35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

17
35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI PENELITIAN Bab empat ini menjelaskan secara umum perihal ritual haji bagi umat Islam yang mencakup prasyarat mental dan material calon jemaah, pengelolahan menejemen haji oleh pihak pemeritah, penerapan sistem daftar tunggu dan kontrol masyarakat. Pada bab ini juga dijelaskan lokasi penelitian secara umum dan representasi Islam di Bali. 4.1 Kewajiban Ibadah Haji Bagi Umat Islam Kewajiban ibadah haji dalam agama Islam merupakan sebuah ketaatan terhadap menjalankan ”Rukun Islam” yang terdiri dari (1) syahadat; (2) sholat; (3) puasa; (4) zakat; dan (5) haji. Menunaikan ibadah haji menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam dengan penekanan pelaksanaanya hanya bagi yang mampu dan sekali seumur hidup. "Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97) Sebagai syarat haji bagi seorang individu adalah dia beragama Islam, dewasa, waras atau berakal, merdeka bukan budak dan mampu melaksanakannya. Ayit Rachman, salah seorang informan yang sedang mengikuti bimbingan haji menuturkan niatan nya menunaikan haji: Sebagai salah satu kewajiban sebagai umat islam, kita harus menjalan rukun Islam apabila mampu, kebetulan pribadi saya, kelihatannya saya mampu, jadi itu salah satu rukun yang saya jalankan biar semua bisa dilaksanakan.” (Wawancara 30 Mei 2014)

Transcript of 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

Page 1: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

35

BAB IV

RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI PENELITIAN

Bab empat ini menjelaskan secara umum perihal ritual haji bagi umat

Islam yang mencakup prasyarat mental dan material calon jemaah, pengelolahan

menejemen haji oleh pihak pemeritah, penerapan sistem daftar tunggu dan kontrol

masyarakat. Pada bab ini juga dijelaskan lokasi penelitian secara umum dan

representasi Islam di Bali.

4.1 Kewajiban Ibadah Haji Bagi Umat Islam

Kewajiban ibadah haji dalam agama Islam merupakan sebuah ketaatan

terhadap menjalankan ”Rukun Islam” yang terdiri dari (1) syahadat; (2) sholat; (3)

puasa; (4) zakat; dan (5) haji. Menunaikan ibadah haji menjadi kewajiban bagi

seluruh umat Islam dengan penekanan pelaksanaanya hanya bagi yang mampu

dan sekali seumur hidup. "Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka

sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

(QS. Ali Imran: 97)

Sebagai syarat haji bagi seorang individu adalah dia beragama Islam,

dewasa, waras atau berakal, merdeka bukan budak dan mampu melaksanakannya.

Ayit Rachman, salah seorang informan yang sedang mengikuti bimbingan haji

menuturkan niatan nya menunaikan haji:

”Sebagai salah satu kewajiban sebagai umat islam, kita harus menjalan

rukun Islam apabila mampu, kebetulan pribadi saya, kelihatannya saya

mampu, jadi itu salah satu rukun yang saya jalankan biar semua bisa

dilaksanakan.”

(Wawancara 30 Mei 2014)

Page 2: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

36

Ibadah haji adalah sebuah perjalanan spiritual mengunjungi Kaabah di

Kota Mekah jazirah Arab, yang dipercayai sebagai tempat di mana manusia

pertama Nabi Adam dan Siti Hawa hadir di muka bumi (Gayo, 2004). Kata hajj

berarti mengelilingi altar sebanyak tujuh kali dalam waktu tujuh hari pada sebuah

festival jama’ah. Altar yang dimaksud adalah Kaabah sebagai simbol rumah Allah

(Baitullah). Pada hakekatnya perjalanan haji merupakan serangkaian kegiatan

yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Dimulai dengan ihram yaitu

kegiatan membersihkan diri dan mengenakan pakaian ihram. Esensinya adalah

sebagai bentuk panghambaan kepada sang pencipta, dengan niat pengesaan tanpa

elemen-elemen duniawi.

