32624047 Laporan Granulasi Basah Parasetamol

45
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apabila pemakain obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul dan tabletlah yang menjadi pilihan pasien. Dari sudut pandang farmasetik bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk kering yang digunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah dicampur dengan air) kurang begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi disenangi oleh sebagian pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya akan tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se dalam pengobatan terbatas, tetapi penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas. Kebanyakan bahan-bahan obat yang dipakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk atau kristal dan dicampur dengan unsur-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan penghancur sebelum dibuat menjadi bentuk sediaan padat. Obat bentuk serbuk juga ditambahkan ke dalam salep, pasta, supositoria dan bentuk sediaan lainnya pada waktu pengolahannya. Demikian pula granul yang merupakan gumpalan-gumpalan bahan dari bentuk serbuk diolah menjadi partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya disiapkan bentuk cair sebelum dipakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat sebagai bahan pengisi. 1 | Page

description

jjvh

Transcript of 32624047 Laporan Granulasi Basah Parasetamol

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apabila pemakain obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul

dan tabletlah yang menjadi pilihan pasien. Dari sudut pandang farmasetik bentuk

sediaan padat pada umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair, sehingga bentuk

sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Serbuk kering yang

digunakan melalui mulut untuk minum (biasanya setelah dicampur dengan air) kurang

begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet, tetapi disenangi oleh sebagian

pasien yang tidak dapat menelan obat dengan bentuk sediaan padat lainnya akan tetapi

kebanyakan obat dengan bentuk serbuk per se dalam pengobatan terbatas, tetapi

penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas. Kebanyakan bahan-bahan obat

yang dipakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk atau kristal dan dicampur dengan

unsur-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan penghancur sebelum dibuat menjadi

bentuk sediaan padat. Obat bentuk serbuk juga ditambahkan ke dalam salep, pasta,

supositoria dan bentuk sediaan lainnya pada waktu pengolahannya. Demikian pula

granul yang merupakan gumpalan-gumpalan bahan dari bentuk serbuk diolah menjadi

partikel yang dapat mengalir dengan bebas pada dasarnya disiapkan bentuk cair

sebelum dipakai, dengan penambahan bahan pembantu yang tepat sebagai bahan

pengisi.

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sedian padat yang biasanya dibuat

dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-teblet dapat

berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam

aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.

Kebanyakan tablet diggunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan

dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-

lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual,

bukal atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada

tablet yang digunakan secara oral.

1 | P a g e

B. TUJUAN

Formulasi sediaan yang kami buat bertujuan:

1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pembuatan sediaan tablet dan

bagaimana cara pemecahan masalahnya.

2. Dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan.

3. Dapat menyusun desain formula pembuatan dan evaluasi larutan dari hasil

pengkajian praformulasi.

4. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia, khasiat, stabilitas zat aktif (parasetamol)

yang digunakan dalam sediaan tablet.

5. Dapat menganalisis sifat fisiko kimia zat-zat tambahan yang digunakan dalam

sediaan tablet.

6. Untuk memenuhi laporan praktikum teknologi sediaan padat

2 | P a g e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN TABLET

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu

jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan

dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat

pembasah atau zat lain yang cocok ( menurut FI III). Tablet adalah sediaan padat

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode

pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (menurut FI IV).

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet

dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin

yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan

berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari

berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta

produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau

dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan,

kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan

sampai kering.

B. KRITERIA TABLET

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;

2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;

3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;

4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;

5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;

6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;

7. Bebas dari kerusakan fisik;

8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;

9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;

10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

3 | P a g e

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TABLET

Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;

2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;

3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan,

antara lain :

1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk

sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan

pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;

2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif

yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk

sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang

paling rendah;

3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;

4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;

5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;

6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;

7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah;

tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;

8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya

tablet tidak segera terjadi;

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas

terkendali);

10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang

tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);

11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya

produksinya lebih rendah;

12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;

4 | P a g e

13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran

kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan

Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa

kerugian, antara lain :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan);

2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :

Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat

amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;

Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup

besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau

kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus

diformulasi sedemikian rupa);

Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi,

atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban

udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan

kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.

(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet

jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak

dijumpai di perdagangan.

D. METODE PEMBUATAN TABLET

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi

basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan

tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet,

apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya

dosis, dan lain sebagainya. Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam

metode tersebut :

1. Granulasi Basah

5 | P a g e

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien

menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam

jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode

ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.

Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan

kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah

membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat

kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,

suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke

campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam

campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan

memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di

antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang

ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling

penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan

pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka

massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau

oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan

meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan

granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang

dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

1. Memperoleh aliran yang baik

2. Meningkatkan kompresibilitas

3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4. Mengontrol pelepasan

5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

6. Distribusi keseragaman kandungan

7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah:

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

6 | P a g e

2. Biaya cukup tinggi

3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2. Granulasi Kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang

selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar

dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara

mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui

gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis

efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif

terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin

cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga

diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses

selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang

daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum

memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi

kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor

yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor

memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang

lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini

mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara

penggiling.

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Zat aktif susah mengalir

Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin

pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab

Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

7 | P a g e

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya

kontaminasi silang

3. Metode Kempa Langsung

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa

langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal

terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan

cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang

kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada

beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin

langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsung

dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet

kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat

aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,

kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas

dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan keuntungan metode kempa

langsung yaitu :

Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka

waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga

dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan

lembab

Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,

tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,

sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi

dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat

menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.

8 | P a g e

Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena

itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses

pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa

amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa

langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan

pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat;

mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang

baik

E. MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET

1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah,

yang disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan,

adanya udara yang terperangkap saat granulasi, granulasi

terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan dies yang tidak pas.

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah

kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya adalah udara yang terjerat

dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompressi atau overlubrikasi dengan

stearat.

3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada

dinding die sehingga punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah

punch kurang bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi.

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.

Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang bahan

yang dikompresi berminyak/lengket.

9 | P a g e

5. Filming

Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan dengan

titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena punch kehilangan pelicin.

Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan

bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.

6. Chipping dan Cracking

Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena

tekanan yang berlebih.

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.

8. Molting

Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah migrasi zat warna

yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

F. PEMERIKSAAN DAN UJI GRANUL

1. Distribusi ukuran partikel, Menggunakan ayakan No. 12-14

2. Sifat aliran

Menggunakan alat flow rate tester (g/menit).

Sudut henti Sifat alir

< 25 mudah mengalir

25 – 45 mengalir

> 45 sukar mengalir

3. Kompresibilitas

Persen (%) kemampatan (K) = Do – Df x 100%

Do

Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)

Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)

Syarat = % K < 20 %

4. Susut Pengeringan/ Kadar uap

Susut pengeringan diukur dengan alat Karl fischer dan moisture balance.

Susut pengeringan = Wo - Wt

Wo

10 | P a g e

Sp = susut pengeringan

Wo = berat mula-mula

Wt = berat setelah dikeringkan

Kadar uap = Wo - Wt

Wt

G. EVALUASI TABLET

Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah

memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :

1. Uji Penampilan

Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,

permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.

2. Uji Keseragaman Ukuran

Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang

dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20

tablet.

3. Uji Kekerasan

Dilakukan dengan alat Hardness tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas

permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilogram.

Satuan kekerasan adalah Newton, kp.

4. Uji Friabilitas

Dilakukan dengan alat Friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji

adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Uji

friabilitas biasanya dilakukan selama 15-20 menit tergantung spesifikasi alat. Tablet

yang baik mempunyai friabilitas < 1%.

Perhitungan : f = a – b x 100 %

a

f = friabilitas

a = bobot tablet sebelum diuji

b = bobot tablet setelah diuji

5. Uji keseragaman Bobot

Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.

Persyaratan

11 | P a g e

Farmakope Indonesia :

Bobot rata-rata (mg) Deviasi maksimum (%)

2 tablet (kolom A) 1 tablet (kolom B)

2 mg atau kurang 15 30

25-150 mg 10 20

151-300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot

rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.

6. Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.

Persyaratn farmakope Indonesia 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet harus

hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari dari

60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.

7. Uji Keseragaman Kandungan

Uji ini biasanya dilakukan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg. Pengujian

dilakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan FI 4 ; tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

kadarnya di luar rentang 85-115 % dari kadar rata-rata dan tidak boleh lebih dari 1

tablet yang kadarnya diluar rentang 75-125 % dari kadar rata-rata.

8. Uji Disolusi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan

tercapai kadar maksimum didalam media disolusi serta bagaimana profil zat aktif

secara in vitro.

H. MONOGRAFI ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN

1. Zat Aktif :Paracetamol/acetaminophen

Sifat Kimia

Nama Lain : Acetaminofen,

12 | P a g e

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]

Rumus Molekul : C8H9NO2

rumus bangun :

Berat Molekul : 151

Kemurniaan : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak

lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadapzat

anhidrat.

Sifat Fisika

Organoleptis

Bentuk : Serbuk

Bau : Tidak berbau

Warna : Putih

Rasa : Pahit

Kelarutan

Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian etanol P, 13 bagian

aseton P, dalam 40 bagian gliserol, dan dalam 9 bagian propilenglikol

Stabilitas

Terhadap pelarut :Paracetamol sangat stabil dalam air

Terhadap PH :Waktu paruh dalam larutan terdapat pada PH 6

diperkirakan selama 21,8 tahun, penurunannya dikatalisis oleh asam dan

basah dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada PH 2,28 tahun pada PH 9.

