3.4 SPIP Pengendalian Fisik Atas Aset

43

Click here to load reader

description

SPIPUnsur 3: Kegiatan PengendalianSub Unsur 3: Pengendalian Fisik atas Aset

Transcript of 3.4 SPIP Pengendalian Fisik Atas Aset

  • BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN

    SPIP UNSUR KEGIATAN PENGENDALIAN

    SUB UNSUR PENGENDALIAN FISIK

    ATAS ASET

    (3.4)

    NOMOR : PER-1326/K/LB/2009

    TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset i

    KATA PENGANTAR

    Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

    Pemerintah (SPIP) merupakan tanggung jawab Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan pasal 59

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

    Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pembinaan ini merupakan

    salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas

    sistem pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab

    menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota sebagai

    penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

    masing.

    Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

    tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

    a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

    b. sosialisasi SPIP;

    c. pendidikan dan pelatihan SPIP;

    d. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan

    e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

    pemerintah.

    Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan

    unsur-unsur SPIP, yaitu:

    a. lingkungan pengendalian;

    b. penilaian risiko;

    c. kegiatan pengendalian;

    d. informasi dan komunikasi; dan

    e. pemantauan pengendalian intern.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset ii

    Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,

    BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan

    SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa

    saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

    penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan

    ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub

    unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan

    acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

    penyelenggaraan sub unsur SPIP.

    Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP sub unsur

    Pengendalian Fisik atas Aset pada unsur Kegiatan Pengendalian

    merupakan acuan yang memberikan arah bagi instansi pemerintah

    pusat dan daerah dalam menyelenggarakan sub unsur tersebut, dan

    hendaknya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing

    instansi, yang meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas

    instansi tersebut.

    Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

    masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

    diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

    Jakarta, Desember 2009

    Plt. Kepala,

    Kuswono Soeseno

    NIP 19500910 197511 1 001

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................ i

    DAFTAR ISI ............................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................ 1

    B. Sistematika Pedoman ............................................. 2

    BAB II GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian ............................................................... 4

    B. Tujuan dan Manfaat ................................................. 7

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 7

    D. Parameter Penerapan ............................................. 8

    BAB III LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

    A. Tahap Persiapan....................................................... 12

    B. Tahap Pelaksanaan.................................................. 16

    C. Tahap Pelaporan...................................................... 33

    BAB IV PENUTUP

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset iv

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2008 tentang SPIP dinyatakan bahwa menteri/pimpinan

    lembaga, gubernur, dan bupati/ walikota bertanggung jawab atas

    efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern

    di lingkungan masing-masing. SPIP, yang ditetapkan dengan

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tersebut,

    mencakup lima unsur, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian

    risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta

    pemantauan pengendalian intern. Penerapan kelima unsur SPIP

    tersebut dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari

    kegiatan instansi pemerintah. Selanjutnya, pada pasal 18

    Peraturan Pemerintah tersebut mewajibkan pimpinan instansi

    pemerintah menyelenggarakan kegiatan pengendalian, sesuai

    dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas, serta fungsi

    instansi pemerintah yang bersangkutan.

    Dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2008 dinyatakan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib

    melaksanakan pengendalian fisik atas aset. Tujuan

    pengendalian fisik atas aset yang dimiliki oleh instansi

    pemerintah adalah agar aset tersebut aman dari risiko hilang,

    rusak, atau digunakan tanpa hak. Untuk itu, pimpinan instansi

    pemerintah harus menetapkan kebijakan dan prosedur

    pengamanan fisik atas aset, mengimplementasikan, dan

    mengomunikasikan kepada seluruh pegawai.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 2

    Untuk mencapai tujuan pengendalian fisik atas aset,

    diperlukan pedoman teknis sebagai penjabaran lebih lanjut dari

    Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP. Pedoman sub

    unsur ini merupakan pedoman teknis bagi pimpinan instansi

    pemerintah, baik instansi pemerintah pusat maupun daerah,

    guna mewujudkan pengendalian fisik atas aset yang efektif.

    B. Sistematika Pedoman

    Sistematika yang digunakan dalam pedoman ini adalah

    sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Bab ini menjelaskan latar belakang perlunya

    pengendalian fisik atas aset, maksud dibuatnya

    pedoman, dan sistematika pedoman.

    Bab II Gambaran Umum

    Bab ini menjelaskan konsep dasar aktivitas

    pengendalian dan sub unsur pengendalian, keterkaitan

    pengendalian dengan penilaian risiko, keharusan

    mempertimbangkan efektivitas aktivitas pengendalian,

    tujuan dan manfaat pengendalian fisik atas aset

    dikaitkan dengan peraturan yang berlaku, serta uraian

    mengenai parameter penerapan.

    Bab III Langkah-Langkah Penerapan

    Bab ini menguraikan secara terinci tahap-tahap yang

    harus dijalani oleh instansi pemerintah dalam

    melaksanakan pengawasan fisik atas aset, disesuaikan

    dengan daftar uji pengendalian.

    Bab IV Penutup

    Menguraikan kembali hal-hal penting dan menjelaskan

    penggunaan pedoman ini.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 3

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian

    Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur

    yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan

    pimpinan instansi pemerintah, untuk mengurangi risiko yang

    telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Kebijakan dan

    prosedur dikembangkan untuk meminimalkan risiko, sehingga

    membantu memberi keyakinan yang memadai bahwa tujuan

    instansi pemerintah dapat dicapai. Kebijakan dibuat untuk

    mengarahkan apa yang seharusnya dikerjakan dan berfungsi

    sebagai dasar bagi penyusunan prosedur. Prosedur adalah

    rangkaian urutan tindakan, dilakukan oleh satu atau beberapa

    orang, dengan peralatan dan waktu tertentu dalam

    melaksanakan kegiatan tertentu. Kebijakan dan prosedur harus

    dibuat secara tertulis.

    Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan

    kegiatan pengendalian, sesuai dengan ukuran, kompleksitas,

    serta sifat dari tugas, dan fungsi instansi pemerintah yang

    bersangkutan. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian,

    sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok

    instansi pemerintah;

    2. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses

    penilaian risiko;

    3. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat

    khusus instansi pemerintah;

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 4

    4. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;

    5. Prosedur yang ditetapkan harus dilaksanakan sesuai dengan

    yang tertulis;

    6. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk

    memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan

    berfungsi seperti yang diharapkan.

    Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat

    berdasarkan hasil penilaian risiko dari kegiatan pokok dan

    karakter khusus dari instansi pemerintah. Hal ini terlihat dari

    kenyataan bahwa atas semua risiko yang relevan, pimpinan

    instansi pemerintah telah mengidentifikasi tindakan dan kegiatan

    pengendalian yang diperlukan dalam menangani risiko tersebut.

    Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

    Identifikasi

    Analisis

    Respon/Kelola

    RisikoTujuanInstansi

    Pemerintah

    Gambar 1: Implementasi Kegiatan Pengendalian

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 5

    Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan pengendalian

    yang bersifat detektif dan preventif. Setelah terdeteksi adanya

    penyimpangan atau kelemahan, harus dilakukan tindakan

    koreksi untuk menyempurnakan kegiatan pengendalian,

    sehingga diperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan

    organisasi dapat tercapai.

    Kegiatan pengendalian terjadi di semua tingkat organisasi,

    kegiatan, unit, dan fungsi instansi pemerintah. Kegiatan

    pengendalian merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan

    dari perencanaan, penerapan, serta reviu kinerja dari instansi

    pemerintah. Dalam menetapkan kegiatan pengendalian, harus

    dipertimbangkan hubungannya dengan proses penilaian risiko,

    dan kecukupan kegiatan pengendalian.

    Penerapan pengendalian pada suatu instansi pemerintah

    dapat berbeda dengan instansi pemerintah lainnya. Perbedaan

    penerapan tersebut antara lain disebabkan oleh perbedaan:

    1. visi, misi, dan tujuan;

    2. lingkungan dan cara beroperasi;

    3. tingkat kerumitan organisasi;

    4. sejarah atau latar belakang serta budaya; dan

    5. risiko yang dihadapi.

    Meskipun instansi pemerintah mempunyai misi, tujuan,

    sasaran, dan struktur organisasi yang sama, dapat menerapkan

    kegiatan pengendalian yang berbeda. Hal ini karena

    pertimbangan pimpinan, implementasi, dan manajemen. Semua

    faktor tersebut memengaruhi kegiatan pengendalian intern

    sehingga pengendalian tersebut harus dirancang untuk

    memberikan sumbangan dalam pencapaian misi, tujuan, dan

    sasaran instansi.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 6

    Kegiatan pengendalian terdiri dari sebelas sub unsur, yaitu:

    1. reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;

    2. pembinaan sumber daya manusia;

    3. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

    4. pengendalian fisik atas aset;

    5. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

    6. pemisahan fungsi;

    7. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

    8. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan

    kejadian;

    9. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

    10.akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

    11.dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern,

    serta transaksi dan kejadian penting.

    Dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

    2008 dinyatakan bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib

    melaksanakan pengendalian fisik atas aset. Tujuan pengamanan

    fisik atas aset yang dimiliki oleh instansi pemerintah adalah agar

    aset tersebut aman dari risiko hilang, rusak, atau digunakan oleh

    pihak lain tanpa hak. Untuk itu, pimpinan instansi pemerintah

    harus menetapkan kebijakan dan prosedur pengamanan fisik,

    mengimplementasikan, serta mengomunikasikan kepada seluruh

    pegawai.

    Untuk mencapai tujuan pengamanan fisik atas aset,

    diperlukan pedoman teknis sebagai penjabaran lebih lanjut dari

    pedoman teknis penyelenggaraan SPIP.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 7

    B. Tujuan dan Manfaat

    Pedoman Sub Unsur Pengendalian Fisik atas Aset ini

    merupakan pedoman teknis bagi pimpinan instansi pemerintah,

    baik instansi pemerintah pusat maupun daerah, guna

    mewujudkan pengendalian fisik atas aset yang efektif.

    Diharapkan, pedoman teknis ini dapat diaplikasikan secara nyata

    oleh pimpinan instansi pemerintah dalam mengamankan fisik

    aset dari risiko hilang, rusak, dan penggunaan/pemanfaatan oleh

    pihak yang tidak berhak.

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait

    Pengendalian fisik atas aset yang dibangun oleh setiap

    instansi pemerintah mengacu pada peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Peraturan yang terkait dengan

    pengendalian fisik atas aset instansi pemerintah antara lain:

    1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara;

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah

    Negara;

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

    Standar Akuntansi Pemerintahan;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yang telah diubah

    dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang

    Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006;

    5. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara

    Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan

    Pengalihan Hak atas Rumah Negara;

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 8

    6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007

    tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,

    Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara;

    7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007

    tentang Penggolongan dan Pengodifikasian Barang Milik

    Negara;

    8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

    tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    9. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Nomor

    38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi dalam

    Pengerjaan dan Nomor 40/PB/2006 tentang Pedoman

    Akuntasi Persediaan;

    10.Keputusan Menteri/Kepala Lembaga/Gubernur/Bupati terkait

    dengan Pengamanan Fisik atas Aset;

    Keputusan pimpinan instansi pemerintah, kepala satuan

    kerja/satuan kerja perangkat daerah, terkait pengamanan fisik

    atas aset harus mengacu pada ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    D. Parameter Penerapan

    Parameter penerapan pengendalian fisik atas aset adalah

    sebagai berikut:

    1. Pimpinan instansi pemerintah menetapkan,

    mengimplementasikan, dan mengomunikasikan rencana

    identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset

    kepada seluruh pegawai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan

    adalah sebagai berikut:

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 9

    a. Kebijakan dan prosedur pengamanan fisik aset telah

    ditetapkan, diimplementasikan, dan dikomunikasikan

    kepada seluruh pegawai.

    b. Instansi pemerintah telah mengembangkan rencana untuk

    mengidentifikasikan dan mengamankan aset infrastruktur.

    c. Aset yang berisiko hilang, dicuri, rusak, digunakan tanpa

    hak, seperti uang tunai, surat berharga, perlengkapan,

    persediaan, dan peralatan, secara fisik diamankan, dan

    akses ke aset tersebut dikendalikan.

    d. Aset, seperti uang tunai, surat berharga, perlengkapan,

    persediaan, dan peralatan, secara periodik dihitung dan

    dibandingkan dengan catatan pengendalian. Setiap

    perbedaan diperiksa secara teliti.

    e. Uang tunai dan surat berharga yang dapat diuangkan,

    dijaga dalam tempat terkunci, dan akses ke aset tersebut

    secara ketat dikendalikan.

    f. Formulir, seperti blangko cek dan Surat Perintah

    Membayar/Surat Perintah Pencairan Dana, diberi nomor

    urut tercetak (prenumbered), secara fisik diamankan, dan

    akses ke formulir tersebut dikendalikan.

    g. Penanda tangan cek mekanik dan stempel tanda tangan

    secara fisik dilindungi dan aksesnya dikendalikan dengan

    ketat.

    h. Peralatan yang berisiko dicuri, diamankan dengan

    dilekatkan atau dilindungi dengan cara lainnya.

    i. Identitas aset dilekatkan pada mebeler, peralatan, dan

    inventaris kantor lainnya.

    j. Persediaan dan perlengkapan disimpan di tempat yang

    aman secara fisik dan dilindungi dari kerusakan.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 10

    k. Seluruh fasilitas dilindungi dari api dengan menggunakan

    alarm kebakaran dan sistem pemadaman kebakaran.

    l. Akses ke gedung dan fasilitas dikendalikan dengan pagar,

    penjaga, atau bentuk pengendalian lainnya.

    m. Akses ke fasilitas di luar jam kerja dibatasi dan

    dikendalikan.

