34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial...

20
34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA DOSEN DENGAN YAYASAN DI INDONESIA1 Surya Nita (Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi Medan) Jl. Gatot Subroto Km 4.5 Medan Mobile phone: 0811 6313 103; E-mail: [email protected] Abstrak: Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan sebagai tenaga profesionalmemiliki hubungan kerja dengan yayasan berdasarkan perjanjian kerja dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penyelesaian kasus dosen dengan yayasan tidak diatur di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen. Berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor 18/PK/TUN/2002 tanggal 11 Juni 2004, bahwa penyelesaian melalui PHI jelas bahwa dosen merupakan pekerja bukan tenaga profesional sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen. Dosen merupakan profesi, maka objek dari pemberhentian dosen adalah per-buatan melawan hukum. Pengertian perbuatan melawan hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepadaorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sehingga perbuatan melawan hukum dapat diajukanmelalui Peradilan Umum perkara perdata menjadi pilihan yang harus dilakukan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan yang merupakan bidang profesi sebagai-mana yang diatur di dalam Pasal 1601 merupakan jasa baik yang tidak diatur di dalam ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Berdasarkan penjelasan di atas rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dan ilmuwan dalam hubungan kerja dengan yayasan?; (2) Bagaimana pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan kerja dosen dengan yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial atau mekanisme peradilan umum?; (3) Bagaimana penerapan penyelesaian perseli-sihan hubungan kerja dosen dengan yayasan di Indonesia? Jika dirujuk pada Putusan PK Mahkamah Agung Nomor 18/PK/TUN/2002 tanggal 11 Juni 2004 yang merumus-kan kaidah hukum sebagai berikut: bahwa hubungan antara rektor universitas swasta dengan para dekan/dosen serta lain-lain pejabat di lingkungan universitas swasta bukanlah hubungan hukum dalam kepegawaian yang termasuk dalam lingkup hukum publik. Keputusan bukan merupakan keputusan tata usaha negara yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara. Bahwa dalam penelitian lapangan diperoleh data penyelesaian perselisihan hubungan kerja dosen melalui PHI bukan peradilan umum. Kata kunci: Penyelesaian Perselisihan; Hubungan Kerja; Dosen; Yayasan; PENDAHULUAN Yayasan sebagai salah satu badan penyelenggara perguruan tinggi dalam melaksana- kan fungsi dan tujuannya mempekerjakan dosen sebagai pekerja untuk memberikan pela- yanan pendidikan formal kepada peserta didik. Para pihak dalam hubungan kerja di perguruan tinggi swasta adalah yayasan dengan dosen. Rektor atau dekan sebagai pengelola perguruan tinggi yang bertindak untuk dan atas nama yayasan juga merupakan pihak dalam perjanjian kerja dengan dosen. Hubungan hukum antara pekerja dengan pemberi kerja atau pengusaha adalah hubungan kerja. Yayasan mengeluarkan surat keputusan untuk pengangkatan dosen yang memberi pekerjaan dan yang memerintah untuk melakukan pekerjaan kategori memberi 1 Surya Nita, 2017, Kedudukan Hukum Dosen pada Perguruan Tinggi Berbadan Hukum Yayasan, Bagian dari hasil penelitian disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 358/432

Transcript of 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial...

Page 1: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA DOSEN DENGAN YAYASAN DI INDONESIA1

Surya Nita

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi Medan) Jl. Gatot Subroto Km 4.5 Medan

Mobile phone: 0811 6313 103; E-mail: [email protected]

Abstrak: Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan sebagai tenaga

profesionalmemiliki hubungan kerja dengan yayasan berdasarkan perjanjian kerja

dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penyelesaian kasus dosen dengan yayasan tidak diatur di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen.

Berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor

18/PK/TUN/2002 tanggal 11 Juni 2004, bahwa penyelesaian melalui PHI jelas bahwa

dosen merupakan pekerja bukan tenaga profesional sebagaimana diatur di dalam

Undang-Undang Guru dan Dosen. Dosen merupakan profesi, maka objek dari

pemberhentian dosen adalah per-buatan melawan hukum. Pengertian perbuatan

melawan hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata: “Tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian kepadaorang lain, mewajibkan orang yang karena

salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sehingga

perbuatan melawan hukum dapat diajukanmelalui Peradilan Umum perkara perdata

menjadi pilihan yang harus dilakukan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan yang

merupakan bidang profesi sebagai-mana yang diatur di dalam Pasal 1601 merupakan

jasa baik yang tidak diatur di dalam ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Berdasarkan penjelasan di atas rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana

kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dan ilmuwan dalam hubungan kerja

dengan yayasan?; (2) Bagaimana pengaturan penyelesaian perselisihan hubungan kerja

dosen dengan yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial atau mekanisme peradilan umum?; (3)

Bagaimana penerapan penyelesaian perseli-sihan hubungan kerja dosen dengan

yayasan di Indonesia? Jika dirujuk pada Putusan PK Mahkamah Agung Nomor

18/PK/TUN/2002 tanggal 11 Juni 2004 yang merumus-kan kaidah hukum sebagai

berikut: bahwa hubungan antara rektor universitas swasta dengan para dekan/dosen

serta lain-lain pejabat di lingkungan universitas swasta bukanlah hubungan hukum

dalam kepegawaian yang termasuk dalam lingkup hukum publik. Keputusan bukan

merupakan keputusan tata usaha negara yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha

Negara. Bahwa dalam penelitian lapangan diperoleh data penyelesaian perselisihan

hubungan kerja dosen melalui PHI bukan peradilan umum.

Kata kunci: Penyelesaian Perselisihan; Hubungan Kerja; Dosen; Yayasan;

PENDAHULUAN

Yayasan sebagai salah satu badan penyelenggara perguruan tinggi dalam melaksana-

kan fungsi dan tujuannya mempekerjakan dosen sebagai pekerja untuk memberikan pela-

yanan pendidikan formal kepada peserta didik. Para pihak dalam hubungan kerja di perguruan

tinggi swasta adalah yayasan dengan dosen. Rektor atau dekan sebagai pengelola perguruan

tinggi yang bertindak untuk dan atas nama yayasan juga merupakan pihak dalam perjanjian

kerja dengan dosen. Hubungan hukum antara pekerja dengan pemberi kerja atau pengusaha

adalah hubungan kerja. Yayasan mengeluarkan surat keputusan untuk pengangkatan dosen

yang memberi pekerjaan dan yang memerintah untuk melakukan pekerjaan kategori memberi

1 Surya Nita, 2017, Kedudukan Hukum Dosen pada Perguruan Tinggi Berbadan Hukum Yayasan, Bagian dari hasil penelitian disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 358/432

Page 2: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

pekerjaan dan yang memerintah sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 50 Undang-Undang

Ketenagakerjaan hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan

pekerja. Pengangkatan dan penempatan dosen oleh badan penyelenggara dilakukan berdasar-

kan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Setiap orang yang memiliki keahlian dan/atau prestasi luar biasa dapat diangkat

menjadi dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan dosen diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,

Undang-Undang Ketenagakerjaan dilakukan pengolahan isu hukum kedudukan dosen pada

PTS dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Selain yayasan badan penyelenggara pendidikan

tinggi swasta dilaksanakan oleh perkumpulan dengan prinsip nirlaba.

Dosen dalam hubungan kerja dengan yayasan ataupun perkumpulan adalah pekerja

yang memenuhi unsur dari hubungan kerja adanya perintah, pekerjaan dan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain. Dosen meskipun sebagai tenaga profesional, namun

hubungan kerjanya berdasarkan perjanjian kerja sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1

ayat (7) dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dosen

merupakan tenaga profesional yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tri dharma

perguruan tinggi. Tenaga profesi memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Meliputi bidang tertentu saja (spesialis);

2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus;

3. Bersifat tetap atau terus-menerus;

4. Lebih mendahulukan pelayanan dari pada imbalan (pendapatan);

5. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat;

6. Terkelompok dalam suatu organisasi.2

Berdasarkan penjelasan di atas ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bahwa dosen merupakan ilmuwan dan pendidik profesional yang

memiliki kedudukan dosen sebagai tenaga profesional, namun hubungan hukumnya didasar-

kan pada perjanjian kerja yang akan berdampak pada kedudukan dosen sebagai tenaga

profesional dengan hak dan kewajiban yang dijamin oleh ketentuan perundang-undangan

tentang jaminan dan perlindungan hukum bagi dosen dalam menjalankan fungsinya sebagai

ilmuwan dan pendidik profesional dengan melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.

Hubungan kerja dosen lahir sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa hubungan kerja lahir karena didasarkan pada perjanjian kerja yang disepakati para pihak. Dalam hubungan kerja terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Adanya perintah;

2. Adanya pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang;

3. Adanya upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

2 Abdulkadir, Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal. 58.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 359/432

Page 3: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau

dilakukan.