Terhadap cahaya : -

Terhadap oksigen : -

Sifat Farmakologi

Khasiat :Analgetikum dan Antipiretikum. Efektif pada

berbagai jenis keadaan artritis dan rematik termasuk

nyeri otot rangka juga dada, nyeri kepala,

dysmenore, myralgia, dan neuralgia.

13 | P a g e

Efek Samping : Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah

Tempat absorpsi : Diabsorpsi cepat dan sempurna di saluran cerna

Waktu paruh : Konsentrasi tertinggi dalam plasma antara 1 sampai

3 jam

Interaksi obat

1. Aspirin : Konsentrasi parasetamol dalam darah akan

meningkat dengan adanya aspirin.

2. Kloramfenikol :Parasetamol meningkatkan waktu paruh

kloramfenikol.

Dosis

Dosis Lazim 5-10 Tahun (1XP) : 100-200 mg

(1XHP ) : 400-800 mg

>10 Tahun (1XP) : 250 mg

(1XHP) : 1 g

Dewasa (1XP) : 500 mg

(1XHP) : 500 mg – 2 g

Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tak tembus cahaya

2. Zat Tambahan

A. Bahan pengikat (binder), penghancur (disintegrant): Amilum

1. Rumus molekul : (C6H10O5)n

2. BM : 50.000 – 160.000

3. PH : 5,5 – 6,5 untuk 2% b/v

4. Fungsi : Glidan, diluen, binder, disinteran

5. Kompresibilitas : -

6. Densitas : -

7. Distribusi partikel : 10 – 100 µm

8. Rentang : 2 – 32 µm

9. Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dingin (950) dan dalam air

dingin

10. Organoleptis : serbuk, putih hampir putih dan pahit.

11. Flowability : 10,8 – 11,7 g/s pati jagung.

12. Stabilitas dan penyimpanan :

14 | P a g e

amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika terlindung dari (high

humidity) saat digunakan sebagai pelincir atau disintegran pada sediaan

padat, amilum dipertimbangkan sebagai bahan inert dibawah kondisi

penyimpanan normal. Namun larutan amilum yang dipanaskan atau

pasta amilum secara fisik tidak stabil dan rentan serangan

mikroorganisme dan menyebabkan a wide voriety of starch derivatives

and modified storches that have unique phisical properties. Amilum

harus disimpan dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering.

B. Bahan Pelincir (glidant, antiadherent) : Talk

1. Sinonim : Magnesi osmanthus; powdered talc; purified French

chalk.

2. CAS : Talk [14807-96-6]

3. Rumus Empiris : Mg6(Si2O5)4(OH)4

4. BM : 0

5. pH : 7-10 untuk 20% b/v

6. Fungsi : Anti cracking,glidant, diluent, lubricant

7. Aplikasi dalam formula farmasetik dan teknologi :

Penggunaan Konsentrasi

(%)

Dusting powder 90 – 99

Glidant dan tablet lubricant 1 – 10

Tablet dan capsule diluent 5 – 3

8. Pemerian : Talk sangat halus, putih keabu-abuan, tidak berbau,

tidak berasa, serbuk kristal menempel / melekat

pada kulit, lembut jika disentuh, bebas dari pasir

(hidrofobik).

9. Kelarutan :Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali,

pelarut organic dan air

10. OTT : Dengan ammonium

11. Kekerasan : 1,0 – 1,5

12. Wadah : Dalam wadah tertutup baik, tempat yang dingin dan

15 | P a g e

kering.

13. Stabilitas dan penyimpanan :

Bahan stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160%0

selama lebih dari satu jam. Juga dapat disterilkan dengan diekspos pada

etylen OH, atau irradasi sama. Talk harus disimpan dalam wadah

tertutup, baik ditempat yang sejuk dan dingin.

C. Bahan pengisi (diluent): Avicel PH 102

1. Sinonim : Microcrystaline selullosa

2. CAS : [9000-34-6]

3. Fungsi : Penghancur, pengisi

4. Konsentrasi : 5-15 %

5. Pemerian : Serbuk,hampir tidak berbau, hamper tidak berasa,

putih.