    2. Pimpinan instansi pemerintah menetapkan,

    mengimplementasikan, dan mengomunikasikan rencana

    pemulihan setelah bencana (disaster recovery plan) kepada

    seluruh pegawai.

    Setiap pimpinan instansi pemerintah harus menetapkan

    dan mengembangkan parameter penerapan SPIP dengan

    mengacu kepada Daftar Uji Pengendalian Intern Pemerintah

    dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yang

    disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan risiko masing-masing

    instansi pemerintah (lihat Lampiran Peraturan Pemerintah

    Nomor 60 Tahun 2008 tentang Daftar Uji Pengendalian Intern

    Pemerintah-Pendahuluan, paragraf ke-6).

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 11

    BAB III

    LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN

    Penerapan sub unsur pengendalian fisik atas aset ditandai

    dengan adanya rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur, serta

    rencana pemulihan setelah bencana (disaster recovery plan), yang

    dibangun sesuai dengan karakteristik organisasi dan mengarah pada

    pencapaian tujuan organisasi, serta dikomunikasikan kepada seluruh

    jajaran pimpinan dan pegawai dalam organisasi instansi pemerintah.

    Pedoman ini memberikan panduan dalam penerapan sub

    unsur pengendalian fisik atas aset yang sesuai dalam tiga tahap

    utama, yaitu:

    1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi yang

    ditujukan untuk memberikan pemahaman mengenai

    pengamanan fisik atas aset dan pemetaan atas kondisi yang

    ada, sebagai masukan dalam menentukan kebutuhan untuk

    pembangunan dan penerapan infrastruktur yang diperlukan untuk

    terciptanya suatu aktivitas pengendalian dalam pengamanan fisik

    atas aset.

    2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas

    pemetaan, yang meliputi kegiatan pembangunan infrastruktur,

    internalisasi, dan pengembangan aktivitas pengendalian dalam

    pengamanan fisik atas aset yang berkelanjutan.

    3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap penginformasian atas

    kemajuan pelaksanaan/implementasi aktivitas pengendalian

    dalam pengamanan atas aset secara menyeluruh, mulai dari

    tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan, yang

    mencakup kemajuan kegiatan pembangunan infrastruktur,

    internalisasi, dan pengembangan aktivitas pengendalian dalam

    pengamanan fisik atas aset, serta hambatan yang dihadapi, dan

    langkah mengatasinya.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 12

    Tahapan untuk implementasi aktivitas pengendalian dalam

    pengendalian fisik atas aset, mencakup langkah-langkah sebagai

    berikut:

    A. Persiapan

    Tahap persiapan, merupakan tahap awal dalam

    penyelenggaraan SPIP, yang terdiri dari proses pemahaman dan

    pemetaan, yaitu:

    1. Penyiapan Peraturan, Sumber Daya Manusia, dan

    Rencana Penyelenggaraan

    Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan

    pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap

    kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Berdasarkan

    peraturan penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi

    pemerintah membuat rencana penyelenggaraan, yang antara

    lain memuat:

    a. jadwal pelaksanaan kegiatan;

    b. waktu yang dibutuhkan;

    c. dana yang dibutuhkan;

    d. pihak-pihak yang terlibat.

    Berdasarkan peraturan tersebut, Satuan Tugas

    Penyelenggaraan SPIP, yang diberi tugas mengawal

    pelaksanaan penerapan kebijakan dan praktik pengendalian

    fisik atas aset yang ditetapkan. Satgas tersebut terlebih

    dahulu diberi pelatihan tentang SPIP, khususnya sub unsur

    terkait agar dapat menyelenggarakan sub unsur tersebut.

    2. Pemahaman (Knowing)

    Tahap pemahaman adalah suatu langkah untuk

    memberikan pemahaman bagaimana pembentukan

    pengamanan fisik atas aset dapat memberikan kontribusi

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 13

    dalam penyelenggaraan aktivitas pengendalian, yang

    mendukung secara keseluruhan berfungsinya sistem

    pengendalian intern instansi pemerintah.

    Tahap pemahaman, diawali dengan pengomunikasian

    pentingnya aktivitas pengendalian dalam pengamanan fisik

    atas aset, yang mencakup rencana identifikasi, kebijakan,

    dan prosedur yang ditetapkan dalam rangka pengamanan

    fisik atas aset, serta rencana pemulihan setelah bencana

    (disaster recovery plan). Pengomunikasian pentingnya

    aktivitas pengendalian dalam pengamanan fisik atas aset

    akan menghasilkan kesamaan persepsi dan kepedulian

    pentingnya pengamanan fisik atas aset.

    Komitmen seluruh pegawai perlu dibangun untuk

    mengamankan fisik aset. Instansi pemerintah dapat

    memberikan pemahaman dan membangun komitmen

    pegawai melalui sosialisasi. Metode yang dapat ditempuh

    untuk melakukan sosialisasi dapat dipilih dari beberapa

    metode komunikasi penyampaian informasi yang dirasa

    cocok dan tepat bagi instansi dalam membangun

    pemahaman yang dimaksudkan. Adapun metode tersebut

    antara lain menggunakan:

    a. metode tatap muka;

    b. metode penggunaan situs jaringan (website) penyampaian

    informasi;

    c. metode penyampaian dengan menggunakan multimedia

    interaktif;

    d. metode penyampaian yang menggunakan majalah atau

    buku saku;

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 14

    e. metode penyampaian dengan penggunaan saluran

    komunikasi yang umum; dan

    f. metode pemberian akses ke jaringan informasi (network),

    dengan menggunakan password.

    Beberapa kasus tidak optimalnya instansi pemerintah

    menyelenggarakan aktivitas pengendalian dalam

    pengamanan fisik atas aset, tercermin dari belum adanya

    aktivitas pengendalian yang memadai, dan jika pun telah ada

    kebijakan dan prosedur yang jelas dalam pengamanan fisik

    atas aset, ternyata terdapat faktor lain yang kurang

    mendukung berjalannya aktivitas pengendalian, yaitu tidak

    dipahaminya kebijakan dan prosedur pengamanan fisik atas

    aset tersebut oleh jajaran pimpinan dan pegawai. Salah satu

    indikator yang tampak jelas adalah saling lempar tanggung

    jawab di dalam penyelesaian masalah yang terjadi. Tidak

    jelasnya siapa mengerjakan apa, siapa melapor kepada

    siapa, dan siapa yang bertanggung jawab, merupakan

    cerminan yang menggambarkan tidak berfungsinya aktivitas

    pengendalian dalam pengamanan fisik atas aset.

    Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan

    pengomunikasian dan penyebaran informasi mengenai

    aktivitas pengendalian dalam pengamanan fisik atas aset

    adalah adanya masukan (feedback) dari para pejabat dan

    pegawai yang memiliki posisi sebagai pemangku

    kepentingan dalam pengelolaan aset, berupa dorongan

    kepada pimpinan instansi pemerintah untuk melakukan

    pembaruan atau perbaikan atas rencana identifikasi,

    kebijakan, dan prosedur, dalam rangka pengamanan fisik

    atas aset, serta perbaikan untuk rencana pemulihan setelah

    bencana (disaster recovery plan).

