$325$1 &$3$,$1 ,1',.$725 0878 $5($ 0$1$-(0(1 75,:8/$1 , 7$+81

20
LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2020 Rumah Sakit Dr. Etty Asharto

Transcript of $325$1 &$3$,$1 ,1',.$725 0878 $5($ 0$1$-(0(1 75,:8/$1 , 7$+81

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN

TRIWULAN I TAHUN 2020

Rumah Sakit Dr. Etty Asharto

i

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridho-Nya Laporan Capaian Indikator Mutu Area Manajemen Triwulan 1 Tahun 2020 ini dapat terselesaikan tepat waktu. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan di Rumah Sakit Dr. Etty Asharto yang telah memberikan kontribusi terhadap Laporan Capaian Indikator Mutu Area Manajemen Triwulan 1 Tahun 2020. Adapun tujuan dari laporan ini adalah memberi gambaran hasil pengukuran indikator mutu area manajemen Triwulan 1 Tahun 2020. Dalam laporan ini juga memungkinkan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan oleh Direktur Rumah Sakit Dr. Etty Asharto.

Laporan Capaian Indikator Mutu Area Manajemen Triwulan 1 Tahun 2020 ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari laporan harian, yang dilakukan oleh penanggungjawab PIC data mutu sesuai area yang menjadi lokasi pengukuran. Data dari hasil kegiatan dilakukan analisa untuk mengetahui keberhasilan maupun kendala yang dihadapi, untuk memberikan masukan berupa solusi agar selalu ada upaya perbaikan.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang perlu dibenahi dan ditingkatkan di masa yang akan datang sehingga kita dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan untuk perbaikan. Mohon maaf atas kekurangan-kekurangan tersebut, sekian dan terima kasih.

Penyusun,

Eta Riska Amalia, S.AP

iii

iv

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN

TRIWULAN I TAHUN 2020

RS Dr. ETTY ASHARTO

Disusun Oleh :

Eta Riska Amalia, S.AP

Kepala Bagian Umum dan Keuangan

Disetujui Oleh :

Dr. Agustini Rahayu Ketua Tim PMKP

Mengetahui, Direktur

Dr. Mulyatim Koeswo, M.Kes

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................................... i Lembar Pengesahan .................................................................................................................................. ii Daftar Isi .................................................................................................................................................... iii Daftar Tabel dan grafik ............................................................................................................................. iv I Pendahuluan ............................................................................................................................................ 1 II Latar Belakang ........................................................................................................................................ 2 III Tujuan ..................................................................................................................................................... 2 IV Ruang Lingkup Indikator Mutu Area Manajemen ................................................................................. 2 V Jadwal Kegiatan ..................................................................................................................................... 3 VI Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................................................................... 3 VII Hasil Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................................................ 3 VIII Penutup .............................................................................................................................................. 12

vi

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Tabel 7.1. Kecepatan respon terhadap komplain ..................................................................................... 4 Tabel 7.2. Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD ......................................................................... 5 Tabel 7.3. Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat ................................................................... 5 Tabel 7.4. Keterlambatan respon time genset ........................................................................................... 6 Tabel 7.5. Linen hilang ................................................................................................................................ 7 Tabel 7.6. Ketidaktepatan administrasi keuangan di Laboratorium ........................................................ 8 Tabel 7.7. Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan ............................................................... 8 Tabel 7.8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap ................................................................ 9 Tabel 7.9. Keterlambatan waktu penanganan kerusakan hardware jaringan ....................................... 10 Tabel 7.10. Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/bahan yang diterima ................ 10 Tabel 7.11. Keterlambatan pelayanan ambulans di Rumah Sakit .......................................................... 11 Daftar Grafik Grafik 7.1. Kecepatan respon terhadap komplain .................................................................................... 4 Grafik 7.2. Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD ........................................................................ 5 Grafik 7.3. Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat .................................................................. 6 Grafik 7.4. Keterlambatan respon time genset .......................................................................................... 6 Grafik 7.5. Linen hilang ............................................................................................................................... 7 Grafik 7.6. Ketidaktepatan administrasi keuangan di Laboratorium ........................................................ 8 Grafik 7.7. Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan ............................................................... 9 Grafik 7.8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap ............................................................... 9 Grafik 7.10. Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/bahan yang diterima ............... 11 Grafik 7.11. Keterlambatan pelayanan ambulans di Rumah Sakit ......................................................... 11