6. Kelarutan : Mudah larut dalam air.

7. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Formulasi

R/Parasetamol 250

16 | P a g e

Amilum 10% Fase Dalam (FD):

Mucilago Amili 10% 1/3FD 90% x 500 mg = 450 mg

Avicel PH 102 qs

Talk 5% Fase Luar (FL):

Amylum kering 5% 10%

FD dan ∑ muchilago amilum (MA)

FD : 90% x 500 = 450 mg

MA : 10% ± FD = x 450 = 150 mg

Amilum yang ditimbang atau digunakan untuk muchilago: 10% x 150 = 15 mg

Penambahan pengisi

FD : 450 mg x 500 tablet = 225 gram

Parasetamol : 250 mg

Amilum 10% x 500 : 50 mg 315 mg

Amilum untuk MA : 15 mg 450 mg

Laktosa (450-315) : 135 mg

Penimbangan bahan

Parasetamol 250 mg x 500 = 125 gram

Amilum 50 mg x 500 = 25 gram

Amilum untuk MA 15 mg x 500 = 7,5 gram

Avicel PH 120 135 mg x 500 = 67,5 gram +

225 gram

Prosedur pembuatan

1. a. Membuat MA 10%

MA rancangan 75 gram (150 x 500 tablet) dibuat MA 100 gram dengan

komposisi :

17 | P a g e

Amilum = 10 gram

Aquades = 90 gram, terbagi dalam :

- 10 gram untuk mensuspensikan amilum.

- 60 gram untuk membuat muchilago inti (dipanaskan)

- 20 gram untuk pencucian wadah

a. Menimbang gelas kimia dan batang pengaduk.

b. Memasukan 60 gram aquadest kedalam gelas yang sudah ditimbang,

didihkan, angkat (M1).

c. Memasukan 10 gram amilum dan 10 gram aquadest kedalam gelas kimia

lain, aduk rata, dimasukkan kedalam M1.

d. Bilas sisa amilum dengan 20 gram aquadest, masukkan kedalam M1.

2. Bahan serbuk yang sudah ditimbang, dicampurkan kedalam kantong plastik

yang sesuai selama ± 10 menit. Setelah cukup homogen dimasukkan kedalam

baskom (M2).

3. MA dicampurkan kedalam M2 sedikit demi sedikit sampai bisa dikepal.

Berat beaker dan pengaduk : 190 gram

Sisa MA : 203 gram - 190 gram = 13 gram

MA yang digunakan : 100 gram - 13 gram = 87 gram

10% x 87 = 8,7 gram

MA yang ditambahkan pd FD : 87 gram – 75 gram = 12 gram

10% x 12 gram = 1,2 gram

∑ amilum @ tablet : 1200 mg = 2,4 mg

500 tab

Total fase dalam : 450 mg + 2,4 mg = 452,4 mg

452,4 x 100% = 90,48 % FD

500

4. Mengayak massa granul dengan ayakan mesh 16.

5. Mengeringkan granul : T = 40-500 C hingga kering dengan kandungan kadar air

sesuai dengan yang diharapkan, misalnya 2-3%

6. Mengayak kembali granul dengan ayakan mesh 18

7. Melakukan evaluasi granul, yaitu:

a. Sifat alir

b. Kadar air

c. kompresibilitas

18 | P a g e

8. kemudian menimbangnya.

Berat granul yang diperoleh : 220 gram

Kadar air : 2,38% ≈ 2%

Masa granul 0 % air : (100 - 2) % x 220 gram = 215,6 ≈ 215 gram

bobot 0% air

Jumlah tab yg dapat dibuat : 215,6 gram x 500 tab = 476 tablet

226,2 gram

Bobot masa cetak : 100% x 215,6 = 238,3 gram

90,48%

Bobot per tab : massa cetak = 238,3 = 0,500 gram = 500mg

Jumlah tab 476

9. Menimbang fase luar. Fase luar yang ditimbang 9,52% (100% - 90,48%),

meliputi:

Talk = 4,76 % x 476 = 22,66

Amylum kering = 4,76 % x 476 = 22,66

10. Mencampurkan fase luar dengan sebagian FD ± 1 menit, tambahkan sisanya,

campur homogen ± 3-4 menit.

11. Mencetak granul kemudiam melakukan evaluasi pada tablet yang sudah selesai

di cetak. Evaluasi tersebut terdiri dari:

a. Keseragaman sediaan (bobot dan kandungan)

b. Keseragaman ukuran (tebal dan diameter)

c. Keregasan / friabilitas

d. Kekerasan

e. Performance

f. Uji disolusi

g. Uji kompresibilitas

h. Uji waktu hancur

BAB IV

EVALUASI

A. EVALUASI GRANUL

19 | P a g e

1. Laju Alir dan sudut henti

Uji dilakukan dengan menggunakan corong dan statif. Granul yang kering

dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya sudah ditutup

menggunakan tisu. Corong diletakan 10 cm dari dasar wadah. Setelah

stopwatch disiapkan, tisu yang menyumbat corong tersebut ditarik dan granul

dibiarkan mengalir melewati corong dengan sesekali mengetuk corong agar

granul mengalir lancar. Kemudian waktu granul tepat habis dalam corong

dihitung.

