potensiometer, NTC, dan sebagainya. Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat kelistrikan.

Tabel 1. Kelompok Transduser Paramater Listrik dan Kelas Transduser Prinsip Kerja dan Sifat Alat Transduser Pasif Potensiometer Perubahan nilai tahanan Tekanan, akibat panjang perubahan pergesaran/posisi kawat oleh Pemakaian Alat

t

l

t i i t j t

il i t

t

i

i i

t il

l

t V

li i i

li i i t

i ti t

i

t

i i t

t

l

j

l t

Transduser Akti Sel t emi i mi i elect i i ada t emisi

i t Cahaya dan radiasi masuk ermukaan

Photomultiplier

Emisi electron sekunder Cahaya, akibat masuk radiasi ke

radiasi

dan

yang relay sensitive cahaya katoda

sensitive cahaya

Thermocouple

Pembangkit GGL pada Temperature, titik logam sambungan yang dua panas, radiasi

aliran

berbeda

akibat dipanasi

Generator

Kumparan Perputaran kumparan medan di

sebuah Kecepatan, getaran dalam yang

Putar (Tachogenerator)

magnit

membangkitkan tegangan

Piezometer

Pembangkitan bahan Kristal

GGL Suara,

getara,

piezo percepatan, tekanan

akibat gaya dari luar

Sel foto tegangan

Terbangkitnya tegangan Cahaya matahari pada sel foto kaibat rangsangan energy luar

Termometer RTD)

Tahanan

erubahan nilai kawat Temperatur, panas akibat temperature erubahan

ygrometer tahanan

Tahanan sebuah strip kondukti berubah

elembapan alami

terhadap kandungan uap air

Termistor

TC)

enurunan nilai tahanan Temperature logam akibt kenaikan temperature

Mikrofon apasitor

Tekanan mengubah kapasitansi dua plat

suara Suara, music, derau nilai buah

engukuran reluktansi

Reluktansi

rangkaian Tekanan,

pergeseran,

magnetic diubah dengan getaran, posisi mengubah posisi inti besi sebuah kumparan Sumber: illiam D.C, )

Contoh soal: 1. Apa saja peranan dan fungsi sensor dalam sistem kendali industry? 2. Sebutkan syarat-syarat dalam memilih sensor yang baik? 3. Sebutkan beberapa jenis sensor yang ada pada sebuah robotic? Jawaban: 1. Sensor berperan untuk mendeteksi gejala perubahan informasi sinyal dalam sistem control dan berfungsi sebagai umpan balik [ada sebuah sistem kendali otomatis. 2. Syarat sebuah sensor adalah linearitas, sensitivitas dan respon waktu. 3. Jenis sensor pada robotic adalah: internal sensor dan eksternal sensor.

Latihan: 1. Apa yang dimaksud dengan sensor, transduser dan alat ukur? 2. Jelaskan perbedaan ketiganya? 3. Persyaratan umum sensor dan transduser adalah linieritas, sensitivitas, dan tanggapan waktu. Jelaskan ketiganya? 4. Jelaskan perbedaan antara transduser aktif dan pasif? Jawaban: 1. Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energy seperti energy listrik, energy fisika, energy kimia, energy biologi, energy mekanik dan sebagainya. Transduser adalah sebuah alat yang bila digunakan oleh energy di dalam suatu sistem transmisi akan menyalurkan energy tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi lainnya. Alat ukur adalah suatu alat yang berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari perubahan suatu energy. 2. Sensor merupakan alat yang hanya mendeteksi perubahan sinyal dalam suatu energy yang nantinya akan menjadi feedback atau umpan balik akibat dari perubahan dalam suatu sistem. Sedangkan transduser adalah alat yang mengubah suatu energy dalam bentuk energy yang lain bermaksud untuk dapat dibaca oleh transmisi yang lain. Kemudian alat ukur adalah alat yang memberikan batasan nilai dari perubahan tertentu dalam suatu energy.

3. Linieritas adalah respon sensor terhapap perubahan yang kontiniu atau berlanjut. Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor

terhadap kuantitas yang diukur. Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapan suatu sensor terhadap perubahan masukan. 4. Transduser aktif adalah transduser yang berhubungan dengan cahaya/radiasi, suhu/temperature yang sifatnya kontiniu atau berkelanjutan, dimana transduser ini selalu aktif dalam setiap perubahan gejala-gejala dalam sistemnya. Sedangkan transduser pasif hanya berhubungan dengan perubahan posisi, tekanan dan gaya yang sifatnya tidak kontiniu.