Yang kedua thawaf adalah kegiatan mengelilingi Ka’bah. Ini merupakan

simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan

menyatukan langkah dan memusatkan hati kepada eksistensi sang pencipta. Yang

Ke tiga sa’i secara literal artinya berlari-lari di antara bukit Shafah dan Marwah

selama tujuh kali putaran. Sa’i menggambarkan eksistensi perjuangan hidup

manusia bahwa kehidupan selalu bergerak dan usaha merupakan bukti dari pada

pergerakan hidup. Selanjutnya adalah wuquf Arafah, kegiatan berdiam diri di

padang yang luas untuk mengingat Allah Swt. dengan berdoa dan berkontemplasi

memaknai hakikat siapa diri dan kemana akan kembali.

Yang ke lima adalah melempar jumroh yakni melempar tujuh kali batu di

Mina pada tiga tempat yakni jumrah aqobah, wusto dan ula. Melempar jumroh

merupakan simbol pengusir setan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As.

Maknanya adalah pembebasan hati manusia dari hawa nafsu dan menjauhi

perintah setan, menuju kepada ketaatan yang hakiki. Kemudian diikuti dengan

Page 3: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

37

berkurban yang berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan

ternak yang merupakan simbol kepatuhan dan ketaatan sebagai salah satu bentuk

ketaqwaan kepada Allah Swt. Yang terakhir adalah tahalul merupakan prosesi

dalam ritual ibadah haji dengan mencukur sebagian rambut. sebagai simbol rasa

syukur dan pembersihan jiwa dari hal-hal yang kotor, sehingga manusia kembali

kepada fitrah asalnya.

Salah satu yang unik dari masyarakat Indonesia adalah adanya anggapan

bahwa ibadah haji mampu mengangkat citra atau gengsi dari individu yang

menjalankannya.

”Ada dua motivasi orang mejalankan haji yakni kesadaran pribadi dan

gengsi jadi ada juga area abu-abunya. Gengsi supaya bergelar haji

dipanggil haji, ntar kalau udah haji pakai gelar ”M”. Saya tertawa dapat

dari mana nama M-nya? Ini ga bisa dibendung keinginan mayarakat murni

ibadah atau untuk mendapatkan gelar prestisius”.

(Wawancara 12 Juni 2014)

Seperti penuturan informan gelar ’haji’ atau ’haja’ bagi beberapa orang bermakna

prestisus dan terhormat. Bila ditelusuri hal ini terjadi karena besarnya

pengorbanan untuk menggapainya (Abdurrahman, 2009).

4.2 Pengelolahan Menejemen Haji

Menejemen haji di Indonesia dikelola oleh pemerintah dan swasta.

Menejemen haji reguler dikelola sepenuhnya oleh Kemenag, sedangkan haji plus

diselenggarakan oleh biro-biro perjalananan. Pemerintah sebagai pelaksana

menejemen haji reguler, mengelola pendaftaran, tiket, visa, fiskal, transportasi

udara dan darat, akomodasi (asrama, pemondokan di Mekah, Madina, kemah

Arafah dan Mina), serta kebutuhan makanan dan minuman. Pemerintah juga

merancang besaran biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) berbeda-beda nilai

Page 4: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

38

ongkosnya untuk setiap zona. Selain itu pemerintah juga menyelenggarakan haji

regular plus dengan menawarkan kondisi fasilitas yang lebih baik. Perincian biaya

dan fasilitas dapat dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan undang-undang, Kemenag mendapatkan mandat sebagai satu

satunya organisasi pengelolah haji. Undang-Undang No 13 tahun 2008

mengamanatkan pemerintah memberikan pelayanan, pembinaan, dan

perlindungan kepada jemaah haji. Menejemen haji yang dilakukan oleh Kemenag

disetiap provinsi umumnya sama yakni mencakup beberapa unsur kegiatan seperti

bimbingan haji, pelayanan administrasi, transportasi, akomodasi, katering,

pelayanan kesehatan, rekruitmen dan pelatihan petugas, penyuluhan dan

sosialisasi, serta keamanan jemaah.

Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2008 dan Peraturan Presiden No.92

tahun 2011, koordinator dan tanggung jawab penyelenggaraan haji nasional

dipegang oleh Menteri Agama dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi

menjadi koordinator dan pemegang tanggung jawab pelaksanaan haji di Arab

Saudi. Di tingkat provinsi dan kabupaten, koordinasi dan tanggug jawab dipegang

oleh Gubernur dan Bupati. Pelaksana tugas teknis sehari-hari menteri agama

dibantu oleh Dirjen PHU, sedangkan ditingkat provinsi dan kabupaten

dilaksanakan oleh kepala Kanwil Kemenag dan kepala Kantor Kemenag

Kabupaten/Kota.