Didapat : t = 56 detik

d = 13,5 cm

h = 5 cm

sudut henti → Tan α = 2h = 2 x 5 = 0,74

d 13,5

α = 36,5 (mengalir)

standar uji sifat alir :

- < 25 = mudah mengalir

- 25-45 = mengalir

- > 45 = sukar mengalir

kecepatan alir → bobot = 82 gram

waktu = 56 detik

Jadi kecepatan alirnya = 0,68 gram/ detik

2. Uji Kadar Air

Sebanyak 2 gram granul di timbang kemudian diperiksa kadar airnya dengan

menggunakan moisture analyzer dan diperoleh kadar air = 2,38% ≈ 2%

3. Uji Kompresibilitas

Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL dimasukkan granul kering sampai

100 mL kemudian memampatkannya dengan mengetuk-ngetuk sebanyak 500

kali ketukan.

20 | P a g e

Didapat : Vo = 100

Vt = 73

Maka : Vo – Vt x 100% = 100 – 73 x 100% = 27% ( tergolong buruk)

Vo 100

Standar tidak boleh lebih dari 20%

B. EVALUASI TABLET

1. Uji penampilan tablet, yaitu dengan melihat penampilan tablet secara kasat

mata, diperoleh data:

Homogenitas warna : homogen, putih

Bentuk dan permukaan : bundar dan licin

Cetakan dan logo :

2. Uji keseragaman ukuran, yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap 20

tablet dengan menggunakan penggaris, didapat :

Diameter rata-rata : 1 cm

Tebal rata-rata : 0,5 cm

Diameter tablet yang dibuat memenuhi kriteria uji keseragaman ukuran, yaitu

diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak bolek kurang

dari 1 1/3 tebal tablet

3. Uji friabilitas, yaitu dengan menggunakan alat friabilator. 20 tablet yang

sebelumnya sudah ditimbang dimasukan ke dalam alat dan alat di seting selama

4 menit lalu tablet yang masih tersisa ditimbang kembali kemudian dihitung

nilai friabilitasnya. Dan yang menjadi parameter pada uji ini adalah kerapuhan

terhadap gesekan atau bantingan selama 15-20 menit.

f = a – b x 100%

a

f = 9,4950 – 9,3470 x 100% = 1,5%

9,4950

Kerapuhan tablet tergolong buruk, karena memiliki nilai friabilitas > 1%,

sedangkan Standar nilai friabilitas adalah < 1%

4. Uji keseragaman bobot, yaitu dilakukan penimbangan pertablet pada 20 tablet

kemudian dihitung standar deviasinya apakah memenuhi syarat atau tidak.

Adapun data dari bobot masing-masing tablet, yaitu:

No Bobot tablet % Deviasi No Bobot tablet % Deviasi

21 | P a g e

(mg) (mg)

1 492,5 2 11 502,5 0,1

2 491,6 2 12 508,3 0,9

3 490,6 3 13 491,7 2

4 506,6 0,6 14 509,4 1

5 503,7 0,4 15 512,3 2

6 509 1 16 512,0 2

7 502,7 0,1 17 511,6 2

8 492,5 2 18 512,3 2

9 490,1 3 19 509,2 1

10 507,6 0,8 20 513,1 2

Bobot rata-rata= 503,47

% Deviasi = bobot rata-rata – bobot @

Bobot rata-rata

Berdasarkan data diatas maka, bobot tablet parasetamol yang kami buat

memenuhi persyaratan, karena tidak ada 2 tablet yang bobot rata-ratanya

menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan,

yaitu 5 % dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata,

yaitu 10%.

BAB V

PEMBAHASAN

Pada kesempatan pertama praktikum teknologi sediaan padat, kelompok kami

mendapatkan zat aktif berupa parasetamol yang di indikasikan sebagai analgetikum dan

22 | P a g e

antipiretikum. Pada rancangan praformulasi awal kami merencanakan untuk menggunakan

bahan-bahan eksipien sebagai berikut:

Pengisi : Laktosa

Pengikat : Mucilago Amili

Penghancur luar : Amilum kering

dan dalam

Pelincir : Talkum

Namun setelah kami melakukan responsi/diskusi bersama dosen pembimbing, dosen

pembimbing menyarankan untuk mengganti pengisi yang kami gunakan, yaitu laktosa

menjadi avicel karena apabila pemakaian laktosa dibarengi dengan pemakain mucilago

amili dikhawatirkan akan menghasilkan tablet yang sangat keras. Maka atas pertimbangan

tersebut akhirnya kami merubah pengisi tablet menjadi avicel PH 102 dengan harapan

dapat diperoleh hasil tablet yang lebih baik.