Review: 1. Jelaskan dengan gambar yang dimaksud dengan tanggapan linear dan nonlinear? 2. Adakah ketentuan lain yang harus diketahui dalam memilih sensor dan transduser? 3. Apa fungsi dan kegunaan eksternal sensor pada sebuah robot? 4. Sebutkan Beberapa buah transduser aktif dan pasif yang anda ketahui? Jawab: 1. a. Linear

Tanggapan suatu sensor terhadap masukan selalu berkelanjutan atau kontiniu (membuat garis lurus). b. Non-linear

Tanggapan suatu sensor terhadap masukan tidak kontiniu atau berubah sesuai dengan keadaan (terjadi perbedaan keluaran tiap waktunya). 2. Ketentuan sensor selain dari linearitas, sensitivitas, dan tenggapan waktu adalah ukuran fisik dari sensor, keakuratan hasil yang dikeluarkan, tahan lama (keawetannya dalam penggunaan), penyesuaian sensor terhadap lingkungan dan harga sensor itu sendiri. 3. Fungsi sensor eksternal pada robot adalah untuk keamanan robot itu sendiri dari bahaya disekitanya akibat dari robot itu sendiri atau dari lingkungan. Kemudian untuk penuntun dalam robot itu bekerja agar hasil pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan. 4. Transduser Aktif: Termocouple, Termistor (NTC), RTD, Photomultiplier. Sedangkan Transduser Pasif: Potensiometer, strain gauge, dan L DT

RANGKUMAN Bab 1 ini menjelaskan tentang definisi-definisi dari sensor, transduser, dan alat ukur. Kemudian menjelaskan syarat-syarat ketentuan sensor, lalu jenis-jenis dan klasifikasi dari sensor dan transduser.

LAMPIRAN

Gambar 1.1(a) bentuk tanggapan Linier

Gambar 1.1(b) bentuk tanggapan non-linier

ambar .2(a) perubahan lambat terhadap waktu

waktu

ambar .2(b) perubahan cepat tehadap waktu

BAB 2 SENSOR TERMAL

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang sensor termal yang banyak digunakan pada sistem pengontrolan di indistri.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mempelajari topic per topic pada bab ini mahasiswa diharapkan: 1. Mengerti peranan dan fungsi sensor termal dalam sistem pengaturan otomasi 2. Mengerti tentang bimetal sebagai sensor termal 3. Mengerti tentang termistor sebagai sensor termal 4. Mengerti tentang RTD sebagai sensor termal 5. Mengerti tentang termokopel/thermocouple sebagai sensor termal 6. Mengerti tentang diode (IC Hybrid) sebagai sensor termal 7. Mengerti tentang Infrared Pyrometer sebagai sensor termal

PENDAHULUAN AC, Srivastava, (1987), mengatakan temperature merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional (The International Measurement System). Lord Kelvin pada tahun 1848 mengusulkan skala tempertur termodinamika pada suatu titki tetap triple point, dimana fase padat, cair, dan uap berada dalam ekuilibrium, angka ini adalah 273.16K yang juga merupakan titik es. Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankien dengan hubungan sebagai berikut: F=9/5C+32 atau C=5/9(F-32) atau R=F-459.69 Yayan I.B, (1998), mengatakan temperature adalah kondisi penting dari suatu substrat. Sedangkan panas adalah salah satu bentuk energy yang diasosiakan dengan aktifitas molekul-molekul dari suatu substrat. Partikel dari suatu substrat diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel ini yang kemudian dirasakan sebagai panas. Sedangkan temperature adalah ukuran perbandingan dari panas tersebut. Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga dimensi benda yaitu:

1. Benda padat 2. Benda cair 3. Benda gas (udara) Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair, dan gas dapat terjadi secara: 1. Konduksi yaitu pengaliran panas melalui benda padat (penghantar) secara kontak langsung 2. Konveksi yaitu pengaliran panas melalui media cair secara kontak langsung 3. Radiasi yaitu pengeliran panas melalui media udara/gas secara kontak tidak langsung Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu, dapat dipilih salah satu tipe sensor dengan pertimbangan: 1. Penampilan (Performance) 2. Kehandalan (Reliable) 3. Faktor ekonomis (Economic Pemilihan Jenis Sensor Suhu Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu adalah (Yayan I.B, 1998) 1. Level suhu maksimum dan minimum dari suati substrat yang diukur 2. Jangkauan (range) maksimum pengukuran 3. Konduktivitas kalor dari substrat 4. Respom waktu perubahan suhu dari substrat 5. Linieritas sensor 6. Jangkauan temperature kerja Selain dari ketentuan di atas, perlu juga diperhatikan aspek fisik dan kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat), ketahanan terhadap guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.

Temperatur Kerja Sensor Setiap sensor suhu memiliki temperature kerja yang berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC dapat dipilih sensor NTC, PTC, Transistor, diode dan IC hybrid. Untuk pengukuran suhu menengah yaitu antara 150oC sampai 700oC dapat digunakan thermocouple dan RTD. Untuk suhu lebih tinggi sampai 1500 oC tidak mungkin menggunakan sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya

dilakukan menggunakan cara radiasi. yaitu di bawah 6

ntuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingino

atau sama dengan 208oC dapat digunakan resistor karbon biasa karena ntuk suhu antara 6 sampai C

pada suhu ini karbon berlaku seperti semikonduktor.

dapat digunakan kristal silicon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor. ambar 2.1 berikut memperlihatkan karakteristik dar beberapa jenis sensor suhu i yang ada.

Thermocouple

RTD

Termistor

C Sensor

V

R

R

V, I

T

T

T

T

-

self powered

-

most stable most accurate more then thermocouple linear

-

high output fast two wire ohms measurement

-

most linear highest output

Advantages -

rugged inexpensive wide variety

-

inexpensive

-

wide temperature range

-

non linear low voltage reference required

-

expensive power supply required

-

non-linear Limiter temperature range

-

T