Selama ini pelayanan haji Indonesia secara umum mendapat apresiasi

publik. Dalam ajang konferensi dan pertemuan misi haji dan umrah sedunia yang

berlangsung di London, Inggris, Mei 2012 Indonesia diganjar sebagai negara

pengelolah haji terbaik di dunia (http://www.republika.co.id). Namun demikian

Page 5: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

39

ada banyak catatan yang harus dikritisi karena menyangkut masalah ketidak

adilan dan integritas dari lembaga pengelolah haji itu sendiri.

Tabel 4.1 Problematik Umum Menejemen Haji Indonesia-Denpasar

Sebelum Keberangkatan Selama Pelaksanaan Haji

di Tanah Suci

Sesudah

Pelaksanaan

*Administrasi: Pegurusan

dokumen yang tidak satu pintu.

*Sosialisasi tentang situasi dan

kondisi di tanah suci yang

minim.

* Informasi haji yang tidak

transparan.

*Daftar antrian yang panjang.

*Keberangkatan dari Depasar

ke Surabaya yang melelahkan

bagi CJH manula

*Konsumsi: menu yang se

adaya, keterlambatan,

makanan basi, dan antrian

panjang.

*Akomodasi: kumuh,

fasilitas seadanya.

*Tranportasi: bus tanpa

AC, sudah tua, dan

berdesakan.

*Jarak maktab dengan

mesjidil haram yang jauh

Pengorganisasian

yang bersifat

adhoc

menyebabkan

ketidakstabilan

kualitas

pelayanan pada

musim haji

selanjutnya.

Persoalan-persoalan tersebut terjadi sepanjang proses mulai sebelum

keberangkatan, selama pelaksanaan haji dan sesudah pelaksanaan.

Sejak peristiwa Mua’isim 1991, menejemen haji Indonesia diperkuat

dengan sistem informasi dan komputerisasi (Siskohat). Sistem Informasi dan

Komputerisasi Haji Terpadu telah menjangkau 373 Kabupaten/Kota di seluruh

Indonesia. Dengan database jemaah dan petugas, sistem ini memantau berbagai

hal peristiwa haji baik yang terjadi di dalam negeri maupun di Arab Saudi.

Sayangnya siskohat yang dianggap canggih ini belum diimbangi dengan akurasi

data dan transparansi yang memadai ( http://www.google.co.id).

Selain Indonesia, negara Turki dan Malaysia adalah negara yang juga

menerima penghargaan. Pengelolaan haji di kedua negara ini dianggap sudah

cukup baik dan selalu menjadi pembanding bagi menejemen haji dalam negeri.

Page 6: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

40

Tabel 4.2 Perbandingan Sistem Penyelenggaraan Haji Indonesia dan Turki

No Aktivitas Indonesia Turki

1 Pendaftaran Sepanjang tahun

dengan biaya sama

Setiap musim dengan

biaya bervariasi

2 Haji luar

negeri

Tidak ditangani

pemerintah Ditangani pemerintah

3 Petugas Biaya pemerintah Biaya jemaah

4

Pembimbing

haji dalam

kloter

Dipimpin oleh kepala

regu yang dipilih dari

jemaah

Setiap 45 orang dipimpin

oleh petugas dari unsur

pemerintah

5

Kesempatan

berhaji bagi

yang pernah

haji

Masih diberi

kesempatan Tidak diberi kesempatan

6 Penetapan

BPIH Persetujuan Parlemen

Tidak melibatkan

parlemen

7

Angkutan

Konfigurasi seat sama

untuk masing-masing

embarkasi

Konfigurasi seat berbeda

untuk setiap penerbagan

8 Dokumen

perjalanan

Paspor dilegkapi

DAPIH

Paspor dilengkapi dengan

barcode tentang biodata

jemaah

9 Jemaah Haji

Manula

Belum diatur

prioritasya

Ditetapkan sebagai

prioritas

10 Mazhab Syafii Hanafi

Sumber: Haji Dari Masa ke Masa, 2012

4.2.1 Penerapan Sistem Daftar Tunggu di Kota Denpasar.

Penerapan sistem daftar tunggu oleh sebagian pihak dianggap sebagai

solusi dari kebuntuan menyelesaikan persoalan membludaknya CJH Indonesia.