vii

1

I. PENDAHULUAN Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat

modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu dan keselamatan pasien di semua tingkatan. Oleh karena itu Rumah Sakit wajib memiliki laporan dari hasil monitoring dan evaluasi untuk memperbaiki proses pelayanan terhadap pasien, agar kejadian tidak diinginkan dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan rumah sakit menerapkan standar keselamatan pasien. Keselamatan pasien (patien safety) merupakan proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.

Rumah Sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:

1. Hak pasien; 2. Mendidik pasien dan keluarga; 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan; 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan

keselamatan pasien; 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien; 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas, rumah sakit juga wajib melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang dijamin dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit terpenuhi. Hak tersebut antara lain untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. RS. Dr. Etty Asharto merupakan salah satu pelaksana dalam pemberian jasa pelayanan kesehatan di Kota Batu. Oleh sebab itu RS. Dr. Etty Asharto dituntut, bertanggungjawab dan memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mengedepankan keselamatan pasien. Kata sempurna mungkin belum dapat didapat, namun RS. Dr. Etty Asharto terus berupaya untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan demi memenuhi peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

2

II. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan yang berkualitas di Rumah Sakit menjadi harapan bagi masyarakat untuk

membantu mereka dalam mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi. Pelayanan kesehatan yang berkualitas akan mempersingkat waktu ekonomis masyarakat yang terbuang karena dirinya atau keluarganya sakit dan sebaliknya apabila pelayanan kesehatan kurang optimal akan memperpanjang waktu perawatan di rumah sakit yang berdampak pada menurunnya produktifitas. Rumah Sakit memiliki peran yang strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard yang ditetapkan (Kemenkes, 2008).

RS. Dr. Etty Asharto merupakan salah satu pelaksana dalam pemberian jasa pelayanan kesehatan di Kota Batu. Oleh sebab itu RS. Dr. Etty Asharto dituntut, bertanggungjawab dan memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mengedepankan keselamatan pasien. Berkenaan dengan hal tersebut, RS. Dr. Etty Asharto telah menentukan area prioritas, wajib, manajemen, klinis, dan indikator mutu lokal. Sebagai informasi adanya upaya rumah sakit dalam perbaikan berkelanjutan, maka perlu dibuktikan dengan adanya laporan triwulan hasil monitoring dan evaluasi atas capaian pelaksanaan indikator yang telah ditentukan. III. TUJUAN

A. Tujuan umum : Untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di RS. Dr. Etty Asharto Batu di area manajemen

B. Tujuan khusus : 1. Terjaminnya Mutu Pelayanan Rumah Sakit yang telah ditetapkan; 2. Terciptanya budaya area manajemen yang berorientasi pada mutu dan keselamatan

pasien; 3. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien melalui peningkatan

kemampuan pemberian pelayanan kesehatan di area manajemen; 4. Seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab pelaksanaan mutu

dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Dr. Etty Asharto Batu di area manajemen; 5. Menciptakan budaya keselamatan pasien sehingga akuntabilitas rumah sakit terhadap

pasien dan masyarakat dapat tercapai; 6. Mengukur dan mengetahui keberhasilan capaian indikator mutu area manajemen;

IV. RUANG LINGKUP INDIKATOR MUTU AREA MANAJEMEN

Ruang Lingkup dilakukan monitoring dan evaluasi oleh Kepala Bagian Umum dan Keuangan atas pengukuran indikator mutu area manajemen, yang meliputi:

1. Kecepatan respon terhadap komplain 2. Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD 3. Keterlambatan waktu penanganan kerusakan alat 4. Keterlambatan respon time genset 5. Linen hilang 6. Ketidaktepatan administrasi keuangan Laboratorium 7. Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan 8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap

3

9. Keterlambatan waktu penanganan kerusakan hardware/ jaringan 10. Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/ bahan yang datang 11. Keterlambatan pelayanan ambulans rumah sakit

Laporan Capaian Indikator Mutu Area Manajemen Triwulan 1 Tahun 2020 ini ditampilkan dalam sistematika berikut ini:

1. Pendahuluan 2. Latar Belakang 3. Tujuan 4. Ruang Lingkup Indikator Mutu Area Manajemen 5. Jadwal Kegiatan 6. Pelaksanaan Kegiatan 7. Hasil Pelaksanaan Kegiatan 8. Penutup

V. JADWAL KEGIATAN

Jadwal kegiatan kegiatan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien area manajemen ditampilkan dengan rincian seperti di bawah ini:

1. Rapat koordinasi seluruh unit dilakukan setiap bulan sekali 2. Pengumpulan data/ pencatatan/ pengukuran indikator mutu dilakukan setiap hari 3. Monitoring dan evaluasi capaian indikator mutu dilakukan setiap bulan sekali 4. Analisa dan rekomendasi dilakukan setiap tiga bulan sekali

VI. PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan indikator pencapaiannya:

1. Rapat koordinasi seluruh unit terlaksana satu bulan satu kali dengan adanya pembahasan tentang mutu dan keselamatan pasien. Rapat dihadiri oleh Tim PMKP dan seluruh unit yang diwakili oleh Kepala Unit

2. Pengumpulan data/ pencatatan/ pengukuran indikator mutu dilakukan setiap hari oleh seluruh anggota unit pada form yang telah disediakan

3. Monitoring dan evaluasi capaian indikator mutu dilakukan setiap bulan sekali oleh Kepala Bagian Umum dan Keuangan

4. Analisa dan rekomendasi dilakukan setiap tiga bulan sekali oleh Kepala Bagian Umum dan Keuangan dan Tim PMKP untuk dilaporkan kepada Direktur RS. Dr. Etty Asharto

5. Direktur RS. Dr. Etty Asharto aan memberikan timbal balik untuk rencana tindak lanjut perbaikan berkelanjutan

VII. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Kecepatan respon terhadap komplain

Definisi operasional: Kecepatan respon terhadap komplain adalah kecepatan rumah sakit dalam menanggapi komplain baik tertulis, lisan atau melalui mass media yang sudah diidentifikasi tingkat risiko dan dampak risiko dengan penetapan grading/ dampak risiko berupa ekstrim (merah), Tinggi (kuning), rendah (hijau), dan dibuktikan dengan data, dan tindak lanjut atas respon time komplain tersebut sesuai dengan kategorisasi/ grading/ dampak risiko.

4

Tabel 7.1. Kecepatan respon terhadap komplain

Sumber : Sub Bagian Humas, Pemasaran dan Kemitraan

Grafik 7.1. Kecepatan respon terhadap komplain

Analisa: a. Klasifikasi keluhan yang diterima dibagi menjadi 3 berdasarkan tingkatan dampak risiko, yaitu

sebagai berikut : Kategori Merah adalah cenderung berhubungan dengan polisi, pengadilan dan kematian,

mengancam sistem dan kelangsungan organisasi serta kerugian material. Tindak lanjut maksimal 1 x 24 jam.