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 15

    Dengan demikian, yang ingin dicapai dari tahap

    pemahaman tersebut adalah seluruh pimpinan dan pegawai

    memahami kedudukan, peran, dan tanggung jawab dalam

    pengamanan fisik atas aset, serta mendorong timbulnya

    kepedulian dari pimpinan instansi pemerintah, untuk selalu

    melakukan koreksi atau perbaikan atas rencana identifikasi,

    kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset ke arah yang

    lebih sempurna, serta perbaikan untuk rencana pemulihan

    setelah bencana (disaster recovery plan), sehingga tujuan

    organisasi dapat dicapai dengan baik, khususnya yang terkait

    dengan terwujudnya pengamanan atas aset negara.

    3. Pemetaan (Mapping)

    Setelah dilakukan kegiatan sosialisasi, diperlukan suatu

    kegiatan pemetaan atau diagnostic assessment terhadap

    keberadaan infrastruktur untuk menerapkan pengendalian

    fisik atas aset tersebut. Keberadaan infrastruktur diwujudkan

    dalam bentuk kebijakan dan prosedur. Pemetaan juga

    diarahkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana kondisi

    penyelenggaraan SPIP yang sudah berjalan, kesesuaian

    penyelenggaraan dengan kebijakan sehingga didapatkan

    areas of improvement (AOI).

    Pemetaan dilakukan untuk memperoleh informasi atau

    gambaran mengenai:

    a. Sejauh mana instansi pemerintah telah memiliki

    peraturan/ kebijakan yang mendasari pengendalian fisik

    atas asset.

    b. Peraturan/kebijakan yang ada telah sesuai dengan

    ketentuan di atasnya.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 16

    c. Instansi pemerintah telah memiliki SOP atau pedoman

    untuk melaksanakan peraturan tersebut.

    d. Pedoman atau petunjuk dimaksud telah sesuai dengan

    peraturan yang ada dan/atau yang akan dibangun.

    e. SOP atau pedoman tersebut telah dipraktikkan dan

    didokumentasikan dengan baik.

    Dari pemetaan ini, diharapkan dapat memberikan

    masukan atas rencana tindak yang paling tepat untuk

    pembentukan infrastruktur dan internalisasi aktivitas

    pengendalian untuk sub unsur pengamanan fisik atas aset,

    yang sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah.

    B. Pelaksanaan

    Tahapan pelaksanaan terdiri dari proses pembangunan

    infrastruktur dan internalisasi, serta pengembangan

    berkelanjutan mengenai aktivitas pengendalian dalam

    pengamanan fisik atas aset, yang terdiri dari rencana identifikasi,

    kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset, serta rencana

    pemulihan setelah bencana (disaster recovery plan).

    1. Pembangunan Infrastruktur (Norming)

    Pada tahap pembangunan infrastruktur, pimpinan

    instansi pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan

    rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan

    aset berupa perangkat keras pengamanan atas fisik, yang

    sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah. Hal-hal yang

    perlu dilakukan dalam membangun infrastruktur

    pengendalian fisik atas aset dapat dilakukan dengan cara:

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 17

    a. Identifikasi Kebijakan dan Prosedur Pengendalian

    Fisik atas Aset

    Salah satu tugas dan fungsi instansi pemerintah adalah

    mengelola aset negara. Jenis fisik aset negara yang

    dikelola oleh instansi pemerintah secara umum dapat

    dibedakan dalam dua kategori besar, yaitu aset kas dan

    aset nonkas.

    Untuk mengelola aset negara, baik yang berbentuk kas

    maupun nonkas, maka dalam setiap organisasi instansi

    pemerintahan, secara umum harus ditetapkan satuan

    kerja yang bertanggung jawab untuk mencatat,

    memantau, melakukan pengecekan fisik aset secara

    periodik, dan melaporkan aset negara tersebut. Untuk

    melakukan pengelolaan aset negara tersebut, diperlukan

    adanya kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

    pimpinan instansi pemerintah.

    Pada tahap awal pembangunan infrastruktur

    pengendalian fisik atas aset, pimpinan instansi

    pemerintah harus menyusun rencana untuk melakukan

    identifikasi terhadap semua kebijakan dan prosedur

    tertulis yang diperlukan, dalam rangka pengamanan aset

    negara. Kebijakan dan prosedur tersebut, merupakan

    bagian dari komitmen pimpinan instansi pemerintah,

    dalam rangka mengantisipasi hasil penilaian risiko atas

    pengelolaan aset.

    Dalam hal hasil identifikasi kebijakan dan prosedur

    menunjukkan adanya suatu kelemahan yang dapat

    memengaruhi pencapaian tujuan organisasi, pimpinan

    instansi pemerintah harus segera menindaklanjuti hasil

    identifikasi tersebut dengan menyempurnakan kebijakan

    dan prosedur pengendalian atas fisik aset.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 18

    Hasil identifikasi diharapkan juga dapat mengungkapkan

    secara lebih jelas mengenai keselarasan kebijakan dan

    prosedur pengendalian aset, yang berlaku untuk setiap

    jenjang organisasi instansi pemerintah, serta

    keselarasannya dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    b. Identifikasi Fisik atas Aset Yang Dimiliki oleh Instansi

    Pemerintah

    Rencana identifikasi atas aset, juga mencakup kebutuhan

    aktivitas pengendalian dalam pengamanan fisik atas aset,

    melalui kegiatan pengidentifikasian yang dilaksanakan

    secara berkala, sehingga jumlah, jenis, dan sebaran

    aset instansi pemerintah dari waktu ke waktu dapat

    diketahui, baik kondisi maupun nilainya.

    Kebijakan dan prosedur pengendalian dalam rangka

    identifikasi fisik atas aset yang harus diakomodasi oleh

    instansi pemerintah, sekurang-kurangnya mencakup hal-

    hal sebagai berikut:

    1) Untuk fisik aset berupa kas atau setara kas, maka

    pengidentifikasian keberadaan dan keamanannya

    harus dilakukan secara teratur, sekurang-kurangnya

    sebulan sekali atau waktu yang lebih pendek, sesuai

    dengan kebutuhan, melalui pembandingan fisik kas

    dan setara kas dengan catatan dan laporan. Demikian

    juga, dalam hal aset berupa kas dan setara kas

    tersebut ditempatkan di bank, maka identifikasi melalui

    prosedur rekonsiliasi dan konfirmasi perlu dilakukan

    oleh pimpinan instansi pemerintah.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 19

    2) Untuk mengetahui bahwa aktivitas pengendalian

    dalam pengamanan fisik atas aset berupa kas dan

    setara kas telah berjalan sesuai kebijakan dan

    prosedur yang berlaku, maka atasan langsung

    bendahara pada instansi pemerintah melakukan

    identifikasi, melalui pemeriksaan fisik kas dan setara

    kas secara mendadak, tanpa diketahui lebih dulu oleh

    bendahara terkait.