Setiap tahun ada sekitar 220.000 jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah

suci ditambah jumlah daftar tunggu dengan rata-rata tiga tahun jumlahnya

mencapai 600.000 jemaah. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring

peningkatan tingkat ekonomi masyarakat dan dengan terbukanya masyarakat dan

alim ulama terhadap konsep dana talangan dan praktek multy level marketing

Page 7: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

41

(MLM) dalam perekrutan CJH. Selain itu adanya kecederungan berkurangnya

jumlah BPIH yang harus dibayar jemaah.

Besaran kuota di Indonesia dan juga berlaku di seluruh dunia sebesar

1/1000 yang artinya satu orang per mil. Keputusan ini dibuat pada Sidang Menteri

Luar Negeri negara-negara OKI 1987 di Yordania. Kuota tiap negara ditetapkan

oleh Pemerintah Arab Saudi melalui pembahasan Memorandum of Understanding

(MoU) dengan masing-masing negara (Kemenag RI, 2012). Menurut informan

kebijakan kuota melahirkan sistem daftar tunggu.

”Daftar tunggu kaitannya dengan demografi kependudukan yang terus

berkembang, akhirnya pemerintah Saudi membatasi 1 permil dari

penduduk dunia, jadi 1 permil penduduk indonesia itu kita bisa hitung

maka lahirlah kuota haji”.

(Wawancara23 September 2014)

Informan juga menjelaskan terlepas ada tidaknya unsur politis dalam kebijakan

yang melahirkan sistem daftar tunggu, kebijakan ini harus dianggap sebagai

sebuah kebijakan menejerial. Karena itu harus diatur dalam undang-undang.

Kuota nasional, kuota khusus dan kuota provinsi diatur dalam UUNo.13/2008

dengan sistem proporsional. Dengan ditetapkannya undang-udang ini maka

penerapan sistem daftar tunggu mulai kuat dalam posisi hukumnya walau sudah

mulai terlaksana sejak tahun 2004.

Dengan diberlakukannya sistem daftar tunggu di Bali, CJH Denpasar dan

Bali secara keseluruhan harus menunggu selama sepuluh tahun. Saat ini jumlah

CJH Bali yang sudah mengantre sebanyak 6.136 orang. Jadi CJH yang mendaftar

haji per 14 Februari tahun ini, baru akan mendapat giliran berangkat ke tanah suci

pada tahun 2023 mendatang (www.republika. co.id).

Page 8: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

42

Untuk memastikan nomor porsi, Kemenag membuat formulasi matematis

dengan berdasarkan kuota provinsi. Rumusan kuota haji Denpasar menurut

Kemenag Kota Denpasar adalah sebagai berikut :

Quota Haji Provinsi Bali tahun 2013 : 639 orang Nomor Porsi Terakhir :

140004407 Porsi Tahun Keberangkatan Calon Jemaah Haji per April 2013 : + 10 tahun

Perhitungan Daftar Tunggu :

Nomor Porsi (4 digit terakhir) – Nomor Porsi Terakhir (4 digit terakhir)

Quota

Contoh : Nomor Porsi A : 1400008600

Tahun Keberangkatan adalah (8600-4407)/639 = + 6,5 tahun

Sumber http://bali.kemenag.go.id

Karena pembatasan kuota pada tahun 2013 lalu, sedianya ada 639 jemaah yang

berangkat, terjadi pembatalan terhadap 86 orang jemaah.

Kuota haji Bali pertahunnya berkisar lima ratus sampai dengan enam ratus

orang. Kota Denpasar sendiri mendapat prosentase terbesar (40 %). Semakin hari

CJH Denpasar semakin mudah mendaftar. Hanya degan kartu identitas dan

membayar tanda jadi (DP) sebesar Rp. 3,5 juta untuk haji reguler dan Rp. 5 juta

untuk haji plus, selanjutnya bisa dicicil atau menabung sendiri. Hal ini membuka

peluang bagi warga dari luar Bali untuk menyeberang menggunakan kuota haji

Bali. Seorang informan dari kementrian agama membukakan fakta ini:

”Saya sebagai pegawai bidang pelayanan haji di Denpasar, permasalahan

yang saya hadapi banyaknya jamaah luar Bali mendaftar di Denpasar.