Unsur adanya perintah dari pihak pengusaha dalam hal ini yayasan atau perkumpulan melalui atasan, yang melaksanakan perintah yaitu pekerja, kemudian kewajiban pengusaha membayarkan upah dan yang menerima hak atas upah adalah pekerja menjadi dasar dari suatu hubungan kerja. Suatu hubungan kerja yang menganut kaidah otonom diatur oleh para pihak yang terlibat hubungan keja antara pengusaha dengan pekerja. Bentuk kaidah otonom meli-puti perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama (PKB), atau kebiasaan

yang telah menjadi hukum (customary law).3 Kaidah heteronom adalah ketentuan-ketentuan

hukum di bidang perburuhan yang dibuat oleh pihak ketiga yaitu Pemerintah yang berada di luar para pihak yang terkait dalam suatu hubungan kerja. Oleh karena itu, bentuk kaidah heteronom adalah semua peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Pemerintah terkait

dengan hukum ketenagakerjaan.4

Hubungan hukum antara pekerja dengan pemberi kerja atau pengusaha adalah hubungan kerja. Hubungan kerja adalah suatu hubungan antara seorang buruh dengan seorang majikan. Hubungan kerja hendak menunjukkan kedudukan kedua belah pihak yang pada dasarnya menggambarkan hak dan kewajiban buruh terhadap majikan serta hak dan

kewajiban terhadap buruh.5 Hubungan kerja yang melekat di masyarakat yaitu: (1) pilihan

strategis yang dilembagakan pemberi kerja untuk mengontrol pekerja (buruh), dan (2) pilihan respon yang dibangun oleh buruh dalam mengakomodasi kontrol tersebut, baik dalam proses

produksi maupun dalam masyarakat.6

Berdasarkan kondisi hubungan kerja dosen pada PTS ada yang menggunakan perjan-

jian kerja menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, kontrak pada umumnya, dapat meng-

gunakan Surat Keputusan Yayasan, maupun Surat Keputusan Rektor dan Surat Keputusan

Dekan. Para pihak dalam hubungan kerja dosen dapat dilakukan dengan yayasan dan penge-

lola. Status dosen pada PTS terdiri dari Dosen Tetap Yayasan, Dosen Negeri yang diperban-

tukan disebut dengan Dosen DPK, Dosen Tetap Universitas, Dosen Tidak Tetap atau Kontrak,

dan Dosen Luar Biasa. Kondisi ini menggambarkan bentuk hubungan kerja dosen yang

berbeda dengan hubungan kerja pada umumnya, sehingga berbeda dalam menentukan hak dan

kewajiban dan kedudukan dosen pada perguruan tinggi swasta.7

Hubungan kerja dosen pada PTS merupakan hubungan ketenagakerjaan yang didasar-

kan pada perjanjian kerja. Dengan demikian, hubungan kerja dosen pada PTS juga terikat

pada Undang-Undang Ketenagakerjaan. Karena itu, pengawasan atas hubungan kerja antara

dosen dengan yayasan merupakan tugas dan kewenangan dari Pegawai Pengawas Ketenaga-

kerjaan. Pengawasan dilakukan dengan berdasarkan kepada ketiga undang-undang tersebut,

yaitu: Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan.

3 Aloysius Uwiyono, et. al., Asas-asas Hukum Perburuhan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, hal. 8.

4 Ibid.

5 Iman Soepomo, 1983, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta, Djambatan, hal. 1.

6 Sunyoto Usman, 2006, Jaminan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 87.

7 Pengamatan sementera tentang hubungan kerja dosen dihubungkan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 360/432

Page 4: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Penyelesaian kasus diselesaikan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)

melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Bahwa dosen merupakan pekerja sebagaimana yang diatur di dalam Undang-

Undang Ketenagakerjaan.

Jika dirujuk pada Putusan PK Mahkamah Agung Nomor 18/PK/TUN/2002 tanggal 11

Juni 2004 yang merumuskan kaidah hukum sebagai berikut: bahwa hubungan antara rektor

universitas swasta dengan para dekan/dosen serta lain-lain pejabat di lingkungan universitas

swasta bukanlah hubungan hukum dalam kepegawaian yang termasuk dalam lingkup hukum

publik. Keputusan bukan merupakan keputusan tata usaha negara yang dapat digugat di

Pengadilan Tata Usaha Negara. Adapun fakta bahwa universitas swasta berada di bawah

koordinasi Kopertis Departemen Pendidikan Nasional bukanlah berarti bahwa universitas

swasta berada dalam hierarki pemerintahan dan pegawai-pegawainya berstatus pegawai

negeri, tetapi peranan Kopertis adalah dalam rangka pengawasan agar perguruan tinggi swasta

dapat di bawah koordinasi Pemerintah.8

Apabila terjadi kasus antara dosen dengan yayasan, maka proses penyelesaian seng-keta di mana yayasan merupakan badan hukum perdata, sehingga apabila terjadi kasus pem-

berhentian dosen bukan lagi termasuk kompetensi peradilan tata usaha negara pada Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang

menyebutkan bahwa:

“Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negarayang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.

Bahwa apabila terjadi sengketa antara dosen dan yayasan dapat diajukan melalui kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja (PHK) atau antara serikat

pekerja dalam suatu perusahaan.9 Berdasarkan Putusan PK Mahkamah Agung Nomor

18PK/TUN/2002 tanggal 11 Juni 2004, namun jika diselesaikan melalui PHI jelas bahwa dosen sebagai pekerja.

Dosen merupakan profesi, maka objek dari pemberhentian dosen adalah perbuatan melawan hukum. Pengertian perbuatan melawan hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam perbuatan melawan hukum adalah suatu

perbuatan, perbuatan tersebut melawan hukum, kesalahan dari pihak pelaku, kerugian bagi

korban, hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Sehingga perbuatan melawan

hukum dapat diajukan melalui Peradilan Umum perkara perdata menjadi pilihan yang harus

dilakukan sebagai pendidik profesional dan ilmuwan yang merupakan bidang profesi sebagai-

mana yang diatur di dalam Pasal 1601 merupakan jasa baik yang tidak diatur di dalam keten-

tuan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan

8

9

Priyatmanto Abdoellah, 2016, Revitalisasi Kewenangan PTUN Gagasan Perluasan Kompetensi Peradilan Tata

UsahaNegara, Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka, hal. 142. Syaufii Syamsuddin, 2010, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Jakarta, Sarana Bhakti

Persada, hal. 15.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 361/432

Page 5: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dan

ilmuwan dalam hubungan kerja dengan yayasan?; (2) Bagaimana pengaturan penyelesaian

perselisihan hubungan kerja dosen dengan yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial atau mekanisme peradilan

umum?; dan (3) Bagaimana penerapan penyelesaian perselisihan hubungan industrial antara

dosen dengan yayasan di Indonesia?

Objek dari penelitian ini adalah dosen dengan yayasan dalam penyelesaian perseli-

sihan hubungan kerja dosen dengan yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial atau mekanisme peradilan umum

di Indonesia.

METODE

Penelitian dengan judul penyelesaian perselisihan pada hubungan kerja dosen dengan yayasan di Indonesia menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif sebagai penelitian kepustakaan disumberkan pada pendapat atau penelitian hukum sebagai

sebuah kegiatan penelitian untuk memecahkan kasus hukum melalui putusan pengadilan.10

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah data sekunder berupa peraturan perundang-undangan tentang dosen dan putusan pengadilan atas kasus dosen ditambah dengan wawancara kepada narasumber. Di dalam penelitain hukum normatif meng-gunakan data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Tipe data sekunder terdiri dari: Pertama, data yang bersifat pribadi berupa buku harian, dokumen pribadi, surat, data pribadi yang tersimpan di lembaga tempat bekerja. Kedua, data sekunder bersifat publik data arsip, data resmi, data publikasi berupa Putusan Hakim Pengadilan Hubungan Industrial Medan dan Yogyakarta dan Mahkamah Konsitusi

yang terkait dengan penelitian ini.11

Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39);

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesiea Tahun 2004 Nomor 6);

3. Putusan Nomor 180/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Medan.

4. Putusan Nomor 02/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Yyk.

5. Putusan Nomor 06/Pdt.Sus.PHI/2015/PN.Yyk.

6. Putusan Nomor 08/G/2012/PHI.Yyk.

7. Putusan Nomor 08/G/2012/PHI.Yyk

8. Putusan Nomor 457K/Pdt.Sus/2012 Mahkamah Agung Republik Indonesia.

9. Putusan Nomor 47/Pdt.SUS-PHI/2016/PN.Pdg.

10 Anthon F. Susanto, 2015, Penelitian Hukum Transformatif - Partisipatoris, Malang, Setara Press, hal. 8-9.

11 Ibid, hal. 12.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 362/432

Page 6: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Hasanuddin Law Review Vol. 2 Issue 2, August (2016)

Narasumber terkait norma hukum yang akan diteliti. Hal ini dilakukan sebagai

informasi pendukung yang diperlukan dalam menjelaskan masalah yang diteliti. Narasumber

sebagai pihak yang dapat menjelaskan tentang permasalahan yang diteliti yang akan

diwawancarai adalah Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga

Kerja Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia, Mediator Dinas Ketenagakerjaan Kota

Medan, Korespondensi dengan Pengawas Ketenagakerjaan Yogyakarta, Ketua Kamar Tata

Usaha Negara Mahkamah Agung Republik Indonesa dan Panitera Pengadilan Hubungan

Industrial Yogyakarta.