    Demikian pula, untuk pengamanan fisik atas aset

    bersifat nonkas, setiap pengelola aset harus

    melakukan identifikasi secara berkala, minimal sekali

    dalam satu periode tahun buku, atau sesuai dengan

    kebutuhan/ketentuan yang berlaku bagi instansi

    pemerintah yang bersangkutan, terutama untuk

    mengetahui keberadaan, penguasaan, kondisi, dan

    kebutuhan untuk menambah, atau mengurangi fisik

    aset. Identifikasi dilakukan dengan cara melakukan

    pemeriksaan atau observasi atas fisik aset.

    3) Untuk memastikan bahwa aset nonkas seperti

    persediaan barang pakai habis telah dijaga secara

    aman, maka perlu ditetapkan secara jelas

    bendahara/penyimpan barang, yang juga

    berkewajiban untuk menyelenggarakan administrasi

    dan pencatatan kartu persediaan. Untuk inventaris

    kantor, aset tetap yang bergerak, dan tidak bergerak,

    termasuk infrastruktur lain yang dikuasai instansi

    pemerintah, perlu diberi tanda/label/ atau plang nama

    yang dapat menunjukkan tahun perolehan, dan status

    kepemilikannya.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 20

    Kegiatan pengidentifikasian aset kas dan setara kas

    serta aset bersifat nonkas tersebut, harus tertuang

    dalam rencana identifikasi yang diketahui oleh

    pimpinan instansi pemerintah.

    c. Pengendalian Fisik atas Aset dari Risiko Hilang,

    Pencurian, Rusak, dan Digunakan Tanpa Hak

    Pimpinan instansi pemerintah harus menjaga secara

    aman semua fisik aset dari risiko kehilangan, rusak, dan

    digunakan tanpa hak. Tingkat pengamanan fisik atas aset

    bergantung pada sifat dari fisik aset tersebut, yaitu:

    1) Fisik aset berupa perlengkapan, persediaan, dan

    peralatan ditempatkan pada tempat serta ruang yang

    terjaga secara aman, dibuat catatan yang dapat

    menunjukkan mutasi penerimaan dan penggunaan,

    serta saldonya. Barang persediaan yang rusak segera

    dipisahkan, dicatat, dan dilaporkan sebagaimana

    mestinya.

    2) Fisik aset berupa barang bergerak dan barang tidak

    bergerak harus dikendalikan, dengan cara penetapan

    pejabat dan pegawai yang diberi wewenang untuk

    mengelola aset bergerak dan tidak bergerak, oleh

    pimpinan instansi pemerintah.

    3) Pimpinan instansi pemerintah harus menjaga secara

    aman semua surat-surat yang membuktikan kepemilikan

    atas aset bergerak dan tidak bergerak, serta

    menyimpannya pada tempat yang aman dan terjaga.

    4) Fisik aset tidak bergerak berupa tanah dan bangunan

    harus dilindungi batas-batasnya dan diberi

    tanda/label/plang yang dapat dilihat secara jelas

    bahwa kepemilikan aset tersebut berada pada instansi

    pemerintah.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 21

    d. Penanganan/Tindakan yang Dilakukan Apabila Aset

    Hilang, Rusak, dan Bermasalah

    Pimpinan instansi pemerintah harus menangani semua

    fisik aset yang hilang, rusak, dan bermasalah, untuk

    mengurangi dampak atau kerugian yang ditimbulkannya.

    Proses penanganan atas aset yang hilang, rusak, dan

    bermasalah dilakukan sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan yang berlaku, antara lain:

    1) Pengenaan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan

    Ganti Rugi (TP/TGR);

    2) Penghapusan atas fisik aset yang hilang dan rusak;

    3) Penyelesaian secara hukum atas fisik aset yang

    bermasalah.

    Kebijakan dan prosedur untuk pengamanan terhadap

    kehilangan, kerusakan, dan aset-aset bermasalah

    tersebut dibuat secara tertulis dan dikomunikasikan

    kepada semua unit dalam organisasi pemerintah.

    e. Inventarisasi Fisik Aset Instansi Pemerintah

    Pimpinan instansi pemerintah menetapkan kebijakan dan

    prosedur pengendalian yang tepat untuk mencatat dan

    melaporkan aset. Aset berupa kas dan setara kas,

    perlengkapan, persediaan, dan peralatan, harus dicatat

    secara uptodate dan teratur mengenai mutasi penerimaan

    dan penggunaan, serta saldonya setiap saat. Untuk

    menjaga secara aman atas fisik aset tersebut, prosedur

    inventarisasi fisik harus dilakukan secara periodik,

    sekurang-kurangnya sebulan sekali atau dalam jangka

    waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 22

    Dalam hal hasil inventarisasi menunjukkan terjadi selisih

    antara jumlah menurut catatan dengan jumlah fisiknya,

    maka selisih tersebut harus diteliti penyebabnya, dicatat,

    dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah.

    Untuk selisih fisik kurang yang berpotensi menimbulkan

    kerugian keuangan negara, perlu ditindaklanjuti dengan

    evaluasi terpisah (separate evaluation), sehingga dapat

    ditentukan tindak lanjut yang harus diambil untuk

    penyelesaian permasalahan tersebut, serta pemulihan

    kerugian keuangan negara yang timbul.

    Formulir berita acara inventarisasi aset yang digunakan

    dalam inventarisasi fisik atas aset dibuat dan ditetapkan

    oleh pimpinan instansi pemerintah.

    Hasil inventarisasi diinformasikan dan dilaporkan kepada

    pimpinan instansi pemerintah dan pejabat lain yang

    berwenang untuk melaksanakan dan memantau tindak

    lanjut yang diperlukan.

    f. Pengendalian Fisik Aset Kas dan Setara Kas

    Tingkat pengendalian terhadap fisik aset kas dan setara

    kas menempati prioritas utama, sehingga pimpinan

    instansi pemerintah harus mempunyai kepedulian yang

    tinggi dalam melaksanakan aktivitas pengendalian

    terhadap aset tersebut. Kebijakan dan prosedur

    pengendalian terhadap fisik aset kas dan setara kas yang

    harus dibangun oleh pimpinan instansi pemerintah, yaitu:

    1) Fisik aset berupa kas dan setara kas harus disimpan

    pada tempat yang aman. Saldo kas berupa uang tunai

    yang disimpan dalam brankas bendahara tidak boleh

    melebihi jumlah yang sudah ditetapkan, sesuai

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 23

    dengan peraturan perundang-undangan, serta

    brankas ditempatkan pada ruangan yang aman dan

    mempunyai kunci yang hanya dipegang oleh

    bendahara kas.