Peyelenggraan haji dari pusat sudah tersistem lancar-lacar aja.

Persoalannya karena kemudahan mendapatkan KTP, dan kita ga bisa

menolak. Mereka punya bukti sah identitas Denpasar. Kebanyakan mereka

dari Jawa Timur. Proses pendaptaran mereka tidak ada masalah sudah

memenuhi prosedur tetapi ketika mereka sudah dinyatakan boleh

berangkat tetapi mereka berdomisili di Jawa itu yang menjadi masalah

Page 9: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

43

kami. Di kala kami harus menghubungi proses pelunasan dan sebagainya.

Terutama pada era 2011- 2012 ada 10 persen jumlahnya.”

(Wawacara 7 Juni 2014)

Selain fakta di atas meningkatnya antrian CJH Depasar diperkirakan karena

adanya kebijakan dana talangan. Walau saat ini sudah dihapuskan, kebijakan ini

sempat membuat antrian semakin memanjang secara signifikan. Akibatnya terjadi

penundaan keberangkatan yang dialami CJH yang sudah mendaftar. Salah satu

informan CJH menuturkan kegagalannya berangkat haji:

”Kalau saya lihat dari tahun kemarin dengan penundaan, saya nilai belum

beres juga menejemennya. Harusnya calon jemaah sudah diumumkan dan

punya kepastian.sampai sekarangpun mereka masih bertanya-tanya. Kapan

mereka akan berangkat walaupun mereka tahu ada 512 calon yang akan

diberangkatkan. Mereka butuh kepastian berangkat, kapan bayarnya,

bagaimana mekanismenya dan seterusnya, katanya kemarin Mei mundur

Juni sampai sekarang belum ada.”

(Wawancara 12 Juni 2014)

Pembatalan seorang CJH pada tahun keberangkatannya kini merupakan

keniscayaan mengingat semakin memanjangya antrian CJH dalam daftar tunggu.

Walaupu kebijakan kuota sangat bergantung kepada keputusan pemerintah

Kerajaan Arab Saudi, pengelolaan sistem daftar tunggu yang tidak transparan

banyak menciderai rsa keadilan masyarakat.

4.2.2 Kontrol Masyarakat Sebagai Penyeimbang

Kontrol masyarakat adalah bagian dari partisipasi masyarakat dalam

pembangunan melalui aspek pegawasan. Menurut Berger (1991) beberapa cara

dilakukan masyarakat bertujuan untuk menertibkan masyarakat dari

penyimpangan atau pembangkangan. Demikian halnya dengan penyelenggaraan

haji, mekanisme kontrol harus hadir mengawasi penyalahgunaan wewenang

pejabat penyelenggara haji, pengelolaaan dana serta berjalannya seluruh

Page 10: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

44

penyeleggaraan haji yang berkeadilan. Menurut Saleh (2008) tidak ada

mekanisme monitoring dan evaluasi menyeluruh terhadap semua aspek

pelaksanaan haji. Meskipun pemeritah sudah membentuk Komisi Pengawas Haji

sesuai amanat undang-undang. Hal ini sejalan dengan penuturan informan yang

juga menjabat sebagai ketua persaudaraan haji kabupaten Badung.

”Kontrol masyarakat masih bersifat individual, dari persaudaraan haji

memang sudah melakukan saat-saat pertemuan tapi karena sifat

peraturannya sudah kontrol hanya bersifat kelokalan saja.”

(Wawacara, 3Juni 2014)

Suara-suara yang vokal bersifat sporadis dan eksidental sifatnya, belum

terlembagakan sebagai sebuah mekanisme penyeimbang yang ideal. Suara-saura

tersebut sebagai kritik yang dengan sebuah kesadaran untuk memperbaiki

penyelenggaraan haji. Lembaga swadaya masyarakat yang mengawasi haji belum

eksis. Informan menyebutkan bahwa keluhan dan sikap kritis CJH Denpasar lebih

terdengar dalam forum-forum KBIH:

”Dari sisi manasik ada KBIH yang menjadi mitra kerja Kemenag yang

mau menampung suara-suara kritis. Yang berwenang sebenarnya

Kanwilnya, tapi dalam posisi lemah di bawah kekuasaan kementrian.