Sebelum sampai pada analisis data terlebih dahulu dilakukan pengumpulan bahan-bahan, kemudian diadakan pengorganisasian diseleksi dan disusun secara sistematis untuk memudahkan dalam menganalisis data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, sehingga dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara di-susun lagi dan diperiksa ulang kelengkapan jawaban dari masing-masing responden dan narasumber. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

analitis. Dengan pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder.12

Deskriptif

meliputi isi dan struktur positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna dari aturan hukum yang dijadikan rujukan kajian. Dalam penelitian ini analisis data tidak keluar dari lingkup data sekunder dan hasil wawancara dengan narasumber bersifat khusus berdasarkan teori atas konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan seperangkat data

dengan seperangkat data yang lain.13

Analisis secara kualitatif membahas mengenai penyelesaian perselisihan hubungan

kerja dosen dengan yayasan yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan maupun pene-

litian lapangan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti

dengan metode induktif yaitu suatu proses penalaran yang berangkat dari suatu kalimat

pernyataan khusus untuk tiba pada suatu simpulan yang akan dapat menjawab suatu

pernyataan yang bersifat umum.14

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Yayasan merupakan suatu badan hukum (subjek hukum) sebagai penyandang hak dan

kewajiban yang memiliki kecakapan untuk bertindak. Sesungguhnya pihak yang berwenang

untuk membuat perikatan/perjanjian adalah yayasan. Dalam pelaksanaannya, segala perbuatan

dan tindakan yayasan dilakukan oleh salah satu organ yayasan yaitu pengurus. Dalam melak-

sanakan kegiatan yayasan sehari-hari, pengurus dapat mengangkat pelaksana kegiatan atau

pengurus harian. Hal-hal tersebut diatur lebih rinci di dalam anggaran dasar yayasan. Rektor

juga menjabat sebagai pengurus atau pelaksana kegiatan atau pengurus harian, sehingga rektor

berwenang untuk bertindak atas nama yayasan, termasuk membuat perikatan. Selain itu, bisa

saja pengurus atau pelaksana kegiatan atau pengurus harian menunjuk/memberikan kuasa

kepada rektor/dekan untuk melakukan perbuatan/tindakan tertentu, seperti membuat dan

menandatangani perjanjian. Penggunaan kedua pola ini sangat bergantung pada ketentuan-

ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar yayasan dan statuta perguruan tinggi yang

bersangkutan. Dengan demikian, terlepas dari pola apapun yang digunakan, para pihak yang

12 Zainuddin Ali, 2011, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 107.

13 Bambang Sunggowo, 1997, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, hal. 38.

14 Soetandyo Wignjosoebroto, 2011, Penelitian Hukum dan Hakikatnya sebagai Penelitian Ilmiah, dalam Buku MetodePenelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi, Jakarta, Buku Obor, hal. 99.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 363/432

Page 7: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

terikat di dalam perjanjian kerja tetaplah subjek hukum, yaitu pekerja (dosen) dan pemberi kerja (yayasan).

Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk

melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat permanen,

artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau

anggotanya. Badan hukum hanya dapat dibubarkan jika telah dipenuhi segala ketentuan dan

persyaratan yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya. Hal tersebut sama kedudukannya dengan

perkumpulan yang berbentuk berbadan hukum, di mana dipandang sebagai subjek hukum karena

dapat melakukan perbuatan hukum, menyandang hak dan kewajiban, dapat digugat maupun

menggugat di pengadilan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yayasan dan perkumpulan yang

berbentuk badan hukum mempunyai kekuatan hukum yang sama, yaitu sama-sama dianggap

sebagai subjek hukum dan dapat melakukan perbuatan hukum, tetapi antara yayasan dan

perkumpulan yang tidak berbentuk badan hukum, maka yayasan kedudukannya lebih kuat

daripada perkumpulan sebagaimana tersebut di atas. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh

yayasan dan perkumpulan yang berbentuk badan hukum adalah sama, yaitu sebagai berikut:

berhak mengajukan gugatan, wajib mendaftarkan perkum-pulan atau yayasan tersebut pada

instansi yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum.15

Bekerja pada suatu perusahan ataupun yayasan sebagai kayaryawan ataupun dosen

tentu tidak tutup kemungkinan akan terjadi pemutusan hubungan kerja. Menurut Undang-

Undang Ketenagakerjaan mengartikan bahwa pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban

antar pekerja dan pengusaha. Dalam pemutusan yang bersumber dari pengusaha tentunya

menimbulkan kewajiban bagi pengusaha untuk membayarkan uang pesangon, uang peng-

hargaan masa kerja, dan uang penggantian hak, yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha.

Perselisihan hubungan industrial terjadi akibat wanprestasi yang dilakukan pihak buruh atau oleh pihak pengusaha. Perselisihan terjadi karena saling beda pendapat mengenai pelaksanaan atau perlakuan hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan kondisi kerja. Berdasar-kan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang pnyelesaian perselisihan hubungan industrial memperluas perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh dalam satu perusahaan. Perselisihan dalam hal perselisihan hak, perselisihan kepentingan saja, perselisihan pemutusan

hubungn kerja dan perselisihan antara serikat pekerja di dalam suatu perusahaan.16

Kewenangan menyelesaikan perselisihan dosen swasta pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan hasil dari perluasan penafsiran dengan menganalogkan pejabat PTS seperti rektor sebagai pejabat tata usaha negara. Merujuk pada eksistensi dan substansi Undang-Undang Ketenagakerjaan, maka tafsir di atas sudah tidak relevan mendorong penye-

lesaian sengketa dosen swasta ke luar dari hukum ketenagakerjaan.17

Penjelasan pengertian perselisihan hak yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhi hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan

15 Hukum Online.com. 2017. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2755/bedanya-perkumpulan-dengan-yayasan.

(Accessed April 27, 2017).

16 Widodo Suryandono dan Aloysius Uwiyono, 2014, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan PemutusanHubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja dalam Asas-asas Hukum Perburuhan, Jakarta, Rajawali Pers, hal.125-127.

17 Juanda Pangaribuan, 2014, http://catalog.danlevlibrary.net/index.php?p=show_detail&id=8510. (Accessed November 27. 2014).

.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 364/432

Page 8: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja

bersama. Contoh perselisihan hak seperti dalam PKB berhak cuti dengan upah penuh.

Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak

adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja

yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Dalam hal kenaikan upah, tunjangan anak dan istri. Perselisihan pemutusan hubungan kerja

adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai peng-

akhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Buruh menolak di-PHK karena

uang pesangon tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Perselisihan antar serikat

pekerja adalah perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat

buruh lain hanya dalam satu perusahaan karena tidak ada kesesuaian pendapat mengenai

keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan. Termasuk juga perselisihan

dalam hal siapa yang mewakili pekerja menghadapi pengusaha dalam perundingan pembuatan

Perjanjian Kerja Bersama.18

Perselisihan dosen dengan yayasan di mana pemutusan hubungan kerja masalah apabila

waktu pemberhentian itu tidak tetap pada malam hari, karena di satu sisi tidak etis juga tidak sah

karena tidak melalui putusan pengadilan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 155 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi bahwa:

“Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151ayat (3) batal demi hukum”, sedangkan Pasal 151 ayat (3) menyebutkan bahwa“Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasil-kan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja

dengan pekerja/-buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan.”

Permasalahan tentang kewenangan penyelesaian perselisihan hak, pemutusan

hubungan kerja (PHK), dan perselisihan kepentingan antara dosen dan PTS yang timbul

sebelum pengadilan hubungan industrial (PHI) terbentuk masih terus dipertentangkan dalam

PHI. Putusan Mahkamah Agung atas sengketa dosen dan PTS sebelum berlaku Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang menyatakan bahwa

dosen dan PTS tidak sama dengan pekerja/buruh sampai saat ini masih dijadikan alasan oleh

sebagian PTS menyatakan PHI tidak berwenang mengadili sengketa dosen dan PTS. Yang

terlupakan dari persepsi itu adalah substansi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

yang secara eksplisit menyatakan jenis usaha seperti yayasan lembaga pendidikan masuk

dalam pengertian perusahaan dan pengusaha. Merujuk pada beberapa putusan PHI, tidak ada

lagi keraguan bagi PTS dan yayasan pendidikan lainnya menyelesaikan perselisihan dengan

dosen dan guru melalui PHI.

Pada penyelesaian hubungan industrial pembedaan pengertian perselisihan perburuhan

tersebut dimaksudkan untuk membedakan kewenangan lembaga perselisihan dalam menyele-

saikan perselisihan hubungan industrial. Mediasi diberi kewenangan 4 macam perselisihan

hubungan industrial yaitu mencakup perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan

pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh di dalam satu

perusahaan. Sedangkan konsiliasi diberi wewenang menyelesaikan 3 macam perselisihan

hubungan insdustrial yaitu perselisihan kepentingan perselisihan pemutusan hubungan kerja

dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh di dalam satu perusahaan. Arbitrase di-

beri kewenangan menyelesaikan 2 macam yaitu perselisihan hubungan industrial perselisihan

kepentingan, dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh di dalam satu perusahaan.

18 Ibid, hal. 128-129.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 365/432

Page 9: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Pengadilan hubungan industrial dan Mahkamah Agung Republik Indonesia kewenangan 4

macam perselisihan hubungan industrial yaitu mencakup perselisihan hak, perselisihan kepen-

tingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat

buruh di dalam satu perusahaan.19

Proses penyelesaian perselisihan oleh pihak ketiga di luar pengadilan dalam hal

konsiliasi yaitu suatu proses penyelesaian perselisihan yang melibatkan pihak ketiga netral,

pilihan para pihak yang berselisih yang membantu untuk mencari penyelesaian saling meng-

untungkan bagi para pihak. Jika tidak mencapai kesepakatan, maka konsiliator mengeluarkan

putusan yang bersifat anjuran. Konsiliator adalah seseorang atau lebih yang memenuhi syarat

dan ditetapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk melakukan konsiliasi. Konsiliator mem-

pertemukan para pihak yang berselisih, maka para pihak melaksanakan apa yang telah di-

perjanjikan dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang

berselisih untuk menyelesaikan, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan

kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh hanya dalam satu perusahaan.