    2) Fisik aset kas berupa uang tunai yang jumlahnya

    melebihi jumlah yang dapat disimpan di brankas harus

    segera disimpan dalam rekening jabatan di bank yang

    sudah ditetapkan, atas seizin Menteri Keuangan, atau

    pejabat lain yang berwenang.

    3) Setiap penerimaan kas berupa uang tunai harus

    diterima fisik uangnya lebih dahulu sebelum dicatat

    oleh bendahara dalam catatan/buku kas, sedangkan

    untuk setiap pengeluaran kas harus dicatat lebih

    dahulu sebelum uang tunai dikeluarkan/dibayarkan.

    4) Fisik aset setara kas, seperti surat berharga harus

    disimpan di tempat dan dijaga secara aman dari risiko

    hilang, rusak, atau disalahgunakan. Dalam hal nilai

    surat berharga dipandang sangat material, maka

    pimpinan instansi pemerintah harus menyimpan surat

    berharga tersebut di dalam safe deposit bank, atau

    di lembaga custodian yang terpercaya.

    5) Akses ke tempat penyimpanan aset berupa kas dan

    setara kas, hanya diberikan kepada pihak-pihak

    tertentu, berdasarkan persetujuan dari pimpinan

    instansi pemerintah.

    g. Pengendalian Terhadap Berbagai Formulir

    Pimpinan instansi pemerintah menetapkan formulir-

    formulir yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan unit

    kerja instansi pemerintah dalam melaksanakan kegiatan.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 24

    Formulir seperti blanko cek, surat perintah membayar/

    surat perintah pencairan dana, bukti voucher kuitansi

    penerimaan dan pengeluaran kas, serta formulir lain yang

    diperlukan, diberi nomor dan kode yang dapat melindungi

    instansi pemerintah dari penyalahgunaan formulir-formulir

    tersebut oleh pihak yang tidak berwenang. Formulir-

    formulir tersebut dicatat berdasarkan tanggal pencetakan

    dan disimpan pada tempat yang terjaga secara aman,

    serta terlindung dari risiko rusak, hilang, atau dapat

    diakses oleh pihak lain yang tidak berwenang.

    Dalam hal terdapat penggunaan formulir-formulir yang

    bersifat umum dan dapat diakses melalui internet atau

    e-form, maka pimpinan instansi pemerintah harus

    membuat standarisasi formulir tersebut, serta

    memberikan ruang dalam formulir yang memungkinkan

    dilakukannya verifikasi oleh pejabat berwenang terhadap

    keabsahan formulir yang digunakan.

    h. Otorisasi Penanda Tangan Cek

    Pimpinan instansi pemerintah harus menetapkan dua

    orang pejabat yang berwenang menandatangani cek.

    Untuk penandatanganan cek yang dilakukan secara

    mekanik dan penggunaan stempel tanda tangan, harus

    dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang dan dibuat

    daftarnya terlebih dahulu, sehingga penggunaan tanda

    tangan secara mekanik dan penggunaan stempel tanda

    tangan tersebut dapat dikendalikan secara tertib.

    Penyimpanan mesin tanda tangan mekanik dan stempel

    tanda tangan hanya dilaksanakan oleh pejabat yang

    ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 25

    Untuk menghindari penyalahgunaan cek dan berbagai

    formulir lainnya, pimpinan instansi pemerintah atau

    pejabat lain yang berwenang dilarang menandatangani

    cek yang belum tertulis atau formulir kosong.

    i. Pengendalian atas Peralatan yang Berisiko Dicuri

    Pimpinan instansi pemerintah menetapkan pejabat dan

    pegawai yang bertanggung jawab untuk mengelola

    peralatan. Pejabat dan pegawai yang menggunakan

    peralatan yang bersifat permanen, harus menandatangani

    surat pernyataan pemakaian peralatan, serta

    berkewajiban merawat dan mengembalikan peralatan

    tersebut, apabila yang bersangkutan dipromosikan atau

    dimutasikan ke unit/satuan kerja yang berbeda.

    Setiap peralatan diberi label atau tanda, yang berisi kode

    peralatan yang tidak mudah dilepas, tetapi mudah dilihat.

    Untuk peralatan yang baru dibeli dan berlaku garansi, maka

    pemberian label atau tanda tersebut secara permanen baru

    dilakukan setelah masa garansinya berakhir.

    Penyimpanan peralatan yang bersifat barang bergerak,

    harus ditempatkan secara khusus pada ruangan yang

    terjaga secara aman, serta untuk peralatan yang

    mempunyai nilai material sebaiknya diasuransikan,

    sehingga terlindungi dari upaya pencurian oleh pihak

    yang tidak bertanggung jawab.

    Pimpinan instansi pemerintah menetapkan kebijakan dan

    prosedur mengenai pemeriksaan fisik atas aset secara

    berkala dan memastikan bahwa kebijakan dan prosedur

    tersebut dilaksanakan dan dilaporkan sesuai dengan yang

    telah ditetapkan, serta jika terjadi kehilangan telah

    dilakukan tindak lanjut yang tepat.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 26

    j. Pengendalian Aset dengan Melekatkan Identitas Aset

    Untuk menjaga keamanan aset dan kemudahan

    pengidentifikasian, maka semua mebeler, peralatan, dan

    inventaris kantor lainnya diberi identitas yang jelas,

    dengan melekatkan label/stiker yang tidak mudah lepas,

    tetapi mudah dilihat.

    Dalam hal terdapat kerusakan barang-barang seperti

    tersebut di atas, penanggung jawab ruangan atau pejabat

    dan pegawai yang menguasai barang segera melaporkan

    kepada pimpinan instansi pemerintah, atau pejabat yang

    diberikan wewenang untuk mencatat barang milik negara,

    serta pihak yang memantau dan menindaklanjuti

    perbaikan yang diperlukan. Laporan kerusakan barang

    sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai kode

    barang, seperti termuat dalam label/stiker.

    k. Pengendalian Fisik Persediaan dan Melindungi dari

    Kerusakan

    Fisik aset berupa persediaan dan perlengkapan, harus

    disimpan di ruangan yang tepat, sehingga dapat

    menjamin keamanan fisiknya dan terlindungi dari

    kerusakan. Khusus untuk persediaan dan perlengkapan

    yang mempunyai nilai material, sebaiknya diasuransikan.

    Penyimpanan barang-barang persediaan yang mudah

    rusak, seperti bahan-bahan kimia, reagen, obat-obatan,

    atau barang-barang lain yang sejenis, penyimpanannya

    harus dilakukan secara khusus, pada tempat yang sesuai

    dengan sifat barang tersebut. Dalam hal terdapat

    persediaan dan peralatan yang rusak, maka bendahara/

    penyimpan barang segera melaporkan kepada pimpinan

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 27

    instansi pemerintah dan pejabat yang diberikan

    wewenang untuk mencatat barang milik negara, dan

    dibuatkan berita acara mengenai kondisi barang yang

    rusak, sehingga memiliki dasar yang layak untuk

    pencantuman kondisi fisik aset persediaan dan peralatan

    dalam catatan aset instansi pemerintah.

    l. Pengendalian Aset dari Bahaya Kebakaran

    Aset berupa bangunan atau fasilitas sarana dan

    prasarana yang dimiliki instansi pemerintah, harus

    dilindungi dari risiko bahaya kebakaran, dengan cara

    menggunakan alarm kebakaran dan sistem pemadaman

    kebakaran, sesuai dengan kebutuhan.