Suara kita dibawa ke kanwil, tapi kan kebijakan yang dari pusat sulit.

Kami kan tidak bisa protes ke pusat, jadi dengan adanya tim pengawas

haji, KPK, itu sebuah therapi yang baik untuk memperbaiki sistem

menejemen haji. Secara (tingkat) lokal saya sering bersuara, mudah-

mudahan protes saya didengar”.

(Wawancara tanggal 12 Juni 2014)

Posisi KBIH Denpasar sangat dilematis, walaupun secara hukum undang-udang

memberikan perlindungan keberadaan KBIH, namun demikian di lapangan sering

fungsi dan tugasnya berbenturan dalam pelaksanaan tugas dengan Kemenag.

Menurut informan keberadaan KBIH adalah wujud dari partisipasi masyarakat:

”Kemenag harus memberi kesempatan swadaya masyarakat untuk

membantu contohnya KBIH, Kemenag sudah terlalu repot biarlah KBIH

Page 11: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

45

membantu terutama masalah-masalah manasyik. Bagi jemaah yang sudah

ikut KBIH mereka lebih mandiri. Mungkin barangkali KBIH di Jawa

agak nakal, tapi saya lihat di Denpasar itu memang berniat membantu,

bukan profit oriented”.

(Wawancara 3 Juni 2014)

Informan KBIH menjelaskan bahwa dalam pertemuan dan pelatihan manasik haji,

selalu muncul pertanyaan-pertanyaan kritis CJH yang menjadikan forum ini

menjadi tempat diskusi dan ’curhat’ sehingga forum bimbingan haji ini menjadi

lebih berwarna. Dalam pertemuan tersebut, KBIH juga mengundang staf

Kemenag untuk berceramah dan diakhiri dengan diskusi umat dan Kemenag yang

berjalan secara dua arah.

4.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar sebagai ibukota provinsi Bali

dan sekaligus sebagai kota administratif Kotamadya Denpasar. Sebagai daerah

urban, Kota Denpasar memiliki heterogenitas penduduk dengan keberagaman

latar belakang sosial budaya.

Sebagian besar penduduk Kota Denpasar memeluk agama Hindu yakni

426.928 orang, sisanya agama Islam 135.854 orang (13 persen), Kristen Katolik

13.914 orang, Kristen Protestan 19.215 orang dan yang Budha 9.153 orang. Di

Kota Denpasar terdapat tempat peribadatan yang terdiri dari 7 buah Pura Dang

Kayangan, 105 Pura Kayangan Tiga, 39 Masjid, 38 Gereja Kristen Protestan, 3

buah Gerja Katolik dan 8 buah Vihara. (www. Denpasarkota.go.id).

Sebagian besar masyarakat Bali yang beragama Islam adalah migrant yang

berasal dari daerah di sekitar pulau Bali seperti Jawa Timur dan Lombok. Mereka

datang mencari peruntungan melalui pertumbuhan ekonomi Bali yang terus

membaik dalam sektor pariwisata. Para pendatang ini mengisi kekosongan

Page 12: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

46

disektor pekerjaan informal seperti berdagang, menjadi buruh atau karyawan

lepas. Mereka cukup sukses dalam pekerjaan dan melakukan kawin campur

dengan masyarakat Hindu Bali. Akibatnya secara genealogis keturunan

masyarakat Islam Bali terlihat lebih kompleks

Gambar 4.1 Peta Kota Denpasar

Sumber: www. Denpasarkota.go.id

. Pertumbuhan masyarakat Islam terlihat jelas pada daerah-daerah tertentu

di Depasar seperti Kepawon, Kampung Jawa, Kampung Arab di Sanglah dan

Jalan Sulawesi. Penduduk kampung Jawa umumnya pendatang yang berasal dari

Jawa. Mereka dipindahkan dari Pasar Payuk atau Pasar Badung sekarang. Pada

tahun 1904, Cokorda Pemecutan melakukan perluasan Pasar Payuk, maka para

Page 13: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

47

pendatang ini dipindahkan kedua lokasi di daerah Lumintang Jalan A.Yani dan

dekat Puri Pemecutan sekitar jalan Thamrin.