Mediasi yaitu suatu proses penyelesaian perselisihan yang melibatkan pihak ketiga

yang berperan sebagai perantra untuk mempertemukan kedua belah pihak yang berselisih,

yang membantu pihak-pihak yang berselisih dalam menyelesaikan perselisihan. Hasil mediasi

ini berupa perjanjian perdamaian. Pelaksanaan perjanjian perdamaian mediasi ini dilakukan

para pihak berdasarkan kesepakatan. Mediator menetapkan suatu putusan yang bersifat

anjuran. Pelaksanaan putusan mediator terserah para pihak. Mediator menurut ketentuan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 adalah pegawai negeri sipil di bidang ketenagakerjaan,

yang memenuhi syarat sebagai mediator dan ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja untuk

melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak

yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan

pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja.buruh hanya dalam satu

perusahaan.

Pada proses arbitrase penyelesaian perselisihan yang melibatkan pihak ketiga yang

netral, berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang berselisih. Keputusan yang dibuat oleh

pihak arbiter adalah bersifat final dan mengikat pihak-pihak yang berselisih berdasarkan

perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak. Arbiter seseorang atau lebih yang dipilih para

pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk memberikan

putusan mengenai perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh

hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang

putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

Pada proses peradilan hubungan industrial merupakan pengadilan khusus yang berada di

lingkungan peradilan umum memutus di tingkat pertama mengenai perselisihan hak, di tingkat

pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan, di tingkat pertama mengenai

perselisihan pemutusan hubungan kerja, di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan

antar serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan. Pengadilan khusus hubungan industrial

menerapkan prinsip sederhana, cepat dan murah. Gugatan terhadap pemutusan hubungan kerja

hanya mempunyai tenggang waktu 1 (satu) tahun sejak diterima atau diberitahukan keputusan dari

pihak pengusaha, sehingga dalam kasus pemutusan hubungan kerja dosen di Indonesia

diselesaikan melalui pengadilan hubungan industrial untuk menyelesaikan perselisihan

kepentingan, perselisihan hak, pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat

pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan

19 Ibid, hal. 129.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 366/432

Page 10: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

karena tidak ada kesesuaian pendapat mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaan.

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja antara Dosen dengan Yayasan di Indonesia

Berdasarkan hasil studi pustaka melalui putusan PHI di Yogyakarta, Medan dan

Padang juga dilakukan wawancara kepada narasumber yaitu Dirjen Pembinaan Hubungan

Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Republik

Indonesia, Mediator Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan, koresponden dengan Pengawas

Ketenagakerjaan Yogyakarta, Ketua Kamar Tata Usaha Negara Mahkamah Agung Republik

Indonesa dan Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan ditemukan 6 kasus hubungan kerja dosen dengan

yayasan perguruan tinggi berbadan hukum yayasan di Indonesia pada PHI pada PN Medan,

PHI pada PN Padang, dan PHI pada PN Yogyakarta. Bahan hukum primer yaitu Putusan

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan, Padang dan Yogyakarta

berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan mewawancari Panitera PHI pada PN

Yogyakarta. Adapun kronologis dan analisis kasus sebagai berikut:

Kasus pertama, berdasarkan kronologis kasus Register Nomor 180/Pdt.Sus-PHI/-

2015/PN.Medan20

dengan kronologis sebagai berikut:

Penggugat Khilda Handayani, S.H., M.H., Dosen Tetap Universitas Tjut Nyak Dhien

menggugat Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPSU Medan melalui Rektor Awaludin,

S.H., S.E., M.M., M.Si. bahwa Tergugat memberhentikan Penggugat sebagai Dekan PJS atau

Wakil Dekan tanpa alasan yang yang dibenarkan oleh hukum, bahwa selama menjabat

Penggugat hanya menerima tunjangan Rp1.500.000,00/bulan sebagai PJS, dan tunjangan

wakil dekan Rp1.000.000,00/bulan serta honor mengajar Rp406.000,00 dengan rincian per

SKS Rp14.500,00 dan jumlah SKS Penggugat 7 SKS. Sudah diadakan mediasi di Dinas

Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan yang telah mengeluarkan anjuran Nomor 567/4673/-

KM/2015 tertanggal 27 Agustus 2015 sebagai penyelesaian perselisihan.

Adapun anjuran sebagai berikut:

1. Agar pihak Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPSU Medan membayar

uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak kepada Sdr. Khilda Handayani, S.H., M.H. dengan perincian sebagai berikut: ..................

dan seterusnya.

2. Agar pihak Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPSU Medan mengeluarkan nama Khida Handayani, S.H., M.H. untuk 2 tahun terakhir berdasarkan tahun berlakunya Upah Minimum Kota Medan.

3. Agar pihak Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPSU Medan dan pekerja

Sdr. Khilda Handayani, S.H., M.H. memberikan jawaban tertulis kepada Mediator Hubungan Industrial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan selambat-

lambatnya 10 hari.

Pertimbangan hakim dalam kasus ini, Menimbang eksepsi Tergugat bahwa gugatan

penggugat mengenai subjek hukum Penggugat menjadikan Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPISU Medan (Rektornya Awaludin, S.H., S.E., M.Si. sebagai Tergugat, tindakan

Penggugat yang membuat urutan Univeristas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPSU Medan menjadi satu pihak dan secara bersama-sama dengan Rektor adalah melanggar ketentuan

20 Putusan PHI Medan Register Nomor 180/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Medan.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 367/432

Page 11: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

hukum formil dan menunjukkan ketidaksempurnaan dalam membuat suatu gugatan. Bahwa

Penggugat tidak memberikan pemisahan terhadap subjek dalam gugatannya berarti secara hukum formil tidak mengetahui badan hukum mana yang melakukan PHK sehingga subjek

gugatan Penggugat menjadi bersifat kabur dan samar.

Gugatan Penggugat kabur bahwa dalam gugatannya Penggugat menjadikan

Universitas Tjut Nyak Dhien Yayasan APIPISU Medan dan sekaligus Rektornya sebagai

Pihak Tergugat akan tetapi tidak menyebabkan gugatan Penggugat kabur karena dapat

dipahami bahwa dalam sebuah gugatan perselisihan hubungan industrial, pihak Penggugat

dapat menarik pihak Tergugat sebagai subjek hukum secara kumulatif karena dibenarkan oleh

hukum dalam perkara PPHI pihak yang tergugat tidak terbatas hanya pada pihak yang

mengeluarkan surat perjanjian kerja saja akan tetapi pihak lain sesuai dengan ketentuan

hukum ketenagakerjaan yang berlaku. Penggugat tidak terbukti di-PHK sebagai dosen akan

tetapi hanya diberhentikan sebagai Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Tjut Nyak

Dhien Yayasan APIPSU Medan, maka gugatan menjadi prematur, bahwa eksepsi Tergugat

yang menyatakan gugatan Penggugat prematur dinyatakan dikabulkan. Memerhatikan keten-

tuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maupun

peraturan perundang-undangan lain yang berhubungan dengan perkara ini.

Hakim memutuskan perkara Nomor: 180/Pdt.Sus.PHI//2015/PN.Mdn sebagai berikut:

1. Mengabulkan eksepsi Tergugat;

2. Menyatakan gugatan Penggugat prematur;

3. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard);

4. Membebankan biaya perkara yang timbul dalam perkara ini kepada negara sebesar Rp1.116.000,00.

Analisis kasus atas Perkara Nomor: 180/Pdt.Sus.PHI//2015/PN.Mdn pada kasus ini

terjadi pemberhentian jabatan struktural sebagai Wakil Dekan bukan sebagai Dosen. Dalam

kasus ini tidak menggugat kondisinya sebagai dosen haknya dalam bekerja tidak memiliki

jaminan sebagai dosen atas upah yang diterima tidak sesuai dengan upah minimum kehidupan

layak. Jaminan sebagai pekerja sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen. Penggugat hanya menggugat mengenai jabatan struktural. Hal ini sangat

merugikan Penggugat karena gugatannya ditolak oleh hakim karena tidak ada pemutusan

hubungan kerja sebagai dosen, sehingga harus menggugat kondisi sebagai dosen di mana

haknya tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pihak yang digugat seharusnya

dapat menggugat Pihak Yayasan tidak hanya Rektor yang mengeluarkan putusan untuk

diberhentikan sebagai Wakil Dekan.

Kasus kedua, berdasarkan kronologis Putusan Nomor 02/Pdt.