Metode pembuatan tablet yang kami pilih adalah metode granulasi basah, karena

berdasarkan literatur, zat aktif yang kami gunakan ini (Parasetamol) stabil dalam larutan

dan tahan terhadap pemanasan. Pada metode ini terlebih dahulu kami buat larutan

pengikat, larutan pengikat yang ditambahkan ini memiliki peranan yang cukup penting

dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan

meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan

tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul. Larutan pengikat yang

kami gunakan adalah mucilago amili. Amilum yang sudah ditimbang disuspensikan

dengan 10 ml aquades kemudian suspensi tersebut dimasukan ke dalam 60 ml air panas

dan wadah tempat mensuspensikan amilum tadi dibilas dengan sisa air yang sudah

dipisahkan kemudian mengaduknya hingga terbentuk pasta amilum. Setelah pasta amilum

jadi, pasta dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam campuran serbuk fase dalam sampai

terbentuk masa yang dapat dikepal. Setelah diperoleh masa yang kira-kira sudah dapat

dikepal penambahan pasta amilum kami hentikan kemudian kami menghitung pasta

amilum yang terpakai dengan cara menimbang pasta amilum yang tersisa dikurangi bobot

wadah kosong. Dari pasta amilum yang terpakai ini kami dapat mengetahui apakah pasta

amilum yang kami gunakan ini berlebih, pas ataukah berkurang dari jumlah yang

direncanakan karena pasta amilum yang terpakai ini dapat mempengaruhi total fase dalam

tablet.

Tahap selanjutnya adalah tahapan pengayakan. Pada metode ini pengayakan

dilakukan sebanyak 2 kali dan untuk pengayakan pertama digunakan ayakan yang lebih

23 | P a g e

besar yaitu ayakan no.16. Setelah semua masa selesai diayak maka massa tersebut

dimasukan ke dalam oven dan dibiarkan selama sehari semalam pada suhu 700C.

Kemudian mengayak massa granul kembali dengan menggunakan ayakan yang lebih kecil,

yaitu ayakan no.18.

Setelah diperoleh massa granul yang kering, maka kami melakukan evaluasi

terhadap granul kering yang didapat. Evaluasi granul yang dilakukan pertama kali adalah

uji kadar air granul dengan menggunakan alat moisture analyzer dan didapat kadar air

granul sebesar 2,38%. Kadar air yang kami peroleh ini sesuai dengan kadar air yang kami

inginkan yang sesuai dengan literatur yang ada sehingga kami tidak perlu melanjutkan

pemanasan. Evaluasi granul selanjutnya adalah uji laju alir dan sudut henti granul dan

didapat sudut henti granul α = 36,5 (mengalir) dan laju alir granul 0,68/detik. Dari nilai

sudut henti tersebut dapat diketahui bahwa granul yang kami hasilkan dapat mengalir

karena masih berada dalam range sudut mengalir yaitu 25-45. Dan uji granul yang terakhir

kami lakukan adalah uji kompresibilitas, dimana granul dimasukan ke dalam gelas ukur

kemudian diketuk-ketukan dan setelah pengetukan selesai kami menghitung

kompresibilitasnya. Diperoleh kompresibilitasnya sebesar 27%, kompresibilitas granul

dengan nilai tersebut tergolong buruk karena standar kompresibilitas granul yang baik

adalah < 20%. Nilai kompresibilits yang buruk ini dapat disebabkan karena terlalu

banyaknya fines yang terkandung dalam granul, dengan kata lain granul yang terbentuk

tidak sempurna pada saat proses pembuatan granul (terlalu banyak granul yang kembali

menjadi fines setelah pengayakan pertama). Granul yang tidak terbentuk ini dapat

disebabkan karena larutan pengikat (pasta amilum) yang kami buat belum terbentuk

sempurna disamping itu juga kurangnya larutan pengikat yang kami gunakan sehingga

massa kepal yang terbentuk tidak sempurna sehingga pada saat pengayakan pertama

banyak granul yang kembali menjadi fines.

Setelah melewati evaluasi granul, granul yang diperoleh kami timbang kembali

untuk mengetahui berapa banyak tablet yang dapat dibuat. Granul yang kami peroleh

sebanyak 220 gram dengan kadar air 2 %, karena pada rancangan kami memperhitungkan

tablet tanpa kadar air atau dengan 0% air maka berat granul yang kami gunakan untuk

perhitungan selanjutnya adalah bobot granul dengan 0% air yaitu 215,6 gram, maka

jumlah tablet yang dapat dibuat adalah sebanyak 476 tablet dengan bobot massa cetak

sebanyak 238,3 gram, sehingga diperoleh bobot pertablet sebesar 500 mg. Setelah

mengetahui perhitungan-perhitungan diatas, maka dapat dihitung juga banyaknya fase luar

yang akan di tambahkan, yaitu Talk sebanyak 22,66 gram dan Amylum kering 22,66 gram.