    Pimpinan instansi pemerintah juga harus melakukan

    pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya risiko

    kebakaran, dengan cara:

    1) membuat peraturan yang mewajibkan para pejabat

    dan pegawai instansi pemerintah untuk memadamkan

    semua peralatan elektrik, apabila tidak digunakan;

    2) membuat peraturan larangan merokok pada semua

    areal yang dianggap berbahaya dan ruangan khusus

    merokok harus ditempatkan secara khusus, serta jauh

    dari fasilitas-fasilitas yang mudah terbakar;

    3) melakukan simulasi pengamanan bangunan dan

    fasilitas, jika terjadi kebakaran;

    4) mengasuransikan semua fasilitas yang mudah

    terbakar; dan

    5) khusus untuk instansi pemerintah yang melaksanakan

    pelayanan publik, sedapat mungkin menyediakan

    fasilitas cadangan untuk mengantisipasi jika bahaya

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 28

    kebakaran benar-benar terjadi, namun pelayanan

    publik harus tetap dapat berjalan sebagaimana

    mestinya.

    m. Pengendalian Berupa Pembatasan Akses ke Gedung

    dan Fasilitas

    Pimpinan instansi pemerintah harus memastikan

    bahwa akses ke gedung dan fasilitas dikendalikan dengan

    membuat pagar, menyediakan penjaga, atau dengan

    pengendalian fisik lainnya, sesuai dengan tingkat

    keamanan gedung yang diperlukan. Pagar yang dibuat

    harus dapat mencegah pihak-pihak yang tidak

    berkepentingan memasuki atau merusak gedung. Pagar

    harus disesuaikan dengan estetika gedung, serta

    pembangunannya harus dilaksanakan secara ekonomis

    dan efisien.

    Penjaga gedung atau satuan pengamanan harus

    diberikan pelatihan yang cukup, sehingga dapat bertindak

    secara tegas, tetapi tetap menjaga kesopanan dan

    kesantunan. Jika memungkinkan, untuk pengamanan

    gedung dapat memanfaatkan teknologi kamera pemantau

    atau closed-circuit television (CCTV).

    n. Pembatasan Akses Terhadap Fasilitas

    Pimpinan instansi pemerintah harus menetapkan

    kebijakan dan prosedur yang ketat atas penggunaan atau

    akses terhadap fasilitas yang tersedia. Setiap

    penggunaan fasilitas di luar jam kerja atau untuk

    kepentingan di luar kedinasan harus mendapat

    persetujuan dari pimpinan instansi pemerintah atau

    pejabat yang berwenang.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 29

    Pimpinan instansi pemerintah juga harus menetapkan

    pejabat yang berwenang melakukan pemantauan

    terhadap penggunaan atau akses terhadap penggunaan

    fasilitas yang tersedia, dan melakukan tindakan

    pengamanan yang diperlukan.

    2. Internalisasi (Forming)

    Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk

    mewujudkan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan

    operasional sehari-hari. Perwujudannya, dapat tercermin dalam

    operasionalisasi infrastruktur yang dibangun dan memberikan

    kontribusi dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.

    Untuk tujuan internalisasi tersebut, maka pimpinan unit

    organisasi/instansi dapat melakukan aktivitas sebagai berikut:

    a. Mengomunikasikan Pengendalian Fisik atas Aset

    kepada Seluruh Pegawai Secara Berkelanjutan

    Tahap awal penginternalisasian kegiatan pengendalian

    dalam pengamanan fisik atas aset adalah

    mengomunikasikan peraturan/kebijakan pengendalian

    fisik atas aset, yang telah dibangun/disempurnakan,

    secara berkelanjutan kepada seluruh lapisan pegawai

    di instansi pemerintah. Komunikasi ini menjadi penting

    untuk membangkitkan arti pentingnya pengendalian fisik

    atas aset dan tanggung jawab yang melekat kepada

    masing-masing pegawai yang ditugaskan untuk

    mengelola aset, sesuai dengan kondisi lingkungan yang

    ada. Misalnya, diumumkan pada papan pengumuman

    resmi, leaflet, maupun dimasukkan dalam media

    informasi, komunikasi internet, dan intranet pada instansi

    yang bersangkutan.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 30

    b. Mendorong Jajaran Pimpinan dan Seluruh Pegawai

    untuk Menerapkan Pengendalian Fisik atas Aset dan

    Menyadari Tugas dan Tanggung Jawabnya dalam

    Organisasi

    Pengendalian fisik atas aset merupakan salah satu

    bagian dari pengelolaan aset di dalam organisasi. Aset

    merupakan alat bagi organisasi dalam menjalankan

    aktivitas utama. Jajaran pimpinan instansi pemerintah

    merupakan pemangku kepentingan, yang memiliki peran

    penting dalam menjalankan aktivitas utama organisasi,

    sehingga menjadi tugas dan tanggung jawabnya

    mendorong seluruh pegawai di dalam instansinya untuk

    mengefektifkan kebijakan dan prosedur pengendalian fisik

    aset. Masing-masing pegawai juga memiliki tugas dan

    tanggung jawab melakukan pengendalian fisik aset yang

    menjadi kewenangannya maupun aset instansi secara

    umum.

    c. Mendorong Jajaran Pimpinan dan Pegawai untuk

    Memahami Hubungan antara Pengendalian Fisik atas

    Aset dalam Mendukung Sistem Pengendalian Intern

    Sistem pengendalian intern merupakan proses yang

    terintegrasi. Masing-masing komponen saling

    berhubungan, sehingga kelemahan satu komponen dapat

    menyebabkan kelemahan komponen lainnya. Dengan

    demikian, apabila terjadi kelemahan dalam pengendalian

    fisik atas aset, dapat menyebabkan terganggunya

    pengendalian intern yang dibangun, serta dapat

    menggangu pencapaian tujuan. Oleh karena itu, setiap

    jajaran pimpinan dan pegawai yang ada di bawah

    kepemimpinannya, perlu didorong untuk mengetahui

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 31

    secara jelas hubungan tersebut. Media yang dapat

    digunakan untuk mendorong efektivitas pemahaman ini

    antara lain adalah prosedur operasi baku (standard

    operating procedure/SOP) yang jelas.

    d. Mendorong Jajaran Pimpinan dan Seluruh Pegawai

    untuk Memahami Peran SPIP

    Penerapan pengendalian intern merupakan tanggung jawab

    seluruh pegawai instansi pemerintah yang bersangkutan.