Sus.PHI/2015/PN.Yyk.perkara perselisihan hubungan industrial antara Dr. Endi Haryono, M.Si.,

Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta sebagai

Penggugat dengan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) selaku Badan

Penyeleng-gara UPN Veteran Yogyakarta sebagai Tergugat I dan Rektor UPN Yogyakarta selaku

petugas pelaksana sebagai Tergugat II. Bahwa Tergugat II mengadakan kerja sama dengan

lembaga pendidikan tinggi UUM dalam bentuk penelitian, seminar dan visiting lecturer. Pada

2010 Penggugat mengikuti program visiting lecturer. Bahwa pada 2011 Tergugat menerbitkan

Surat Perintah Rektor Nomor: Sprint/29-0/III/2011 memerintahkan untuk menghentikan gaji

sementara Penggugat terhitung 1 April 2011 dan menghentikan tunjangan fungsional ter-hitung 1

Juni

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 368/432

Page 12: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

2010 dengan alasan Penggugat mengikuti pogram visiting lecturer tanpa izin tertulis dari

Tergugat II sejak bulan Mei 2010. Bahwa Pebruari 2012 Tergugat II meminta Penggugat

untuk mengajar di UPN dan kembali dari UUM dengan Surat Keputusan Nomor:

SKEP/18/II/2012 berisi pengangkatan sebagai pengangkatan Dosen UPN Veteran

Yogyakarta, Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Bahwa Penggugat menjalankan tugas

secara aktif tetap tidak mendapatkan upah dan tidak diperbolehkan mengajukan kenaikan

kepangkatan akademik. Sejak Pebruari 2013 tanpa alasan didasarkan pada suatu keputusan

Penggugat tidak diperbolehkan mengajar lagi namun tidak dalam status diberhentikan dan

tidak memperoleh upah, hal ini bentuk kesewenangan kepada Penggugat. Bahwa pada 2013

Penggugat menemui Tergugat untuk mempertanyakan status. Mengingat tidak diperoleh

kesepakatan, maka dselesaikan melalui PHI.

Pertimbangan hakim bahwa eksepsi Pihak Tergugat mempertanyakan absolutecompetence

atas perkara a quo bahwa yang berwenang ada PTUN atau PN bahwa pokokperkara aquo

bukanlah mengenai perselisihan kepentingan, perselisihan hak, perselisihan antar serikat pekerja

maupun perselisihan pemutusan hubungan kerja. Bahwa hubungan hukum antara Penggugat in

person dengan UPN Veteran Yogyakarta merupakan dosen tetap berdasarkan Keputusan Nomor

SKEP/031/V/1997 tentang Pengangkatan Pegawai tanggal 2 Mei 1997 status Penggugat adalah

pegawai yang ditugaskan pada Jurusan HI FISIP UPN Veteran Yogyakarta. Penggugat adalah

pegawai bukan pekerja yang apabila ada sengketa berkaitan dengan persoalan kepegawaian, maka

yang berwenang untuk menyelesaikan adalah PTUN bukan PHI. Sebagai pegawai yang berstatus

Dosen UPN Veteran Yogyakarta Penggugat tunduk pada ketentuan perundang-undangan yang

mengatur tentang pegawai dan dosen. Kedudukan Penggugat sebagai seorang dosen tidak dapat

dipersamakan dengan pekerja atau tenaga kerja sebagaimana halnya buruh, karena dosen tidak

wajib tunduk pada hukum ketenagakerjaan, namun wajib tunduk pada keberadaan hukum publik

yang meng-aturnya seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan peraturan internal yang khusus diber-

lakukan di lingkungan UPN Veteran Yogyakarta. Bahwa Tergugat II selaku Rektor tidak ada

hubungan hukum ketenagakerjaan dengan Penggugat karena Rektor bukan pengusaha melain-kan

pejabat tata usaha negara. Bahwa perkara a quo berkaitan dengan tuntutan hak normatif pegawai

berkaitan dengan pemberhentian status Penggugat sebagai pegawai yang diberhenti-kan

berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan merupakan perkara yang

menjadi kewenangan PTUN untuk menyelesaikan. Dan perubahan UPN Veteran Yogyakarta

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

221/MPK.A4/KP/2014 tanggal 13 Oktober 2014. Dengan demikian Tergugat II jelas merupakan

pejabat tata usaha negara. Bahwa Tergugat I merupakan badan dan/atau pejabat tata usaha negara

dengan alasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan pelaksana lainnya,

menyatakan lembaga pendidikan swasta yang menjalankan salah satu dari urusan bidang

pemerintahan khususnya di bidang pendidikan merupakan badan tata usaha negara. Berdasarkan

eksepsi di atas pengadilan menolak eksepsi sehingga Penggugat yang menggugat Yayasan

Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan/-YKPP sebagai Tergugat II menurut Majelis Hakim

sudah tidak tepat karena hubungan kerja awal terjadi antara Penggugat dengan Yayasan

Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan/-YKPP sebagai Tergugat I sedangkan Rektor UPN

Veteran Yogyakarta Tergugat II merupakan kepanjangan tangan dari Menteri Ristek Dikti

sehingga seharusnya ikut digugat. Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian

melalui mediasi atau konsiliasi, maka hakim pengadilan hubungan industrial wajib

mengembalikan gugatan kepada Penggugat. Bahwa hakim majelis memeriksa dan meneliti

gugatan tersebut telah dilampiri risalah penyelesaian hubungan industrial oleh

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 369/432

Page 13: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman tanggal 12 Agustus 2014.

Menimbang bahwa Majelis Hakim berpendapat gugatan perselisihan hak ini didasari oleh

adanya hubungan hukum antara Penggugat dengan para Tergugat yang timbul akibat

hubungan kerja oleh karena itu dalam perkara aquo Majelis Hakim terlebih dahulu akan

memeriksa dan mempertimbangkan ada tidaknya hubungan kerja antara Penggugat dengan

Para Tergugat. Bahwa Penggugat memang benar adalah Dosen Tetap pada UPN Veteran

Yogyakarta bahwa perselisihan antara Penggugat dengan Para Tergugat adalah karena

Penggugat adanya hubungan kerja dengan Tergugat. Menimbang bahwa dalam hubungan

kerja berlaku asas nowork no pay tidak bekerja maka tidak berhak atas upah, sesuai dengan

Pasal 4 PeraturanPemerintah RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah jo. Pasal 93

ayat (1) dan (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan. Prinsip hukum ketenagakerjaan adalah

bahwa hak pekerja timbul sebagai akibat dari Pekerja melaksanakan kewajiban Pekerja

artinya selama Penggugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagai pegawai/pekerja, maka

tidak ada kewajiban para Tergugat untuk membayarakan gaji/upah Penggugat. Menimbang

bahwa Penggugat telah kembali aktif di UPN Veteran Yogyakarta mulai bulan Pebruari 2012

yang dikuatkan dengan keterangan saksi-saksi, maka Penggugat mulai berhak kembali atas

upah/gaji dan tunjangan yang biasa diterima. Menimbang bahwa Pebruari 2013 Penggugat

mulai tidak lagi aktif mengajar kembali oleh Tergugat II dan pada akhirnya Penggugat

menyatakan memilih pengakhiran hubugan kerja secara terhormat dengan para Tergugat pada

tanggal 7 Oktober 2013, maka selama Penggugat mulai diaktifkan dan aktif kembali di UPN

Veteran Yogyakarta sejak tanggal 2 Pebruari 2012 dengan adanya pernyataan Penggugat

untuk mengakhiri hubungan kerja dengan para Tergugat yaitu tanggal 7 Otober 2013, maka

Penggugat masih berhak atas upah/gaji dan tunjangan fungsional yang biasa diterimanya.

Bahwa sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan keluarnya surat pemutusan hubungan kerja

oleh Tergugat I pada bulan Pebruari 2014 Penggugat sudah tidak berhak lagi atas upah dan

tunjangan yang biasa diterima. Bahwa menimbang Penggugat masih berhak atas upah gaji

dari bulan Pebruari 2012 sampai dengan bulan Oktober 2013, maka Penggugat berhak atas

upah yaitu sejumlah 20 bulan dikalikan Rp4.225.000,00 = Rp84.500.000,00 bahwa gugatan

beralasan untuk dikabulkan sebagian.

Hakim memutuskan perkara Nomor 02/Pdt.Sus.PHI/2015/PN.Yyk sebagai berikut:

Dalam eksepsi:

1. Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

2. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

3. Menghukum para Tergugat untuk membayar hak upah dan tunjangan fungsional sebesar Rp4.225.000,00 x 20 bulan = Rp84.500.000,00 selambat-lambatnya 14 hari berkekuatan hukum tetap.

4. Menghukum Tergugat II untuk memberikan surat keterangan kerja selambat-

lambatnya 14 hari kerja sejak putusan berkekuatan hukum tetap;

5. Menolak gugatan penggugat selain dan selebihnya. Membebankan biaya perkara ini kepada negara.

Analisis kasus bahwa PHI mempunyai kewenangan untuk mengadili perkara perseli-sihan

hak antara dosen dengan yayasan dan rektor. Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Agung

Tata Usaha Negera Mahkamah Agung Republik Indonesia bahwa putusan Rektor yaitu SK Rektor

merupakan kewenangan TUN untuk menyidangkannya karena Rektor Universitas Swasta

merupakan pejabat publik. Dalam kasus ini bahwa PHI dapat menye-lesaikan sengketa

perselisihan hak antara dosen dengan yayasan dan rektor. Bahwa putusan hakim tepat di mana

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 370/432

Page 14: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

apabila bekerja haknya harus dipenuhi dan dibayar. Kedudukan dosen pada PTS tidak dapat

terlindungi dengan baik, karena tidak ada lembaga yang memberikan perlindungan bagi dosen

mengenai haknya sebagai dosen. Dosen tidak paham akan kedu-dukannya karena tidak

memerhatikan hubungan kerja di awal yaitu perjanjian kerja karena hubungan masih baik

dengan yayasan, yayasan sebagai pemberi kerja seharusnya mengetahui posisinya mempunyai

kewajiban untuk memberikan hak bagi dosen sebagai pekerja sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pemerintah sebagai pengawas melaksanakan fungsinya dalam mengawasi hubungan

hukum dosen dengan yayasan.

