3,4

3
Nama : Bima Cinintya Pratama NIM : 371744 Judul : The Effects Of Hurdle Rates On The Level Of Escalation of CommitmentIn Capital Budgeting Author : Mandy M. Cheng, Axel K-D Schulz, Peter F. Luckett & Peter Booth. 1. Masalah yang diteliti dalam riset ini adalah para pembuat keputusan memiliki kecenderungan untuk untuk melanjutkan proyek yang unekonomic meskipun hasil dimasa lalu buruk dan terdapat kesempatan investasi yang lebih profitable. Penelitian ini penting karena belum ada yang meneliti pengaruh hurdle rates dalam deescalating of commitment. Tujuan penelitian ini adalah menginvestigasi keefektifan hurdle rates dalam deescalating level of commitment dan menginvestigasi keefektifan 2 tipe hurdle rates. 2. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah self- justification theory (Staw,1976) yang menyatakan ketika manajer proyek mengalami kemunduran, mereka akan meningkatkan komitmen mereka untuk membuat proyek berjalan. Theory of cognitive dissonance (Festinger’s,1957), ketidakcocokan akan memotovasi orang untuk mengurangi dan mencapai kecocokan dan theory of psychological commitment (Kiesler’s,1971),managers dissonance-reducing behavior tergantung pada kekuatan relative 2 inconsistent cognition. Modern Finance Theory (Kloot, 1996). H1a: level escalation of commitment akan rendah bagi manajer dengan organizational-set hurdle rates daripada no formal hurdle rates. H1b: level escalation of commitment akan rendah bagi manajer dengan self-set hurdle rates daripada no formal hurdle rates. H2: level escalation of commitment akan rendah bagi manjemen dengan self-set hurdle rates daripada organizational hurdle rates. 3. Penelitian menggunakan eksperimen 1x3. Subjek penelitian adalah 25 mahasiswa S1 yang mengikuti kelas Akuntansi Managerial tahun kedua. eksperimen melibatkan skenario Capital Budgeting yang disajikan dalam 2 tahap berurutan. Pada bagian pertama subyek diberikan informasi tentang peranan mereka sebagai manajer yang akan melakukan investasi pada suatu proyek. Pada bagian II subyek diberi

description

akuntansi keperilakuan

Transcript of 3,4

Page 1: 3,4

Nama : Bima Cinintya PratamaNIM : 371744Judul : The Effects Of Hurdle Rates On The Level Of Escalation of CommitmentIn Capital

BudgetingAuthor : Mandy M. Cheng, Axel K-D Schulz, Peter F. Luckett & Peter Booth.

1. Masalah yang diteliti dalam riset ini adalah para pembuat keputusan memiliki kecenderungan untuk untuk melanjutkan proyek yang unekonomic meskipun hasil dimasa lalu buruk dan terdapat kesempatan investasi yang lebih profitable. Penelitian ini penting karena belum ada yang meneliti pengaruh hurdle rates dalam deescalating of commitment. Tujuan penelitian ini adalah menginvestigasi keefektifan hurdle rates dalam deescalating level of commitment dan menginvestigasi keefektifan 2 tipe hurdle rates.

2. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah self-justification theory (Staw,1976) yang menyatakan ketika manajer proyek mengalami kemunduran, mereka akan meningkatkan komitmen mereka untuk membuat proyek berjalan. Theory of cognitive dissonance (Festinger’s,1957), ketidakcocokan akan memotovasi orang untuk mengurangi dan mencapai kecocokan dan theory of psychological commitment (Kiesler’s,1971),managers dissonance-reducing behavior tergantung pada kekuatan relative 2 inconsistent cognition. Modern Finance Theory (Kloot, 1996). H1a: level escalation of commitment akan rendah bagi manajer dengan organizational-set hurdle rates daripada no formal hurdle rates.H1b: level escalation of commitment akan rendah bagi manajer dengan self-set hurdle rates daripada no formal hurdle rates.H2: level escalation of commitment akan rendah bagi manjemen dengan self-set hurdle rates daripada organizational hurdle rates.

3. Penelitian menggunakan eksperimen 1x3. Subjek penelitian adalah 25 mahasiswa S1 yang mengikuti kelas Akuntansi Managerial tahun kedua. eksperimen melibatkan skenario Capital Budgeting yang disajikan dalam 2 tahap berurutan. Pada bagian pertama subyek diberikan informasi tentang peranan mereka sebagai manajer yang akan melakukan investasi pada suatu proyek. Pada bagian II subyek diberi informasi tentang progress proyek setelah 2 tahun, informasi mengenai proyek alternatif. Subyek diingatkan kembali tentang keputusan mereka di bagian pertama dan diberi tahu bahwa manajer dianggap sukses jika dapat mempertahankan komitmen awal proyek mereka dan akan merusak reputasi mereka jika tidak konsisten pada keputusan awal mereka.