Kategori Kuning adalah cenderung berhubungan dengan pemberitaan media dan kerugian in material. Tindak lanjut keluhan ini maksimal 3 x 24 jam

Kategori Hijau adalah keluhan yang tidak menimbulkan kerugian material dan in material. Tindak lanjut keluhan kategori ini maksimal 7 hari.

b. Selama bulan Januari s.d Maret 2020, terdapat 27x keluhan yang diterima saat survei kepuasan

pelanggan di Rumah Sakit Dr. Etty Asharto. Jumlah keluhan terbanyak selama periode tersebut adalah keluhan dalam kategori hijau sebanyak 24 keluhan, meliputi tentang keluhan tentang pelayanan petugas, kualitas produk dan kualitas lingkungan rumah sakit. Sebanyak 3 keluhan yang masuk kategori kuning yaitu berkaitan dengan kualitas pelayanan tenaga medis, yaitu dokter dan sudah ditindaklanjuti dengan permintaan maaf langsung ke responden.

c. Pada periode Januari s.d Maret 2020 tingkat kecepatan respon terhadap keluhan responden, berhasil melewati target, berdasarkan waktunya. Kecepatan respon tertinggi terjadi pada bulan Februari 2020, yaitu sebesar 96% keluhan ditanggapi langsung (dibawah 24 jam). Sedangkan keluhan terbanyak memang terjadi saat bulan Januari 2020 dan kecepatan responnya paling rendah yaitu 83%, meskipun hal ini masih memenuhi standar.

No. Indikator Standar Realisasi Tahun 2020 Keterangan Jan Feb Mar 1 Kecepatan respon terhadap komplain 75% 83% 96% 94% Tercapai

5

2. Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD Definisi operasional: Ketidaktepatan entry billing resep pasien IGD yang tidak dirawat dengan standar 0.5%

Tabel 7.2. Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD

Sumber : Sub Bagian Penunjang Medis

Grafik 7.2. Ketidaktepatan billing resep obat dan pasien IGD

Analisa: Selama triwulan 1 tahun 2020 ini capaian ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD tercapai memenuhi standar. Tidak terdapat ketidaktepatan karena resep dari IGD telah menggunakan resep elektronik yang memunculkan notifikasi pada instalasi farmasi sehingga petugas lebih mudah mengetahui apabila terdapat kebutuhan resep dan mempercepat proses pengerjaan resep yang dibutuhkan pasien IGD.

3. Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat

Definisi operasional: Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat adalah waktu yang dibutuhkan mulai laporan alat rusak diterima (lisan maupun tertulis) sampai dengan petugas melakukan pemeriksaan terhadap alat yang rusak untuk tindak lanjut perbaikan dari 15 menit.

Tabel 7.3. Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat 0% 8% 25% 10% Tidak Tercapai

Sumber : Sub Bagian Umum

No. Indikator

Standar Realisasi Tahun

2020 Keterangan Jan Feb Mar 1 Ketidaktepatan billing resep obat pasien IGD 0.5% 0% 0% 0% Tercapai

6

Gambar 7.3. Keterlambatan waktu menangani kerusakan alat

Analisa: Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa selama kurun waktu 3 bulan, respon penanganan kerusakan alat tidak pernah mencapai standar yang ada. Tingkat keterlambatan penanganan alat rata-rata sebesar 14%, atau sekitar 1 sampai 2 setiap bulan laporan kerusakan yang tidak bisa ditanganai sesuai batas waktu yang sudah ditetapkan. Salah satu faktor yang mengakibatkan keterlambatan maktu penanganan kerusakan alat adalah, penyampaian laporan kerusakan dari unit pada waktu petugas IPSRS sedang melakukan kegiatan yang tidak bisa langsung ditinggalkan, sehingga penanganan laporan bisa dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.

4. Keterlambatan respon time genset

Definisi operasional: Genset tidak menyala secara otomatis dalam waktu <10 detik pada saat listrik (PLN) padam.

Tabel 7.4. Keterlambatan respon time genset No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Keterlambaran respon time genset 0% 100% 100% 0 Tidak ada kejadian

pemadaman Sumber : Sub Bagian Umum

Grafik 7.4. Keterlambatan respon time genset

Analisa:

7

Dari Grafik 7.4 menunjukkan bahwa selama bulan Januari dan Februari capaian keterlambatan respon time genset sebesar 100%, atau dengan kata lain waktu perpindahan sumber listrik alternatif dari PLN pada saat ada pemadaman tidak sesuai standar yang ada. Hal ini dikarenakan sistem perpindahan sumber lintrik dari PLN ke genset masih manual, sehingga pada saal listrik mati petugas harus segera menuju lokasi genset dan menyalakan genset sesuai prosedur, dan kegiatan tersebut memerlukan waktu cukup lama.