Kasus ketiga, berdasarkan kronologis Putusan Nomor 06/Pdt.Sus.

PHI/2015/PN.Yyk,PHI Yogyakarta memeriksa dan mengadili perkara perselisihan hubungan

industrial antara Dr. Rernat Sri Mulyaningsih, M.Si, Apt., Dosen Tetap Program Studi

Farmasi UII sebagai Penggugat dengan Yayasan Badan Wakaf UII sebagai Tergugat I, dan

Rektor UII sebagai Tergugat II. Duduk perkara bahwa Penggugat merupakan Dosen Tetap

UII berdasarkan Keputusan Pengurus Harian Badan Wakaf UII Nomor:44/A.II/PH/2000

tentang Pengangkatan sebagai Pegawai Edukatif Tetap, dan belum ada pemutusan hubungan

kerja. Bahwa Peng-gugat menjalankan karya siswa di Universitas Heidelberg Jerman untuk

memperoleh gelar S3 dibiayai secara penuh oleh UII. Bahwa selama menempuh studi

Penggugat mendapat living cost sebesar 900 euro yang dikirimkan untuk jangka waktu 3

bulan pada setiap awal bulan. Bahwa sejak bulan November 2007 living cost ditransfer oleh

pihak UII dihentikan tanpa alasan dan keterangan yang jelas. Bahwa pada tanggal 12

November 2007 Penggugat mene-rima surat elektronik dari Biro Pengembangan Sumber

Daya Manusia UII dan surat panggilan dari Rektor Nomor: 2503/Rek/40/DOSDM/XI/2007

yang pada pada pokoknya berisi panggilan kepada Penggugat sebagai dosen peserta karya

siswa. Bahwa Penggugat kembali ke Indonesia menyelesaikan masa studi Doktoral pada Mei

2011. Penggugat menghadap Ketua Jurusan Farmasi FMIPA untuk melaporkan diri mengenai

telah berakhirnya tugas karya siswa yang dijalani Penggugat. Bahwa Penggugat menerima

surat dari Tergugat yang pada pokok-nya pengunduran diri Penggugat tidak dapat diterima

oleh Tergugat karena mensyaratkan kepada Penggugat untuk mengganti biaya yang telah

dikeluarkan Tergugat II selama 1 tahun senilai Rp230.643.169,00.

Pertimbangan hakim bahwa pokok perkara kasus ini adalah tidak dilaksanakannya

kewajiban Penggugat baik ketika menjalankan karya siswa/studi lanjut S3 di University

Heidelberg Jerman yang dibiayai oleh Rektorat Universitas Islam Indonesia sebagai pemberi

dana beasiswa dengan Penggugat sebagai penerima dana beasiswa yang mengatur hak dan

kewajiban masing-masing bertanggal 24 April 2006. Bahwa segala suatu kebijakan terhadap

dosen termasuk permasalahan di lingkungan UII melibatkan Rektor dan Pengurus Yayasan

Badan Wakaf UII. Bahwa berdasarkan risalah berdasarkan risalah penyelesaian perselisihan

hubungan industrial tertanggal 07 April 2014 telah terjadi upaya mediasi antara Tergugat I

dengan Penggugat I. Dalam upaya mediasi tidak melibatkan Tergugat II yang dalam hal ini

Rektor UII yang bertindak sebagai pihak dalam perjanjian karya siswa dengan Penggugat,

Bahwa dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial, berbunyi perselisihan hubungan industrial wajib diupaya-

kan mediasi terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai

mufakat. Bahwa benar Penggugat telah mengajukan pengunduran diri sebagai dosen kepada

Tergugat II pada tanggal 18 Maret 2011. Menimbang bahwa pokok permasalahan yang diper-

selisihkan oleh Penggugat terhadap Tergugat I dan II adalah mengenai perselisihan pemutusan

hubungan kerja melalui pengunduran diri Penggugat untuk mengakhiri hubungan kerja

dengan Tergugat I dan II yang ditolak Tergugat II dengan disertai tuntutan, hak pesangaon,

surat keterangan kerja, penyerahan ijazah S1 dan S2 dan dokumen profesi atas nama dan

milik Penggugat serta penghapusan NIDN atas nama Penggugat kepada Tergugat I dan II.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 371/432

Page 15: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR, Penggugat berkewajiban untuk membuktikan hal

tersebut di atas dengan alat bukti dan saksi dari kedua belah pihak Majelis Hakim akan menilai

dan mempertimbangkan pokok perselisihan sebagai berikut. Menimbang bahwa Majelis Hakim

dalam mengambil putusan berdasarkan Pasal 100 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial harus mempertimbangkan hukum, perjanjian yang

ada, kebiasaan dan keadilan. Menimbang bahwa hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat

I dan II adalah berdasarkan hukum ketenagakerjaan dan juga perjanjian-perjanjian lain antara

Penggugat dan Tergugat I dan II. Menimbang bahwa Perse-lisihan pemutusan hubungan kerja

timbul setelah adanya tugas karya siswa Penggugat ber-dasarkan pada Peraturan Universitas

Nomor :02/PU/Rek/IX/2000 tentang Peraturan Karya Siswa antara Penggugat dengan Tergugat II

tertanggal 24 April 2006 yang telah disepakati antara Penggugat dan Tergugat II, namun dalam

pelaksanaannya terjadi perselisihan tentang pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Menimbang bahwa awal mula perseli-sihan antara Penggugat dengan Para Tergugat adalah karena

Penggugat tidak memenuhi panggilan Tergugat II untuk kembali ke Indonesia karena Tergugat II

menginginkan komit-men ulang Penggugat untuk kembali mengajar di UII setelah melakukan

karya siswa dan kemudian diikuti dengan adanya perselisihan tentang tuntutan hak dan kewajiban

oleh masing-masing pihak berdasarkan perjanjian karya siswa atara Penggugat dengan Tergugat

II. Menimbang bahwa karya siswa adalah termasuk ketentuan yang diatur dalam Pasal 10 ayat (3)

Peraturan Pengurus Harian Badan Wakaf UII Nomor: 01 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok

kepegawaian UII yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan UII Nomor:02/PU/Rek /IX/2002

tentang Peraturan Karya Siswa UII. Menimbang bahwa hubungan kerja antara Peng-gugat dengan

Tergugat I dan II berdasarkan hukum ketenagakerjaan, peraturan perusahaan atau peraturan

pokok-pokok kepegawaian dan perjanjian lainnya yang memuat hak dan kewajiban masing-

masing pihak, maka berdasarkan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan jo. Pasal 17 Peraturan Pengurus Harian Badan Wakaf UII Nomor 01 Tahun 1998

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian UII jis Pasal 2 dan 3 Peraturan Pengurus Harian Badan Wakaf

UII Nomor 09 Tahun 1998 tentang Pemberhentian Pegawai UII, maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa pengakhiran hubungan kerja melalui pengunduran diri secara sukarela oleh

Penggugat dari hubungan kerja dengan Tergugat I dan II adalah hak Penggugat. Menimbang

bahwa suatu hak yang timbul dalam hubungan kerja diimbangi dengan adanya suatu kewajiban,

maka Majelis Hakim akan menilai apakah hak Penggugat untuk mengakhiri hubungan kerja

dengan Tergugat I dan II diserta kewajiban penggugat yang harus dilaksanakan. Menimbang

bahwa karya siswa adalah yang diatur dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pengurusan Harian

Badan Wakaf UII Nomor 01 Tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian UII yang

pelaksanaanya diatur dengan Peraturan Universitas Nomor: 02/PU/Rek/IX/2002 tentang Peraturan

Karya Siswa UII dan dalam proses persidangan berdasarkan jawab menjawab antara Penggugat

dan Tergugat I dan II. Menimbang bahwa berdasarkan alat bukti dan keterangan saksi ternyata

benar Tergugat I dan II tidak memberikan seluruh biaya karya siswa Penggugat sampai dengan

purna siswa dengan alasan karena Penggugat tidak memenuhi panggilan untuk kembali di

Indonesia dan juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai peserta karya siswa untuk membuat

periodik dan laporan akhir studi Pasal 3 huruf e Perjanjian Karya Siswa. Berdasarkan Pasal 7,

Pasal 8, dan Pasal 9 Surat Perjanjian Karya Siswa, Penggugat wajib mengembalikan sejumlah

biaya yang telah diterima dan/atau membayar ganti rugi kepada Tergugat II sebagai penyandang

dana karya siswa Penggugat. Menimbang bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh

kedua belah pihak dalam kaitannya satu sama lain bersesuaian bahwa Tergugat I dan II telah

membayarkan sebagian kewajibannya untuk membiayai karya siswa Penggugat juga telah

menyelesaikan karya siswa, maka majelis hakim berpendapat bahwa pengakhiran hubungan kerja

antara Penggugat dengan Tergugat I dan II dapat dikabulkan jika para pihak telah menyelesaikan

sengketa perjanjian karya siswa. Menimbang bahwa Penggugat dalam pem-buktiannya tidak

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 372/432

Page 16: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

dapat membuktikan terlebih dahulu bahwa perselisihan tentang perjanjian karya siswa dengan

Tergugat I dan II telah selesai atau Penggugat telah melaksanakan kewajiban-kewajiban

sebagaimana telah disepakati di dalam perjanjian karya siswa antara para Penggugat dengan

Tergugat II baik mengembalikan sebagian biaya yang telah diterima Penggugat atau sebagai

peserta karya siswa maka gugatan penggugat untuk memutuskan hubungan kerja dengan

Tergugat I dan II dengan mengesampingkan penyelesaian perjanjian kerja karya siswa adalah

dinyatakan tidak diterima.