Tabel.4.3 Sebaran Penduduk Beragama Islam di Kabupaten/Kota se Bali

Sumber : Kemenag Provinsi Bali

Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Denpasar - Bali, KH. Mustofa al-

Amin, saat ini di Bali terdapat 59 kantong muslim, yang merupakan

perkampungan muslim (http://www.wakafalazhar.com).

4.4 Representasi Islam di Bali

Berdasarkan sejarah Islam tiba di Bali pada abad ke-14 masa pemerintahan

Dalem Waturenggong (1480-1550 AD). Ketika raja mengunjungi kerajaan

Majapahit, dia kembali dengan 40 orang pengawal muslim, yang kemudian

mendirikan mesjid pertama di Gelgel (http://www.republika.co.id). Pemeritahan

raja Dewa Agung selanjutnya memberi izin berdirinya desa yang penduduknya

muslim di Gelgel. Dua dari pengawal tersebut yakni Raden Modin dan Kiai Abdul

Jalil melakukan syiar Islam di desa Banjar Lebah dan desa Saren. Peninggalan

69.608

57.467

26.070

96.166

225.899

18.834

2.185

7.794

16.221 Jembrana

Buleleng

Tabanan

Badung

Kota Denpasar

Gianyar

Bangli

Klungkung

Karangasem

Page 14: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

48

mereka berupa mushaf Al-Quran dan bedug yang menjadi artefak sejarah

peyebaran Islam di Bali. Selain itu pada Babad Bali disebutkan bahwa Dalem

Ketut Sri Krisna Kepakisan memiliki seorang isteri bernama Dewi Fatimah dan

mengajak Dalem Ketut memeluk agama Islam. Mereka kemudian mendirikan

istana mereka di Samperangan daerah Gianyar-Bali.

Akulturasi Hindu dan Islam telah dipraktikan ratusan tahun lamanya. Ini

mereflesikan identitas Muslim Bali seperti penggunaan nama Wayan, Nyoman,

Nengah, atau Ketut yang masih dipakai sampai sekarang. Demikian juga berbagai

bentuk apresiasi dalam seni budaya, terutama seni arsitektur menunjukkan

perpaduan yang khas antara arsitektur Bali pada bangunan mesjid di Bali.

Misalnya bentuk gapura mesjid di Gelgel Klungkung (Gambar 4.2) yang

memberikan kekhasan mesjid ini dibandingkan mesjid-mesjid lainnya di

nusantara. Selain Mesjid Gelgel di Klungkung, beberapa mesjid bersejarah yang

membuktikan keharmonisan Islam di Bali antara lain adalah Mesjid Baitul Qodim

di Loloan Timur, Jembrana, dan mesjid Pegayaman di Singaraja, Buleleng.

Kalau di Jawa penyebaran Islam memperkenalkan Wali Songo sebagai

tokoh yang di hormati masyarakat, di Bali menurut penelitian Habib Toyib Zein

Assegaf ada Wali Pitu menjadi simbol sejarah dakwah Islam di Bali. Mereka yang

tersebut dalam Wali Pitu atara lain 1. Prince Raden Mas Sepuh aka

Amangkuningrat 2. Habib Umar Maulana Yusuf 3. Habib Ali Bin Abu Bakr Abu

Bakr Bin Umar Bin Al Khamid 4. Zaenal Abidin Bin Ali Habib Idrus Al 5.

Maulana Sheikh Yusuf Al Maghreb 6. Habib Ali Bin Umar Bafaqih dan yang ke-

7. adalah Sheikh Abdul Qadir Mohammed.

Page 15: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

49

Gambar 4.2 Perpaduan Seni Budaya Bali dan Islam

Pada Sungkul Atap Gapura Mesjid Gelgel Kelungkung

Sumber: http://mii-klk.blogspot.com.

Dalam sebuah tulisan berbahasa Jawa, yang dianggap sebagian orang sebagai

pewahyuan, Assegaf (2008:31-32) mengatakan:

Wis kapara nyata ing tlatah Bali iku kawengku dening pitu pira-pira Wali.