5. Linen hilang Definisi operasional: Kejadian linen yang hilang di masing-masing unit

Tabel 7.5. Linen hilang No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Linen hilang 0% 0% 0% 0% Tercapai

Sumber : Sub Bagian Umum

Grafik 7.5. Linen hilang Analisa: Dalam Grafik 7.5 menunjukkan bahwa selama periode Januari sampai dengan Maret tidak pernah ada linen yang hilang. Hal ini masih membutuhkan peninjauan lebih lanjut karena sistem monitoring yang telah dilakukan masih dirasa kurang efektif. Segera dari pihak sub bagian umum akan memberlakukan system monitoring yang lebih akurat.

6. Ketidaktepatan administrasi keuangan laboratorium Definisi operasional: Angka yang menunjukkan ketidaktepatan pelayanan administrasi keuangan laboratorium: kesalahan billing, ketidaklengkapan billing.

8

Tabel 7.6. Ketidaktepatan administrasi keuangan di laboratorium No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Jumlah Ketidaktepatan Administrasi

Keuangan Laboratorium 0% 0% 0% 0% Tercapai

Sumber : Sub Bagian Keuangan

Grafik 7.6. Ketidaktepatan Administrasi Laboratorium Analisa: Jumlah pemeriksaan yang fluktuatif namun minimal diatas 1.000 pemeriksaan tiap bulan tetapi seluruh pemeriksaan dapat dipastikan telah diinput pada Sistem Informasi Rumah Sakit sehingga berhasil ditagihkan. Kejelian dan ketelian pelaksanaan ini merupakan perwujudan kerjasama yang baik antara petugas Laboratorium dan Kasir.

7. Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan Definisi operasional: Dokumen pendukung penagihan adalah dokumen yang harus disertakan di dalam proses penagihan pada pihak asuransi/ perusahaan sesuai dengan permintaan yang tercantum dalam surat perjanjian kerjasama.

Tabel 7.7. Ketidaklengkapan dokumen pendukung penagihan No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Ketidaklengkapan dokumen pendukung

penagihan 0% 0% 0% 0% Tercapai

Sumber : Sub Bagian Keuangan

9

Grafik 7.7. Ketidaklengkapan dokumen penagihan

Analisa: Rumah Sakit Dr. Etty Asharto adalah Rumah Sakit Umum swasta yang memiiliki pelayanan beragam, untuk itu pihak manajemen bekerjasama dengan tenaga ahli dari luar untuk memenuhi pelayanan yang ditawarkan. Tenaga ahli tersebut sebagian besar adalah tenaga ahli dari Rumah Sakit Umum Daerah yang terikat jam kerja sehingga jam praktek di Rumah Sakit Dr. Etty Asharto terbatas untuk melayani pasien rawat jalan dan visite pasien rawat inap, keterbatasan waktu dan tingkat kepatuhan dokter untuk menyelesaikan pengisian resume medis sangat beragam, hal ini menjadi salah satu alasan ketidaklengkapan dokumen penagihan. Namun mulai awal tahun 2020, setelah adanya instruksi untuk mengisi berkas resume medis tepat waktu menjadikan kesadaran dokter meningkat sehingga tingkat ketidaktepatan dokumen penagihan menunjukkan nilai 0%.

8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap Definisi operasional: Tidak terisinya angket kepuasan rawat inap adalah jumlah angket yang tidak kembali dalam keadaan tidak terisi kepada petugas humas dan pelayanan pelanggan.