    Pimpinan sebagai sosok teladan (tone at the top), memiliki

    kewajiban untuk mendorong dirinya sendiri dan seluruh

    pegawai di lingkungannya untuk menerapkan sistem

    pengendalian intern. Jajaran pimpinan harus memiliki

    pengetahuan dan pemahaman yang memadai dalam

    permasalahan sistem pengendalian intern. Jajaran

    pimpinan memantau tingkat pengetahuan dan pemahaman

    pengendalian intern atas seluruh pegawai di lingkungannya.

    Sosialisasi yang efektif harus selalu diadakan untuk

    mencapai tingkat pemahaman tersebut.

    3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)

    Penerapan sistem pengendalian intern pemerintah

    dipantau secara periodik untuk mengetahui apakah sudah

    efektif diterapkan, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    Pemantauan ini dilakukan secara berkelanjutan atau evaluasi

    secara periodik untuk dilakukan perbaikan dan pemanfaatan

    umpan balik dari hasil pemantauan yang dilakukan.

    a. Pemantauan dan Evaluasi

    Pengendalian fisik atas aset memerlukan pemantauan

    terus menerus, sebagaimana halnya dengan sistem

    pengendalian intern. Kontribusi pengendalian fisik atas

    aset diharapkan dapat menjaga efektivitas kegiatan

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 32

    pengendalian yang terbangun. Apabila pengendalian fisik

    atas aset menjadi tidak efektif, maka hal ini memberikan

    sumbangan yang cukup signifikan dalam menggangu

    pencapaian tujuan. Ketika tujuan tidak dapat dicapai atau

    tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka perlu

    dilakukan evaluasi ulang apakah kebijakan dan prosedur

    pengendalian fisik atas aset masih memadai.

    Kegiatan pemantauan dan evaluasi atas pengendalian fisik

    atas aset dapat dilakukan pada setiap level organisasi.

    Hasil dari pemantauan dan evaluasi ini, diharapkan dapat

    memberikan umpan balik untuk penyempurnaan kebijakan

    dan prosedur pengendalian fisik atas aset pada instansi

    pemerintah di masa yang akan datang.

    b. Audit Kinerja atas Kebijakan dan Prosedur

    Pengendalian Fisik Aset

    Audit kinerja atas kebijakan dan prosedur pengendalian

    fisik atas aset merupakan bentuk audit yang dilaksanakan

    untuk menguji lebih lanjut apakah pengendalian fisik atas

    aset masih efektif. Hal ini menjadi penting, mengingat

    organisasi pemerintah bersifat melayani publik, sehingga

    apabila roda organisasi mengalami hambatan, maka

    pelayanan kepada masyarakat pun akan terganggu.

    c. Pemanfaatan Umpan Balik Hasil Pemantauan

    Umpan balik dari hasil pemantauan dan evaluasi dapat

    langsung ditindaklanjuti oleh jajaran pimpinan terkait,

    berupa perbaikan/peningkatan pengendalian fisik atas

    aset secara terus menerus. Tentunya, setiap hambatan

    atau permasalahan memiliki penyebab. Jajaran pimpinan

    dapat menetapkan alternatif solusi permasalahan,

    sehingga tujuan pengendalian fisik atas aset akan selalu

    terjaga.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 33

    C. Pelaporan

    Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan

    penyelenggaraan sub unsur pengendalian fisik atas aset perlu

    didokumentasikan. Pendokumentasian ini merupakan satu

    kesatuan (bagian yang tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan

    berkala dan tahunan penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian

    dimaksud meliputi:

    1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

    a. Kegiatan pemahaman, antara lain seperti kegiatan

    sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja, dan

    fokus grup) mengenai pengendalian fisik atas aset.

    b. Kegiatan pemetaan keberadaan dan penerapan

    infrastruktur, antara lain berisi: 1) pemetaan penerapan

    pengendalian fisik atas aset; 2) masukan atas rencana

    tindak yang tepat untuk menyempurnakan kebijakan dan

    prosedur pengendalian yang sudah ada, baik pengendalian

    umum maupun pengendalian aplikasi.

    c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, antara lain berisi:

    1) kebijakan dan prosedur pengendalian fisik atas aset;

    2) penyusunan kebijakan dan prosedur pengendalian

    umum dan pengendalian aplikasi.

    d. Kegiatan internalisasi, antara lain berisi: 1) kegiatan

    sosialisasi kebijakan dan prosedur pengendalian fisik atas

    aset; 2) kegiatan yang memastikan seluruh pegawai telah

    menerima informasi dan memahami kebijakan dan

    prosedur pengendalian fisik atas aset.

    e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan, antara lain

    berisi: 1) kegiatan pemantauan penerapan kebijakan dan

    prosedur pengendalian fisik atas aset; 2) masukan bagi

    pimpinan instansi pemerintah untuk menyatakan asersi

    (pernyataan manajemen) bahwa pengendalian fisik atas

    aset telah dikelola dengan baik.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 34

    2. Hambatan kegiatan

    Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam

    pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya

    target/tujuan kegiatan tersebut, agar penyebabnya dijelaskan.

    3. Saran

    Saran diberikan berkaitan dengan adanya hambatan

    pelaksanaan kegiatan, dan dicarikan saran pemecahan

    masalah untuk tidak berulangnya kejadian serupa, serta guna

    peningkatan pencapaian tujuan. Saran yang diberikan adalah

    saran yang realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan.

    4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya

    Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah

    dilakukan atas saran yang telah diberikan pada kegiatan

    periode sebelumnya.

    Dokumentasi ini merupakan bahan dukungan bagi

    penyusunan laporan berkala dan tahunan (penjelasan

    penyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Umum

    Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian menjadi

    tanggung jawab pelaksana kegiatan, yang hasilnya disampaikan

    kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai bentuk

    akuntabilitas, melalui Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP

    di instansi pemerintah terkait.

  • 3.4 Pengendalian Fisik atas Aset 35

    BAB IV

    PENUTUP

    Pedoman ini disusun dengan tujuan agar tersedia acuan bagi

    instansi pemerintah pusat dan daerah dalam membangun aktivitas

    pengendalian, khususnya pada sub unsur pengendalian fisik atas

    aset. Lebih lanjut, dengan terwujudnya pengendalian yang baik ini

    dapat mendorong kegiatan pengendalian terbangun dan bekerja

    secara efektif.

    Langkah-langkah yang tertuang dalam pedoman ini

    merupakan langkah pelaksanaan minimal yang sebaiknya

    dibangun/diteguhkan. Instansi pemerintah hendaknya dapat

    mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang perlu diambil,

    sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu pada

    (dan tidak boleh bertentangan dengan) peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Kami sadar bahwa pedoman ini belum sempurna, dan kami

    pun mengerti bahwa perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

    pengendalian intern tidak mungkin terhentikan. Oleh karenanya,

    pedoman ini akan terus diperbarui dan perlu masukan-masukan dari

    pihak mana pun demi lebih baiknya pedoman ini.