Hakim memutuskan perkara dengan putusan sela dan putusan untuk Nomor 6/Pdt.Sus-

PHI/2015/PN.Yyk bahwa dalam putusan sela bahwa PHI berwenang untuk memeriksa dan

mengadili perkara ini memerintahkan agar pemeriksaan ini dilanjutkan ke tahap pemeriksaan.

Dalam eksepsi menolak eksepsi Tergugat I dan II untuk seluruhnya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (niet ovankelijke verklaard) membebankan biaya perkara

kepada Negara.

Bahwa hubungan kerja dosen dengan yayasan dan rektor mengenai karya siswa,

meskipun telah jelas dalam perjanjian karya siswa tidak ada jaminan bagi dosen dalam

melanjutkan pendidikannya. Namun putusan Majelis Hakim menerangkan bahwa Penggugat

memenuhi kewajibannya dalam karya siswa, namun tidak memenuhi kewajibannya dipanggil

pimpinan rektor. Tergugat II tidak memenuhi kewajiban seluruhnya tanpa alasan yang pasti.

Peran Pemerintah khususnya Kementerian Ristek Dikti harus memberikan perlindungan bagi

dosen dalam memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya. Berdasarkan Peraturan

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 26 Tahun 2015

tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi Pasal 12 huruf a, bahwa hak dosen yang

memiliki NIDN yaitu: (a) memperoleh gaji dan tunjungan; (b) mengusulkan jabatan

akademik; (c) mengusulkan atau diusulkan untuk menempati jabatan struktural/tugas

tambahan; (d) mengajukan beasiswa; (e) mengajukan sertifikasi dosen; (f) mengikuti sebagai

rasio dosen terhadap mahasiswa; (g) dihitung sebagai rasio dosen terhadap mahasiswa; dan

(h) dihitung dalam pembukaan dan pelaksanaan program studi. Pada Pasal 12 b menyebutkan

Pasal 12 huruf d sampai dengan huruf f menjadi tanggungan APBN.

Kasus keempat, kronologis persidangan Pengadilan Hubungan Industrial

padaPengadilan Negeri Yogyakarta dalam perkara PHI Nomor 08/G/2012/PHI.YK antara

Lilik Utara, M.S. sebagai Penggugat dengan Badan Pelaksana Harian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta sebagai Tergugat I dan Rektor UMY sebagai Tergugat II.

Dengan ini kedua belah pihak bersedia mengakhiri persengketaan antara para pihak dengan

membuat akta perjanjian perdamaian. Bahwa para pihak sepakat untuk menyelesaikan

sengketa perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja yang pelaksanaannya dilakukan

secara musyawarah kekeluargaan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Al-Quran, Asy-

Syura, ayat 38.

Bahwa Pihak Kedua sepakat untuk mencabut PHK berupa Surat Keputusan Pengurus

Badan Pelaksana Harian UMY Nomor 008/SK/BPH/UMY/II/2012 tentang Pemberhentian

sebagai Pegawai Edukatif/Dosen Tetap Fakultas Teknik UMY atas nama Pihak Pertama. Pihak

Pertama mengajukan permohonan Pensiun Dini sebagai Dosen Tetap UMY. Bahwa

pemberhentian dengan hormat terhadap Pihak Pertama sebagai Pegawai tetap edukatif/dosen tetap

pada Fakultas Teknik UMY. Bahwa Pihak Kedua memberikan atau melaksanakan pemenuhan

hak-hak bagi Pihak Pertama. Bahwa para pihak sepakat dengan telah dibuat dilaksanakan

perjanjian perdamaian menyatakan saling meminta dan memberikan maaf dalam forum resmi

menyatakan permasalahan tentang perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja telah selesai

dan tidak saling menuntut dalam bentuk apapun lagi. Akta Perdamaian Nomor:

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 373/432

Page 17: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

08/G/2012/PHI.YK bahwa para pihak sepakat untuk melaksanakan perjanjian perdamaian

winwin solution untuk perkara ini Pihak Pertama sepakat mengajukan pensiun dini dan PihakKedua sepakat untuk membayarkan hak-hak Pihak Pertama sesuai dengan yang

disepakati sebagai berikut:

1. Gaji pokok Rp1.351.300,00, Tunjangan fungsional Rp402.000,00, Tunjangan

keluarga Rp121.617,00, Tunjangan beras Rp120.000,00, Total Rp1.994.917,00,

Potongan asuransi Rp22.500,00, Pajak Rp33.941,00, Pensiun potongan asuransi

Rp22.500,00, Pensiun Rp67.565,00, Infaq Rp33.783,00, BPK Rp1.000,00, Arisan

Rp10.500,00, Simpanan wajib Rp10.000,00, Total Rp179.289,00, Penerimaan

bersih Rp67.565,00, Infaq Rp33.783,00, BPK Rp1.000,00, Arisan Rp10.500,00,

Simpanan wajib Rp10.000,00, Total Rp179.289,00. Penerimaan bersih tiap bulan

Rp1.815.628,00 x 51 bulan = Rp92.597.028,00. Kompensasi pasca putusan

Rp1.351.300,00 x 36 bulan - 5% = Rp46.214.460,00. Pengembalian koperasi

Rp14.460,00. Pengembalian koperasi pegawai UMY Rp735.000,00. Penghargaan

Rp1.351.300,00 x 8 bulan - 5% = Rp10.269.538,00. Potongan pinjaman BSM

Rp5.664.538,00. Total penerimaan Rp196.916.370,00.

2. Pengadilan Hubungan Industrial pada PN Yogyakarta setelah mendengar perse-

tujuan kedua belah pihak mengingat Pasal 130 HIR/154 RBg, menghukum kedua belah pihak untuk taat dan patuh pada putusan ini membebankan biaya perkara

kepada negara.

Proses perdamaian merupakan pilihan terbaik dalam menyelesaikan permasalahan

dosen dengan yayasan, namun hal yang seharusnya dilakukan sebelum terjadi kasus perse-

lisihan hak dalam hubungan kerja tidak harus terjadi karena dosen paham akan kedudukannya

karena memerhatikan hubungan kerja di awal yaitu perjanjian kerja, yayasan sebagai pemberi

kerja seharusnya mengetahui posisinya mempunyai kewajiban untuk memberikan hak bagi

dosen sebagai pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemerintah sebagai pengawas

melaksanakan fungsinya dalam mengawasi hubungan hukum dosen dengan yayasan. Keadilan

dan rasa saling menghargai menjadi dasar dari hubungan kerja karena kedudukan para pihak

seimbang dosen sebagai tenaga profesional yang memiliki perlindungan hukum dalam

merumuskan isi perjanjian yang akan dilaksanakan oleh masing-masing pihak.

Kasus kelima, kronologis Persidangan Pengadilan Hubungan Industrial

padaPengadilan Negeri di Yogyakarta dalam perkara PHI Nomor 07/G/2012/PHI.YK antara

Ir. Bledug Kusuma Prasaja, M.T. sebagai Penggugat dengan Badan Pelaksana Harian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai Tergugat I dan Rektor UMY sebagai

Tergugat II. Dengan ini kedua belah pihak bersedia mengakhiri persengketaan antara para

pihak dengan membuat akta perjanjian perdamaian. Bahwa para pihak sepakat untuk

menyelesaikan sengketa perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja yang

pelaksanaannya dilakukan secara musyawarah kekeluargaan sesuai dengan petunjuk Allah

SWT dalam Alquran, Asy-Syura, ayat 38.

Bahwa Pihak kedua sepakat untuk mencabut PHK berupa surat keputusan Pengurusan

Badan Pelaksana Harian UMY Nomor 009/SK/BPH/UMY/II/2012 tentang pemberhentian

sebagai Pegawai Edukatif/Dosen Tetap Fakultas Teknik UMY atas nama Pihak Pertama.

Pihak Pertama mengajukan permohonan Pensiun Dini sebagai dosen tetap UMY. Bahwa

pemberhentian dengan hormat terhadap Pihak Pertama sebagai Pegawai tetap edukatif/dosen

tetap pada Fakultas Teknik UMY. Bahwa Pihak Kedua memberikan atau melaksanakan

pemenuhan hak-hak bagi Pihak Pertama. Bahwa para pihak sepakat dengan telah dibuat

dilaksanakan perjanjian perdamaian menyatakan saling meminta dan memberikan maaf dalam

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 374/432

Page 18: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

forum resmi menyatakan permasalahan tentang perselisihan hak dan pemutusan hubungan kerja

telah selesai dan tidak saling menuntut dalam bentuk apapun lagi. Putusan perdamaian Nomor

07/G/2012/PHI.Yk. Bahwa para pihak sepakat untuk melaksanakan perjanjian per-damaian

winwin solution untuk perkara ini Pihak Pertama sepakat mengajukan pensiun dini pihak

keduasepakat untuk membayarkan hak-hak Pihak Pertama sesuai dengan yang disepakati sebagai

berikut: Gaji pokok Rp1.377.500,00, Tunjangan fungsional Rp516.000,00, Tunjangan keluarga

Rp80.000,00, Tunjangan beras Rp123.975,00, Total Rp2.097.475,00, Potongan asuransi

Rp22.500, Pajak Rp23.714,00, Pensiun Rp68.875,00, Infaq Rp34.438,00, BPK Rp1.000,00,

Arisan Rp500,00, Simpanan wajib Rp0,00, Total Rp151.027,00. Peneri-maan bersih tiap bulan

Rp1.946.448,00 x 51 bulan, jadi total Rp99.268.848,00. Kompensasi pasca putusan

Rp1.377.500,00 x 36 bulan - 5% = Rp47.110.500,00, Pensiun Rp43.289.000,00, Penghargaan

Rp1.377.500,00 x 8 bulan - 5% = Rp10. 469.000,00. Total penerimaan Rp200.137.348,00.