Tabel 7.8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap

Sumber : Sub Bagian Humas, Pemasaran dan Kemitraan

Grafik 7.8. Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap

No. Indikator Standar Realisasi Tahun 2020 Keterangan Jan Feb Mar 1 Tidak terisinya angket kepuasan pasien rawat inap 25 0 2 0 Tercapai

10

Analisa : Selama bulan Januari s.d Maret 2020, angket yang tidak terisi atau tidak kembali sebanyak 2 angket dari total angket kepuasan yang dibagikan untuk pelanggan rawat jalan dan rawat inap selama 3 bulan sebesar 273 lembar. Tidak terisinya 2 angket masih dapat ditoleransi mengingat angket yang terbagi sudah mencukupi untuk menggambarkan kepuasan pasien secara umum.

9. Keterlambatan waktu penanganan kerusakan hardware/ jaringan

Definisi operasional: Angka yang menunjukkan keterlambatan respon petugas EDP dalam menanggapi laporan kerusakan hardware/ jaringan, yaitu lebih dari 1 jam sejak laporan kerusakan diterima sampai dengan petugas EDP dating ke unit yang bersangkutan.

Tabel 7.9. Keterlambatan waktu penanganan kerusakan hardware/ jaringan No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Keterlambatan waktu penanganan

kerusakan hardware/ jaringan 0% 0% 0% 0% Tercapai

Sumber : Sub Bagian Umum Analisa : Selama bulan Januari s.d Maret 2020, seluruh kerusakan hardware/ jaringan dapat tertangani dalam kurun waktu standar yang ditentukan. Walaupun [petugas IT sejak Bulan Januari akhir hanya berjumlah 1 orang, hal ini tidak mempengaruhi pemenuhan standar.

10. Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/ bahan

Definisi operasional: Ketidaksesuaian antara spesifikasi barang/ bahan yang tertera dalam surat pesanan dengan spesifikasi barang/ bahan yang diterima

Tabel 7.10. Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/ bahan yang diterima

No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Ketidaksesuaian surat pesanan (SP)

dengan fisik barang/ bahan yg diterima 0% 0% 13% 10% Tidak Tercapai

Sumber : Sub Bagian Umum

11

Grafik 7.10. Ketidaksesuaian surat pesanan dengan fisik barang/bahan yang diterima

Analisa: Dari Grafik 7.10 tersebut menunjukkan bahwa masih ada barang datang yang tidak sesuai dengan pesanan walaupun tidak banyak, yaitu dari rata-rata 250 surat pesanan dalam 1 bulan, 30 diantaranya tidak sesuai dengan surat pesanan. Hal ini dikarenakan persediaan yang bisa dikirim oleh pihak supllier tidak mencukupi permintaan yang diajukan.

11. Keterlambatan pelayanan ambulans di rumah sakit

Definisi operasional: Keterlambatan pelayanan ambulans adalah keterlambatan merespon permintaan ambulans lebih dari 15 menit. Keterlambatan dihitung mulai telepon permintaan ambulans diterima sampai dengan ambulans siap berangkat.

Tabel 7.11. Keterlambatan pelayanan ambulans di rumah sait No Indikator Standar Hasil Keterangan Jan Feb Mar 1 Keterlambatan pelayanan ambulans di

rumah sakit 0% 0% 0% 0% Tercapai

Sumber : Sub Bagian Umum

Gambar 7.11. Keterlambatan pelayanan ambulans di rumah sakit

12

Analisa: Grafik 7.11 menunjukkan bahwa selama bulan Januari samoai dengan Maret, waktu penyediaan ambulans sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu tidak lebih dari 15 menit. Hal ini dikarenakan jadwal pemeliharaan rutin kendaraan yang sudah berjalan dengan baik, selain itu juga petugas sopir ambulans adalah satpam yang berjaga pada saat itu, sehingga siaga selama 24 jam.

VIII. PENUTUP Demikian laporan capaian indikator mutu area manajemen triwulan 1 tahun 2020 telah disampaikan dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagai acuan rencana perbaikan mutu dan keselamatan pasien untuk bulan-bulan berikutnya.