Cuba wujudna… Ana sawijining pepundhen dumunung ana ing tlatah

susunaning siti sasandingan pamujaan agung kang manggon sakdhuwuring

tirta kang kadarbeni dening suwitaning pandita. Aja sumelang…

Waspadakna pitu iku kaperang dadi papat... Pitu kaperang dadi papat iku

pangertene: kapisan wis kapara nyata, kapindho istijrot wujude kembar,

kaping telu wis lair ning durung wujud, kaping papat, liya bangsa

Jelas sekali bahwa Bali dibawah perlindungan tujuh wali.

Wujudkanlah!...Ada sebuah tempat suci di atas sebuah bukit di sebelah

gua besar. Seorang pedeta Hindu menjaganya. Jadi jangan takut...Waspada

jangan sampai ketujuh wali ini menjadi empat...Tujuh wali menjadi empat

maksudnya adalah yang pertama sudah terbukti dan diketahui orang, yang

kedua adalah sebuah tempat kramat dengan kuburan kembar. Yang ke-tiga

telah lahir tetapi kuburanya belum muncul. Ke-empat berasal dari negara

atau bangsa lain.

Page 16: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

50

George Quinn (2012) mengidentifikasikan beberapa tempat ziarah yang bermakna

bagi masyarakat Islam Bali.

Tabel 4.4 Situs-Situs Ziarah Islam di Bali

Name of Site Site Occupant Location Miracle

Keramat Pantai Seseh

Ratu Mas Sepuh also known Pangeran Mas Sepuh, Raden Mas Sepuh,Syeh Ahmad Hamdan Hoirussoleh and Raden Amangkuningrat

Pantai Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. GPS coordinates:8°38'47.59"S 115° 6'50.74"E

Ratu Mas Sepuh walked on water and defeated attackers by the power of his kris.

Keramat Bukit Bedugul

Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi

On a hilltop in a forest reserve about two hours climb from the entrance to the Eka Karya Botanical Garden, Bedugul, Kabupaten Tabanan. GPS coordinates: ???

A forest official was afflicted by bad dreams and illness after preventing construction of a tomb superstructure. Cured after relenting.

Makam Keramat Karang Rupit

The Kwan Lie also known as Sheikh Abdul Qodir Muhammad

Labuhan Aji, Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, north Bali. GPS coordinates:8°10'38.03"S 114°59'54.08"E

The tomb has magically “grown” to a height of about one and a half metres

Makam Keramat Kusamba

Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al-Hamid (died c.1905)

Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung. GPS coordinates: 8°33'52.44"S 115°27'2.80"E

A bar of fire miraculously rose from the tomb and killed the assassins of Habib Abu Bakar Al-Hamid

Keramat Kembar (1)

Sheikh Maulana Yusuf Al-Baghdi Al-Maghribi also sometimes Sheikh Maulana Yusuf Al-Bagdadi Al-Maghribi

About 250 metres from the tomb of Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus in Kecicang in the village of Bungaya Kangin, Bebandem, Karangasem. approximate GPS coordinates: 8°26'49.96"S 115°35'23.14"E

The grave was not damaged or covered by ash or sand during the eruption of Mount Agung in 1963.

Keramat Kembar (2)

Habib Ali bin Zainal Abidin Al-Idrus (died 1982)

Kecicang, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten

Page 17: 35 BAB IV RITUAL HAJI BAGI UMAT ISLAM DAN LOKASI ...

51

Karangasem, GPS coordinates: 8°26'54.92"S 115°35'31.09"E

Makam Keramat Loloan

Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih (died 1999)

Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. GPS coordinates: 8°22'8.29"S 114°37'16.79"E

Habib Abu Bakar Bafaqih died at the age of 117. The existence of this holy grave was predicted before the death of its occupant.

Keramat Agung Pemecutan

Siti Khodijah, also known as Dewi Khodijah

Jalan Gunung Batu Karu in the centre of Denpasar city. GPS coordinates: 8°39'35.65"S 115°12'29.86"E

A tree, growing from the grave through the roof of the burial chamber, sprouted miraculously from Siti Khodijah’s hair, or from the shaft of a spear lodged in her back.

Sumber: The Muslim’s Saints Of Bali, 2012

Menurut Quiin meskipun kisah-kisah tersebut belum begitu jelas dalam perspektif

kesejarahan karena mengandung banyak pertentangan dengan berbagai versi

cerita. Kisah tersebut juga menggoreskan cerita tersembunyi yang kelam dan

belum terverifikasi.