24 | P a g e

Dan selanjutnya kami mencampurkan fase luar ke dalam fase dalam yang sudah digranul

dan mengocoknya selama 4 menit dan setelah itu massa tersebut dikempa dengan

menggunakan alat sehingga diperoleh tablet yang kompak. Namun, alat yang ada di

laboratorium sedang dalam keadaan yang tidak baik, maka kami mengempa/mencetak

tablet dengan cara manual.

Adapun evaluasi tablet yang kami lakukan meliputi penampilan, keseragaman

bobot, waktu hancur dan friabilitas. Evaluasi penampilan dilakukan dengan melihat

penampilan tablet secara kasat mata dan diperoleh data:

Homogenitas warna : homogen, putih

Bentuk dan permukaan : bundar dan licin

Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penampilan tablet yang kami

dapatkan tergolong baik karena zat aktif yang kami gunakan tidak mengalami perubahan

warna dari awal sampai akhir proses pembuatan tablet. Selanjutnya pada evalusi

keseragaman bobot, bobot tablet parasetamol yang kami buat memenuhi persyaratan,

karena tidak ada 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet

lebih besar dari harga yang ditetapkan, yaitu 5 % dan tidak satupun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-rata, yaitu 10. Kemudian pada evaluasi waktu hancur, tablet

yang kami buat memiliki waktu hancur dengan durasi 7 detik. Waktu hancur yang kami

dapat ini tergolong sangat mudah larut. Seperti halnya kompresibilitas hal ini dapat

disebabkan oleh terlalu banyaknya fines yang terkandung dalam granul, dengan kata lain

granul yang terbentuk tidak sempurna pada saat proses pembuatan granul (terlalu banyak

granul yang kembali menjadi fines setelah pengayakan pertama). Dalam hal ini pengikat

sangat berperan karena dalam waktu hancur yang berperan adalah daya ikat internal, yaitu

ikatan antar granul dan ikatan ini sangat dipengaruhi oleh larutan pengikat yang

digunakan. Pada dasarnya tablet yang kami hasilkan ini tidak terlihat rapuh bahkan

sepertinya sangat kuat namun pada kenyataannya setelah diuji waktu hancurnya ternyata

tablet kami sangatlah mudah hancur. Kemungkinan tablet yang kami buat ini terbentuk

karena kempaan yang kami paksakan (karena pembuatan secara manual) bukan karena

pengaruh pengikat. Selanjutnya kami melakukan uji friabilitas, tablet yang kami buat

memiliki friabilitas sebesar 1,5 %. Nilai friabilitas yang kami dapat ini tergolong buruk

karena standar nilai friabilitas adalah < 1%. Oleh karena yang menjadi parameter pada uji

ini adalah kerapuhan terhadap gesekan atau bantingan selama 15-20 menit, maka tablet

yang kami hasilkan ini tergolong rentan terhadap gesekan atau bantingan. Hal ini dapat

disebabkan karena kurangnya pengikat yang kami gunakan. Namun daya ikat yang

25 | P a g e

mempengaruhi friabilitas ini tidak sama halnya dengan daya ikat yang mempengaruhi

waktu hancur karena pada friabilitas, yang dipengaruhi adalah daya ikat eksternal tablet.

Daya ikat disini merupakan daya ikat antar fase luar selain itu juga friabilitas dapat

dipengaruhi oleh penghancur luar yang terlalu banyak.

Dalam evaluasi pembuatan tablet yang kami lakukan, terdapat beberapa

permasalahan yang saling terkait. Telah dikatakan bahwa tablet yang kami hasilkan

memiliki waktu hancur yang relatif cepat, dengan friabilitas yang tergolong buruk.

Permasalahan ini diakibatkan oleh kurangnya pengikat dalam formulasi atau rancangan

awal pembuatan. Analisa solusi kami terhadap permasalahan ini antara lain dengan

melakukan granulasi ulang. Proses granulasi ulang yang dilakukan secara langsung

berimplikasi pada penambahan pengikat. Maka fase dalam akan berlebih dari rancangan

awal. Atas kelebihan ini, fase luar harus diseimbangkan. Maka kami mencoba untuk

menghitung pertambahan yang mungkin terjadi pada mucilago amili yang mempengaruhi

total fase dalam yang pastinya mempengaruhi total fase luarnya, yaitu sebagai berikut:

Misal :

Penambahan pengikat = 15 mg @ tablet

15 mg x 476 tablet = 7140 mg = 7,14 gram

Total fase dalam = 452,4 mg + 15 mg = 467,4 mg

467,4 x 100% = 93,48 % FD

500

Fase luar yang ditimbang 6,52% (100% - 93,48%), meliputi:

Talk = 3,26 % x 476 = 15,52

Amylum kering = 3,26 % x 476 = 15,52

Sehingga formulasi tablet menjadi:

R/Parasetamol 250

Amilum 10% Fase Dalam (FD):

Mucilago Amili 10% 1/3FD 93,48% x 500 mg = 467,4 mg

Avicel PH 102 qs

Talk 3,26% Fase Luar (FL):

Amylum kering 3,26% 6,52%

26 | P a g e

BAB VI

KESIMPULAN

Pemakaian laktosa yang dibarengi dengan pemakain mucilago amili dikhawatirkan

akan menghasilkan tablet yang sangat keras. Maka atas pertimbangan tersebut

27 | P a g e

akhirnya kami merubah pengisi tablet menjadi avicel PH 102 dengan harapan dapat

diperoleh hasil tablet yang lebih baik

Metode pembuatan tablet yang kami pilih untuk zat aktif parasetamol adalah

metode granulasi basah, karena berdasarkan literatur, zat aktif yang kami gunakan

stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan

Pada saat pembuatan mucilago amili perlu diingat, bahwa yang ditambahkan

adalah suspensi amilum ke dalam air panas yang massanya lebih banyak bukan air

panas yang ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam suspensi amilum. Karena

apabila air panas yang ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam suspensi amilum,

maka akn terbentuk massa yang keras

Kompresibilitasnya tablet yang kami dapat sebesar 27%, kompresibilitas granul

dengan nilai tersebut tergolong buruk karena standar kompresibilitas granul yang

baik adalah < 20%. Nilai kompresibilits yang buruk ini dapat disebabkan karena

terlalu banyaknya fines yang terkandung dalam granul, dengan kata lain granul

yang terbentuk tidak sempurna pada saat proses pembuatan granul (terlalu banyak

granul yang kembali menjadi fines setelah pengayakan pertama). Granul yang tidak

terbentuk ini dapat disebabkan karena larutan pengikat (pasta amilum) yang kami

buat belum terbentuk sempurna disamping itu juga kurangnya larutan pengikat

yang kami gunakan sehingga massa kepal yang terbentuk tidak sempurna sehingga

pada saat pengayakan pertama banyak granul yang kembali menjadi fines

Waktu hancur tablet yang kami dapat tergolong sangat mudah larut. Seperti halnya

kompresibilitas hal ini dapat disebabkan oleh terlalu banyaknya fines yang

terkandung dalam granul, dengan kata lain granul yang terbentuk tidak sempurna

pada saat proses pembuatan granul (terlalu banyak granul yang kembali menjadi

fines setelah pengayakan pertama). Dalam hal ini pengikat sangat berperan karena

dalam waktu hancur yang berperan adalah daya ikat internal, yaitu ikatan antar

granul. Pada dasarnya tablet yang kami hasilkan ini tidak terlihat rapuh bahkan

sepertinya sangat kuat namun pada kenyataannya setelah diuji waktu hancurnya

ternyata tablet kami sangatlah mudah hancur. Kemungkinan tablet yang kami buat

ini terbentuk karena kempaan yang kami paksakan (karena pembuatan secara

manual) bukan karena pengaruh pengikat

Dalam evaluasi pembuatan tablet, tablet yang kami hasilkan memiliki waktu

hancur yang relatif cepat, dengan friabilitas yang tergolong buruk. Permasalahan

ini diakibatkan oleh kurangnya pengikat dalam formulasi atau rancangan awal

28 | P a g e

pembuatan. Analisa solusi kami terhadap permasalahan ini antara lain dengan

melakukan granulasi ulang yang secara langsung berimplikasi pada penambahan

pengikat. Maka fase dalam akan berlebih dari rancangan awal. Atas kelebihan ini,

fase luar harus diseimbangkan.

Perhitungan rancangan akhir pembuatan tablet parasetamol :

Penambahan pengikat = 15 mg @ tablet

15 mg x 476 tablet = 7140 mg = 7,14 gram

Total fase dalam = 452,4 mg + 15 mg = 467,4 mg

467,4 x 100% = 93,48 % FD

500

Fase luar yang ditimbang 6,52% (100% - 93,48%), meliputi:

Talk = 3,26 % x 476 = 15,52

Amylum kering = 3,26 % x 476 = 15,52

Sehingga formulasi tablet menjadi:

R/Parasetamol 250

Amilum 10% Fase Dalam (FD):

Mucilago Amili 10% 1/3FD 93,48% x 500 mg = 467,4 mg

Avicel PH 102 qs

Talk 3,26% Fase Luar (FL):

Amylum kering 3,26% 6,52%

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.

Wade, Ainley and Paul J Weller.Handbook of Pharmaceutical excipients.Ed

II.1994.London; The Pharmaceutical Press

29 | P a g e

Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-

eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-

Press.

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat . 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

30 | P a g e