Pengadilan Hubungan Industrial pada PN Yogyakarta setelah mendengar persetujuan kedua belah

pihak dan mengingat Pasal 130 HIR/154 RBg, menghukum kedua belah pihak untuk taat dan

patuh pada putusan ini membebankan biaya perkara kepada negara.

Proses perdamaian merupakan pilihan terbaik dalam menyelesaikan permasalahan

dosen dengan yayasan, namun hal yang seharusnya dilakukan sebelum terjadi kasus perseli-

sihan hak dalam hubungan kerja tidak harus terjadi karena dosen paham akan kedudukannya

karena memerhatikan hubungan kerja diawal yaitu perjanjian kerja, yayasan sebagai pemberi

kerja seharusnya mengetahui posisinya mempunyai kewajiban untuk memberikan hak bagi

dosen sebagai pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemerintah sebagai pengawas

melaksanakan fungsinya dalam mengawasi hubungan hukum dosen dengan yayasan. Kedu-

dukan dosen sebagai tenaga profesional diharapkan dalam proses pemenuhan hak dan

kewajiban sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Kasus keenam, gugatan antara Iskandar Khalil, Dosen Tetap pada

UniversitasMuhammadiyah Sumatera Barat (Penggugat) lawan dengan Ketua Badan Pembina

Harian UMSB, Rektor UMSB dan Dekan Fakultas Hukum UMSB selanjutnya sebagai

(Tergugat).21

Duduk perkara Penggugat sudah bekerja di UMSB sebagai dosen tetap pada 7

September 2010 memiliki NIDN dengan gaji Rp1.548.939,00. Penggugat diangkat sebagai Kepala

Bidang LPPM pada tahun 2013 dengan gaji Rp1.350.000,00. Namun pada faktanya Peng-gugat

hanya menerima gaji sebagai dosen tetap hanya Rp540.000 setiap bulannya dan tidak menerima

gaji sebagai Kepala Bidang LPPM. Bahwa penyelesaian dilakukan secara PHI karena perselisihan

hak dan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Pihak Tergugat kepada pihak Penggugat

tanggal 13 Pebruari 2016 dan menyatakan bahwa Penggugat bukan sebagai dosen Tetap UMSB

dan tidak diperkenankan untuk mengajar. Bahwa perbuatan Tergugat melanggar ketentuan Pasal

151 ayat (1), (2) dan (3), dan Pasal 152 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Alasan pemberhentian karena Penggugat merupakan pengacara

dan meminta Penggugat untuk memilih sebagai dosen atau sebagai pengacara sebagaimana

Peraturan Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 26 Tahun 2015 tentang Registrasi

Pendidik pada Perguruan Tinggi. Pihak Penggugat menuntut uang pesangon dan sisa dari gaji

yang belum dibayar atau yang belum diberikan. Jawaban atau Eksepsi dari Tergugat bahwa proses

pengangkatan dosen tetap Penggugat hanya dosen tetap luar biasa yang bukan tenaga tetap.

Bahwa Penggugat tidak melaksanakan tugas kewajibannya, sehingga tidak memenuhi kewajiban

12 sks dan dampak dari double job tersebut terkait pada

21 Putusan Nomor 47/Pdt.SUS-PHI/2016/PN.Pdg

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 375/432

Page 19: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

Hasanuddin Law Review Vol. 2 Issue 2, August (2016)

penghentian penelitian dan pengabdian DIKTI 1 (satu) tahun. Penggugat sehingga berstatus sebagai dosen luar biasa.

Pertimbangan putusan hakim bahwa Penggugat merupakan benar dosen tetap UMSB,

bahwa Penggugat double job bahwa status Penggugat yang disangkal oleh Pihak Tergugat

harus dibuktikan oleh masing-masing pihak, bahwa Penggugat tidak menerima SK Pemutusan

Hubungan Kerja yang dikeluarkan oleh Pihak Tergugat, sehingga para pihak harus membuk-

tikan. Penggugat tidak lagi memperoleh jam mengajar dan gaji yang belum dibayarkan.

Menolak eksepsi Tergugat, pada putusan hakim mengabulkan gugatan penggugat sebagian

menyatakan bahwa terjadi PHK, menghukum tergugat untuk membayar hak penggugat

berupa uang pesangon sebesar Rp20.709.125,00 (dua puluh juta tujuh ratus sembilan ribu

seratus dua puluh lima rupiah) dan biaya perkara dibebankan kepada penggugat.

Bahwa proses PHK yang terjadi dengan alasan bahwa adanya double job, sehingga

eksepsi Tergugat atas PHK Penggugat ditolak oleh hakim dan bahwa menyatakan telah terjadi PHK. Sehingga Penggugat mempunyai hak untuk memperoleh uang pesangon dan proses sisa

uang gaji yang belum dibayarkan tidak dapat digugat di PHI hal ini menjadi kewenangan dari PN karena perbuatan melawan hukum sebagaimana eksepsi Tergugat.

KESIMPULAN

Kesimpulan bahwa: (1) Dosen sebagai tenaga profesional dan ilmuwan yang bekerja

dengan yayasan menggunakan perjanjian kerja, sehingga merupakan pekerja yang mendapat

perintah, upah dan melakukan pekerjaan untuk mengajar; (2) Apabila terjadi perselisihan hak,

pemutusan hubungan kerja, maka penyelesaian perselisihan hubungan kerja antara dosen

swasta masuk dalam ruang lingkup lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 bagian dari kenyataan

Undang-Undang Guru dan Dosen serta perundang-undangan lainnya yang tidak mengatur

khusus lembaga penyelesaian perselisihan guru dan dosen swasta; (3) Berdasarkan hasil

penelitian di lapangan bahwa kasus tentang dosen swasta diselesaikan melalui PHI bukan

melalui pengadilan negeri terkait tentang adanya perbuatan melawan hukum Pasal 1365

KUHPerdata, dosen swasta merupakan pekerja pada umumnya bukan tenaga profesional.

ACKNOWLEDGMENTS

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksananya Penelitian Disertasi

Doktor 2016 dengan judul “Kedudukan Hukum Dosen pada Perguruan Tinggi Berbadan

Hukum Yayasan di Indonesia”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Kementerian Riset dan

Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah mendanai penelitian ini dan

program melanjutkan pendidikan doktor, Program Pascasarjana Doktor Ilmu Hukum

Universitas Andalas tempat melanjutkan pendidikan, para pembimbing disertasi Promotor

dan Co-promotor, Pihak Kopertis Wilayah I Sumatera Utara yang memfasilitasi

administrasiprogram doktor, dan Universitas Pembangunan Panca Budi melalui LPPM

UNPAB yang telah mendukung menyelesaikan program doktor.

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai Kementerian Tenaga Kerja Republik

Indonesia, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Medan, Hakim Agung Dr. Supandi, S.H.,

M.Hum. pada Mahkamah Agung Republik Indonesia, Pengadilan Hubungan Industrial pada

Pengadilan Negeri Medan dan Yogyakara untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah

dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi dosen pada perguruan

tinggi berbadan hukum yayasan di Indonesia, praktisi, dan masyarakat pada umumnya.

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 376/432

Page 20: 34. PENYELESAIAN PERSELISIHAN PADA HUBUNGAN KERJA … · kompetensi pengadilan hubungan industrial atas perselisihan hubungan industrial berupa perselisihan mengenai hak, kepentingan,

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Priyatmanto, 2016, Revitalisasi Kewenangan PTUN Gagasan Perluasan Kompe-tensi Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka.

Ali, Zainuddin, 2011, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Muhammad, Abdulkadir, 2006, Etika Profesi Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Soepomo, Iman, 1983, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta, Djambatan.

Sunggowo, Bambang, 1997, Metode Penelitia Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

Suryandono, Widodo dan Aloysius Uwiyono, 2014, Penyelesaian Perselisihan HubunganIndustrial dan Pemutusan Hubungan Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja dalam Asas-asas Hukum Perburuhan, Jakarta, Rajawali Pers.

Susanto, Anthon F, 2015, Penelitian Hukum Transformatif-Partisipatoris, Malang, Setara

Press.

Syamsuddin, Syaufii, 2010, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Jakarta, Sarana Bhakti Persada.

Usman, Sunyoto, 2006, Jaminan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Uwiyono, Aloysius, et.al., 2014, Asas-asas Hukum Perburuhan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

Wignjosoebroto, Soetandyo, 2011, Penelitian Hukum dan Hakikatnya sebagai PenelitianIlmiah, dalam Buku Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi, Jakarta, BukuObor.

Artikel Jurnal:

HukumOnline.com, 2017, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2755/bedanya-perkumpulan-dengan-yayasan. (Accessed April 27. 2017).

Juanda Pangaribuan. 2014,

http://catalog.danlevlibrary.net/index.php?p=show_detail&id=8510. (Accessed

November 27. 2014).

Prosiding Konferensi ke-2 P3HKI di Medan, 12 - 13 Oktober 2017 - 377/432