4. Hasil penelitian menunjukkan H1a tidak terdukung, H1b terdukung (p<0,00) dan H2 terdukung (P<0,03). Kesimpulannya adalah Hurdle rate dapat menjadi mekanisme kontrol yang efektif dalam mengurangi escalation of commitment ketika manajer terlibat secara langsung dalam penentuan hurdle rate tersebut (self-set hurdle rate). Kontribusi penelitian ini memberikan bukti empiris tentang keefektifan penggunaan self-set hurdle rate dalam mengurangi escalation of commitment dan membantu praktisi dalam mendesign investasi modal dan sistem otorisasi proyek dengan lebih baik sehingga mampu menghasilkan alokasi sumber daya organisasi yang lebih efisien.

5. Keterbatasan penelitian ini adalah tugas yang digunakan dalam eksperimen terlalu sederhana, sehingga tidak mencakup keseluruhan informasi yang perlu dipertimbangkan dalam proses penganggaran dan organization-set hurdle rate di tampilkan dalam bentuk rekomendasi, bukan sebagai arahan yang memaksa.

Page 2: 3,4

Nama : Bima Cinintya PratamaNIM : 371744Judul : Escalation of Commitment : The Effect of Magnitude of Loss, Monitoring and the

Presence of an Alternative Investment. Can a Project 90% Complete be stopped?Author : Mark Buxton dan Richard Rivers

1. Pertanyaan penelitian ini adalah Apakah ada variabel atau kombinasi variabel yang akan membuat pengambil keputusan merasa ragu untuk melanjutkan proyeknya atau menyudahinya, walaupun proyek itu sudah berjalan 90% ? Penelitian ini penting dilakukan karena belum ada yang menelitinya.

2. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah cognitive dissonance (Festinger,1957), self justification theory yang mengutamakan tanggung jawab individu (Staw 1976), approach avoidance theory (Rubin and Brockner, 1975), agency theory (Jensen and Meckling, 1976) mengatakan bahwa employer menginginkan orang bekerja sesuai kepentingannya. H1 : Subjek yang dimonitor akan kecil kemungkinanya melanjutkan proyek dibanding subjek yang tidak dimonitor. H2 : Subjek dengan magnitude of loss yang tinggi akan kecil kemungkinannya untuk melanjutkan proyek, dari pd subjek pada kondisi low atau medium. H3: Subjek yang memiliki alternatif investasi yang nampaknya menarik akan kecil kemungkinannya untuk melanjutkan proyek. H4: Kombinasi magnitude of loss dan monitoring yang tinggi dan alternative investasi akan menyebabkan subjek menyudahi proyek pada level signifinakan berbeda dengan memutuskan melanjutkan proyek dengan kemungkinan yang belaka.

3. Desain eksperimen ini adalah 3x2x2. Partisipan adalah mahasiswa senior yang mengambil MBA.

4. Hasil dari penelitian ini adalah H1 tidak terdukung. Pada tabel 2, monitoring tidak memiliki dampak signifikan pada kemungkinan melanjutkan proyek yang sudah berjalan 90%, F=0.096, p=0,757. Pada kondisi high maupun low mereka tetap akan melanjutkan proyek. H2 terdukung, F=4,832, p<0,01. Hasil ini memberikan bukti bahwa partisipan mempertimbangkan dampak ketika proyek gagal. H3 terdukung, F= 19,501, p<0.001, artinya alternatif investasi yang menarik akan mengurangi kemungkinan untuk melanjutkan proyek. Pada dichotomous dependent variable juga menunjukkan siginifikan, wald=19.938, p<0,001. H4 tidak terdukung. Hasil menunjukkan bahwa ada satu sel kombinasi variabel yang menyebabkan subjek menyudahi proyek yang sudah berjalan 90% yaitu high magnitude of loss, low monitoring dan alternatif investasi. Penemuan paling penting dari penelitian ini adalah kombinasi dari alternatif investasi, high magnitude of loss dan low monitoring cukup membuat pengambil keputusan memberhentikan proyek yang sudah berjalan 90%.

5. Penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan adalah mempertimbangkan pengalaman apakah akan mempengaruhi escalation of commitment dan menginvestigasi penyebab monitoring tidak mempengaruhi escalation of commitment.